mikfar3 uji sterilisasi ruangan.doc

38
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Mikroorganisme tumbuh dan berkembang pada berbagai lingkungan. Banyaknya mikroorganisme dalam suatu habitat biasa kita katakan sebagai populasi mikroba sedangkan jika populasi ini bertambah maka dikatakan terjadi pertumbuhan. Mikroorganisme terbagi atas 2 kelompok yaitu mikroorganisme patogen dan nonpatogen. Mikroorganisme ini hidup hampir diseluruh tempat baik itu pada tempat panas atau dingin, dalam ruangan, terutama pada permukaan tubuh manusia. Untuk itulah dibutuhkan sebuah ruangan yang steril, dalam artian jumlah mikroorganismenya terkendali, agar tidak mempengaruhi kesehatan manusia. Untuk membebaskan ruangan dari

Upload: july-berybe

Post on 18-Feb-2015

524 views

Category:

Documents


31 download

DESCRIPTION

Laporan

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Mikroorganisme tumbuh dan berkembang pada berbagai

lingkungan. Banyaknya mikroorganisme dalam suatu habitat biasa kita

katakan sebagai populasi mikroba sedangkan jika populasi ini bertambah

maka dikatakan terjadi pertumbuhan.

Mikroorganisme terbagi atas 2 kelompok yaitu mikroorganisme

patogen dan nonpatogen. Mikroorganisme ini hidup hampir diseluruh

tempat baik itu pada tempat panas atau dingin, dalam ruangan, terutama

pada permukaan tubuh manusia. Untuk itulah dibutuhkan sebuah ruangan

yang steril, dalam artian jumlah mikroorganismenya terkendali, agar tidak

mempengaruhi kesehatan manusia. Untuk membebaskan ruangan dari

mikroorganisme digunakan desinfektansia atau menggunakan alat-alat

tertentu seperti LAF

Ruang steril sangat penting dalam bidang kesehatan, seperti

ruang steril antara lain ruang bedah, ruang pascaoperasi, termasuk dalam

industri farmasi, khususnya sediaan steril (injeksi dan lain-lain). Ruang-

ruang tersebut dibutuhkan adanya pengujian sterilisasi yang baku. Untuk

pengujian tersebut dibutuhkan adanya kesterilannya sebab diharapkan

tidak adanya kontak bakteri dengan bahan atau alat yang digunakan yang

pada akhirnya akan merugikan bagi manusia.

Dalam percobaan ini dilakukan uji sterilisasi dengan

menggunakan zat kimia (fenol), sinar UV, dan Laminary Air Flow (LAF).

Di mana ketiga metode diatas memiliki cara-cara tersendiri dalam

meminimalkan atau membunuh mikroorganisme.

I.2 Maksud dan Tujuan Praktikum

I.2.1 Maksud Praktikum

Mengetahui dan memahami cara-cara uji sterilitas

ruangan.

I.2.2 Tujuan Praktikum

Menentukan sterilitas ruangan yang disterilkan dengan

menggunakan lampu UV, pengatur udara, Laminary Air Flow

(LAF), dan zat kimia (fenol).

I.3 Prinsip Praktikum

Pengujian sterilisasi ruangan berdasarkan ada tidaknya

pertumbuhan mikroba pada medium NA (Nutrient Agar) dalam cawan

petri steril yang diletakkan dalam ruangan yang diuji dalam keadaan

terbuka 1/3 bagian cawan selama 15 menit lalu diinkubasikan selama 1 x

24 jam, pada suhu 37ºC dalam inkubator.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Teori Umum

Mikroorganisme dapat hiudp dimana-mana tidak hanya diruangan

terbuka, melainkan juga diruangan tertutup. Kehidupan mikroorganisme

di ruangan tertutup lebih mudah dikendalikan dibandingkan di ruangan

terbuka. Jika suatu ruangan tertutup kehidupan mikroorganisme dapat

dikendalikan, maka ruangan tersebut dapat dikategarikan sebagai ruangan

steril. (1)

Ruang steril merupakan suatu keadaan ruang yang bebas dari

semua bentuk kehidupan mikroba yang patogen maupun yang non-

patogen termasuk sporanya. Ruang steril sangat penting dalam bidang

kesehatan. Seperti pada ruang steril antara lain ruang bedah, ruang

pascaoperasi termasuk dalam bidang industri farmasi, yang terkhusus

pada sediaan steril contohnya injeksi. Ruang-ruang tersebut dibutuhkan

pengujian sterilisasi yang baku (1).

Yang dimaksud dengan steril dalam mikrobiologi ialah semua

proses untuk mematikan semua organisme yang terdapat pada atau di

dalam suatu benda. Ketika untuk pertama kalinya melakukan pemindahan

biakan bakteri secara aseptik, sesungguhnya telah menggunakan salah

satu cara sterilisasi, yaitu pembakaran. Namun kebanyakan peralatan dan

media yang umum dipakai dalam pekerjaan mikrobiologis akan menjadi

rusak bila dibakar untungnya tersedia berbagai metode lain yang efektif

(2).

Steril yang akan didapatkan melalui sterilisasi, sedangkan cara

sterilisasi yang umum dilakukan adalah sebagai berikut (3) :

1. Sterilisasi secara fisik, misal dengan pemanasan, penggunaan sinar

bergelombang pendek seperti sinar-X, sinar γ, sinar UV, dan

sebagainya.

2. Sterilisasi secara kimia, misal dengan penggunaan desinfektan, larutan

alkohol, larutan formalin, larutan AMC (campuran asam klorida

dengan garam Hg) dan sebagainya.

3. Sterilisasi secara mekanik, misalnya dengan penggunaan saringan atau

filter.

Sterilisasi secara fisik, yaitu selama senyawa kimia yang akan

disterilkan tidak akan berubah atau terurai akibat temperatur tinggi dan

atau tekanan tinggi, selama itu sterilisasi secara fisik dapat dilakukan.

Cara sterilisasi dengan uap air panas dan tekanan tinggi merupakan yang

paling banyak digunakan, misalnya dengan menggunakan alat yang sudah

dikenal, yaitu otoklaf yang merupakan alat berupa tangki minyak yang

dapat diisi dengan uap. Medium yang akan disterilkan ditempatkan di

dalam otoklaf ini selama 15 sampai 20 menit, hal ini tergantung pada

banyak sedikitnya barang yang perlu disterilkan. Perhitungan waktu 15

atau 20 menit itu dimulai semenjak termometer pada otoklaf

menunjukkan 121ºC. Setelah cukup waktu maka kran uap ditutup, dan

dengan demikian suhu mulai turun sedikit demi sedikit, demikian pula

termometer. Jika manometer menunjukkan 0, barulah otoklaf dibuka

(3,4).

Sterilisasi secara kimia, yaitu banyak digunakan sebagai

desinfektan antara lain larutan CuSO4, AgNO3, HgCl2, ZnO, dan

sebagainya serta larutan alkohol dan campurannya, juga formalin atau

formaldehida yang merupakan senyawa yang mudah larut di dalam air

tetapi sangat efektif sebagai desinfektan dengan kadar antara 4 sampai

20% (3).

Sterilisasi secara mekanik, untuk beberapa bahan akibat

pemanasan tinggi ataupun tekanan tinggi akan mengalami perubahan

ataupun pengeringan, suatu sterilisasi harus dilakukan secara mekanik,

misalnya dengan penyaringan. Di dalam bidang mikroba, penyaringan

secara fisik yang paling banyak digunakan adalah dengan menggunakan

filter khusus (3).

Dikembangkannya filter berefisiensi tinggi untuk menyaring

udara yang berisikan partikel (High Efficiency Particulate Air Filter, atau

HEPA) telah memungkinkan dialirkannya udara bersih (bebas debu) ke

dalam ruang tertutup. Tipe filtrasi udara semacam ini bersama dengan

sistem aliran udara laminar (Laminar Air Flow) kini banyak digunakan

untuk menyediakan udara yang bebas dari debu dan bakteri. Filter udara

digunakan dalam ruang transfer mikrobiologis untuk mencegah timbulnya

kontaminasi pada area-area isolasi untuk mencegah penyebaran infeksi,

dan di dalam ruangan-ruangan yang digunakan untuk merakit peralatan

elektronik miniatur karena kontaminasi oleh partikel-partikel bahkan

sekecil apapun bakteri dapat merusak daya guna komponen peralatan

tersebut (4).

Sinar ultraviolet biasanya digunakan untuk membantu

mengurangi kontaminasi di udara dan permukaan selama pemprosesan

lingkungan. Sinar yang bersifat membunuh mikroorganisme (germisida)

dari lampu kabut merkuri dipancarkan secara eksklusif pada panjang

gelombang 2537 satuan Amstrong (253,7 milimikron). Ketika sinar UV

melewati bahan, energi dibebaskan ke orbital elektron dalam atom

konstituen. Energi yang terserap ini menyebabkan meningginya keadaan

energi atom-atom dan mengubah reaktivitasnya (5).

II.2 Uraian Bahan

1. Alkohol (6)

Nama resmi : Aethanolum

Nama lain : Etanol, alcohol

Rumus kimia / BM : C2H6O / 46,07

Rumus bangun : CH3-CH2-OH

Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah

menguap dan mudah bergerak, bau khas,

rasa panas, mudah terbakar dengan

memberikan nyala biru yang tidak berasap

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam

kloroform p dan dalam eter p

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai Antiseptik

2. Fenol (6)

Nama resmi : Phenolum

Nama lain : Fenol

Rumus kimia / BM : C6H5OH / 94,11

Rumus Bangun : OH

Pemerian : Hablur berbentuk jarum atau massa hablur ;

tidak berwarna atau merah jambu, bau khas,

kaustik.

Kelarutan : Larut dalam 12 bagian air ; mudah larut

dalam etanol (95 %) P, dalam kloroform P,

dalam eter P, dalam gliserol P dan dalam

minyak lemak

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat terlindung dari

cahaya, di tempat sejuk.

Khasiat : Desinfektan

Kegunaan : Sebagai Sampel

BAB III

METODE PRAKTIKUM

III.1 Alat dan Bahan

III.1.1 Alat-alat yang digunakan :

1. Cawan petri

2. Erlenmeyer

3. Enkas

4. Hand sprayer

5. Inkubator

6. Laminary Air Flow (LAF)

7. Lampu Spiritus

8. Lampu UV

9. Sarung tangan

III.1.2 Bahan-Bahan yang digunakan :

1. Aluminium foil

2. Alkohol 70 %

3. Fenol

4. Kertas label

5. Medium NA (Nutrient Agar)

6. Tissu Rol

III.2 Cara Kerja

A. Penyiapan Medium Nutrient Agar (NA)

Alat dan bahan disiapkan

Sebanyak 3 cawan petri steril diisi dengan medium Nutrient Agar

(NA) steril yang sudah dicairkan secara aseptic sebanyak ± 15 ml,

lalu dibiarkan memadat.

Semua cawan petri tersebut diinkubasi terbalik pada suhu 37ºC

selama 1 x 24 jam dalam inkubator.

Jika tidak terdapat koloni pada medium Nutrient Agar (NA), maka

cawan petri tersebut digunakan untuk uji sterilitas ruangan.

B. Penyiapan Ruang Sterilisasi

a. Lampu Ultraviolet

Alat dan bahan disiapkan.

Ruang tempat lampu UV di semprot alkohol 70 % dan

dibiarkan selama 15 menit di bawah lampu UV tersebut.

b. Laminary Air Flow (LAF)

Alat dan bahan disiapkan.

Perangkat Laminary Air Flow (LAF) diOn-kan dan dibiarkan

selama 15 menit setelah terlebih dahulu di semprot alkohol

70%.

c. Zat kimia

Alat dan bahan diisiapkan.

Enkas di semprot dengan fenol dan dibiarkan selama 15 menit

C. Uji Sterilitas Ruangan

a. Lampu UV

Alat dan bahan disiapkan.

Cawan petri steril tutupnya dibuka 1/3 bagian dan ditempatkan

di bawah sinar lampu UV selama 15 menit pada tempat yang

tadinya sudah di semprot dengan alkohol 70 %.

Cawan petri steril tersbut diinkubasikan terbalik pada

inkubator bersuhu 37ºC selama 1 x 24 jam.

Diamati ada tidaknya koloni mikroba

Semua pengerjaan dilakukan secara aseptik.

b. Laminary Air Flow (LAF)

Alat dan bahan disiapkan.

Cawan petri steril tutupnya dibuka 1/3 bagian dan ditempatkan

dalam ruang Laminary Air Flow (LAF) dan dibiarkan selama

15 menit.

Cawan petri tersebut lalu diinkubasi terbalik pada inkubator

bersuhu 37ºC selama 1 x 24 jam.

Diamati ada tidaknya koloni mikroba

Semua pengerjaan dilakukan secara aseptik.

c. Zat Kimia

Alat dan bahan disiapkan.

Cawan petri steril tutupnya dibuka 1/3 bagian setelah

ditempatkan dalam enkas yang tyelah di semprot dengan fenol

dan dibiarkan selama 15 menit.

Cawan petri tersebut lalu diinkubasi terbalik pada inkubator

bersuhu 37ºC selama 1 x 24 jam.

Diamati ada tidaknya koloni mikroba

Semua pengerjaan dilakukan secara aseptik.

BAB IV

HASIL PRAKTIKUM

IV.1 Data Hasil Pengamatan

Kelompok Jumlah Koloni Bakteri KeteranganLAF Sinar UV Enkas

IIIIIIIVV

20300

14332

01521

-----

Jumlah 5 13 9 -Rata-Rata 1,0 2,6 1,8

IV.2 Gambar Hasil Pengamatan

Keterangan :

1.Cawan petri

2.Medium NA

Keterangan :

1.Cawan petri

2. Medium NA

3. Koloni Bakteri

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FARMASIUNIVERSITAS HASANUDDIN

1

2

Sampel : Laminary Air Flow (LAF)Medium : Nutrient Agar (NA)

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FARMASIUNIVERSITAS HASANUDDIN

1

2

3

Sampel : Zat kimiaMedium : Nutrient Agar (NA)

Keterangan :

1. Cawan petri

2. Medium NA

3. Koloni bakteri

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FARMASIUNIVERSITAS HASANUDDIN

1

2 3

Sampel : Sinar UVMedium : Nutrient Agar (NA)

BAB V

PEMBAHASAN

Pada percobaan kali ini akan dilakukan pengujian sterilitas ruangan.

Metode yang digunakan terdiri atas 3 cara yaitu dengan menggunakan LAF,

menggunakan sinar UV dan menggunakan desinfektan. Dalam ruangan terttup

cawan petri dibuka 1/3 bagian selama 15 menit, agar mikroorganisme yang

terdapat di dalam ruangan tersebut dapat masuk. Pengamatan yang dilakukan

setelah diinkubasikan selama 1 x 24 jam adalah koloni atau mikroorganisme

yang tumbuh pada medium NA.

Aktivitas suatu mikroba sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan

sekitarnya. Perubahan-perubahan yang terjadi di dalam lingkungan dapat

mengakibatkan perubahan sifat fisiologis maupun morfologis dari suatu

mikroba. Faktor waktu, suhu, bentuk spora, kelembaban, pH dan juga

komposisi medium sangat mempengaruhi titik kematian dari suatu

mikroorganisme. Bila pada suhu tinggi akan membantu mempercepat koagulasi

penggumpalan protein.

Sebelum cawan petri steril dimasukkan ke dalam tempat yang akan di

uji sterilitasnya didiamkan terlebih dahulu selama 15 menit dengan tujuan

untuk membunuh semua mikroba yang ada pada tempat itu, karena pada

umumnya mikroba akan mati atau berpindah dari tempat yang di uji

sterilitasnya karena zat kimia (larutan fenol), lampu UV ataupun LAF dan

media sterilitasator lainnya setelah kurang lebih 15 menit.

Penggunaan medium Nutrien Agar (NA) dimaksudkan untuk

mengetahui sejauh mana pertumbuhan bakteri pada ruang steril tersebut.

Medium ini terlebih dahulu diinkubasi selama 1 x 24 jam pada inkubator

bersuhu 37ºC, setelah itu dilihat pertumbuhan mikrobanya dan jika medium

tersebut tidak ditumbuhi bakteri kemudian dijadikan sebagai medium uji. Hal

ini dilakukan karena apabila tidak diinkubasikan terlebih dahulu maka

kemungkinan adanya mikroba berupa spora bakteri yang belum tampak yang

berasal dari lingkungan luar pada waktu pembutan medium, jadi jika hal ini

terjadi maka mikroba yang tumbuh dalam medium NA yang digunakan untuk

menguji sterilitas suatu ruangan bukan berasal dari ruang yang di uji, sehingga

tujuan pengujian tidak berhasil, yaitu untuk menguji apakah mikroba yang

mungkin tumbuh pada medium NA yang dipakai benar-benar berasal dari ruang

yang diuji.

Dalam pengerjaan digunakan sarung tangan yang steril, hal ini

dimaksudkan untuk menghindari adanya suatu kontaminan dari tangan yang

berupa mikroba dalam jumlah tertentu.

Pada percobaan ini digunakan lampu UV, Laminary Air Flow (LAF),

dan larutan fenol sebagai media sterilisator. Fenol merupakan zat pembaku

daya antseptik obat lain, sehingga daya antiseptiknya dinyatakan dengan

koefisien fenol. Fenol merupakan salah satu antiseptikum tertua, dengan khasiat

bakterisid dan fungisid. Mekanisme kerjanya berdasarkan denaturasi protein-

protein sel bakteri. Karena sifat mendenaturasinya juga berlaku untuk jaringan

manusia, fenol adalah korosif (membakar) untuk kulit dan sangat merangsang

maka jarang digunakan sebagai antiseptikum dan sering digunakan sebagai

desinfektan. Dalam kadar 0,01 – 1 % fenol bersifat sebagai bakteriostatik,

larutan fenol 1,6 % bersifat bakterisid, yang dapat mengadakan koagulasi

protein. Ikatan fenol dapat berpenetrasi ke dalam kulit utuh. Dan larutan 1,3 %

bersifat fungisid, berguna untuk sterilisasi alat-alat kedokteran. Dalam

toksikologi senyawa ini sangat berbahaya karena sering digunakan pada

percobaan bunuh diri. Terhadap mukosa saluran cerna dan mulut, bahan ini

bersifat kaustik dan korosif. Terhadap Sistem Saraf Pusat menyebabkan

eksitasi di susul depresi.

Umumnya cahaya mempunyai daya merusak sel mikroba yang tidak

mempunyai pigmen fotosintesis. Sedangkan cahaya dengan panjang gelombang

pendek dapat berpengaruh terhadap jasad hidup. Sinar dengan gelombang

panjang juga mempunyai daya fotodinamik dan daya biofisik, misalnya cahaya

matahari. Jika energi radiasi di absorbsi oleh sel mikroba akan dapat

menyebabkan terjadinya ionisasi komponen sel. Ionisasi molekul tertentu dari

protoplasma dapat menyebabkan kematian perubahan genetik atau dapat pula

menghambat pertumbuhan. Perubahan genetik di sini oleh radiasi ultraviolet

dapat menyebabkan kesalahan dalam replikasi DNA dan mempunyai aktivitas

mutagenik pada sel-sel yang masih hidup. Bagian ultraviolet pada spectrum

meliputi semua radiasi dari 15 sampai 390 nm. Panjang gelombang sekitar 265

nm memiliki efisiensi bakterisidal tertinggi. Saat ini banyak tersedia lampu

germisidal yang memancarkan sinar UV dengan konsentrasi tinggi dengan daya

germisidal paling efektif, yaitu pada 260 – 270 nm. Lampu germisidal ini

banyak digunakan untuk mengurangi populasi mikroba di kamar-kamar bedah

di rumah sakit, ruang aseptik untuk pengisian obat-obatan di industri farmasi, di

tempat-tempat pengisian produk steril ke dalam ampul, dan industri pangan.

Namun sinar UV hanya dapat membasmi mikroba pada permukaan benda saja

karena daya tembusnya yang kecil.

Penggunaan filter udara untuk menyediakan udara yang bebas dari

debu dan bakteri seperti Laminary Air Flow (LAF) dan High Efficiency

Particulate Air Filter (HEPA) digunakan dalam ruang transfer mikrobiologis

utnuk mencegah timbulnya kontaminasi pad area-area isolaso untuk mencegah

penyebaran infeksi, dan di dalam ruang-ruang untuk merakit peralatan

elektronik miniatur karena kontaminasi oleh partikel bahkan sekecil bakteri

dapat merusak daya guna komponen perakitan tersebut.

Laminary Air Flow (LAF) adalah alat yang mengatur pergerakan

udara di mana udara yang berisi mikroba akan di tarik keluar dengan arah

tekanan horizontal, sehingga setiap mikroba yang berada dalam ruang tersebut

tidak dapat bertahan lama karena akan terus di tarik keluar. LAF ini dilengkapi

saringan sehingga mikroba yang telah keluar tidak akan dapat kembali lagi.

Dari hasil pengamatan dan setelah dirata-ratakan, diperoleh hasil

sterilisasi untuk pertumbuhan bakteri, yaitu lampu UV 2,6 koloni, LAF 1

koloni, dan zat kimia 1,8 koloni (± 2 koloni).

Dari hasil tersebut dapat dinyatakan bahwa pada medium Nutrient

Agar (NA) yang paling bagus untuk sterilisasi ruangan berturut-turut LAF, zat

kimia dan sinar UV.

Metode sterilisasi ruangan yang paling efektif adalah LAF, sebab

terjadi aliran udara yang dapat membawa mikroba untuk di saring melalui poro-

pori filter. Sebelum LAF dinyalakan ruangannya telah di semprot dengan

alkohol 70 % yang sudah mampu untuk mematikan mikroba atau menghambat

pertumbuhan mikroba yang tahan terhadap alkohol 70 %, dan setelah LAF

dinyalakan maka mikroba yang mungkin berada pada ruang tersebut akan ikut

terbawa oleh aliran yang mana ini terjadi selama ± 15 menit, dan setelahnya

kemungkinan adanya mikroba sangat sedikit, hal inilah yang menyebabkan

pada hasil percobaan jumlah bakteri yang tumbuh pada medium NA sangat

sedikit dibandingkan sinar UV dan fenol 5 %. Larutan fenol sebenarnya dapat

dianggap lebih efektif dibandingkan LAF karena fenol merupakan unsur-unsur

antikuman yang kuat dan dapat menyebabkan denaturasi protein sel dan

merusak membran sel bakteri, sehingga dengan rusaknya protein pada dinding

sel bakteri maka bakteri tersebut akan mati dan tidak dapat tumbuh. Pada

percobaan ini diperoleh hasil pada penggunaan fenol terdapat bakteri yang

tumbuh seharusnya tidak ada, hal ini mungkin disebabkan karena pengerjaan

yang kurang bersih dan ruang tempat pengujian tidak tertutup baik sehingga

setelah waktu yang dibutuhnya yaitu sekitar 15 menit untuk membunuh bakteri

dalam ruang tersebut tidak cukup karena setelahnya akan masuk lagi bakter dari

luas ruangan yang dapat tumbuh pada medium yang di uji. Dan pada lampu UV

kurang efektif dibandingkan LAF dan fenol karena kemampuannya untuk

menembus dinding sel bakteri kecil karena panjang gelombangnya pendek tapi

meskipun demikian radiasi UV dapat menimbulkan kesalahan replikasi DNA

dari bakteri dan mempunyai aktivitas mutagenik pada sel-sel bakteri yang

masih hidup, sehingga dnegan sendirinya bakteri tidak dapat bertahan hidup

karena hidup bakteri sangat tergantung pada terpeliharanya molekul-molekul

protein dan asam nukleat dalam keadaan alamiah. Sehingga dengan adanya

suatu kondisi atau substansi yang mengubah keadaan ini, yaitu perusakan

struktur DNA dapat menyebabkan kematian pada bakteri dengan jumlah koloni

yang lebih banyak dibanding pada LAF dan fenol kemungkinaan dapat

disebabkan oleh karena waktu kontak dengan udara luar besar, yaitu ketika

cawan petri yang berisi medium dimasukkan ke dalam tempat (ruang) yang

akan di uji sehingga kemungkinan untuk ditumbuhi mikroba.

BAB VI

PENUTUP

VI.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum dapat diambil kesimpulan bahwa

metode sterilisasi ruangan yang paling efektif berturut-turut adalah

Laminary Air Flow (LAF), zat kimia dan sinar UV.

VI.2 Saran

Sebaiknya diukur jumlah jamur dengan menggunakan medium

PDA.

DAFTAR PUSTAKA

1. Djidje, M.N., Sartini., (2003), “Instrumentasi Mikrobiologi Farmasi”,

Laboratorium Mikrobiologi Farmasi, Jurusan Farmasi, F. MIPA, UNHAs,

Makassar, 50

2. Hadioetomo, S. R., (1990), “Mikrobiologi Dasar dan Praktek”, PT.

Gramedia, Jakarta, 55

3. Djiwoseputro, D., (1989), “Dasar-Dasar Mikrobiologi”, Penerbit

Djambatan, Malang, 65

4. Pelczar, M.J., Chan, E.C.S., (1988), “Dasar-Dasar Mikrobiologi ”, UI-Press,

Jakarta, 479, 480

5. Lachman, L., et all., (1994), “Teori dan Praktek Farmasi Industri III”, Edisi

Ketiga, Penerbit UI, Jakarta, 1272

6. Ditjen POM., (1979), “Materia Medika Indonesia”, Jilid I, Depkes RI,

Jakarta, 35, 259

7. Ganiswarna, S. G., et all., (1995), “Farmakologi dan Terapi, Bagian

Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 517

LAMPIRAN

A. Komposisi Medium

1. Medium NA (Nutrien Agar)

Peptone 5,0 g

Ekstrak beef 3,0 g

Agar 15 g

Aquadest 1000 ml

B. Skema Kerja

Medium Steril

LAF Sinar UV Enkas (Disterilkan) (Disterilkan) (Disterilkan)

(pakai larutan fenol 5 %) Pakai alkohol 70 %

Biarkan 15 menit

Letakkan medium sterilBuka 1/3 bagian

Biarkan 15 menitTutup cawan

Inkubasi terbalik1 x 24 jam 37ºC

Pengamatan

Sterilitas ruangan sangat penting dalam dunia kesehatan. Ruang yang steril

menjamin kontaminasi yang minimal terhadap mikroorganisme. Pada dasarnya

suatu mikroba dapat menyebabkan masalah atau gangguan walaupun tidak bisa

diabaikan bahwa ada juga mikroorganisme yang berguna bagi kehidupan

manusia.

Ruang steril dapat dilihat pada ruangan seperti ruang bedah, ruang pasca

operasi, ruang industri farmasi, khususnya sediaan steril (injeksi, dan

sebagainya). Ruang steril adalah keadaan ruang yang bebas dari semua bentuk

kehidupan mikroba yang patogen maupun non-patogen termasuk sporanya.