metodologi embung
TRANSCRIPT
-
8/19/2019 Metodologi Embung
1/241
BAB E 1 1
BBAABB EE
UURRAAIIAANN T T EEKKNNIISS,, MMEET T OODDOOLLOOGGII DDAANN PPRROOGGRRAAMM KKEERRJJAA
E.1. UMUM
Supaya rencana dan Spesifikasi Teknis yang telah disiapkan dan berjalan sesuai
dengan rencan maka diperlukan konsultan supervisi untuk Pekerjaan Supervisi
Peningkatan Embung Geunang Uyat Kab. Aceh Barat (Otsus Aceh), secara
umum dilakukan untuk menjamin agar penyelesaian Peningkatan Embung Geunang
Uyat ini selesai tepat pada waktunya, sesuai dengan mutu yang disyaratkan, serta
tidak menyimpang dari spesifikasi yang telah ditetapkan. Dalam pekerjaan
pembangunan Peningkatan Embung Geunang Uyat ada beberapa bagian yang perlu
dipertimbangkan meliputi:
-
8/19/2019 Metodologi Embung
2/241
BAB E 1 2
a. Tubuh embung berfungsi untuk menutup lembah atau cekungan,
sehingga air dapat tertampung di sebelah hulunya.
b. Kolam embung berfungsi untuk menampung air hujan yang masuk.
c. Kolam embung berfungsi untuk menampung air hujan yang masuk.
d. Bangunan pelimpah berfungsi untuk mengalirkan air banjir dari kolam
ke lembah dan untuk mengamankan tubuh embung terhadap peluapan.
e. Kolam jebakan air berfungsi untuk menangkap air yang tersisa pada musim
kemarau, agar air terkumpl pada kolam embung.
f. Kolam jebakan lumpur digunakan untuk menangkap sedimentasi yang
masuk ke kolam embung, agar efektifitas embung tetap terjaga.
g. Jaringan irigasi atau distribusi dapat berupa rangkaian saluran terbuka
atau pipa yang berfungsi membawa air dari kolam embung ke daerah irigasi
atau ke bak penampung air harian yang terletak dekat pemukiman (bila
hal ini memungkinkan) secara gravitasi dan bertekanan dengan cara
pemberian air tidak kontinyu.
-
8/19/2019 Metodologi Embung
3/241
BAB E 1 3
E.2. PENTINGNYA KETERLIBATAN KONSULTAN SUPERVISI INDONESIA
UNTUK KOMPETENSI BIDANG EMBUNG
Di Indonesia, pembangunan embung sudah dilaksanakan dalam beberapa
dekade terakhir, baik itu embung kecil, menengah sampai dengan embung besar
dengan tingkat kesulitan yang cukup besar.
Pada hampir semua embung menengah sampai besar yang sudah dilaksanakan di
Indonesia, umumnya pelaksanaan supervisi pembangunan embung dilakukan dengan
Konsultan Supervisi utama dari Konsultan Supervisi asing dengan pendamping
Konsultan Supervisi lokal dengan kemampuan yang bisa dibilang setara, disertai
dengan alih/transfer pengetahuan selama proses konstruksi berlangsung.
Dengan makin maraknya kompetensi keahlian, dimana keahlian, kompetensi
dan kemampuan tenaga Konsultan Supervisi Indonesia dan tenaga Konsultan
Supervisi asing sudah setara, maka sudah saatnya pelaksanaan Pembangunan
Embung Geunang Uyat ini diserahkan kepada putera-putera terbaik Indonesia yang
sudah mempunyai kompetensi, kemampuan dan keahlian yang cukup memadai,
sehingga tenaga-tenaga Konsultan Supervisi Indonesia akan bisa lebih berkibar
dan bisa lebih bersaing di dunia konstruksi internasional.
-
8/19/2019 Metodologi Embung
4/241
BAB E 1 4
E.3. PENDEKATAN OPERASIONAL
Untuk pelaksanaan pekerjaan Supervisi Peningkatan Embung Geunang Uyat
Kab. Aceh Barat (Otsus Aceh), ini CV. ROXY ENGINEERING akan melibatkan
tenaga ahli dari berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan proyek Supervisi
Peningkatan Embung Geunang Uyat dan pelaksanaan embung, sesuai dengan
ketetapan personil pada Kerangka Acuan Kerja. Untuk mempertancar tugas,
pelaksanaan pekerjaan akan didukung oleh fasilitas penunjang berupa peralatan
yang memadai dan sistem kerja yang seefisien mungkin.
E.3.1. Pemanfaatan Pengalaman Pekerjaan Sejenis
CV. ROXY ENGINEERING telah berpengalaman cukup dalam proyek
peningkatan embung, untuk berbagai tahapan proyek sejak dari studi kelayakan,
detail desain sampai dengan pengawasan konstruksi. Uraian detail atas pengalaman
perusahaan dalam pekerjaan yang sejenis dengan proyek pembangunan supervisi
peningkatan embung geunang uyat ini dapat dilihat pada Bab B – Daftar
Pengalaman Kerja Sejenis.
Akumulasi pengalaman para Konsultan, sangat bermanfaat dalam penyusunan
strategi pendekatan dan metodologi penanganan Pekerjaan Supervisi Pelaksanaan
Pekerjaan Pembangunan embung geunang uyat. Pengendalian pekerjaan akan dapat
berjalan dengan lancar karena konsep pengendalian, metode kerja, konsep alur
-
8/19/2019 Metodologi Embung
5/241
BAB E 1 5
koordinasi, dan format-format pengendalian setiap tahapan pekerjaan, telah
dimiliki oleh Konsultan Supervisi berdasarkan akumulasi pengalaman tersebut,
seperti akan diuraikan dalam subbab-subbab berikut.
E.3.2. Koordinasi
Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, CV. ROXY ENGINEERING akan selalu
berhubungan dengan Direksi Pekerjaan, Direksi Pekerjaan Lapangan dan
Kontraktor Pelaksana sebagai Pelaksana Pekerjaan Konstruksi. Kordinasi dengan
pihak-pihak yang terkait akan sangat diperlukan demi kelancaran pelaksanaan
pekerjaan, mulai dari tahap Pra Konstruksi, Pelaksanaan Konstruksi maupun Pasca
Konstruksi.
E.3.3. Tenaga Ahli yang sesuai
Tenaga Ahli merupakan unsur utama dalam pekerjaan Supervisi Peningkatan
Embung Geunang Uyat Kab. Aceh Barat (Otsus Aceh). Agar diperoleh hasil
kerja yang baik CV. ROXY ENGINEERING akan menempatkan tenaga ahli dari
berbagai disiplin ilmu sesuai dengan kerangka acuan kerja dan yang sudah
berpengalaman dalam menangani proyek-proyek embung yang sejenis. Untuk
menangani pekerjaan ini CV. ROXY ENGINEERING memilih tenaga ahli yang
memenuhi kriteria sebagai berikut:
-
8/19/2019 Metodologi Embung
6/241
BAB E 1 6
Mempunyai latar belakang pendidikan yang sesuai dengan bidang
tugasnya,
mempunyai kemampuan yang baik terhadap bidang tugasnya,
mempunyai latar belakang pengalaman kerja bidang embungan,
bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas dan kewajiban. Tenaga Ahli
yang akan ditugaskan untuk menangani proyek ini akan dipimpin oleh seorang
Pimpinan Tim (Team Leader) yang akan membawahi sejumlah tenaga ahli, dan
tenaga pendukung.
E.3.4. Sistem Manajemen Proyek
Pekerjaan Supervisi Peningkatan Embung Geunang Uyat Kab. Aceh Barat
(Otsus Aceh) yang akan dilaksanakan oleh Kontraktor. Hubungan interkoneksi
antara satu pihak/pekerjaan dengan yang lainnya yang sangat kompleks dimana
target waktu penyelesaian suatu pekerjaan dapat mempengaruhi sebagian atau
seluruh target yang telah ditetapkan menjadi dasar pemikiran pentingnya
menetapkan suatu Sistem Manajemen Proyek yang komprehensif.
Sistem Manajemen Proyek harus dibentuk sebagai sarana pencapaian target
pelaksanaan Supervisi Peningkatan Embung Geunang Uyat Kab. Aceh Barat
(Otsus Aceh) yaitu mendapatkan suatu produk yang memenuhi kualitas, tepat
-
8/19/2019 Metodologi Embung
7/241
BAB E 1 7
waktu, dan tepat biaya (ekonomis). Untuk itu sistem manajemen proyek yang telah
ditetapkan harus diterapkan secara tegas dan konsekwen.
Untuk menjaga agar progres kerja tetap dalam schedule dalam keadaan
mutu terkendali, selamat dan ekonomis, dan untuk mengatur progress dan schedule
pekerjaan yang terkait, suatu manajemen proyek yang baik harus dipilih dengan
memperhatikan program kerja, monitoring progres/pekerjaan, melaksanakan rapat
koordinasi dengan seluruh pihak, kontrol pekerjaan tambah, kontrol potensi klaim,
dan memberikan rekomendasi teknis yang cepat dan tepat terhadap permasalahan
lapangan yang timbul.
Manajemen proyek selama proses supervisi dan konstruksi merupakan fungsi dari
pada monitoring, perencanaan dan kontrol dari Proyek, sehingga proyek dapat
selesai dengan kualitas yang memadai, tepat waktu dan tepat biaya.
Kendali mutu akan diwujudkan melalui memeriksa dan menyetujui Gambar
Konstruksi, Gambar Kerja dan Shop Drawing yang diajukan oleh Kontraktor
Pelaksana Pelaksana, inspeksi harian dan supervisi terhadap kegiatan konstruksi
melalui kendali pekerjaan yang akan dicapai dengan perantara Spesifikasi, proses
pengujian/testing/start-up/pengoperasian awal peralatan. Metode pengendalian
mutu akan dijelaskan dalam pasal pasal selanjutnya.
Kendali waktu akan diwujudkan dalam bentuk kendali rencana/program konstruksi
yang diajukan Kontraktor Pelaksana Pelaksana, pengajuan gambar Konstruksi oleh
-
8/19/2019 Metodologi Embung
8/241
BAB E 1 8
Engineer, rencana waktu kerja yang diajukan Kontraktor Pelaksana Pelaksana yang
kemudian akan direview oleh Konsultan Supervisi dan rekomendasi teknis selama
proses konstruksi, review metode konstruksi dan manajemen harian melalui
inspeksi harian dan supervise pekerjaan, yang akan diuraikan lebih lanjut dalam
pasal berikut.
Kontrol terhadap biaya konstruksi akan diwujudkan melalui pengecekan dan
pengukuran harian terhadap semua dimensi sebagaimana yang tertera pada
Gambar Konstruksi dengan dasar Spesifikasi Teknis, pencatatan yang baik
terhadap progress pembayaran dan proses surat menyurat, pemahaman/
interpretasi yang benar terhadap item pembayaran sebagaimana tercantum dalam
Dokumen Kontrak. Hal-hal tersebut akan dikemukakan lebih lanjut dalam pasal
berikut.
Sistem Manajemen Proyek yang akan diterapkan adalah yang berbasis
komputer (Computer Based Project Management Sistem ) untuk memenuhi
berbagai keperluan sebagaimana diuraikan diatas. dan akan terdiri antara lain :
Data base korespondensi, Database Gambar-Gambar, Sistem Monitoring Kemajuan
Pekerjaan, dan Sistem Kontrol Biaya, dan lain-lain.
1. Database korespondensi
Sistem ini akan dioperasikan dengan software yang umum terdapat, dengan
fungsi utama:
-
8/19/2019 Metodologi Embung
9/241
BAB E 1 9
memonitor tanggapan dari waktu ke waktu yang memerlukan
tanggapan dari Engineer,
untuk mengurut korespodensi berdasarkan kategori, nomor surat,
judul, atau sumbemya,
mempersiapkan list korespodensi yang dilampirkan pada progress
kerja,
2. Database Gambar-Gambar
Sistem ini, akan dioperasikan dengan software yang umum, dengan
fungsiutama antara lain:
Untuk mengidentifikasikan status Gambar-Gambar (construction
drawing/shop drawing/fabrication drawing, as built drawing) mulai dari
penerimaan, persetujuan, pengiriman kembali, perbaikan, untuk
memonitor proses antara persiapan dan kelengkapan gambar
Untuk membuat urutan sesuai dengan kategori, tanggal dan judul.
3. Sistem Monitoring Kemaiuan Pekerjaan
Sistem ini, bisa mempergunakan program yang umum dipakai mulai dari
Excel, Microsoft Project, Timeline, Primavera atau program lain yang
sejenis, dengan tujuan:
-
8/19/2019 Metodologi Embung
10/241
BAB E 1 10
Untuk menganalisa dan memonitor kemajuan pekerjaan Kontraktor
Pelaksana Pelaksana yang dibuat dalam bentuk CPM maupun Bar Chart,
Untuk mempersiapkan dan memonitor rencana kerja secara
keseluruhan dan dikombinasikan dengan schedule dengan skala yang lebih
detail.
4. Sistem Kontrol Biaya
Sistem ini bisa diperasikan dengan Microsoft Excel atau program sederhana
lainnya dengan tujuan :
Untuk membuat database mengenai volume pekerjaan dan progress
kemajuan konstruksi yang meliputi biaya untuk perlode waktu bulanan
dengan jumlah yang diakumulasikan sesuai dengan yang tertera dalam Bill
of Quantity,
Untuk mempersiapkan besaran progres biaya konstruksi yang sudah
dicapai oleh Kontraktor Pelaksana Pelaksana dan membandingkannya
dengan volume awal yang tertera pada BOQ,
Untuk mempersiapkan besaran volume pekerjaan tambah (apabila ada)
untuk mempersiapkan backup untuk keperluan klaim dari Kontraktor
Pelaksana Pelaksana.
-
8/19/2019 Metodologi Embung
11/241
BAB E 1 11
Konsultan Supervisi Supervisi akan merencanakan, mempersiapkan dan
menerapkan Sistem Manajemen Proyek sejak tahap awal pekerjaan. Untuk dapat
menerapkan sistem manajemen proyek ini, harus dibentuk struktur organisasi dan
diadakan rapat-rapat koordinasi gabungan seperti akan dijelaskan dalam sub bab
di bawah ini.
E.3.4. Pertemuan (Rapat)
Untuk memfasilitasi manajemen proyek, rapat-rapat koordinasi akan
dilaksanakan antara Konsultan Supervisi, Dinas Pengairan Aceh, Kontraktor
Pelaksana Pelaksana dan berbagai pihak/instansi lain yang terkait dan sesuai
keperluan, dengan berbagai tujuan rapat.
1. Rapat Koordinasi
Tujuan rapat ini adalah untuk membahas masalah-masalah yang timbul
berkaitan dengan rencana kerja pelaksanaan, sasaran proyek dan program
kerja. Rapat ini dihadiri oleh pihak Pemberi Tugas, Konsultan Pengawas,
Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK), Pihak Kedua dan pihak-pihak lain
yang terkait dengan pekerjaan.
2. Rapat Lapangan
-
8/19/2019 Metodologi Embung
12/241
BAB E 1 12
Tujuan rapat ini adalah untuk membahas semua masalah teknis yang timbul
dalam pelaksanaan konstruksi di lapangan. Rapat ini dihadiri oleh staf/wakil
dari Pemberi Tugas, Konsultan Pengawas yang bertugas di lapangan, Pejabat
Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK), Pihak Kedua dan pihak-pihak lain yang
terkait dengan pekerjaan.
3. Rapat Intern Konsultan
Rapat ini akan dilaksanakan secara rutin dengan melibatkan personil yang
terkait baik yang ada di kantor maupun lapangan. Tujuan rapat ini adalah
untuk mengevaluasi dan mencari pemecahan atas penyimpangan/perubahan
dari perencanaan semula yang mungkin terjadi di lapangan menyangkut
substitusi bahan, metode pelaksanaan, serta untuk melengkapi kekurangan
detail perencanaan.
E. 4. TAHAP PELAKSANAAN PEKERJAAN
Tahap pelaksanaan pekerjaan Supervisi Peningkatan Embung Geunang Uyat
Kab. Aceh Barat (Otsus Aceh) ini secara keseluruhan adalah :
1. TAHAP 1
Pada tahap ini pekerjaan yang bisa ditangani untuk kegiatan dari
Konsultan Supervisi adalah:
-
8/19/2019 Metodologi Embung
13/241
BAB E 1 13
1. Pekerjaan Design, diantaranya:
1. Pengukuran daerah embung & tapak embung (seting out )
Kegiatan pengukuran & setting out dilakukan untuk mendapatkan
gambaran detail kondisi awal tapak bangunan embung dan daerah
genangan, sehingga dapat diketahui apabila terjadi perubahan
antara design konstruksi dengan kondisi eksisting site. Selain itu
gambaran kondisi awal tersebut juga digunakan untuk estimasi
volume konstruksi yang akan dilaksanakan serta estimasi perilaku
daerah genangan berkaitan dengan proses sediment transport di
Embung geunang uyat kab. Aceh Barat.
Kegiatan ini secara langsung dilaksanakan dan dibiayai oleh
Konsultan Supervisi di bawah tanggung jawab ketua tim dan
Tenaga inspector. Pelaksanaan kegiatan ini waktunya bisa di-
overlap-kan dengan kegiatan review desain dan kegiatan
investigasi geoteknik.
2. Review Desain
Kegiatan investigasi geologi diperlukan untuk cek ulang terakhir
kondisi geologi tapak bangunan sebelum dilakukan pelaksanaan
konstruksi. Sehingga bisa diketahui apabila terjadi perbedaan
-
8/19/2019 Metodologi Embung
14/241
BAB E 1 14
dengan desain. Investigasi geologi dilakukan pada tapak konstruksi
diversion dan konstruksi lokasi tapak spillway. Selain pengeboran
inti, investigasi geologi juga akan melakukan uji test pit untuk
mencari material borrow area untuk timbunan tubuh embung.
Kegiatan ini secara langsung dilaksanakan dan dibiayai oleh
Konsultan Supervisi di bawah tanggung jawab Ketua Tim, dan
Inspector.
2. TAHAP 2
Pekerjaan pada tahap dua ini yaitu lanjutan pekerjaan fisik dimulai dari
konstruksi cofferdam, pekerjaan pondasi, instrumentasi, galian dan
timbunan.
Pengawasan pekerjaan fisik yang dilakukan adalah:
1. Lanjutan konstruksi diversion
Pekerjaan konstruksi diversion pada Tahap II ini merupakan lanjutan
pelaksanaa dari Tahap I.
Tenaga Ahli Embung akan dibantu dengan Tenaga Ahli Kontruksi
dalam pengawasan pelaksanaan konstruksi diversion tersebut.
2. Clearing tapak embung
-
8/19/2019 Metodologi Embung
15/241
BAB E 1 15
Kegiatan ini merupakan pembersihan tapak lokasi embung utama
termasuk dengan cofferdam. Pembersihan ini dilakukan untuk
menghilangkan top soil eksisting di tapak konstruksi terutama dari
material organik yang ada.
3. Galian pondasi tubuh embung
Galian pondasi yang dimaksud adalah galian untuk menyiapakan
konstruksi pondasi tubuh embung termasuk kontruksi cofferdam.
Rencana galian pondasi dilaksanakan sesuai dengan design termasuk
pelaksanaan perbaikan pondasi dengan mengganti tanah galian dengan
timbunan material pilihan (selected material ) yang menjadi pondasi
dari tubuh embung.
Ketua Tim Ahli Bendungan dibantu dengan Inspector akan bertanggung
jawab terhadap pelaksanaan galian pondasi dan perbaikan tanah pondasi
tubuh embung tersebut.
4. Konstruksi horizontal drain
Merupakan fasilitas dalam tubuh embung untuk mematuskan aliran
seepage (rembesan). Konstruksi horizontal drain merupakan hamparan
material yang mempunyai nilai permeabilitas cukup besar (maksimal 10-3),
dalam hal ini adalah material pasir atau kerikil.
-
8/19/2019 Metodologi Embung
16/241
BAB E 1 16
5. Konstruksi cofferdam
Kontruksi cofferdam merupakan satu kesatuan sistem fungsi dengan
konstruksi diversion, dimana konstruksi cofferdam yang dibuat dari
timbunan tanah homogen fungsinya adalah untuk menahan serta
melindungi area lokasi tubuh embung dan mengarahkan aliran sungai
eksisting menuju ke saluran diversion. Rencananya sesuai dengan design,
konstruksi cofferdam dibuat menyatu dengan konstruksi tubuh embung
sehingga proses dan metode pelaksanaannya harus sesuai dengan kriteria
pelaksanaan konstruksi tubuh embung.
Dalam pelaksanaan ini Tenaga Ahli Embung bertanggung jawab terhadap
kuantitas, kualitas dan waktu konstruksi yang dilaksanakaan oleh
Kontraktor Pelaksana Pelaksana.
6. Pemasangan instrumentasi di pondasi embung
Adapun beberapa peralatan instrumentasi yang akan dipasang setelah
palaksanaan perbaikan pondasi tubuh embung dan horizontal drain, sesuai
dengan kebutuhan adalah :
- Instrument piezometer untuk pondasi, untuk mengetahui tekanan air
pori di pondasi tubuh embung mengingat kondisi geologi eksisting
adalah soft soil. Tujuannya pembacaan tekan air pori tersebut (pure
-
8/19/2019 Metodologi Embung
17/241
BAB E 1 17
water pressure) guna menentukan proses penimbunan bertahap
(stagging process)
- Inklinometer multilayer, untuk mengetahui pergerakan horizontal
tubuh embung.
- Settlement plate, untuk mengetahui besar penurunan selama masa
konstruksi yang berkaitan dengan volume material timbunan
terpasang.
7. Timbunan tubuh embung
Konstruksi tubuh embung merupakan kegiatan yang cukup kompleks
dalam proses pelaksanaannya yang melibatkan banyak kegiatan dan
banyak personil, dimana di dalam kegiatan tersebut termasuk di
dalammnya adalah:
- kegiatan pemilihan dan pengambilan material timbunan dari borrow
area ke lokasi tapak tubuh embung.
- Proses penghamparan material timbunan
- Proses pemadatan material tubuh embung per layer
- Inspeksi kepadatan timbunan (sandcone test)
Kegiatan ini diawasi inspector khusus untuk timbunan tubuh embung.
-
8/19/2019 Metodologi Embung
18/241
BAB E 1 18
8. Konstruksi beton spillway termasuk galian pondasi
Konstruksi spillway merupakan bagian penting dari sistem embung, yang
berfungsi untuk melimpaskan debit banjir yang masuk dalam waduk.
Bangunan spillway dibuat dari konstruksi beton dengan karakteristik
tertentu. Pada tahap ke II ini, pelaksanaan pekerjaan konstruksi spillway
di mulai dari bagian hulu, yaitu lantai apron dinding spillway dan spillway.
Metode dan tahapan pekerjaan konstruksi spillway adalah :
- Galian pondasi sesuai dengan peil rencana serta perbaikan struktur
tanah pondasi apabila diperlukan
- Pemasangan under drain (perforated drain) untuk minimalisasi gaya
uplift
- Konstruksi lantai kerja (beton mutu B-0)
- Pembesian beton dan pemasangan bekisting
- Pengecoran atau pembetonan
Tenaga Ahli Konstruksi di bantu dengan Pengawas Pekerjaan dan Quality
Enginner akan bertanggung jawab terhadap pengawasan pelaksanaan
konstruksi spillway.
-
8/19/2019 Metodologi Embung
19/241
BAB E 1 19
3. TAHAP 3
Pekerjaan pada tahap III ini, yaitu lanjutan pekerjaan fisik dari tahap II,
dimulai dari timbunan tubuh embung, intake, bangunan pelimpah,
instrumentasi, dan bangunan fasilitas lainya.
Pengawasan pekerjaan fisik yang dilakukan adalah:
1. Timbunan tubuh embung
Pada tahap III pelaksanaan pekerjaan timbunan tubuh embung
merupakan lanjutan dari pekerjaan pada tahap II. Adapun proses dan
tahapan pekerjaan sama dengan pada tahap II
2. Pembetonan spillway
Pada tahap III konstruksi spillway merupakan lanjutan dari pekerjaan
konstruksi spillway sebelumnya, pada tahap ini akan dilaksanakan
konstruksi pada salauran transisi, saluran peluncur dan kolam olak
termasuk saluran outlet/ tailrace. Proses dan tahapan pelaksanaan
pekerjaan sama dengan kegiatan konstruksi spillway pada tahap ke II.
Diharapkan sesuai dengan jadwal pelaksanaan konstruksi pelaksanaan
pekerjaan spillway sudah bisa diselesaikan 100% pada tahap ke III ini.
3. Konstruksi Intake
Konstruksi intake merupakan bangunan pengambilan air dari waduk,
konstruksi ini direncanakan dari konstruksi beton. Proses dan
-
8/19/2019 Metodologi Embung
20/241
BAB E 1 20
pelaksanaan pekerjaan ini sama dengan pekerjaan pada konstruksi
spillway.
4. Pipa Intake
Instalasi pipa intake merupakan bagian dari bangunan intake, namun pada
konstruksi ini material yang akan dipasang adalah pipa galvanis lengkap
dengan aksesorisnya termasuk pintu/gate yang diperlukan.
Tenaga Ahli Konstruksi dan Mechanical Engineer akan bertanggung jawab
terhadap pengawasan pada pekerjaan tersebut.
5. Bangunan Fasilitas Embung
Yang dimaksud dengan bangunan pelengkap embung antara lain adalah :
- Bangunan Rumah Dinas
- Bangunan Rumah Jaga
- Bangunan Menara Sadap (Intake Tower)
- Rumah Pintu Katup
- Gardu Pandang
- Kantor Pengelola dan lainnya
Dimana bangunan-bangunan seperti tersebut di atas akan dilaksanakan
sesuai dengan design dan akan langsung diawasi oleh Konsultan Supervisi.
-
8/19/2019 Metodologi Embung
21/241
BAB E 1 21
4. TAHAP 4
Pekerjaan pada tahap empat ini, yaitu lanjutan pekerjaan fisik dari tahap
tiga, dimulai pekerjaan dari timbunan tubuh embung, intake, bangunan
pelimpah, instrumentasi, dan bangunan fasilitas lainya. Diharapkan pada
tahap terakhir ini 5 bulan sebelum kontrak berakhir pekerjaan kegiatan
konstruksi sudah selesai dilaksanakan, sehingga Konsultan Supervisi
Supervisi bisa membuat Laporan MC ke Pengguna Jasa untuk serah terima
pekerjaan.
Pengawasan pekerjaan fisik yang dilakukan adalah:
1. Pengukuran genangan dan tapak embung
Pekerjaan ini bersifat kontrol terhadap tapak lokasi bangunan-bangunan
yang telah dilaksanakan
2. Pengadaan quickbird
Pengadaan foto udara pada lokasi embung sesaat setelah di konstruksi
3. Instrumentasi
Pemasangan instrumentasi yang dilaksanakan setelah tubuh embung
selesai dilaksanakan adalah :
- Instrument standpipe piezometer, untuk mengetahui ketinggian aliran
rembesan di dalam tubuh embung. Dipasang di bagian lereng hulu dan
bagian lereng hilir tubuh embung.
-
8/19/2019 Metodologi Embung
22/241
BAB E 1 22
- Patok geser tubuh embung
Tenaga Ahli Instrumentasi akan bertanggung jawab terhadap
pengawasan dan pemasangan instrumentasi tersebut,
4. Pekerjaan tubuh embung
Pada tahap IV ini pelaksanaan pekerjaan tubuh embung bersifat
bangunan-bangunan pelengkap, seperti pemasangan blok beton untuk rip
rap di bagian lereng tubuh embung bagian hulu, gebalan rumput di lereng
sebelah hilir, saluran V- Notch dan lain-lain.
5. Intake dan pipa intake
Pekerjaan ini merupakan lanjutan dari pekerjaan system intake yang
dilakukan pada tahap ke III
6. Pembuatan Manual OP dan Imponding
Pembuatan Laporan Manual O&P merupakan bagian dari pelaksanaan
pengawasan kegiatan konstruksi embung setelah pelaksanaan selesai.
Selain membuat laporan terhadap konstruksi yang telah dibuat, pada
kegiatan ini juga akan mengumpulkan data-data dan laporan hasil bacaan
instrumentasi yang telah dipasang pada awal konstruksi. Hal tersebut
dilakukan untuk mengetahui perilaku tubuh embung setelah konstruksi
selesai dilaksanakan berkaitan dengan kondisi tanah pondasi (penurunan)
dan rembesan.
-
8/19/2019 Metodologi Embung
23/241
BAB E 1 23
Konsultan Supervisi Supervisi selaku perwakilan Direksi Pekerjaan di
lapangan berkewajiban untuk melakukan pengawasan dan pengujian kuantitas
dan kualitas konstruksi dengan berpedoman kepada spesifikasi teknis yang
telah ditetapkan pada saat tahap perencanaan detail Embung Geunang Uyat.
E. 5. PENDEKATAN TEKNIS
E. 5.1. Review Data / Laporan dan Gambar Desain yang ada
Segera setelah memobilisasi personil, Konsultan Supervisi akan melakukan
pengenalan kondisi lokasi pekerjaan untuk mendapatkan gambaran umum akan
kondisi topografi, lingkungan area kerja dan lainnya yang dapat membantu
Konsultan Supervisi memahami karakteristik proyek.
Selanjutnya Konsultan Supervisi akan melakukan review atas semua data, laporan
perencanaan terakhir, dan gambar-gambar desain yang ada. Hal ini akan mutlak
dilakukan agar para tenaga ahli dari Konsultan Supervisi yang terlibat dapat
memahami secara teknis pekerjaan yang akan dihadapi.
Kontrak konstruksi dengan Kontraktor Pelaksana Pelaksana juga akan segera
dipelajari untuk dapat mengerti persyaratan dan kondisi kontrak konstruksi yang
berlaku pada proyek ini.
-
8/19/2019 Metodologi Embung
24/241
BAB E 1 24
Dari hasil review ini juga Konsultan Supervisi akan memberi rekomendasi
pekerjaan tambahan (jika ada) yang pengadaannya mungkin akan dilakukan secara
sublet seperti disyaratkan dalam KAK.
E. 5.2. Memeriksa dan Menyetujui Jadwal Pelaksanaan
Dengan mempertimbangkan karakteristik, skala dan lingkup pekerjaan maka
dibutuhkan suatu metode monitoring jadwal yang sistematik dan menguraikan
inter-relasi antar kegiatan pekerjaan/aktifitas sehingga dimungkinkan diambil
langkah langkah pencegahan/ koreksi untuk menjaga kemajuan pekerjaan secara
keseluruhan. Untuk kepertuan ini, metode Critical Path Method Network (CPM
Network) adalah metode yang paling sesuai dalam menyusun jadwal pelaksanaan.
Berdasarkan Condition of Particular Application, maka dalam waktu pelaksanaan
selama 168 (seratus enam puluh delapan ) hari kalender Kontraktor Pelaksana
Pelaksana wajib menyerahkan Jadwal Pelaksanaan menyeluruh atas semua
pekerjaan yang harus dilaksanakan dalam pembangunan Embung Geunang Uyat ini.
Konsultan Supervisi Supervisi akan memeriksa secara detail ketepatan, kebenaran
inter-relasi setiap aktifitas pekerjaan, dan jalur-jalur kritis (critical path) yang
terjadi selama berlangsungnya pekerjaan.
-
8/19/2019 Metodologi Embung
25/241
BAB E 1 25
Jadwal pelaksanaan akan didiskusikan dalam suatu rapat yang harus dihadiri oleh
Pemberi Tugas, Kontraktor Pelaksana Pelaksana dan Konsultan Supervisi dan
pihak-pihak lain yang berkepentingan. Selanjutnya akan ditetapkan Keydates /
milestone atas pekerjaan-pekerjaan utama. Untuk pembangunan Embung Geunang
Uyat ini yang merupakan pekerjaan yang berjangka waktu panjang, sangat
dipengaruhi oleh kondisi cuaca atau banyak peralatan/ equipment dari pekerjaan
Hydromechanical yang perlu pemesanan dan fabrikasi dalam waktu lama, maka
penetapan keydates/milestone sebagai sasaran antara berguna untuk mengontrol
kepastian ketepatan jadwal pelaksanaan keseluruhan.
Keydates/milestone untuk pekerjaan pembangunan Embung Geunang Uyat dapat
berupa penetapan:
• Tanggal mulai dan penyelesaian pekerjaan saluran pengelak (diversion
channel ),
• Tanggal mulai dan penyelesaian pekerjaan bendungan utama (main dam ),
• Pekerjaan-pekerjaan penting lainnya
Jadwal pelaksanaan secara keseluruhan beserta keydates/milestone selanjutnya
akan dituangkan dalam sebuah Berita Acara dan mengikat pihak Pemberi Tugas
dan Kontraktor Pelaksana Pelaksana. Selanjutnya monitoring dan pengendalian
kemajuan pekerjaan Kontraktor Pelaksana Pelaksana dilakukan berdasarkan jadwal
-
8/19/2019 Metodologi Embung
26/241
BAB E 1 26
pelaksanaan tersebut. Penilaian kemajuan pekerjaan Kontraktor Pelaksana
Pelaksana berikut konsekwensinya (denda, pengalihan pekerjaan, pemutusan
kontrak, dll) seperti diurai dalam Condition of Particular Application dan General
Condition dapat dilakukan berdasarkan keydates/milestone yang telah disepakati.
Kondisi perkembangan pekerjaan sepanjang waktu pelaksanaan dapat berubah
akibat perubahan atau variasi pekerjaan atau akibat situasi lainnya. Hal ini
mengakibatkan CPM network haruslah selalu diperbaharui dan dipertahankan up-
to-date, sesuai dengan perkembangan atau kondisi pekerjaan yang ada agar selalu
dapat menjadi sarana pengendalian kemajuan pekerjaan.
Selanjutnya, Kontraktor Pelaksana Pelaksana juga harus menyerahkan dokumen-
dokumen sebagai berikut :
1. Program kerja detail untuk 3 (tiga) bulan ke depan dalam bentuk bar chart
2. Construction method secara detail
3. Daftar construction plant yang akan didirikan dan skedulnya
4. Estimasi kebutuhan total tenaga kerja (labour ) yang dibutuhkan
5. Struktur Organisasi Kontraktor Pelaksana Pelaksana
Berdasarkan CPM network yang telah disetujui, Konsultan Supervisi Supervisi akan
memeriksa ketepatan dokumen-dokumen tersebut.
-
8/19/2019 Metodologi Embung
27/241
BAB E 1 27
E. 5.2. Memeriksa dan Menyetujui Jadwal Pelaksanaan
Dengan mempertimbangkan karakteristik, skala dan lingkup pekerjaan maka
dibutuhkan suatu metode monitoring jadwal yang sistematik dan menguraikan
inter-relasi antar kegiatan pekerjaan/aktifitas sehingga dimungkinkan diambil
langkah langkah pencegahan/koreksi untuk menjaga kemajuan pekerjaan secara
keseluruhan. Untuk kepertuan ini, metode Critical Path Method Network (CPM
Network) adalah metode yang paling sesuai dalam menyusun jadwal pelaksanaan.
Berdasarkan Condition of Particular Application, maka dalam waktu 6,0 (enam
koma nol) bulan Kontraktor Pelaksana Pelaksana wajib menyerahkan Jadwal
Pelaksanaan menyeluruh atas semua pekerjaan yang harus dilaksanakan dalam
pembangunan Embung Geunang Uyat ini. Konsultan Supervisi Supervisi akan
memeriksa secara detail ketepatan, kebenaran inter-relasi setiap aktifitas
pekerjaan, dan jalur-jalur kritis (critical path) yang terjadi selama berlangsungnya
pekerjaan.
Jadwal pelaksanaan akan didiskusikan dalam suatu rapat yang harus dihadiri oleh
Pemberi Tugas, Kontraktor Pelaksana Pelaksana dan Konsultan Supervisi Supervisi
dan pihak-pihak lain yang berkepentingan. Selanjutnya akan ditetapkan Keydates /
milestone atas pekerjaan-pekerjaan utama. Untuk pembangunan Embung Geunang
Uyat ini yang merupakan pekerjaan yang berjangka waktu panjang, sangat
-
8/19/2019 Metodologi Embung
28/241
BAB E 1 28
dipengaruhi oleh kondisi cuaca atau banyak peraiatan/equipment dari pekerjaan
Hydromechanical yang perlu pemesanan dan fabrikasi dalam waktu lama, maka
penetapan keydates/milestone sebagai sasaran antara berguna untuk mengontrol
kepastian ketepatan jadwal pelaksanaan keseluruhan.
Keydates/milestone untuk pekerjaan pembangunan Embung Geunang Uyat dapat
berupa penetapan:
• Tanggal mulai dan penyelesaian pekerjaan saluran pengelak (diversion
channel ),
• Tanggal mulai dan penyelesaian pekerjaan bendungan utama (main dam ),
• Pekerjaan-pekerjaan penting lainnya
Jadwal pelaksanaan secara keseluruhan beserta keydates/milestone selanjutnya
akan dituangkan dalam sebuah Berita Acara dan mengikat pihak Pemberi Tugas
dan Kontraktor Pelaksana Pelaksana. Selanjutnya monitoring dan pengendalian
kemajuan pekerjaan Kontraktor Pelaksana Pelaksana dilakukan berdasarkan jadwal
pelaksanaan tersebut. Penilaian kemajuan pekerjaan Kontraktor Pelaksana
Pelaksana berikut konsekwensinya (denda, pengalihan pekerjaan, pemutusan
kontrak, dll) seperti diurai dalam Condition of Particular Application dan General
Condition dapat dilakukan berdasarkan keydates/milestone yang telah disepakati.
-
8/19/2019 Metodologi Embung
29/241
BAB E 1 29
Kondisi perkembangan pekerjaan sepanjang waktu pelaksanaan dapat berubah
akibat perubahan atau variasi pekerjaan atau akibat situasi lainnya. Hal ini
mengakibatkan CPM network haruslah selalu diperbaharui dan dipertahankan up-
to-date, sesuai dengan perkembangan atau kondisi pekerjaan yang ada agar selalu
dapat menjadi sarana pengendalian kemajuan pekerjaan.
Selanjutnya, Kontraktor Pelaksana Pelaksana juga harus menyerahkan dokumen-
dokumen sebagai berikut :
1. Program kerja detail untuk 3 (tiga) bulan ke depan dalam bentuk bar chart
2. Construction method secara detail
3. Daftar construction plant yang akan didirikan dan skedulnya
4. Estimasi kebutuhan total tenaga kerja (labour ) yang dibutuhkan
5. Struktur Organisasi Kontraktor Pelaksana Pelaksana
Berdasarkan CPM network yang telah disetujui, Konsultan Supervisi Supervisi akan
memeriksa ketepatan dokumen-dokumen tersebut.
E. 5.3. AS Buiil Drawing
As built drawing adalah gambar bangunan setelah dinyatakan selesai 100%
(mutual check 100%), gambar ini disiapkan oleh Kontraktor Pelaksana dengan
acuan dan ukuran sesuai dengan hasil pemeriksaan di lapangan. Gambar yang di
-
8/19/2019 Metodologi Embung
30/241
BAB E 1 30
buat secara detail ini harus diserahkan Kontraktor Pelaksana kepada pemberi
tugas, yang kemudian atas prosedur harus dilakukan pemeriksaan oleh Konsultan
Supervisi terlebihdahulu, dan bila terdapat keraguan maka harus dilakukan
pengechekan kembali dilapangan. Dan bila memang ada ketidak sesuaian, maka
Kontraktor Pelaksana harus memperbaikinya. As Built drawing ini tidak saja
menunjukkan gambar yang tampak tetapi juga harus menunjukkan bangunan
substructure (bangunan bawah tanah/ tertanam). As Built drawing ini harus
diserahkan sebelum Provisional hand over (PHO).
Manfaat As built drawing ini adalah bila setelah Final Hand Over (FHO) pada
bangunan tersebut memerlukan perubahan/ rehabilitasi/ renovasi, maka dengan
adanya as built drawing ini akan lebih memudahkan dalam menentukan jenis/
bentuk perubahannya dan akan sangat membantu bila disuatu saat akan ada
bangunan baru di sekitamya, maka akan lebih mudah untuk diketahui stabilitasnya
akan terganggu apa tidak. Oleh karena itu as built drawing ini harus tersimpan
dengan baik.
E. 6. METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN
Setelah mempelajari Dokumen lelang berikut spesifikasi yang direncanakan
yang telah dijelaskan pada Aanwijzing kantor serta Aanwijzing lapangan. Dengan
-
8/19/2019 Metodologi Embung
31/241
BAB E 1 31
memperhitungkan waktu pelaksanaan yang tersedia maka kami dapat membuat
Metode Pelaksanaan yang nantinya akan dijadikan pedoman penyelesaian pekerjaan
yang akan kami lakukan :
a. Pekerjaan Pendahuluan
Terbagi atas beberapa kegiatan pekerjaan yaitu :
Berkaitan dengan Direksi
1. Mengadakan rapat persiapan pelaksanaan (Pre ward Meeting)dimana rapat
ini dilaksanakan selambat&lambatnya 7 hari sejak tanggal
diterbitkannya SPMK. Beberapa hal yang biasanya disepakati dalam
rapat adalah :
Organisasi Kerja
Tata cara pengaturan pekerjaan
Jadwal pelaksanaan pekerjaan
Jadwal pengadaan bahan
Mobilisasi peralatan dan personil
Penyusunan rencana pemekrisaan lapangan
Waktu sosialisasi kepada masyarakat dan pemerintah daerah
setempat
Penyusunan program mutu
-
8/19/2019 Metodologi Embung
32/241
BAB E 1 32
2. Mengajukan rencana Mutu kontrak (Quality Plan)
3. Persiapan penerapan prosedur pelaksanaan audit mutu internal dan prosedur
kaji ulang manajemen
4. Persiapan kontrak dan seluruh administrasi kontrak
Tujuan rapat ini adalah untuk :
Team Building : membangun tim proyek agar seluruh petugas sesuai
dengan struktur organisasi dan uraian kerja., memahami benar tugas
yang menjadi tanggung jawab masing – masing personil.
Menyamakan persepsi tentang jadwal% kualitas dan anggaran proyek.
Menyatukan langkah agar masing-masing unit tidak berjalan
sendiri&sendiri dalam pelaksanaan proyek.
Menetapkan SOP (Standard Operating Sistem)
Agenda rapat adalah sebagai berikut :
1. Penjelasan menyeluruh dari manejer proyek tentang :
- Target Biaya proyek
- Target waktu penyelesaian proyek
- Target mutu yang sudah ditetapkan
2. Target kerja jangka pendek
3. Pembagian tugas pekerjaan
-
8/19/2019 Metodologi Embung
33/241
BAB E 1 33
4. Menyusun SOP (Standar Operating Sistem)
5. Membuat Perencanaan Site Plan
y a n g t e r m a s u k d a l a m p e r e n c a n a a n s i t e p l a n p a d a
p r i n s i p n y a a d a l a h p e r e n c a n a a n t a t a l e t a k a t a u l a y o u t
dari fasi l itas&fasi l itas yang diperlukan selama pelaksanaan
proyek, fasilitas tersebut antara lain :
a. Kantor proyek/direksi keet
b. Gudang material (strorage)
c. Base camp proyek dan barak pekerjaan
d. Los kerja
e. Penempatan peralatan
Dalam membuat lay out untuk pekerjaan persiapan ini, perlu
diperhitungkan s e c a r a c e r m a t p e n e m p a t a n
m a s i n g & m a s i n g f a s i l i t a s d a n s a r a n a y a n g d i p e r l u k a n
u n t u k p e l a k s a n a a n p r o y e k . D e n g a n m e m p e r h a t i k a n
kondisi lapangan yang ada dan disesuaikan dengan proyek yang
akan dikerjakan, penempatan fasilitas dan sarana proyek nantinya akan
dapat berfungsi secara optimal sesuai perencanaan.
-
8/19/2019 Metodologi Embung
34/241
BAB E 1 34
Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan lay out
fasilitas dan sarana yang diperlukan untuk pelaksanaan suatu proyek
antara lain :
• Menempatkan semua fasilitas proyek diluar dari bagian areal
proyek y a n g a k a n d i k e r j a k a n s e d e m i k i a n r u p a
a g a r t i d a k m e n g g a n g g u pelaksanaan proyek.
• Menempatkan mater i a l mater i a l y ang harus
terlindung dari cuaca seperti > Semen ditempatkan dalam
gudang tertutup
• Menempatkan los kerja tidak jauh dari penumpukan material.
• Menempatkan barak kerja dan base camp staf proyek yang
tidak jauh dari lokasi proyek
6. Pembuatan Shop Drawing
Shop drawing atau gambar kerja merupakan acuan bagi pelaksanaan
pekerjaan dilapangan. Dengan adanya gambar kerja, maka pekerjaan
lapangan menjadi mudah dilaksanakan dan terkendali secara teknis baik dari
segi waktu maupun mutu kerja. Gambar kerja dibuat dengan berpedoman
pada perencanaan.
7. Pengadaan Material untuk pekerjaan persiapan
-
8/19/2019 Metodologi Embung
35/241
BAB E 1 35
Untuk pekerjaan persiapan belum begitu banyak membutuhkan material,
terutama hanya untuk kebutuhan pembuatan perakitan kantor proyek,
kantor konsultan / pengawas, gudang, barak kerja, base camp staf dan
lainnya.
8. Persiapan Jadwal Waktu Pelaksanaan (Time Schedule) untuk Pedoman
Pelaksanaan
9. Pembuatan dan pemasangan plank proyek
10. Mobilisasi seluruh tenaga yang dibutuhkan sesuai dengan schedule
tenaga.
11. Mobilisasi Bahan/Material
Sebelum kami memasukkan material kami akan menyusun schedule material
terlebih dahulu Jumlah volume bahan yang kami masukkan sesuai dengan jumlah
kebutuhan yang sudah diestimasi untuk seluruh penyelesaian pekerjaan.
Setiap bahan yang didatangkan kelokasi proyek harus sesuai dengan kualitas yang
direncanakan. Kami akan menugaskan bagian Quality Control untuk memeriksa
seluruh material yang didatangkan ke proyek sesuai dengan persetujuan Direksi
lapangan.
-
8/19/2019 Metodologi Embung
36/241
BAB E 1 36
Bahan dan material yang didatangkan kelokasi proyek juga dicatat dan
didokumentasikan kedalam buku material Record.
b. Pekerjaan Persiapan
Pengukuran/ Uzetten
Pada pelaksanaan pengukuran ini kami akan menyediakan tenaga juru ukur
yang telah berpengalaman dalam proyek.
Atas persetujuan Direksi kami akan menyiapkan titik tetap pembantu (Neut)
untuk digunakan sebagi titik utama dalam pelaksanaan dan pemeriksaan.
Jumlah titik tetap ini akan disiapkan sebanyak kebutuhan dan petunjuk
teknis dari direksi pengawas.
Titik tetap pembantu ini kami buat sedemikian rupa agar kedudukannya
tidak berubah.
Teknis pelaksanaan :
1. Menyediakan Patok dan pemasangan patok untuk menentukan elevasi sebagai
pedoman kerja selanjutnya.
2. Pembersihan lahan
3. Penggambaran
-
8/19/2019 Metodologi Embung
37/241
BAB E 1 37
1. Foto Dokumentasi
• Foto Dokumentasi
Foto dokumentasi ini dilakukan pada awal pelaksanaan pekerjaan, saat
pertengahan/pekerjaan sedang dilakukan dan pada saat pekerjaan telah
selesai dikerjakan ( 0%, 50%, 100%)
Pengambilan foto dokumentasi untuk pekerjaan dilakukan pada titik dan arah yang
sama agar bisa dilihat keadaan sebelum dan sesudah pekerjaan selesai
dilaksanakan.
2. Mobilisasi dan Demobilisasi Alat Berat
Sebelum mendatangkan excavator ke lokasi pekerjaan ada hal – hal yang
perlu dipersiapkan untuk kelancaran pelaksanaan dan acces masuk ke lokasi
proyek.
• Menetapkan jumlah alat yang akan didatangkan
• Menentukan ruas jalan yang akan dilewati
• Melakukan sosialisasi dengan pemilik lahan untuk acces road.
-
8/19/2019 Metodologi Embung
38/241
BAB E 1 38
Setelah semua dipersiapkan dengan matang, maka alat didatangkan dari pool
alat dan diangkut menggunakan truck tronton ke lokasi.
Alat diturunkan di daerah yang agak luas dan bebas macet. Saat menurunkan
alat pengawas, operator dan mekanik harus benar – benar memperhatikan kondisi
alat dan kondisi truck tronton agar tidak terjadi kecelakaan kerja.
Selanjutnya excavator bergerak kearah lokasi pekerjaan dengan melewati
jalan setapak dan rintisan jalan yang sudah mendapatkan persetujuan pemilik lahan.
Saat rolling alat harus mendapatkan pengawalan mekanik, pelaksana dan pengawas
sehingga alat benar – benar sudah bisa sampai kelokasi pekerjaan dengan selamat
dan stand by untuk melakukan kegiatan. Jika terjadi kerusakan baik tanaman dan
bangunan masyarakat setempat akibat pekerjaan mobilisasi ini, maka kami akan
siap menanggulanginya dari pihak penyedia jasa.
Sementara untuk pekerjaan Demobilisasi, alat akan dikembalikan ke pool
alat setelah pekerjaan benar – benar selesai dan mendapatkan persetujuan direksi.
3. Kisdam dan Dewatering
Pekerjaan pemasangan kisdam ini dilaksanakan setelah pekerjaan galian
tanah berbatu selesai dikerjakan. Tanggul – tanggul dibuat dari batuan yang
-
8/19/2019 Metodologi Embung
39/241
BAB E 1 39
disusun serta dipasang karung plastik yang diisi tanah dan pasir. Selanjutnya
karung – karung plastik tersebut disusun memanjang sepanjang daerah yang
akan dikeringkan. Selanjutnya bagian tengah antara karung dan karung
tersebut diisi dengan tanah sebagai tanggul kisdam untuk menghindari agar
kisdam benar – benar bisa kering dari rembesan air.
Pekerjaan ini dibantu dengan alat pompa air untuk pengeringan setelah
kisdam tersebut dipasang. Pengeringan dilaksanakan selama dibutuhkan
saat pemasangan batu kali, plester dan pekerjaan beton dalam air.
4. Pembuatan dan Pemasangan Slogan dari rangka / plat baja
Papan nama proyek bertujuan untuk menginformasikan kepada masyarakat
perihal tentang proyek yang sedang dilaksanakan.
5. Pengadaan,Penanaman, Pemupukan dan Pagar Tanaman Penghijauan
Penanaman dilakukan setelah pekerjaan selesai sesuai dengan intruksi yang
telah ditetapkan.
b. Pekerjaan Jalan Masuk ke Lokasi / Acces Road
1. Pek. Galian tanah dengan menggunakan alat berat
-
8/19/2019 Metodologi Embung
40/241
BAB E 1 40
Untuk pekerjaan galian tanah dengan menggunakan alat berat membutuhkan
tenaga seperti operator arat berat dan mandor. Sedangkan peralatan yang
kami pergunakan seperti Excavator. excavator melakukan kegiatan galian
tanah sesuai gambar yang disyaratkan dalam spesifikasi teknis. Kapasitas
produksi alat excavator dihitung mengacu kepada perhitungan P.5 dengan
memperhitungkan semua job factor termasuk factor kesulitan serta umur
ekonomis alat berat yang akan mengurangi kapasitas produksi serta dapat
memperhitungkan tingkat keberhasilan pekerjaan ini.Untuk mengetahui
ataupun galian tersebut siap maka kami akan meminta izin dari Direksi
pekerjaan tersebut, apakah pekerjaan dapat dilanjutkan atau tidak.
2. Pek. Galian tanah dengan tenaga manusia
Pekerjaan galian tanah biasa ini akan kami mulai pelaksanaannya dengan
melakukan pemasangan bouplank terlebh dahulu. Untuk pemasangan bouplank
ini akan dilakukan secara bersama – sama dengan direksi pada lokasi yang
telah ditetapkan dalam MC0. Sehingga nanti akan didapat Actual Check
sesuai dengan yang telah direncanakan. Setelah dilaksanakan pemasangan
bouplank maka pekerjaan galian akan segera kami mulai setelah
mendapatkan izin pelaksanaan dari pengawas lapangan. Untuk pekerjaan
galian tanah biasa ini dilakukan secara manual dengan menggunakan tenaga
-
8/19/2019 Metodologi Embung
41/241
BAB E 1 41
manusia seperti pekerja dan mandor. Sedangkan peralatan yang kami
pergunakan seperti linggis , cangkul, keranjang batu serta linggis dan baling.
Untuk mengetahui ataupun galian tersebut siap maka kami akan meminta izin
dari Direksi pekerjaan tersebut, apakah pekerjaan dapat dilanjutkan..
3. Pek. Galian timbunan bekas galian
Pekerjaan timbunan tanah dilaksanakan pada tahap akhir pekerjaan.
Pekerjaan dengan manual ini dilakukan dengan cara bertahap lapis demi lapis
lalu dipadatkan atau ditimbris dengan alat yang terbuat dari besi atau beton
atau bahan lain yang beratnya + 15 Kg. sesuai dengan Spesifikasi Teknik dan
petunjuk Direksi.
4. Urugan sirtu da dipadatkan
1.Pekerjaan ini meliputi seluruh pekerjaan urugan sirtu bawah lantai seperti
yang disebutkan/ditunjukkan pada gambar.
2.Urugan bawah pondasi tebal 10 cm atau sesuai gambar dipasang dalam
kondisi padat.
-
8/19/2019 Metodologi Embung
42/241
BAB E 1 42
3.Urugan sirtu dilaksanakan diatas lantai existing/dibawah lantai baru
dengan ketebalan disesuikan dengan gambar kepadatan urugan didapatkan
dengan cara disiram air sampai jenuh.
4.Lapisan pekerjaan diatas urugan pair/sirtudapat dikerjakan bila mendapat
persetujuan dari pihak Direksi Lapangan.
5. Pasangan Batu Kali camp. 1 : 4
Pekerjaan pasangan batu kali dilaksanakan setelah pekerjaan galian tanah
siap dilaksanakan. Sebelum memulai pekerjaan pemasangan batu kali harus
ada izin dari pihak pengawas pekerjaan dan untuk mengambil foto
dokumentasi sebagai bukti nyata. Pekerjaan pasangan batu kali 1 : 4 ini
dilaksanakan dengan secara manual dengan menggunakan tenaga pekerja,
tukang batu , kepala tukang batu dan mandor. Bahan bahan yang akan dipakai
didatangkan terlebih dahulu dan bahan tersebut harus bersih . Dalam
melakukan adukan spesi dipergunakan Beton Molen untuk mendapatkan hasil
adukan yang lebih baik dan merata, air yang digunakan untuk pengadukan
spesi harus bersih dan tidak terkontaminasi oleh zat lain yang dapat
merusak kualitas pekerjaan dan supaya mutu pekerjaan yang direncanakan
tercapai. Sebaiknya dalam setiap kali pemasangan , pengawas pekerjaan
lapangan harus berada dilokasi pekerjaan atau yang mewakili untuk
-
8/19/2019 Metodologi Embung
43/241
BAB E 1 43
mengikuti lancarnya pekerjaan sehingga hasil pekerjaan sesuai dengan
rencana.
Adapun material sebagai campuran yang akan kami gunakan untuk pekerjaan
ini adalah :
• Batu kali adalah batu gunung, berongga dan keras dengan tegangan
komprensi minimum 400 Kg/m2
• Pasir yang akan kami gunakan untuk pasangan batu kali adalah pasir
sungai yang bersih, berbutir keras dan tidak terkontaminasi oleh zat
lain yang dapat merusak mutu pekerjaan.
• Semen yang kami gunakan adalah semen PC type I
• Air yang digunakan adalah air yang bersih.
Batu dipasang sesuai benang profil agar pasangan benar – benar lurus dan
rapi. Tidak dibenarkan ada peraduan antara batu dengan batu lainnya,
Semua rongga batu ditutupi dengan semen campuran dan tidak boleh ada
lobang besar yang menganga. Sementara setiap akan meninggalkan
pekerjaan pasangan harus ditutup dengan kertas semen, untuk menjaga agar
pasangan batu tidak mengering dan bersentuhan langsung dengan sinar
-
8/19/2019 Metodologi Embung
44/241
BAB E 1 44
matahari. Dan setiap akan memulai pekerjaan kembali maka sambungan
dibersihkan terlebih dahulu dan disiram dengan air semen (acian).
6. Pekerjaan Plesteran camp. 1 : 3
Untuk pelaksanaan pekerjaan plesteran camp. 1 : 3 terlebih dahulu harus
ada izin dari pengawas pekerjaan lapangan. Pekerjaan ini harus dilaksanakan
dengan serapi mungkin dan sebaiknya menggunakan rol. Pekerjaan ini
dilaksanakan secara manual dengan menggunakan tenaga manusia seperti :
pekerja, tukang batu, kepala tukang batu dan mandor yang trampil dan
memakai alat bantu seperti cangkul, sekop, sendok semen. Untuk pengadukan
spesi maka kita akan membuat bak takaran, material yang digunakan harus
bersih. Dan pekerjaan siap untuk dimulai sesuai dengan spesifikasi yang
diminta. Semua sambungan sambungan dan permukaan batu harus
dibersihkan dan dibasahi terlebih dahulu. Terakhir kita harus mengambil
foto dokumentasi lagi.
7. Pengadaan dan Pemasangan Pipa Resapan PVC 2 inch + ijuk
Pengadaan pipa dilakukan sebelum pipa resapan dipasangkan sesuai dengan
spesifikasi dan instruksi dari pengawas.
-
8/19/2019 Metodologi Embung
45/241
BAB E 1 45
8. Beton mutu K-225.
Setelah pembesian selesai dan disetujui oleh pengawas barulah pelaksanaan
pekerjaan beton dimulai, dan bahan yang dipakai sudah ada dilokasi. Material
yang dipakai sesuai dengan spesifikasi dan bebas dari segala kotoran.
Setelah itu material dengan komposisi yang tepat diaduk dengan mesin
pengaduk. Lama pengadukan dengan molen lebih kurang 2-4 menit. Kemudian
adukan diangkut dengan gerobak sorong atau dengan bak adukan ketempat
lokasi pekerjaan. Untuk pemadatan beton tersebut dipakailah vibrator agar
tidak ada celah celah udara pada bidang beton tersebut yang akan
mengakibatkan beton keropos. Untuk masa pemeliharaan beton harus selalu
disiram/ dibasahi agar tahap perkerasannya stabil.
9. Pekerjaan Pembesian
Pembesian disini besi yang dipakai harus memenuhi syarat dan spesifikasi
teknis sebab besi disini digunakan untuk tulangan beton maka ukuran yang
akan dipasang disesuaikan dengan Peraturan Beton Indonesia. Dan
penyimpanan bahan logam ini harus diperhatikan sebab waktu
pemasangannya tidak boleh ada karat ataupun organik lainnya supaya beton
-
8/19/2019 Metodologi Embung
46/241
BAB E 1 46
tetap homogen dengan baja tulangan. Adapun ketentuan lain yang harus
diperhatikan adalah :
• Besi tulangan untuk beton harus seperti ditunjukkan dalam gambar dan
memenuhi PBI – 71.
• Tulangan harus dibersihkan sesaat sebelum pemasangan untuk
menghilangkan kotoran, lumpur, karat dan percikan adukan atau lapisan
lain yang dapat mengurangi atau merusak perelat dengan beton.
• Batang tulangan harus diikat kencang dengan menggunakan kawat
pengikat sehingga tidak tergeser waktu operasi pengecoran.
• Besi tulangan bulat biasa, harus sesuai dengan ketentuan standar.
• Besi tulangan harus mempunyai diameter dan penampang melintang sama
disetiap bagian besi tulangan itu. Diameter rata – rata besi tulangan
yang digunakan dilokasi pekerjaan tidak boleh lebih besar atau lebih
kecil dari 2 (dua) persen diameter yang telah ditentukan. Besi tulangan
harus bersih dari serpihan, minyak, kotoran dan cat – cat pembuatannya.
• Pemotongan dan pembengkokkan tulangan mengikuti daftar yang dibuat
terlebih dahulu berdasarkan gambar kerja yang sudah disetujui oleh
Direksi. Pembengkokkan tulangan harus dilakukan diatas meja
pembengkokkan dengan menggunakan kunci penekuk yang cocok dengan
-
8/19/2019 Metodologi Embung
47/241
BAB E 1 47
setiap besi tulangan serta harus mengikuti aturan dan pemasangan
penyusunannya harus sesuai dengan gambar kerja / kontrak.
Tekukan besi tidak boleh retak dan apabila pada saat pembengkokkan terjadi
keretakan pada tekukan, maka besi harus diganti, Sambungan besi / overlap ujung
sambungan besi harus paling sedikit 40 x diameter besi.
10. Cetakan Beton ( bekisting)
Setelah Pasangan batu kali selesai maka kami mulai menyiapkan bekisting,
namun sebelum pekerjaan beton cor dilaksanakan kita harus membuat
cetaknnya dengan kayu yang sesuai dengan kelas kayu yang tercantum dalam
kontrak / bestek. Dibuat dari kayu lapis harus kuat/kaku tidak berubah
sampai dibuka dan tidak bocor dengan ketentuan sebagai berikut :
• Bekisting dan perancah dapat dibuat dari kayu yang cukup kokoh untuk
mempertahankan posisi yang diperlukan selama pengecoran, pemadatan
dan perawatannya.
• Kayu yang tidak dihaluskan dapat dipergunakan pada permukaan yang
tidak tampak pada struktur akhir, sedangkan untuk permukaan beton
-
8/19/2019 Metodologi Embung
48/241
BAB E 1 48
yang tampak harus menggunakan kayu yang dihaluskan dengan tebal dan
merata.
• Bekisting dan perancah harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat
dibongkar tanpa merusak beton.
11. Penyediaan dan pemasangan gebalan rumput.
1. Setelah pekerjaan timbunan tubuh embung selesai, tubuh embung
bagian hilir diberi gebalan rumput agat tidak longsor.
2. Sebelum penanaman rumput tanah harus dibuat gembur terlebih
dahulu dengan cara menyiram dan memberi pupuk organik atau
anorganik
3. Kemudian Dibiarkan beberapa hari baru gebalan rumput diletakkan di
atas muka tanah yang telah diolah sebelumnya.
4. Gebalan rumput berupa lembaran segi empat dengan ukuran ±30 x 30
cm, dan meletakannya agar tidak bergeser dariposisinya maka
digunakan tusuk bambu.
E. 7. Pemasangan ruji, batang pengikat dan tulang pelat
A. Ruji (Dowel)
Ruji harus terbuat dari batang baja polos dan memenuhi spesifikasi
untuk batang polos AASHTO M 31-81, AASHTO M 42-81 atau
-
8/19/2019 Metodologi Embung
49/241
BAB E 1 49
AASHTO M 31-81. Ruji harus polos, tidak kasar atau tidak memiliki
tonjolan sehingga tidak mengurangi kebebasan pergerakan ruji dalam
beton. Apabila digunakan topi pelindung muai yang terbuat dari logam
(metal expansion cap pelindung tersebut harus menutupi bagian ujung
ruji dengan jarak 5 cm - 7 cm. Pelindung harus memberikan ruang
pemuaian yang cukup, dan harus cukup kaku sehingga pada waktu
pelaksanaan tidak rusak.
Batang ruji harus ditempatkan di tengah ketebalan pelat. Kepadatan
beton di sekeliling ruji harus baik agar ruji bisa berfungsi secara
sempurna. Bagian batang ruji yang bisa bergerak bebas, harus dilapisi
dengan bahan pencegah karat. Sesudah bahan pencegah karat kering,
maka bagian ini harus dilapisi dengan dengan cat atau diolesi dengan
bahan anti lengket sebelum ruji dipasang pelindung muai. Ujung
batang ruji yang dapat bergerak bebas harus dilengkapi dengan
tupi/penutup topi pelindung muai. Pelapis ruji dari jenis plastik atau
jenis lain dapat digunakan sebagai pengganti bahan anti lengket.
Ruji atau batang pengikat dan komponen perlengkapan ruji seperti
dudukan untuk penyangga tulangan, yang diletakkan pada pondasi
bawah harus cukup kuat untuk menahan pergeseran atau deformasi
sebelum dan selama pelaksanaan.
-
8/19/2019 Metodologi Embung
50/241
BAB E 1 50
B. Pemasangan dudukan ruji
Dudukan ruji harus ditempatkan pada lapis pondasi bawah atau tanah
dasar yang sudah dipersiapkan. Perlengkapan ruji harus ditempatkan
tegak lurus sumbu jalan, kecuali ditentukan lain pada Gambar
Rencana. Ruji harus ditempatkan dengan kuat pada posisi yang telah
ditetapkan sehingga tekanan beton tidak akan mengganggu
kedudukannya. Pada tikungan yang diperlebar, sambungan memanjang
pada sumbu bangunan harus diatur sedemikian rupa sehingga
mempunyai jarak sama dari tepi-tepi pelat.
Susunan batang ruji dan dudukannya harus dipasang pada garis dan
elevasi yang diperlukan dan harus dipegang kuat pada posisinya
dengan menggunakan patok-patok. Apabila susunan batang ruji dan
dudukannya dibuat secara bagian demi bagian maka susunan tersebut
harus merupakan satu kesatuan.
C. Batang pengikat (Tie Bars)
Batang pengikat harus terbuat dari batang baja ulir yang memenuhi
spesifikasi untuk batang tulangan, mutu minimum BJTU-24 dan
berdiameter minimum 16 mm. Apabila digunakan batang pengikat dari
jenis baja lain, maka baja tersebut harus dapat dibengkokkan dan
diluruskan kembali tanpa mengalami kerusakan.
-
8/19/2019 Metodologi Embung
51/241
BAB E 1 51
D. Tulangan
Baja tulangan harus bebas dari kotoran, minyak, lemak atau bahan-
bahan organik lainnya yang bisa mengurangi lekatan dengan beton
atau yang dapat menimbulkan kerugian lainnya. Pengaruh karat, kerak,
atau gabungan dari keduanya terhadap ukuran, berat minimum, serta
sifat-sifat fisik yang dihasilkan melalui pengujian benda uji dengan
sikat kawat, tidak memberikan nilai yang lebih kecil dari yang
disyaratkan.
1) Persyaratan bahan
Jenis baja tulangan dan perlengkapannya harus sesuai dengan
spesifikasi sebagai berikut :
a. Baja tulangan berbentuk anyaman dari kawat yang memenuhi
persyaratan AASHTO M 35-81, atau AASHTO M 221-81 untuk
tulangan dari kawat baja berulir;
b. Anyaman batang baja yang memenuhi AASHTO M 54-81;
c. Batang tulangan harus memenuhi persyaratan AASHTO M 42-
81 dan AASHTO M 53-81.
2) Pemasangan tulangan
Beberapa hal yang harus diperhatikan pada pemasangan
tulangan adalah sebagai berikut :
-
8/19/2019 Metodologi Embung
52/241
BAB E 1 52
a. Pada perkerasan beton semen bersambung dengan tulangan,
tulangan harus terdiri atas anyaman kawat di las atau anyaman
batang baja; Lebar dan panjang anyaman kawat atau anyaman
batang baja harus diatur sedemikian rupa, sehingga pada waktu
anyaman tersebut dipasang, kawat/batang baja yang paling luar
terletak 7,5 cm dari tepi/sambungan pelat.
b. Batang-batang baja pada setiap persilangan harus diikat kuat.
Batang-batang baja yang disambung, bagian ujung-ujungnya
harus berimpit dengan panjang tidak kurang dari 30 kali
diameternya.
c. Anyaman batang baja yang dibuat di pabrik dengan cara
mengelas pada tiap persilangan batang-batang tersebut, bagian
ujung-ujung batang memanjang harus berimpit dengan panjang
minimal 30 kali diameternya; Pola anyaman harus sedemikian
rupa sehingga batang-batang baja harus mempunyai jarak tidak
kurang dari 5 cm.
d. Ujung lembar anyaman kawat baja harus ditumpang tindihkan
sebagaimana yang tercantum pada Gambar Rencana. Lembar
anyaman harus diikat kuat untuk mencegah pergeseran;
-
8/19/2019 Metodologi Embung
53/241
BAB E 1 53
e. Apabila pelat (slab) dibuat dengan dua kali mengecor, maka
permukaan lapis pertamaharus rata dan terletak pada
kedalaman tidak kurang dari 5 cm di bawah permukaan akhir
pelat. Tulangan ditempatkan di atas lapis pertama pengecoran;
Penghamparan lapisan pertama harus mencakup seluruh lebar
pengecoran dengan panjang yang cukup untuk memungkinkan
agar anyaman dapat digelar pada posisi akhir tanpa terjadi
kelebihan penulangan yang terlalu jauh. Untuk mencegah
pergeseran, anyaman tulangan yang berdampingan harus diikat;
Dalam pengecoran lapisan berikutnya, adukan dituangkan di
atas tulangan. Untuk jangka waktu tertentu permukaan beton
lapis pertama tidak boleh dibiarkan terbuka lebih dari 30
menit, terutama pada keadaan cuaca panas atau berangin.
Selama penghamparan pemasangan tulangan harus selalu
diperiksa dan apabila dipandang perlu harus dilakukan
perbaikan.
f. Pada perkerasan beton semen menerus dengan tulangan, maka
tulangan harus dipasang sedemikian dengan kedalaman selimut
beton adalah ¼ tebal pelat + 2,5 cm dan tulangan melintangnya
tidak boleh terletak di bawah tengah-tengah tebal pelat. Pada
-
8/19/2019 Metodologi Embung
54/241
BAB E 1 54
beton dengan penghamparan satu lapis, tulangan harus
diletakkan pada dudukan agar pada saat pengecoran tulangan
tersebut dapat ditahan pada posisi yang telah ditentukan;
Bahaya kerusakan sambungan tulangan pada umur muda dapat dikurangi
dengan cara mengatur pola sambungan secara miring atau bertangga dari
satu tepi perkerasan ketepi lainnya seperti terlihat pada Gambar 5.
Batang baja yang disambung, bagian ujungnya harus berimpit satu sama
lainnya dengan panjang minimum 30 kali diameternya, tetapi tidak boleh
kurang dari 40 cm.
E. 7. 1 . Prosedur Pengawasan Pekerjaan Pembetonan
Beton yang dihasilkan harus memenuhi kekuatan sesuai dengan yang ditentukan
dalam perencanaan. Kandungan udara harus masih dalam batas yang dianjurkan
sesuai dengan ukuran agregat dan daerah di mana beton akan digunakan. Beton
harus mempunyai faktor air semen yang tidak lebih besar dari yang dianjurkan
untuk mengatasi kondisi lingkungan yang mungkin terjadi.
A. Sifat-sifat beton semen
Campuran beton yang dibuat untuk perkerasan beton semen harus memiliki
kelecakan yang baik agar memberikan kemudahan dalam pengerjaaan tanpa
-
8/19/2019 Metodologi Embung
55/241
BAB E 1 55
terjadi segregasi atau bliding dan setelah beton mengeras memenuhi
kriteria kekuatan, keawetan, kedap air dan keselamatan berkendaraan.
a) kadar air dan kandungan udara;
Kadar air harus dijaga serendah mungkin (dalam batas kemudahan kerja)
untuk mendapatkan beton yang padat dan awet dengan kandungan udara
yang sesuai dengan persyaratan.
b) mutu agregat;
Untuk mendapatkan kualitas beton yang diinginkan mutu agregat harus tetap
dijaga.
c) bahan tambah (Admixtures);
Bahan tambah baru boleh digunakan hanya apabila sudah dilakukan penilaian
dan pengujian lapangan yang teliti.
d) kekesatan.
Faktor air semen yang rendah sangat membantu dalam mempertahankan
kekesatan permukaan perkerasan beton.
B. Bahan beton semen
a) Sumber bahan
Bahan yang digunakan harus berasal dari sumber yang telah diketahui dan
dibuktikan telah memenuhi persyaratan dan ketentuan dalam pedoman ini,
baik mutu maupun jumlahnya. Bila kondisi setempat tidak memungkinkan,
-
8/19/2019 Metodologi Embung
56/241
BAB E 1 56
maka dapat dilakukan perubahan/penyesuaian terhadap persyaratan
tersebut tanpa mengurangi mutu hasil pekerjaan.
b) Agregat
Persyaratan mutu
Agregat yang digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a) mutu agregat sesuai SK SNI S-04-1989-F;
b) ukuran maksimum agregat harus≤ 1/3 tebal pelat atau ≤ ¾ jarak bersih
minimum antar tulangan.
Cara pengelolaan
agregat harus dikelola untuk mencegah pemisahan butir, penurunan mutu,
pengotoran atau pencampuran antar fraksi dari jenis yang berbeda. Bila bahan
mengalami pemisahan butir, penurunan mutu atau pengotoran, maka sebelum
digunakan harus diperbaiki dengan cara pencampuran dan penyaringan ulang,
pencucian atau cara-cara lainnya
agregat harus dibentuk lapis demi lapis dengan ketebalan maksimum 1,0 m.
Masing-masing lapis agar ditumpuk dan dibentuk sedemikian rupa dan
penumpukan lapisan berikutnya dilakukan setelah lapisan sebelumnya selesai dan
dijaga agar tidak membentuk kerucut
agregat yang berbeda sumber dan ukuran serta gradasinya tidak boleh di
satukan
-
8/19/2019 Metodologi Embung
57/241
BAB E 1 57
semua agregat yang dicuci harus didiamkan terlebih dahulu minimum 12 jam
sebelum digunakan
waktu penumpukan lebih dari 12 jam harus dilakukan untuk agregat yang
berkadar air tinggi atau kadar air yang tidak seragam
pada waktu agregat dimasukkan ke dalam mesin pengaduk, agregat tersebut
harus mempunyai kadar air yang seragam
agregat halus/pasir harus diperiksa kadar airnya. Volume agregat yang
mempunyai kadar air bervariasi lebih dari 5%, harus dikoreksi. Pada penakaran
dengan berat, banyaknya agregat setiap fraksi harus ditimbang terpisah.
Agregat harus diperiksa kadar airnya, berat agregat yang mempunyai kadar air
bervariasi lebih dari 3% harus dikoreksi.
Semen
Semen yang akan digunakan untuk pekerjaan beton semen harus sesuai dengan
SNI 15-2049-1994. Semen harus dipilih dan diperhatikaan sesuai lingkungan
dimana perkerasan digunakan serta kekuatan awalnya harus cukup untuk
pemotongan sambungan dan ketahanan abrasi permukaan.
Cara penyimpanan semen harus mengikuti ketentuan sebagai berikut :
i. semen disimpan di ruangan yang kering dan tertutup rapat
-
8/19/2019 Metodologi Embung
58/241
BAB E 1 58
ii. semen ditumpuk dengan jarak setinggi minimum 0,30 meter dari lantai
ruangan, tidak menempel /melekat pada dinding ruangan dan maksimum
setinggi 10 zak semen
iii. tumpukan zak semen disusun sedemikian rupa sehingga tidak terjadi
perputaran udara di antaranya dan mudah untuk diperiksa
iv. semen dari berbagai jenis/merk harus disimpan secara terpisah sehingga
tidak mungkin tertukar dengan jenis/merek yang lain
v. semen yang baru datang tidak boleh ditimbun di atas timbunan semen yang
sudah ada dan penggunaannya harus dilakukan menurut urutan pengiriman
vi. apabila mutu semen diragukan atau telah disimpan lebih dari 2 bulan maka
sebelum digunakan harus diperiksa terlebih dahulu bahwa semen tersebut
memenuhi syarat
vii. pada penggunaan semen curah, suhu semen harus kurang dari 70 0 C
Semen produksi pabrik dalam kantong yang telah diketahui beratnya tidak
perlu ditimbang ulang. Semua semen curah harus diukur dalam berat.
-
8/19/2019 Metodologi Embung
59/241
BAB E 1 59
Gambar 5.8.. Gudang Penyimpanan Semen
Air
Air yang digunakan untuk campuran atau perawatan harus bersih dan bebas
dari minyak, garam, asam, bahan nabati, lanau, lumpur atau bahan-bahan lain
yang dalam jumlah tertentu dapat membahayakan. Air harus berasal dari
sumber yang telah terbukti baik dan memenuhi persyaratan sesuai SK SNI S-
04-1989-F.
-
8/19/2019 Metodologi Embung
60/241
BAB E 1 60
Air harus diukur dalam volume atau berat dengan alat ukur yang mempunyai
akurasi 2%.
Akurasi alat ukur harus diperiksa setiap hari.
Bahan tambah (Admixtures)
Penggunaan bahan tambah dapat dilakukan untuk maksud :
i. kemudahan pekerjaan (workability) yang lebih tinggi, atau
ii. pengikatan beton yang lebih cepat, agar penyelesaian akhir (finishing),
pembukaan acuan dan pembukaan jalur lalu-lintas dapat dipercepat, atau
iii. pengikatan yang lebih lambat, misalnya pada pembetonan yang lebih jauh
Proporsi bahan tambah dalam campuran harus didasarkan atas hasil percobaan.
Setiap bahan tambah yang digunakan harus memenuhi spesifikasi sebagai
berikut :
a) SNI 03-2495 –1991 Bahan tambah untuk beton;
b) SNI 03-2496-1991 Spesifikasi bahan tambah pembentukan
gelembung udara;
c) ASTM C-618 Spesifikasi untuk Fly Ash atau Calcined Natural
Pozzolan yang digunakan dalam Beton Semen Portland;
d) AASHTO M 144-78 Spesifikasi untuk Calcium Chloride.
-
8/19/2019 Metodologi Embung
61/241
BAB E 1 61
Beberapa jenis bahan tambah dan kegunaannya seperti diperlihatkan pada
Tabel 5.7.
Tabel 5.7 Jenis dan kegunaan bahan tambah
No Jenis Kegunaan Maksud
1 Air
Entrainment
Kemudahan pengerjaan
kedap air dan
keawetan.
Memasukkan gelembung
udara (0,03 -
0,08 mm) secara merata
ke dalam beton.
2 Water
Reducer
Mempertahankan slump
dan kemudahan
pengerjaan
Mengurangi penggunaan
air dan semen.
3 Retarder Menyesuaikan waktu
pelaksanaan
pembetonan.
Memperlambat waktu
pengikatan.
4 Accelerator Kuat awal tinggi dalam
waktu relatip singkat.
Tidak boleh digunakan
bersamaan dengan “
Air Entrainment”.
Mempercepat waktu
pengikatan.
-
8/19/2019 Metodologi Embung
62/241
BAB E 1 62
No Jenis Kegunaan Maksud
Sering mengandung
Calcium
Chlorida yang
menimbulkan korosi
dan reaksi alkali-
agregat.
Catatan :
Lebih aman bila
digunakan :
- Semen kuat awal
tinggi.
- Beton mutu tinggi.
- Pemanasan uap.
5 Plasticizer Meningkatkan
kemudahan dan mutu
pengerjaan
(workability).
Bila proporsi campuran
dan bentuk agregat
kurang baik, adukan
kurang “ workable”.
Bila jarak tulangan
-
8/19/2019 Metodologi Embung
63/241
BAB E 1 63
No Jenis Kegunaan Maksud
rapat.
6 Lain-lain
Pozolan
Mengendalikan suhu
dalam beton dan
mencegah reaksi alkali-
agregat.
Beton masif (mutu dan
cara uji semen
pozolan sesuai dengan
SII 0132-75).
C. Penentuan proporsi campuran beton semen
Penentuan proporsi campuran awal diperoleh berdasarkan perhitungan
rancangan dan percobaan campuran di laboratorium. Proporsi rencana
campuran akhir harus didasarkan pada percobaan penakaran skala penuh
pada awal pekerjaan.
Apabila ketentuan kadar semen minimum diterapkan, maka disarankan untuk
menggunakan semen minimum 335 kg/m3, kecuali bila pengalaman setempat
menunjukkan bahwa nilai tersebut dapat diturunkan.
Disarankan kuat tarik lentur beton yang ditentukan untuk tujuan
perencanaan dan keawetan pada umur 28 hari tidak boleh lebih kecil dari 4
MPa (40 kg/cm2).
-
8/19/2019 Metodologi Embung
64/241
BAB E 1 64
Bila dalam perencanaan dimasukkan parameter lain dari beton, maka
kebutuhan semen per m3 beton berdasarkan metoda semen minimum, harus
dinaikkan atau diturunkan berdasarkan pengalaman. Dalam hal apapun kadar
semen tidak boleh lebih kecil dari 280 kg/m3
D. Pengadukan beton semen
Unit penakaran (Batching Plant)
Unit penakaran terdiri atas bak-bak atau ruangan-ruangan terpisah untuk
setiap fraksi agregat dan semen curah. Alat ini harus dilengkapi dengan bak
penimbang (weighting hoppers), timbangan (scales) dan pengontrol takaran
(batching controls).
Semen curah harus ditimbang pada bak penimbang yang terpisah, dan tidak
boleh ditimbang kumulatif dengan agregat.
Timbangan harus cukup mampu untuk menimbang bahan satu adukan dengan
sekali menimbang.
Alat penimbang harus dapat menimbang semua bahan secara teliti.
Ketelitian timbangan harus diperiksa sebelum digunakan dan secara berkala
selama
pelaksanaan.
Pengukuran dan penanganan bahan
-
8/19/2019 Metodologi Embung
65/241
BAB E 1 65
Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :
a) semen curah maupun semen kemasan dapat digunakan, asalkan
menggunakan cara penakaran yang sama. Semen yang berbeda merek
tidak boleh digunakan pada pencampuran yang bersamaan. Semen
harus ditimbang dengan penyimpangan maksimum 1%. Apabila digunakan
semen kemasan, maka jumlah semen dalam satu adukan beton harus
merupakan bilangan bulat dalam zak;
b) agregat ditimbang dengan penyimpangan maksimum 2 %;
c) air pencampur dapat ditakar berdasarkan volume atau berat.
Toleransi penakaran maksimum 1%;
d) bahan tambah yang digunakan harus dicampur ke dalam air sebelum
dituangkan ke dalam mesin pengaduk. Bahan tambah dapat ditakar
dalam berat atau volume, dengan toleransi penakaran maksimum 3%.
Bila digunakan bahan tambah pembentuk udara (air entraining
admixture) bersamaan dengan bahan kimia, maka masing-masing bahan
tambah harus ditakar dan ditambahkan kedalam adukan secara
terpisah;
e) abu terbang (fly ash) atau pozolan lainnya harus ditakar dalam berat
dengan batas ketelitian 3 %.
Cara pengadukan beton semen
-
8/19/2019 Metodologi Embung
66/241
BAB E 1 66
Pengadukan beton semen merupakan bagian paling penting dari tahapan-
tahapan, harus menghasilkan beton semen yang homogen, seragam dan
ekonomis. Untuk memperoleh hasil yang seperti itu, pemilihan tipe alat dan
pengoperasiannya harus dilakukan secara tepat, demikian juga penempatan
alat pengaduk dan material bahan campuran beton.
Bahan tambah yang berupa cairan harus dicampur ke dalam air sebelum
dituangkan ke dalam mesin pengaduk. Seluruh air campuran harus sudah
dimasukkan ke dalam mesin pengaduk sebelum seperempat masa pengadukan
selesai.
Lama waktu pencampuran (mixing time) yang diperlukan ditetapkan dari hasil
percobaan campuran. Waktu pencampuran tidak boleh kurang dari 75 detik,
kecuali ada data untuk mencampur minimum 60 detik.
Apabila digunakan beton siap campur (Ready-mixed Concrete), pelaksanaan
pencampuran beton harus sesuai dengan persyaratan Pd. S-02-1996-03.
a) Cara masinal
Dalam mengerjakan pengadukan beton sebaiknya digunakan peralatan
yang telah memenuhi semua persyaratan yang bisa dikendalikan secara
otomatis, baik dalam hal penimbangan atau penakaran material maupun
pengadukannya.
-
8/19/2019 Metodologi Embung
67/241
BAB E 1 67
Mesin pengaduk harus dilengkapi dengan petunjuk dari pabrik yang
menyatakan kapasitas dan jumlah putaran per menit yang dianjurkan.
b) Cara semi masinal
Apabila cara masinal tidak bisa dilaksanakan sepenuhnya, pengadukan
beton dapat dikerjakan dengan cara semi masinal, yaitu dengan peralatan
atau mesin yang tidak sepenuhnya bisa dikendalikan secara otomatis
(beton molen). Kondisi pelaksanaan seperti ini harus disertai dengan
pengawasan yang lebih baik.
c) Cara manual
Untuk pekerjaan bagian-bagian tertentu dengan jumlah kecil atau dalam
hal kondisi darurat, pengadukan dengan tangan (hand mixing)
menggunakan sekop dan cangkul boleh dilakukan.
E. Pengangkutan adukan beton
Pengangkutan adukan beton ke lokasi pengecoran dapat menggunakan antara
lain : tipping trucks, truck mixers atau agitators, sesuai dengan pertimbangan
ekonomis dan jumlahnya beton yang diangkut. Pengangkutan harus dapat
menjaga campuran beton tetap homogen, tidak segregasi, dan tidak
menyebabkan perubahan konsistensi beton.
Apabila beton diangkut dengan peralatan yang tidak bergerak (non-agitating),
rentang waktu terhitung mulai semen dimasukkan ke dalam mesin pengaduk
-
8/19/2019 Metodologi Embung
68/241
BAB E 1 68
hingga selesai pengangkutan ke lokasi tidak boleh melebihi 45 menit untuk
beton normal dan tidak boleh melebihi 30 menit.
untuk beton yang memiliki sifat mengeras lebih cepat atau temperatur beton ≥
30° C. Apabila digunakan truck mixers atau truck agitators, rentang waktu
pengangkutan dapat diijinkan hingga 60 menit untuk beton normal tetapi harus
lebih pendek lagi jika untuk beton yang mengeras lebih cepat atau temperatur
beton ≥ 30° C.
F. Pengecoran, penghamparan, dan pemadatan
Pengecoran
Pengecoran beton harus dilakukan secara hati-hati agar tidak terjadi
segregasi. Tinggi jatuh adukan beton harus diperhatikan antara 0,90 m –
1,50 m tergantung dari konsistensi adukan.
Apabila dalam pengecoran digunakan mesin pengaduk di tempat, penuangan
adukan beton dapat dilakukan menggunakan baket (bucket) dan talang.
Untuk beton tanpa tulangan adukan beton dapat dituangkan di atas
permukaan yang telah disiapkan di depan mesin penghampar. Harus
diusahakan agar penumpahan adukan beton dari satu adukan ke adukan
berikutnya berlangsung secara berkesinambungan sebelum terjadi
pengikatan akhir (final setting).
-
8/19/2019 Metodologi Embung
69/241
BAB E 1 69
Pengecoran pada cuaca panas
Bila pelaksanaan perkerasan dilakukan pada cuaca panas dan bila temperatur
beton basah (fresh concrete) di atas 240 C, pencegahan penguapan harus
dilakukan. Air harus dilindungi dari panas sinar matahari, dengan cara
melakukan pengecatan tanki air dengan warna putih dan mengubur pipa
penyaluran atau dengan cara lain yang sesuai. Temperatur agregat kasar
diturunkan dengan menyemprotkan air. Pengecoran beton harus dihentikan
bila temperatur beton pada saat dituangkan lebih dari 320 C.
Kehilangan kadar air yang cepat dari permukaan perkerasan akan
menghasilkan kekakuan yang lebih awal dan mengurangi waktu yang tersedia
untuk menyelesaikan pekerjaan akhir.
Dalam keadaan seperti ini tidak diperbolehkan menambahkan air ke
permukaan pelat. Pada kondisi yang sangat terpaksa berkurangnya kadar air
bisa diimbangi dengan melakukan pengkabutan.
Penghamparan
Ada dua metoda penghamparan beton semen.
a) metoda menerus;
Pada metoda ini beton dicor secara menerus. Sambungan-sambungan
melintang dapat dibuat ketika beton masih basah atau dengan cara
digergaji sebelum retak susut terjadi.
-
8/19/2019 Metodologi Embung
70/241
BAB E 1 70
b) metoda panel-berselang.
Pada metoda ini beton dicor dengan sistem panel-panel berselang. Panel-
panel yang kosong di antara panel-panel yang sudah dicor, pengecorannya
dikerjakan setelah 4 – 7 hari berikutnya.
Pada pekerjaan besar harus disediakan penghampar jenis dayung
(paddle) atau ulir (auger), atau ban berjalan, maupun jenis wadah
(hopper) dan ulir, kecuali apabila digunakan penghampar acuan gelincir.
Pada mesin penghampar acuan gelincir, peralatan penghampar biasanya
sudah menyatu. Semua peralatan harus dioperasikan secara seksama.
Pada pekerjaan yang lebih kecil, penghamparan dapat dilakukan dengan
cara manual.
Beton harus dihampar dengan ketebalan yang sesuai dengan tipe dan
kapasitas alat pemadat.
Apabila perkerasan beton menggunakan tulangan, pemasangan tulangan
harus diperkuat oleh dudukan kemudian beton dicor dan dipadatkan dari
atas.
Pemadatan
Adukan beton harus dipadatkan dengan sebaik-baiknya. Ada dua metoda
untuk memadatkan beton yaitu : pemadatan dengan tangan dan pemadatan
dengan getaran.
-
8/19/2019 Metodologi Embung
71/241
BAB E 1 71
a) pemadatan dengan tangan (hand tamping);
Alat ini biasanya digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan kecil. Alat ini
dapat dibuat dari balok kayu berukuran 22,5 x 7,5 mm2 dengan panjang
sesuai lebar jalur yang dicor.
Bagian bawah tepi balok kayu diperkuat dengan pelat besi tebal 5 mm
seperti diperlihatkan pada Gambar 5.9.
Untuk memadatkan beton, mula-mula alat ini dipasang mendatar di atas
permukaan beton, kemudian diangkat dan dijatuhkan secara berulang-
ulang. Setelah pemadatan selesai, alat ini bisa sekaligus dipakai untuk
meratakan dan merapikan permukaan beton.
b) pemadatan dengan getaran yang dioperasikan dengan tangan (Hand-
operated vibrating beam).
Alat ini berupa balok yang bertumpu di atas acuan-acuan samping.
Kepadatan beton
dicapai dengan menggetarkan satu unit balok penggetar yang
dioperasikan secara manual
Sebagai tambahan untuk pemadatan bagian-bagian tepi atau sudut,
dapat digunakan
-
8/19/2019 Metodologi Embung
72/241
BAB E 1 72
alat pemadat yang dibenamkan ke dalam beton (immersion vibrator).
Pemadatan beton
harus dihentikan sebelum terjadi bliding (bleeding) pada permukaan
beton, dan harus
sudah selesai sebelum pengikatan awal terjadi.
Untuk daerah di sekitar ruji dan dudukan, pada tepi-tepi dan sudut-sudut
sekitar fasilitas
drainase, dan pada pelat-pelat tidak beraturan, pada jalan masuk dan
persimpangan,
diperlukan penanganan khusus untuk mencapai kepadatan yang baik.
E.8. Prosedur Perlindungan dan Perawatan Beton
A. Perlindungan
Setelah beton dicor dan dipadatkan, hingga berumur beberapa hari, beton
harus dilindungi terhadap kerusakan yang disebabkan oleh faktor
lingkungan.
a) pencegahan retak susut plastis;
Retak susut plastis adalah retak yang terjadi pada permukaan beton
basah dan pada saat masih plastis.
-
8/19/2019 Metodologi Embung
73/241
BAB E 1 73
Penyebab utama dari retak tipe ini adalah pengeringan permukaan beton
yang terlalu cepat yang dipengaruhi oleh kelembaban relatif, temperatur
beton dan udara serta kecepatan angin.
Tingkat penguapan akan sangat tinggi bila kelembaban relatif kecil,
temperatur beton lebih tinggi dari temperatur udara, dan bila angin
bertiup pada permukaan beton.
Bilamana terjadi kombinasi panas, cuaca kering dan angin yang kencang
akan mengakibatkan hilangnya kelembaban yang lebih cepat dibandingkan
dengan pengisian kembali rongga oleh proses aliran air. Pengeringan yang
cepat juga terjadi pada cuaca dingin, jika temperatur beton pada saat
pengecoran adalah lebih tinggi dari pada temperatur udara.
Jika laju penguapan air lebih dari 1,0 kg/m2 per jam, pencegahan harus
dilakukan untuk menghindari terjadinya retak susut plastis. Besarnya laju
penguapan dapat diestimasi dengan menggunakan nomogram seperti
diperlihatkan pada Gambar 5.11.
Prosedur untuk meminimalkan retak akibat susut plastis :
buat pelindung angin untuk mengurangi pengaruh angin dan atau sinar
matahari terhadap permukaan beton semen
kendalikan perbedaan temperatur yang berlebihan antara beton dan
udara baik cuaca panas maupun dingin
-
8/19/2019 Metodologi Embung
74/241
BAB E 1 74
hindari keterlambatan penyelesaian akhir setelah pengecoran beton
rencanakan waktu antara pengecoran dan permulaan perawatan
dengan memperhatikan prosedur pelaksanaan, apabila terjadi
keterlambatan, lindungi beton dengan penutup sementara
lindungi beton selama beberapa jam pertama setelah pengecoran dan
pembuatan tekstur permukaan untuk meminimalkan penguapan
b) perlindungan terhadap hujan;
Untuk melindungi beton belum berusia 12 jam, harus ditutup dengan
bahan seperti plastik, terpal atau bahan lain yang sesuai.
c) perlindungan terhadap kerusakan permukaan.
Perkerasan harus dilindungi terhadap lalu-lintas umum dan proyek,
dengan pemasangan rambu lalu-lintas, penerangan lamp