metolit revisi kd1

11
1 VIVI AIDA NILAM CAHYANI I021208 3 PUSAT TERAPI DAN REHABILITASI NARKOBA DAN HIV/AIDS BERBASIS THERAPEUTIC COMMUNITY DENGAN PENDEKATAN HEALING ENVIRONMENT DI SURAKARTA PENGERTIAN JUDUL Pusat Terapi dan Rehabilitasi Narkoba dan HIV / AIDS Terapi bagi korban ketergantungan narkoba dan HIV/ AIDS adalah suatu upaya atau metode yang dilakukan pada pecandu narkoba dan penderita HIV/AIDS untuk pulih dan terbebas dari ketergantungan narkoba dan terbebas dari penyakit HIV/AIDS yang diderita oleh residen. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pusat terapi bagi korban ketergantungan narkoba suatu wadah fungsional yang menyelenggarakan upaya medis, psikologi, pendidikan sosial dan vokasional untuk pecandu narkoba dengan menggunakan metode tertentu bagi pecandu narkoba dan residen yang menderita HIV/AIDS agar bisa terbebas dari ketergantungan narkoba dan penyakit HIV/ AIDS tersebut. Kegiatan dan aktivitas pada pusat terapi dan rehabilitasi narkoba dan HIV/AIDS adalah sebagai berikut : - Terapi dan rehabilitasi pada korban ketergantungan narkoba Korban ketergantungan narkoba akan diterapi dengan terapi komunitas yang merupakan suatu terapi dengan membentuk suatu komunitas sehingga residen bisa saling berinteraksi dengan yang lain dan bisa membantu kesembuhan satu sama lain. Sementara rehabilitasi yang digunakan adalah rehabilitasi sosial sehingga residen harus lebih dahulu menjalani rehabilitasi medis sebelum menjalani rehabilitasi sosial ini. Rehabilitasi sosial yang diterapkan ini akan lebih berfokus pada kesembuhan mental dan psikologis pecandu narkoba.

Upload: vivie-aida

Post on 22-Dec-2015

215 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

latar belakang pusat terapi dan rehabilitasi narkoba

TRANSCRIPT

Page 1: metolit revisi kd1

1

VIVI AIDA NILAM CAHYANI I0212083

PUSAT TERAPI DAN REHABILITASI NARKOBA DAN HIV/AIDS BERBASIS THERAPEUTIC COMMUNITY DENGAN PENDEKATAN HEALING ENVIRONMENT DI SURAKARTA

PENGERTIAN JUDUL

Pusat Terapi dan Rehabilitasi Narkoba dan HIV / AIDS

Terapi bagi korban ketergantungan narkoba dan HIV/ AIDS adalah suatu upaya atau metode

yang dilakukan pada pecandu narkoba dan penderita HIV/AIDS untuk pulih dan terbebas dari

ketergantungan narkoba dan terbebas dari penyakit HIV/AIDS yang diderita oleh residen.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pusat terapi bagi korban ketergantungan narkoba suatu

wadah fungsional yang menyelenggarakan upaya medis, psikologi, pendidikan sosial dan

vokasional untuk pecandu narkoba dengan menggunakan metode tertentu bagi pecandu

narkoba dan residen yang menderita HIV/AIDS agar bisa terbebas dari ketergantungan

narkoba dan penyakit HIV/ AIDS tersebut.

Kegiatan dan aktivitas pada pusat terapi dan rehabilitasi narkoba dan HIV/AIDS adalah

sebagai berikut :

- Terapi dan rehabilitasi pada korban ketergantungan narkoba

Korban ketergantungan narkoba akan diterapi dengan terapi komunitas yang

merupakan suatu terapi dengan membentuk suatu komunitas sehingga residen bisa

saling berinteraksi dengan yang lain dan bisa membantu kesembuhan satu sama lain.

Sementara rehabilitasi yang digunakan adalah rehabilitasi sosial sehingga residen

harus lebih dahulu menjalani rehabilitasi medis sebelum menjalani rehabilitasi sosial

ini. Rehabilitasi sosial yang diterapkan ini akan lebih berfokus pada kesembuhan

mental dan psikologis pecandu narkoba.

- Rehabilitasi bagi pengidap penyakit HIV / AIDS

Pengidap penyakit HIV / AIDS sangat rentan terhadap sistem imun tubuh mereka,

namun sejauh ini tidak ada obat yang bisa menyembuhkan penyakit HIV/AIDS

tersebut. Kegiatan yang ada di rehabilitasi ini pun hanya sebatas memberikan hunian

yang nyaman dan memberikan informasi-informasi tentang HIV / AIDS. Selain itu,

terdapat kegiatan medis juga jika pasien dalam keadaan gawat, kegiatan yang lain

adalah terapi psikologis dan mental bagi penderita agar penderita tidak merawa

dikucilkan di masyarakat.

Therapeuric Community

Terapi Komunitas adalah grup atau sekelompok orang yang memiliki prinsip interpersonal

yang cukup tinggi, sehingga mampu mendorong orang lain untuk belajar berinteraksi di

Page 2: metolit revisi kd1

2

VIVI AIDA NILAM CAHYANI I0212083

suatu komunitas. Terapi komunitas terdiri dari staf yang pernah mengalami rasa sakit dan

memiliki perilaku yang timbul akibat ketergantungan narkoba, namun telah mampu dan

mengetahui cara mengatasinya (Leon, 200:27) serta telah melalui pendidikan dan pelatihan

khusus yang memenuhi syarat dan konselor. Tenaga professional hanya sebagai konsultan

saja. Di lingkungan khusus ini pasien dilatih ketrampilan mengelola waktu dan perilaku

secara efektif serta kehidupan sehari – hari, sehingga dapat mengatasi keinginan

mengonsumsi narkoba. Dalam komunitas ini semua aktif dalam proses terapi

(Depkes2000:55).

Teori yang mendasari metode Therapeutic Community adalah pendekatan behavioral

dimana berlaku sistem reward (penghargaan/penguatan) dan punishment (hukuman) dalam

mengubah suatu perilaku. Selain itu digunakan juga pendekatan kelompok, dimana sebuah

kelompok dijadikan suatu media untuk mengubah suatu perilaku.

Konsep Therapeutic Community yaitu menolong diri sendiri, dapat dilakukan dengan

adanya keyakinan bahwa:

- Setiap orang bisa berubah

- Kelompok bisa mendukung untuk berubah

- Setiap individu harus bertanggung jawab

- Program terstruktur dapat menyediakan lingkungan aman dan kondusif bagi

perubahan

- Adanya partisipasi aktif (Winanti,2008:2)

Healing Environment

Menurut Knecht (2010), healing environment adalah pengaturan fisik dan dukungan budaya

yang memelihara fisik, intelektual, sosial dan kesejahteraan spiritual pasien, keluarga dan

staf serta membantu mereka untuk mengatasi stres terhadap penyakit dan rawat inap.

Menurut Malkin (2005) dalam Montague (2009), healing environment adalah pengaturan

fisik yang mendukung pasien dan keluarga untuk menghilangkan stres yang disebabkan oleh

penyakit, rawat inap, kunjungan medis, pemulihan dan berkabung. Dengan demikian, dapat

disimpulkan bahwa healing environment merupakan suatu desain lingkungan terapi yang

dirancang untuk membantu proses pemulihan pasien secara psikologis.

Menurut Murphy (2008), ada tiga pende-katan yang digunakan dalam mendesain healing

environment, yaitu alam, indra dan psikologis. Berikut penjelasan dari masing-masing

pendekatan desain.

Page 3: metolit revisi kd1

3

VIVI AIDA NILAM CAHYANI I0212083

- Alam

Alam merupakan alat yang mudah diakses dan melibatkan pancaindra. Alam memiliki

efek restoratif seperti menurunkan tekanan darah, memberikan konstribusi bagi

keadaan emosi yang positif, menurunkan kadar hormon stres dan meningkatkan energi.

Unsur alam yang ditempatkan ke dalam pengobatan pasien dapat membantu

menghilangkan stres yang diderita pasien.

Menurut Kochnitzki (2011), ada beberapa jenis taman/garden di dalam rumah sakit,

yaitu contemplative garden, restorative garden, healing garden, enabling garden dan

therapeutic garden. Contemplative garden bermanfaat untuk menenangkan pikiran dan

memperbaiki semangat. Restorative garden bermanfaat untuk kesehatan dan membuat

perasaan orang yang sakit menjadi lebih baik. Healing garden mengacu pada berbagai

fitur taman yang memiliki kesamaan dalam mendorong pemulihan stres dan memiliki

pengaruh positif pada pasien, pengunjung dan staf rumah sakit. Enabling garden

merupakan taman yang memungkinkan semua orang dari berbagai usia serta

kemampuan dapat menikmati dan berinteraksi. Therapeutic garden merupakan sebuah

taman yang mencoba meningkatkan terapi medis lingkungan di dalam kondisi

pengobatan medis.

- Indera (Sense)

Indra meliputi pendengaran, penglihatan, peraba, penciuman dan perasa. Masing

masing indra dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Indra pendengaran

Suara yang menyenangkan dapat mengurangi tekanan darah dan detak jantung

sehingga menciptakan sen-sasi kenikmatan yang mempenga-ruhi sistem saraf.

Suara yang dapat menenangkan pikiran, antara lain:

Suara musik, digunakan untuk mengobati depresi, menenangkan dan bersantai

bagi anak-anak autis dan pasien kejiwaan. Suara hujan, angin, laut, air yang

bergerak dan burung dapat membuat suasana tenang dan menciptakan rasa

kesejahteraan. Suara air mancur dapat membe-rikan energi spiritual dan mem-

bangkitkan perasaan yang dekat dengan suasana pegunungan dan air terjun.

2) Indra penglihatan

Sesuatu yang dapat membuat mata menjadi santai/relax seperti peman-

dangan, cahaya alami, karya seni dan penggunaan warna tertentu.

3) Indra peraba

Page 4: metolit revisi kd1

4

VIVI AIDA NILAM CAHYANI I0212083

Sentuhan merupakan mekanisme dasar dalam menjelajahi dunia selama masa

kanak-kanak karena sentuhan menegaskan apa yang mereka lihat, cium, rasa

dan dengar.

4) Indra penciuman

Bau yang menyenangkan dapat me-nurunkan tekanan darah dan detak jantung,

sedangkan bau yang tidak menyenangkan dapat meningkatkan detak jantung

dan pernapasan.

5) Indra perasa

Indra perasa menjadi terganggu pada saat pasien mengalami sakit ataupun

menerima pengobatan. Hal ini biasa-nya ditunjukkan dengan berubahnya rasa

makanan maupun minuman saat dikonsumsi. Karena itu, kualitas makanan dan

minuman yang ditawarkan harus diperhatikan.

- Psikologis

Secara psikologis, healing environment membantu proses pemulihan pasien men-jadi

lebih cepat, mengurangi rasa sakit dan stres. Perawatan pasien yang diberikan

memperhatikan terhadap pilihan, kebutuhan dan nilai-nilai yang menuntun pada

keputusan klinis pasien. Ada enam dimensi untuk perawatan pasien, antara lain

(Departement of Health, 2001):

1) rasa kasih sayang, empati dan tang-gapan terhadap kebutuhan;

2) koordinasi dan integrasi;

3) informasi dan komunikasi;

4) kenyaman fisik;

5) dukungan emosional;

6) keterlibatan keluarga dan teman-teman.

Surakarta

Kota Surakarta dikelilingi oleh beberapa daerah tingkat II, yaitu Kabupaten Boyolali,

Kabupaten Sragen, Kabupaten Klaten, Kabupaten Karangayar, Kabupaten Sukoharjo, dan

Kabupaten Wonogiri , merupakan sebuah dataran rendah yang terletak di cekungan lereng

pegunungan Lawu dan pegunungan Merapi dengan ketinggian sekitar 92 m diatas

permukaan air laut. Dalam perkembangannya, kabupaten-kabupaten ini merujuk pada Kota

Solo sebagai barometer perkembangan ekonomi, politik, sosial serta budaya. Topografi

wilayah Surakarta terdiri dari dataran rendah. Dibagian Utara (daerah Mojosongo) yang

merupakan daerah yang agak berkontur memiliki kemiringan 0-30% sedang ketinggian ruang

bervariasi antara 0-3,5 M. Di bagian Selatan merupakan dataran yang relatif rendah, dengan

Page 5: metolit revisi kd1

5

VIVI AIDA NILAM CAHYANI I0212083

kemiringan 0-5%. Ketinggian kota Solo yaitu antara ±92 M di atas permukaan air laut

(mDPL). Suhu udara Maksimum kota Surakarta adalah 32,5 derajat Celsius, sedang suhu

udara minimum adalah 21,9 derajat Celsius. Rata-rata tekanan udara adalah 1010,9 MBS

dengan kelembaban udara 75%. Kecepatan angin 4 Knot dengan arah angin 240 derajat. Solo

beriklim tropis, sedang musim penghujan dan kemarau bergantian sepanjang 6 bulan tiap

tahunnya.( www.surakarta. go.id)

LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan negara yang semakin berkembang dalam segala bidang baik bidan

infrastruktur, perekonoman maupun dari bidang gaya hidup. Fasilitas yang ada pun semakin

berkembang pesat seperti perkebangan mall, hotel, bahkan restaurant. Perkembangan ini akan

berdampak positif dan tentunya negatif bagi masyarakat. Dampak negatif dari segi non fisik yang

bisa kita lihat sekarang ini adalah meningkatnya fenomena seperti hedonism, individualis, angka

kriminalitas yang semakin meningkat, dll. Dari sekian banyak dampak negatif, salah satu yang

menjadi persoalan kompleks yakni maraknya penggunaan narkoba di masyarakat. Tak hanya orang

dewasa, narkoba telah menjadi barang yang akrab di mata anakanak hingga remaja. Menurut data

BNN (Badan Narkotika Nasional), menyebutkan bahwa pangsa pasar narkoba kini telah bergeser

merambah anak-anak dan remaja.

Maraknya penggunaan narkoba juga semakin merambah pada kota yang semakin berkembang yakni

kota Solo, seperti yang dimuat dalam harian kompas 17 Mei 2014, Kepala BNN Jawa Tengah

menuturkan bahwa peredaran narkoba di Kota Solo merupakan ranking satu di propinsi Jawa

Tengah setelah kota Semarang. Menurut Badan Narkotika Nasionak (BNN), selama tahun 2013 ada

sedikitnya 70 kasus penyalahgunaan narkoba di Kota Solo. Jumlah tersebut paling tinggi di Jawa

Tengah.

Fenomena-fenomena yang dapat ditangkap adalah sebagai berikut :

1) Ketergantungan Narkoba di Solo dan Sekitarnya Semakin Tinggi

Solo sebagai salah satu kota besar di Jawa Tengah yang tidak tumbuh begitu saja tanpa

dibarengi dengan peningkatan kehidupan sosial dan gaya hidup masyarakatnya. Semakin

banyaknya fasilitas penunjang seperti mall, hotel, café, restaurant, dll. Semakin membuat

sebagian masyarakat kota Solo terbawa arus modernisasi, salah satu hal yang cukup terlihat

diantara kentalnya adat budaya yang masih dipertahankan oleh sebagian masyarakat Solo

yang lain. Pesatnya pembangunan fisik tentunya tak hanya menimbulkan dampak positif bagi

masyarakat. Dari segi non fisik, dampak pembangunan tercermin melalui fenomena seperti

Page 6: metolit revisi kd1

6

VIVI AIDA NILAM CAHYANI I0212083

hedonism, individualis, angka kriminalitas yang semakin meningkat, dll. Dari sekian banyak

dampak negatif, salah satu yang menjadi persoalan kompleks yakni maraknya penggunaan

narkoba di masyarakat. Tak hanya orang dewasa, narkoba telah menjadi barang yang akrab

di mata anakanak hingga remaja. Menurut data BNN (Badan Narkotika Nasional),

menyebutkan bahwa pangsa pasar narkoba kini telah bergeser merambah anak-anak dan

remaja.

Gambar Pemetaan pada Anak-Anak yang Terlibat Peredaran Narkoba[Sumber : Badan Narkotika Nasional, 2007]

Faktor-faktor yang mempengaruhi kota Solo dan sekitarnya menjadi salah satu pusat

peredaran narkoba antara lain :

- Letak kota Solo yang strategis (diantara kota-kota besar seperti Jogjakarta,

Semarang, Surabaya)

- Kota Solo merupakan kota budaya dengan banyaknya wisatawan baik domestik

maupun luar negeri, yang berkunjung setiap tahunnya.

- Permbangunan yang terjadi semakin pesat mendorong masyarakat Solo untuk

beradaptasi dengan kemajuan yang ada.

- Meningkatnya arus kaum muda yang memadati kota Solo dengan keberadaan

universitas negeri dan swasta maupun sekolah tinggi sebagai penarik.

Menurut Kepala Pelaksana Harian Badan Narkotika Provinsi Jawa Tengah, menyebutkan

dalam harian Kompas, Selasa 27 Juni 2006 bahwa Semarang-Solo merupakan dua kota

dengan tingkat peredaran narkoba tertinggi di Jawa Tengah.

Jumlah kasus narkoba di Jateng pada tahun 2005 berkisar 500 kasus, sedangkan tahun

sebelumnya sekitar 490 kasus. Sejumlah kasus narkoba juga kerap terjadi di sekitaran Solo,

Page 7: metolit revisi kd1

7

VIVI AIDA NILAM CAHYANI I0212083

seperti kasus petani di Cepogo, Boyolali yang tidak tahu bahwa tanaman yang ditanamnya

adalah ganja. Ia mengatakan bahwa ada seseorang yang memerintahkan dengan

membayar sejumlah uang.

2) Fasilitas Terapi dan Rehabilitasi Narkoba dan HIV/AIDS Kurang Memadahi

Saat ini diperkirakan jumlah korban penyalahgunaan narkotika di Surakarta mencapai ±435

orang. Angka tersebut belum merupakan hasil akhir, karena menurut sebuah penelitian

mengemukakan bahwa angka di lapangan adalah sepuluh kali lebih banyak dari dari data

yang disajikan. Dari data tersebut, 5% diantaranya berinisiatif unutuk berobat keluar kota

seperti Yogyakarta, Semarang, ataupun Jakarta. Sedangkan sekitar 10 % tidak berobat atau

meningal karena overdosis maupun karena komplikasi penyakit menular seperti HIV/AIDS,

Hepatitis (Himpunan Laporan BNN, 2006).

Sampai saat ini di Surakarta masih belum tersedia fasilitas yang menangani secara

keseluruhan terapi rehabilitasi bagi korban ketergantungan narkoba. Selama ini dari data-

data kasus yang ada, hanyalah upaya pengobatan medik yang dilakukan dirumah sakit umum

pusat, Puskesmas, dan rumah sakit jiwa di Surakarta. Lingkup pelayanan ini hanya bagi

mereka yang datang berobat atas kesadaran sendiri maupun terpaksa karena overdosis, jadi

belum menyangkut pihak-pihak dinas terkait seperti kepolisian maupun kehakiman yang

seharusnya menyerahkan korban ketergantungan narkoba untuk direhabilitasi.

Dari data yang ada, fasilitas-fasilitas yang melayani pasien ketergantungan narkoba di

Surakarta yang ada saat ini adalah :

Tabel Data Fasilitas Pengobatan Ketergantungan di Surakarta

Fasilitas-fasilitas ketergantungan narkoba tersebut di atas umumnya hanya sebatas

menggunakan pengobatan medis, sedangkan untuk segi psikologi dan sosial minim sehingga

mereka cenderung untuk kambuh dan kembali menggunakan narkoba.

Page 8: metolit revisi kd1

8

VIVI AIDA NILAM CAHYANI I0212083

Dari poin-poin di atas, letak kota Surakarta menjadi area yang kurang memadai untuk

mewadahi fasilitas pusat rehabilitasi. Hal ini karena kota Surakarta merupakan daerah

rendah, yang cukup panas dan merupakan kota yang padat penduduk. Untuk itu

pengambilan lokasi pusat rehabilitasi narkoba, dialihkan menuju daerah di sekitar kota

Surakarta, yang masih termasuk ilayah Eks-Karesidenan Surakarta.

TUJUAN PERENCANAAN

Perncanaan sebuah fasilitas terapi dan rehabilitasi di Surakarta ini ditujukan untuk para pengguna

narkoba yang ingin sembuh baik secara medis maupun secara psikologis, sehingga pecandu dapat

kembali ke masyarakat dan menjalani hidup normal. Dengan adanya fasilitas ini juga akan

mempermudah korban penyalahgunaan narkoba untuk menjalani terapi mengingat 5% dari kasus

yang ada memilih untuk beroobat dan menjalani rehabilitasi di luar kota Surakarta. Selain itu,

perencanaan pusat terapi dan rehabilitasi mempunyai tujuan utama yaitu mengurangi tingkat

kematian pecandu narkoba baik karena over dosis maupun HIV/AIDS, diharapkan dengan adanya

fasilitas ini maka pecandu maupun keluarga pecandu lebih memilih direhabilitasi daripada

membiarkan tingkat kecanduan narkoba yang di derita semakin parah bahkan berujung kematian.