metro modul 8

9
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk menunjang teori yang telah/sedang diberikan pada mata kuliah Metrologi Industri maka perlu diadakan praktikum Metrologi Industri. Diharapkan mahasiswa teknik mesin lebih mengerti dan paham serta menguasai bahan atau teori yang diberikan pada mata perkuliahan tersebut. 1.2 Tujuan Praktikum Adapun tujuan praktikum ‘Pengukuran Kerataan Bidang/Analisis Meja Rata’ adalah menganalisa bidang dari data kelurusan dengan metoda Union Jack. 1.3 Manfaat Praktikum Setelah melakukan percobaan ‘Pengukuran Kerataan Bidang/Analisis Meja Rata’ praktikan diharapkan mampu menganalisa kerataan bidang yang disusun dari pola garis Union Jack.

Upload: tmunigal

Post on 09-Feb-2016

30 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Metro Modul 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Untuk menunjang teori yang telah/sedang diberikan pada mata kuliah

Metrologi Industri maka perlu diadakan praktikum Metrologi Industri.

Diharapkan mahasiswa teknik mesin lebih mengerti dan paham serta menguasai

bahan atau teori yang diberikan pada mata perkuliahan tersebut.

1.2 Tujuan Praktikum

Adapun tujuan praktikum ‘Pengukuran Kerataan Bidang/Analisis Meja

Rata’ adalah menganalisa bidang dari data kelurusan dengan metoda Union

Jack.

1.3 Manfaat Praktikum

Setelah melakukan percobaan ‘Pengukuran Kerataan Bidang/Analisis

Meja Rata’ praktikan diharapkan mampu menganalisa kerataan bidang yang

disusun dari pola garis Union Jack.

Page 2: Metro Modul 8

BAB II

TEORI DASAR

2.1 TEORI TENTANG PENGUKURAN

Pengukuran adalah membandingkan suatu besaran yang belum diketahui

dengan besaran standar.

Syarat-syarat besaran standar adalh sebagai berikut:

1. Dapat didefinisikan secara fisik

2. Jelas dan tidak berubah terhadap waktu

3. Dapat dijadikan sebagai pembanding

Karakteristik pengukuran adalah sebagai berikut:

1. Ketelitian (Accuracy)

Adalah kemampuan proses pengukuran untuk mendapatkan atau

memperoleh hasil pengukuran yang mendekati sama dengan ukuran

sebenarnya, ukuran sebenarnya tidak dapat ditentukan tetapi merupakan

suatu nilai yang dianggap benar.

2. Ketepatan (Precission)

Adalah kemampuan proses pengukuran untuk mendapatkan nilai atau harga

yang sama pada proses pengukuran berulang dan identik.

3. Kecermatan (Resolution)

Adalah harga terkecil yang dapat diukur oleh suatu alat ukur.

Jadi selama ini kita salah dalam membedakan ketelitian dan kecermatan,

yang tertulis pada alat ukur seperti 0,01 atau 0,02 merupakan harga

kecermatan.

Page 3: Metro Modul 8

Cara-cara pengukuran adalh sebagai berikut:

1. Pengukuran langsung

Adalah pengkuran yang dilakukan dimana hasil pengukuran dapat dilihat

langsung pada bagian pencatat atau penunjuk alat ukur.

Misalnya pengukuran dengan menggunakan Jangka sorong, Micrometer,

Dial bore gage, Triobor, dan lain-lain

2. Pengukuran tak langsung

Pengukuran yang dilakukan dimana kita tidak dapat melihat langsung hasil

pengukuran tetapi dengan menggunakan alat ukur standar, alat ukur

pembanding, alat ukur Bantu.

3. Pengukuran kaliber batas

Adalah pengukuran yang dilakukan dimana tidak diperlukan harga

pengukuran yang pasti, tetapi hanya untuk mengetahui apakah suatu dimensi

terletak didalam atau diluar daerah toleransi ukuran.

4. Pengukuran bentuk standar

Dengan menjadikan suatu bentuk sebagai acuan apakah suatu produk telah

sesuai dengan bentuk yang terlah di rencanakan.

5. Pengukuran khusus

Adalah pengukuran pada objek ukur tertentu yang tidak dapat diukur dengan

alat ukur biasa, misalnya pengukuran kekasaran permukaan, pengukukuran

bentuk-bentuk yang sulit seperti pada perancangan body mobil.

Meja Rata

Spesimen

Dial indicator

Stand magnetik

Page 4: Metro Modul 8

Jenis-jenis alat ukur dapat dibedakan menjadi dua macam antara lain:

Alat ukur dasar atau pokok

Alat ukur turunan

Alat ukur dasar atau pokok terdiri dari:

1. Alat ukur langsung

Adalah alat ukur yang dapat memberikan harga pengukuran secara

langsung. Misalnya Mistar ingsut, micrometer, triobor, dial bore indicator.

2. Alat ukur pembanding

Adalah alat ukur yang tidak dapat memberikan harga pengukuran secara

langsung. Selisih ukuran alat ukur dengan benda ukur merupakan skala

pengukuran, misalnya dial indicator.

3. Alat ukur Kaliber batas

Adalah alat ukur yang digunakan untuk mengetahui apakah suatu dimensi

terletak di dalam atau di luar daerah toleransi ukuran. Misalnya caliber

lubang, caliber poros, kaliber sudut dan lain-lain.

4. Alat ukur standar

Adalah alat ukur yang digunakan untukmenstandarkan alat ukur lain.

Contohnya adalah block ukur, block sudut, dan lain-lain.

5. Alat ukur Bantu

Yang tidak termasuk sebagai alat ukur dalam arti yang sesungguhnya akn

tetapi memiliki peranan penting dalam pelaksanaan suatu proses pengukuran

geometric.

Misalnya block V, meja rata, stand magnetic

Alat ukur turunan terdiri dari:

1. Alat ukur khas (khusus, spesifik)

Yang dibuat khusus untuk mengukur geometri yang khas misalnya kekasaran

permukaan, kebulatan, profil gigi suatu roda gigi dan sebagainya.

Page 5: Metro Modul 8

2. alat ukur koordinat

yang memiliki sensor yang dapat digerakkan dalam ruang. Koordinat sensor

dibaca melalui tiga skala yang disusun seperti koordinat kartesian (x, y, z).

Dapat dilengkapi dengan sumbu putar (koordinat polar). Memerlukan

penganalisis data titik-titik, koordinat untuk diproses menjadi informasi yang

lebih jelas (diameter lubang, jarak sumbu dan sebagainya).

Berdasarkan prinsip kerjanya terdiri dari :

1. Mekanis

2. Elektris

3. Optis

4. Hidrolis

5. Aerodinamis

Prinsip kerja diatas dapat kita temukan pada bagian peubah atau tranduser dari

suatu alat ukur.

Sifat-sifat umum dari suatu alat ukur adalha sebagai berikut :

1. Rantai Kalibrasi ( mampu usut )

Kemampuan suatu alat ukur untuk di standarkan dengan alat ukur yang

lebih standar.

Urutan rantai kalibrasi adalah :

a. Kalibrasi alat ukur kerja dengan alat ukur standar kerja

b. Kalibrasi alat ukur standar kerja dengan alat ukur standar lokal/

industri.

c. Kalibrasi alat ukur standar lokal/ industri dengan alat ukur standar

nasional.

d. Kalibrasi alat ukur standar nasional dengan alat ukur standar

internasional

2. Kemudahan Baca ( readibiliyt)

Kemampuan alat ukur untuk dapat memberikan hasil pengukuran yang jelas

dan berarti.

Page 6: Metro Modul 8

3. Kepekaan ( sensitivity )

Kemampuan alat ukur untuk merasakan perbedaan nilai pengukuran yamg

relatif kecil.

4. Kepasifan ( passivity )

Keterlambatan reaksi, dimana sensor telah memberikan isyarat, tetapi jarum

penunjuk belum juga mengalami perubahan.

5. Histerisis

Penyimpangan yang terjadi pada pengukuran dari dua arah yang berbeda

pada pengukuran yang berulang dan identik.

6. Kestabilan Nol ( zero stability )

Kemampuan jarum penunjuk untuk kembali keposis nol seketika isyarat

tidak ada lagi.

7. Persgeseran ( shifting )

Terjadinya perubahan pada jarum penunjuk padahal sensor tidak

memberikan isyarat apapun.

8. Pengambangan ( floating )

Keadaan dimana penunjuk atau pencatat pada alat ukur menunjukkan hasil

pengukuran yang berubah-ubah, biasanya terjadi pada penunjuk digital.

Penyimpangan yang terjadi pada pengukuran ;

1. Penyimpangan yang bersumber dari alat ukur

2. Penyimpangan yang bersumber dari benda ukur

3. Penyimpangan yang bersumber dari pengaruh lingkungan

4. Penyimpangan yang bersumber dari posisi pengukuran

5. Penyimpangan yang bersumber dari pengukur