metpen_m-12_pba

12
‘13 1 Metodologi Penelitian Teknik [MetPen]) Pusat Bahan Ajar dan eLearning Muhammad Kholil, Ir, MT http://www.mercubuana.ac.id MODUL PERKULIHAN METODOLOGI PENELITIAN TEKNIK MATERI PEMBAHASAN 1. Tahap-Tahap Pelaksanaan Penelitian 2. Arti Dan Kegunaan Data 3. Pembagian Data Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Teknik Teknik Industri 12 16504 Ir. Muhammad Kholil, MT Abstract Aktivitas penelitian tidak akan terlepas dari keberadaan data yang merupakan bahan baku informasi untuk memberikan gambaran spesifik mengenai obyek penelitian. Kompetensi Koleksi data merupakan tahapan dalam proses penelitian yang penting, karena hanya dengan mendapatkan data yang tepat maka proses penelitian akan berlangsung sampai peneliti mendapatkan jawaban dari perumusan masalah yang sudah ditetapkan

Upload: dedihermansyah

Post on 10-Sep-2015

212 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

metodologi penelitian

TRANSCRIPT

  • 13

    1 Metodologi Penelitian Teknik [MetPen]) Pusat Bahan Ajar dan eLearning

    Muhammad Kholil, Ir, MT http://www.mercubuana.ac.id

    MODUL PERKULIHAN

    METODOLOGI PENELITIAN TEKNIK

    MATERI PEMBAHASAN

    1. Tahap-Tahap Pelaksanaan Penelitian

    2. Arti Dan Kegunaan Data

    3. Pembagian Data

    Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

    Teknik Teknik Industri

    12 16504 Ir. Muhammad Kholil, MT

    Abstract Aktivitas penelitian tidak akan terlepas dari keberadaan data yang merupakan bahan baku informasi untuk memberikan gambaran spesifik mengenai obyek penelitian.

    Kompetensi Koleksi data merupakan tahapan dalam proses penelitian yang penting, karena hanya dengan mendapatkan data yang tepat maka proses penelitian akan berlangsung sampai peneliti mendapatkan jawaban dari perumusan masalah yang sudah ditetapkan

  • 13

    2 Metodologi Penelitian Teknik [MetPen]) Pusat Bahan Ajar dan eLearning

    Muhammad Kholil, Ir, MT http://www.mercubuana.ac.id

    Efisiensi Inventaris dalam Proses

    Bertujuan untuk mengurangi besarnya nilai inventaris pada setiap

    proses dengan cara memperbaiki aliran proses produksi, layout

    produksi, dan tata letak material dan hasil produksi agar tidak

    mengganggu jalannya proses produksi. Modal kerja dalam bentuk

    inventaris proses dapat dimanfaatkan secara efektif. Besarnya modal

    kerja yang masih dapat diefektifkan dapat dilihat pada pembahasan di

    bawah ini (Gambar 10.35).

    Ide dasar pengefektifan modal kerja dalam bentuk inventaris ini adalah

    mengendalikan komponen-komponen yang mempengaruhi besarnya

    modal kerja, seperti:

    1. Nilai pemakaian material di setiap work center dan kebijakan lot

    size yang

    digunakan.

    2. Periode cycle, lead time produksi, retention, pengiriman barang

    hingga

    mendapatkan pembayaran atas barang yang dikirim.

    3. Urutan nilai pemakaian material.

  • 13

    3 Metodologi Penelitian Teknik [MetPen]) Pusat Bahan Ajar dan eLearning

    Muhammad Kholil, Ir, MT http://www.mercubuana.ac.id

    Secara garis besar, efisiensi work in process dapat dilakukan dengan

    cara:

    1. Memperkecil Lot Size

    Inventaris di setiap proses dapat diukur dengan cara mengetahui aliran

    material keluar dan masuk pada proses tersebut. Dengan asumsi tidak

    terjadi selisih stok opname, stok inventaris pada proses dapat diketahui,

    sedangkan lot size produk ditentukan dengan cara membandingkan

    nilai stok inventaris pada proses dengan rencana pemakaian material

    per satu satuan produk. Semakin besar lot size yang terdapat pada

    proses, semakin besar peluang untuk melakukan efisiensi pada

    inventaris dalam proses. Kondisi maksimum yang dapat dicapai adalah

    stok inventaris dalam proses bernilai sama dengan rencana pemakaian

    material pada produk. Atau dengan kata lain, lot size bernilai 1.

    Pada contoh di bawah ini, nilai stok bernilai negatif. Kenyataannya, nilai

    stok tidak dapat bernilai negatif. Hal ini disebabkan keluarnya material

    dari work center berdasarkan asumsi perkalian hasil produksi dengan

    pemakaian material per satu satuan produk, sedangkan penerimaan

  • 13

    4 Metodologi Penelitian Teknik [MetPen]) Pusat Bahan Ajar dan eLearning

    Muhammad Kholil, Ir, MT http://www.mercubuana.ac.id

    material tidak sesuai dengan perencanaan material atau sebagai

    material pengganti.

    Data material usage dan nilai stok pada work center

    dikelompokkan menjadi satu dalam tabel di bawah ini.

    Untuk mempermudah analisa, maka dibuat dalam bentuk grafik. Pada

    grafik di bawah ini, lot size stock work in process masih memiliki

    peluang untuk diperkecil.

  • 13

    5 Metodologi Penelitian Teknik [MetPen]) Pusat Bahan Ajar dan eLearning

    Muhammad Kholil, Ir, MT http://www.mercubuana.ac.id

    Gambar 10.36 Area Efisiensi dengan Mengendalikan Besaran Lot Size

    Untuk mengurangi stok dalam proses dapat juga dilakukan dengan cara

    mempercepat pemakaian material dan mengelom-pokkan proses

    perakitan produk. Pada perakitan model continuous flow process,

    pemakaian material, part, dan komponen untuk produk A pada setiap

    work center diperlihatkan pada grafik di bawah ini (gambar 10.36).

    Penurunan pemakaian material, part, dan komponen pada urutan

    proses perakitan 2 lebih cepat dibandingkan dengan urutan proses

    perakitan 1. Dengan lot size penyimpanan material, part, dan

    komponen yang sama pada work center, urutan proses perakitan 2

    lebih efektif dibandingkan dengan urutan proses perakitan 1.

    Leveling produk akan sangat efektif apabila setelah produk dirakit

    langsung diedarkan. Apabila diedarkan setelah kuantitas tertentu atau

    melampaui cycle produk, keistimewaan leveling produk tersebut tidak

    akan memiliki keuntungan dalam proses. Sebaliknya, akan memerlukan

    space yang cukup luas untuk menempatkan beberapa material, part,

    dan komponen untuk produk-produk lain yang akan digunakan work

    center dalam proses perakitan.

    Kerugian dari leveling produk adalah pemakaian material, part, dan

    komponen pada setiap work center akan diperlambat. Grafik di bawah

  • 13

    6 Metodologi Penelitian Teknik [MetPen]) Pusat Bahan Ajar dan eLearning

    Muhammad Kholil, Ir, MT http://www.mercubuana.ac.id

    ini (gambar 10.37) hanya memperlihatkan pemakaian material, part,

    dan komponen produk A.

    Gambar 10.37 Area Efisiensi dengan mengendalikan Urutan Proses Perakitan

    Produk

    Selanjutnya, akan dibahas pemakaian material, part, dan komponen

    pada work center yang dilalui oleh beberapa produk yang akan dirakit.

    Sebelum melakukan perakitan, semua material, part, dan komponen

    harus sudah siap dan berada pada lokasi work center. Pada pola

    proses perakitan leveling produk, semua material, part, dan komponen

    yang akan digunakan oleh Produk A, B, C, dan D sudah siap di lokasi

    perakitan. Karena pemakaian material, part, dan komponen masing-

    masing produk dilakukan secara bergantian, maka hal tersebut

    mengakibatkan pemakaian material, part, dan komponen untuk masing-

    masing produk menjadi lambat, sehingga secara total inventaris pada

    work center menjadi tinggi. Besarnya inventaris pada work center

    diperlihatkan pada grafik di bawah ini (gambar 10.38).

  • 13

    7 Metodologi Penelitian Teknik [MetPen]) Pusat Bahan Ajar dan eLearning

    Muhammad Kholil, Ir, MT http://www.mercubuana.ac.id

    Gambar 10.38 Status Inventaris pada Work Center (Leveling Production)

    Grafik di bawah ini (gambar 10.39) menggambarkan pasokan material,

    part, dan komponen dalam besaran lot tertentu berdasarkan

    pengelompokan produk yang akan dirakit.

    Gambar 10.39 Status Inventaris pada Work Center (Group Produk)

    Mengubah Urutan Proses Perakitan Produk

    Perakitan material, part, dan komponen pada proses membangun

    produk dilakukan pada setiap work center. Masing-masing work center

    memiliki biaya pemakaian material. Dengan mengubah urutan proses

    perakitan, maka biaya pemakaian material yang mahal diletakkan pada

    akhir proses. Seperti yang diperlihatkan pada tabel di bawah ini.

  • 13

    8 Metodologi Penelitian Teknik [MetPen]) Pusat Bahan Ajar dan eLearning

    Muhammad Kholil, Ir, MT http://www.mercubuana.ac.id

    Tabel 10.6 Tabel Perubahan Urutan Proses Perakitan Proses

    Maksud dari mengubah urutan proses perakitan dengan

    menempatkan material dengan nilai tinggi di akhir proses adalah untuk

    memperpendek umur penyimpanan material dengan value tinggi yang

    menempel pada produk, sehingga beban biaya inventaris dalam proses

    dapat ditekan. Untuk mempermudah analisa, perubahan urutan proses

    perakitan diperlihatkan dengan menggunakan grafik di bawah ini

    (Gambar 10.40).

    Gambar 10.40 Grafik Perubahan Urutan Proses Perakitan Proses

  • 13

    9 Metodologi Penelitian Teknik [MetPen]) Pusat Bahan Ajar dan eLearning

    Muhammad Kholil, Ir, MT http://www.mercubuana.ac.id

    Secara matematis, dapat dibuktikan bahwa urutan pemakaian material

    pada setiap work center akan mempengaruhi besar kecilnya pemakaian

    modal kerja.

    Contoh Kasus

    Urutan pemakaian material dari nilai besar ke nilai yang lebih kecil.

    llustrasi dapat dilihat pada gambar di bawah (Gambar 10.41).

    Dari awal proses hingga akhir proses ditempuh dalam waktu 3 hari dan

    melalui 1.260 work center (n). Jika beban bunga per tahun 24%, maka

    beban bunga setiap periode menjadi 3/365*24%/1.260 =

    0,000156556% (i).

    Dengan pemakaian material awal sebesar 0 (A) dan dengan asumsi

    pada akhir proses pemakaian material menjadi 184.127 (An),

    diperkirakan pemakaian material mengalami peningkatan setiap melalui

    work center sebesar (184.127 - 0) / (1.260-1) = 146,25 (A), maka modal

    kerja yang dibutuhkan hingga produk sampai cargo ready adalah

    sebesar Rp116.076.187,00 (F). Apabila dari cargo ready hingga

    pembayaran membutuhkan waktu 30 hari, maka total perkiraan modal

  • 13

    10 Metodologi Penelitian Teknik [MetPen]) Pusat Bahan Ajar dan eLearning

    Muhammad Kholil, Ir, MT http://www.mercubuana.ac.id

    kerja menjadi Rp118.365.909,00 dengan keuntungan / =30/365*24% =

    19,726 /0.

    Dengan cara yang sama, dapat dihitung modal kerja yang dibutuhkan,

    apabila pemakaian material mengalami penurunan

    hingga akhir proses. Dari awal proses hingga akhir proses, ditempuh

    dalam waktu 3 hari dan melalui 1.260 work center (n). Jika beban

    bunga per tahun 24%, maka beban bunga setiap periode menjadi

    3/365*24%/1.260 = 0,000156556% (/). Dengan pemakaian material

    awal sebesar 184.127 (X\) dan dengan asumsi pada akhir proses

    pemakaian material menjadi 0 (An), diperkirakan pemakaian material

    mengalami penurunan setiap melalui work center sebesar (184.127 -

    0)/(1.260-1) = 146,25 (A), maka modal kerja yang dibutuhkan hingga

    produk sampai cargo ready adalah sebesar Rp116.152.604,00 (F).

    Apabila dari cargo ready hingga pembayaran membutuhkan waktu 30

    hari, maka total perkiraan modal kerja menjadi Rp118.443.833,00

    dengan keuntungan (interest) / =30/365*24% = 19,726 /0.

    Selisih beban bunga pada akhir proses sebesar Rp76.417,00 per

    produk. Setiap 1 menit, produk akan keluar dari proses perakitan.

    Apabila dalam satu bulan dapat diproduksi sebanyak 12.600 pcs

  • 13

    11 Metodologi Penelitian Teknik [MetPen]) Pusat Bahan Ajar dan eLearning

    Muhammad Kholil, Ir, MT http://www.mercubuana.ac.id

    produk, selama 1 bulan beban bunga yang dapat dikendalikan dalam

    proses perakitan sebesar 12.600*76.417 = Rp962.859.868,00. Efisiensi

    terhadap beban bunga hingga proses pembayaran sebesar

    Rp77.925,00 per produk. Apabila selama 1 bulan dapat dijual 12.600

    produk, beban bunga yang dapat dikendalikan dari proses perakitan

    hingga pembayaran sebesar 12.600*77.925 = Rp981.853.268,00. Dari

    contoh kasus di atas dapat disimpulkan, pemakaian material dengan

    nilai yang tinggi terhadap work center berikutnya (Decreasing Material

    Usage) akan berdampak terhadap peningkatan beban bunga

    dibandingkan dengan pemakaian material dengan nilai tinggi pada work

    center di akhir proses (Increasing Material Usage).

    3. Menyederhanakan Pemakaian Material pada Proses

    Perakitan

    Cara lain untuk menurunkan inventaris proses adalah melakukan

    evaluasi terhadap pemakaian material di setiap work center.

    a. Apakah mungkin jumlah barang yang dipakai work center pada

    proses perakitan dapat dikurangi?

    Dengan re-engineering produk atau part pada value engineering

    jumlah part, komponen yang digunakan pada proses perakitan

    produk dapat dikurangi.

    b. Apakah mungkin harga pemakaian part di setiap work center dapat

    ditekan?

    Dengan analisa nilai, komponen-komponen biaya pemakaian part

    dianalisa. Analisa biaya dilakukan berdasarkan prosesIyang dilalui,

    kuantitas pemakai-an material, harga beli material, dan jenis

    material yang digunakan.

    Contoh kasus digambarkan pada tabel di bawah, di mana pada post 3,

    post 5, dan post N-2 mengalami perbaikan efisiensi pada pemakaian

    material.

  • 13

    12 Metodologi Penelitian Teknik [MetPen]) Pusat Bahan Ajar dan eLearning

    Muhammad Kholil, Ir, MT http://www.mercubuana.ac.id

    Tabel 10.8 Tabel Efisiensi Pemakaian Material

    Hasil perbaikan digambarkan pada grafik di bawah ini (Gambar 10.42).

    Gambar 10.42 Grafik Efisiensi Pemakaian Material