mi/ agustanto b program mdgs terancam gagal filedikan yang layak, dan bahkan semakin terkungkung...
TRANSCRIPT
TUJUAN Pembangu-nan Milenium (MDGs) diprediksikan tidak akan berhasil karena
pemerintah sengaja mengabai-kan dan menyalahgunakan hak asasi masyarakat miskin.
Pernyataan itu dikeluarkan Amnesti Internasional dalam siaran persnya terkait dengan perkembangan pelaksanaan MDGs di negara-negara mis-kin, yang akan dibahas dalam pertemuan PBB di New York, Amerika Serikat, 20-22 Septem-ber mendatang.
Saat ini jutaan orang miskin hidup di daerah kumuh. Me-reka tidak mendapatkan akses kesehatan, sanitasi, pendi-dikan yang layak, dan bahkan
semakin terkungkung dengan kemiskinan. Padahal target MDGs adalah membebaskan masyarakat dari kungkungan kemiskinan. Amnesti Interna-sional memperkirakan ada 100 juta orang tinggal di kawasan kumuh. “Kecuali pemimpin dunia setuju mengambil lang-kah penting menegakkan hak asasi manusia masyarakat miskin dan masyarakat kurang beruntung di seluruh dunia. Mereka harus meneruskan tu-juan MDGs,’’ kata Sekjen Am-nesti Internasional Salil Shetty, ketua delegasi orga nisasi terse-but yang akan menghadiri per-temuan MDGs di New York.
‘’Namun, berbicara saja tidaklah cukup. Masyarakat harus mampu memegang akuntabilitas pemerintah ke-tika mereka (masyarakat) mulai
kehilangan hak asasinya.’’S h e t t y m e n g i n g a t k a n
masyarakat harus mampu me-nentang korupsi atau sikap pe-merintah yang menelantarkan rakyat karena mengabaikan aspek-aspek keadilan.
Amnest i In ternas iona l memprediksikan sekitar 70% masyarakat yang hidup dalam kemiskinan adalah perempuan. Selama ini di berbagai negara telah terjadi diskriminasi ter-hadap perempuan miskin di sektor pangan, air, sanitasi, dan tempat tinggal. Perempuan juga diperlakukan diskrimi-natif di sektor kebijakan negara, hukum, praktik kekerasan dan tekanan berbias gender.
Diskriminasi gender Amnesti Internasional mem-
berikan contoh di Port Har-
court, Nigeria, sebuah kawasan tepi laut, terdapat lebih dari 200 ribu orang yang diusir pemerintah setempat, de ngan cara dimusnahkan. Pasalnya masyarakat tersebut telah membangun kawasan tempat tinggal ilegal.
Demikian juga di Kenya, perempuan-perempuan miskin yang tinggal di kawasan ku-muh hanya boleh mengguna-kan sarana sanitasi saat malam tiba. Apabila melanggar, me-reka akan dikenai hukuman.
Contoh lain di Nikaragua, banyak perempuan muda beru-mur 10-14 tahun hamil akibat perkosaan. Banyak anak kecil sudah memiliki bayi. Seba-liknya ada pula yang meng-gugurkan kandungan dengan cara tidak aman.
Shetty memberikan contoh
baik di India. Pengadilan tinggi India pada 2001 telah memu-tuskan agar setiap sekolah di India wajib memberikan makanan yang bergizi kepada anak-anak. Kebijakan itu telah membantu anak-anak terhin-dar dari gizi buruk.
‘’Janji global untuk mena-ngani kasus kemiskinan di selu-ruh dunia memang bukan seka-dar kebetulan, melainkan harus ditindaklanjuti, kecuali para pemimpin dunia berkomitmen untuk melakukan perubahan, dan menjaga hak asasi kaum miskin. Pertemuan MDGs kali ini merupakan kesempatan terakhir. Bila hal ini gagal, pada 2015 sebagai batas akhir pelaksanaan MDGs akan gagal pula,’’ tegasnya. (RO/B-1)
UPAYA pencegahan, pena-nganan, dan langkah promotif yang dilakukan pemerintah masih minim atas gangguan kesehatan atresia bilier. Padahal, gangguan kesehatan tersebut masih belum banyak dikenal masyarakat, dan tiap tahun-nya kejadian baru atresia bilier di Indonesia terbilang tinggi jumlahnya.
“Mestinya, Kementerian Ke-sehatan harus tanggap ter-hadap hal ini, agar ke depan kejadian baru atresia bilier di Indonesia bisa turun,” ungkap Konsultan Gastroentero-He-patologi Anak RS Cipto Ma-ngunkusumo (RSCM) Hanifah Oswari kepada pers, seusai peresmian Yayasan Bilqis Se-hati, di Jakarta, kemarin.
Menurut Hanifah, dari data yang dimiliki, atresia bilier ter-jadi pada 1 dari 10 ribu-15 ribu balita lahir hidup. Dengan angka kelahiran hidup Indo-nesia 4,5 juta per tahun, bayi yang menderita atresia bilier diprediksi mencapai 300-450 bayi per tahunnya.
“Memang belum ada data pasti perihal kasus baru pe-nyakit ini. Namun, khusus di DKI Jakarta saja, dari beberapa rumah sakit yang melaporkan, ada rata-rata 23 kasus baru atresia bilier per tahunnya,’’ kata Hanifah.
Hanifah mengatakan ting-ginya angka itu karena temuan kasus atresia bilier yang terde-teksi ibarat fenomena gunung es. Karena itu, masih banyak penderita atresia bilier yang tiba-tiba saluran empedunya diserang, namun tidak terde-teksi. Imbasnya, banyak pasien atresia bilier ditemukan, namun sudah masuk kategori terlam-bat ditangani.
Padahal, kata Hanifah, bila bayi penderita atresia bilier
tidak segera ditangani, da-lam tenggang waktu 2 bulan saja, yang bersangkutan bakal meng alami kerusakan hati yang berat (sirosis hati).
“Kerusakan hati yang di-alami akan berjalan hebat dan cepat. Jika tanpa pertolongan medis, umumnya bayi akan meninggal dalam waktu 1-2 tahun,” kata Hanifah.
Atresia bilier adalah penyakit pada bayi yang menimpa salur-an empedu dan menyebabkan saluran empedu menjadi bun-tu. Lantaran buntu, hati tidak mampu mengalirkan empedu
ke dalam usus 12 jari. Aki-batnya, empedu terbendung di dalam hati, dan akhirnya menyebabkan gagal hati.
Biasanya, gejala atresia bilier bisa terlihat pada bayi sebelum bayi berusia 1 bulan. Karena itu, pada usia bulan pertama, orang tua seharusnya mem perhatikan 3 hal pada bayi mereka sebagai deteksi dini.
Ciri-ciri bayi yang menderita atresia bilier ada 3 yakni, kulit dan mata terlihat kuning se-telah usia dua minggu. Kedua, air seni berwarna keruh seperti air teh. Ciri ketiga, tinja yang keluar berwarna putih, seperti warna dempul. (Tlc/H-3)
Program MDGs Terancam Gagal
450 Bayi Menderita Atresia Bilier Setiap Tahun
Humaniora | 11JUMAT, 17 SEPTEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA
Siswantini Suryandari
Amnesti Internasional masih menemukan perlakuan diskriminatif negara terhadap masyarakat miskin.
KELUARGA MISKIN: Tumini, 30, warga Dusun Bedowo, Desa Ranget, Kacamatan Dagangan, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, bersama ibunya, menyuapkan tiwul kepada kedua anaknya, Febri dan Nadin. Keluaraga tersebut diklaim pemerintah sebagai salah satu warga yang hidup di bawah garis kemiskinan. Rumah yang mereka diami pun terbuat dari anyaman bambu yang sudah reyot.
MI/ AGUSTANTO B
Hanifah OswariKonsultan Gastroentero-Hepatologi Anak RSCM
Jika tanpa pertolongan medis, umumnya bayi akan meninggal dalam waktu 1-2 tahun.”
RISET yang dikembang-kan di bidang pangan telah meng alami kema-
juan pesat. Varietas kedelai hasil iradiasi nuklir yang diberi nama mutiara 1 telah dikerjakan para periset Badan Tenaga Nuklir Nasio nal (Batan) selama enam tahun antara 2004 dan 2010.
‘’Mutiara 1 merupakan ke-delai hasil penggunaan teknik iradiasi yang penelitiannya dilakukan Pusat Aplikasi Teknologi Isotop Radiasi Batan,’’ jelas Deputi Bidang Pendayagunaan Hasil Litbang dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir Batan, Taswanda Taryo,
di Jakarta, beberapa waktu lalu. Hasil panen kedelai mutiara
1 tak ubahnya dengan vari-etas kedelai lokal lain yang memiliki kadar protein 37,7% dan kadar lemak 13,8%. Ini sangat cocok untuk produksi tahu dengan rendemen sangat tinggi hingga 373,3%. Cocok pula untuk produksi tempe dengan rendemen 193,3%. Cita rasa Kedelai varietas lokal justru lebih disukai untuk tahu-tempe ketimbang kedelai impor.
“Riset ini mengikuti tuntutan pasar yang meng-hendaki kedelai varietas lokal, tetapi berbiji besar seperti kedelai impor,” kata Harry
Is Mul yana di Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi (Patir) Batan, Jakarta.
Harry bersama Arwin, Tarmizi, Masrizal, dan Muchlis Adie merupakan para periset kedelai mutiara 1 yang diluncurkan sebagai varietas unggul oleh Menteri Per tanian Suswono pada 22 Juli 2010. Deskripsi kedelai mutiara 1 yang superbesar didasarkan pada bobot rata-rata 23,2 gram per 100 biji. Ini lebih besar daripada kedelai impor Amerika Serikat yang hanya 18 gram per 100 biji.
Untuk mendapatkan kedelai superbesar ini, para pemulia kedelai di Batan menggunakan
iradiasi sinar gama. Radiasi sinar gama dapat memper-banyak keragaman genetik dan memecahkan gen linkage sehingga bisa memperbaiki beberapa sifat tanaman.
Galur-galur yang terpi-lih akan diuji pendahuluan, kemudian dilanjutkan dengan uji daya hasil lanjut. Termasuk mengecek data adaptasi dan stabilitas, serta uji lokasi. Berdasarkan syarat yang ditentukan, kedelai tersebut harus diuji di 16 lokasi berbeda. Dengan harapan untuk menda-patkan galur harapan unggul.
Menurut Harry, mutiara 1 merupakan hasil mutasi gen pada kedelai lokal varietas
muria. Perubahan gen yang dikehendaki tidak bisa diper-oleh serta-merta. Inilah yang membutuhkan waktu relatif lama hingga enam tahun untuk mendapatkan benih mutiara 1 dengan gen yang dikehendaki.
“Mutiara 1 telah lolos uji lokasi di 16 wilayah di Indo-nesia. Salah satunya di Nusa Tenggara Barat yang telah dipanen pada 29 Juli 2010,” ujar Harry.
Sekarang saatnya petani menunggu penyebaran benih kedelai biji superbesar ini. Konsumen menanti tahu dan tempe varietas kedelai lokal. (Siswantini Suryandari/B-1)
VARIETAS UNGGUL: Kedelai varietas unggul yang dipamerkan dalam Pekan Kedelai Nasional di Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Kendalpayak, Malang, Jawa Timur, beberapa waktu lalu.
Kedelai Superbesar Mutiara Jadi Andalan
ANTARA/ARI BOWO SUCIPTO