metode penelitian desain, tempat, dan waktu penelitian · perkembangan bayi, dilakukan dengan...

12
METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan rancangan penelitian potong lintang (cross sectional study), dengan cara mengukur variabel bebas dan variabel terikat dalam waktu yang bersamaan (Notoatmodjo 2002). Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor pada bulan Mei-Juli 2011. Pemilihan tempat dilakukan secara purposive dengan pertimbangan di Kecamatan Bogor Utara, prevalensi balita dengan gizi kurang merupakan yang tertinggi di antara enam kecamatan lainnya dan terdapat peningkatan prevalensi dari 7.95% pada tahun 2009 menjadi 8.99% pada tahun 2010 (Dinkes Kota Bogor 2010). Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu menyusui dan bayi yang berada di Kecamatan Bogor Utara. Sampel yang diambil dari populasi adalah yang mempunyai syarat sebagai berikut: 1. Ibu mempunyai bayi berumur 3 sampai 10 bulan, 2. Umur ibu menyusui 20-40 tahun, 3. Bayi telah diberikan MP-ASI 4. Ibu bersedia mengikuti kegiatan penelitian. 5. Bayi sedang atau pernah diberi ASI, 6. Bayi tidak dalam keadaan sakit serius dan tidak mempunyai riwayat penyakit serius serta tidak mempunyai cacat bawaan, Jumlah sampel minimal untuk pendugaan proporsi suatu populasi menurut Sastroasmoro dan Ismael (2008) menggunakan rumus di bawah ini. Kemudian dari hasil perhitungan didapat sebanya 64 sampel. n = (z α ² PQ) / d² Keterangan: n = jumlah sampel minimal P = perkiraan proporsi, yaitu 21% untuk anak mengalami kelainan perkembangan psikososial (Briawan & Herawati 2008). Q = 1-P z α = nilai pada distribusi normal (pada α = 0.05; z α = 1.96) d = kesalahan maksimal yang dapat diterima (10%)

Upload: lyphuc

Post on 16-Mar-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

31

METODE PENELITIAN

Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan rancangan

penelitian potong lintang (cross sectional study), dengan cara mengukur variabel

bebas dan variabel terikat dalam waktu yang bersamaan (Notoatmodjo 2002).

Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor pada

bulan Mei-Juli 2011. Pemilihan tempat dilakukan secara purposive dengan

pertimbangan di Kecamatan Bogor Utara, prevalensi balita dengan gizi kurang

merupakan yang tertinggi di antara enam kecamatan lainnya dan terdapat

peningkatan prevalensi dari 7.95% pada tahun 2009 menjadi 8.99% pada tahun

2010 (Dinkes Kota Bogor 2010).

Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu menyusui dan bayi yang

berada di Kecamatan Bogor Utara. Sampel yang diambil dari populasi adalah

yang mempunyai syarat sebagai berikut:

1. Ibu mempunyai bayi berumur 3 sampai 10 bulan,

2. Umur ibu menyusui 20-40 tahun,

3. Bayi telah diberikan MP-ASI

4. Ibu bersedia mengikuti kegiatan penelitian.

5. Bayi sedang atau pernah diberi ASI,

6. Bayi tidak dalam keadaan sakit serius dan tidak mempunyai riwayat

penyakit serius serta tidak mempunyai cacat bawaan,

Jumlah sampel minimal untuk pendugaan proporsi suatu populasi menurut

Sastroasmoro dan Ismael (2008) menggunakan rumus di bawah ini. Kemudian

dari hasil perhitungan didapat sebanya 64 sampel.

n = (zα² PQ) / d²

Keterangan:

n = jumlah sampel minimal

P = perkiraan proporsi, yaitu 21% untuk anak mengalami kelainan

perkembangan psikososial (Briawan & Herawati 2008).

Q = 1-P

zα = nilai pada distribusi normal (pada α = 0.05; zα = 1.96)

d = kesalahan maksimal yang dapat diterima (10%)

32

Perhitungan:

n = (zα² PQ) / d²

= (1,96² x 0,21 x 0,79) / 0,1²

= 63,7 ≈ 64 sampel

Penetapan lokasi penelitian dilakukan secara purposive. Dinas Kesehatan

Kota Bogor mempunyai enam wilayah kerja yaitu Kecamatan Tanah Sereal,

Kecamatan Bogor Utara, Kecamatan Bogor Timur, Kecamatan Bogor Barat,

Kecamatan Bogor Tengah dan Kecamatan Bogor Selatan. Diantara enam

kecamatan tersebut, Kecamatan Bogor Utara mempunyai prevalensi balita

dengan gizi kurang tertinggi dan terjadi peningkatan prevalensi gizi kurang dari

tahun 2009 ke tahun 2010. Kecamatan Bogor Utara membawahi tiga wilayah

kerja puskesmas yaitu Puskesmas Warung Jambu, Puskesmas Bogor Utara dan

Puskesmas Tegal Gundil. Kemudian dipilih wilayah kerja Puskesmas Warung

Jambu dengan pertimbangan prevalensi balita dengan gizi kurang merupakan

yang tertinggi pada tahun 2010. Puskesmas Warung Jambu membawahi tiga

wilayah kerja kelurahan yaitu Kelurahan Ciluar dengan jumlah bayi 336,

Kelurahan Kedung Halang dengan jumlah bayi 386, dan Kelurahan Ciparigi

dengan jumlah bayi 571, dengan demikian jumlah bayi keseluruhan adalah 1293

bayi (Gambar 3).

Pengambilan sampel pada tiap-tiap kelurahan dilakukan dengan

pemetaan wilayah RW (Rukun Warga) yang terdapat bayi dengan status gizi

buruk berdasarkan data dari tiap kelurahan. Data tersebut kemudian dijadikan

sasaran untuk penarikan sampel. Jumlah sampel dari tiap kelurahan diambil

secara proporsional, perhitungannya sebagai berikut:

Kelurahan Ciluar : 336 x 64 = 17 bayi

1293

Kelurahan Kedung Halang : 386 x 64 = 19 bayi

1293

Kelurahan Ciparigi : 571 x 64 = 28 bayi

1293

33

Purposive: Prevalensi tertinggi dan tren peningkatan gizi kurang dari tahun 2009-2010

Purposive:

Prevalensi tertinggi gizi kurang pada balita tahun 2010

pengambilan

sampel dengan proporsional

Gambar 3. Cara penarikan sampel penelitian

Kota Bogor

Kec. Tanah Sereal

Kec. Bogor Timur

Kec. Bogor Utara

Kec. Bogor Barat

Kec. Bogor Tengah

Kec. Bogor Selatan

Puskesmas Bogor Utara

Puskesmas

Warung Jambu

Puskesmas Tegal Gundil

Kelurahan Ciluar = 336 bayi

Kelurahan Kedung Halang = 386 bayi

Kelurahan Ciparigi = 571 bayi

17 sampel 19 sampel 28 sampel

34

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer

meliputi data karakteristik keluarga (tingkat pendidikan ibu, status pekerjaan ibu,

besar keluarga, tingkat pendapatan keluarga), konsumsi gizi ibu dan bayi, dan

status pemberian ASI, pola asuh makan dan pola asuh psikososial, status gizi ibu

dan bayi, status kesehatan bayi, dukungan suami serta perkembangan bayi.

Sedangkan data sekunder meliputi jumlah populasi dan gambaran tempat

penelitian yang diambil dari Dinas Kesehatan Kota Bogor.

Data primer yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas (Lampiran

1):

1. Data karakteristik keluarga, meliputi tingkat pendidikan ibu, status pekerjaan

ibu, pendapatan, dan besar keluarga didapat melalui metode wawancara

menggunakan kuesioner.

2. Konsumsi zat gizi ibu dikumpulkan dengan metode recall selama 2x24 jam

berturut-turut melalui wawancara langsung.

3. Konsumsi zat gizi bayi dikumpulkan dengan metode recall selama 2x24 jam

berturut-turut melalui wawancara langsung dengan ibunya. Data konsumsi

pangan bayi meliputi jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi (ASI, PASI

dan MP-ASI).

4. Data konsumsi ASI dihitung berdasarkan data frekuensi dan lama pemberian

ASI serta perkiraan volume ASI. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di

Filipina, didapatkan setiap kali bayi menyusu diperkirakan selama 15 menit

didapatkan berkisar antara 60 sampai 77 g ASI dan dalam sehari frekuensi

menyusu bayi berkisar antara tujuh sampai delapan kali (WHO 1985).

5. Status kesehatan bayi meliputi ada tidaknya bayi mengidap penyakit ISPA

dan Diare dalam satu bulan terakhir; dukungan suami terhadap pemberian

ASI meliputi anjuran, perhatian dan bantuan dari suami dalam memberikan

ASI eksklusif; status pemberian ASI meliputi eksklusif dan tidak eksklusif; dan

pola asuh pemberian makan bayi yang meliputi pemberian ASI, PASI, MP-

ASI, kolostrum, umur saat pemberian pertama kali dan frekuensi diberikannya

dikumpulkan melalui metode wawancara menggunakan kuesioner.

6. Data pola asuh psikososial meliputi penerimaan terhadap tanggap rasa dan

kata-kata, penerimaan terhadap perilaku anak, pengorganisasian lingkungan

anak, penyediaan alat permainan, keterlibatan ibu terhadap anak, dan

kesempatan yang diperoleh anak melalui stimulasi yang diberikan orang tua

35

dikumpulkan melalui wawancara dan pengamatan dengan menggunakan alat

bantu keusioner yang merupakan modifikasi metode HOME (Home

Observation for Measurement of the Environment) yang dikembangkan oleh

Cadwell dan Bradley 1979 diacu dalam Satoto (1990).

7. Perkembangan bayi, dilakukan dengan wawancara dan pengamatan langsung

menggunakan instrumen yang dikembangan untuk stimulasi, deteksi dan

intervesi dini tumbuh kembang anak (Depkes 2006).

8. Status gizi ibu dilakukan dengan cara pengukuran antropometri terhadap .

berat badan dengan melakukan penimbangan menggunakan timbangan injak

dengan ketelitian 0.1 kg dan pengukuran tinggi badan dengan menggunakan

microtoise dengan ketelitian 0.1 cm.

9. Status gizi bayi dilakukan dengan cara pengukuran antropometri, meliputi

berat badan bayi diukur dengan menggunakan timbangan dengan ketelitian

0.1 kg. Pengukuran panjang badan bayi menggunakan alat ukur panjang

badan bayi dari kayu (lenght board).

Pengolahan dan Analisis Data

Setelah data diperoleh, akan dilakukan pengkodean, perhitungan manual,

data entri dan editing serta analisis dengan menggunakan perangkat lunak

komputer program Microsoft Excel, nutrisoft dan program SPSS for windows.

Data karakteristik keluarga seperti tingkat pendidikan orangtua dilihat dari

jumlah tahun mengikuti pendidikan formal, kemudian dikategorikan menjadi

kurang (tidak tamat SD, tamat SD, atau tamat SLTP) dan baik (, tamat SLTA atau

tamat PT). Data status pekerjaan ibu dilihat dari bekerja atau tidak bekerja. Data

besar keluarga dilihat dari jumlah atau banyaknya anggota keluarga

dikelompokkkan menjadi kecil (≤4 orang) dan besar (>4 orang). Data pendapatan

keluarga dilihat dari pendekatan pengeluaran. Pengeluaran dijumlahkan dari

pengeluaran seluruh anggota keluarga baik pengeluaran pangan dan non

pangan selama satu bulan. Selanjutnya pendapatan keluarga ini dibagi dengan

besar keluarga sehingga diperoleh pendapatan perkapita per bulan, kemudian

dikategorikan miskin dan tidak miskin berdasarkan batas kemiskinan Kota Bogor

(Rp. 256.414,-) menurut BPS (2010).

Data konsumsi makanan dikonversikan kedalam energi (kkal) dan protein

(g), dengan menggunakan Tabel Komposisi Pangan Indonesia (Mahmud &

36

Zulfianto 2009). Konversi dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut

(Hardinsyah & Briawan 1994):

Kgij = (Bj/100) x Gij x (BDD/100)

Dimana:

Kgij = Kandungan zat gizi-i dalam bahan makanan-j

Bj = berat makanan-j yang dikonsumsi (g)

Gij = kandungan zat gizi dalam 100 gram BDD bahan makanan-j

BDDj = bagian bahan makanan-j yang dapat dimakan

Konsumsi gizi ibu dan bayi dikategorikan menjadi defisit berat jika jumlah

energi dan protein <70% AKG, defisit sedang jika jumlah energi dan protein 70-

79% AKG, defisit ringan jika jumlah energi dan protein 80-89% AKG, dan normal

jika jumlah energi dan protein 90-119% AKG, serta kelebihan jika jumlah energ

dan protein ≥ 120% AKG Sedangkan untuk perhitungan data konsumsi ASI

dihitung berdasarkan data frekuensi dan lama pemberian ASI serta asumsi

volume ASI. Volume ASI kemudian diterjemahkan kedalam bentuk zat gizi

menggunakan komposisi zat gizi ASI, kemudian dihitung kecukupan zat gizinya

menggunakan angka kecukupan gizi yang dianjurkan di Indonesia (WNPG 2004).

Status gizi ibu dihitung menggunakan indeks Indeks Massa Tubuh (IMT)

dengan rumus berat badan (kg)/tinggi badan (m²). Kriteria status gizi ibu adalah

kurus, jika nilai IMT<18.5; normal, jika nilai IMT diantara 18.5 – 22.9; dan gemuk,

jika IMT ≥23. Status gizi bayi dilihat dari nilai skor-z terhadap berat badan

menurut umur (BB/U), panjang badan menurut umur (PB/U) dan berat badan

menurut umur (BB/PB). Kriteria status gizi bayi yaitu buruk, jika skor-Z kurang

dari -3; kurang, jika skor-Z antara -3 hingga -2; normal, jika skor-Z antara -2

hingga 2; dan lebih, jika skor-Z lebih dari 2.

Dukungan suami terhadap pemberian ASI terdiri dari 13 pertanyaan,

setiap pertanyaan diberi skor 2 jika menjawab Ya, menjawab kadang-kadang

diberi skor 1 dan yang menjawab tidak pernah diberi skor 0. Pengkategorian

dukungan suami terhadap pemberian ASI dikelompokkan menjadi dua kelompok

yaitu kurang (≤ rata-rata dari total skor) dan baik (> rata-rata dari total skor). Pola

asuh pemberian makan bayi ditentukan dengan nilai total skor, yang selanjutnya

dikategorikan menjadi kurang (≤ rata-rata dari total skor) dan baik(> rata-rata dari

total skor). Pola asuh psikososial (HOME) dikelompokkan dalam tiga kategorikan,

yaitu rendah, sedang dan tinggi berdasarkan skor dari 45 item pertanyaan yang

terbagi dalam enam sub skala (Tabel 8).

37

Tabel 8 Pengkategorian skor HOME Inventory

Komponen Jumlah Rendah Sedang Tinggi

Tanggap rasa dan kata Penerimaan terhadap perilaku anak Pengorganisasian lingkungan anak Peyediaan mainan untuk anak Keterlibatan ibu terhadap anak Kesempatan variasi asuhan anak

11 8 6 9 6 5

0-6 0-4 0-3 0-4 0-2 0-1

7-9 5-6 4-5 5-7 3-4 2-3

10-11 7-8 6

8-9 5-6 4-5

Total skor 45 0-25 26-36 37-45

Status kesehatan bayi dilihat dari ada tidaknya infeksi saluran pernafasan

atas (ISPA) (ditandai dengan batuk, pilek, dan panas) dan diare (ditandai dengan

gejala buang air besar lebih dari 3 kali/hari) dalam satu bulan terkahir.

Data perkembangan bayi menggunakan instrumen yang dikembangan

untuk stimulasi, deteksi dan intervesi dini tumbuh kembang anak, terdiri dari

masing-masing sepuluh pertanyaan untuk bayi umur 0 sampai 3 bulan, umur

lebih dari 3 sampai 6 bulan, umur lebih dari 6 sampai 9 bulan dan bayi umur lebih

dari 9 sampai 12 bulan, dengan jawaban Ya dan Tidak. Jawaban Ya, bila ibu

menjawab: anak bisa/pernah/sering/kadang-kadang melakukannya. Jawaban

Tidak, bila ibu menjawab: anak belum pernah melakukannya/ tidak pernah/ibu

tidak tahu. Perkembangan bayi dikategorikan menjadi normal (sesuai umur),

curiga terganggu (meragukan) dan terganggu (penyimpangan). Jumlah jawaban

Ya = 9-10, perkembangan anak sesuai dengan tahap perkembangannya

(normal). Jumlah jawaban Ya = 7-8, perkembangan anak meragukan (dicurigai

terganggu). Jumlah jawaban Ya = ≤6, kemungkinan ada penyimpangan atau

terganggu (Depkes 2006).

38

Tabel 9 Variabel dan kategori

Variabel yang diolah Kategori Sumber

Karakteristik keluarga: - Pendidikan orangtua,

- Status pekerjaan ibu

- Besar keluarga

- pendapatan perkapita perbulan

1. tidak tamat SD, 2. tamat SD, 3. tamat SMP, 4. tamat SLTA , 5. PT

1. Tidak bekerja, 2. Bekerja

1. Kecil (≤ 4 anggota), 2. Besar (>4 anggota)

1. Miskin (≤ Rp.256.414 /kapita/bulan) 2. Tidak miskin (>Rp.256.414 /kapita

/bulan)

BKKBN 2001 BPS 2010

Konsumsi gizi ibu: - Energi - Protein

Konsumsi Energi atau Protein: 1. Defisit berat: <70% AKG 2. Defisit sedang: 70-79% AKG 3. Defisit ringan: 80-89% AKG 4. Normal: 90-119% AKG 5. Kelebihan : ≥ 120% AKG

Deptan dan GMSK-IPB 2005

Status gizi ibu 1. Kurus (berat):<17.0 2. Kurus (ringan): 17.0-18.5 3. Normal: 18,5 – 25.0 4. Gemuk (ringan) : 25.0-27.0 5. Gemuk (berat): >27.0

WHO 2000

Status pemberian ASI 1. Eksklusif 2. Tidak eksklusif

Depkes 2004

Dukungan suami terhadap pemberian ASI

1. Baik : > rata-rata total skor 2. Kurang : ≤ rata-rata total skor

Pola asuh pemberian makan bayi

1. Baik : > rata-rata total skor 2. Kurang : ≤ rata-rata total skor

Pola asuh psikososial (HOME)

1. Rendah: total skor 0-25 2. Sedang: total skor 26-36 3. Tinggi: Total skor 37-45

Satoto 1990

Konsumsi gizi bayi - Energi - Protein

Konsumsi Energi atau Protein: 1. Defisit berat: <70% AKG 2. Defisit sedang: 70-79% AKG 3. Defisit ringan: 80-89% AKG 4. Normal: 90-119% AKG 5. Kelebihan : ≥ 120% AKG

Deptan dan GMSK-IPB 2005

Status kesehatan bayi

1. Menderita ISPA atau Diare 2. Tidak menderita ISPA atau Diare

Status gizi bayi berdasarkan indeks BB/U

1. Buruk: skor-Z kurang dari -3 2. Kurang: skor-Z antara -3 hingga -2 3. Baik : skor-Z antara -2 hingga 2 4. Lebih: skor-Z lebih dari 2

WHO 1995

39

Variabel yang diolah Kategori Sumber

Status gizi bayi berdasarkan indeks BB/PB

1. Sangat kurus: skor-Z kurang dari -3 2. Kurus: skor-Z antara -3 hingga -2 3. Normal: skor-Z antara -2 hingga 2 4. Gemuk: skor-Z lebih dari 2

WHO 1995

Status gizi bayi berdasarkan indeks PB/U

1. Pendek : ≥ -2 SD 2. Normal : < -2 SD

WHO 1995

Perkembangan bayi 1. Normal 2. Dicurigai terganggu 3. Terganggu

Depkes 2006

Analisis yang akan dilakukan dalam penelitian ini meliputi analisis

univariat, bivariat dan multivariat. Analisis univariat digunakan untuk analisis

statistik dasar, meliputi distribusi frekuensi pada semua variabel. Variabel-

variabel tersebut yaitu karakteristik keluarga (tingkat pendidikan ibu, status

pekerjaan ibu, tingkat pendapatan keluarga, dan besar keluarga), konsumsi gizi

ibu, status gizi ibu, status pemberian ASI, dukungan suami, status kesehatan

bayi, pola asuh pemberian makan bayi, pola asuh psikososial, konsumsi gizi

bayi, status gizi bayi dan perkembangan bayi.

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel

bebas dengan variabel terikat menggunakan uji chi-square. Sedangkan analisis

multivariat untuk mengetahui seberapa besar faktor langsung dan faktor tidak

langsung berpengaruh terhadap status gizi dan perkembangan bayi

menggunakan analisis regresi logistik dengan rumus sebagai berikut:

YFSGB = Log F = β0+βFKGB+βFSKB+ βFPAP+ βFPAPMB+ βFSPAE+ βFDS+ 1-F βFSGI+ βFKGI+ βFKK+ ε

Dimana:

Y FSGB = Faktor Status Gizi Bayi (BB/U, BB/TB dan TB/U) F = Fungsi komulaif β0 = Intercep βFKGB = Faktor Konsumsi Gizi Bayi

βFSKB = Faktor Status Kesehatan Bayi

βFPAP = Faktor Pola Asuh Psikososial

βFPAPMB = Faktor Pola Asuh Pemberian Makan Bayi

βFSPAE = Faktor Status Pemberian ASI Eksklusif

βFDS = Faktor Dukungan Suami

βFSGI= Faktor Status Gizi Ibu

βFKGI = Faktor Konsumsi Gizi Ibu

βFKK = Faktor Karakteristik Keluarga

ε = Galat (error)

40

YFSPB = Log F = β0+ βFSGB+βFKGB+ βFSKB+ βFPAP+ βFPAPMB+ βFSPAE+ 1-F βFDS+ βFSGI+ βFKGI+ βFKK+ ε

Dimana:

YFPB = Faktor Perkembangan Bayi F = Fungsi komulatif β0 = Intercep βFSGB = Faktor Status Gizi Bayi

βFKGB= Faktor Konsumsi Gizi Bayi

βFSKB = Faktor Status Kesehatan Bayi

βFPAP = Faktor Pola Asuh Psikososial

βFPAPMB = Faktor Pola Asuh Pemberian Makan Bayi

βFSPAE = Faktor Status Pemberian ASI Eksklusif

βFDS = Faktor Dukungan Suami

βFSGI = Faktor Status Gizi Ibu

βFKGI = Faktor Konsumsi Gizi Ibu

βFKK = Faktor Karakteristik Keluarga

ε = Galat (error)

Definisi Operasional

Bayi adalah bayi yang berusia 3-10 bulan yang merupakan anak dari ibu

menyusui (ibu kandungnya).

Ibu menyusui adalah ibu kandung dari bayi yang sedang dan pernah

memberikan ASI untuk anaknya.

Tingkat pendidikan orangtua adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang

pernah ditempuh oleh ayah dan ibu.

Status pekerjaan ibu adalah terlibat tidaknya seorang ibu dalam kegiatan

mencari nafkah. Status bekerja adalah apabila terlibat dalam kegiatan

mencari nafkah dan tidak bekerja apabila tidak terlibat.

Besar keluarga adalah jumlah individu yang tinggal/menetap bersama dalam

satu rumah dan hidup dari penghasilan keluarga

Pendapatan rumah tangga menggunakan pendekatan pengeluaran.

Pengeluaran dari seluruh anggota keluarga baik pengeluaran panagn

maupun non pangan dalam sebulan. Pendapatan per kapita adalah hasil

bagi pengeluaran keluarga dengan besar keluarga yang dinyatakan dalam

rupiah perkapita perbulan.

Konsumsi gizi ibu adalah jumlah konsumsi energi dan zat gizi protein dari

keseluruhan pangan yang dikonsumsi oleh ibu menyusui dengan

menggunakan metode recall 2x24 jam.

41

Status gizi ibu menyusui adalah keadaan gizi ibu berdasarkan pengukuran

Indeks Massa Tubuh (IMT) yaitu berat badan (kg)/tinggi badan (m²).

Dukungan suami (ayah) adalah penilaian ibu terhadap anjuran, perhatian dan

bantuan dari suami dalam memberikan ASI eksklusif yang meliputi:

pemberian anjuran ibu untuk menyusui, memberikan kata-kata

pujian/penyemangat agar ibu percaya diri dan terus memberikan ASI,

menemui/menemani ibu ketika sedang menyusui, membantu menyediakan

kebutuhan ibu saat menyusui, membantu pekerjaan rumah tangga, ikut

merawat bayi.

Status pemberian ASI eksklusif adalah status yang menyatakan lamanya

pemberian ASI eksklusif.

Pola asuh adalah cara dan kebiasaan ibu dalam mengasuh dan merawat anak

balita yang meliputi pola asuh makan dan pola asuh psikososial.

Pola asuh pemberian makan bayi adalah praktek-praktek pengasuhan yang

diterapkan oleh ibu kepada anak yang berkaitan dengan pemberian makan.

Meliputi pemberian ASI, PASI, MP-ASI, kolostrum, umur saat pemberian

pertama kali dan frekuensi diberikannya.

Konsumsi gizi bayi adalah jumlah konsumsi energi dan zat gizi protein yang

dikonsumsi bayi yang berasal dari ASI, PASI dan MP-ASI dengan

menggunakan metode recall 2x24 jam.

Konsumsi ASI adalah ASI yang diberikan kepada bayi, yang dihitung dengan

menggunakan asumsi volume ASI. Volume ASI adalah jumlah ASI yang

dikonsumsi bayi yang dihitung berdasarkan lama dan frekuensi menyusui

bayi dalam satu hari yang dinyatakan dengan milliliter (ml). Lama

menyusui adalah banyaknya waktu yang digunakan bayi setiap menyusui

dalam satu hari yang dinyatakan dalam menit. Frekuensi menyusui adalah

jumlah pemberian ASI per hari pada bayi.

Konsumsi PASI (pengganti ASI) adalah konsumsi susu non ASI yang diberikan

kepada bayi yang disebut juga susu formula.

Konsumsi MP-ASI (Makanan Pendamping ASI) adalah konsumsi jenis

makanan yang dibuat oleh keluarga maupun diproduksi oleh industri yang

diberikan kepada bayi sebagai makanan pelengkap untuk kebutuhan

gizinya selain ASI atau susu formula

42

Pola asuh psikososial terhadap bayi adalah seluruh interaksi antara subjek

(pengasuh) dengan objek (bayi) berupa bimbingan, pengarahan dan

pengawasan terhadap aktivitas objek (bayi) sehari-hari yang berlangsung

secara rutin sehingga membentu suatu pola. Pengukuran dilakukan

dengan menggunakan metode HOME dengan cara menjumlahkan skornya

(Satoto 1990)..

Status kesehatan bayi adalah keadaan kesehatan bayi yang terlihat dari ada

tidaknya mengidap penyakit diare dan ISPA dalam satu bulan terakhir.

Penyakit ISPA ditentukan berdasarkan gejala batuk, pilek, dan demam dan

diare ditentukan berdasarkan gejala buang air besar lebih dari 3 kali/hari.

Status gizi bayi adalah keadaan gizi bayi yang diukur dengan berat badan

menurut umur (BB/U), panjang badan menurut umur (PB/U) dan berat

badan menurut panjang badan (BB/PB).

Perkembangan bayi adalah kemampuan motorik kasar, motorik halus,

sosialisasi dan kemandirian, serta komunikasi dan bahasa yang dapat

dilakukan oleh bayi, menggunakan instrumen yang dikembangkan untuk

stimulasi, deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang anak.