mikroalga & virus (2014)
DESCRIPTION
gapentingTRANSCRIPT
![Page 1: Mikroalga & Virus (2014)](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071806/55cf9166550346f57b8d3b44/html5/thumbnails/1.jpg)
MIKROALGA & VIRUS
MAKALAH MIKROBIOLOGI DASAR
NADHILAH GITARANI140410140071
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI BIOLOGI
SUMEDANG
2015
![Page 2: Mikroalga & Virus (2014)](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071806/55cf9166550346f57b8d3b44/html5/thumbnails/2.jpg)
PENDAHULUAN
Alga merupakan organisme yang dianggap sebagai nenek moyang tumbuhan saat ini.
Alga memiliki beberapa karakteristik yang juga dimiliki oleh tumbuhan saat ini seperti
pigmen klorofil. Alga secara morfologi dapat terbagi menjadi dua golongan yaitu mikroalga
(alga dengan ukuran mikroskopis) dan makroalga (alga yang berukuran makro). Namun,
secara spesifik bentuk tubuh beserta ukurannya tidak akan sama persis dengan tumbuhan dan
ukuran tubuhnya sekalipun dalam bentuk makro tidak mudah dilihat dengan mata telanjang.
Mikroalga merupakan mikroba tumbuhan air yang berperan penting dalam lingkungan
sebagai produser primer, disamping bakteri dan fungi yang ada disekitar kita.
Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologis.
Virus hanya dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi dan
memanfaatkan sel makhluk hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan selular untuk
bereproduksi sendiri. Dalam sel inang, virus merupakan parasit obligat dan di luar inangnya
menjadi tak berdaya. Biasanya virus mengandung sejumlah kecil asam nukleat (DNA atau
RNA, tetapi tidak kombinasi keduanya) yang diselubungi semacam bahan pelindung yang
terdiri atas protein, lipid, glikoprotein, atau kombinasi ketiganya. Genom virus menyandi
baik protein yang digunakan untuk memuat bahan genetik maupun protein yang dibutuhkan
dalam daur hidupnya.Istilah virus biasanya merujuk pada partikel-partikel yang menginfeksi
sel-sel eukariota (organisme multisel dan banyak jenis organisme sel tunggal), sementara
istilah bakteriofag atau fag digunakan untuk jenis yang menyerang jenis-jenis sel prokariota
(bakteri dan organisme lain yang tidak berinti sel).
![Page 3: Mikroalga & Virus (2014)](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071806/55cf9166550346f57b8d3b44/html5/thumbnails/3.jpg)
TINJAUAN PUSTAKA
A. MIKROALGA
Mikroalga merupakan mikroorganisme (ukuran 1-50 μm) yang menggunakan energi
cahaya dan air untuk memetabolisasi CO2 menjadi senyawa anorganik CH2O yang dengan
proses lanjut dapat diubah menjadi biodisel. Mikroalga mengandung banyak senyawa yang
sangat potensial untuk dijadikan produk. Misalnya untuk pharamasi produk Eicosapentaenoic
acid (EPA) berguna untuk status vascular tubuh manusia, docosahexaenoic acid (DHA) untuk
jaringan saraf otak, β-carotene sebagai pro-vitamin A dan astaxanthin sebagai anti oksidan.
Dua produk terakhir telah dikomersialkan dalam skala besar (Borowitzka, 1992, Olaizola,
2000). Karena mikroalga juga merupakan sarana fotosintetik yang baik, maka mikroalga juga
kaya akan pigment dikarenakan mempunyai sifat fluoresecentnya (Apt and Behrens, 1999)
1. Klasifikasi mikroalga
a. Cyanobacteria (alga biru hijau)
Cyanobacteria atau alga biru hijau adalah kelompok alga yang paling primitif dan
memiliki sifat-sifat bakterial dan alga. Kelompok ini adalah organisme prokariotik yang tidak
memiliki struktur-struktur sel seperti yang ada pada alga lainnya, contohnya nukleus dan
chloroplast. Mereka hanya memiliki chlorophil a, namun mereka juga memiliki variasi
phycobilin seperti halnya carotenoid. Pigmen-pigmen ini memiliki beragam variasi sehingga
warnanya bisa bermacam-macam dari mulai hijau sampai ungu bahkan merah. Alga biru
hijau tidak pernah memiliki flagella, namun beberapa filamen membuat mereka bergerak
ketika berhubungan dengan permukaan. Unicell, koloni, dan filamenfilamen cyanobacteria
adalah kelompok yang umum dalam budidaya, baik sebagai makan maupun sebagai
organisme pengganggu.
![Page 4: Mikroalga & Virus (2014)](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071806/55cf9166550346f57b8d3b44/html5/thumbnails/4.jpg)
2. Chlorophyta (alga hijau)
Alga hijau adalah kelompok alga yang paling maju dan memiliki banyak sifat-sifat
tanaman tingkat tinggi. Kelompok ini adalah organisme prokariotik dan memiliki struktur-
struktur sel khusus yang dimiliki sebagaian besar alga. Mereka memiliki kloroplast, DNA–
nya berada dalam sebuah nukleus, dan beberapa jenisnya memiliki flagella. Dinding sel alga
hijau sebagaian besar berupa sellulosa, meskipun ada beberapa yang tidak mempunyai
dinding sel. Mereka mempunyai klorophil a dan beberapa karotenoid, dan biasanya mereka
berwarna hijau rumput. Pada saat kondisi budidaya menjadi padat dan cahaya terbatas, sel
akan memproduksi lebih banyak klorophil dan menjadi hijau gelap. Kebanyakan alga hijau
menyimpan zat tepung sebagai cadangan makanan meskipun ada diantaranya menyimpan
minyak atau lemak.
2. Sifat mikroalga
Sifat yang paling berguna untuk mengidentifikasi algae adalah warna atau pigmen
mereka. Pigmen-pigmen tersebut menyerap energi cahaya dan mengubahnya menjadi
biomassa melalui proses fotosintesis. Ada 3 kelas utama pigmen dan berbagai kombinasi
yang memberikan warna khas pada algae (Bedell, 1984).
a. Kelompok utama dari pigmen hijau adalah chlorophil. Dengan clorophil a sebagai
pigmen utama yang menyerap gelombang panjang biru dan merah sebagai cahaya
yang penting untuk fotosintesis. Sebagian besar carotenoid lebih bersifat
melindungi pigmen lain daripada ikut secara langsung dalam reaksi fotosintesis.
b. Fukosantin pada diatome dan alga coklat, yang sangat aktif dalam proses
fotosintesa.
![Page 5: Mikroalga & Virus (2014)](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071806/55cf9166550346f57b8d3b44/html5/thumbnails/5.jpg)
3. Fikobilin berwarna merah (fikoeretrin) atau biru (fikocyanin) dan menangkap
gelombang panjang yang tidak ditangkap oleh pigmen-pigmen lainnya dan
melewati energi yang ditangkap pada clrophil a untuk fotosintesis.
B. VIRUS
Virus merupakan parasit obligat intraseluler yang replikasinya bergantung pada
Deoxyribonucleic acid (DNA), Ribonucleic acid (RNA) dan proses sintesis protein sel inang.
Virus tidak dilengkapi dengan metabolisme sendiri dan hanya dapat memperbanyak diri
dalam sel inang. Dengan demikian obat-obatan yang menghambat replikasi virus juga
menghambat fungsi sel inang dan penyebab utama toksisitas. Agar menjadi efektif, agen
antivirus harus mampu memblokir keluar masuknya virus dari dan ke dalam sel atau menjadi
aktif di dalam sel inang (Katzung, 1998).
Dalam berbagai infeksi virus, replikasi virus mencapai maksimum pada waktu yang
dekat jika gejala klinik pertama kali muncul atau bahkan lebih awal. Karena itu untuk bekerja
efektif secara klinik, obat-obat yang menghambat infeksi virus harus diberikan jauh sebelum
terjadinya penyakit, yaitu sebagai kemoprofilaksis (Katzung, 1998).
1. Struktur dan anatomi Virus
Untuk mengetahui struktur virus secara umum kita gunakan bakteriofage (virus T),
strukturnya terdiri dari:
a. Kepala
Kepala virus berisi DNA dan bagian luarnya diselubungi kapsid. Satu unit protein
yang menyusun kapsid disebut kapsomer.
b. Kapsid
Kapsid adalah selubung yang berupa protein. Kapsid terdiri atas kapsomer. Kapsid
juga dapat terdiri atas protein monomer yang yang terdiri dari rantai polipeptida.
![Page 6: Mikroalga & Virus (2014)](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071806/55cf9166550346f57b8d3b44/html5/thumbnails/6.jpg)
Fungsi kapsid untuk memberi bentuk virus sekaligus sebagai pelindung virus dari
kondisi lingkungan yang merugikan virus.
c. Isi tubuh
Bagian isi tersusun atas asam inti, yakni DNA saja atau RNA saja. Bagian isi disebut
sebagai virion. DNA atau RNA merupakan materi genetik yang berisi kode-kode
pembawa sifat virus. Berdasarkan isi yang dikandungnya, virus dapat dibedakan
menjadi virus DNA (virus T, virus cacar) dan virus RNA (virus influenza, HIV,
H5N1). Selain itu di dalam isi virus terdapat beberapa enzim.
d. Ekor
Ekor virus merupakan alat untuk menempel pada inangnya. Ekor virus terdiri atas
tubus bersumbat yang dilengkapi benang atau serabut. Virus yang menginfeksi sel
eukariotik tidak mempunyai ekor.
2. Cara hidup virus
Virus tidak dapat hidup di alam secara bebas, melainkan harus berada di
dalam sel makhluk hidup yang lain. Berbagai makhluk hidup dapat diserang virus
misalnya manusia, hewan, tumbuhan dan bakteri (Irianto, 2006).
Virus yang menginfeksi manusia dan menyebabkan penyakit pada manusia,
misalnya cacar, polio, hepatitis, mata belek, influenza, demam berdarah, dan diare.
Termasuk, virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang menyerang sistem
kekebalan tubuh dan mengakibatkan penyakit Acquired Immune Deficiency
Syndrome (AIDS), yaitu sindrom runtuhnya kekebalan tubuh. Virus ini dapat
ditularkan melalui kontak langsung maupun tidak langsung dengan penderita. Polio
dan hepatitis A dapat ditularkan melalui air sumur yang tercemar, piring makan,
sendok makan, dan lain-lain. Cacar, mata belek, dan polio dapat ditularkan oleh
nyamuk Aedes aegypti. Virus AIDS ditularkan lewat darah, cairan sekresi vagina,
![Page 7: Mikroalga & Virus (2014)](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071806/55cf9166550346f57b8d3b44/html5/thumbnails/7.jpg)
semen (ejakulat), 3air susu, hubungan kelamin, jarum suntik, transfusi darah, dan juga
dapat ditularkan melalui plasenta ibu hamil ke janinnya (Irianto, 2006).
Virus tidak dapat berkembang biak di luar sel inang. Untuk membiakkan virus
diperlukan sel atau jaringan hidup. Di laboratorium, virus dapat dibiakkan dalam
embrio telur ayam (Irianto, 2006).
3. Reproduksi virus
Karena virus tidak memiliki sistem enzim dan tidak dapat bermetabolisme,
maka virus tidak dapat melakukan reproduksi sendiri. Untuk berkembang biak,
mereka harus menginfeksi sel inang. Inang virus berupa makhluk hidup lain yaitu
bakteri, sel tumbuhan, maupun sel hewan/ sel manusia (Irianto, 2006).
Menurut Irianto, 2006 bahwa berdasarkan tahapannya, daur hidup virus dapat
dibedakan menjadi daur litik dan daur lisogenik
a. Daur litik
1) Fase adsorpsi, fase ini ditandai dengan melekatnya ekor virus dengan dinding sel
bakteri. Setelah menempel, virus mengeluarkan enzim lisozim (enzim penghancur)
sehingga terbentuk lubang pada dinding bakteri atau sel inang.
2) Fase injeksi, setelah terbentuk lubang, kapsid virus berkontraksi untuk memompa
asam nukleatnya (DNA atau RNA) masuk ke dalam sel. Jadi, kapsid virus tetap
berada di luar sel bakteri.
3) Fase sintesis, DNA virus mereplikasi diri berulang kali dengan jalan mengkopi diri
membentuk DNA virus dalam jumlah banyak. Selanjutnya DNA virus tersebut
melakukan sintesis protein virus yang akan dijadikan kapsid dengan menggunakan
ribosom bakteri dan enzim-enzim bakteri.
4) Fase perakitan, kapsid yang disintesis mula-mula terpisah-pisah antara Bagian
kepala, ekor dan serabut ekor. Bagian-bagian kapsid itu dirakit menjadi kapsid virus
![Page 8: Mikroalga & Virus (2014)](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071806/55cf9166550346f57b8d3b44/html5/thumbnails/8.jpg)
yang utuh, kemudian DNA virus masuk didalamnya. Kini terbentuklah tubuh virus
yang utuh.
5) Fase lisis, ketika perakian virus selesai, virus telah memproduksi enzim lisozim
lagi, yakni enzim penghancur yang akan menghancurkan dinding sel bakteri. Dinding
sel bakteri hancur, sel bakteri mengalami lisis (pecah), dan virus-virus baru akan
keluar untuk mencari inang yang lain.
b. Daur Lisogenik
1) Fase adsorpsi, fase ini ditandai dengan melekatnya ekor virus dengan dinding sel
bakteri. Setelah menempel, virus mengeluarkan enzim lisozim (enzim penghancur)
sehingga terbentuk lubang pada dinding bakteri atau sel inang.
2) Fase injeksi, setelah terbentuk lubang, kapsid virus berkontraksi untuk memompa
asam nukleatnya (DNA atau RNA) masuk ke dalam sel. Jadi, kapsid virus tetap
berada di luar sel bakteri.
3) Fase penggabungan, DNA virus masuk ke dalam tubuh bakteri. Selanjutnya, DNA
virus menyisip ke dalam DNA bakteri atau melakukan penggabungan. Mula-mula
DNA bakteri putus, kemudian DNA virus, menggabungkan diri diantara benang yang
putus tersebut, dan akhirnya terbentuk DNA sirkuler baru yang telah disisipi DNA
virus. Dengan kata lain, didalam DNA bakteri terkandung materi genetik virus.
4) Fase pembelahan, karena DNA virus menjadi satu dengan DNA bakteri, maka jika
DNA bakteri melakukan replikasi, profag juga ikut melakukan replikasi. Terbentuklah
dua sel bakteri sebagai hasil pembelahan dan didalam setiap sel anak bakteri
terkandung profag yang identik.
5) Fase sintesis, DNA virus mengadakan sintesis, yakni mensintesis protein untuk
digunakan sebagai kapsid bagi virus-virus baru dan juga melakukan replikasi DNA,
sehingga DNA virus menjadi banyak.
![Page 9: Mikroalga & Virus (2014)](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071806/55cf9166550346f57b8d3b44/html5/thumbnails/9.jpg)
6) Fase perakitan, kapsid-kapsid dirakit menjadi kapsid virus yang utuh, yang
berfungsi sebagai selubung virus. Selanjutnya DNA hasil replikasi masuk kedalam
guna membentuk virus-virus baru.
7) Fase lisis Setelah terbentuk virus-virus baru terjadilah lisis sel bakteri. Ketika
perakitan virus selesai, virus telah memproduksi enzim lisozim lagi, yakni enzim
penghancur yang akan menghancurkan dinding sel bakteri. Dinding sel bakteri
hancur, sel bakteri mengalami lisis (pecah), dan virus-virus baru akan keluar untuk
mencari inang yang lain (Irianto, 2006).
![Page 10: Mikroalga & Virus (2014)](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071806/55cf9166550346f57b8d3b44/html5/thumbnails/10.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
Apt, K. E. and P. W. Behrens. 1999. Journal of Phycology. Murdoch University: Australia.
Bedell, G.W. 1984. Biotechnology and Bioengineering. John Wiley & Sons, Inc: New York.
Borowitzka, M.A. 1992. Journal of Phycology. Murdoch University: Australia.
Irianto, K. 2006. Mikrobiologi: Menguak Dunia Mikroorganisme Jilid 2. CV Yrama Widya:
Bandung.
Katzung, B.G. 1998. Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi VI. EGC: Jakarta.
Olaizola, M. 2000. Journal of Phycology. Murdoch University: Australia.