penelitian model budidaya kepiting soka ramah lingkungan dan stimulasi teknis penerapannya di tambak

30
1 PENELITIAN MODEL BUDIDAYA KEPITING SOKA RAMAH LINGKUNGAN DAN STIMULASI TEKNIS PENERAPANNYA DI TAMBAK I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan kepiting dunia baik kepiting bakau maupun rajungan adalah komoditas ekspor yang sangat menjanjikan. Berdasarkan data yang tersedia di Departemen Kelautan dan Perikanan, permintaan kepiting dan rajungan dari pengusaha restoran sea food Amerika Serikat saja mencapai 450 ton setiap bulan. Jumlah tersebut belum dapat dipenuhi karena keterbatasan hasil tangkapan di alam dan produksi budidaya yang masih sangat minim. Padahal, negara yang menjadi tujuan ekspor kepiting bukan hanya Amerika tetapi juga Cina, Jepang, Hongkong, Korea Selatan, Taiwan, Malaysia, dan sejumlah negara di kawasan Eropa. Baik kepiting bakau maupun rajungan adalah komoditas ekspor yang sangat menjanjikan. Berdasarkan data yang tersedia di Departemen Kelautan dan Perikanan, permintaan kepiting dan rajungan dari pengusaha restoran sea food Amerika Serikat saja mencapai 450 ton setiap bulan. Jumlah tersebut belum dapat dipenuhi karena keterbatasan hasil tangkapan di alam dan produksi budidaya yang masih sangat minim. Daging kepiting mengandung nutrisi penting bagi kehidupan dan kesehatan. Meskipun mengandung kholesterol, makanan ini rendah kandungan lemak jenuh, merupakan sumber Niacin, Folate, dan Potassium yang baik, dan merupakan sumber protein, Vitamin B12, Phosphorous, Zinc, Copper, dan Selenium yang sangat baik. Selenium

Upload: arif-saadilah-nawawi

Post on 29-Jul-2015

1.044 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Penelitian Model Budidaya Kepiting Soka Ramah Lingkungan Dan Stimulasi Teknis Penerapannya Di Tambak

1

PENELITIAN MODEL BUDIDAYA KEPITING SOKA RAMAH

LINGKUNGAN DAN STIMULASI TEKNIS PENERAPANNYA DI

TAMBAK

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kebutuhan kepiting dunia baik kepiting bakau maupun rajungan

adalah komoditas ekspor yang sangat menjanjikan. Berdasarkan data

yang tersedia di Departemen Kelautan dan Perikanan, permintaan

kepiting dan rajungan dari pengusaha restoran sea food Amerika Serikat

saja mencapai 450 ton setiap bulan. Jumlah tersebut belum dapat

dipenuhi karena keterbatasan hasil tangkapan di alam dan produksi

budidaya yang masih sangat minim. Padahal, negara yang menjadi

tujuan ekspor kepiting bukan hanya Amerika tetapi juga Cina, Jepang,

Hongkong, Korea Selatan, Taiwan, Malaysia, dan sejumlah negara di

kawasan Eropa.

Baik kepiting bakau maupun rajungan adalah komoditas ekspor

yang sangat menjanjikan. Berdasarkan data yang tersedia di Departemen

Kelautan dan Perikanan, permintaan kepiting dan rajungan dari

pengusaha restoran sea food Amerika Serikat saja mencapai 450 ton

setiap bulan. Jumlah tersebut belum dapat dipenuhi karena keterbatasan

hasil tangkapan di alam dan produksi budidaya yang masih sangat

minim.

Daging kepiting mengandung nutrisi penting bagi kehidupan dan

kesehatan. Meskipun mengandung kholesterol, makanan ini rendah

kandungan lemak jenuh, merupakan sumber Niacin, Folate, dan

Potassium yang baik, dan merupakan sumber protein, Vitamin B12,

Phosphorous, Zinc, Copper, dan Selenium yang sangat baik. Selenium

Page 2: Penelitian Model Budidaya Kepiting Soka Ramah Lingkungan Dan Stimulasi Teknis Penerapannya Di Tambak

2

diyakini berperan dalam mencegah kanker dan pengrusakan kromosom,

juga meningkatkan daya tahan terhadap infeksi virus dan bakteri. Selain

itu, Fisheries Research and Development Corporation di Australia

melaporkan bahwa dalam 100 gram daging kepiting bakau mengandung

22 mg Omega-3 (EPA), 58 mg Omega-3 (DHA), dan 15 mg Omega-6

(AA) yang begitu penting untuk pertumbuhan dan kecerdasan anak.

Bahkan kandungan asam lemak penting ini pada rajungan lebih tinggi

lagi. Dalam 100 gram daging rajungan mengandung 137 mg Omega-3

(EPA), 90 mg Omega-3 (DHA), dan 86 mg Omega-6 (AA).

Untuk kepiting lunak/soka, selain tidak repot memakannya karena

kulitnya tidak perlu disisihkan, nilai nutrisinya juga lebih tinggi, terutama

kandungan chitosan dan karotenoid yang biasanya banyak terdapat

pada kulit semuanya dapat dimakan. Bukan hanya dagingnya yang

mempunyai nilai komersil, kulitnyapun dapat ditukar dengan dollar.

Kulit kepiting diekspor dalam bentuk kering sebagai sumber chitin,

chitosan dan karotenoid yang dimanfaatkan oleh berbagai industri

sebagai bahan baku obat, kosmetik, pangan, dan lain-lain. Bahan-bahan

tersebut memegang peran sebagai anti virus dan anti bakteri dan juga

digunakan sebagai obat untuk meringankan dan mengobati luka bakar.

Selain itu, dapat juga digunakan sebagai bahan pengawet makanan yang

murah dan aman.

Indonesia dikenal sebagai negara bahari dan kepulauan terbesar di

dunia dengan luas perairan laut termasuk zona ekonomi eksklusif

Indonesia (ZEEI) sekitar 5.8 juta kilometer persegi atau 75% dari total

wilayah Indonesia. Wilayah laut tersebut ditaburi lebih dari 17.500 pulau

dan dikelilingi garis pantai sepanjang 81.000 km yang merupakan

terpanjang di dunia setelah Kanada.

Di sepanjang pantai tersebut, yang potensil sebagai lahan tambak ±

1.2 juta Ha. Yang digunakan sebagai tambak udang baru 300.000 Ha.

(Dahuri, 2005). Sisanya masih tidur. Artinya, peluang membangunkan

Page 3: Penelitian Model Budidaya Kepiting Soka Ramah Lingkungan Dan Stimulasi Teknis Penerapannya Di Tambak

3

potensi tambak tidur tersebut untuk budidaya kepiting masih terbuka

lebar. Kepiting dapat ditemukan di sepanjang pantai Indonesia. Ada dua

jenis kepiting yang memiliki nilai komersil, yakni kepiting bakau dan

rajungan.

Di dunia, kepiting bakau sendiri terdiri atas 4 spesies dan

keempatnya ditemukan di Indonesia, yakni: kepiting bakau merah (Scylla

olivacea) atau di dunia internasional dikenal dengan nama “red/orange

mud crab”, kepiting bakau hijau (S.serrata) yang dikenal sebagai “giant

mud crab” karena ukurannya yang dapat mencapai 2-3 kg per ekor, S.

tranquebarica (Kepiting bakau ungu) juga dapat mencapai ukuran besar

dan S. paramamosain (kepiting bakau putih).

Kepiting soka atau kepiting cangkang lunak adalah kepiting

bakau fase ganti kulit (moulting) atau kepiting lemburi. Kepiting dalam

fase ini memunyai keunggulan yaitu memunyai cangkang yang lunak

(soft shell mud crab) sehingga dapat dikonsumsi secara utuh.

Pengembangan budidaya kepiting soka ini merupakan diversifikasi

produksi untuk menjawab tantangan pasar luar negeri.

Berdasarkan data yang tersedia di Departemen Kelautan dan

Perikanan, permintaan kepiting dan rajungan dari pengusaha restoran

sea food Amerika Serikat saja mencapai 450 ton setiap bulan. Kepiting

tersebut diekspor dalam bentuk segar/hidup, beku, maupun dalam

kaleng. Jumlah tersebut belum dapat dipenuhi karena keterbatasan hasil

tangkapan di alam dan produksi budidaya yang masih sangat minim.

Harga kepiting cangkang lunak cukup menjanjikan antara Rp

40.000,00, hingga Rp 50.000,00,- per kilogram (kg). Di samping itu

usia panen cukup cepat antara 2 - 3 minggu setelah penyebaran

benih. Masa panen tidak berlangsung secara bersamaan, tapi yang

diambil adalah kepiting dalam fase tlungsumi atau ganti kulit, sedangkan

yang belum moulting dibiarkan saja menunggu sampai fase tersebut.

Page 4: Penelitian Model Budidaya Kepiting Soka Ramah Lingkungan Dan Stimulasi Teknis Penerapannya Di Tambak

4

Melihat prospek pengembangan budidaya kepiting Soka tersebut

maka perlu dilakukan budidaya secara sederhana oleh petambak dalam

menghadapi era globalisasi tersebut. Disisi lain banyak terdapat tambak-

tambak yang tidak termanfaatkan akibat sulitnya budidaya udang yang

dirasakan akibat cemaran air dari industri, maupun buangan rumah

tangga. Oleh karena itu untuk memecahkan masalah tersebut kiranya

pemberdayaan pembudidaya kepiting soka pada lahan budidaya

bandeng atau lahan kurang produktif dianggap cukup efektif.

1.2. Tujuan

Untuk mempelajari, mengetahui dan menerapkan teknik budidaya

kepiting soka ramah lingkungan secara faktual kepada peternak kepiting

soka. Menemukan model dan mengaplikasikan cara-cara berbudidaya

yang ramah lingkungan sehingga budidaya yang dilakukan terhindar dari

ancaman penyakit yang dapat merugikan peternak kepiting.

1.3. Permasalahan

Budidaya kepiting soka yang mulai dikenal dan dilaksanakan oleh

kelompok peternak kepiting terbatas di Jawa Timur saat ini masih

bersifat konvensional, meniru-niru satu sama lain dan kurang berorientasi

pada proses budidaya yang saniter, higienis dan ramah lingkungan

sehingga potensi pencemaran begitu tinggi. Belum ditemukannya

prosedur tetap teknologi budidaya ramah lingkungan yang dapat

menjamin keberlangsungan budidaya kepiting soka dalam jangka

panjang sebagai penghasil devisa penting bagi negara.

Pola manajemen untuk mempertahankan kualitas air, pola sirkulasi,

perencanaan tebar panen secara periodik, asupan pakan serta

pengaturan jaringan inlet outlet distribusi air keluar masuk dalam

petakan tambak diyakini merupakan pemodelan yang harus dilakukan

dengan pola khusus. Untuk itu, upaya menemukan beberapa variasi

Page 5: Penelitian Model Budidaya Kepiting Soka Ramah Lingkungan Dan Stimulasi Teknis Penerapannya Di Tambak

5

prosedur tetap pembudidayaan sebagai model budidaya kepiting ramah

lingkungan merupakan kebutuhan mendesak yang sangat diharapkan

oleh peternak kepiting soka agar mampu menghasilkan kepiting

berkualitas tinggi, sustainable serta produktivitasnya tinggi.

1.4. Hasil Yang Diharapkan

Ditemukannya model budidaya kepiting soka yang ramah

lingkungan, terhindar dari ancaman penyakit yang dapat menyebabkan

kerugian akibat tingkat kematian tinggi hingga gagal panen serta proses

produksi budidaya kepiting dapat berkelanjutan.

Budidaya kepiting soka ramah lingkungan merupakan tuntutan

pasar inernasional yang akan bermanfaat pada tumbuhnya kepercayaan

buyers terhadap produk ekspor hasil perikanan dari Indonesia.

1.5. Manfaat

Bagi masyarakat akan diperoleh sumber gizi yang sehat serta

munculmya produk pangan berkualitas tinggi yang tidak hanya cukup

untuk memenuhi kebutuhasn gizi loal saja melainkan berpotensi sebagai

penghasil devisa negara.

Bagi peternak kepiting soka diyakini akan ditemukannya prosedur

tetap budidaya kepiting yang dapat menjamin keberlanjutan usaha

mereka.

Bagi Pemerintah merupakan upaya konkret dalam membantu

memecahkan permasalahan yang dihadapi masyarakat peternak kepiting

soka sekaligus menumbuhkan produk baru untuk pemenuhan kebutuhan

gizi masyarakat serta bernilai ekonomis tinggi dan berpotensi penghasil

devisa negara.

Page 6: Penelitian Model Budidaya Kepiting Soka Ramah Lingkungan Dan Stimulasi Teknis Penerapannya Di Tambak

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Peluang Budidaya Kepiting Soka

Kepiting bakau mempunyai nilai ekonomis yang tinggi baik di pasar

domestic (dalam negeri) maupun pasar mancanegara (luar negeri),

terutama Kepiting yang sudah matang gonad dan sudah dewasa serta

gemuk.

Sementara benih kepiting bakau masih mengandalkan pasokan dari

alam karena teknologi pembenihan kepiting belu dikuasai dengan baik.

Oleh karena itu, aktivitas penangkapan masih intensif, terutama di

daerah penghasil kepiting bakau di muara-muara sungai dan kawasan

hutan mangrove.

Nilai ekonomis kepiting yang terus meningkat merangsang para

petani untuk membudidayakannya di tambak. Hal ini terbukti dengan

meningkatnya ekspor kepiting dari Sulawesi Selatan dari tahun ke tehun.

Ekspor kepiting dari Sulawesi Selatan sebesar 5.200 kg pada tahun 1989

meningkat menjadi 1.567.527 kg pada tahun 1994. konsumen kepiting

tertinggi di dunia adalah Amerika Serikat yang mencapai 55% dari total

kepiting dunia dengan peningkatan rata-rata 10,4 per tahun

(Departemen Perdagangan, 1990). Negara pengimpor kepiting lainnya

adalah Australia, Benelux, Jepang, Hongkong, Taiwan, Singapura, Korea

Utara, dan Korea Selatan. Umumnya, Negara-negara tersebut

mengimpor kepiting berukuran 350 g/ekor atau 3ekor/kilogram dengan

harga berkisar US$5 – US$8 perkologram

Berdasarkan data diatas, kita dapat memanfaatkan peluang pasar

tersebut dengan cara meningkatkan produktivitas kepiting bakau, baik

kuantitas maupun kualitas yang memenuhi standar pasar Internasional.

Sementara di Indonesia jumlah petani dan nelayan yang

membudidayakan relatif sedikit. Petani nelayan cenderung melakukan

Page 7: Penelitian Model Budidaya Kepiting Soka Ramah Lingkungan Dan Stimulasi Teknis Penerapannya Di Tambak

7

penangkapan di alam, padahal sumber daya alam berlimpah, termasuk

hutan mangrove yang menjasi habitat kepiting bakau (lihat Tabel 2).

Mengingat tidak ada satu lokasi yang sempurna, maka sangat

memungkinkan adanya perekayasaan. Perekayasaan merupakan cara

menciptakan tambak yang sesuai dengan sifat biologis kepiting bakau.

Dalam segi ekonomis, perekayasaan tersebut juga perlu diperhitungkan

karena tinggi rendahnya teknologi yang akan diterapkan pada tahap

rekayasa tambak berkaitan dengan besar kecilnya biaya yang diperlukan.

Untuk itu, tambak harus direkayasa sesuai dengan kebutuhan bagi

pertumbuhan benih kepiting bakau. Sarana-sarana lain yang tidak atau

kurang berkaitan dengan usaha sebaiknya tidak diadakan.

2.2. Kandungan Nutrisi Kepiting Soka

Daging kepiting mengandung nutrisi penting bagi kehidupan dan

kesehatan. Meskipun mengandung kholesterol, makanan ini rendah

kandungan lemak jenuh, merupakan sumber Niacin, Folate, dan

Potassium yang baik, dan merupakan sumber protein, Vitamin B12,

Phosphorous, Zinc, Copper, dan Selenium yang sangat baik. Selenium

diyakini berperan dalam mencegah kanker dan pengrusakan kromosom,

juga meningkatkan daya tahan terhadap infeksi virus dan bakteri. Selain

itu, Fisheries Research and Development Corporation di Australia

melaporkan bahwa dalam 100 gram daging kepiting bakau mengandung

22 mg Omega-3 (EPA), 58 mg Omega-3 (DHA), dan 15 mg Omega-6

(AA) yang begitu penting untuk pertumbuhan dan kecerdasan anak.

Bahkan kandungan asam lemak penting ini pada rajungan lebih tinggi

lagi. Dalam 100 gram daging rajungan mengandung 137 mg Omega-3

(EPA), 90 mg Omega-3 (DHA), dan 86 mg Omega-6 (AA).

Untuk kepiting lunak/soka, selain tidak repot memakannya karena

kulitnya tidak perlu disisihkan, nilai nutrisinya juga lebih tinggi, terutama

kandungan chitosan dan carotenoid yang biasanya banyak terdapat pada

Page 8: Penelitian Model Budidaya Kepiting Soka Ramah Lingkungan Dan Stimulasi Teknis Penerapannya Di Tambak

8

kulit semuanya dapat dimakan. Bukan hanya dagingnya yang

mempunyai nilai komersil, kulitnyapun dapat ditukar dengan dollar.

Kulit kepiting diekspor dalam bentuk kering sebagai sumber chitin,

chitosan dan karotenoid yang dimanfaatkan oleh berbagai industri

sebagai bahan baku obat, kosmetik, pangan, dan lain-lain.

Bahan-bahan tersebut memegang peran sebagai anti virus dan anti

bakteri dan juga digunakan sebagai obat untuk meringankan dan

mengobati luka bakar. Selain itu, dapat juga digunakan sebagai bahan

pengawet makanan yang murah dan aman.

Benjakul dan Sophanodera (1993) : Cangkang crustacea yang

berkulit keras mengandung 13 – 20% kitin, 75 % CaCO3 dan sisanya

protein, sedang yang berkulit lunak mengandung kitin 15 – 30 % dan

CaCO3 sebesar 13 – 14 %.

Pemanfaatan kitin dan turunannya, dikenal hingga 3 generasi :

Generasi I : kitin digunakan untuk penanganan limbah, pengolahan

pangan, pengikat logam

Generasi ke II : untuk industri kosmetik (shampo, lotion, pasta gigi)

membran, Food aditive

Generasi ke III : Bidang gizi, immunologi, medical aids dan farmasi.

2.3. Teknologi Budidaya Kepiting

Bila ingin menjadikan kepiting sebagai komoditas andalan maka

penangkapan dari alam saja tidaklah cukup. Bahkan penangkapan yang

berlebihan dapat mengancam kelestarian hewan ini. Karena itu,

budidaya adalah pilihan yang tepat. Ada beberapa teknologi yang

mendukung kegiatan budidaya tersebut, yakni: pembenihan,

pembesaran, penggemukan, produksi kepiting bertelur, dan produksi

kepiting lunak/soka.

Page 9: Penelitian Model Budidaya Kepiting Soka Ramah Lingkungan Dan Stimulasi Teknis Penerapannya Di Tambak

9

Kepiting bakau (Scylla sp) merupakan salah satu komoditas

perikanan yang mempunyai cirri-ciri biologis sebagai berikut.

A. Ciri-Ciri Morfologi

Kepiting bakau (Scylla sp) memiliki ukuran lebar karapas lebih besar

daripada ukuran panjang tubuhnya dan permukaannya agak licin. Pada

dahi antara sepasang matanya terdapat enam buah duri dan di samping

kanan dan kirinyamasing-masing terdapat sembilan buah duri.

Kepiting bakau berjenis kelamin jantan ditandai dengan abdomen

bagian bawah berbentuk segitiga meruncing, sedangkan pada kepiting

bakau betina melebar.

B. Klasifikasi Kepiting Bakau

Kepiting bakau mempunyai beberapa spesies antara lain Scylla

serrata, Scylla tranquebarica, dan Scylla oceanica dengan klasifikasi

sebagai berikut.

Phylum : Arthropoda

Class : Crustacean

Ordo : Decapoda

Family : Sotrunidae

Genus : Scylla

Spesies : Scylla sp.

Untuk produksi kepiting lunak/soka kepiting yang dijadikan bahan

baku dapat dari semua spesies dengan ukuran lebar karapas 5-7 cm.

Setelah molting atau berganti kulit, ukuran kepiting akan bertambah

sekitar 30%.

Kriteria lokasi yang ideal untuk pembudidayaan kepiting adalah

daerah air payau atau air asin dengan kadar garam antara 15-30 promil.

Nilai pH air berkisar antara 7,2-7,8. Suhu air yang ideal adalah 23-32 oC,

dan lokasi memiliki jenis tanah liat berpasir dengan tipe dan tekstur

Page 10: Penelitian Model Budidaya Kepiting Soka Ramah Lingkungan Dan Stimulasi Teknis Penerapannya Di Tambak

10

tanah baik, ketersediaan pakan cukup, lokasi dekat dengan sarana dan

prasarana produksi serta daerah pemasaran. Pakan untuk kepiting tidak

susah karena hewan ini memakan segala jenis makanan, namun yang

umum diberikan dalam budidaya adalah ikan rucah, usus ayam, kulit

sapi, kulit kambing, bekicot, keong sawah, dan kepiting-kepiting non

ekonomis. Juga telah dikembangkan pakan buatan untuk kepiting.

Lama pemeliharaan tergantung tujuan budidaya. Bila benih yang

ditebar berukuran 20-50 g untuk tujuan pembesaran maka panen

biasanya dapat dilakukan setelah 3 bulan pemeliharaan dengan ukuran

panen ± 300 g. Tetapi untuk penggemukan dan produksi kepiting

bertelur, kepiting yang dipelihara biasanya sudah berukuran ekspor (250-

300 g/ekor) namun masih kurus/keropos atau belum bertelur. Lama

pemeliharaan tipe ini sekitar 20-30 hari.

2.4. Pemodelan Ramah Lingkungan

Pemodelan ramah lingkungan merupakan rekayasa dalam proses

perencanaan budidaya kepiting soka, yang memperhatikan faktor-faktor

teknis budidaya seperti: pengaturan inlet dan out let, sumber air tawar

maupun air asin serta teknis pencampurannya menjadi air payau,

penataan pakan dan sumber pakan, pola sirkulasi air harian maupun

penentuan juklak teknis yang harus dipatuhi dalam standar operasional

budidaya kepiting soka oleh palaksana teknis di lapangan. Hal ini akan

mempengaruhi hasil budidaya khususnya kualitas dan kuantitas out

produk kepiting soka.

Untuk itu, tambak harus direkayasa sesuai dengan kebutuhan bagi

pertumbuhan benih kepiting bakau. Sarana-sarana lain yang tidak atau

kurang berkaitan dengan usaha sebaiknya tidak diadakan.

Kebiasaan kepiting mentoleransi suhu dan salinitas ini merupakan

pedoman untuk memodifikasi air pemeliharaan jika kepiting tersebut

dibudidayakan dan dibenihkan. Namun, kisaran suhu dan salinitas yang

Page 11: Penelitian Model Budidaya Kepiting Soka Ramah Lingkungan Dan Stimulasi Teknis Penerapannya Di Tambak

11

dapat ditoleransi kepiting bervariasi, tergantung pada keadaan suhu dan

salinitas perairan ketika kepiting bakau tersebut beruaya.

Petak-petak tambak untuk penyesuaian (adaptasi) sebaiknya dibuat

dari bahan semen berukuran kecil (sekitar 15 - 20 m2), dengan dinding

yang licin. Dasar tambak berlumpur dengan tebal 5 – 15 cm. Petak-petak

tambak ini tidak memerlukan penghawaan (aerasi), tetapi cukup diberi

aliran air yang dimasukkan dari dasar tambak. Pengontrolan air pada

musim panas dapat dilakukan melalui penggantian air dengan pompa

atau sipon dan sebagian atau seluruhnya diberi peneduh.

Salinitas air pada petak-petak tambak adaptasi dipertahankan

sekitar 10 promil selama dua minggu, dan secara bertahap dinaikkan

sesuai dengan tingkat perkembangan kepiting muda. Bila salinitas air laut

yang dimasukkan ke dalam tambak tinggi, maka harus diturunkan

terlebih dahulu dengan cara menambahkan air tawar ke dalam tambak

sampai salinitas yang diperlukan tercapai, kemudian baru benih

dimasukkan.

Pada prinsipnya, makanan diberikan sekenyangnya (ad libitum),

dua sampai tiga kali sehari. Makanan sisa yang tidak dimakan jangan

dibiarkan berada dalam petak tambak adaptasi terlalu lama karena dapat

memperburuk kualitas air. Benih kepiting yang telah mencapai C-3 ke

atas (lebar karapas 1 cm atau lebih) dapat segera dipindahkan ke tambak

pembesaran tanpa menggunakan air.

Page 12: Penelitian Model Budidaya Kepiting Soka Ramah Lingkungan Dan Stimulasi Teknis Penerapannya Di Tambak

12

III. METODOLOGI

3.1. Lokasi dan Waktu

Kegiatan dilaksanakan di Desa Sekardangan Kecamatan Sidoarjo

Kota Kabupaten Sidoarjo yang merupakan kawasan pertambakan

tradisional penting di Jawa Timur. Uji coba rekayasa teknologi

dilaksanakan di laboratorium lapangan dan tambak milik peternak

kepiting sehingga hasil perlakuan terbaik serta pemahaman terhadap

teknologi budidaya ramah lingkungan dapat langsung

diadopsi/diterapkan kepada masyarakat.

Kegiatan pasca penelitian berupa sosialiasi, pelatihan dan stimulasi

dilaksanakan di ruang pelatihan bersama para tim peneliti dan instruktur

yang terlatih; sedangkan kegiatan pendampingan hingga 2 siklus pendek

masa budidaya diberikan kepada beberapa kelompok pembudidaya

kepiting yang terpilih.

Kegiatan direncanakan berlangsung selama 2,5 (dua setengah)

bulan atau 75 (tujuh puluh lima) hari kerja efektif.

3.2. Desain Percobaan dan Stimulasinya

Metode penelitian adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif

maupun kuantitatif, untuk memperoleh data akurat dari hasil uji di

lapangan dilakukan analisis-analisis dan desk evaluasi yang mendukung

akurasi hasil.

Pendekatan kualitatif berupa analisis mendalam dengan teknik

pencatatan secara mendetail segala perubahan yang terjadi dalam setiap

aspek budidaya kepiting soka, sesuai prosedur standar yang berlaku

secara umum di kalangan petambak kepiting.

Stimulasi teknis penerapannya berupa penggalangan, demplot dan

pendampingan terhadap kelompok-kelompok pembudidaya kepiting

Page 13: Penelitian Model Budidaya Kepiting Soka Ramah Lingkungan Dan Stimulasi Teknis Penerapannya Di Tambak

13

soka hingga dapat menerapkan dengan baik teknologi budidaya yang

ramah lingkungan.

3.3. Metode Budidaya Kepiting Soka (Soft Shell Mud Crab)

Produksi kepiting soft shell mud crab sangat potensial

dikembangkan. Beberapa metode wadah yang digunakan sebelumnya

masih dianggap besar terutama penyediaan wadah perawatan. Dalam

upaya menanggulangi hal tersebut perlu pemanfaatan potensi yang ada

dengan nilai harga yang relatif kecil. Sedangkan pengambilan data

dilakukan dengan sengaja di lokasi produksi. Hasil kajian menunjukkan

bahwa usaha produksi soft shell mud crab dengan menggunakan wadah

yang terbuat dari bambu lebih murah dibanding menggunakan wadah

basket plastik dan karet.

Budidaya kepiting soft shell mud crab pada kegiatan ini dilakukan

dengan beberapa inovasi dan modifikasi sarana. Metode budidaya

produk nantinya diharapkan memberikan hasil akhir yang maksimal

dengan biaya yang efektif dan efisien. Adapun modifikasi sarana yang

akan dilakukan dalam kegiatan ini adalah sebagai berikut :

a. Modifikasi wadah dilakukan dengan menggunakan bambu yang

dibelah dan dibentuk rak berukuran 2.5x1.25 m tg 10/15 cm terdiri

dari 32 kotak, 1 kotak 30x30 cm dengan alas waring hitam

dibawahnya ditempatkan benih SS size 10–20.

b. Pakan rucah yang awalnya sebagai asupan pakan dapat diganti

dengan trisipan yang melimpah di inlet–outlet dan petakan kawasan

yang pada umumnya banyak melimpah terutama tambak di daerah

berlumpur atau tambak ex budidaya udang. Bahkan merupakan

makanan utama dan sekaligus washing net di kotak pemeliharaan.

Dosis pemberian pakan 5–10% dari berat biomasa. Trisipan direbus

dan dibuka dari cangkang untuk pakan kepiting sedangkan yang masih

hidup diletakan di kotak untuk membersihkan jaring dari lumut yang

Page 14: Penelitian Model Budidaya Kepiting Soka Ramah Lingkungan Dan Stimulasi Teknis Penerapannya Di Tambak

14

menempel sehingga sirkulasi air dari dasar maksimal. Pemberian pakan

rucah maupun trisipan ini, dilakukan pencatatan khusus untuk

memonitor peningkatan berat badan dan kecepatan ganti kulit.

Disamping itu, efek terhadap proses ramah lingkungan yang

diharapkan dari proses pemberian pakan adalah adanya analisa pada

kualitas air selama proses pemberian pakan, sehingga dapat

ditentukan waktu untuk mengganti/sirkulasi air maupun pengaturan

prosedur lainnya.

c. Pemeliharaan soft shell antara 14 – 24 hari

d. Jenis kepiting bakau yang akan dikembangkan menjadi kepiting soft

shell ada empat jenis kepiting yakni jenis Scylla serrata, Scylla

olivacea, Scylla trangquberica dan Scylla paramosain.

Stimulasi penerapan pola ramah lingkungan adalah dengan

pemanfaatan tanaman mangrove sebagai hiperakumulator maupun

biokondisioner untuk menjaga kualitas air senantiasa baik dan kualitas

tanah dalam petakan budidaya kepiting soka tidak tercemar oleh residu

pakan maupun gas-gas H2S serta senyawa metabolit toksik lainnya.

Selain itu, pola ramah lingkungan juga dilakukan dengan

menerapkan manajemen kualitas air imbibisi pada inlet maupun out let,

pengaturan tata letak pintu air, perencanaan sirkulasi harian air,

pencampuran air, penumbuhan pakan alami, teknik asupan pakan

tambahan serta perbaikan dan penyempurnaan prosedur pembilasan

yang menerapkan prinsip bilas bersih air buangan petak budidaya.

Perubahan-perubahan yang terjadi dicatat dalam analisis siklus harian

budidaya kepiting soka.

Page 15: Penelitian Model Budidaya Kepiting Soka Ramah Lingkungan Dan Stimulasi Teknis Penerapannya Di Tambak

15

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kondisi Umum Penelitian

Penelitian dilaksanakan di lahan pertambakan tradisional di desa

Sekardangan pada luas petak tambak 2000 sampai dengan 5000 meter

persegi. Inlet untuk pintu pemasukan air digunakan untuk memasukkan

dari air payau yang mengalir di sungai Kepetingan dengan salinitas

harian selama pelaksanaan penelitian berkisar 8 promil sampai dengan

17 promil.

Suhu air harian di dalam petak tambak berkisar 28oC sampai

dengan 31oC pada siang hari dan berkisar 23

oC sampai dengan 25

oC

pada malam hari. Suhu terendah tercatat pada pagi hari berkisar antara

18oC sampai dengan 20

oC terjadi saat hujan turun di malam harinya.

Pengukuran suhu dilaksanakan secara periodik pada internal 8 jam setiap

dua hari sekali atau diukur secara purposive sampling pada saat terjadi

perubahan cuaca yang ekstrem untuk memperoleh gambaran aktual

perubahan suhu air di tambak.

Pengukuran suhu air dilakukan dengan menggunakan alat

termometer raksa dan termokoppel untuk membandingkan data hasil

pengukuran yang terbaik. Data dari kedua alat tersebut kemudian di

rata-rata untuk disajikan dalam bentuk data suhu harian air di tambak.

Pengukuran suhu dilakukan pada permukaan air tambak pada bagian

fotik dengan kedalaman 15 sampai 20 centimeter untuk memperoleh

gambaran konkret atas suhu aktual yang dialami oleh kepiting soka

dalam keranjang budidaya tersebut.

Kecerahan air selama penelitian tercatat berkisar antara 10 sampai

dengan 17 centimeter diukur pada pagi hari pukul 08.00 dan meningkat

menjadi 14 sampai dengan 22 centimeter pada pukul 12.00 siang hari

Page 16: Penelitian Model Budidaya Kepiting Soka Ramah Lingkungan Dan Stimulasi Teknis Penerapannya Di Tambak

16

kemudian turun mencapai 6 sampai 11 centimeter pada sore hari pukul

17.00. Warna air pada umumnya kuning tua kehijauan dengan populasi

dominan adalah zoo plankton dan algae jenis Diatomae.

Fisiologi kepiting saat bulan purnama dan bulan perbani

mengalami peningkatan aktivitas gerak dan nafsu makan. Kepiting dalam

box hitam menunjukkan aktivitas gerak yang lebih dinamis bila

dibandingkan dengan kepiting dalam box berwarna (hijau, biru dan

merah). Pada saat bulan purnama, nafsu makan kepiting meningkat dua

kali lipat dibandingkan hari biasanya; oleh karena itu perlu penambahan

porsi makanan agar kepiting tidak menjadi kurus dan lambat moulting.

Bibit kepiting yang akan dibudidayakan untuk menjadi kepiting

soka merupakan hasil penangkapan kepiting dari alam; oleh karena itu,

budidaya kepiting soka mutlak memerlukan dukungan sumberdaya alam

lestari dari hutan-hutan mangrove di sekitar pesisir sebagai habitat utama

kehidupan kepiting.

Syarat lain sebagai bibit soka maka kepiting harus gesit, anggota

badannya (capit, kaki jalan dan kaki renangnya) masih utuh serta

menunjukkan responsi yang baik saat dirangsang dengan gangguan fisik

langsung menunjukkan respon mencapit. Kepiting yang lemah, lemas

dan anggota badannya tidak lengkap kurang baik apabila dibudidayakan

menjadi kepiting soka.

Untuk menjaga kualitas air dengan pemodelan ramah lingkungan,

maka harus dihindari pemakaian bahan-bahan kimia baik untuk tujuan

pemupukan, asupan gizi dan pakan maupun untuk menjaga kualitas air.

Penggunaan probiotik dan pakan alami merupakan satu-satunya upaya

penting untuk menjaga agar pemodelan dalam budidaya memenuhi

persyaratan ramah lingkungan. Fluktuasi penurunan kualitas air dalam

petakan tambak dapat berlangsung sangat cepat dan terjadi beberapa

kali dalam sehari apabila kepadatan tebar per meter persegi dalam lahan

Page 17: Penelitian Model Budidaya Kepiting Soka Ramah Lingkungan Dan Stimulasi Teknis Penerapannya Di Tambak

17

budidaya relatif padat. Hal ini disebabkan residu dan sisa pakan yang

tidak termakan oleh kepiting serta kotoran yang dikeluarkan oleh

kepiting itu sendiri akan menambah jumlah cemaran dan polutan dalam

dasar tambak. Tujuan utama penggunaan probiotik dan pakan alami

yang ditumbuhkan dari zoo plankton dalam siklus makanan dalam air

adalah untuk meminimalisir terjadi pencemaran air dan dasar perairan

dalam tambak; sehingga racun alami yang dapat menyebabkan kematian

kepiting dapat dihindari secara alami pula.

4.2. Pemodelan Budidaya Kepiting Soka

Budidaya Kepiting dengan pola percepatan sirkulasi air terbukti

dapat menghasilkan angka kehidupan kepiting soka selama pemeliharaan

yang lebih tinggi dibandingkan dengan petakan budidaya yang tidak

menggunakan percepatan sirkulasi air. Dari 300 ekor kepiting dalam crab

boxes pada petak tanpa percepatan sirkulasi air diperoleh angka

kehidupan selama kurun pengamatan 30 hari sejumlah 264 ekor atau

hidup sebanyak 88 %.

Sedangkan kepiting soka yang dibudidayakan dalam petakan yang

menggunakan pola percepatan sirkulasi air dengan penambahan

pemakaian pompa air (luas petakan 2000 meter persegi untuk budidaya

300 ekor kepiting soka) diperoleh angka kehidupan selama kurun

pengamatan 30 hari sejumlah 292 ekor. Berarti kepiting yang mati

sejumlah 8 ekor saja dan yang hidup serta dapat melakukan proses

moulting dengan sempurna mencapai 97,3 %.

Budidaya kepiting dengan pola keseimbangan pakan alami dan

pakan asupan merupakan model pengelolaan pakan untuk budidaya

yang mutlak dilakukan untuk menghasilkan proses budidaya kepiting

soka ramah lingkungan. Keseimbangan pakan asupan berupa ikan rucah

Page 18: Penelitian Model Budidaya Kepiting Soka Ramah Lingkungan Dan Stimulasi Teknis Penerapannya Di Tambak

18

atau daging trisipan dengan pakan alami berupa implementasi teknik

bioteknologi dengan menggunakan probiotik agar populasi dan

kepadatan plankton di air menjadi stabil terbukti menghasilkan angka

kehidupan kepiting yang lebih baik. Pada petakan yang menggunakan

pola percepatan sirkulasi air dikombinasikan dengan penerapan

probiotik untuk menstabilkan siklus biologis di air selain angka

kehidupannya mencapai 97, 3 % maka tingkat stress kepiting dalam crab

boxes sangat rendah.

Budidaya kepiting dengan keranjang tunggal dari bahan plastik juga

telah terbukti lebih efektif bila dibandingkan dengan budidaya kepiting

soka dalam keranjang yang berisi lebih dari satu ekor. Uji coba yang

dilakukan pada petak pengamatan yang lain menunjukkan bahwa;

pemakaian keranjang tunggal menghasilkan kepiting yang utuh karena

dalam keranjang (crab boxes) tidak ada pemangsa. Sebaliknya, dalam

keranjang pemeliharaan yang lebih besar dan berisi lebih dari satu ekor

kepiting (uji coba dilakukan pada keranjang plastik ukuran 20 x 60 x 45

cm) dengan kepadatan 10 ekor kepiting membuktikan bahwa pada saat

pengamatan umur 30 hari hanya tersisa 4 ekor saja. Hal ini diduga

akibat sifat kanibalisme yang terjadi dalam keranjang dimana kepiting

yang mengalami fase moulting akan menjadi mangsa (makanan) bagi

kepiting yang sehat.

Budidaya kepiting dengan pola mutilasi dan pola alami

menunjukkan hasil pengamatan yang berbeda tidak signifikan. Hasil uji

coba menunjukkan bahwa mutilasi yang dilakukan dengan menggunting

atau memotong kaki hingga capit kepiting hanya akan menghasilkan

cacat pada pertumbuhan berikutnya, nafsu makan kepiting menjadi lebih

rendah, serta aktivitas dalam boxes menjadi berkurang. Dengan pola

alami nafsu makan kepiting akan terjaga tetap tinggi serta aktivitasnya

tinggi sehingga akan mengalami moulting tepat pada waktunya.

Page 19: Penelitian Model Budidaya Kepiting Soka Ramah Lingkungan Dan Stimulasi Teknis Penerapannya Di Tambak

19

Kecepatan moulting sebenarnya lebih disebabkan oleh faktor stressor

lingkungan (dalam hal ini kualitas air tambak), tingginya nafsu makan,

aktivitas dalam kotak serta umur (kulit luar/cangkang) kepiting itu sendiri

pada saat dimasukkan kedalam crab boxes. Hasil pengamatan

menunjukkan bahwa rata-rata kepiting pada kotak yang dimutilasi akan

berganti kulit pada umur budidaya 14 sampai 17 hari sedangkan kepiting

yang tidak dimutilasi akan mengalami fase ganti kulit pada umur

budidaya 16 sampai 18 hari.

4.3. Analisis Perlakuan Warna Pada Crab Boxes

Crab boxes hitam; menunjukkan hasil interaksi yang terbaik

diantara crab boxes berwarna lainnya. Sifat alami kepiting yang suka

terhadap lumpur dan suasana gelap (taksis negatif) akan membantu

kepiting untuk meningkatkan nafsu makannya sehingga cepat mengalami

fase ganti kulit (moulting). Hasil pengamatan selama penelitian

menunjukkan bahwa:

a. Tingkat kehidupan; kepiting yang dibudidayakan dalam kotak

berwarna hitam ini menghasilkan angka kehidupan mencapai 95 %.

Dari 200 ekor kepiting dalam kotak selama satu siklus purnama dan

perbani (30 hari) hanya terdapat rata-rata 8 ekor yang mengalami

kematian sebelum dipanen. Kepiting yang mati diganti dengan

kepiting yang baru dan dicatat tanggal dan saat memasukkannya ke

dalam box hingga saat panen.

b. Nafsu makan; kepiting dalam kotak yang berwarna hitam ternyata

merupakan komunitas yang paling cepat menghabiskan makanannya.

Dengan takaran pakan yang sama yaitu daging ikan rucah tawar 30

gram per sekali makan (pemberian ransum pakan sebanyak 3 kali

sehari yaitu pada pukul 7 pagi, pukul 15 sore hari dan pukul 11

Page 20: Penelitian Model Budidaya Kepiting Soka Ramah Lingkungan Dan Stimulasi Teknis Penerapannya Di Tambak

20

malam hari) rata-rata akan dihabiskan dalam waktu sekitar 4 menit

saja.

c. Kepekaan terhadap rangsang; kepiting yang dipelihara sampai fase

moulting dalam kotak hitam menunjukkan perilaku yang sangat

reaktif terhadap faktor eksternal. Hasil uji untuk memperoleh data

mengenai kepekaan (responsi) terhadap gangguan dengan

menggunakan potongan kayu pada saat pemberian pakan

menunjukkan bahwa seluruh kepiting langsung bereaksi untuik

mencapit potongan kayu dengan kedua sisi bagian capitnya.

d. Laju kecepatan moulting; kepiting dalam kotak berwarna hitam rata-

rata mencapai fase moulting dalam waktu 14 hari.

Crab boxes hijau; menunjukkan hasil interaksi yang cukup baik

diantara crab boxes berwarna lainnya. Sifat alami kepiting yang suka

terhadap lumpur dan suasana gelap (taksis negatif) dalam kotak

berwarna hijau kurang dapat memenuhi kondisi sebagaimana yang

diharapkan oleh kepiting sehingga kurang dapat meningkatkan nafsu

makannya. Hasil pengamatan selama penelitian menunjukkan bahwa:

a. Tingkat kehidupan; kepiting yang dibudidayakan dalam kotak

berwarna hijau ini menghasilkan angka kehidupan mencapai 90 %.

Dari 200 ekor kepiting dalam kotak selama satu siklus purnama dan

perbani (30 hari) hanya terdapat rata-rata 11 ekor yang mengalami

kematian sebelum dipanen. Kepiting yang mati diganti dengan

kepiting yang baru dan dicatat tanggal dan saat memasukkannya ke

dalam box hingga saat panen.

b. Nafsu makan; kepiting dalam kotak yang berwarna hijau termasuk

relatif cepat menghabiskan makanan (pakan) yang diberikan. Dengan

takaran pakan yang sama yaitu daging ikan rucah tawar 30 gram per

sekali makan (pemberian ransum pakan sebanyak 3 kali sehari yaitu

pada pukul 7 pagi, pukul 15 sore hari dan pukul 11 malam hari) rata-

Page 21: Penelitian Model Budidaya Kepiting Soka Ramah Lingkungan Dan Stimulasi Teknis Penerapannya Di Tambak

21

rata akan dihabiskan dalam waktu sekitar 7 menit atau lebih lama 3

menit dibandingkan dengan kepiting yang dipelihara dalam kotak

berwarna hitam.

c. Kepekaan terhadap rangsang; kepiting yang dipelihara sampai fase

moulting dalam kotak hijau menunjukkan perilaku yang reaktif

terhadap faktor eksternal. Hasil uji untuk memperoleh data mengenai

kepekaan (responsi) terhadap gangguan dengan menggunakan

potongan kayu pada saat pemberian pakan menunjukkan bahwa

mayoritas kepiting langsung bereaksi untuik mencapit potongan kayu

dengan kedua sisi bagian capitnya. Beberapa kepiting merespon

dengan capitnya setelah diganggu selama lebih dari 10 detik.

d. Laju kecepatan moulting; kepiting dalam kotak berwarna hijau rata-

rata mencapai fase moulting dalam waktu 19 hari.

Crab boxes biru; menunjukkan hasil interaksi yang kurang baik

diantara crab boxes berwarna lainnya. Sifat alami kepiting yang suka

terhadap lumpur dan suasana gelap (taksis negatif) untuk meningkatkan

nafsu makannya sehingga cepat mengalami fase ganti kulit (moulting)

terbukti tidak dapat dipenuhi oleh karakter warna biru dari kotak.

Diduga; warna biru memberikan efek yang cerah terhadap suasana

dalam kotak, sehingga kepiting yang dibudidayakan tidak dapat merasa

nyaman dalam wadahnya. Hasil pengamatan selama penelitian

menunjukkan bahwa:

a. Tingkat kehidupan; kepiting yang dibudidayakan dalam kotak

berwarna biru ini menghasilkan angka kehidupan relatif terendah

diantara kotak berwarna lainnya yaitu hanya 80 %. Dari 200 ekor

kepiting dalam kotak selama satu siklus purnama dan perbani (30

hari) hanya terdapat 39 ekor yang mengalami kematian sebelum

dipanen. Kepiting yang mati diganti dengan kepiting yang baru dan

Page 22: Penelitian Model Budidaya Kepiting Soka Ramah Lingkungan Dan Stimulasi Teknis Penerapannya Di Tambak

22

dicatat tanggal dan saat memasukkannya ke dalam box hingga saat

panen.

b. Nafsu makan; kepiting dalam kotak yang berwarna biru ternyata juga

merupakan komunitas yang cukup cepat menghabiskan makanannya.

Dengan takaran pakan yang sama yaitu daging ikan rucah tawar 30

gram per sekali makan (pemberian ransum pakan sebanyak 3 kali

sehari yaitu pada pukul 7 pagi, pukul 15 sore hari dan pukul 11

malam hari) rata-rata akan dihabiskan dalam waktu 5 menit saja.

c. Kepekaan terhadap rangsang; kepiting yang dipelihara sampai fase

moulting dalam kotak biru menunjukkan perilaku yang sangat reaktif

terhadap faktor eksternal. Hasil uji untuk memperoleh data mengenai

kepekaan (responsi) terhadap gangguan dengan menggunakan

potongan kayu pada saat pemberian pakan menunjukkan bahwa

seluruh kepiting langsung bereaksi untuik mencapit potongan kayu

dengan kedua sisi bagian capitnya. Akan tetapi, penggunaan kotak

biru yang menghasilkan responsi sangat cepat oleh kepiting diduga

didominasi oleh faktor stressor lingkungan yang dialami oleh kepiting

akibat suasana dalam wadah yang tercipta oleh nuansa warna biru.

d. Laju kecepatan moulting; kepiting dalam kotak berwarna biru rata-

rata mencapai fase moulting dalam waktu 19 hari.

Crab boxes merah; menunjukkan hasil interaksi yang terbaik

diantara crab boxes berwarna lainnya. Sifat alami kepiting yang suka

terhadap lumpur dan suasana gelap (taksis negatif) akan membantu

kepiting untuk meningkatkan nafsu makannya sehingga cepat mengalami

fase ganti kulit (moulting). Hasil pengamatan selama penelitian

menunjukkan bahwa:

e. Tingkat kehidupan; kepiting yang dibudidayakan dalam kotak

berwarna hitam ini menghasilkan angka kehidupan mencapai 95 %.

Dari 200 ekor kepiting dalam kotak selama satu siklus purnama dan

Page 23: Penelitian Model Budidaya Kepiting Soka Ramah Lingkungan Dan Stimulasi Teknis Penerapannya Di Tambak

23

perbani (30 hari) hanya terdapat rata-rata 8 ekor yang mengalami

kematian sebelum dipanen.

f. Nafsu makan; kepitng dalam kotak yang berwarna hitam ternyata

merupakan komunitas yang paling cepat menghabiskan makanannya.

Dengan takaran pakan yang sama yaitu daging ikan rucah tawar 30

gram per sekali makan (pemberian ransum pakan sebanyak 3 kali

sehari yaitu pada pukul 7 pagi, pukul 15 sore hari dan pukul 11

malam hari) rata-rata akan dihabiskan dalam waktu sekitar 4 menit

saja.

g. Kepekaan terhadap rangsang; kepiting yang dipelihara sampai fase

moulting dalam kotak hitam menunjukkan perilaku yang sangat

reaktif terhadap faktor eksternal. Hasil uji untuk memperoleh data

mengenai kepekaan (responsi) terhadap gangguan dengan

menggunakan potongan kayu pada saat pemberian pakan

menunjukkan bahwa seluruh kepiting langsung bereaksi untuik

mencapit potongan kayu dengan kedua sisi bagian capitnya.

h. Laju kecepatan moulting; kepiting dalam kotak berwarna hitam rata-

rata mencapai fase moulting dalam waktu 14 hari.

4.4. Analisis Perlakuan Sirkulasi Air

Sirkulasi dengan pasang surut air sungai mengikuti pola pasang

purnama dan pasang perbani. Model sirkulasi ini memiliki kelemahan

dan berbagai kelebihan yang mana dalam penelitian ini nampak bahwa:

dalam usaha budidaya kepiting soka, maka sirkulasi air dalam petakan

harus selalu dijaga untuk kepentingan meningkatkan kadar oksigen

terlarut (DO/Dissolved Oksigen); nilai kebutuhan oksigen untuk

kehidupan secara biologis di air (BOD/Biologycal Oksigen Demand);

nilai komponen kimia air (COD/Chemical Oksigen Demand) dan

Page 24: Penelitian Model Budidaya Kepiting Soka Ramah Lingkungan Dan Stimulasi Teknis Penerapannya Di Tambak

24

keseimbangan siklus biologis (N, P, K dan rantai makanan) dalam petak

air tambak tempak budidaya kepiting soka.

Kelemahan dari sirkulasi dengan pasang surut adalah keterbatasan

waktu dalam memasukkan dan mengeluarkan air (sirkulasi) karena harus

mengikuti pola pasang surut. Disamping itu juga apabila kualitas air

untuk sirkulasi pada saat dikehendaki ternyata memburuk, maka

petambak kepiting tidak mempunyai banyak pilihan kecuali memasukkan

atau tidak air dari sungai/laut.

Kelebihan dari sirkulasi air dengan pasang surut adalah upaya

menghemat biaya tenaga kerja, menghemat investasi karena cukup

hanya mengandalkan teknis pekerjaan memasukkan-mengeluarkan air

melalui pintu air saja (tumpang) serta dalam sirkulasi ini dapat diperoleh

debit dan volume air dalam jumlah yang relatif besar dalam waktu yang

lebih singkat.

Sirkulasi rutin dengan menggunakan pompa air nampaknya

memberikan hasil yang lebih baik dalam budidaya kepiting soka. Untuk

mendukung siklus kimia maupun biologis dalam air tambak maka

pemakaian pompa air akan sangat membantu keberlanjutan siklus

tersebut karena air dari sungai atau laut yang dibutuhkan dapat

diperoleh setiap saat.

Hasil penelitian secara teknis terhadap hasil perolehan kepiting soka

selama budidaya 30 hari menunjukkan bahwa petakan yang sirkulasi

airnya diberikan secara rutin dengan menggunakan pompa air

menghasilkan kepiting soka yang lebih cepat mengalami fase ganti kulit

(moulting), menekan angka kematian hingga 5 % saja serta stabilitas

kimia maupun biologis air relatif stabil yang dibuktikan dengan

parameter kecerahan, warna air dan kepadatan serta pertumbuhan jenis

plankton yang ada di air.

Page 25: Penelitian Model Budidaya Kepiting Soka Ramah Lingkungan Dan Stimulasi Teknis Penerapannya Di Tambak

25

4.5. Analisis Kelayakan Usaha

Hasil analisis diperoleh bahwa untuk menghasilkan satu kilogram

soft shelling crab hanya dibutuhkan biaya wadah sebesar Rp 200,-,

dibanding dengan menggunakan wadah plastik dan karet dibutuhkan

biaya Rp 1,500,- dan Rp 525,-. Oleh karena itu, dengan menggunakan

wadah bambu dapat menambah keuntungan, sehingga pengembalian

biaya invertasi pembudidaya lebih cepat.

Budidaya kepiting soka ramah lingkungan sangat layak

dikembangkan untuk usaha rakyat skala kecil dan menengah dengan

perputaran modal dasar usaha berkisar 10 hingga 50 juta rupiah. Model

budidaya ramah lingkungan dilaksanakn dengan memperhatikan faktor-

faktor keseimbangan lingkungan selama kegiatan budidaya berlangsung.

Faktor keseimbangan lingkungan yang harus diperhatikan dalam

menerapkan model budidaya kepiting soka ramah lingkungan adalah:

a. Model sirkulasi air seyogyanya memperhatikan sirkulasi dengan

pola alami mengikuti pasang surut air laut pada pasang purnama

maupun pasang perbani. Cara memperoleh air adalah dengan

memasukkan air ke dalam petak tambak pada saat air pasang sudah

mulai mencapai ketinggian pasang lebih dari 60 % dan

polutan/kotoran di aliran air sungai dapat dipastikan tidak ikut

masuk ke dalam petakan tambak.

b. Model pemberian pakan sebaiknya memperbanyak pakan ikan

segar untuk mengurangi efek pencemaran. Upaya menumbuhkan

pakan alami berupa zoo plankton juga sangat penting dilakukan

untuk mempercepat proses pembentukan kepiting soka.

c. Model pemakaian wadah dari plastik sebaiknya menggunakan

plastik berwarna hitam dengan rongga yang relatif besar untuk

sirkulasi air agar tidak terjadi akumulasi kotoran dalam wadah (crab

boxes).

Page 26: Penelitian Model Budidaya Kepiting Soka Ramah Lingkungan Dan Stimulasi Teknis Penerapannya Di Tambak

26

4.6. Visualisasi Kegiatan Penelitian

Rangkaian kegiatan penelitian mengenai model budidaya kepiting

soka ramah lingkungan dan stimulasi teknis penerapannya di tambak

yang dilakukan selama 75 hari di tambak eks tambak udang intensif di

pesisir wilayah kabupaten Sidoarjo telah berhasil menunjukkan kepada

masyarakat terutama para petambak/petani ikan akan peluang usaha

baru dalam bidang pertambakan.

Budidaya kepiting untuk menghasilkan kepiting soka (kepiting

cangkang lunak) terbukti dapat dilakukan pada lahan atau petakan yang

kecil dengan produktivitas yang tinggi. Proses penelitian yang melibatkan

keikutsertaan masyarakat untuk bersama-sama melakukan pekerjaan

teknis sesuai prosedur/metodologi; mengikuti proses pengamatan dan

pencatatan tahapan-tahapan budidaya serta melakukan FGD terhadap

kinerja penelitian diyakini telah memberikan wacana adaptif pola

penerapan budidaya kepiting soka sekaligus menjadi stimulasi bagi

masyarakat untuk segera mengimplementasikan inovasi dalam budidaya

kepiting soka.

Lokasi uji coba penelitian model

budidaya kepiting soka ramah

lingkungan dan stimulasi teknis

penerapannya di tambak.

Persiapan crab boxes dengan

perlakuan berbagai warna (biru,

merah, hijau dan hitam).

Page 27: Penelitian Model Budidaya Kepiting Soka Ramah Lingkungan Dan Stimulasi Teknis Penerapannya Di Tambak

27

Pembentukan kualitas air dengan

indikator warna air untuk

keseimbangan siklus biologi di air

dalam petakan. Warna air yang

baik adalah kuning kehijauan.

Bibit kepiting yang akan

dibudidayakan menjadi kepiting

soka.

Pemasangan crab boxes dan

pengaturan line crab boxes untuk

memudahkan kontrol dan

pemberian pakan.

Line crab boxes berwarna hitam,

merah, biru dan hijau

Tim monitoring mengamati

berbagai perlakuan berbeda

Kepiting soka hasil budidaya

ramah lingkungan yang siap

dipasarkan.

Page 28: Penelitian Model Budidaya Kepiting Soka Ramah Lingkungan Dan Stimulasi Teknis Penerapannya Di Tambak

28

V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1. Kesimpulan

Hasil penelitian dan pengembangan model budidaya kepiting soka

ramah lingkungan berikut stimulasi teknis penerqapannya di tambak

yang telah dilaksanakan dalam serangkaian kegiatan ini dapat

disimpulkan sebagai berikut:

a. Budidaya kepiting soka dapat dilaksanakan pada petak tambak yang

relatif kecil dengan pola sirkulasi air yang baik.

b. Perlakuan sirkulasi air yang baik dikombinasikan dengan pola

keseimbangan pakan alami dan pakan asupan terbukti dapat

menghasilkan angka kehidupan kepiting soka mencapai 97,3 % atau

292 ekor kepiting hidup dan moulting dengan sempurna dari total

300 ekor yang diamati.

c. Budidaya pola keranjang tunggal sebaiknya dilakukan pada

keranjang (crb boxes) berwarna hitam karena menghasilkan angka

kehidupan lebih dari 95 % selama pengamatan. Kepiting dalam

keranjang hitam tidak mengalami stress dan masa budidaya untuk

mencapai moulting lebih pendek yaitu berkisar antara 14 sampai

dengan 17 hari saja.

5.2. Rekomendasi

Dari hasil penelitian dapat direkomendasikan beberapa hal sebagai

berikut:

Budidaya kepiting soka dapat disosialisasikan dan dikembangkan

sebagai upaya fasilitasi Pemerintah dalam memberikan solusi kepada

masyarakat petani ikan/petambak untuk mendayagunakan tambaknya

pasca pertambakan udang intensif yang rawan penyakit.

Page 29: Penelitian Model Budidaya Kepiting Soka Ramah Lingkungan Dan Stimulasi Teknis Penerapannya Di Tambak

29

Budidaya sebaiknya dilakukan dengan model manajemen sirkulasi air

yang baik serta pemberian pakan alami dan pakan asupan yang

seimbang.

Perlunya penelitian lanjutan yang inovatif dan implementatif

sebagaimana diharapkan masyarakat mengenai model manajemen

pengelolaan budidaya kepiting dengan pendekatan manajemen

sumberdaya lestari (maximum sustainable yield) sehingga akan dapat

ditemukan berapa angka sebenarnya yang dapat memadukan

keseimbangan alam sebagai faktor daya dukung lahan dengan

produktivitas (kepadatan tebar kepiting per meter persegi luas

budidaya).

Page 30: Penelitian Model Budidaya Kepiting Soka Ramah Lingkungan Dan Stimulasi Teknis Penerapannya Di Tambak

30

REFERENSI DAN KEPUSTAKAAN

Avnimelech, Y. 1999. Carbon and nitrogen ratio as a control element in

aquaculture system. Aquaculture. 176 : 227 – 235.

Boyd, A.W. and A.W. Arlo. 1992. Pond monitoring and management. In.

Fast, A.W. and Lester L.J. (Eds). Marine Shrimp Culture : Principles and

Practices, pp. 497 - 514.

Dahuri, R. 2002. Membangun Kembali Perekonomian Indonesia melalui

Sektor Perikanan dan Kelautan. LISPI. Jakarta.

FAO. 2008. Ikan Dalam Rantai Pangan Dunia. Disadur dari bahan presentasi

FAO pada World Seafood Congress ke- 7 di Dublin, Irlandia September

2007

Hargreaves, J.A. 1988. Nitrogen biogeochemistry of aquaculture pond.

Aquaculture. 166 : 181 – 212.

Muskar, Yushinta Fujaya. 2008. Pedoman teknis budidaya kepiting di tambak.

Fakultas Perikanan Universitas Hasanudin. Makasar.

Tjahjadi,M.R., S.I. Angka. and A. Soewanto. 1994. Isolation and evaluation of

marine bacteria for biocontrol of luminous bacterial disease in tiger

shrimp larvae (Penaeus monodon Fab.). Asian Pasific Journal of

Molecular Biology and Biotechnology. 2(4) : 347 – 352.

Wisjnuprapto. 1996. Bioremidiasi. Manfaat dan pengembangannya. Dalam P.

Citroreksoko, A. Setiana, M.A. Subroto dan D. Tisnadjaja (Eds). Peranan

Bioremidiasi dalam Pengelolaan Lingkungan. Puslitbang Bioteknologi

LIPI. Cibinong Bogor. P. 173 – 185.