metode peta pikiran (mind mapping) dalam pembelajaran menulis teks prosedur bahasa inggris pada...
TRANSCRIPT
METODE PETA PIKIRAN (MIND MAPPING) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS PROSEDUR
BAHASA INGGRIS PADA PESERTA DIDIK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
Makalah
Disusun oleh :
Titin Agustini, S.Pd, M.M.Pd NIP . 197108171997022003
SMP NEGERI 49 BANDUNG DINAS PENDIDIKAN KOTA BANDUNG
2015
LEMBAR PENGESAHAN
MAKALAH
METODE PETA PIKIRAN (MIND MAPPING) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS PROSEDUR BAHASA
INGGRIS PADA PESERTA DIDIK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
Mengetahui / Menyetujui Bandung, Januari 2015
Kepala SMP Negeri 49 Bandung
Drs. Nana Hanadi, M.MPd. NIP : 19650104 199103 1 018
Penulis
Titin Agustini, S.Pd, M.M.Pd NIP : 19710817 199702 2003
LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN
MAKALAH
1. Judul : “Metode Peta Pikiran (Mind Mapping) Dalam Pembelajaran
Menulis Teks Prosedur Bahasa Inggris Pada Peserta Didik
Sekolah Menengah Pertama”
2. Penulis
a) Nama
b) Jenis Kelamin
c) NIP
d) Pangkat/Golongan
e) Mata Pelajaran yang diampu
f) Sekolah
g) Alamat Sekolah
:
:
:
:
:
:
:
Titin Agustini, S.Pd, M.M.Pd
Perempuan
19710817 199702 2003
Pembina / IVa
Bahasa Inggris
SMP Negeri 49 Bandung
Jl. Antapani No 58 Bandung
Koordinator Perpustakaan,
Dedi Ahmad Yudhantara NIP. 19581011 198303 1 013
Penulis
Titin Agustini, S.Pd, M.M.Pd NIP : 19710817 199702 2003
Mengetahui / Menyetujui Bandung, Januari 2015
Kepala SMP Negeri 49 Bandung
Drs. Nana Hanadi, M.MPd. NIP : 19650104 199103 1 018
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan rasa syukur ke hadirat Allah SWT, karena
atas Ridlo serta Inayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul :
Metode Peta Pikiran (Mind Mapping) Dalam Pembelajaran Menulis Teks
Prosedur Bahasa Inggris Pada Peserta Didik Sekolah Menengah Pertama
Dalam penyusunan makalah ini penulis merasakan masih jauh dari kata
sempurna, masih banyak kekurangan-kekurangan hal ini disebabkan berbagai
keterbatasan penulis. Oleh karena itu peneliti mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dalam rangka perbaikan makalah ini.
Akhirul kata penulis berharap mudah-mudahan makalah yang sederhana
ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Aamiin Ya Robbal Alamin.
Bandung, Januari 2015
Penulis,
Titin Agustini, S. Pd, M.M.Pd
ABSTRAK
Titin Agustini, S.Pd, M.M.Pd, “Metode Peta Pikiran (Mind Mapping) Dalam Pembelajaran Menulis Teks Prosedur Bahasa Inggris Pada Peserta Didik Sekolah Menengah Pertama” Dalam melakukan proses pembelajaran di kelas seringkali peserta didik mengalami kesulitan dalam membuat atau menarik sebuah kesimpulan dari pokok bahasan, hal ini dikarenakan guru kurang memberikan pembelajaran dan melatih olah pikir di dalam otak peserta didik tentang bagaimana hubungan keterkaitan satu konsep materi dengan konsep materi yang lain. Dalam pendekatan model belajar mind mapping secara terus menerus peserta didik dilatih untuk menguraikan hubungan konsep satu dengan konsep lain melalui sebuah peta konsep sehingga peserta didik mudah untuk memahami seluruh rangkaian hubungan materi tersebut. Tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah mengetahui : Model peta konsep /pikiran (mind mapping) dalam pembelajaran menulis teks prosedur dalam Bahasa Inggris. Implementasi metode peta pikiran (mind mapping) adalah sebagai berikut, peserta didik bersama guru memilih tema karangan kemudian menuliskannya di atas selembar kertas kosong. Penulisan berupa kata kunci dari ide yang dipilih disertai dengan simbol atau gambar yang berwarna. Setelah peserta didik membuat perencanaan dalam bentuk peta pikiran, kemudian peserta didik ditugaskan untuk menulis teks prosedur. Apabila masih ada ide yang muncul di tengah aktivitas menulis maka dapat dituangkan dalam cabang-cabang atau ranting mana pun dalam peta pikiran untuk selanjutnya dituangkan dalam karangan teks prosedur.
Kata Kunci : Bahasa Inggris, Teks Prosedur, Peta Pikiran
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN MAKALAH .................................................... i
LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN MAKALAH ......................ii
KATA PENGANTAR ............................................................................... iii
ABSTRAK .................................................................................................iv
DAFTAR ISI ............................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA ....................................................................... 6
A. Hakekat Pembelajaran Menulis Teks Prosedur Bahasa Inggris di SMP .. 6
B. Hakekat Model Peta Konsep/Pikiran (Mind Mapping) ....................... 10
BAB III PEMBAHASAN : ........................................................................ 14
Pembelajaran Membuat Teks Prosedur Dalam Bahasa Inggris Dengan
Model Peta Konsep /Pikiran (Mind Mapping) ............................................. 14
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 22
A. Simpulan ............................................................................................... 22
B. Saran ..................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 23
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peranan seorang guru dalam proses belajar-mengajar harus mampu
mengembangkan perubahan tingkah laku pada peserta didik. Perubahan
tingkah laku tersebut merupakan tujuan dari pembelajaran. Menurut Oemar
Hamalik (2010: 79) mengungkapkan bahwa taksonomi tujuan pendidikan
digunakan sebagai dasar untuk merumuskan tujuan pembelajaran. Taksonomi
tujuan tersebut terdiri dari domain-domain kognitif, afektif, dan psikomotor.
Oleh karena itu dalam mengajar pada bidang studi apapun guru harus
berupaya mengembangkan pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap peserta
didik didik, sebab ketiga aspek tersebut merupakan pembentuk kepribadian
individu.
Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual,
sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan
dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan
membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain.
Selain itu, pembelajaran bahasa juga membantu peserta didik mampu
mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat, dan
bahkan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif
yang ada dalam dirinya.
Bahasa Inggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan dan
tulis. Berkomunikasi adalah memahami dan mengungkapkan informasi,
pikiran, perasaan, dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
budaya. Kemampuan berkomunikasi dalam pengertian yang utuh adalah
kemampuan berwacana, yakni kemampuan memahami dan/atau
menghasilkan teks lisan dan/atau tulis yang direalisasikan dalam empat
keterampilan berbahasa, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan
menulis. Keempat keterampilan inilah yang digunakan untuk menanggapi
atau menciptakan wacana dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu,
mata pelajaran Bahasa Inggris diarahkan untuk mengembangkan
keterampilan-keterampilan tersebut agar lulusan mampu berkomunikasi dan
berwacana dalam bahasa Inggris pada tingkat literasi tertentu.
Salah satu bidang aktivitas dan materi pengajaran Bahasa Inggris di
Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang memegang peranan penting ialah
pengajaran menulis. Menulis merupakan salah satu kompetensi bahasa yang
ada dalam setiap jenjang pendidikan, mulai tingkat prasekolah hingga
perguruan tinggi. Menulis adalah salah satu dari 4 keterampilan berbahasa
yang harus dikuasai dengan baik oleh peserta didik. Menurut Yeti Mulyati,
dkk. (2008: 5.3) menulis adalah suatu proses berfikir dan menuangkan
pemikiran itu dalam bentuk wacana (karangan).
Salah satu bentuk keterampilan menulis dalam bahasa Inggris adalah
teks prosedur. Menurut Djuharie, Setiawan Otong (2007:38) teks prosedur
merupakan teks yang bertujuan untuk memberi petunjuk tentang
langkah/metode/cara-cara melakukan sesuatu. Teks procedure umumnya
berisi tips atau serangkaian tindakan atau langkah untuk membuat suatu
barang atau melakukan suatu aktivitas.
Procedure text is a text that shows the way to do or make something.
Artinya teks prosedur adalah teks yang menunjukkan cara untuk membuat/
melakukan sesuatu dengan urutan sebagai berikut :
1) Goal (Title/judul atau bagaimana hasil akhirnya)
2) Material (Bahan-bahan yang diperlukan)
3) Steps (Langkah-langkah pembuatan/cara melakukannya).
Procedure is a text that show a process in order. Its social function is
to describe how something is completely done through a sequence of series.
Ini berarti bahwa teks procedure adalah teks yang menunjukkan
susunan suatu proses. Fungsi sosial teks ini adalah untuk menggambarkan
bagaimana sesuatu dilakukan melalui serangkaian urutan.
Menurut The Liang Gie (1992: 17), mengarang adalah keseluruhan
rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dan menyampaikan-
nya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami. Sehubungan
dengan hal itu mengarang dapat diartikan keseluruhan rangkaian kegiatan
seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui
bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami secara tepat seperti yang
dimaksudkan oleh penulis atau pengarang. Karangan itu sendiri memiliki
klasifikasi dan jenis yang beragam.
Menulis teks prosedur merupakan kompetensi menulis yang sudah ada
dan dimulai di jenjang Sekolah Dasar. Peserta didik dapat mengungkapkan
perasaan, ide, dan gagasannya kepada orang lain melalui kegiatan menulis
teks prosedur. Kemampuan menulis teks prosedur tidak secara otomatis dapat
dikuasai oleh peserta didik, melainkan harus melalui latihan dan praktik yang
banyak dan teratur sehingga peserta didik akan lebih mudah berekspresi
dalam kegiatan menulis. Sehubungan dengan itu kemampuan menulis harus
ditingkatkan sejak kecil atau mulai dari pendidikan Sekolah Dasar. Apabila
kemampuan menulis tidak ditingkatkan, maka kemampuan peserta didik
untuk mengungkapkan pikiran atau gagasan melalui bentuk tulisan akan
semakin berkurang atau tidak berkembang.
Kegiatan belajar mengajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah
satunya adalah metode pembelajaran. Menurut T. Raka Joni dalam Soli
Abimanyu (2008: 2-5) metode adalah cara kerja yang bersifat relatif umum
yang sesuai untuk mencapai tujuan tertentu. Metode merupakan cara
pelaksanaan kegiatan dalam mencapai tujuan yaitu tujuan pembelajaran.
Salah satu metode pembelajaran yang telah terbukti mampu mengoptimalkan
hasil belajar adalah metode peta konsep atau disebut peta pikiran (mind
mapping). Menurut Edward (2009: 64) peta pikiran (mind mapping) adalah
cara paling efektif dan efisien untuk memasukkan, menyimpan dan
mengeluarkan data dari atau ke otak. Peta pikiran (Mind mapping) merupakan
salah satu cara mencatat materi pelajaran yang memudahkan peserta didik
untuk belajar.
Dalam mempelajari Bahasa Inggris di SMP yang banyak memerlukan
pemahaman secara luas dan tingkat kesulitan yang cukup tinggi maka
diperlukan pemahaman secara mandiri yang digalih dan dibangun dari
pengalaman peserta didik sendiri. Dengan membangun sebuah konsep di
dalam alam pikiran peserta didik sendiri maka diharapkan pemahaman
konsep dalam pembelajaran Bahasa Inggris dapat lebih mudah dipahami.
Pemahaman dapat dibangun dan digalih jika peserta didik diberikan
kesempatan untuk merangkai dan menemukan sendiri konsep tersebut melalui
penalaran dengan turut aktif untuk menemukan jaringan konsep-konsep
materi pembelajaran Bahasa Inggis melalui metode pembelajaran dengan
mind mapping yang dilakukan peserta didik sendiri dengan bimbingan
seorang guru. Dengan demikian pengetahuan yang dibangun tersebut akan
mengakar dan melekat lebih kuat di dalam alam pikiran peserta didik.
Dalam melakukan proses pembelajaran di kelas seringkali peserta
didik mengalami kesulitan dalam membuat atau menarik sebuah kesimpulan
dari pokok bahasan, hal ini dikarenakan guru kurang memberikan
pembelajaran dan melatih olah pikir di dalam otak peserta didik tentang
bagaimana hubungan keterkaitan satu konsep materi dengan konsep materi
yang lain. Dalam pendekatan model belajar mind mapping secara terus
menerus peserta didik dilatih untuk menguraikan hubungan konsep satu
dengan konsep lain melalui sebuah peta konsep sehingga peserta didik mudah
untuk memahami seluruh rangkaian hubungan materi tersebut.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam tulisan ini adalah : Bagaimanakah model
peta konsep /pikiran (mind mapping) pembelajaran menulis teks prosedur
dalam Bahasa Inggris?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah mengetahui : Model peta
konsep/pikiran (mind mapping) pembelajaran menulis teks prosedur dalam
Bahasa Inggris.
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi guru,
Upaya guru untuk membangkitkan kemampuan peserta didik untuk
menulis teks prosedur Bahasa Inggris yang selama ini sebagian peserta
didik mengalami kesulitan.
2. Bagi peserta didik,
Adanya metoda yang memudahkan mereka dalam mengerjakan tugas-
tugas pembelajaran membuat teks prosedur Bahasa Inggris.
3. Bagi sekolah,
Meningkatkan profesionalisme guru yang berpengaruh terhadap akreditasi
sekolah.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hakekat Pembelajaran Menulis Teks Prosedur Bahasa Inggris di SMP
Istilah pembelajaran merupakan perkembangan dari istilah pengajaran.
Pembelajaran adalah upaya yang dilakukan oleh seorang guru atau yang lain
untuk membelajarkan peserta didik yang belajar.(Aan Hasanah, 2012:95).
Menurut paham konvensional, pembelajaran diartikan sebagai bantuan kepada
peserta didik didik yang dibatasi pada aspek intelektual dan keterampilan.
Unsur utama dari pembelajaran adalah pengalaman peserta didik sebagai
seperangkat event sehingga terjadi proses belajar. (Aan Hasanah, 2012:98).
Secara tradisional, proses pembelajaran melibatkan pendidik, peserta
didik dan buku ajar (textbook). Pembelajaran dapat ditafsirkan sebagai
penyampaian isi pelajaran ke dalam otak peserta didik dengan cara tertentu dan
mereka akan melacak kembali informasi yang telah diterima pada waktu
menghadapi ujian. Dengan model ini, cara memperbaiki pembelajaran adalah
memperbaiki kemampuan pendidik dengan cara pendidik mempelajari banyak
pengetahuan dan metode penyampaian isi pelajaran kepada peserta didik.
Hamalik (2010) menjelaskan dengan mengutip pendapat Briggs bahwa
Pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang mempengaruhi peserta didik
sedemikian rupa sehingga peserta didik itu memperoleh kemudahan. Hamalik
(2010) menjelaskan dengan mengutip pendapat Gagne menyatakan bahwa
pembelajaran merupakan serangkaian peristiwa eksternal peserta didik yang
dirancang untuk mendukung proses internal belajar. Peristiwa belajar ini
dirancang agar memungkinkan peserta didik memproses informasi nyata dalam
rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk mencapai tujuan belajar,
pendidik hendaknya benar-benar menguasai cara-cara merancang belajar agar
peserta didik mampu belajar secara optimal.
Menurut J.Ch. Sujanto (1988: 60) menulis merupakan suatu proses
pertumbuhan melalui banyak latihan. Sebagai suatu proses, menulis merupakan
serangkaian aktivitas (kegiatan) yang terjadi dan melibatkan beberapa fase
(tahap) yaitu fase pramenulis (persiapan), penulisan (pengembangan isi
karangan), dan pascapenulisan (telaah dan revisi atau penyempurnaan tulisan)
yang memerlukan banyak latihan (St.Y. Slamet, 2007: 97).
Sejalan dengan itu, Sri Hastuti dalam St.Y. Slamet, (2007: 98)
mengungkapkan bahwa: Menulis, di samping sebagai proses, menulis juga
merupakan suatu kegiatan yang kompleks karena melibatkan cara berpikir
yang teratur dan berbagai persyaratan yang berkaitan dengan teknik penulisan,
antara lain:
(1) adanya kesatuan gagasan;
(2) penggunaan kalimat yang jelas;
(3) paragraf disusun dengan baik;
(4) penerapan kaidah ejaan yang benar; dan
(5) penguasaan kosakata yang memadai.
Dalam kegiatan menulis, diperlukan adanya kompleksitas kegiatan
untuk menyusun karangan secara baik yang meliputi:
(1) keterampilan gramatikal,
(2) penuangan isi,
(3) keterampilan stilistika,
(4) keterampilan mekanis, dan
(5) keterampilan memutuskan (Heaton dalam St.Y. Slamet, 2008: 142).
Sejalan dengan hal tersebut kemampuan menulis menurut Sabarti
Akhadiah (1994: 2) merupakan kemampuan yang kompleks, yang menuntut
sejumlah pengetahuan dan keterampilan. Sehubungan dengan kompleksnya
kegiatan yang diperlukan untuk kegiatan menulis, maka menulis harus
dipelajari atau diperoleh melalui proses belajar dan berlatih dengan sungguh-
sungguh.
Dengan demikian menulis adalah serangkaian proses kegiatan yang
kompleks yang memerlukan tahapan-tahapan, dan menuangkannya ke dalam
bentuk tulisan sehingga pembaca dapat memahami isi dari gagasan yang
disampaikan. Dengan kata lain bahwa menulis merupakan serangkaian
kegiatan yang akan melahirkan pikiran dan perasaan melalui tulisan untuk
disampaikan kepada pembaca.
Menurut The Liang Gie (1992: 17-18), unsur menulis terdiri atas
gagasan, tuturan (narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi),
tatanan, dan wahana.
1) Gagasan
Topik yang berupa pendapat, pengalaman, atau pengetahuan seseorang.
Gagasan seseorang tergantung pengalaman masa lalu atau pengetahuan
yang dimilikinya.
2) Tuturan
Merupakan pengungkapan gagasan yang dapat dipahami pembaca. Ada
bermacam-macam tuturan, antara lain narasi, deskripsi, dan eksposisi,
argumentasi, dan persuasi.
3) Tatanan
Tatanan merupakan aturan yang harus diindahkan ketika akan
menuangkan gagasan. Berarti ketika menulis tidak sekedar menulis
harus mengindahkan aturan-aturan dalam menulis.
4) Wahana
Wahana juga sering disebut dengan alat. Wahana berupa kosakata,
gramatika, retorika (seni memakai bahasa). Bagi penulis pemula,
wahana sering menjadi masalah. Mereka menggunakan kosakata,
gramatika, retorika yang masih sederhana dan terbatas. Untuk
mengatasi hal tersebut, seorang penulis harus memperkaya kosakata
yang belum diketahui artinya. Seorang penulis harus rajin menulis dan
membaca.
David P. Haris dalam St.Y. Slamet (2007: 108) menjelaskan proses
menulis sekurang-kurangnya mencakup lima unsur, yaitu (1) isi karangan, (2)
bentuk karangan, (3) tata bahasa, (4) gaya, (5) ejaan dan tanda baca. Isi
karangan adalah gagasan dari penulis yang akan dikemukakan. Bentuk
karangan merupakan susunan atau penyajian isi karangan. Tata bahasa adalah
kaidah-kaidah bahasa termasuk di dalamnya pola-pola kalimat. Gaya
merupakan pilihan struktur dan kosakata untuk memberi nada tertentu terhadap
karangan itu. Ejaan dan tanda baca adalah penggunaan tata cara penulisan
lambang-lambang bahasa tertulis.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa unsur-unsur menulis terdiri
atas pengungkapkan gagasan, tuturan yang digunakan penulis dalam
menyampaikan tulisannya, tatanan dalam penulisan, dan wahana yang berupa
kosakata, serta ejaan dan tanda baca.
Salah satu kegiatan menulis adalah menulis teks prosedur. Teks
prosedur merupakan salah satu bentuk karangan yang diterapkan dalam proses
pembelajaran yaitu dalam pelajaran bahasa Indonesia.
Teks prosedur adalah ragam wacana yang menceritakan proses
pembuatan sesuatu. Sasarannya adalah memberikan gambaran yang sejelas-
jelasnya kepada pembaca mengenai fase, urutan, langkah, atau rangkaian
terjadinya suatu hal.
Menurut St.Y. Slamet (2007: 97) bahwa menulis merupakan
serangkaian aktivitas (kegiatan) yang terjadi dan melibatkan beberapa fase
(tahap) yaitu fase pramenulis (persiapan), penulisan (pengembangan isi
karangan), dan pascapenulisan (telaah dan revisi atau penyempurnaan tulisan).
Sehubungan dengan hal itu DePorter dan Hernacki (2006: 194) menyatakan
ada tujuh tahapan dalam proses penulisan:
a) persiapan, yaitu mengelompokkan dan memulai menulis;
b) draft-kasar, yaitu mencari dan mengembangkan gagasan;
c) berbagi, memberikan draft tulisan untuk di baca orang lain dan
mendapatkan umpan balik;
d) perbaikan, yaitu memperbaiki tulisan;
e) penyuntingan, adalah memperbaiki semua kesalahan, tata bahasa, dan
tanda baca;
f) penulisan kembali, memasukkan isi yang baru dan perubahan
penyuntingan; dan
g) evaluasi, yaitu memeriksa apakah sudah selesai ataukah belum.
Gorys Keraf (2004: 38) menyatakan bahwa rangkaian aktivitas menulis
meliputi: a) pramenulis, b) penulisan draft, c) revisi, d) penyuntingan, e)
publikasi atau pembahasaan. Sementara itu Temple dkk. (dalam Ahmad dan
Darmiyati, 2002: 52) mengidentifikasi bahwa ada 4 tahap perkembangan
tulisan yang dialami oleh peserta didik, yaitu: prafonemik, fonem.
Dalam standar isi Bahasa Inggris, menulis merupakan mengungkapkan
makna dalam teks tulis fungsional pendek sangat sederhana untuk berinteraksi
dengan lingkungan terdekat, yang meliputi :
1) Mengungkapkan makna gagasan dalam teks tulis fungsional pendek
sangat sederhana dengan menggunakan ragam bahasa tulis secara
akurat, lancar dan berterima untuk berinteraksi dengan lingkungan
terdekat.
2) Mengungkapkan langkah retorika dalam teks tulis fungsional pendek
sangat sederhana dengan menggunakan ragam bahasa tulis secara
akurat, lancar dan berterima untuk berinteraksi dengan lingkungan
terdekat.
B. Hakekat Model Peta Konsep /Pikiran (Mind Mapping)
Salah satu metode pembelajaran yang telah terbukti mampu
mengoptimalkan hasil belajar adalah metode peta pikiran atau disebut mind
mapping. Metode ini pertama kali diperkenalkan oleh Buzan pada awal 1970-
an yaitu, seorang ahli dan penulis produktif di bidang psikologi, kreativitas
dan pengembangan diri. Buzan (2008: 4) mengungkapkan bahwa mind
mapping adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara hafiah yang
akan “memetakan” pikiran. Sejalan dengan hal tersebut DePorter, dkk. (2005:
175-176) mengatakan bahwa peta pikiran (mind mapping) adalah metode
mencatat kreatif yang memudahkan kita mengingat banyak informasi.
Peta pikiran adalah sebuah diagram yang digunakan untuk
mempresentasikan kata-kata, ide-ide (pikiran), tugas-tugas atau hal-hal lain
yang dihubungkan dari ide pokok otak. Peta pikiran juga digunakan untuk
menggeneralisasikan, memvisualisasikan serta mengklasifikasikan ide-ide dan
sebagai bantuan dalam belajar, berorganisasi, pemecahan masalah,
pengambilan keputusan serta dalam menulis.
DePorter dan Hernacki (2006: 152) mengungkapkan bahwa peta
pikiran menggunakan pengingat-ingat visual dan sensorik dalam suatu pola
dari ide-ide yang berkaitan, seperti peta jalan yang digunakan untuk belajar,
mengorganisasikan, dan merencpeserta didikan. Peta pikiran ini dapat
membangkitkan ide-ide orisinal dan memicu ingatan yang mudah. Sejalan
dengan hal tersebut, Wycoff berpendapat bahwa pemetaan-pikiran atau peta
pikiran adalah alat pembuka pikiran yang ajaib. (Hernowo, dalam
http://www.mizan.com/index.php?fuseation=emagazine&id=37&fid=384).
Buzan (2007: 4) berpendapat Mind mapping atau peta pikiran adalah
cara paling efektif dan efisien untuk memasukkan, menyimpan dan
mengeluarkan data dari/ke otak Lebih bahwa mind mapping adalah cara
mudah menggali informasi dari dalam dan dari luar otak. Dalam peta pikiran,
sistem bekerja otak diatur secara alami. Otomatis kerjanya pun sesuai dengan
kealamian cara berpikir manusia. Peta pikiran membuat otak manusia ter-
eksplor dengan baik, dan bekerja sesuai fungsinya. Seperti kita ketahui, otak
manusia terdiri dari otak kanan dan otak kiri. Dalam peta pikiran, kedua
sistem otak diaktifkan sesuai porsinya masing-masing. Kemampuan otak akan
pengenalan visual untuk mendapatkan hasil yang sebesar-besarnya (Buzan,
2008: 9). Dengan kombinasi warna, gambar, dan cabang-cabang melengkung,
akan merangsang secara visual. Sehingga infomasi dari mind mapping mudah
untuk diingat.
Peta pikiran (mind mapping) merupakan garis besar dari kategori utama
dan pikiran-pikiran kecil yang digambarkan sebagai cabang dari cabang
pikiran yang lebih besar. Dengan peta pikiran daftar informasi yang panjang
dapat dialihkaan menjadi diagram warna-warni, sangat teratur, dan mudah
diingat yang bekerja selaras dengan cara kerja alami otak dalam melakukan
berbagai hal. Dari uraian di atas, dapat diambil sebuah definisi bahwa peta
pikiran (mind mapping) adalah suatu cara memetakan sebuah informasi yang
digambarkan ke dalam bentuk cabang-cabang pikiran dengan berbagai
imajinasi kreatif.
Sebelum membuat sebuah peta pikiran diperlukan beberapa bahan,
yaitu kertas kosong tak bergaris, pena dan pensil warna, otak, serta imajinasi.
Buzan (2008: 15) mengemukakan ada tujuh langkah untuk untuk membuat
mind mapping. Tujuh langkah tersebut adalah sebagai berikut:
1) Dimulai dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya
dilektakkan mendatar (landscape). Karena apabila dimulai dari tengah
akan memberi kebebasan kepada otak untuk menyebar ke segala arah
dan untuk mengungkapkan dirinya secara lebih bebas dan alami.
2) Menggunakan gambar atau foto untuk sentral. Karena sebuah gambar
atau foto akan mempunyai seribu kata yang membantu otak dalam
menggunakan imajinasi yang akan diungkapkan. Sebuah gambar sentral
akan lebih menarik, membuat otak tetap terfokus, membantu otak
berkosentrasi, dan mengaktifkan otak.
3) Menggunakan warna yang menarik. Karena bagi otak, warna sama
menariknya dengan gambar. Warna membuat peta pikiran (mind
mapping) lebih hidup, menambah energi pada pemikiran yang kreatif,
dan menyenangkan.
4) Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat dan hubungkan
cabang-cabang tingkat dua dan tingkat tiga ke tingkat satu dan dua, dan
seterusnya. Karena otak bekerja menurut asosiasi. Otak senang
mengaitkan dua (atau tiga atau empat) hal sekaligus. Apabila cabang-
cabang dihubungkan akan lebih mudah dimengerti dan diingat.
5) Membuat garis hubung yang melengkung, bukan garis lurus. Karena
dengan garis lurus akan membosankan otak. Cabang-cabang yang
melengkung dan organis seperti cabang-cabang pohon jauh lebih
menarik bagi mata.
6) Menggunakan satu kata kunci untuk setiap garis. Karena dengan kata
kunci tunggal dapat memberi lebih banyak daya dan fleksibilitas kepada
peta pikiran (mind mapping).
7) Menggunakan gambar. Karena seperti gambar sentral, setiap gambar
bermakna seribu kata.
BAB III
PEMBAHASAN
Pembelajaran Membuat Teks Prosedur Dalam Bahasa Inggris Dengan
Model Peta Konsep /Pikiran (Mind Mapping)
Dalam pembelajaran bahasa Inggris, peserta didik dapat menggunakan
peta pikiran (mind mapping) sebagai gagasan dalam kegiatan menulis. Di dalam
kegiatan menulis, peta pikiran membantu peserta didik menyusun informasi dan
melancarkan aliran pikiran. Peta pikiran dapat membantu peserta didik dalam
mengatasi hambatan menulis. Tugas menulis dapat menghasilkan beberapa peta
pikiran, saat topik-topik utama yang mungkin berkembang menjadi subjek baru,
dengan pemikiran dan penjelajahan lebih lanjut. Di samping itu, menurut Yuliatul
Maghfiroh (dalam http://carahidup.um.ac.id/2009/10/peta-pikiran-mind-mapping/)
peta pikiran (mind mapping) mempunyai beberapa kelebihan yaitu:
1) Mudah melihat gambaran keseluruhan.
2) Membantu otak untuk: mengatur, mengingat, membandingkan, dan
membuat hubungan.
3) Memudahkan penambahan informasi baru.
4) Pengkajian ulang bisa lebih cepat.
5) Setiap peta bersifat unik.
Dari pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan metode
peta pikiran (mind mapping) akan memudahkan peserta didik dalam pembelajaran
khususnya dalam menulis teks prosedur bagi peserta didik SMP. Melalui peta
pikiran (mind mapping) peserta didik lebih mudah dalam mengorganisasikan
pikirannya untuk dituangkan dalam bentuk tulisan teks prosedur.
Peta pikiran (mind mapping) bisa juga dikategorikan sebagai teknik
mencatat kreatif. Dikategorikan ke dalam teknik kreatif karena pembuatan peta
pikiran (mind mapping) ini membutuhkan pemanfaatan imajinasi dari si
pembuatnya. Metode ini pertama kali diperkenalkan oleh Buzan pada awal 1970-
an. Hingga saat ini metode yang merupakan implementasi dari radiant thinking
adalah metode belajar yang paling banyak digunakan di seluruh dunia. (Indra
Yusuf, dalam http://www.pikiran-rakyat.com/prprint.
Proses pembelajaran merupakan suatu sistem. Tujuan sistem adalah
menghasilkan belajar, atau memberikan sarana penting untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Komponen-komponen sistem itu adalah pendidik, peserta didik,
materi pembelajaran, dan lingkungan belajar.
Hasil penggunaan pandangan sistem dalam pembelajaran adalah
memandang pentingnya peranan komponen-komponen di dalam proses
pembelajaran. Komponen-komponen itu harus berinteraksi secara efektif untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
Komponen Pembelajaran menurut Suparman (1995) terdiri dari :
1) Tujuan
Tujuan yang secara eksplisit diupayakan pencapaiannya melalui kegiatan
pembelajaran adalah instructional effect biasanya berupa pengetahuan, dan
keterampilan atau sikap yang dirumuskan secara.
Tujuan Pembelajaran Khusus dirumuskan akan mempermudah dalam
menentukan kegiatan pembelajaran yang tepat. Setelah peserta didik
melakukan proses belajar,-mengajar, selain memperoleh hasil belajar, mereka
akan memperoleh dampak pengiring berupa pengetahuan, tenggang rasa,
kecermatan dalam berbahasa dan sebagainya.
2) Subjek belajar
Subjek belajar dalam sistem pembelajaran merupakan komponen utama
karena berperan sebagai subyek sekaligus obyek. Sebagai subyek karena
peserta didik adalah individu yang melakukan proses belajar-mengajar.
Sebagai obyek karena kegiatan pembelajaran diharapkan dapat mencapai
perubahan perilaku pada diri subyek belajar. Partisipasi aktif subyek belajar
dari pihak peserta didik berhubungan dengan materi yang akan dipelajari.
Maka, diperlukan perencanaan pembelajaran yang efektif tentang diagnosis
kesulitan belajar dan analisis tugas.
3) Materi pelajaran.
Materi pelajaran akan memberi warna dan bentuk dari kegiatan pembelajaran.
Materi pelajaran yang komprehensif, terorganisir secara sistematis dan
dideskripsikan dengan jelas akan berpengaruh juga terhadap intensitas proses
pembelajaran.
Materi dalam sistem pembelajaran berada dalam Silabus, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan buku sumber. Maka, pendidik
hendaknya dapat memilih dan mengorganisasikan materi pelajaran agar
proses pembelajaran dapat berlangsung intensif.
4) Strategi pembelajaran
Dalam penerapan strategi pembelajaran pendidik perlu memilih model-model
pembelajaran yang tepat, metode mengajar yang sesuai dan teknik-teknik
mengajar yang menunjang pelaksanaan metode mengajar. Untuk menentukan
strategi pembelajaran yang tepat, pendidik mempertimbangkan akan tujuan,
karakteristik peserta didik, materi pelajaran dan sebagainya agar strategi
pembelajaran tersebut dapat berfungsi maksimal.
5) Media pembelajaran
Media pembelajaran adalah alat/wahana yang digunakan pendidik dalam
proses pembelajaran untuk membantu penyampaian pesan pembelajaran.
Metode digunakan dalam kegiatan instruksional antara lain karena : (1) media
dapat memperbesar benda yang sangat kecil dan tidak tampak oleh mata
menjadi dapat dilihat dengan jelas, (2) dapat menyajikan benda yang jauh dari
subyek belajar, (3) menyajikan peristiwa yang komplek, rumit dan
berlangsung cepat menjadi sistematik dan sederhana, sehingga mudah diikuti.
6) Penunjang
Komponen penunjang adalah fasilitas belajar, buku sumber, alat pelajaran,
bahan pelajaran dan semacamnya. Komponen belajar berfungsi mem-
perlancar, melengkapi dan mempermudah terjadinya proses pembelajaran.
Secara garis besar, ada 4 pola pembelajaran. Pertama, pola pembelajaran
guru dengan peserta didik tanpa menggunakan alat bantu atau bahan pembelajaran
dalam bentuk alat raga. Kedua, pola (guru+alat bantu) dengan peserta didik,
ketiga, pola (guru+media) dengan peserta didik. Keempat, pola media dengan
peserta didik atau pola pembelajaran jarak jauh menggunakan media atau bahan
pembelajaran yang disiapkan (Baby,2014).
Berdasarkan pola-pola pembelajaran di atas, maka pembelajaran bukan
hanya sekedar mengajar dengan satu pola, akan tetapi lebih dari pada itu seorang
guru harus mampu menciptakan proses pembelajaran yang bervariasi.
Pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-
unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling
mempengaruhi tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran yang dimaksud adalah
perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik. Dengan kata lain, bahwa proses
pembelajaran adalah proses yang berkesinambungan antara pembelajar dengan
segala sesuatu yang menunjang terjadinya perubahan tingkah laku. Dalam
mencapai proses yang berkesinambungan itulah diperlukan metode yang tepat
untuk diterapkan. Menurut HG. Tarigan (1991: 7) bahwa metode apapun yang
digunakan dalam pengajaran bahasa, jelas bahwa tujuan utamanya ialah agar para
peserta didik pembelajar terampil atau mampu berbahasa.
Bahasa Inggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan dan tulis.
Berkomunikasi adalah memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran,
perasaan, dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya.
Kemampuan berkomunikasi dalam pengertian yang utuh adalah kemampuan
berwacana,yakni kemampuan memahami dan/atau menghasilkan teks lisan
dan/atau tulis yang direalisasikan dalam empat keterampilan berbahasa,yaitu
mendengarkan,berbicara,membaca dan menulis. Keempat keterampilan inilah
yang digunakan untuk menanggapi atau menciptakan wacana dalam kehidupan
bermasyarakat.Oleh karena itu,mata pelajaran Bahasa Inggris diarahkan untuk
mengembangkan keterampilan-keterampilan tersebut agar lulusan mampu
berkomunikasi dan berwacana dalam bahasa Inggris pada tingkat literasi tertentu.
Menurut Tarigan (1991), ada empat aspek keterampilan berbahasa yang
mencakup dalam pengajaran bahasa adalah: (1) keterampilan menyimak (listening
skills); (2) keterampilan berbicara (speaking skills); (3) keterampilan membaca
(reading skills); dan (4) keterampilan menulis (writting skills), dan keempat
keterampilan tersebut saling berhubungan satu sama lain.
Hal tersebut dapat dilihat pada ruang lingkup mata pelajaran Bahasa
Inggris di SMP/MTs meliputi:
1) kemampuan berwacana, yakni kemampuan memahami dan/atau menghasilkan
teks lisan dan/atau tulis yang direalisasikan dalam empat keterampilan
berbahasa, yakni mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis
secaraterpadu untuk mencapai tingkat literasi functional;
2) kemampuan memahami dan menciptakan berbagai teks fungsional pendek dan
monolog serta esei berbentuk procedure, descriptive, recount, narrative, dan
report.
3) Gradasi bahan ajar tampak dalam penggunaan kosa kata, tata bahasa, dan
langkah-langkah retorika;kompetensi pendukung, yakni kompetensi linguistik
(menggunakan tata bahasa dan kosa kata, tata bunyi, tata tulis), kompetensi
sosiokultural (menggunakan ungkapan dan tindak bahasa dalam berbagai
konteks komunikasi), kompetensi strategi (mengatasi masalah yang timbul
dalam proses komunikasi dengan berbagai cara agar komunikasi tetap
berlangsung), dan kompetensi pembentuk wacana (menggunakan piranti
pembentuk wacana).
Metode peta pikiran (mind mapping) sangat tepat digunakan dalam
pembelajaran menulis teks prosedur. Metode mencatat ini, didasarkan pada
penelitian tentang cara otak memproses informasi, bekerja sama dengan otak, dan
bukan menentangnya (Buzan dalam DePorter, dkk., 2005: 176). Saat otak
mengingat informasi, biasannya dilakukan dalam bentuk gambar warna-warni,
simbol, bunyi, dan perasaan (Damasio dalam DePorter, dkk., 2005: 176).
Franz dalam http://www.roseindia.net/articles/mind-mapping-journal.page
mengungkapkan bahwa A Mind Map is a powerful graphic technique that
harnesses words, images, numbers, logic, rhythm, color and spatial skills. Yang
mana peta pikiran adalah sebuah teknik atau metode yang sangat jelas yang
memanfaatkan kata-kata, kesan-kesan, angka-angka, logika, irama, warna dan
keterampilan-keterampilan ruang. Dengan metode peta pikiran (mind mapping)
tentu akan sangat membantu peserta didik memanfaatkan potensi kedua belah
otak. Karena interaksi yang luar biasa antara kedua belahan otak dapat memicu
kreativitas yang memberikan kemudahan dalam proses mengingat dan berpikir.
Dengan telah terbiasanya peserta didik menggunakan dan mengembangkan
potensi dua otaknya, akan dicapai peningkatan beberapa aspek, yaitu konsentrasi,
kreativitas, daya ingat, dan pemahaman sehingga peserta didik dapat mengambil
keputusan berkualitas yang tepat.
Ada bagian yang sulit dalam proses menulis, yaitu mengetahui hal apa
yang akan ditulis, apa temanya, dan bagaimana memulainya. Dengan peta pikiran,
sebuah tema dapat dijabarkan ke dalam ranting-ranting tema yang lain sehingga
menjadi pengembang gagasan dalam menulis. Dalam menulis teks prosedur,
kreativitas dan imajinasi sangat diperlukan untuk mengembangkan idea tau
gagasan menjadi sebuah karangan yang menarik. Imajinasi dan kreativitas
merupakan ranah kerja otak kanan. Berdasarkan paparan sebelumnya, bahwa peta
pikiran (mind mapping) menggunakan gambar, warna, dan kata kuncinya dapat
membangkitkan fungsi kerja otak kanan sehingga memunculkan ide-ide baru yang
kreatif dan imajinatif. Lebih jauh lagi, apabila dibandingkan dengan metode
konvensional yang selama ini diterapkan dalam pembelajaran menulis teks
prosedur, metode peta pikiran (mind mapping) jauh lebih baik karena melibatkan
kedua belahan otak untuk berfikir. Hal ini berbeda dengan metode konvensional
yang biasanya masih bersifat teoretis praktis yang hanya berpotensi
mengoptimalkan fungsi kerja otak kiri saja. Kreativitas dan imajinasi tidak
berkembang dengan baik apabila masih menggunakan metode konvensional
tersebut. Oleh karena itu, metode peta pikiran (mind mapping) sangat baik untuk
diterapkan dalam pembelajaran menulis teks prosedur.
Implementasi metode peta pikiran (mind mapping) adalah sebagai berikut,
peserta didik bersama guru memilih tema karangan kemudian menuliskannya di
atas selembar kertas kosong. Penulisan berupa kata kunci dari ide yang dipilih
disertai dengan simbol atau gambar yang berwarna. Setelah peserta didik
membuat perencanaan dalam bentuk peta pikiran, kemudian peserta didik
ditugaskan untuk menulis teks prosedur. Apabila masih ada ide yang muncul di
tengah aktivitas menulis maka dapat dituangkan dalam cabang-cabang atau
ranting mana pun dalam peta pikiran untuk selanjutnya dituangkan dalam teks
prosedur.
Secara aplikatif, implementasi metode peta pikiran (mind mapping) ini
adalah sebagai berikut. Pertama-tama peserta didik bersama guru memilih
tema/gagasan karangan teks prosedur kemudian menuliskannya diatas selembar
kertas kosong. Selanjutnya peserta didik mengamati media gambar atau foto yang
disediakan guru, diikuti penulisan kata kunci dari ide yang dipilih disertai dengan
simbol atau gambar berwarna. Kemudian peserta didik menuliskan pengembangan
dari kata-kata kunci tersebut dalam ranting-ranting yang melingkupi pusat ide
karangan tersebut. Setelah peserta didik membuat perencanaan dalam bentuk peta
pikiran, peserta didik baru ditugaskan untuk menulis teks prosedur. Ide yang
muncul di tengah aktivitas menulis dapat dituangkan dalam cabang-cabang atau
ranting mana pun dalam peta pikiran (mind mapping) untuk selanjutnya
dituangkan dalam karangan teks prosedur.
Berikut ini contoh peta pikiran (mind mapping) sebagai bahan menulis
teks prosedur tentang bagaimana menjaga kesehatan kita (how to keep our health)
yang membicarakan pada gambar berkut:
Gambar 1 Peta Pikiran tentang how to keep our health
Dijelaskan pula langkah-langkah untuk untuk membuat mind mapping.
Langka- langkah tersebut adalah sebagai berikut:
1) Siapkan kertas putih kosong pertama dan diletakan secara horizontal di atas
meja. Dalam membuat teks prosedur tentang menjaga bagaimana menjaga
kesehatan, maka ditulis kata Health di tengah kertas putih kosong sebagai
gagasan utama dan buatlah gambar Health sebagai simbol Hati dari Mind
Mapping untuk Health.
2) Selanjutnya dengan pensil warna dibuat garis-garis cabang dari Health
misalnya lima cabang dengan warna yang berbeda. Selanjutnya setiap
cabang garis diberi nama serta simbol cara-cara menjaga kesehatan yang
diberi nama : Diet, Sleep, Stress, Exercise, dan help.
3) Setiap cabang kemudian diberi ranting. Setiap cabang dibuat tiga ranting
dengan warna yang sama dengan warna cabangnya serta ditulis simbolnya.
4) Pada kertas kosong yang kedua, dari hasil gambaran mind mapping Health
selanjutnya dibuat secara tulisan dengan pena dari mulai menyebutkan
gagasan utama, jumlah dan macam serta nama cabang dari gagasan utama
serta jumlah dan macam serta nama ranting dari cabang. Hasil tulisan tersebut
menjadi sebuah teks prosedur tentang health.
5) Hasil yang diharapkan dapat diperoleh pada pembelajaran siklus ini yaitu
peserta didik dapat membuat teks prosedur dengan baik sehingga peserta
didik dapat menuangkan hasil pemikirannya terhadap teks prosedur pada
Mind Mapping yang memuat generic structure. Demikian pula pada proses
menulis teks prosedur, peserta didik diharapkan bisa menulis teks prosedur
secara lengkap secara lengkap, baik awal, tengah, serta akhir tulisan..
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Pembelajaran membuat teks prosedur merupakan serangkaian proses
kegiatan yang kompleks yang memerlukan tahapan-tahapan, dan
menuangkannya ke dalam bentuk tulisan sehingga pembaca dapat
memahami isi dari gagasan yang disampaikan. Dengan kata lain bahwa
menulis merupakan serangkaian kegiatan yang akan melahirkan pikiran
dan perasaan melalui tulisan untuk disampaikan kepada pembaca
2. Penggunaan metode peta pikiran (mind mapping) akan memudahkan
peserta didik dalam pembelajaran khususnya dalam menulis teks prosedur
bagi peserta didik SMP. Melalui peta pikiran (mind mapping) peserta didik
lebih mudah dalam mengorganisasikan pikirannya untuk dituangkan
dalam bentuk tulisan teks prosedur. Menulis merupakan salah satu
keterampilan berbahasa. Dalam belajar menulis yang baik diperlukan suatu
metode. Salah satu metode yang dapat dipakai adalah metode peta pikiran
(mind mapping). Metode ini merupakan sistem terbaru yang di desain
sesuai dengan kerja alami otak manusia. Metode mind mapping
menggunakan berbagai gambar dan warna yang akan menyeimbangkan
cara kerja kedua otak. Sehingga dengan metode ini dapat menjadikan
peserta didik senang untuk belajar bahasa Inggris
B. Saran
Model peta konsep/pikiran (mind mapping) dalam pembelajaran
membuat teks prosedur dalam Bahasa Inggris sangat baik digunakan
sebagai alternatife model pembelajaran membuat teks prosedur dalam
pelajaran Bahasa Inggris.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, I. Suparman. 1995. Tesis Kesenjangan Antara Hasil Pendidikan Tinggi dan
Jabatan Di Indonesia yang diambil dari http://www.scribd.com/doc/61823481
/kesenjangan-antara-hasil-pendidikan-tinggi-dan-jabatan-di-indonesia
Atar. Semi. 1990. Menulis Efektif. Padang: Angkasa Raya Padang.
Baby, Makalah Pengertian dan Hakikat Pembelajaran, 26 Maret 2014, unduk, 17
April 2014. http://sudoaduo.blogspot.com/2014/03/makalah-pengertian-dan-
hakikat.html
Buzan, Tony. 2007. Mind Map untuk Anak. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
----------------. 2008. Buku Pintar Mind Map. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
DePorter, Bobbi, & Mike Hernacki. 2006. Quantum Learning. Jakarta: Kaifa.
DePorter, Bobbi, Mark Reardon, & Sarah Singer-Nourie. 2005. Quantum Theaching.
Bandung: Mizan Pustaka.
Edward, Caroline. 2009. Mind Mapping untuk anak sehat dan cerdas. Sakti:
Yogyakarta.
Hamalik, Oemar. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Hasanah, Aan, Pengembangan Profesi Keguruan, Pustaka Setia: Bandung, 2012,
Hernowo,dalam
http://www.mizan.com/index.php?fuseation=emagazine&id=37&fid=384).
http://carahidup.um.ac.id/2009/10/peta-pikiran J.Ch. Sujanto. 1988. Keterampilan Berbahasa Membaca-Menulis-Berbicara Untuk
Matakuliah Dasar Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan
dan Kebuyaan.
Keraf, Gorys. 2004. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Gramedia.
Liang Gie. 1992. Pengantar Dunia Karang Mengarang. Yogyakarta: Liberty.
Maghfiroh.Yuliatul (dalam http://carahidup.um.ac.id/2009/10/peta-pikiran-mind-
mapping/)
Muchlisoh (1996: 257)
Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran.
Bandung: PT. Refika Aditama, hlm. 5
Oemar hamalik. 2010. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Rosdiana.HJ. Yusi, dkk. Bahasa dan Sastra Indonesia di SD. 2008. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Sabarti, Akhadiah.1994. Kemampuan Menulis Bahas Indonesia, Jakarta :Erlangga
Soli Abimanyu, dkk. 2008. Strategi Pembelajaran 3 SKS. Jakarta: Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan
St.Y. Slamet. 2007. Dasar-Dasar Keterampilan Berbahasa Indonesia. Surakarta:
Universitas Sebelas Maret Press.
Suyono dan Hariyanto. 2011. Belajar dan Pembelajaran.Bandung: PT. Remaja
Tarigan.Henry Guntur. 1991. Metodologi Pengajaran Bahasa 1. Bandung: Angkasa.
Wahyu Wibowo. 2001. Manajemen Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Yeti Mulyati, dkk. 2008. Keterampilan Berbahasa Indonesia SD. Jakarta: Universitas
Terbuka.