model brainstorming and mind mapping

47
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang dialami oleh seorang individu. Perubahan ini dapat berupa pengetahuan, keterampilan maupun sikap dari individu setelah mengalami proses belajar. Proses belajar mengajar adalah semua aspek dari lingkungan sekolah yang diorganisasikan. Lingkungan ini diatur dan dirancang oleh guru agar kegiatan belajar terarah sesuai dengan tujuan pembelajaran. Kegiatan belajar mengajar adalah inti kegiatan dalam segala sesuatu yang telah diprogramkan akan dilaksanakan dalam proses belajar mengajar. Kegiatan belajar mengajar akan melibatkan semua komponen pengajaran, kegiatan belajar akan menentukan sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai. 1

Upload: randie-key

Post on 04-Jul-2015

2.327 views

Category:

Documents


18 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang dialami oleh seorang

individu. Perubahan ini dapat berupa pengetahuan, keterampilan maupun sikap

dari individu setelah mengalami proses belajar. Proses belajar mengajar adalah

semua aspek dari lingkungan sekolah yang diorganisasikan. Lingkungan ini diatur

dan dirancang oleh guru agar kegiatan belajar terarah sesuai dengan tujuan

pembelajaran.

Kegiatan belajar mengajar adalah inti kegiatan dalam segala sesuatu yang

telah diprogramkan akan dilaksanakan dalam proses belajar mengajar. Kegiatan

belajar mengajar akan melibatkan semua komponen pengajaran, kegiatan belajar

akan menentukan sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai.

Kegiatan belajar mengajar adalah suatu kondisi yang sengaja diciptakan

oleh guru guna membelajarkan peserta didik. Seorang guru dituntut untuk dapat

menciptakan kondisi belajar mengajar yang menggairahkan dan menyenangkan

bagi semua peserta didik. Kondisi ini memungkinkan bagi tercapainya tujuan

pembelajaran.

Dua hal yang ikut menentukan keberhasilan kegiatan belajar mengajar,

yakni pengaturan proses belajar mengajar, dan pengajaran itu sendiri, dan

keduanya mempunyai saling ketergantungan satu sama lain. Pada kegiatan ini,

guru dan peserta didik terlibat dalam sebuah interaksi dengan bahan pelajaran

1

sebagai mediumnya. Dalam interaksi itu, peserta didiklah yang lebih aktif ,

sedangkan guru hanya sebagai motivator dan fasilitator bagi peserta didik.

Kemampuan guru mengatur proses belajar mengajar dengan baik, akan

menciptakan situasi yang memungkinkan anak belajar, sehingga merupakan titik

awal keberhasilan pengajaran (Djamarah dan Zain, 2006 : 33).

Metode pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar mengajar sangat

menentukan keberhasilan pembelajaran. Metode pembelajaran yang digunakan

hendaknya dapat memberikan hasil yang baik, efisien dan efektif. Oleh karena itu,

guru dituntut harus dapat menggunakan metode pembelajaran yang dapat

merangsang aktivitas dan minat peserta didik dalam belajar serta sesuai dengan

tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

Kegiatan pembelajaran itu sendiri dalam prosesnya, seringkali guru hanya

terpaku menggunakan satu metode mengajar sehingga dalam waktu yang relatif

lama peserta didik akan merasa bosan, sehingga tujuan pembelajaran dan

konsentrasi peserta didik jadi terganggu. Bila pelajaran hanya berisikan uraian dan

penjelasan-penjelasan, kemungkinan besar peserta didik berkurang minatnya.

Oleh karena itu, guru perlu mengadakan variasi, baik dalam cara menyampaikan

materi pelajaran (seperti dengan menggunakan alat peraga, gambar atau skema)

maupun dalam metode dan proses interaksi (Marno dan Idris, 2008 : 109)

Guru dalam kegiatan belajar mengajar tidak harus terpaku menggunakan

satu metode, tetapi menggunakan metode yang bervariasi sesuai dengan

karakteristik materi dan tujuan pembelajaran agar jalan nya pengajaran tidak

membosankan tetapi menarik perhatian peserta didik. Dengan penggabungan

2

metode mengajar, maka kelemahan metode yang satu dapat ditutupi dengan

kelebihan metode yang lain (Djamarah dan Zain, 2006 :158). Hal tersebut

menjadikan tantangan bagi guru-guru fisika untuk dapat menggunakan variasi

metode pembelajaran yang mampu meningkatkan pemahaman peseta didik,

kreativitas dan dan ide-ide serta menciptakan suasana pembelajaran yang baik

bagi peserta didik.

Berdasarkan pada uraian diatas, maka permasalahan yang diangkat adalah

bagaimana menggunakan variasi metode pembelajaran yang tepat dengan

karakteristik mata pelajaran, lebih menekankan pada interaksi antar-peserta didik

dan juga guru serta dapat merangsang kreativitas peserta didik. Metode

pembelajaran yang digunakan harus memungkinkan semua peserta didik terlibat

secara aktif dalam proses pembelajaran sehingga dapat mengembangkan

kemampuan yang dimilikinya secara maksimal.

Variasi metode yang dapat digunakan sebagai salah satu alternatif

pembelajaran fisika adalah menggabungkan antara metode brainstorming group

dengan teknik mind mapping (peta pikiran). Brainstorming (curah pendapat)

adalah suatu metode pembelajaran melalui penggalian pendapat dari peserta didik.

Guru melontarkan suatu topik permasalahan kepada peserta didik, kemudian

peserta didik diminta mengemukakan pendapat, gagasan, atau saran sebanyak-

banyaknya dari suatu topik atau permasalahan tersebut. Metode ini memberi

kesempatan kepada peserta didik untuk mengemukakan pendapat dan ide-ide

kreatif dalam menyelesaikan suatu masalah dimana ide-ide tersebut dapat

dituangkan dalam bentuk mind mapping (peta pikiran). Mind Mapping atau

3

disebut juga peta pikiran adalah cara mencatat yang kreatif, efektif dan secara

harfiah akan memetakan pikiran-pikiran. Dengan menggabungkan metode ini,

diharapkan dapat melatih dan merangsang partisipasi peserta didik

menyumbangkan ide-ide dalam suatu masalah dalam pembelajaran dan melatih

kreativitas bagi peserta didik.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk menyusun

penulisan makalah tentang “Penggunaan Metode Brainstorming Group dan Mind

Mapping Dalam Pembelajaran Fisika”.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apakah metode brainstorming group dan mind mapping dapat digunakan

sebagai salah satu metode dalam pembelajaran fisika?

2. Bagaimanakah kecocokan metode brainstorming group dan mind Mapping

jika diterapkan pada materi fisika pokok bahasan lapisan ozon dan masalah

lingkungan hidup?

1.3. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui metode brainstorming group dan mind mapping dapat

digunakan sebagai salah satu metode dalam pembelajaran fisika.

2. Untuk mengetahui kecocokan metode brainstorming group dan mind

mapping jika diterapkan pada materi fisika pokok bahasan lapisan ozon dan

masalah lingkungan hidup.

4

1.4 Batasan Masalah

1. Materi yang akan dibahas dalam makalah ini adalah lapisan ozon dan

masalah lingkungan hidup pada SMP.

2. Makalah ini membahas mengenai teknik penggunaan brainstorming group

dan mind mapping pada materi fisika lapisan ozon dan masalah lingkungan

hidup pada SMP.

1.5. Manfaat Penulisan

Dari pembahasan makalah ini nantinya, manfaat yang diharapkan adalah

sebagai berikut :

1. Sebagai masukan bagi guru untuk dapat menggunakan metode pembelajaran

brainstorming group dan mind mapping dalam pembelajaran fisika.

2. Sebagai referensi bagi bagi pembaca yang akan melakukan penelitian

selanjutnya yang berhubungan dengan metode ini.

5

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Metode Pembelajaran

Belajar bukan menghafal bukan pula mengingat. Belajar adalah suatu proses

yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri individu. Perubahan sebagai

hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan

pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya,

kecakapan dan kemampuannya serta daya reaksinya.

Pembelajaran menurut degeng (Uno, 2008) adalah upaya untuk

membelajarkan peserta didik. Dalam pengertian ini secara implisit, dalam

pengajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode

untuk mencapai hasil pengajaran yang di inginkan. Pemilihan, penetapan dan

pengembangan metode ini didasarkan pada kondisi pengajaran yang ada. Kegiatan

ini pada dasarnya merupakan inti dari perencanaan pembelajaran.

Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan

yang telah ditetapkan (Djamarah dan Zain, 2006 : 46). Metode yang digunakan

dalam pengajaran dipilih atas dasar tujuan dan bahan yang telah ditetapkan

sebelumnya. Metode ini berfungsi sebagai media transformasi pelajaran terhadap

tujuan yang ingin dicapai.

Metode mengajar adalah cara yang digunakan guru dalam mengadakan

interaksi antara guru dengan peserta didik (Sudjana, 2005 : 97). Metode mengajar

dapat ditetapkan oleh guru dengan memperhatikan tujuan dan bahan.

6

Pertimbangan pokok dalam menentukan metode terletak pada keefektifan proses

belajar mengajar.

Guru dan anak didik dalam kegiatan belajar mengajar terlibat dalam sebuah

interaksi dengan bahan pelajaran sebagai mediumnya. Dalam interaksi itu anak

didiklah yang lebih aktif, bukan guru. Guru hanya berperan sebagai motivator dan

fasilitator. Metode dalam kegiatan belajar mengajar diperlukan oleh guru untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2.2. Metode Brainstorming Group

Brainstorming (curah pendapat) adalah suatu metode pembelajaran melalui

penggalian pendapat dari peserta didik. guru melontarkan suatu topik

permasalahan kepada peserta didik, kemudian peserta didik diminta

mengemukakan pendapat, gagasan, atau saran untuk menyelesaikan masalah yang

dilontarkan, untuk kemudian dirumuskan oleh guru (Makarao, 2009 : 147).

Sebagai metode mengajar,  brainstorming merupakan usaha membantu guru

untuk membangun ide-ide baru, membuat ide-ide generasi baru muncul.

Metode brainstorming group diawali dengan anggota group atau kelompok

memberikan berbagai ide yang terlintas dipikiran mereka tentang suatu masalah,

semua anggota kelompok mempunyai kedudukan yang sama dalam

mengemukakan pendapatnya, lebih baik lagi kalau semua ide yang dikumpulkan

tidak hanya disampaikan secara lisan namun lebih baik dituliskan juga. Setiap

anggota kelompok dalam mengemukakan pendapat atau idenya, mempunyai hak

dan kebebasan yang sama dan anggota kelompok yang lain tidak diperkenankan

menyanggah pendapat ide tersebut sebelum diberi kesempatan untuk menanggapi

7

maupun mengkritisi. Setelah semua anggota kelompok memberikan penjelasan

tentang ide dan gagasannya untuk memecahkan suatu masalah, barulah dibahas

bersama ide yang dapat diterima dan diprioritaskan dengan menempatkannya

dalam skala prioritas yang tentu saja sudah disepakati bersama.

Makarao (2009, 148) menyatakan ada beberapa tujuan yang bisa diperoleh

suatu kelompok dengan melakukan teknik brainstorming, di antaranya adalah :

1. Mendorong terjadinya penyampaian ide atau pengalaman peserta didik

yang akan sangat membantu terjadinya refleksi dalam kelompok.

2. Mendapat sebanyak mungkin pendapat, ide dari peserta didik tentang

permasalahan yang dilontarkan.

3. Membina peserta didik dalam mengkombinasikan dan mengembangkan

kreativitas berpikir melalui ide-ide yang muncul.

4. Merangsang partisipasi peserta didik.

5. Menciptakan suasana yang menyenangkan dalam kelompok.

6. Melatih daya kreativitas berpikir peserta didik.

7. Melatih peserta didik untuk mengekspresikan gagasan-gagasan baru

menurut daya imajinasi mereka.

8. Mengumpulkan sejumlah pendapat dari kelompok belajar yang berasal

dari kenyataan di lapangan.

2.2.1 Langkah-Langkah Pembelajaran Brainstorming Group

Makarao (2009, 149) menyatakan langkah-langkah dalam

pembelajaran brainstorming group yaitu sebagai berikut :

Persiapan

8

1. Menentukan dan mempersiapkan alat peraga ataupun media

pembelajaran lainnya yang akan digunakan.

2. Mempersiapkan jawaban yang benar tentang permasalahan yang

dibahas peserta didik.

Pelaksanaan

1. Guru memaparkan suatu masalah dan meminta agar peserta didik

memecahkan/menanggapi masalah yang dipaparkan.

2. Setiap tanggapan atau ide yang disampaikan peserta didik dicatat secara

ringkas di papan tulis.

3. Guru jangan memberikan tanggapan atau kritik evaluasi atas

pendapat/ide peserta didik sampai semua peserta didik mengutarakan

pendapatnya dan tidak dapat lagi memberikan jawaban.

4. Dibuat suatu analisa dari penyelesaian masalah yang diusulkan.

5. Hasil analisa disajikan/dipaparkan di depan kelas dan ditanggapi dan

dibahas bersama.

Evaluasi

Evaluasi dilakukan untuk melihat ;

1. Keaktifan peserta didik dalam menyampaikan pendapat/ide yang

disampaikan.

2. Proses diskusi kelompok dalam menganalisa permasalahan yang

disampaikan.

3. Motivasi peserta didik dalam menyampaikan pendapat.

4. Solusi yang dihasilkan.

9

2.2.2 Kelebihan dan Kelemahan Dari Metode Pembelajaran

Brainstorming Group

Makarao (2009, 148) menyatakan adapun kelebihan Metode

Brainstorming Group dalam pembelajaran adalah sebagai berikut :

1. Merangsang semua peserta didik untuk ikut berpartisipasi dan terlibat

aktif dalam pembelajaran.

2. Dapat dipakai pada kelompok besar maupun kelompok kecil.

3. Mengembangkan peran serta peserta didik.

4. Terjadi komunikasi dua arah.

5. Mengetahui tingkat pengetahuan dan pengalaman peserta didik

terhadap materi yang diajarkan.

6. Bila ada yang belum terpikirkan oleh guru, dapat dimunculkan oleh

peserta didik.

Makarao (2009, 149) menyatakan adapun kelemahan dari metode

Brainstorming Group dalam pembelajaran adalah sebagai berikut :

1. Sering pendapat yang muncul terlalu banyak, sehingga menyulitkan

dalam merumuskannya secara keseluruhan.

2. Mudah terlepas dari kontrol.

3. Membosankan bila waktu tak dikendalikan.

4. Bisa terjadi adanya dominasi dari peserta didik yang pandai, sehingga

kurang kesempatan bagi peserta didik lainnya.

10

2.3. Min Mapping

Menurut Porter dan Hernacki (Kurniawati, 2010) Mind mapping juga dapat

disebut peta pikiran. Mind Mapping menggunakan pengingat-pengingat visual

dan sensorik dalam suatu pola dari ide-ide yang berkaitan. Mind Mapping

dasarnya menggunakan citra visual dan dan prasarana grafis lainnya untuk

membentuk kesan pada otak.

Mind Mapping adalah cara mencatat yang kreatif, efektif dan secara harfiah

akan memetakan pikiran-pikiran. Mind Mapping juga merupakan peta rute yang

memudahkan ingatan dan memungkinkan untuk menyusun fakta dan pikiran,

dengan demikian cara alami kerja otak dilibatkan sejak awal. Ini berarti

mengingat informasi akan lebih mudah dan lebih bisa diandalkan daripada teknik

mencatat tradisional.

Mind Mapping bertujuan membuat materi pelajaran terpola

secara visual dan grafis yang akhirnya dapat membantu

merekam, memperkuat,dan mengingat kembali informasi yang

telah dipelajari. Mind Mapping adalah satu teknik mencatat yang

mengembangkan gaya belajar visual.

Mind Mapping memadukan dan mengembangkan potensi kerja

otak yang terdapat di dalam diri seseorang. Dengan adanya

keterlibatan kedua belahan otak maka akan memudahkan

seseorang untuk mengatur dan mengingat segala bentuk

informasi, baik secara tertulis maupun secara verbal. Adanya

11

kombinasi warna, simbol, bentuk dan sebagainya memudahkan

otak dalam menyerap informasi yang diterima.

Mind Mapping yang dibuat oleh siswa dapat bervariasi pada

setiap materi. Hal ini disebabkan karena berbedanya emosi dan

perasaan yang terdapat dalam diri siswa setiap saat. Suasana

menyenangkan yang diperoleh siswa ketika berada di ruang

kelas pada saat proses belajar akan mempengaruhi penciptaan

peta pikiran. Dengan demikian, guru diharapkan dapat

menciptakan suasana yang dapat mendukung kondisi belajar

siswa terutama dalam proses pembuatan Mind Mapping. Proses

belajar yang dialami seseorang sangat bergantung kepada

lingkungan tempat belajar. Jika lingkungan belajar dapat

memberikan sugesti positif, maka akan baik dampaknya bagi

proses dan hasil belajar, sebaliknya jika lingkungan tersebut

memberikan sugesti negatif maka akan buruk dampaknya bagi

proses dan hasil belajar.

Mind mapping dilakukan dengan membuat suatu sajian visual atau suatu

diagram tentang bagaimana ide-ide penting atas suatu topik tertentu dihubungkan

satu sama lain. Untuk membuat suatu mind mapping, anak didik dilatih untuk

mengidentifikasi ide-ide kunci yang berhubungan dengan suatu topik dan

menyusun ide-ide tersebut dalam suatu pola logis. Gambar 2.1 menunjukkan

bagaimana topik utama dan subtopik-subtopik di ilustrasikan dalam suatu peta.

12

Gambar 2.1. Contoh Mind Mapping

Disadur dari http://pkab.wordpress.com/2008/02/29/peta-pikiran-mind-mapping/

Langkah-langkah dalam membuat peta pikiran adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi ide pokok atau prinsip yang melingkupi materi yang akan

dibahas.

2. Mengidentifikasi ide-ide sekunder yang menunjang ide utama tersebut.

3. Tempatkan ide utama ditengah-tengah peta tersebut.

4. Kelompokkan ide-ide sekunder di sekeliling ide-ide utama yang secara

visual menunjukkan hubungan ide-ide tersebut dengan ide utama (Nur, 2000

: 37)

Adapun kelebihan Mind Mapping menurut Mahmuddin (Kurniawati, 2010)

adalah sebagai berikut:

1. Dapat mengemukakan pendapat secara bebas.

2. Dapat bekerjasama dengan teman lainnya.

3. Catatan lebih padat dan jelas.

13

4. Lebih mudah mencari catatan jika diperlukan.

5. Catatan lebih terfokus pada inti materi

6. Mudah melihat gambaran keseluruhan.

7. Membantu Otak untuk : mengatur, mengingat,

membandingkan

dan membuat hubungan.

8. Memudahkan penambahan informasi baru.

9. Setiap peta bersifat unik.

Mahmuddin (Kurniawati, 2010) menyatakan adapun

kelemahan Mind mapping adalah sebagai berikut :

1. Hanya siswa yang aktif yang terlibat.

2. Tidak sepenuhnya murid yang belajar.

3. Mind map siswa bervariasi sehingga guru akan kewalahan

memeriksa mind map siswa.

2.4. Lapisan Ozon dan Masalah Lingkungan hidup

2.4.1. Proses Pelapukan di Permukaan Bumi

Semua kehidupan terjadi di lapisan litosfer mulai dari tumbuhan ,

hewan hingga manusia. Litosfer berasal dari kata lithos yang berarti batuan,

dan spheros yang berarti lapisan. Litosfer juga disebut kerak bumi, yaitu

lapisan bumi yang paling luar yang terdiri atas batuan. Litosfer tersusun dari

batuan beku, batuan endapan dan batuan metamort. Batuan beku terjadi

karena batuan cair pijar membeku yang berasal dari magma. Batuan endapan

atau sedimen terjadi karena perombakan batuan lain atau karena proses

14

kimia. Batuan metamorf terjadi setelah mengalami prposes peralihan akibat

tekanan berat dan suhu bertambah dalam waktu yang cukup lama (Tim Abdi

Guru, 2008 : 178).

a. Pengikisan Tanah

Pengikisan tanah atau erosi dapat terjadi karena aliran air di

permukaan tanah, gerakan tanah dan oleh gelombang laut.

1. Pengikisan Tanah oleh Aliran Air

Pengikisan tanah oleh air dapat terjadi secara alami (denudasi),

tetapi dapat juga dapat terjadi karena ulah manusia melalui pembukaan

lahan baru, misalnya dengan penebangan hutan. Air hujan tidak dapat

ditampung terlebih dahulu dalam tanah oleh akar-akar tumbuhan,

sehingga mengakibatkan banjir. Banjir itu membawa lapisan tanah

(sedimen) yang dapat menyebabkan tanah menjadi tandus.

Pengikisan tanah akibat banjir yang disebabkan penebangan

hutan dapat diatasi dengan cara mengadakan penghijauan kembali

(reboisasi).

2. Pengikisan Tanah oleh Gerakan Tanah

Gerakan tanah meliputi tanah longsor, tanah runtuh dan aliran

tanah. Gerakan tanah biasa terjadi di daerah pegunungan, terutama di

daerah berlereng curam, dan sering terjadi pada musim penghujan.

Longsoran tanah bergerak perlahan-lahan, tetapi terus- menerus.

15

Runtuhan tanah bergerak lebih cepat dibandingkan longsoran tanah.

Runtuhan tanah biasanya terjadi di daerah lereng yang curam.

3. Pengikisan Tanah oleh Gelombang Laut

Garis pantai setiap saat dapat berubah akibat terkikis oleh

gelombang air laut. Hal ini mengakibatkan pantai mundur atau daratan

berkurang. Pengikisan tanah di daerah pantai ini dapat mengancam

keamanan dan ketenangan penduduk yang tinggal daerah pantai

tersebut. Pengikisan tanah di daerah pantai ini dapat ditanggulangi

dengan cara membuat tembok penahan atau pemecah gelombang (Tim

Abdi Guru, 2008 : 179).

b. Vulkanisme

Vulkanisme adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan

naiknya magma dan air panas dari dalam bumi. Keluarnya magma ini

diakibatkan karena adanya tekanan yang cukup tinggi dari dalam tanah.

Magma dari gunung berapi yang telah bercampur dengan air disebut lahar.

Lahar dari letusan gunung berapi dapat menimbulkan bencana,

seperti korban jiwa manusia, ternak, persawahan dan fasilitas umum.

Sumber bahaya lain dari letusan gunung berapi adalah gempa bumi dan

awan panas dengan suhu yang dapat mencapai ratusan derajat celsius.

Keberadaan gunung berapi selain dapat menimbulkan bencana juga dapat

menimbulkan kesuburan tanah di wilayah sekitarnya. Setiap kali terjadi

letusan tanahnya mengalami peremajaan dan seolah-olah mendapat pupuk

alam (Tim Abdi Guru, 2008 : 181).

16

c. Gempa Bumi

Gempa bumi terjadi karena dua lapisan tanah mendorong satu

sama lain di bawah tekanan sehingga kedua lapisan itu teregang dan

akhirnya putus. Putusnya kedua lapisan tanah itu menghasilkan energi

dalam bentuk getaran yang dahsyat yang disebut gempa bumi. Titik di

permukaan bumi yang berada di atas pusat gempa disebut episentrum.

Kekuatan gempa bumi dapat diukur dengan seismograf. Alat ini

dapat menghasilkan garis gelombang pada sebuah kertas dan

menghasilkan rekaman getaran gempa. Hasil rekaman garis gelombang itu

disebut seismogram. Kekuatan gempa bumi dinyatakan dengan skala

Richter. Skala Richter digunakan untuk mengukur kekuatan pada pusat

gempa.

Gempa bumi merupakan bencana alam yang besar, karena

disamping merenggut jiwa manusia dapat juga menyebabkan kerusakan

sarana prasarana dan segala fasilitas umum, seperti terputusnya aliran

listrik, telepon, serta kerusakan bangunan dan rumah-rumah penduduk

(Tim Abdi Guru, 2008 : 182).

2.4.2. Proses Pemanasan Global

Lapisan udara yang menyelimuti bumi disebut atmosfer. Di atmosfer

bumi terdapat berbagai macam gas termasuk gas oksigen dan karbon

dioksida. Oksigen diperlukan oleh makhluk hidup untuk bernapas,

sedangkan karbon dioksida merupakan salah satu gas yang berfungsi untuk

menjebak panas di atmosfer sehingga panas di bumi yang diperlukan oleh

17

makhluk hidup tetap terjaga. Peristiwa terjebaknya sinar matahari yang

masuk ke atmosfer bumi sehingga panas di bumi tetap terjaga disebut efek

rumah kaca.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada saat ini

menyebabkan banyak pabrik berdiri dan banyak kendaraan umum dan

pribadi, sehingga kadar karbon dioksida di udara meningkat tajam akibat

asap yang dihasilkan pabrik dan kendaraan. Gas karbon dioksida yang

meningkat tajam di atmosfer menyebabkan meningkatnya panas yang

terjebak oleh gas itu sehingga bumi bertambah panas. Pengaruh kenaikan

suhu tersebut dapat menyebabkan es di daerah kutub-kutub bumi akan

meleleh. Hal ini akan menyebabkan banjir khususnya di kota-kota sekitar

daerah pantai karena permukaan air laut meningkat (Tim abdi Guru, 2008 : :

183).

2.4.3. Lingkungan dan Kesehatan Manusia

a. Proses-Proses di Lingkungan dan Kesehatan Manusia

Jumlah manusia yang terus bertambah mengakibatkan beban

berat bagi lingkungan. Kegiatan manusia yang tidak diatur dan

direncanakan dengan baik akan menyebabkan kerusakan lingkungan.

Contoh-contohnya sebagai berikut :

1. Lingkungan menjadi kumuh. Di kota-kota besar banyak

perkampungan kumuh yang rumah-rumahnya terkesan seadanya

jauh dari syarat-syarat rumah sehat sehingga warganya mudah

terserang penyakit.

18

2. Air sungai menjadi keruh akibat penggundulan hutan yang tak

terkendali sehingga humus tanah terbawa air waktu turun hujan

sehingga tanah menjadi tandus.

3. Lapisan ozon di atmosfer bumi menjadi berlubang akibat

pemakaian CFC (Chlorofluorocarbon) pada lemari es, alat

semprot dan alat penyejuk udara (AC). Akibatnya, lapisan

atmosfer yang menahan radiasi sinar ultraviolet dari matahari

berkurang. Radiasi sinar ultraviolet ini berbahaya karena dapat

menyebabkan kanker kulit (Tim Abdi Guru, 2008 : 185) .

b. Polusi Tanah

1. Limbah Zat Kimia Berbahaya

Tanah bisa mengalami polusi akibat pembuangan limbah yang

berbahaya. Polutan itu bisa berupa sisa zat kimia yang dihasilkan

dari rumah tangga, pabrik, rumah sakit, dan lain sebagainya. Polutan

yang akan dibuang ke tanah akan berpengaruh pada kehidupan

tumbuhan. Apabila tumbuhan itu dikonsumsi manusia, maka

kesehatan manusia akan terganggu.

2. Sampah Plastik

Sampah plastik tidak mudah hancur. Sampah plastik baru akan

hancur setelah puluhan bahkan ratusan tahun. Jika sampah plastik ini

dibuang di sembarang tempat, maka akan menutup permukaan tanah

sehingga kesuburan tanah terganggu. Usaha yang dilakukan adalah

19

mendaur ulang sampah plastik menjadi bahan-bahan keperluan

rumah tangga yang berguna (Tim Abdi Guru, 2008 : 186).

c. Polusi Udara

1. Suara Dengan Intensitas Tinggi

WHO (World Health Organisation) atau badan kesehatan

dunia menganggap bahwa suara bising sebagai pencemaran udara.

Frekuensi bunyi yang tinggi pada batas-batas tertentu dapat

mengganggu. Bunyi dengan intensitas yang tinggi ternyata

merupakan polutan yang dapat mengganggu kesehatan. Batas

kesanggupan pendengaran manusia berada pada ukuran 140 dB (dB

singkatan dari desibel, yaitu satuan intensitas bunyi). Sumber

pencemaran dan intensitas bunyi berdasarkan hasil penelitian adalah

sebagai berikut :

Roket, kapal terbang (pesawat), dan sejenisnya 170 dB

Sirine 150 dB

Sepeda motor 110 dB

Kereta api 90 dB

Pasar dan supermarket 60 dB, dan sebagainya.

Berada dalam daerah dengan intensitas kebisingan yang tinggi

dapat mengakibatkan gangguan pendengaran, gangguan denyut

jantung, gangguan ritme pernapasan, gangguaan pencernaan,

20

gangguan saraf pusat (otak), megakibatkan stress sehingga orang

merasa cemas, resah, mudah marah, takut, dan sebagainya. Suatu

daerah dapat dijaga dari kebisingan dengan melakukan langkah-

langkah sebagai berikut :

Lapangan terbang dibangun jauh dari pemukiman penduduk.

Gedung-gedung pertunjukan, supermarket dan sebagainya

dibuat kedap suara.

Tidak menggunakan mobil/motor dengan knalpot terbuka.

Penggunaaan sound system hendaknya memperhatikan

keadaaan lingkungan.

2. Gas-Gas Berbahaya

Gas-gas berbahaya seperti karbon monoksida (CO) dan karbon

dioksida dapat menyebabkan polusi udara. Gas buangan hasil

pembakaran pada mobil berupa karbon monoksida (CO) dapat

mematikan. Karbon dioksida yang dihasilkan pabrik industri dan

transportasi dapat menyesakkan pernapasan dan merusak lapisan

ozon di atmosfer (bila kadar karbon dioksida berlebihan) sehingga

radiasi ultraviolet yang dapat mengakibatkan kanker kulit mampu

menembus lapisan atmosfer bumi dengan mudah.

3. Gangguan Medan Elektromagnetik

Gangguan Medan Elektromagnetik berasal dari jaringan listrik

tegangan tinggi. Gelombang elektromagnetik ini mengakibatkan

penyakit jantung, tekanan darah tinggi (hipertensi), gangguan

21

pembuluh darah, dan sebagainya. Oleh karena itu, instalasi listrik

tegangan tinggi dibangun jauh dari pemukiman penduduk (Tim Abdi

Guru, 2008 : 186-188).

d. Polusi Air

Air yang telah tercemari limbah pabrik atau bahan kimia lainnya

jika dikonsumsi dapat menyebabkan bermacam penyakit. Berikut

beberapa contoh pencemaran air.

1. Pencemaran yang terjadi di sungai berupa limbah industri pabrik

dalam bentuk zat kimia berbahaya yang dibuang ke sungai yang

dimanfaatkan untuk air minum, mandi, dan mencuci dapat

mengakibatkan berbagai macam penyakit, seperti penyakit kulit,

diare dan disentri.

2. Sungai-sungai yang menjadi tempat pembuangan limbah kimia yang

berasal dari pabrik-pabrik seperti senyawa merkuri menyebabkan

pencemaran. Senyawa ini larut di air dan bisa mengendap dalam

tubuh ikan. Air yang sudah tercemar jika diminum dan ikannya

dimakan, akan mengakibatkan keracunan. Senyawa ini dapat

mengendap dalam tubuh manusia. Manusia yang dalam tubuhnya

terjadi pengendapan senyawa ini akan mengalami gangguan

pertumbuhan badan dan kecerdasan/keterbelakangan mental (Tim

Abdi Guru, 2008 : 188).

22

2.5. Implementasi Metode Brainstorming Group dan Mind Mapping Pada

Pembelajaran Fisika Materi Pokok Lapisan Ozon dan Masalah

Lingkungan Hidup

Materi pokok lapisan ozon dan masalah lingkungan hidup merupakan

materi fisika yang menarik untuk dipelajari. Materi ini banyak menyajikan bahan

bacaan yang menjelaskan proses-proses yang terjadi di lapisan-lapisan litosfer dan

berbagai pengaruh dari global warming atau pemanasan global serta berbagai

masalah yang berkaitan dengan lingkungan hidup. Oleh karena itu, metode yang

digunakan dalam menyampaikan materi tersebut juga harus membuat peserta

didik kreatif dan aktif dalam pembelajaran sesuai dengan karakteristik dari materi

tersebut, dimana peserta didik diharapkan dapat menemukan sendiri ide-ide pada

materi fisika lapisan ozon dan masalah lingkungan hidup.

Berikut adalah contoh pola pembelajaran menggunakan metode

brainstorming group dan mind mapping pada materi fisika lapisan ozon dan

masalah lingkungan hidup. Guru memberitahukan peserta didik materi yang akan

diajarkan pada pertemuan yang akan datang. Satu minggu sebelum kegiatan

dimulai, guru memberitahukan peserta didik membawa sumber belajar seperti

buku yang berkaitan dengan materi pembelajaran dan pelengkapan lainnya seperti

spidol atau pensil gambar. Tahapan-tahapan dalam pembelajaran dapat dilakukan

dengan langkah-langkah sebagai berikut :

Tahap Persiapan

23

1. Guru mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam

proses pembelajaran seperti kertas karton atau kertas gambar, dan

jawaban yang benar terhadap permasalahan yang dibahas sebelum

kegiatan pembelajaran dimulai.

Tahap Pelaksanaan

a. Kegiatan Pendahuluan (± 5 menit)

1. Guru membuka pelajaran dengan memberi salam kepada peserta

didik.

2. Guru mengingatkan peserta didik dengan bertanya : apakah mereka

masih ingat materi yang akan dipelajarinya dimana materi yang

akan dipelajarinya tersebut sudah diberitahukan pada pertemuan

sebelumnya, kegiatan ini dilakukan untunk mengarahkan perhatian

dan memotivasi peserta didik. Kemudian, guru menanyakan

apakah peserta didik membawa sumber belajar yang telah

diberitahukan pada pertemuan sebelumnya?

3. Setelah semua peserta didik menunjukkan alat dan bahan yang

mereka bawa, kemudian guru menjelaskan bahwa mereka akan

belajar dengan cara yang menarik dan berbeda dengan pertemuan

sebelumnya mengenai materi lapisan ozon dan masalah lingkungan

hidup.

4. Guru menuliskan materi pembelajaran di papan tulis.

5. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada

pembelajaran tersebut.

24

b. Kegiatan Inti (± 70 menit)

1. Guru memaparkan masalah mengenai materi fisika lapisan ozon

dan masalah lingkungan hidup, peserta didik diarahkan untuk

menyimak permasalahan yang dipaparkan tersebut. Kemudian

untuk memecahkan masalah tersebut, guru meminta peserta didik

untuk mendiskusikannya di dalam kelompok.

2. Guru membagi peserta didik dalam kelompok. Setiap kelompok

terdiri dari 4 orang, kemudian mengatur posisi dan mengarahkan

peserta didik dalam kelompok agar kondisi kelas tetap tertib.

3. Guru menjelaskan tugas yang akan mereka lakukan dalam

kelompoknya, berkaitan dengan masalah yang telah dipaparkan

tadi.

4. Guru Membagikan Kertas karton dan dan meminta masing-masing

kelompok menuliskan gagasan dan ide-idenya mengenai masalah

yang telah dipaparkan.

5. Guru menjelaskan agar ide-ide dan gagasan dituliskan dalam

bentuk mind mapping. Kemudian Guru menjelaskan cara membuat

mind mapping.

6. Guru membagikan lembar kegiatan (berisi masalah yang akan di

diskusikan dan juga cara membuat mind mapping) sebagai panduan

25

bagi peserta didik dalam bekerja kelompok dan menjelaskannya

jika ada yang masih belum paham.

7. Guru meminta dan memotivasi peserta didik agar setiap anggota

kelompok terlibat aktif dalam memberikan gagasan dan ikut ambil

bagian dalam kerja kelompok.

8. Guru membimbing peserta didik dalam bekerja dan berdiskusi

dalam kelompok.

9. Guru memantau peserta didik dalam kerja kelompok.

10. Setelah waktu yang ditentukan, semua anggota kelompok

diharapkan sudah selesai semua mengerjakan tugasnya, kemudian

secara bergiliran setiap kelompok diminta mempresentasikan hasil

diskusi nya yang telah dituliskan dalam bentuk mind mapping

dengan syarat kelompok lain tidak boleh menanggapi sampai

semua kelompok mendapatkan kesempatan untuk presentasi.

11. Guru dan peserta didik bersama-sama membahas dan menanggapi

ide-ide yang telah dipresentasikan

c. Kegiatan Penutup (± 5 menit)

1. Guru merumuskan ide-ide yang telah didapatkan untuk dapat

digunakan dalam pemecahan masalah, kemudian jika belum ada

yang terpikirkan oleh peserta didik dapat dimunculkan ataau

dilengkapi oleh guru.

2. Kumpulan ide-ide yang telah dituliskan dalam bentuk Mind

mapping dari masing-masing kelompok dikumpulkan, untuk

26

melihat bagaimana kreativitas dan solusi yang dihasilkan peserta

didik.

Tahap Evaluasi

Evaluasi dilihat dari :

1. Keaktifan peserta didik dalam menyampaikan pendapat/ide yang

disampaikan baik melalui proses diskusi dalam kelompok maupun

pada saat kegiatan presentasi.

2. Proses diskusi kelompok.

3. Kepahaman peserta didik dalam membuat mind mapping pada materi

fisika lapisan ozon dan masalah lingkungan hidup yaitu dengan

melihat dari mind mapping yang telah dibuat peserta didik.

27

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Berdasarkan latar belakang dan pembahasan dalam makalah ini, maka dapat

disimpulkan bahwa :

1. Metode brainstorming group dan mind mapping merupakan gabungan

dua metode pembelajaran yang dapat memotivasi peserta didik dalam

menyampaikan pendapat, ide-ide dan merangsang kreativitas peserta

didik dalam pembelajaran. Metode ini memberikan kesempatan kepada

peserta didik untuk terlibat aktif dan kreatif dalam kegiatan

pembelajaran. Dengan demikian, diharapkan metode ini dapat

digunakan sebagai salah salah satu metode dalam pembelajaran fisika.

2. Materi pokok lapisan ozon dan masalah lingkungan hidup merupakan

materi yang banyak memberikan uraian dan bahan bacaan, sehingga

dengan metode brainstorming group dan mind mapping, peserta didik

dapat berperan aktif dalam pembelajaran dengan menemukan sendiri

ide-ide dalam mata pelajaran tersebut kemudian dapat mengemukakan

nya dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, materi tersebut

memiliki kecocokan jika diajarkan dengan menggunakan metode

brainstorming group dan mind mapping.

28

3.2. Saran

1. Penggunaan metode brainstorming group dan mind mapping ini

membutuhkan kemampuan dan keaktifan yang cukup besar dari semua

peserta didik, sehingga tidak semua peserta didik bisa berperan aktif

dalam proses pembelajaran. Untuk itu diharapkan bimbingan dan

panduan guru dalam memotivasi peserta didik agar terlibat dan

berperan aktif dalam proses pembelajaran.

29

DAFTAR PUSTAKA

Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan. 2002. Strategi Belajar Mengajar.

Jakarta : Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan. 2006. Strategi Belajar Mengajar edisi

revisi. Jakarta : Rineka Cipta.

(http://pkab.wordpress.com/2008/02/29/peta-pikiran-mind-mapping/).

Kurniawati, D. 2010. Pengaruh metode Mind Mapping dan

Keaktifan Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Ilmu

Pengetahuan Sosial. Tersedia

pada :http//etd.eprints.ums.ac.id/8677/2/A210060103.pdf.

Diakses pada tanggal 20 November 2010.

Makarao, N. Ramadani. 2009. Metode Mengajar Dalam Bidang Kesehatan.

Bandung : Alfabeta.

Marno dan Idris, M. 2008. Strategi dan Metode Pengajaran. Jogjakarta : Ar-Ruzz

Media.

Nur, Mohamad. 2000. Strategi-Strategi Belajar. Surabaya : Universitas Negeri

Surabaya University Press.

Sudjana, Nana. 2005. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar

Baru Algesindo.

Tim Abdi Guru. 2007. IPA Fisika Untuk SMP Kelas IX. Jakarta : Erlangga.

30

Uno, B. Hamzah. 2008. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.

31

32