metode pembelajaran pendidikan agama...
TRANSCRIPT
i
METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
BAGI ANAK INKLUSI DI SMP NEGERI 7 SALATIGA
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh :
Astri Laelatul Fadhilah
NIM : 111-14-091
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2018
ii
iii
METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
BAGI ANAK INKLUSI DI SMP NEGERI 7 SALATIGA
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh :
Astri Laelatul Fadhilah
NIM : 111-14-091
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2018
iv
Dr. Fatchurrohman, S.Ag.,M.Pd
Dosen IAIN Salatiga
Persetujuan Pembimbing
Lamp : 4 Eksemplar
Hal : Naskah Skripsi
Kepada:
Yth. Dekan FTIK IAIN Salatiga
Di Salatiga
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan koreksi, maka naskah
skripsi mahasiswa:
Nama : Astri Laelatul Fadhilah
NIM : 111-14-091
Jurusan : S1-Pendidikan Agama Islam
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Judul : Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Bagi Anak
Inklusi di SMP Negeri 7 Salatiga tahun pelajaran 2017/2018.
Dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga untuk
diujikan dalam sidang munaqosyah. Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk
menjadi perhatian dan digunakan sebagaimana mestinya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
v
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN Jalan Lingkar Salatiga KM.2 Telepon (0298) 6031364 Kode Pos 50716 Salatiga
Website:http://tarbiyah.iainsalatiga.ac.id e-mail: [email protected]
SKRIPSI
METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
BAGI ANAK INKLUSI DI SMP NEGERI 7 SALATIGA
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Disusun Oleh:
Astri Laelatul Fadhilah
NIM.111-14-091
Telah dipertahankan didepan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan
Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Salatiga, pada tanggal 26 Maret 2018 dan telah dinyatakan memenuhi syarat
guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.
vi
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
DAN
KESEDIAAN DIPUBLIKASIKAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Astri Laelatul Fadhilah
NIM : 11114091
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang
lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Skripsi ini diperbolehkan untuk di Publikasikan oleh Perpustakaan IAIN Salatiga.
vii
MOTTO
فىا حس نت قويم)ل االنسا ن ا قنا (4قدخ
“ Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-
baiknya”
(Surah At-Tin : 4)
viii
PERSEMBAHAN
Atas rasa bersyukurnya kepada Allah SWT, karya skripsi ini penulis persembahkan
untuk:
Orang tuaku tercinta Bapak Muh Sinin dan Ibu Munasarah yang senantiasa
mencurahkan kasih sayang,dukungan, dan doa yang tidak pernah putus.
Kakak-kakakku Aris Subkhi, Indri Musafi, Atik Susanti, Rizka Dewi
Rahmawati yang selama ini selalu mendukungku dalam segala hal
Bulikku Suharsini S.Ag dan paklik Maftuhan S.Ag yang tidak pernah lelah
mengingatkanku, memotivasiku, dan menjadi orang tuaku selama tinggal di
Salatiga.
Bapak Dr. Fatchurrohman, S.Ag.,M.Pd yang telah sabar dalam membimbing,
mengarahkan dan memberi masukan-masukan dalam menyusun skripsi ini
Sahabat-sahabatku Siti Rizqi Utami, Alfi Likhayati, Elfa Rahma A, Aulina
Salsabila, Nurul Fadillah, Ririn Nur Fardani L dan Tyas Astina Suciyati yang
selalu mendukung aku dalam menyelesaikan skripsi ini.
Dwi Afriyanto yang telah mendoakan dalam menyelesaikan skripsi .
Semua teman-teman organisasi DEMA, SEMA dan PMII yang telah
memberikan pengalaman lebih.
Semua pihak yang selalu memberi semangat dan dukungan bagi penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
ix
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah dan taufiqnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Sholawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi Agung
Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya kejalan kebenaran dan keadilan.
Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi
syarat guna untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan. Adapun judul skripsi ini
adalah “ Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Bagi Anak Inklusi di SMP
Negeri 7 Salatiga tahun Pelajaran 2017/2018”. Penulisan skripsi ini dapat selesai
tidak lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun
materil. Dengan penuh kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga
3. Ibu Siti Rukhayati M.Ag selaku ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
4. Bapak Dr. Fatchurrohman, S.Ag.,M.Pd selaku Dosen Pembimbing yang telah
membimbing, mengarahkan, dan memberikan masukan dalam penyusunan
skripsi ini.
5. Segenap dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang telah memberikan bekal
pengetahuan, sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini.
x
6. Ibu Dra. Anna Maria Andharini, M.Pd selaku Kepala Sekolah SMP N 7
Salatiga yang telah mengijinkan penulis mengadakan penelitian dalam rangka
menyusun skripsi.
7. Bapak Dimiyathi, Bapak Muhammad Sintoro, dan Ibu Laily Atiqoh selaku
guru Pendidikan Agama Islam, Bapak Sudiyo selaku guru Pembimbing
Khusus, Ibu Vita selaku karyawan TU dan segenap keluarga besar SMP N 7
Salatiga yang telah memberikan banyak informasi kepada penulis.
8. Ibu dan Bapak penulis, yang telah memberikan dukungan dan doa restu atas
penyusunan skripsi
9. Semua pihak yang ikut serta memberikan motivasi dan dorongan dalam
penulisan skripsi.
Harapan penulis, semoga amal baik dari beliau mendapatkan balasan yang
setimpal dan mendapatkan ridho Allah SWT. Akhirnya dengan tulisan ini semoga
bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya.
xi
DAFTAR ISI
SAMPUL...................................................................................................... i
LOGO........................................................................................................... ii
JUDUL.......................................................................................................... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING.............................................................. iv
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................... v
DEKLARASI............................................................................................... vi
MOTTO........................................................................................................ vii
PERSEMBAHAN........................................................................................ viii
KATA PENGANTAR................................................................................. ix
DAFTAR ISI................................................................................................ xi
ABSTRAK.................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL........................................................................................ xiv
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 6
C. Tujuan Penelitian.................................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian................................................................................ 6
E. Penegasan Istilah.................................................................................. 8
F. Metode Penelitian................................................................................. 10
xii
G. Sistematika Penulisan........................................................................... 19
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pendidikan Agama Islam.................................................................... 21
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam............................................ 21
2. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Agama Islam............................... 23
3. Ruang Lingkup Pembelajaran Pendidikan Agama Islam............. 25
4. Komponen Pelaksanaan Pembelajaran PAI................................. 26
B. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam................................ 27
1. Pengertian Metode Pembelajaran PAI.......................................... 27
2. Macam-macam Metode Pembelajaran PAI.................................. 29
C. Anak Inklusi (Anak Berkebutuhan Khusus)....................................... 32
1. Pengertian Anak Inklusi (Anak Berkebutuhan Khusus)............... 32
2. Pengertian Pendidikan Inklusi...................................................... 33
3. Jenis-jenis Anak Inklusi (ABK)................................................... 38
4. Karakteristik Anak Inklusi (ABK)............................................... 41
5. Metode Pembelajaran Anak Inklusi (ABK)................................. 44
D. Kajian Penelitian Terdahulu............................................................... 47
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum SMP N 7 Salatiga.................................................. 51
1. Sejarah Berdirinya SMP N 7 Salatiga........................................... 51
xiii
2. Visi dan Misi SMP N 7 Salatiga................................................... 52
3. Profil Sekolah................................................................................ 53
4. Sarana Prasarana........................................................................... 56
B. Temuan Penelitian.............................................................................. 58
1. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Bagi Anak Inklusi
di SMP N 7 Salatiga..........................................................
58
2. Faktor Pendukung Dan Penghambat Dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam Bagi Anak Inklusi di SMP N 7
Salatiga..........................................................................................
67
BAB IV PEMBAHASAN
A. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Bagi Anak Inklusi di
SMP N 7 Salatiga............................................................................
71
B. Faktor Pendukung Dan Penghambat Dalam Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam Bagi Anak Inklusi di SMP N 7
Salatiga................................................................................................
89
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................................... 92
B. Saran ................................................................................................... 93
C. Penutup ............................................................................................... 94
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiv
ABSTRAK
Fadhilah, Astri Laelatul. 2018. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Bagi
Anak Inklusi di SMP Negeri 7 Salatiga Tahun Pelajaran 2017/2018. Skripsi
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam.
Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing:
Dr.Fatchurrohman,S.Ag.,M.Pd.
Kata Kunci: Metode Pembelajaran, Pendidikan Agama Islam, Anak Inklusi (Anak
Berkebutuhan Khusus)
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui 1) metode pembelajaran pendidikan
agama Islam bagi anak inklusi di SMP Negeri 7 Salatiga, 2) mengetahui faktor
pendukung dan penghambat dalam pembelajaran pendidikan agama islam di SMP
Negeri 7 Salatiga. Oleh karena itu, guru dalam penyampaian materi harus
menggunakan metode yang dapat diketahui langsung oleh siswanya dan yang
menjadi faktor pendukung atau penghambat dalam pembelajaran bagi anak inklusi.
Metode yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian
dimulai mulai bulan November 2017 di SMP N 7 Salatiga. Teknik pengumpulan data
dengan wawancara kepada Guru Pendidikan Agama Islam, Guru Pembimbing
Khusus (GPK), dan anak inklusi. Data di kumpulkan dengan observasi,dan
dokumentasi kemudian data ditranskip menjadi data yang lengkap.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa: metode pembelajaran Pendidikan
Agama Islam bagi anak inklusi itu sama dalam satu kelas dengan waktu yang sama
yaitu dengan metode ceramah, diskusi, demonstrasi, drill, pembiasaan dll.
Perbedaannya terlihat dalam perhatian khusus seorang guru dan memberikan jam
tambahan secara pribadi, akan tetapi tambahan pelajaran ini tidak menjadi program
inklusi melainkan tergantung sama guru mata pelajarannya agar anak inklusi tersebut
tidak tertinggal dengan anak normal lainnya. Dulu program tambahan belajar itu
sudah berjalan akan tetapi untuk tahun ini program tersebut belum berjalan kembali.
Faktor pendukung yaitu secara internal adalah faktor keluarga, siswa sendiri, dan
secara eksternal adalah faktor dari guru dan dinas pendidikan. Faktor penghambat
dalam pembelajaran PAI bagi anak inklusi yaitu secara internal dari guru sendiri dan
secara eksternal adalah dari sarana prasarana, program inklusi, pendanaan. Solusi dari
semua penghambat yaitu agar sekolah dapat menjalankan program inklusi dan guru
pembimbing khusus yang pada ranahnya dan pencairan dana dari pemerintah untuk
anak inklusi.
xv
DAFTAR TABEL
1. Tabel 3.1 Data Guru Pengurus Inklusi.............................................................54
2. Tabel 3.2 Jumlah Siswa....................................................................................54
3. Tabel 3.3 Jumlah Siswa Menurut Agama........................................................55
4. Tabel 3.4 Data Siswa Inklusi...........................................................................56
5. Tabel 4.1 Data ruang sarana dan prasarana SMP N 7 Salatiga........................57
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 2 : Lembar Pedoman Wawancara
Lampiran 3 : Lembar Verbatin Wawancara
Lampiran 4 : Dokumentasi
Lampiran 5 : RPP
Lampiran 6 : Surat Permohonan Ijin Penelitian
Lampiran 7 : Surat Sudah Melakukan Penelitian
Lampiran 8 : Surat Penunjukan Pembimbing
Lampiran 9 : Lembar Konsultasi Skripsi
Lampiran 10 : Daftar Nilai SKK
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan makhluk Allah yang paling sempurna dan sebaik-
baiknya ciptaan yang mempunyai fitrah sebagai makhluk hidup yang memilliki
kemampuan untuk berfikir, berkreasi, beragama serta kemampuan untuk
berinteraksi dengan lingkungannya. Untuk itu manusia tidak mungkin hidup
sendiri maka manusia pasti membutuhkan bantuan orang lain untuk
mengembangkan beberapa potensi yang dimiliki agar berguna bagi Agama,
Bangsa dan Negara. Salah satu bentuk bantuan yang bisa diperoleh adalah melalui
proses pendidikan karena dengan pendidikan kita dapat membuka pintu yang
telah tertutup.
Hakikat pendidikan disebutkan dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang
Sisdiknas dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Pendidikan merupakan hak dan kewajiban bagi setiap individu untuk
memanfaatkan semua potensi yang dimilikinya. Menurut Jejen Musfah (2015:9),
menjelaskan bahwa pendidikan mencakup tiga aspek. Pertama, usaha sadar dan
2
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran.
Pendidikan harus disiapkan dengan matang mulai dari mutu guru, kelas, media,
metode, evaluasi hingga prasarana pendukung keberhasilan pendidikan. Persiapan
yang matang ini akan menentukan keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran.
Kedua, potensi peserta didik berupa sikap, pengetahuan, dan ketrampilan.
Pendidikan harus menyentuh aspek afektif, kognitif, dan psikomotorik. Ketiga,
ilmu yang bermanfaat bagi individu, masyarakat, dan bangsa. Maksudnya
pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan akhlak, ketrampilan, dan
pengetahuan anak dan pemuda disekolah atau dirumah, agar mereka hidup
bahagia dan bermanfaat.
Dalam pendidikan ada suatu pembelajaran. Menurut Ahmad Izzan dan
Saehudin (2012: 61), pembelajaran ini merupakan suatu proses perubahan, yaitu
perubahan perilaku yang dilakukan oleh individu secara keseluruhan, sebagai
hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi lingkungannya.
Pembelajaran yang maksimal dapat terwujud dengan beberapa aspek yaitu
dengan cara metode yang tepat bagi peserta didik. Oleh karena itu, metode
harusnya sesuai dengan karakter peserta didik. Dijelaskan dalam firman Allah
SWT dalam Q.S Al- Maidah ayat 67 yang berbunyi:
سول بلغ ما أنزل إليك من ربك وإن لم تفعل فما يا أيها الر
ال يهدي القوم بلغت ر يعصمك من الناس إن للا سالته وللا
(٦٧الكافرين )
3
Artinya : “Wahai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu tuhanmu.
Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak
menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia.
Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir” (QS. Al-
Maidah: 67).
Ayat di atas menjelaskan bahwa metode merupakan hal yang sangat penting
dalam proses belajar mengajar di lembaga pendidikan. Apabila proses
pendidikan tidak menggunakan metode yang tepat maka akan sulit untuk
mendapatkan tujuan pembelajaran yang di harapkan. Adapun kendala
penggunaan metode yang tepat dalam mengajar banyak dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu ketrampilan guru belum memadai, kurangnya sarana
prasarana, kondisi lingkungan pendidikan dan kebijakan lembaga pendidikan.
Guru dituntut untuk lebih profesional dalam segala hal mengenai
pendidikan, utamanya dalam mendidik siswa sehingga tidak heran baik buruknya
pendidikan tidak hanya terletak pada kurikulum tetapi juga pada profesionalisme
guru. Demiikian pula dengan pendidikan agama juga sangat penting, karena
merupakan kebutuhan setiap individu terutama dalam hal ibadah dalam
kehidupan sehari-hari. Pendidikan agama merupakan hal paling mendasar yang
harus diberikan kepada semua peserta didik sebagai bekal kehidupan. Metode
pembelajaran pendidikan agama islam yang sering di gunakan oleh guru
biasanya metode ceramah, metode diskusi dan metode praktik.
Perwujudan pendidikan agama pada sekolah terangkum dalam mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam yang merupakan mata pelajaran yang
dijadikan kurikulum wajib untuk dipelajari oleh semua peserta didik yang
4
beragama islam. Pentingnya mempelajari ilmu agama bermakna sangat luas,
tidak memandang kondisi seseorang itu normal ataupun memiliki keterbatasan
mental, fisik maupun perilaku. Anak yang memiliki keterbatasan tersebut juga
berhak mendapatkan pendidikan yang sama dengan anak normal pada umumnya.
E. Kosasih (2012: 1), mengemukakan bahwa anak berkebutuhan khusus
(ABK) ini diartikan sebagai anak yang lambat (slow) atau mengalami gangguan
(retarded) yang tidak akan pernah berhasil di sekolah sebagaimana anak-anak
pada umumnya. Anak berkebutuhan khusus (ABK) juga dapat diartikan sebagai
anak yang mengalami gangguan fisik ,mental, intelegensi dan emosi sehingga
membutuhkan pembelajaran secara khusus. Beberapa yang termasuk dalam ABK
antara lain: autisme, kesulitan belajar, tunadaksa, tunagrahita, tunalaras,
tunanetra, tunarungu, celebral palsy, down syndrome, indigo, sindrom asperger,
thalassemia.
Penulis, dalam hal ini tertarik melakukan penelitian di SMP Negeri 7
Salatiga tahun 2017. Sekolah ini merupakan sekolah umum yang satu-satunya
mau menerima anak inklusi yang ada di Salatiga. Jumlah anak inklusi terdapat 9
anak yaitu 5 anak berada di kelas VII, 2 anak di kelas VIII dan 2 anak di kelas
IX. Awal mulanya sekolah SMP Negeri 7 Salatiga menerima anak inklusi mulai
dari angkatan kelas IX yaitu pada tahun 2014. Anak inklusi ini memperoleh
kesempatan untuk bersekolah dengan anak normal di sekolah ini. Sekolah
merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang telah menerapkan
pendidikan inklusi yaitu menggabungkan peserta didik anak berkebutuhan
5
khusus dengan peserta didik normal pada umumnya untuk melakukan proses
pembelajaran bersama dalam satu kelas.
Melalui pendidikan inklusi anak berkebutuhan khusus dididik bersama-sama
anak lainnya (normal untuk mengoptimalkan potensi yang dimilki anak melalui
pendidikan di sekolah) akan tetapi belum ada kelas khusus bagi anak inklusi di
karenakan ada beberapa faktor yaitu belum adanya kelas khusus dan dana yang
belum terpenuhi jadi anak inklusi dalam proses pembelajaran dijadikan satu
dengan anak normal lainnya.
Di sekolah ini mereka memperoleh haknya, sama seperti anak pada normal
lainnya dalam mendapatkan pengajaran dan pendidikan, begitu pula dalam
pembelajaran pendidikan agama islam walaupun anak inklusi tersebut dalam
proses pembelajaran mereka bisa mengikuti akan tetapi dalam penangkapan
penyampaian dari guru mereka sangat tertinggal. Ada beberapa anak inklusi yang
justru menguasai dalam bab keagamaan sedangkan yang lain kurang dan kendala
dalam proses pembelajaran bagi anak inklusi yaitu dari anak inklusi sendiri dan
dari teman. Beberapa anak yang tidak menerima dengan keadaan tersebut
sehingga anak inklusi sering terjadi pembulian .
Latar belakang diatas muncul ketertarikan penulis untuk melakukan
penelitian dengan judul “METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM BAGI ANAK INKLUSI DI SMP NEGERI 7 SALATIGA
TAHUN PELAJARAN 2017/2018”
6
B. Rumusan Masalah
Berpijak dari latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan
permasalahan-permasalahan sebagai berikut :
1. Apa metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak inklusi di
SMP Negeri 7 Salatiga?
2. Apa faktor pendorong dan penghambat dalam pembelajaran Pendidikan
Agama Islam bagi anak inklusi di SMP Negeri 7 Salatiga?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan penelitian diatas, maka kita dapat mengetahui tujuan penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak inklusi
di SMP Negeri 7 Salatiga.
2. Mengetahui faktor pendorong dan penghambat dalam pembelajaran
Pendidikan Agama Islam bagi anak inklusi di SMP Negeri 7 Salatiga
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi yang jelas tentang
pembelajaran PAI pada anak inklusi, sehingga dapat memberikan manfaat sebagai
berikut:
7
1. Secara Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan dalam ilmu
pendidikan dan pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam
khususnya di Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
b. Memberikan sumbangan ilmiah bagi kalangan akademis yang
mengadakan penelitian berikutnya maupun mengadakan riset baru tentang
pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada anak inklusi
yang bersekolah di sekolah umum.
2. Secara praktis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi baru tentang
pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada anak inklusi di SMP Negeri
7 Salatiga
b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan sebagai bahan
pertimbangan dalam mengembangkan proses pembelajaran PAI yang tepat
bagi anak inklusi, serta orang tua, guru maupun masyarakat dapat
mengetahui cara mendidik anak yang baik khususnya pada inklusi untuk
mempermudahkan dalam menghadapi dan memahami tingkah laku
mereka.
8
E. Penegasan Istilah
1. Metode Pembelajaran
Menurut Ardi Setyanto (2017: 159), metode merupakan bagian utuh,
terpadu, dan integral dari proses pembelajaran. Metode pembelajaran ialah
suatu cara guru menjelaskan suatu pokok bahasan sebagai bagian dari
kurikulum yang mencakup isi atau materi pelajaran dalam upaya mencapai
Sasaran dan tujuan pembelajaran baik tujuan institusional, pembelajaran
secara umum maupun khusus.
Jadi dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran yaitu cara yang
dilakukan oleh seorang pendidik untuk membelajarkan atau menyampaikan
ilmu dan pendidikan kepada peserta didik dalam belajar, bagaimana belajar
memperoleh dan memproses pengetahuan dan pendidik menjadi fasilitator,
motivator, inovator terhadap peserta didik.
2. Pendidikan Agama Islam
Menurut Amien Hedari (2014:2), Pendidikan Agama Islam adalah
pendidikan yang memberikan pengetahuan dan ketrampilan serta membentuk
sikap, dan kepribadian peserta didik dalam mengamalkan ajaran islam.
Pendidikan Agama islam ditujukan untuk dapat menyerasikan,
menyelaraskan, dan mengimbangkan antara iman, islam dan ihsan yang
diwujudkan dalam hubungan manusia dengan Allah Swt, hubungan manusia
dengan diri sendiri, hubungan manusia dengan sesama, dan hubungan
manusia dengan lingkungan alam.
9
Jadi dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah suatu
usaha berupa pengajaran atau bimbingan agar mereka dapat memahami,
menghayati, dan dapat mengamalkan ajaran-ajaran islam sesuai dengan al-
quran dan hadits salah satunya yaitu membentuk akhlakul karimah dan bisa
menghormati antar umat.
3. Anak inklusi
Menurut E. Kokasih (2012:2), anak inklusi sering di sebut juga dengan
Anak Berkebutuhan Khusus yang di artikan sebagai anak yang lambat (slow)
atau mengalami gangguan (retarded) fisik, mental, inteligensi, dan emosi
sehingga membutuhkan pembelajaran secara khusus. Anak berkebutuhan
khusus dianggap berbeda dengan anak-anak normal pada umumnya.
Beberapa yang termasuk dalam ABK antara lain: autisme, kesulitan
belajar, tunadaksa, tunagrahita, tunalaras, tunanetra, tunarungu, celebral palsy,
down syndrome, indigo. SMP Negeri 7 Salatiga, termasuk sekolah yang satu-
satunya menerima anak berkebutuhan khusus dengan kelainan tunagrahita
ringan yaitu kecerdasan dan adaptasi sosial terhambat, tapi mempunyai
kemampuan berkembang dalam bidang pelajaran akademik, penyesuaian
sosial dan kemampuan kerja.
Jadi dapat disimpulkan anak inklusi adalah anak yang memiliki
keterbatasan fisik dan mental yang terdapat di suatu sekolah inklusi maupun
umum dan dalam proses pembelajaran dijadikan satu kelas dengan anak
normal lainnya sehingga sangat membutuhkan perhatian dan pendidikan yang
10
khusus untuk mengoptimalkan potensi secara utuh akibat perbedaan kondisi
dengan anak normal lainnya.
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
fenomenologi. Menurut M. Djamal (2015: 107) fenomenologi adalah sebuah
aliran pemikiran yang menganggap fenomena (gejala) adalah sumber
pengetahuan dan kebenaran. Pendekatan fenomenologi berusaha menggali
makna yang ada di balik gejala melalui tiga tahap reduksi atau penyaringan.
Penelitian ini menggunakan penelitian diskriptif yaitu penelitian yang
menggambarkan objek sesuai dengan apa adanya. Data yang terkumpul
berbentuk kata-kata atau gambar dan bukan dalam bentuk angka. Oleh karena
itu, dalam penelitian ini mendiskripsikan dan menginterpretasikan metode
pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak inklusi di SMP N 7 Salatiga
dengan menggunakan pendekatan analisis kualitatif yang pada umumnya
menggunakan metode yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi.
Menurut Bogdan dan Taylor (Moleong, 2002:3), mendefinisikan
penelitian kualitatif sebagai penelitian yang menghasilkan data diskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang atau perilaku yang dapat
diamati. Data yang berasal dari naskah, wawancara, catatan, lapangan,
11
dokumentasi didiskripsikan sehingga dapat memberikan kejelasan terhadap
keadaan atau realitas.
Menurut Sugiyono (2014:9), metode penelitian kualitatif adalah metode
penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah
(sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai
instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi
(gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian
kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.
2. Kehadiran Penelitian
Kehadiran peneliti pada penelitian kualitatif sangatlah penting. Karena
peneliti harus melakukan pengamatan sekaligus mengikuti secara pasif
kegiatan pembelajaran selama penelitian berlangsung di SMP Negeri 7
Salatiga untuk mendapatkan hasil yang diperlukan untuk menunjang
penelitiannya.
3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Sekolah SMP Negeri 7 Salatiga yang
berada di Jl. Setiaki 15 Dukuh, Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga. Adapun
alasan pemilihan tempat penelitian di SMP Negeri 7 Salatiga adalah karena di
sekolah tersebut merupakan satu-satunya sekolah umum yang menerima anak
inklusi di kota Salatiga.
12
4. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Primer
Sumber data primer penelitian ini adalah sumber data yang dapat
memberikan data secara langsung oleh peneliti seperti: (1) peristiwa atau
kegiatan yang diamati langsung oleh peneliti, (2) keterangan informan
tentang dirinya, sikap, dan pandangannya, yang diperoleh melalui
wawancara, (3) budaya kelompok masyarakat tertentu yang diperoleh
melalui wawancara dan pengamatan. Dalam penelitian ini digunakan
untuk mendapatkan data tentang metode pembelajaran PAI bagi anak
inklusi di SMP Negeri 7 Salatiga. Adapun untuk memperoleh data dengan
melakukan wawancara yang berkaitan dengan pembelajaran Pendidikan
Agama Islam bagi an ak inklusi. Adapun yang menjadi sumber data dalam
penelitian ini yaitu: Guru Pendidikan Agama Islam, dan Guru Pendamping
Khusus/ Penanggungjawab Inklusi dan anak inklusi.
b. Sekunder
Menurut M. Djamal (2015: 64), sumber data sekunder merupakan
sumber yang memberikan data secara tidak langsung yaitu melalui orang
atau lewat dokumen seperti: (1) peristiwa atau kegiatan yang diperoleh
melalui media massa, (2) keterangan yang diperoleh dari orang lain
tentang kedisiplinan seorang guru. Data sekunder juga diperoleh dari
sumber-sumber lain selain data data primer.
13
Dalam penelitian ini yang akan dijadikan data sekunder adalah
dokumen-dokumen penting yang berkaitan dengan judul penelitian
seperti: Visi dan misi SMP Negeri 7 Salatiga, Sejarah SMP Negeri 7
Salatiga, Daftar nama anak inklusi, keadaan guru di SMP Negeri 7
Salatiga, foto kegiatan belajar mengajar dan hal-hal yang berkaitan dengan
judul penelitian.
5. Prosedur Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data yang diperlukan, digunakan teknik-teknik
berikut:
a. Teknik wawancara
Wawancara merupakan salah satu teknik mendapatkan data dengan
mengadakan percakapan secara langsung antara pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dengan pihak yang
diwawancarai (interviewer) yang menjawab pertanyaan itu.
Sugiyono (2010:72), menjelaskan bahwa wawancara merupakan
pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan gagasan melalui teknik
tanya jawab yang menghasilkan kontruksi makna tentang suatu topik
tertentu.
Peneliti dengan metode wawancara ini mendapatkan informasi
ataupun data tentang metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi
anak inklusi, faktor pendorong dan penghambat pembelajaran Pendidikan
Agama Islam bagi anak inklusi di SMP Negeri 7 Salatiga. Dalam hal ini
14
peneliti mewawancarai pihak yang terkait yaitu: Guru Pendidikan Agama
Islam, Guru Pendamping Khusus/ Penanggungjawab Inklusi, Anak
Inklusi.
b. Teknik Observasi
Sugiyono (2014: 145), observasi sebagai teknik pengumpulan data
mempunyai ciri spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu
wawancara dan kuesioner. Observasi pada dasarnya merupakan kegiatan
untuk mendapatkan informasi melalui indera penglihatan. Karena harus
melihat secara langsung, maka peneliti harus terjun langsung ke lapangan.
Peneliti melakukan observasi di lingkungan SMP Negeri 7 Salatiga.
Hal-hal yang di observasi adalah fasilitas yang ada di sekolah,
pelaksanaan pembelajaran PAI juga untuk mengetahui adanya faktor-
faktor yang berpengaruh, baik faktor pendorong maupun faktor
penghambat dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri
7 Salatiga.
c. Teknik Dokumentasi
Metode dokumentasi merupakan metode pengumpulan data
dengan menggunakan dokumen yang ada. Dengan metode ini dapat
diperoleh catatan atau arsip yang berhubungan dengan penelitian
(Rumidi, 2004:131). Dokumen dapat berupa catatan, buku teks, jurnal,
makalah, memo, surat dll. Dokumen pada hakikatnya merupakan catatan
peristiwa yang sudah berlalu.
15
Peneliti dalam metode dokumentasi bertujuan untuk mengumpulkan
data dan dokumen dokumen antara lain seperti: Rencana Pembelajaran
PAI, data anak inklusi, tenaga pendidik dan kependidikan, data guru
pembibing khusus, dan data-data lain.
6. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif merupakan proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh melalui wawancara, catatan
lapangan, dan bahan-bahan lain sehingga mudah dipahami dan hasil
temuannya dapat disampaikan kepada orang lain (Sugiyono, 2010: 88).
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak peneliti
memasuki lapangan, selama di lapangan dan setelah di lapangan. Analisis data
bertujuan untuk menyederhanakan data dalam bentuk yang lebih mudah
dibaca dan di interpretasi, dalam memberikan interpretasi data yang diperoleh,
akan digunakan metode diskriptif kualitatif sehingga digunakan untuk
mendiskripsikan pelaksanaan pembelajaran PAI bagi anak inklusi di SMP
Negeri 7 Salatiga.
Ada tiga kegiatan analisis data yaitu:
a. Reduksi Data
Menurut M. Djamal (2015: 147), dalam pengumpulan data kualitatif,
digunakan berbagai macam teknik dan berlangsung secara berulang-ulang
sehingga diperoleh data sangat banyak dan komplek. Reduksi data
merupakan bentuk analisis untuk mempertajam, memilih, memfokuskan,
16
membuang dan menyusun data ke arah pengambilan kesimpulan. Melalui
proses reduksi data, maka data yang relevan disusun dan
disistematisasikan kedalam pola dan katagori tertentu, sedangkan data
yang tidak terpakai dibuang.
b. Display Data
Display data merupakan proses menyajikan data setelah dilakukan
reduksi data, yang paling sering digunakan untuk menyajikan data untuk
penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.
c. Verifikasi atau menarik kesimpulan
Merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan sebuah
kesimpulan yang dapat diuji kebenarannya berdasarkan penyajian data
yang diperoleh dari informan yang menjadi objek penelitian dilapangan.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Dalam hal pengecekan keabsahan data penelitian terhadap kriteria
keabsahan data yang nantinya akan dirumuskan secara tepat. Setiap data yang
diperoleh peneliti tidak selalu benar sesuai dengan realitas yang ada. Oleh
karena itu, peneliti harus melakukan pemeriksaan apakah data yang akan
diperoleh memiliki keabsahan atau tidak. Teknik pemeriksaannya yaitu dalam
penelitian ini harus terdapat adanya kredibilitas yang dibuktikan dengan
perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan, trianggulasi, pengecekan
sejawat kecukupan referensi, adanya kriteria kepastian dengan teknik uraian
rinci.
17
Untuk menjamin validitas data peneliti menggunakan trianggulasi sebagai
teknik untuk mengecek keabsahan data, dimana pengertian dari trianggulasi
adalah teknik pemeriksaan keabsahan data dengan cara memanfaatkan sesuatu
yang lain di luar data tersebut untuk pengecekan atau sebagai pembanding
terhadap data tersebut. Menurut Sugiyono (2014:274), pada trianggulasi
terdapat tiga strategi yaitu:
a) Trianggulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang telah
diperoleh melalui beberapa sumber.
b) Trianggulasi teknik dilakukan dengan cara mengecek data kepada
sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. misalnya data
diperoleh dengan wawancara, kemudian dicek dengan observasi,
dokumentasi dan kuesioner.
c) Trianggulasi waktu yaitu data yang dikumpulkan dengan teknik
wawancara di pagi hari pada saat narasumber masih segar, belum
punya masalah, akan memberikan data yang lebih valid sehingga
lebih kridebel
Untuk mendapatkan data yang absah dengan trianggulasi , peneliti akan
menggunakan strategi yang pertama dan kedua. Pertama trianggulasi sumber
yaitu dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui
beberapa sumber.
Dalam hal ini peneliti menguji keabsahan data tentang metode
pembalajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 7 Salatiga, maka
18
pengumpulan data data diperoleh dari Kepala Sekolah, Waka Kurikulum,
Guru PAI, dan guru pendamping anak inklusi. Kedua, trianggulasi teknik
yaitu dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan
teknik yang berbeda. Data diperoleh dengan wawancara yaitu dengan
mewawancarai Guru PAI, guru pendamping anak inklusi. Kemudian dicek
dengan observasi yaitu peneliti melakukan penelitian pada saat proses belajar
mengajar didalam kelas. Sedangkan dokumentasi yaitu peneliti
mengumpulkan dokumen seperti Rencana pembelajaran PAI, data anak
inklusi dan data-data lainnya.
8. Tahap-tahap penelitian
a. Tahap pra lapangan (mengkaji buku-buku yang berkaitan dengan metode
pembelajaran PAI bagi anak inklusi, menyusun rencana
penelitian,memilih lapangan penelitian, mengurus perijinan, melakukan
survey keadaan lapangan, memilih dan memanfaatkan informasi,
menyiapkan kelengkapan penelitian, memperhatikan etika penelitian)
b. Tahap Pekerjaan Lapangan (memahami latar penelitian, memasuki
lapangan, berperan serta sambil mengumpulkan data)
c. Tahap Analisis Data (meyusun data yang masih tercampur seperti hasil
pengamatan, wawancara, dokumen, gambar, foto, dll). Menemukan tema
dan merumuskan hipotesis, ketika analisis data dilakukan secara intensif
peneliti perlu mendalam dan memperkaya tema dan hipotesis dengan
berbagai data yang terkumpul. Menganalisis berdasarkan hipotesis,
19
peneliti melakukan analisis dengan mencari dan menemukan apakah
hipotesis itu didukung oleh data. Dari analisis ini bisa terjadi peniliti akan
mengubah atau menggabungkan beberapa hipotesis sesuai data yang
diperoleh.
G. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dan memahami pokok bahasan skripsi maka penulis
membagi menjadi lima bab. Sistematika penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagian awal yang meliputi: sampul, lembar berlogo, judul, persetujuan
pembimbing, lembar pengesahan, pernyataan keaslian tulisan, motto,
persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar lampiran.
2. Bagian inti yang memuat:
Bab 1 : Pendahuluan
Dalam bab ini penulis mengemukakan: latar belakang masalah, fokus
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, metode
penelitian, sistematika penulisan.
Bab II: Kajian Pustaka
Dalam penelitian ini dikemukakan kajian pustaka yang meliputi:
a. Pendidikan Agama Islam terdiri dari pengertian pendidikan agama Islam,
tujuan dan fungsi PAI, ruang lingkup pendidikan agama islam, komponen
pelaksanaan pembelajaran PAI
b. Berisi tentang metode-metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam
20
c. Anak Berkebutuhan Khusus (anak inklusi) terdiri dari pengertian ABK,
dan pengelompokan/jenis-jenis ABK, pendidikan inklusi, karakteristik
ABK
d. Kajian penelian terdahulu
Bab III : Paparan Data Penelitian
Dalam bab ini akan mengurai tentang gambaran umum SMP Negeri 7
Salatiga:
a. Gambaran umum SMP Negeri 7 Salatiga
Sejarah berdirinya SMP Negeri 7 Salatiga, Visi dan misi dan tujuan
SMP Negeri 7 Salatiga.
b. Paparan Data Penelitian
Metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak inklusi di
SMP Negeri 7 Salatiga yang terdiri dari: metode pembelajaran PAI bagi
anak inklusi, penyusunan rencana pembelajaran PAI bagi anak inklusi,
pelaksanaan pembelajaran PAI bagi anak inklusi.
Bab IV: Analisis Data Penelitian
Meliputi metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak inklusi
di SMP Negeri 7 Salatiga, faktor pendorong dan penghambat pembelajaran
Pendidikan Agama Islam bagi anak inklusi di SMP Negeri 7 Salatiga.
Bab V: Penutup
Bab ini merupakan bab terakhir yang terdiri dari: kesimpulan, saran, dan
kata penutup.
21
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Menurut Amien Hedari (2014:2), Pendidikan Agama Islam adalah
pendidikan yang memberikan pengetahuan dan ketrampilan serta membentuk
sikap, dan kepribadian peserta didik dalam mengamalkan ajaran Islam.
Pendidikan Agama islam ditujukan untuk dapat menyerasikan,
menyelaraskan, dan mengimbangkan antara Iman, Islam dan Ihsan yang
diwujudkan dalam hubungan manusia dengan Allah Swt, hubungan manusia
dengan diri sendiri, hubungan manusia dengan sesama, dan hubungan
manusia dengan lingkungan alam.
Menurut Muhaimin (2002:75), Pendidikan Agama Islam adalah usaha
sadar untuk menyiapkan siswa, dalam menyakini, memahami, menghayati
dan mengamalkan agama islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan
latihan dengan memperhatikan tuntunan untuk menghormati agama lain
dalam hubungan kerukunan agar umat beragama dalam masyarakat untuk
mewujudkan persatuan nasional.
Pendidikan sangatlah erat hubungannya dengan segala aspek kehidupan
jasmani maupun rohani baik didunia maupun diakhirat yang berlandaskan
pada al-qur’an dan hadits. Adapun dalam al qura’an Allah berfirman yang
22
menjelaskan tentang landasan pendidikan agama adalah Q.S an-nahl ayat 125
yaitu:
ة ا ن حس ة ال عظ و م ال ة و م ك ح ال ك ب ب يل ر ب لى س ع إ د
ن م م ب ل ع و أ بك ه ن إن ر حس ي أ التي ه م ب ه ل اد ج و
ه يل ب ن س ين ضل ع د ت ه م ال م ب ل ع و أ وه
Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk. (Depag RI, 1898:42)
Ayat tersebut menjelaskan bahwa syariat islam dianjurkan untuk
menuntut ilmu dijalan Allah dengan cara yang baik guna memperoleh
landasan kehidupan yang baik di dunia maupun di akhirat. Bentuk menuntut
ilmu yang dianjurkan dalam syariat tersebut diantaranya mempelajari
Pendidikan Agama Islam.
Sedangkan menurut Yusuf (1986:35), mengartikan Pendidikan Agama
Islam sebagai usaha sadar generasi tua untuk mengalihkan pengalaman,
pengetahuan, kecakapan dan ketrampilan kepada generasi muda agar
kelak menjadi manusia yang bertaqwa kepada Allah SWT.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah usaha
sadar yang dilakukan oleh pedidik untuk merencanakan, melaksanakan, dan
mengevaluasi pembelajaran agama islam melalui kegiatan bimbingan,
23
pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
2. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Agama Islam
Suatu tujuan ialah suatu yang diharapkan agar tercapainya usaha atau
kegiatan. Maka pendidikan merupakan suatu usaha dan kegiatan yang
berproses melalui tahap-tahap dan tingkatan-tingkatan, tujuannya yaitu
bertahap dan bertingkat.
Secara umum, tujuan pendidikan Islam menurut Daradjat (1996: 30),
terbagi menjadi:
a. Tujuan umum adalah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan
pendidikan, baik dengan pengajaran atau cara lain. Tujuan ini meliputi
seluruh aspek kemanusiaan yang meliputi sikap, tingkah laku, kebiasaan,
dan pandangan. Bentuk insan kamil dengan pola takwa harus dapat
tergambar pada pribadi seseorang yang sudah dididik, walaupun dalam
ukuran kecil dan mutu yang rendah sesuai dengan tingkat-tingkat tersebut.
b. Tujuan akhir adalah berlangsung selama hidup, maka tujuan akhirnya
terdapat pada waktu hidup di dunia ini telah berakhir pula. Pendidikan
islam itu berlaku selama hidup untuk menumbuhkan, memupuk,
mengembangkan, memelihara dan mempertahankan tujuan pendidikan
yang telah dicapai. Tujuan akhir pendidikan dipahami dalam firman Allah
surat al-imron ayat 102 yang berbunyi:
24
ن إال موت ال ت ه و ات ق حق ت قوا للا نوا ات ين آم ذ ا ال يه ا أ ي
مون ل س م م ت ن أ و
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah
sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati
melainkan dalam keadaan beragama Islam.
c. Tujuan sementara adalah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik
diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu
kurikulum pendidikan formal.
d. Tujuan operasional adalah tujuan praktis yang akan dicapai dengaan
sejumlah kegiatan pendidikan tertentu. Suatu unit kegiatan
pendidikan dengan bahan-bahan yang sudah dipersiapkan dan
diperkirakan akan mencapai tujuan tertentu.
Pendidikan agama Islam mempunyai fungsi berbeda dengan subyek
pelajaran yang lain. Secara umum menurut Abdul Majid (2004:136),
mengemukakan bahwa kurikulum pendidikan agama Islam untuk
sekolah/madrasah berfungsi sebagai berikut :
a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta
didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan
keluarga.
b. Penanaman nilai, sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan
hidup di dunia dan akhirat.
25
c. Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan-
nya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah
lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam.
d. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan
kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan,
pemahaman dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari.
e. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya
atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat
perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya.
f. Pengajaran, tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam
nyata dan nir-nyata), sistem dan fungsionalnya.
g. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat
khusus di bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang
secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi
orang lain
3. Ruang Lingkup Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi keserasian,
keselarasan, dan keseimbangan antara lain: hubungan manusia dengan
Allah SWT, hubungan manusia dengan sesama manusia, hubungan
manusia dengan dirinya sendiri, hubungan manusia dengan makhluk lain
dan lingkungannya (Ramayulis, 2008:22-23).
26
Menurut Chabib Toha dan Abdul Mu’thi (1998:60), Pembahasan yang
diberikan dalam ruang lingkup Pendidikan Agama Islam yang dimaksud ialah
bahan pelajaran atau bahan ajar pendidikan agama Islam, yang berisikan
unsur-unsur pokok yang essensial dalam agama Islam sebagai acuan terhadap
tujuan pendidikan yang diharapkan. Unsur-unsur pokok ini merupakan kajian
yang harus ditempuh oleh setiap muslim dalam kehidupannya guna
pencapaian kedekatan kepada Allah SWT.
Kedekatan tersebut memiliki kondisi yang lebih baik dari sebelumnya,
yang terdiri dari hal ihwal yang berkaitan langsung dengan ajaran agama
Islam. Bahan disebut juga dengan materi, yaitu sesuatu yang diberikan kepada
siswa saat berlangsungnya kegitan belajar mengajar guna pencapaian tujuan
pembelajaran. Adapun ruang lingkup bahan pelajaran Pendidikan Agama
Islam meliputi tujuh unsur pokok yaitu : Al-Qur'an- Hadis, keimanan, syariat,
ibadah, muamalah, akhlak, dan tarikh.
4. Komponen Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
a. Perencanaan pembelajaran
Perencanaan pembelajaran adalah suatu proses pembuatan
rencana, model, pola, bentuk, konstruksi, yang melibatkan guru,
peserta didik, serta fasilitas lain yang dibutuhkan, yang tersusun
secara sistematis agar terjadi proses pembelajaran yang efektif dan
efisien dalam mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan
(Chamsijiatin dkk, 2008:4)
27
b. Pelaksanaan pembelajaran
Menurut Hamdani (2011: 203), rencana pelaksanaan pembelajaran
merupakan perencanaan jangka pendek untuk memperkirakan atau
memproyeksikan hal-hal yang akan dilakukan dalam pembelajaran. Oleh
karena itu rencana pelaksanaan pembelajaran perlu dikembangkan untuk
mengordinasikan komponen-komponen pembelajaran.
c. Evaluasi pembelajaran
Menurut Nizar (2002: 78), evaluasi diterapkan untuk mengetahui
tingkat keberhasilan seorang pendidik dalam menyampaikan materi
pelajaran menemukan kelemahan-kelemahan baik yang berkaitan dengan
materi, media, ataupun sarana.
B. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
1. Pengerian Metode Pembelajaran PAI
Metode secara sederhana sering diartikan cara yang cepat dan tepat dalam
bahasa Arab istilah metode dikenal dengan istilah thoriqoh yang berarti
langkah-langkah strategis untuk melakukan suatu pekerjaan (Ramayulis,2002:
155). Jadi metode adalah suatu cara untuk menyampaikan sesuatu secara
efektif dan efesien. Seperti cara seoraang pendidik menyampaikan materi
pembelajaran kepada peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
ditentukan dan peserta didik dapat memahami apa yang disampaikan oleh
pendidik.
28
Menurut Zainal Aqib (2013:66), pembelajaran adalah upaya secara
sistematis yang dilakukan oleh seorang pendidik untuk mewujudkan proses
pembelajaran secara efektif dan efesien yang dimulai dari perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi. Kemampuan mengelola pembelajaran merupaka
syarat mutlak bagi seorang pendidik agar terwujud kompetensi
profesionalnya. Konsekuensinya seorang pendidik harus memiliki
pemahaman yang utuh dan tepat terhadap konsepsi belajar dan mengajar.
Belajar menurut teori behavioristik diartikan sebagai proses perubahan
tingkah laku. Perubahan tersebut disebabkan oleh seringnya interaksi antara
stimulus dan respon. Jadi intinya adalah kemampuan seseorang melakukan
respon terhadap stimulus yang datang kepada dirinya.Belajar menurut teori
kognitif artinya proses untuk membangun persepsi seseorang dari sebuah
obyek yang dilihat. Jadi, teori ini lebih mementingkan proses pada dirinya.
Adapun menurut pandangan teori kontruktivisme belajar adalah upaya
untuk membangun pemahaman atau persepsi atas dasar pengalaman yang
dialami siswa, oleh sebab itu belajar menurut teori ini merupakan proses
untuk memberikan pengalaman nyata bagi siswa.
Sedangkan mengajar menurut Zainal Aqib (2014:67), adalah kemampuan
untuk mengondisikan situasi yang dapat dijadikan proses belajar bagi siswa.
Oleh sebab itu mengajar tidak harus terikat ruang/tempat atau waktu. Berikut
ini pengertian mengajar dari beberapa ahli pendidikan:
29
a. Gagne & Brig: mengemukakan bahwa pengajaran bukanlah sesuatu yang
terjadi secara kebetulan melainkan adanya kemampuan guru yang dimiliki
tentang dasar-dasar mengajar yang baik. Instruction is the means
employed by teacher, designer of materials, curriculum specialist, and
promote whose purpose is to develop and organized plan top promote
learning (1979:19).
b. Moh. Uzer Usman: mengajar adalah suatu proses yang mengandung
serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik
yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.
Kata belajar memiliki beberapa pengertian sebagaimana yang telah
diungkapkan oleh Nasution yang dikutip oleh Usman (2002:19), yaitu sebagai
berikut:
a. Mengajar ialah menanamkan pengetahuan kepada murid
b. Mengajar ialah kebudayaan kepada anak
c. Mengajar ialah aktivitas mengorganisasikan atau mengatur lingkungan
dengan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan anak sehingga terjadi
proses belajar mengajar.
2. Macam-Macam Metode Pembelajaran PAI
Dalam menentukan metode pembalajaran seorang pendidik tidak hanya
menerapkan satu metode. Kualitas pembelajaran dapat meningkat apabila
seorang pendidik mampu mengkombinasi beberapa metode sekaligus
menerapkan sistem terpadu dengan dilengkapi media tertentu.
30
Menurut Ardi Setyanto (2017: 161), terdapat banyak metode
pembelajaran antara lain:
a. Metode ceramah yaitu salah satu penyajian atau penyampaian bahan ajar
dengan cara lisan dari seorang pendidik ke peserta didik. Menurut
Hamdani (2011: 156) metode ceramah berbentuk penjelasan konsep,
prinsip, dan fakta yang ditutup dengan tanya jawab antara guru dan siswa.
Metode ceramah dapat dilakukan oleh guru untuk memberikan
pengarahan, petunjuk diawal pembelajaran.
b. Metode diskusi yaitu suatu percakapan ilmiah oleh beberapa orang yang
bergabung dalam satu kelompok untuk berpendapat tentang suatu masalah
dan memecahkan masalah untuk mendapatkan kebenaran atas persoalan
tertentu. Menurut Hamdani (2011: 159) metode diskusi merupakan
interaksi antar siswa atau interaksi siswa dengan guru, untuk
menganalisis, memecahkan masalah, menggali, atau memperdebatkan
topik atau masalah.Metode diskusi menurut Ardi Setyanto (2017:164)
yaitu cara penyampaian bahan pelajaran dimana guru memberi
kesempatan kepada murid untuk mengumpulkan pendapat, kesimpulan,
atau menyusun berbagai alternatif pemecahan masalah.
c. Metode demonstrasi yaitu pembelajaran yang dapat digunakan untuk
meningkakan kinerja peserta didik. Menurut buku Ardi Setyanto metode
demonstrasi yaitu metode mengajar dengan cara memperagakan barang,
kejadian, atau aturan serta melakukan suatu kegiatan baik secara langsung
31
maupun melalui media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan
atau materi.
d. Metode resitasi yaitu cara menyajikan bahan pelajaran dimana guru
memberikan sejumlah tugas kepada peserta didik untuk mempelajari
sesuatu.
e. Metode inkuiri yaitu dilakukan secara perorangan, kelompok, mencakup
seluruh peserta didik baik dilakukan didalam kelas maupun luar. Metode
ini digunakan untuk mancari jawaban pasti atau menentukan penyelesaian
terhadap masalah tertentu.
f. Metode pembiasaan menurut Heri Gunawan (2014:93), adalah sesuatu
yang sengaja dilakukan secara berulang-ulang agar sesuatu itu dapat
menjadi kebiasaan. Metode pembiasaan berintikan pengalaman.
Pendidikan dengan pembiasaan menurut Mulyasa (2011:167-168) dapat
dilaksakan secara terprogram dalam pembelajaran
g. Metode drill (latihan) menurut Hamdani (2011: 161) yaitu metode yang
memanfaatkan siswa yang telah lulus atau berhasil. Seorang siswa
memerhatikan siswa yang telah mencapai tingkat lanjut dalam
melaksanakan semua tugas dibawah bimbingan pelatih.
32
C. Anak Inklusi
1. Pengertian Anak Inklusi (ABK)
Menurut E. Kokasih (2012:2), anak inklusi sering di sebut juga dengan
Anak Berkebutuhan Khusus yang di artikan sebagai anak yang lambat (slow)
atau mengalami gangguan (retarded) fisik, mental, inteligensi, dan emosi
sehingga membutuhkan pembelajaran secara khusus. Anak berkebutuhan
khusus dianggap berbeda dengan anak-anak normal pada umumnya.
Hubungan antara perkembangan dengan belajar juga berbeda pada anak
umumnya. Menurut Muhibbin Syah (2015: 11), sebagian ahli menganggap
perkembangan sebagai proses yang berbeda dengan pertumbuhan. Menurut
mereka, perkembangan ialah proses kualitatif yang mengacu pada mutu fungsi
organ-organ jasmaniah, bukan organ-organ jasmaniahnya sendiri. Artinya
perkembangan itu terletak pada penyempurnaan fungsi psikologis yang
disandang oleh organ-organ fisik. Anak inklusi ini mengalami masalah
perkembangan atau pertumbuhan. Ada beberapa faktor yang timbul mengapa
anak menjadi seperti ini yaitu :
a. Faktor Internal
Kondisi yang dimiliki anak yang bersangkutan, misalkan buta, tuli,bisu,
lumpuh sejak lahir.
33
b. Faktor Eksternal
Adalah sesuatu yang berada di luar diri anak dan mengakibatkan anak
memiliki hambatan belajar. Misalkan traumatis disebabkan kekerasan,
depresi, stres.
c. Kombinasi keduanya
Misalkan kondisi anak yang cacat sejak lahir tatapi kurang mendapatkan
penerimaan dari keluarga dan lingkungan sosial.
Beberapa yang termasuk dalam ABK antara lain: autisme, kesulitan
belajar, tunadaksa, tunagrahita, tunalaras, tunanetra, tunarungu, celebral palsy,
down syndrome, indigo, sindrom asperger, thalassemia. Jadi dapat
disimpulkan anak inklusi adalah anak yang memiliki keterbatasan fisik dan
mental yang terdapat di sekolah umum sehingga sangat membutuhkan
perhatian dan pendidikan yang khusus untuk mengoptimalkan potensi secara
utuh akibat perbedaan kondisi dengan anak normal lainnya.
2. Pengertian Pendidikan Inklusi
Pendidikan inklusi merupakan sistem penyelenggaraan pendidikan bagi
anak-anak yang memiliki keterbatasan tertentu dan anak-anak lainnya yang
disatukan dengan tanpa mempertimbangkan keterbatasan masing-masing.
Menurut Direktorat Pembinaan SLB (2017), pendidikan inklusi adalah sistem
layanan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua anak belajar
bersama-sama disekolah umum dengan memperhatikan keagamaan dan
34
kebutuhan individual, sehingga potensi anak /dapat berkembang secara
optimal. ( Dadang Garnida 2015:48).
Keberadaan anak inklusi yang berada dikelas reguler akan berpandangan
bahwa anak tersebut tidak dibedakan dengan anak lainnya, khususnya dalam
pengembangan kompetensi sosial dan peningkatan kecakapan hidup. Hal
tersebut bisa terlihat saat proses belajar mengajar didalam kelas yaitu saat
anak inklusi mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru dengan anak-
anak lainnya.
Menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2003 pasal 45 ayat 1 tentang
sistem pendidikan nasional yaitu setiap satuan pendidikan formal dan non
formal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan
pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik,
kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik.
Inklusi (dari kata bahasa Inggris: inclusion-peny) merupakan istilah baru
yang digunakan untuk mendeskripsikan penyatuan bagi anak-anak
berkelainan (penyandang hambatan/cacat) ke dalam program-program sekolah
adalah inklusi. Bagi sebagian besar pendidik, istilah ini dilihat sebagai
deskripsi yang lebih positif dalam usaha-usaha menyatukan anak-anak yang
memiliki hambatan dengan cara-cara yang realistis dan komprehensif dalam
kehidupan pendidikan yang menyeluruh (Smith, 2006:45).
Dadang Garnida (2015:49), CSIE mengatakan bahwa, “ inclusion means
enabling all students to participate fully in the life and work of mainstream
35
settings, whatever their needs. Dengan kata lain, semua siswa tanpa
memandang jenis kebutuhannya diperbolehkan untuk bersama-sama hidup
dan bekerja dalam lingkungan umum (lumrah). Pendidikan inklusi ini
merupakan sistem pendidikan yang menghargai bahwa manusia:(1) diciptakan
sebagai makhluk yang berbeda-beda (unik); (2) menghargai dan menghormati
bahwa semua orang merupakan bagian dari masyarakat; (3) diciptakan untuk
membangun sebuah masyarakat, sehingga sebagai masyarakat normal ditandai
dengan adanya keberagaman dari setiap anggota masyarakatnya.
Menurut Marilyn Friend dan William D. Bursuck (2015: 5) pendidikan
inklusi (khusus) bertujuan memungkinkan para siswa untuk meraih potensi
yang mereka miliki. Ada tiga macam pelayanan antara lain yaitu:
a. Pengajaran yang dirancang khusus yaitu seluruh siswa yang layak atas
layanan pendidikan khusus harus memperoleh pengajaran yang dirancang
khusus.
b. Layanan terkait yaitu bagi siswa penyandang disabilitas bantuan di luar
pengajaran akademis yang memungkinkan siswa untuk memperoleh
manfaat dari pendidikan khusus.
c. Bantuan dan jasa pelengkap yaitu susunan luas atas berbagai bantuan yang
memungkinkan siswa penyandang disabilitas untuk dapat berpartisipasi
dalam pendidikan umum, kegiatan ekstrakurikuler, dan kegiatan sekolah
lainnya supaya mereka dapat dididik bersama dengan teman sebaya yang
bukan penyandang disabilitas.
36
Adapun model pembelajaran yang dilakukan guru terhadap anak
berkebutuhan khusus yaitu model in-and out adalah model pembelajaran
bagi anak-anak berkebutuhan khusus dimana anak-anak tersebut keluar
masuk kelas reguler pada pembelajaran tertentu. Model two-teacher
adalah model dengan menggunakan dua orang guru yaitu guru reguler dan
guru pembimbing khusus (GPK). Model full inclusion adalah model
pembelajaran bagi anak-anak berkebutuhan khusus dimana siswa siswa
berkebutuhan khusus secara penuh mengikuti proses pembelajaran
bersama-sama dengan siswa-siswa reguler lainnya di kelas yang sama.
Model rejection of inclution adalah model pembelajaran dimana siswa-
siswa berkebutuhan khusus belajar terpisah dengan siswa reguler lainnya.
Anak berkebutuhan khusus secara fleksibel pindah dari satu bentuk
layanan ke bentuk layanan lain, seperti:
a) Kelas reguler (inklusi penuh)
Anak berkelainan belajar bersama anak lain(normal) sepanjang
hari dikelas reguler dengan menggunakan kurikulum yang sama.
b) Kelas reguler dengan cluster
Anak berkelainan belajar bersama anak lain (normal) di kelas
reguler dalam kelompok khusus.
c) Kelas reguler dengan pull out
Anak berkelainan belajar bersama anak lain (normal) di kelas
reguler namun dalam waktu-waktu tertentu ditarik dari kelas
37
reguler ke ruang sumber untuk belajar dengan guru pembimbing
khusus.
d) Kelas reguler dengan cluster dan pull out
Anak berkelainan belajar bersama dengan anak lain (normal)
dikelas reguler dalam kelompok khusus, dan dalam waktu-waktu
tertentu di tarik dari kelas reguler ke ruang sumber belajar dengan
guru pembimbing khusus.
e) Kelas khusus dengan berbagai pengintegrasian
Anak berkelainan belajar di dalam kelas khusus pada sekolah
reguler, namun dalam bidang-bidang tertentu dapat belajar
bersama anak lain (normal) di kelas reguler.
f) Kelas khusus penuh
Anak berkelainan belajar didalam kelas khusus pada sekolah
reguler.
Jadi, pendidikan inklusif tidak mengharuskan semua anak
berkelainan berada di kelas reguler setiap saat dengan semua mata
pelajarannya (inklusi penuh), karena sebagian anak berkelainan dapat
berada dikelas khusus atau ruang terapi berhubung gradasi
kelainannya berat, mungkin akan lebih banyak waktunya berada di
kelas khusus pada sekolah reguler ( inklusi lokasi). Kemudian bagi
yang gradasi kelainannya sangat berat, dan tidak memungkinkan
38
disekolah reguler (sekolah biasa), dapat disalurkan ke sekolah khusus(
SLB) atau tempat khusus (rumah sakit).
3. Jenis-Jenis Anak Inklusi (ABK)
Anak inklusi adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda pada
anak pada umumnya Anak inklusi atau anak berkebutuhan khusus di
kelompokkan sebagai berikut:
a. Tunarungu
Menurut Sutjihati Sumantri (2006:93), suatu keadaan kehilangan
pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap
berbagai rangsangan, terutama melalui indera pendengaran. Sedangkan
menurut Bandi Delphie (2006:102), anak tunarungu anak yang mengalami
kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar yang disebabkan
tidak berfungsinya sebagian atau seluruh indera pendengaran.
b. Tunagrahita
Anak yang memilki kemampuan intelektual dibawah rata-rata atau
bisa disebut dengan retardasi mental. Tunagrahita ditandai dengan
keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan dalam interaksi sosial.
Menurut Aqila Smart (2010: 49), ada beberapa karakteristik tunagrahita
antara lain: keterbatasan intelegensi, keterbatasan sosial, dan keterbatasan
fungsi mental lainnya. Menurut jurnal Siti Fatimah Mutia Sari, Binahayati
dkk, (S1 Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Padjadjaran) yaitu anak dengan tunagrahita memiliki
39
kecenderungan kurang peduli terhadap lingkungannya baik dalam
keluarga atau lingkungan sekitarnya. Masyarakat umumnya mengenal
tunagrahita sebagai retardasi mental atau keterbelakangan mental atau
idiot.
Menurut Dadang Garnida (2015:9) terdapat tiga indikator dalam
tunagrahita yaitu; (1) keterhambatan fungsi secara umum atau dibawah
rata-rata, (2) ketidakmampuan dalam perilaku sosial/adaptif, (3) hambatan
perilaku sosial/adaptif terjadi pada usia perkembangan yaitu sampai
dengan usia 18 tahun. Adapun kebutuhan pembelajaran bagi anak
tunagrahita antara lain:
1) Perbedaan anak tunagrahita dengan anak normal dalam proses belajar
adalah terletak pada hambatan dan masalah atau karakteristik
belajarnya.
2) Perbedaan karakteristik belajar anak tunagrahita dengan anak
sebayanya adalah anak tunagrahita mengalami masalah dalam hal,
hal,; (1) tingkat kemahirannya dalam memecahkan masalah;(2)
melakukan generalisasi dan mentransfer sesuatu yang baru dan; (3)
minat dan perhatian terhadap penyelesaian tugas.
c. Tunalaras
Menurut Santoso (2010:131), yaitu individu yang mengalami
hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial. Individu
40
tunalaras biasanya menunjukkan perilaku menyimpang yang tidak sesuai
dengan norma dan aturan yang berlaku disekitarnya.
d. Tunanetra
Merupakan sebutan untuk individu yang mengalami gangguan pada
indra penglihatan. Pada dasarnya, tunanetra dibagi menjadi dua kelompok
yaitu buta total dan kurang penglihatan.
e. Kesulitan belajar
Suatu gangguan dalam satu atau lebih dari proses psikologis dasar
yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa ujaran atau tulisan.
Menurut Mulyono Abdurrahman (1999: 6), gangguan tersebut
menampakkan diri dalam bentuk kesulitan mendengar, berpikir, berbicara,
membaca, menulis, mengeja, atau berhitung. Batasan tersebut mencakup
kondisi-kondisi seperti gangguan perseptual, luka pada otak, disleksia, dan
afasia perkembangan.
f. Lamban belajar
Menurut Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak Republik Indonesia, 2013 anak yang memiliki potensi intelektual
sedikit dibawah rata-rata tetapi belum termasuk gangguan mental. Mereka
butuh waktu lama dan berulang-ulang untuk dapat menyelesaikan tugas-
tugas akademik maupun non akademik. Menurut Bandi, (2006:24) anak
lamban belajar adalah anak yang berprestasi rendah karena mereka
memiliki IQ sedikit rendah dibanding dengan anak pada umumnya
41
sehingga mereka memerlukan layanan pendidikan khusus. Mereka
membutuhkan waktu belajar lebih lama dibanding dengan teman lainnya
sehingga mereka memerlukan layanan pendidikan khusus.
4. Karakteristik Anak Inklusi (ABK)
Menurut Johana E. Prawitasari, (2011:154) membuat karakteristik atau
kategori anak berkelainan sebagai berikut:
a. Cacat pengindraan, misalnya kerusakan pendengaran dan penglihatan.
b. Penyimpangan mental, termasuk didalamnya yang sangat berbakat
ataupun yang terbelakang mental.
c. Gangguan komunikasi, misalnya masalah bicara dan bahasa.
d. Ketidakmampuan belajar, misalnya masalah-masalah belajar yang
serius akan tetapi tanpa ada cacat fisik.
e. Gangguan perilaku, termasuk didalamnya masalah emosi.
f. Cacat fisik dan kesulitan dalam kesehatan, seperti kerusakan
neurologis, kondisi-kondisi ortopedik, penyakit seperti leukimia dan
anemia karena sel-sel yang sakit, cacat bawaan dan ketidakmampuan
dalam perkembangan.
Adapun karakteristik anak sesuai dengan jenis-jenis berkebutuhan khusus
antara lain:
a. Tunagrahita
Menurut (Somantri, 2006:106) ada beberapa karakteristik tunagrahita,
yaitu:
42
1) Memiliki keterbatasan intelegensi
2) Memiliki keterbatasan sosial
3) Keterbatasan fungsi-fungsi mental lainnya, misalnya anak tunagrahita
memerlukan waktu lebih lama untuk menyelesaikan reaksi pada situasi
yang baru kenal.
b. Tunarungu
1) Rendahnya prestasi anak tunarungu bukan karena intelektualnya yang
rendah tetapi karena inteligensinya tidak mendapat kesempatan
berkembang secara maksimal.
2) Kemampuan berbahasa anak tunarungu tidak dapat berkembang bila
tidak dilatih dan dididik secara khusus anak tunarungu tidak dapat
berbicara seperti orang mendengar, baik suara, irama, dan tekanan
suara terdengar monoton
3) Perhatian lebih sukar dialihkan, kesempitan berbahasa menyebabkan
kesempitan berfikir, alam pikiran anak tunarungu terpaku pada hal-hal
yang konkrit. Jika perhatiannya tertuju pada sesuatu sukar
melepaskannya.
4) Bersifat polos dan sederhana
5) Lebih mudah marah dan cepat tersinggung, karena ATR sukar
mengekpresikan maksudnya kepada orang lain
6) Sukar menangkap ungkapan orang lain menyebabkan mereka mudah
curiga dan cepat tersinggung.
43
7) Jalannya kaku dan agak membungkuk
8) Gerak mata dan tangannya lebih cepat
c. Tunanetra
1) Kurang mampu melakukan penyesuaian lingkungan
2) Menunjukkan perilaku stereotip, atau perilaku yang tidak semestinya,
contohnya sering menekan matanya, membuat suara dengan jarinya,
menggoyang-goyangkan kepala dan badan, atau berputar-putar
3) Mempunyai keterbatasan dalam belajar melalui pengamatan dan
menirukan, maka anak tunananetra sering mempunyai kesulitan dalam
melakukan perilaku sosial yang benar.
4) Curiga yang berlebihan pada orang lain, ini disebabkan oleh kurang
mampuannya dalam berorientasi terhadap lingkungannya
5) Mudah tersinggung. Akibat pengalaman-pengalaman yang kurang
menyenangkan atau mengecewakan yang sering dialami, menjadikan
anak-anak tunanetra mudah tersinggung.
6) Ketergantungan pada orang lain.
d. Kesulitan belajar
Menurut Clements, dalam (Sunardi, 2000:26) ada 10 karakteristik
yang dianggap paling sering ditemukan, yaitu:
1) Hiperaktif
2) Gangguan persepsi motorik
44
3) Emosi labil
4) Lemah dalam mengoordinasi secara umum
5) Gangguan pemusatan perhatian
6) Impulsif
7) Gangguan berfikir dan mengingat
8) Kesulitan belajar spesifik
9) Gangguan wicara dan pendengaran
10) Tanda neorologi tampak samar
e. Lamban belajar
Menurut Bandi, (2006:24) karakteristik yang dapat diamati dari anak
lamban belajar yaitu:
1) Rata-rata prestasi belajarnya rendah
2) Menyelesaikan tugas-tugas akademik sering terlambat dibanding dengan
teman-teman sebayanya
3) Daya tangkap terhadap pembelajaran lambat
4) Pernah tidak naik kelas
Anak lamban belajar membutuhkan pembelajaran khusus seperti:
waktu yang lebih lama, ketelatenan dan kesabaran guru, memperbanyak
latihan daripada hafalan, menuntut penggunaan media pembelajaran yang
variatif , diperlukan adanya pengajaran remidial.
45
5. Metode Pembelajaran Anak Inklusi (ABK)
Anak inklusi memang berbeda dengan anak pada normal lainnya baik dari
segi mental maupun secara pemikiran. Meskipun demikian anak inklusi juga
harus memiliki hak dalam masalah pendidikan. Ada beberapa metode
pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus menurut Aqila Smart, (2010:
74) yaitu:
a. Anak tunanetra
Dalam proses pembelajaran anak tunanetra menggunakan suatu
metode pembelajaran yang dibedakan menjadi beberapa media yaitu
media untuk menjelaskan konsep yang berupa alat peraga yang membantu
proses pembelajaran anak tunanetra meliputi objek atau situasi yang
sebenarnya dengan cara prinsip totalitas atau situasi yang sebenarnya,
benda asli yang telah diawetkan, tiruan /model (tiga dan dua dimensi).
Media untuk membantu kelancaran proses pembelajaran yang berupa alat
bantu seperti menulis huruf braille , alat bantu untuk membantu membaca
huruf braille (papan huruf dan optacon), alat bantu untuk berhitung
(cubaritma, abacus,speech calculator), dll
b. Tunagrahita
Metode pembelajaran untuk anak tunagrahita dengan menggunakan
sistem lesson study. Perencanaan dilakukan dengan menentukan topik
pembelajaran dengan terlebih dahulu melakukan identifikasi persoalan-
persoalan yang ada. Langkah selanjutnya adalah menyusun dan
46
mengembangkan model yang sesuai dengan kebutuhan anak berkebutuhan
khusus. Tahap pembelajaran dilakukan oleh seorang guru dalam
kelompok, sementara anggota yang lain mengamati dan memberi
masukan. Setelah itu dilakukan diskusi dan pembahasan mengenai
beberapa hal yang dipelajari.
c. Tunarungu
Menurut Aqila Smart, (2010) metode pembelajaran yang digunakan
bagi anak tunarungu yaitu MMR (Metode Material Reflektif) anak
tersebut dapat diajarkan mengolah bahasa mulai dari belajar bagaimana
cara untuk mengeluarkan suara, mengucapkan kata-kata hingga mampu
berkomunikasi dengan menggunakan kalimat yang baik dan benar.
d. Kesulitan belajar
Umumnya ada dua penyebab utama seorang anak mengalami
kesulitan belajar, jika tidak kognisinya yang terganggu maka biasanya
sosial dan emosionalnya yang terganggu. Beberapa pembelajaran yang
bisa anda lakukan bagi anak-anak yang mengalami kesulitan belajar.
Metode yang digunakan seringkali dengan metode ceramah, tanya jawab
dan diberikan metode yang berbeda dengan sebelumnya contohnya
dengan metode belajar sambil bermain, demonstrasi dll.
e. Tunalaras
Seperti yang kita ketahui, anak tunalaras memiliki hambatan emosi
dan tingkah laku sehingga kurang atau memahami kesulitan dalam
47
menyesuaikan diri terhadap lingkungan. Maka, situasi monoton yang
mereka hadapi akan memperparah gangguan perilaku pada mereka. Untuk
itu, metode pembelajaran bagi tunalaras harus bervariasi. Ekasetiazh:
(2015) Metode yang digunakan untuk anak tunalaras adalah metode yang
dapat memotivasi belajar, menarik dan tidak membosankan. Metode yang
sesuai dalam proses terapi permainan antara lain, metode brain stroming
(curah gagasan), metode diskusi, metoda problem solving, metode inquiry,
metode kerja kelompok, metode karya wisata, metode eksprimen, metode
latihan, metode penugasan dan lain sebagainya.
D. Kajian Penelitian Terdahulu
1. Skripsi yang disusun oleh Dwi Isnaini Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
IAIN Salatiga tahun 2015 dengan judul: Model Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam Pada Anak Tunagrahita Di Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina
Yogyakarta Tahun Pelajaran 2012. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa
tingkat keberhasilan mengenai Pendidikan Agama Islam pada anak
tunagrahita mengalami perkembangan yang baik artinya ada perbedaan
perilaku yang awalnya masih perlu arahan dalam melakukan shalat, wudhu
sekarang mampu melakukan sendiri, dan perilaku anak tidak
mengganggu orang lain lagi.
2. Skripsi yang disusun oleh Tuti Rochanah Fakultas Tarbiyah Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Tahun 2009 dengan judul: Problematika
Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Siswa Tunarungu di
48
SDLB-B di SLB Marsudi Putra 1 Bantul Yogyakarta. Hasil penelitian
menyimpulkan bahwa pembelajaran pada anak tunarungu SDLB-B lebih
ditekankan pada aspek pembinaan ketrampilan dan sikap, dalam kaitannya
pada mata pelajaran PAI yang lebih ditekankan adalah kemampuan siswa
dalam beribadah seperti solat, wudhu, puasa, doa dan bersikap atau
berperilaku yang baik. Problematika yang dihadapi dalam pembelajaran PAI
antara lain kurangnya kompetensi guru dimana guru mengampu mata
pelajaran PAI merupakan lulusan SGPLB-C, ketunagandaan siswa, kurangnya
perencanaan dalam pembelajaran, penggunakan alokasi waktu belajar kurang
efektif dan pemanfaatan media kurang maksimal. Upaya yang dilakukan
dalam problematika ini adalah belajar dan memahami siswa tunarungu,
menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran sesuai dengan kondisi siwa,
memodifikasi RPP dengan materi pelajaran PAI yang ada agar sesuai dengan
kondisi siswa.
3. Skripsi yang disusun oleh Antin Mulyani Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2011 dengan
judul: Metode Pembelajaran Akidah Akhlak Bagi Anak Tunagrahita di SLB-
C Dharma Rena Ring Putra Janti Catur Tunggal Depok Sleman. Hasil
penelitian menyimpulkan bahwa yang mendasari pembelajaran akidah akhlak
di SLB-C Dharma Rena Ring Putra 1 adalah pentingnya pembelajaran akidah
akhlak sebagai pedoman hidup serta menanamkan karakter dan perilaku
peserta didik. Metode yang diterapkan di sekolah ini meliputi: metode
49
ceramah, tanya jawab, demonstrasi, suri tauladan, pembiasaan serta
pemberian tugas terbimbing. Hasil dari pembelajaran akidah akhlak
menunjukkan adanya dampak positif bagi anak tunagrahita berupa perubahan
yang signifikan kearah yang lebih baik terhadap pemahaman dan tingkah laku
peserta didik.
4. Skripsi yang disusun oleh Chikmatul Fatmawati Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri Salatiga tahun 2014 dengan judul: Metode Pembelajaran PAI pada
Siswa Tunarungu di SLB Negeri Kecamatan Kowangan Temanggung Tahun
2014. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa guru di SLB Negeri
Temanggung dalam pembelajaran pendidikan agama islam menggunakan
metode antara lain metode artikulasi, dan metode latihan. Karakteristik
pembelajaran pendidikan agama islam sama dengan sekolah umum tetapi
berbeda pada aplikasi pembelajaran di materi, waktu dan jadwal pembelajaran
juga berbeda dengan sekolah umum. Sedangkan faktor pendukungnya yaitu
guru mengajar sesuai dengan profesionalnya, guru selalu menjunjung tinggi
etos kerja. Adapun penghambatnya adalah kurangnya kedisiplinan siswa
dalam masuk sekolah dan perhatian yang kurang dari wali murid
Berdasarkan penelitian tersebut bahwa penelitian yang penulis lakukan
berbeda dengan penelitian tersebut penelitian pertama fokus pada model
pembelajaran dan materi-materi pembelajaran PAI bagi anak tunagrahita.
Penelitian yang kedua tingkat keberhasilan dan problematika dalam
pembelajaran PAI pada siswa tunarungu. Penelitian ketiga fokus pada metode
50
pembelajaran dan hasil pembelajaran akidah akhlak bagi anak tunagrahita.
Penelitian keempat fokus pada karakteristik dan metode pembelajaran PAI
bagi anak tunarungu.
Persamaan secara keseluruhan yang peneliti lakukan ialah terletak pada
pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan terletak pada sub yang sama yaitu
sama-sama membahas tentang anak berkebutuhan khusus.
Perbedaan dengan peneliti lakukan ialah pada metode pembelajaran PAI
bagi anak inklusi, dimana anak inklusi tersebut melakukan proses
pembelajaran dengan anak normal lainnya dan sekolah tersebut termasuk
sekolah umum bukan sekolah yang memang menangani anak-anak
berkebutuhan khusus sehingga dalam proses pembelajaran tentunya sangat
berbeda dengan sekolah SLB maupun sekolah inklusi.
51
BAB III
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum SMP Negeri 7 Salatiga
1. Sejarah berdirinya SMP Negeri 7 Salatiga
Tahun 1987 tepatnya pada bulan Juli SMP Negeri 7 Salatiga berinduk di
SMP Negeri 2 Salatiga di Jalan Kartini No. 26 Salatiga, saat itu hanya ada 1
kelas dengan sistem masuk siang. Kemudian pada akhir tahun 1987 SMP
Negeri 7 Salatiga pindah di Jalan Setiaki No. 15 Salatiga. Tujuan didirikan
sekolah di Jalan Setiaki No. 15 Salatiga adalah menampung peserta didik
yang tinggal di daerah Salatiga pinggiran.
Kepala sekolah yang pertama yaitu ibu Sartijah, beliau menjabat sebagai
kepala sekolah pada periode 1987-1990. Guru tetap yang mengajar ada 4
orang termasuk ibu Sartijah, pada saat itu hanya ada 2 gedung dan masih
beralaskan tanah.
Sejak awal berdirinya SMP Negeri 7 Salatiga kepemimpinan kepala
sekolah sudah berganti 7 kali kepemimpinan , yaitu :
a. Sartidjah tahun 1987 – 1990
b. Drs. Supii Darmo Siswoyo tahun 1990 – 1993
c. Khaerul Saleh, B.A. tahun 1993 – 1998
d. Siswanto, B.A. tahun 1998 – 2002
e. Drs. Tri Purnama Adi Putranta tahun 2002 – 2007
52
f. Edi Waspodo, S.Pd. tahun 2007 – 2013
g. Dra. Anna Maria Andharini, M.Pd. tahun 2013 – sekarang
2. Visi dan Misi SMP Negeri 7 Salatiga
a. Visi
Terwujudnya insan yang 'SIAP berprestasi' (Santun berperilaku, Iman
dalam beragama, menjaga Asri lingkungannya, dan Percaya diri untuk
meraih prestasi).
b. Misi
1) Menumbuhkan perilaku warga SMP Negeri 7 Salatiga untuk bersikap
santun dalam pergaulan.
2) Menumbuhkan kedisiplinan peserta didik dan tenaga kependidikan
untuk menciptakan suasana kegiatan belajar mengajar disekolah yang
kondusif.
3) Menumbuhkan penghayatan dan pengamatan terhadap ajaran agama
yang dianut melalui pendidikan agama dan budaya bangsa sehingga
terbangun peserta didik yang taqwa dan berakhlak mulia.
4) Menanamkan sifat cinta lingkungan dan kebersihan dengan pembinaan
yang rutin dan terencana.
5) Mendorong dan membantu setiap peserta didik untuk mengenali
seluruh potensi dirinya sehingga dapat berkembang secara optimal.
6) Menumbuhkan semangat berprestasi secara intensif kepada seluruh
warga SMP Negeri 7 Salatiga.
53
3. Profil sekolah
a. Identitas sekolah
Nama Sekolah : SMP Negeri 7 Salatiga
Alamat : Jl. Setiaki 15, Dukuh, Sidomukti, Kota
Salatiga, Provinsi Jawa Tengah
Kode Pos : 50722
Telepon : 0298 – 322272
Email : [email protected]
NPSN : 20328440
Status Sekolah : Negeri
Bentuk Pendidikan : SMP
Status Kepemilikan : Pemerintah Daerah
Akreditasi : A
Kurikulum : Kurikulum 2013
Luas Tanah : 12.780 m2
b. Pendidik
Tabel 3.1
Data Guru Pengurus Inklusi
No Nama Jenis jabatan
dalam dinas
Jabatan dalam
pengurus
1. Dra. Anna Maria Andharini, M.Pd Kepala Penanggung
54
NIP. 19830128 198403 2 009 Sekolah jawab
2. Sudiyo, S.Pd
NIP. 19760315200604 1 025
Kurikulum Ketua
Pelaksanaan
3. Dwi Retno Setyaningrum, S.Pd
NIP. 196605151989032012
Guru BK Sekretaris
4. Gisti Waliyatun
NIP. 196408061987032013
Guru Bendahara
5. Dwi Haryono, S.Kom
NIP. 197603082010011010
Guru Anggota
6. Dwi Ariyanti, S.Pd
NIP. 108412072010012002
Guru Anggota
(Dokumentasi keadaan siswa SMP N 7 Salatiga tahun ajaran 2017/2018)
c. Keadaan siswa
Tabel 3.2
Jumlah Siswa
Dari total jumlah siswa pada tahun 2017/2018, dapat diklasifikasikan
jumlah siswa dari setiap agama pada tabel sebagai berikut:
No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah
1. VII D 1 - 1
2. VII C 2 - 1
3. VII G - 2 2
4. VIII B - 1 1
55
5. VIII C - 1 1
6. IX B - 1 1
7. IX F 1 - 1
(Dokumentasi keadaan siswa SMP N 7 Salatiga tahun ajaran 2017/2018
Tabel 3.3
Jumlah Siswa Menurut Agama
No Kelas Agama Jumlah
Islam Kristen Hindu Budha Katolik
1. VII 4 1 0 0 0 5
2. VIII 2 0 0 0 0 2
3. IX 2 0 0 0 0 2
(Dokumentasi keadaan siswa SMP N 7 Salatiga tahun ajaran 2017/2018)
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah total anak inklusi di SMP
Negeri 7 Salatiga tahun ajaran 2017/2018 adalah 9 anak dengan sebaran
masing-masing agama, yaitu Islam 8 anak, Kristen 1 anak.
Tabel 3.4
Data Siswa Inklusi
No Nama L/P Tanggal
lahir
Kelas Jenis
kelainan
1. Rifa’atin Nur Azizah P 16-01-2004 VII G Tunagrahita
2. Yuliana Dwi Nur K P 09-07-2002 VII G Tunagrahita
56
3. Yonathan Rexi Prabowo L 12-01-2001 VII C Tunagrahita
4. Priyono L 29-10-2003 VII C Tunagrahita
5. Endra Putra Bangsawan L 18-08-2003 VII D Tunagrahita
6. Alisa yuliani P 12-07-2001 VIII B Tunagrahita
7. Alia yuliana P 12-07-2001 VIII C Tunagrahita
8. Irfan Zulfa L 01-12-2000 IX F Tunagrahita
9. Sherly Angelina P 04-10-2001 IX B Tunagrahita
(Dokumentasi keadaan siswa SMP N 7 Salatiga tahun ajaran 2017/2018)
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah total anak inklusi di SMP
Negeri 7 Salatiga tahun ajaran 2017/2018 adalah 9 dengan jenis kelainan
tunagrahita ringan.
4. Sarana prasarana
Sarana dan prasarana yang ada di SMP Negeri 7 Salatiga pada tahun
ajaran 2017/2018 adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1
Data ruang sarana dan prasarana SMP Negeri 7 Salatiga
No Jenis Ruang Jumlah Keadaan
1. Lab. IPA 1 Baik
2 Aula 1 Baik
3. Perpustakaan 1 Baik
57
4. Lapangan Sepak Bola 1 Baik
5. Lapangan Volley 1 Baik
6 Lapangan Basket 1 Baik
7. Ruang musik 1 Baik
8. Ruang Kelas 24 Baik
9. Ruang Dapur 1 Baik
10. Ruang Kurikulum 1 Baik
11. Ruang Kepala Sekolah 1 Baik
12. Ruang BK 1 Baik
13. UKS 1 Baik
14. Musola 1 Baik
15. Ruang OSIS dan Pratikum 1 Baik
16. Koperasi dan kantin 7 Baik
17. Tempat baca / gazebo 2 Baik
(Dokumentasi sarana dan Prasarana SMP N 7 Salatiga tahun pelajaran 2017/2018
58
B. Temuan Penelitian
Dalam temuan penelitian tentang metode pembelajaran PAI bagi anak inklusi
di SMP N 7 Salatiga akan disajikan melalui hasil wawancara dengan guru PAI,
guru pembimbing khusus inklusi (GPK) dan siswa pada tanggal 16 November- 25
November 2017
1. Metode pembelajaran pendidikan agama islam bagi anak inklusi di SMP N 7
SALATIGA.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam proses belajar mengajar sebelum
melakukan penyusunan RPP. Penyusunan RPP disini untuk Pendidikan
Agama Islam sebenarnya sama dengan RPP pada umumnya. Sebagaimana
hasil wawancara bersama GPK yaitu bapak SDY sebagai berikut:
“..Untuk RPP sebenarnya sama tapi cuma indikatornya dibedakan gitu
lho,secara akademik sama cuma di turunkan indikatornya misalnya untuk
anak regular bisa membaca dan menulis itu paling yang inklusi cuma
menulis saja. Sebagian untuk anak inklusi bisa membaca tapi gak nyantel
dan metode yang sering saya gunakan yaitu metode drill di ulang- ulang
dan latihan itu mbk...” (Wawancara dengan SDY selaku GPK, 21
November 2017, pukul 16.00-17.00, di ruang tamu)
Rencana pembelajaran PAI bagi anak inklusi di SMP N 7 penyusunan
perencanaan pembelajaran tersebut sama dengan anak reguler. Hal ini sesuai
dengan yang diungkapkan oleh guru PAI ibu LA sebagai berikut:
“...karena disini belum ada kelas inklusi, untuk RPP masih sama dengan
RPP yang pada umumnya, kalau dulu pernah ada program untuk anak
inklusi yaitu setiap pulang sekolah anak inklusi diberi jam tambahan
sesuai yang dijadwalkan atau diberi bimbingan sama pak diyono tetapi
59
untuk saat ini belum ada lagi,..” (Wawancara dengan LA selaku guru
PAI, 16 November 2017, pukul 10.50-11.45, di ruang guru)
Senada dengan pernyataan DM guru PAI kelas VII & IX, dan MS yang
menjabat sebagai guru PAI kelas VII & VIII di SMP N 7 Salatiga
mengatakan:
“....Saya kira RPP sama pada umumnya, jadi dikelas itu kita perlakukan
sama sekalipun perhatian khusus pada anak-anak yang mempunyai
perilaku khusus seperti anak inklusi dan belum ada RPP khusus untuk
anak inklusi...” (Wawancara dengan MS selaku guru PAI, 16 November
2017, pukul 09.10- 09.45, di musola )
Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa,
penyusunan RPP sesuai dengan silabus, sama dengan RPP yang ada pada
umumnya karena disini belum terdapat kelas inklusi jadi RPP anak inklusi
dengan reguler sama yang terpenting anak inklusi dapat mengikuti
pelajaran bersama teman-temannya di kelas.
Proses belajar mengajar selain menyiapkan perencanaan pembelajaran
juga penting dalam memilih metode pembelajarannya dimana seorang guru
memberikan wawasan atau ilmu pengetahuan terhadap siswa agar siswa
trsebut dapat memahami, menangkap, apa yang di sampaikan oleh guru. Dari
hasil penelitian mengenai metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
SMP N 7 Salatiga dapat dilihat dari wawancara dengan Guru PAI bapak MS
Sebagai berikut:
60
“..Sebenarnya sama dengan anak normal lainnya dengan klasikal seperti
menggunakan ceramah, diskusi, menggunakan alat peraga karena pada
pembelajaran anak inklusi itu sama jadi memposisikan anak itu seperti
anak umumnya tidak membedakan makhluk e gusti allah kaya gitu lo...”
(Wawancara dengan MS selaku guru PAI, 16 November 2017, pukul
09.10-09.45, di musola )
Hal tersebut sama yang di utarakan oleh DM guru PAI:
“..Ya lebih banyak klasikal, individual itu kalau praktik. Ada perhatian
khusus yang di perlakukan anak itu tidak disamakan dengan yang lain
tapi pada umumnya itu sma... (Wawancara dengan DM selaku guru PAI,
20 November 2017, pukul 10.50-11.45, di musola )
Berbeda pernyatakan yang diutarakan oleh LA guru PAI:
“..Sebenarnya untuk anak inklusi sendiri metode pembelajaran tidak bisa
klasikal, klasikalnya dengan anak regular terus untuk individu
menggunakan metode personal kaya tutor itu lho mbak, saya menangani
hanya satu anak untuk PAI ...” (Wawancara dengan LA selaku guru PAI,
16 November 2017, pukul 10.50-11.45, di ruang guru)
Adapun metode ceramah yang digunakan oleh guru dalam pelajaran PAI
bagi anak inklusi di kelas dalam proses belajar mengajar. Dari hasil
penelitian mengenai metode ceramah dalam pembelajaran Pendidikan
Agama Islam di SMP N 7 Salatiga dapat dilihat dari wawancara dengan
Guru PAI ibu LA sebagai berikut:
“..Pertama kita harus lihat inklusinya itu dimana, misalnya yang saya
ajar itu anaknya pendiem kalau diajak komunikasi sih nyambung tapi
kalau suruh mengerjakan dia itu tidak bisa. seringnya gitu sering tidak
nyambung akan tetapi kalau face to face dia mengerti , untuk 1 materi
dia bisa tetapi untuk banyak materi dia sering kebingungan .dia itu
pelajaran agama nilainya paling rendah tapi kalau diajarkan satu
persatu materi dia mengerti tapi sulit untuk mengingat.,..” (Wawancara
61
dengan LA selaku guru PAI, 16 November 2017, pukul 10.50-11.45, di
ruang guru)
Begitu pula yang yang dituturkan oleh bapak DM selaku guru PAI yaitu:
“..Kita perlakukan sama mbk, kan itu jadi satu dengan anak lainnya
sehingga untuk membedakan yang mana kecuali anak inklusi sendiri
atau ada kelas khusus. Cuma waktu-waktu tertentu kita sebagai guru
agama juga memberikan perhatian khusus yaitu kita dekati anak
tersebut.” (Wawancara dengan DM selaku guru PAI, 20 November
2017, pukul 10.50-11.45, di ruang guru)
Begitu pula pernyataan bapak MS selaku guru PAI yaitu:
“...Metode ceramah kadang pendekatan individual diajak omong-
omong dan kita punya buku catetan tiap hari tentang perkembangan
anak inklusi...” (Wawancara dengan MS selaku guru PAI, 16 November
2017, pukul 09.10-09.45, di MUSOLA)
Beberapa metode yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran PAI anak
inklusi juga menyukai beberapa materi dalam PAI. Seperti yang telah di
utarakan oleh YDN sebagai siswa inklusi kelas VII G yaitu:
“..materi yang saya senangi Itu lho bu tentang kebersihan, seperti
menghilangkan najis, macam-macam najis, terus ada hadas kecil besar
itu sama yang wudhu pakai lebu itu apa namanya saya lupa...”
(Wawancara dengan YDN selaku anak inklusi, 22 November 2017,
pukul 08.30-09.15, di ruang musola).
Berbeda pernyataan dari saudara IF selaku anak inklusi kelas IX F yaitu:
“..Tentang nama-nama nabi, nama-nama malaikat, dan tentang puasa
bu..” (Wawancara dengan IF selaku anak inklusi, 24 November 2017,
pukul 09.10-09.45, di ruang BK).
Adapun pernyataan dari saudari SA selaku anak inklusi kelas IX F yaitu:
“...saya suka materi qurban, yaitu cara motongnya , terus istiqomah,
tawakal..” (Wawancara dengan SA selaku anak inklusi, 24 November
2017, pukul 09.45-10.10, di ruang BK).
62
Hasil penelitian mengenai metode diskusi dalam pembelajaran Pendidikan
Agama Islam di SMP N 7 Salatiga dapat dilihat dari wawancara dengan Guru
PAI bapak MS sebagai berikut:
“...Sama mbk, yang menarik anak inklusi begini ada yang diantara satu
kelas itu ada 2 anak inklusi yang satu itu paham yang satu gak paham,
anak yang satu ini sepertinya di bawah inklusi karena apa dia
menghitung atau menulis angka 1-30 aja tidak bisa. Kemarin saya
memberikan ulangan dari soal 50 yang bener itu cuma berapa tok...”
(Wawancara dengan MS selaku guru PAI, 16 November 2017, pukul
09.10-09.45, di Musola)
Adapun pernyataan dari ibu LA sebagai guru PAI yaitu:
“...Penerapan metode diskusi bergabung bersama dengan anak lainnya.
Kalau selama ini karena anaknya diem aja temennya yo ngajak tetapi
tidak dilibatkan misalnya dia disuruh sama temennya menulis ya dia
cuma menulis saja dan belum bisa mengikuti untuk mepresentasikan
diskusi tersebut. ..” (Wawancara dengan LA selaku guru PAI, 16
November 2017, pukul 10.50-11.45, di ruang guru)
Pernyataan ini setara yang diungkapkan oleh bapak DM sebagai berikut:
“...Kita jadikan kelompok dengan yang lain, walaupun temannya tidak
menerima kalau jadikan satu kelompok dengan anak inklusi dan
seringkali menjadi bahan bulian tapi ada juga yang menyadari kalau
temannya itu punya kekurangan...” (Wawancara dengan DM selaku
guru PAI, 20 November 2017, pukul 10.50-11.45, di ruang guru)
Anak inklusi ada beberapa yang suka dan ada yang tidak tentang
pembelajaran dengan metode diskusi, antara lain ini adalah pernyataan dari
YDN siswa kelas VII G:
“..Saya gak begitu suka kalau diskusi karena sering pada ramai sendiri,
sama temen-temen itu kalau saya berpendapat sering gak digagas dan
gak diterima..” (Wawancara dengan YDN selaku anak inklusi, 22
November 2017, pukul 09.30-0910, di musola)
63
Berbeda pernyataan dari PY anak inklusi kelas VII C yaitu:
“.. seneng bu, karena bisa belajar sama temen-temen..” (Wawancara
dengan PY selaku anak inklusi,22 November 2017, pukul 09.10-09.35,
di ruang gazebo)
Hasil penelitian mengenai metode demonstrasi dalam pembelajaran
Pendidikan agama Islam di SMP N 7 Salatiga dapat dilihat dari wawancara
dengan Guru PAI bapak MS sebagai berikut:
“...Kalau praktik solat ini bisa untuk hafalan dia bisa tapi kalau
membaca tidak bisa antara tulisan sama yg dibaca sering berbeda dan
dia itu kalau membaca salah terus dibetulkan temannya itu tidak mau
malah tersinggung dan marah tapi kalau anak yang satu tidak . Jadi
anak inklusi di 7 G ini beda karakternya kalau yuliana inklusinya itu
malah hampir sama dengan anak normal tp kalau yg rifatin dia memang
inklusi..” (Wawancara dengan LA selaku guru PAI, 16 November 2017,
pukul 10.50-11.45, di ruang guru)
Pernyataan ini setara yang diungkapkan oleh bapak DM sebagai berikut:
“..Itu belum sampai kesana, kalau praktik tetap sama dengan yang
lainnya. Ada yg secara ibadah itu baik tapi ada yang anak tertentu baca
itu sulit di ulang-ulang bahkan sering ditertawakan teman-temannya...”
(Wawancara dengan DM selaku guru PAI, 20 November 2017, pukul
10.50-11.45, di ruang guru)
Pernyataan dari anak inklusi tentang pembeljaran dengan metode demonstrasi
atau praktik menurut menurut EPB kelas VII G yaitu:
“.. Senang bu, soalnya kalau praktik solat itu gak di kelas terus tapi di
masjid jadi gak bosen..” (Wawancara dengan EPB selaku anak inklusi,
22 November 2017, pukul 09.30-09.00, di depan ruang kelas)
Hal tersebut senada dengan pernyataan RNA:
64
“... senang bu, jadi tidak bosen kan praktiknya di masjid..” (Wawancara
dengan RNA selaku anak inklusi, 22 November 2017, pukul 09.30-
09.10, di depan Musola)
Menurut hasil observasi yang dilakukan peneliti pada hari Rabu 15
November 2017 pukul 08.00-09.00, memperlihatkan bahwa metode
pembelajaran bagi anak inklusi yang digunakan oleh bapak MS sama dengan
anak normal lainnya. Seperti yang terlihat bapak MS menggunakan metode
praktik mencari huruf as-syamsiyah al-qomariyah di dalam alquran yang
bertempatan di masjid dengan cara berkelompok. Anak inklusi di jadikan satu
kelompok dengan yang lainnya.
Selain itu hasil penerapan metode baca tulis al-quran dalam pembelajaran
Pendidikan Agama Islam bagi anak inklusi dapat dilihat dari pernyataan
bapak DM sebagai guru agama yaitu:
“..Anak tertentu ada yang lancar dalam baca al-quran sementara di kelas
c itu belum bgitu lancar bahkan membaca asmaul husna aja masih
tertatih tatih...” (Wawancara dengan DM selaku guru PAI, 20 November
2017, pukul 10.50-11.45, di ruang guru)
Dan pernyataan dari bapak MS selaku guru PAI yaitu:
“...Dia kalau menulis kan bisa soalnya dia meniru yang ada di buku
tapi dia kalau disuruh membaca tulisannya tidak bisa...” (Wawancara
dengan MS selaku guru PAI, 16 November 2017, pukul 09.10-09.45, di
ruang guru)
Hasil pernyataan dari ibu LA sebagai berikut:
“...kalau membaca dan menulis untuk irfan itu dia sudah bisa membaca
al-quran. cma untuk yang lainnya tidak mampu dalam mikirnya itu lho
mbk, ..” (Wawancara dengan LA selaku guru PAI, 16 November 2017,
pukul 10.50-11.45, di ruang guru)
65
Para siswa juga menyampaikan pernyataan tentang pelajaran yang
disampaikan ibu/ bapak guru yang tidak mereka pahami. Pernyataan tersebut
disampaikan oleh YDN anak inklusi kelas VII G yaitu:
“... sering tanya pak sintoro kadang belajar lagi dirumah..”
(Wawancara dengan YDN selaku anak inklusi, 22 November 2017,
pukul 09.30-09.10, di musola).
Pernyataan juga di utarakan oleh saudari RNA anak inklusi kelas VII G:
“.. kalau tidak paham tanya, lalu kalau dirumah kan nanti bisa tanya
sama guru lesnya kalau tidak paham bu..” (Wawancara dengan YDN
selaku anak inklusi, 22 November 2017, pukul 09.30-09.10, di musola)
Berbeda penyataan dari saudara IZ anak inklusi kelas IX F yaitu:
“..ya kerjain sendiri kadang tanya google di internet..”
Hasil penelitian mengenai evaluasi yang digunakan untuk mengukur
keberhasilan siswa dalam pembelajaran PAI bagi anak inklusi seperti yang di
aturkan oleh bapak SDY yaitu:
“..Selama ini mengevaluasi belum ada secara khusus karena penanganan
inklusi sendiri itu yang pertama mengikuti dinas, dan sekolah itu asal
menerima maksudnya di tunjuk sebagai sekolah inklusi ya terus Cuma
mau tapi belum dipersiapkan secara keseluruhan termasuk ruangan.
Sementara saat saya di surabaya untuk program nya sudah sesuai
termasuk gurunya sudah full time. Programnya dulu sudah pernah ada
untuk penanganan secara khusus di tempat sumber yang masih
berpindah-pindah kadang di musola, perpustakaan tapi untuk tahun ini
belum berjalan lagi karena terbentur dengan tugas lainnya..”
(Wawancara dengan SDY selaku GPK, 21 November 2017, pukul 16.00-
17.00, di ruang tamu)
Berbeda yang di paparkan oleh ibu LA yaitu:
66
“...Evaluasinya masih sama, setiap diberikan remidi tapi masih saja
kurang, ..” (Wawancara dengan LA selaku guru PAI, 16 November
2017, pukul 10.50-11.45, di ruang guru)
Dan pernyataan dari bapak MS yaitu:
“..Lewat tes lisan ataupun tertulis mbk,.” (Wawancara dengan MS
selaku guru PAI, 16 November 2017, pukul 09.10-09.45, di ruang guru)
Hasil yang di utarakan oleh bapak DM sama dengan yang di utarakan oleh LA
yaitu sebagai berikut:
“...Untuk evaluasi sama dengan pada umumnya yaitu dengan
mengadakan remidial setiap selesai ulangan ..” (Wawancara dengan
LA selaku guru PAI, 16 November 2017, pukul 10.50-11.45, di ruang
guru)
Mengenai pengukuran nilai anak yang tidak memenuhi standar minimal yang
di paparkan oleh bapak DM yaitu:
“..Artinya dalam 1 KD kalau bisa, tidak tertinggal dengan yang lain
tidak harus sama minimal bisa , jika tidak memenuhi standar minimal
ya kita harus memaklumi karena kemampuan anak hanya bisa sejauh
ini kalau anak itu di tuntut harus sama dengan yang lain pasti tdak akan
bisa, kan manusia itu tidak ada yang sempurna..” (Wawancara dengan
DM selaku guru PAI, 20 November 2017, pukul 10.50-11.45, di ruang
guru)
Dan pernyataan dari bapak MS selaku guru PAI yaitu:
“..Kalau anak inklusi disini tidak masalah nilai tidak diperlukan jadi
nilai anak inklusi itu tersendiri dan tetap naik terus cuman nanti tidak
dapat nilai dan dapat surat tanda kelulusan saja..” (Wawancara dengan
MS selaku guru PAI, 16 November 2017, pukul 09.10-09.45, di ruang
guru)
Berbeda yang dipaparkan dari pernyataan ibu LA yaitu:
“...Diadakan remidial lagi secara bertahap dan menurut saya sudah
bagus, misalnya untuk solat udah bisa gerakannya dan bacaannya
67
cuman saya belum ngecek sah tidaknya tapi kita liat secara global itu
sudah bagus..” (Wawancara dengan LA selaku guru PAI, 16 November
2017, pukul 10.50-11.45, di ruang guru)
2. Faktor Pendukung Dan Penghambat Dalam Pembelajaran PAI Bagi
Anak Inklusi Di SMP N 7 Salatiga
Berdasarkan hasil wawancara kepada guru PAI, guru pembimbing
khusus, dan juga siswa, faktor pendorong dan penghambat metode
pembelajaran PAI bagi anak inklusi di SMP N 7 Salatiga dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
Menurut SDY selaku guru pembimbing khusus menjelaskan bahwa
faktor pendorong metode pembelajaran bagi anak inklusi adalah:
“..Karena di beri tanggung jawab ya berusaha di jalankan semaksimal
mungkin dan mungkin karena ada SK dari dinas berusaha melaksanakan
tugas itu,..” (Wawancara dengan SDY selaku GPK, 21 November 2017,
pukul 16.00-17.00, di ruang tamu)
MS menuturkan faktor-faktor pendorong metode pembelajaran PAI bagi
anak inklusi di SMP N 7 Salatiga adalah:
“...Yang mendorong ya saya melihat anak ini menarik jadi saya merasa
sebagai wujud amal ibadah kita perjuangan kita bagaimana bisa seperti
anak yang lain, yang kedua memberikan pembelajaran agar dapat
meningkat lalu dari pihak orang tua juga mendukung...” (Wawancara
dengan MS selaku guru PAI, 16 November 2017, pukul 09.10-09.45, di
ruang guru)
Berikut pernyataan dari bapak DM selaku guru PAI sebagai berikut:
“..Anak itu punya kesempatan dengan yang lain walaupun mungkin hasil
akhir itu tidak maksimal..” (Wawancara dengan DM selaku guru PAI, 20
November 2017, pukul 10.50-11.45, di ruang guru)
68
Faktor penghambat metode pembelajaran PAI dengan metode ceramah,
diskusi, dan demonstrasi bagi anak inklusi di SMP N 7 Salatiga
sebagaimana yang dipaparkan oleh MS:
“...Dia kurang tertarik dalam pelajaran. 2 anak inklusi ini sangat
berbeda yang satu diajar itu kalau gak tiduran ya mainan lambe tok
sampai berdarah, pandangannya itu kosong, kalau dikelas itu gaduh dan
yang satu ini anaknya gak jujur, dia dapat nilai 30 ngakunya jadi nilai 80
gitu mbk, terus anak ini itu sering ngikutin /buntut i anak laki-laki kelas
9 B yang namanya mario kalau gak salah ,tapi kalau yang satu dia
memperhatikan, catetan punya, jujur punya etika yang bagus. Berbeda
lagi kalau di kelas 7 c itu membaca itu gak bisa hanya melamun aja,
ditanya jawabnya iya tidak ...” (Wawancara dengan MS selaku guru PAI,
16 November 2017, pukul 09.10-09.45, di ruang guru)
Begitu yang dipaparkan oleh bapak DM yaitu:
“...Banyak faktor sebenarnya yaitu kadang anak itu sering di buli sama
temannya sehingga percaya dirinya itu kurang merasa tersisih, padahal
sebenarnya tidak terlalu jauh tertinggal, sekalipun metodenya
campuran yang sulit itu di metode inkuiri itu. Waktu yg agak sabar dan
lama..” (Wawancara dengan DM selaku guru PAI, 20 November 2017,
pukul 10.50-11.45, di ruang guru)
Hasil pernyataan dari LA selaku guru PAI sebagai berikut:
“..kalau saya merasakan untuk anak inklusi dalam pembelajaran
terkadang kasian mbk jadi saya harus menyesuaikan anak harus
menguasai materi atau ikut saja dan saya harus punya standar gitu ya,
lha ini yang selama ini belum ada kalau dulu ada program yang dibuat
pak diyo jadi setiap selesai pelajaran anak dipanggil. ..” (Wawancara
dengan LA selaku guru PAI, 16 November 2017, pukul 10.50-11.45, di
ruang guru)
Begitu pula pernyataan yang utarakan oleh guru pembimbing khusus yaitu
bapak SDY sebagai berikut:
69
“...Mungkin keterbatasan pengetahuan, sekolah belum bisa sesuai dengan
anak itu, sarana prasarana, bapak ibu guru belum bisa memberikan
dukungan secara maksimal..” (Wawancara dengan SDY selaku GPK,
21 November 2017, pukul 16.00-17.00, di ruang tamu)
Para siswa juga punya kendala tentang materi yang mereka tidak sukai dalam
pelajaran PAI. Seperti yang dipaparkan oleh saudara IZ yaitu:
“..Suka semuanya bu kalau agama..Cuma kalau nulis arab itu susah bu,
paling gak saya sukai selain agama itu matematika soalnya ngitung-
ngitung trus bikin pusing..” (Wawancara dengan IZ selaku anak inklusi,
24 November 2017, pukul 09.10-09.45, di ruang BK)
Ada juga yang mengatakan kalau dalam pelajaran agama/ PAI mereka tidak
mengalami kesulitan seperti yang dikatakan oleh YDN, SA dan PY:
“ .. suka semua sih bu kalau materi agama..” (Wawancara dengan IZ
selaku anak inklusi, 24 November 2017, pukul 09.10-09.45, di ruang
BK)
Adanya kendala dan hambatan dalam metode pembelajaran PAI bagi anak
inklusi tentunya ada upaya untuk menghadapi kendala tersebut. Hasil daro
pernyataan bapak SDY adalah:
“...Tanya-tanya atau sering guru ke GPK, dinas,cari internet untuk bisa
melayani dengan baik, memberi lobi ke kepala sekolah untuk sekolah
inklusi bisa dilaksanakan semestinya...” (Wawancara dengan SDY
selaku GPK, 21 November 2017, pukul 16.00-17.00, di ruang tamu)
Begitu pula berbeda dengan pernyataan dari ibu LA selaku guru PAI:
“...Upaya dalam kedala tersebut yaitu kita sebagai guru harus bersabar
untuk mengajar anak inklusi, mereka juga memiliki hak untuk belajar
jadi sebagai seorang guru kita tetap mendorong dan memotivasi...”
(Wawancara dengan LA selaku guru PAI, 16 November 2017, pukul
10.50-11.45, di ruang guru)
70
Untuk mengatasi hal tersebut, MS menjelaskan:
“...Dikasih pendekatan yang khusus diajak ngomong-ngong face to
face gitu mbk. Memberikan nasihat, motivasi agar anak itu tidak
minder dengan yang lain soalnya makhluk allah kan tidak ada yang
sempurna juga....” (Wawancara dengan MS selaku guru PAI, 16
November 2017, pukul 09.10-09.45, di ruang guru)
Dalam mengatasi hal tersebut begitu pernyataan yang di tuturkan oleh bapak
DM:
“...Ya tetap kita lakukan dengan apa adanya tanpa istilahnya
mengucilkan atau dibedakan tapi semuanya di maklumi ..” (Wawancara
dengan DM selaku guru PAI, 20 November 2017, pukul 10.50-11.45, di
ruang guru)
71
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 7 Salatiga melalui
metode observasi, dokumentasi, dan wawancara yang telah terkumpul data dari pihak
sekolah. Maka penulis akan menganalisa data untuk dapat menjawab rumusan
masalah dari penelitian sebagai berikut:
A. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Bagi Anak Inklusi di SMP
Negeri 7 Salatiga tahun 2017
1. Perencanaan pembelajaran
Berbicara mengenai metode pembelajaran PAI bagi anak inklusi memang
harus ada perencanaan, pelaksanaan, evaluasi bagi anak inklusi sendiri jika
tidak ada komponen pelaksanaan pembelajaran tersebut mungkin tidak akan
berjalan sesuai dengan tujuannya. Mengenai pendidikan untuk anak
berkebutuhan khusus mempunyai hak yang sama untuk memperoleh
pendidikan yang bermutu baik yang memiliki kelainan fisik, emosional,
mental, intelektual atau sosial, berhak memperoleh pendidikan khusus tidak
semata-mata pendidikan ABK itu dipandang tidak penting.
Perencanaan pembelajaran adalah suatu proses pembuatan
rencana, model, pola, bentuk, konstruksi, yang melibatkan guru,
peserta didik, serta fasilitas lain yang dibutuhkan, yang tersusun
secara sistematis agar terjadi proses pembelajaran yang efektif dan
72
efisien dalam mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan
(Chamsijiatin dkk, 2008:4).
Langkah-langkah yang dilakukan sekolah sebelum
melakukan penyusunan RPP ialah melakukan musyawarah dengan
komite sekolah maupun orang tua murid mengenai pembelajaran yang akan
diberikan kepada anak inklusi. Adapun untuk penyusunan RPP harusnya
berbeda dengan anak normal lainnya akan tetapi di SMP Negeri 7 Salatiga ini
untuk RPP sama dengan anak regular lainnya.
Bapak SDY, memaparkan dalam penyusunan RPP sama dengan anak
reguler lainnya tetapi indikatornya berbeda, misalnya untuk anak reguler
harus bisa membaca dan menulis sedangkan untuk anak inklusi sendiri hanya
menulis. Sebagian anak inklusi bisa membaca akan tetapi mereka tidak
mengetahui apa yang mereka baca.
Rencana pembelajaran PAI bagi anak inklusi di SMP N 7 penyusunan
perencanaan pembelajaran tersebut sama dengan anak reguler. Pembimbing
khusus juga membuat program pembelajaran terhadap anak inklusi tetapi
untuk tahun ini program tersebut belum berjalan kembali. Ibu LA,
memaparkan dalam rencana pembelajaran PAI di SMP N 7 Salatiga belum
ada kelas inklusi, untuk RPP masih sama dengan RPP yang pada umumnya,
pernah dulu ada program yaitu setiap pulang sekolah ada jam tambahan sesuai
jadwal yang di buat oleh guru pembimbing khusus akan tetapi belum untuk
tahun ini belum berjalan kembali.
73
Berdasarkan hasil penelitian dan kutipan buku di atas dapat disimpulkan
bahwa perencanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 7
Salatiga dapat terlaksana dengan cukup baik walaupun secara tertulis atau
RPP sama dengan anak regular dan belum ada RPPI sendiri dikarenakan
kurangnya guru khusus yang menangani inklusi ataupun guru pembimbing
khususnya bukan pada ranahnya dan siswa berkebutuhan khusus masih
tergolong anak yang memiliki kelainan dengan jenis tunagrahita ringan akan
tetapi guru dalam proses pembelajaran menyesuaikan kesulitan belajar anak
masing-masing serta penetapan pendekatan merupakan modal utama dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam agar terjadi proses pembelajaran yang
efektif dan efisien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
2. Pelaksanaan pembelajaran
Menurut Hamdani (2011: 203), rencana pelaksanaan pembelajaran
merupakan perencanaan jangka pendek untuk memperkirakan atau
memproyeksikan hal-hal yang akan dilakukan dalam pembelajaran. Oleh
karena itu rencana pelaksanaan pembelajaran perlu dikembangkan untuk
mengordinasikan komponen-komponen pembelajaran.
Pelaksanaan pembelajaran PAI di sekolah SMP N 7 Salatiga dalam proses
pelaksanaan pembelajaran mendapatkan perlakuan yang sama dengan anak
regular lainnya di dalam kelas dalam materi yang sama juga. Bapak
MS,memaparkan bahwa RPP dan pelaksanaannya sama pada umumnya, jadi
dikelas anak inklusi diperlakukan sama sekalipun perhatian khusus pada anak-
74
anak yang mempunyai perilaku khusus seperti anak tersebut dan juga belum
ada RPPI buat anak inklusi sendiri.Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh
peneliti dalam pembelajaran PAI di dalam kelas perbedaannya yaitu terletak
pada perhatian dan motivasi guru yang diberikan oleh anak inklusi sendiri.
Walaupun Anak inklusi bertempatan duduk di tengah-tengah anak regular
tidak di depan meja guru. Guru dapat mengkondisikan kelas dengan cara
mendekati anak tersebut dan memberikan pertanyaan atas materi yang telah
disampaikan, walaupun anak inklusi sendiri belum begitu paham.
Adapun yang dilakukan guru pembimbing khusus dalam mengoptimalkan
pelaksanaan pembelajaran tahun sebelumnya sudah dilakukan program yaitu
mengadakan jam tambahan bagi anak inklusi yang bertujuan agar anak inklusi
sendiri tidak terlalu ketinggalan pelajaran dengan anak regular lainnya.
Program tersebut dilakukan setelah pulang sekolah akan tetapi untuk tahun ini
program tersebut belum berjalan kembali karena ada berbagai hal atau belum
terdapat guru khusus anak inklusi sendiri.
Hasil penelitian setara dengan kutipan buku diatas dapat disimpulkan
bahwa pelaksanaan pembelajaran bagi anak inklusi sama satu kelas dengan
anak regular lainnya. Berbedanya guru memberikan perhatikan khusus,
memotivasi lebih untuk anak inklusi sendiri. Program tambahan pelajaran
pernah dilakukan pada tahun sebelumnya akan tetapi untuk tahun ini program
tersebut belum berjalan kembali. Pelaksanaan pembelajaran seharusnya juga
perlu dikembangkan untuk mengordinasikan komponen-komponen
75
pembelajaran bagi anak inklusi sendiri agar anak inklusi dalam pembelajaran
tidak terlalu tertinggal dengan anak lainnya.
3. Evaluasi pembelajaran
Menurut Nizar (2002: 78), evaluasi diterapkan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan seorang pendidik dalam menyampaikan materi pelajaran
menemukan kelemahan-kelemahan baik yang berkaitan dengan materi, media,
ataupun sarana. Evaluasi pembelajaran merupakan alat mengukur sampai
dimana kemampuan siswa dalam memahami dan menguasai materi yang
diberikan oleh guru.
Evaluasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP N 7 Salatiga
dilakukan bersamaan antara anak inklusi dengan anak regular lainnya. Selain
itu evaluasinya guru sering mengadakan tes remidial ataupun tugas untuk
perbaikan nilai. Remidial ini tidak hanya dilakukan oleh anak inklusi tetapi
semua anak yang mengikuti tes dan hasilnya tidak atau kurang dari standar
nilai yang ditentukan. Bapak DM memaparkan untuk evaluasi pembelajaran
sama dengan pada umumnya yaitu dengan mengadakan remidial seperti setiap
selesai ulangan nilai yang kurang di ulangi lagi.
Evaluasi dengan remidial yang diadakan oleh guru bertujuan agar nilai
yang dianggap belum mencapai batas minimal menjadi sebuah perbaikan agar
adanya peningkatan prestasi sesuai dengan kriteria keberhasilan yang di
tetapkan dan juga dapat tercapainya hasil belajar yang optimal. Untuk
pelaksanaan evaluasi akhir atau tes kenaikan kelas atau UN anak inklusi
76
mengikuti ujian bersama dengan anak regular. Anak inklusi dalam tes
kenaikan kelas tentu nilainya berbeda dengan yang lain akan tetapi pihak
sekolah tetap menaikkan kelas dikarenakan anak tersebut memiliki kebutuhan
khusus yang berbeda dengan anak lainnya. Dalam paradigma PLB
menjelaskan bahwa, anak dipandang dari kecacatannya dan bukan sebagai
individu yang unik yang mempunyai kelebihan di bidang lain. Anak diberi
pendidikan sesuai dengan label kecacatannya. Dalam ABK, semua anak tidak
dipandang cacat tetapi dipandang sebagai individu yang unik, sehingga setiap
individu mempunyai perbedaan dalam perkembangan dan mempunyai
kebutuhan khusus yang berbeda pula. Dalam ujian nasional yang dilakukan
anak inklusi soalnya tetap sama cuma perbedaaannya di ijasah yaitu terdapat
keterangan bahwa anak tersebut memiliki kebutuhan khusus.
Bapak MS memaparkan anak inklusi yang ada di SMP N 7 Salatiga tidak
masalah nilai tidak diperlukan jadi nilai anak inklusi itu tersendiri dan naik
terus cuman nanti tidak mendapatkan nilai dan surat tanda kelulusan saja.
Hasil penelitian di SMP N 7 Salatiga dapat disimpulkan bahwa evaluasi
pembelajaran yang dilakukan untuk mencapai keberhasilan seorang guru
dalam menyampaikan materi terhadap peserta didik dengan cara tes tertulis
maupun lisan. Evaluasi tes tertulis berbentuk remidial. Remidial yang
dilakukan anak inklusi dengan anak regular sama dalam artian sama soalnya,
sama waktunya. Untuk tes akhir semester atau ujian juga dilakukan serempak
antara anak inklusi dan regular juga mendapatkan soal yang sama.
77
Berbicara mengenai metode pembelajaran pastinya sangat banyak apalagi
metode pembelajaran pendidikan agama islam sendiri. Menurut Muhaimin
(2002:75), pendidikan agama islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan
siswa, dalam menyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan agama
islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan dengan
memperhatikan tuntunan untuk menghormati agama lain dalam hubungan
kerukunan agar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan
persatuan nasional. Guru yang mengajar Pendidikan agama islam di SMP N 7
Salatiga juga termasuk cukup karena di setiap kelas VII,VIII ataupun kelas IX
sudah ada akan tetapi terkadang guru PAI merasa kualahan juga untuk
menghadapi berbagai macam karakter siswa baik yang normal maupun yang
anak inklusi sendiri.
Adapun tujuan dari Pendidikan Agama Islam ialah suatu yang diharapkan
agar tercapainya usaha atau kegiatan baik dalam pengajaran ataupun sikap,
tingkah laku siswa dan menjadi manusia yang lebih baik dari yang
sebelumnya. Metode pembelajaran pendidikan islam sebenarnya banyak akan
tetapi metode yang sering digunakan guru di SMP N 7 Salatiga
4. Metode-metode pembelajaran
Metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam yaitu cara yang dilakukan
oleh guru PAI dalam menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik
dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
78
ditentukan dan peserta didik dapat mengerti ataupun memahami apa yang
disampaikan oleh guru.
Metode yang dilakukan oleh guru dalam menyampaikan pelajaran sesuai
dengan kemampuan siswa, dimana anak inklusi di SMP N 7 Salatiga
tergolong jenis kelainan tunagrahita ringan. Sementara metode yang sering
digunakan dalam pembelajaran PAI bagi anak inklusi yaitu: metode ceramah,
diskusi, demonstrasi, drill, pembiasaan, inkuiri dan resitasi.
a) Metode ceramah
Menurut Hamdani (2011: 156) metode ceramah berbentuk penjelasan
konsep, prinsip, dan fakta yang ditutup dengan tanya jawab antara guru
dan siswa. Metode ceramah dapat dilakukan oleh guru untuk memberikan
pengarahan, petunjuk diawal pembelajaran.
Metode ceramah yaitu cara yang dilakukan oleh guru untuk
menyampaikan materi pelajaran dengan cara lisan atau menerangkan
secara langsung agar siswa dapat mengerti. Metode ceramah adalah
metode yang sering dilakukan oleh guru PAI dalam menyampaikan
pelajaran.
Adapun anak inklusi dengan hasil wawancara bahwa guru
menyampaikan materi yang mereka senangi dengan metode ceramah ini
ada beberapa yang mereka pahami akan tetapi tidak terlalu nyambung
seperti yang diutarakan oleh saudari YDN materi yang disenangi dalam
pelajaran dengan metode ceramah yaitu tentang kebersihan, seperti
79
menghilangkan najis, macam-macam najis, hadas kecil besar, tayamum,
tetapi banyak juga yang tidak paham.
Dengan metode ini anak inklusi ada beberapa yang paham dan ada
yang tidak paham sama sekali karena dengan karakteristik anak yang
berbeda ini tentunya penangkapan materi juga berbeda. anak inklusi
sendiri ada yang sifatnya pendiam, agresif, tersinggungan, marah
tentunya untuk menanggapi anak inklusi dengan berbagai karakter yang
berbeda dibutuhkan kesabaran yang cukup juga. Jika anak tersebut belum
juga paham ketika dijelaskan sebagai seorang guru juga harus mendekati
muridnya secara langsung.
Seperti yang telah di utarakan oleh ibu LA selaku guru PAI yaitu
melihat inklusinya itu dimana, misalnya yang diajar anaknya pendiam
kalau diajak komunikasi nyambung tetapi kalau suruh mengerjakan
mereka tidak bisa dan tidak nyambung akan tetapi kalau secara langsung
dia mengerti, untuk 1 materi mereka bisa tetapi sulit untuk mengingat
sedangkan untuk banyak materi mereka kebingungan. Mereka dalam
pelajaran agama nilainya paling rendah.
Sesuai dengan kutipan dalam buku Ardi Setyanto (2017:161) bahwa
metode ceramah cara penerangan dan penuturan secara lisan oleh guru
terhadap kelas, sedangkan peranan murid ialah mendengarkan secara teliti
serta mencatat hal-hal pokok yang dikemukakan oleh guru.
80
Dari hasil wawancara dan sesuai dengan kutipan buku diatas
disimpulkan bahwa dengan metode ceramah dilakukan oleh guru dengan
cara menjelaskan secara langsung kepada peserta didik serta mencatat
hal-hal pokok yang dikemukakan guru agar peserta didik dapat
memahaminya akan tetapi berbeda dengan anak inklusi pastinya butuh
waktu untuk memahaminya. Dalam pembelajaran ini guru menggunakan
metode ceramah terhadap anak inklusi sama dengan anak regular lainnya
tidak dibedakan. Jikalau anak inklusi sendiri tidak paham maka guru
menjelaskan dengan cara face to face atau pendekatan secara langsung.
b) Metode diskusi
Metode diskusi menurut Ardi Setyanto (2017:164) yaitu cara
penyampaian bahan pelajaran dimana guru memberi kesempatan kepada
murid untuk mengumpulkan pendapat, kesimpulan, atau menyusun
berbagai alternatif pemecahan masalah.
Menurut hasil observasi dan dokumentasi pembelajaran dengan metode
diskusi dilakukan oleh anak inklusi bersamaan dengan anak regular satu
kelas lainnya. Anak inklusi di jadikan satu kelompok dengan yang lain
walaupun terkadang anak lainnya tidak menerimanya atau tidak
diperankan dalam kelompok. Oleh karena itu anak inklusi tersebut tidak
menyukai pembelajaran dengan metode diskusi karena salah satunya anak
tersebut tidak diperankan dalam kelompok, gaduh, dll. YDN kelas VII G
81
memaparkan dalam melakukan pembelajaran dengan metode diskusi yaitu
YDN tidak menyukai pembelajaran dengan metode diskusi karena tidak
kondusif dan teman-teman lainnya pada ramai sendiri dan jika
berpendapat sering diabaikan.
Hasil dokumentasi memperlihatkan diskusi kelompok yang dilakukan
di masjid dengan pembahasan atau materi pencarian huruf As-syamsiyah
dan Al-qomariyah jadi setiap kelompok harus mencari contoh huruf atau
bacaan As-syamsiyah Al-qomariyah yang terdapat dalam Al-qur’an.
Secara berkelompok anak mempunyai tanggung jawab untuk mencarinya
dan dalam setiap kelompok terdapat pembagian tugas, ada yang mencari,
menulis ataupun yang hanya mendengarkan saja. Dari dua anak tersebut
dalam satu kelas ini berbeda karakter yang satu paham dan yang satu lagi
menghitung angka 1-30 saja tidak bisa. Bapak MS selaku guru PAI kelas
VII G memaparkan hasil wawancara tentang pembelajaran dengan
metode diskusi yaitu Sama mbk, yang menarik anak inklusi begini ada
yang diantara satu kelas itu ada 2 anak inklusi yang satu itu paham yg
satu gak paham, anak yang satu ini sepertinya di bawah inklusi karena
apa dia menghitung atau menulis angka 1-30 aja tidak bisa. Kemarin saya
mmberikan ulangan dari soal 50 yang bener itu cma berapa tok.
Hasil penelitian wawancara dan kutipan buku diatas dapat disimpulkan
bahwa guru mengajar dengan metode diskusi bagi anak inklusi ini yaitu
bersamaan dengan anak regular dan dijadikan satu kelompok. Guru
82
memberi kesempatan kepada anak untuk mengumpulkan pendapat,
kesimpulan, atau memecahan suatu masalah bersama dengan
kelompoknya. Anak inklusi juga bisa berbaur dengan anak umum lainnya
walaupun terkadang dalam diskusi anak tersebut tidak di perankan dan
juga sebagian besar anak inklusi sendiri tidak begitu menyukai
pembelajaran dengan metode diskusi dikarenakan hal tersebut.
c) Metode demonstrasi
Menurut buku Ardi Setyanto metode demonstrasi yaitu metode
mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, atau aturan serta
melakukan suatu kegiatan baik secara langsung maupun melalui media
pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi.
Hasil penelitian wawancara dalam pembelajaran anak inklusi dengan
metode diskusi yang dilakukan di SMP Negeri 7 Salatiga yaitu anak
inklusi diajak praktik solat oleh guru PAI di masjid. Ada beberapa anak
yang sudah bisa melakukan solat darisegi bacaan dan gerakan mereka
sudah bisa tetapi ada beberapa jikalau di tes kembali ada yang belum hafal
bacaannya seperti tahiyat akhir. Mereka melakukan praktik bersama
dengan anak regular lainnya, dilakukan secara berkelompok dan guru
mengamatinya secara individual. Ketika anak inklusi tersebut salah
bacaannya dalam praktik sering kali teman-teman lainnya mengingatkan
dan membenarkan akan tetapi anak inklusi sendiri sering marah dan
83
tersinggung kalau dibenarkan ada juga dalam bacaannya diulang-ulang
kemudian teman-temannya sering menertawakannya.
Bapak DM selaku guru PAI kelas VII memaparkan mengenai metode
pembelajaran dengan metode demonstrasi yaitu dalam pelaksanaan praktik
sama dengan anak normal lainnya. Ada yang secara ibadah itu baik tapi
ada yang anak tertentu baca itu sulit di ulang-ulang bahkan sering
ditertawaakan teman-temannya.
Sesuai dengan teori diatas hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
metode demonstrasi ini merupakan metode yang mengajak murid untuk
lebih aktif mengamati dan memahami pelajaran dengan cara
memperagakan barang, kejadian ataupun kegiatan melalui media
pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi. Terkadang
ada beberapa murid yang dijelaskan guru itu langsung paham ada juga
murid dengan cara praktik dulu lebih paham. Berbicara mengenai metode
demonstrasi untuk anak inklusi sendiri sebagian besar mereka lebih
memahaminya sebagai contoh praktik solat mereka bisa memahami
walaupun memahaminya tidak seratus persen atau paham akan
gerakannya tetapi belum tentu mereka paham dengan bacaan . Akan tetapi
mereka juga bisa menangkap apa yang telah disampaikan oleh guru
walaupun tidak semuanya.
84
d) Metode drill
Menurut hamdani (2011: 161) metode drill (latihan) memanfaatkan
siswa yang telah lulus atau berhasil. Seorang siswa memerhatikan siswa
yang telah mencapai tingkat lanjut dalam melaksanakan semua tugas
dibawah bimbingan pelatih. Metode latihan merupakan cara guru
menyampaikan materi kepada siswa untuk latihan sendiri (dalam hal ini
biasanya siswa diekankan kepada latihan menulis, membaca) baik itu anak
reguler ataupun anak inklusi di kelas yang sama dengan waktu yang sama
pula. Misalnya murid diberikan latihan menulis surat-surat pendek untuk
dibuat PR.
Metode drill ini sebenarnya metode yang sudah lama digunakan guru
pembimbing khusus dalam menangani anak inklusi dengan cara setiap
pelajaran anak dituntut untuk bisa, contoh menulis maka setiap pelajaran
jika anak tersebut belum bisa guru menyuruhnya untuk di ulang-ulang
kembali atau latihan agar anak inklusi sendiri bisa menyesuaikan dengan
anak lainnya walaupun anak tersebut tidak bisa. Seperti yang dipaparkan
oleh bapak SDY selaku guru pembimbing khusus yaitu sebenarnya sama
tapi cuma indikatornya dibedakan, secara akademik sama cuma di
turunkan indikatornya misalnya untuk anak regular bisa membaca dan
menulis untuk yang inklusi cuma menulis saja. Sebagian untuk anak
inklusi bisa membaca tapi paham dan metode yang sering digunakan yaitu
metode drill dengan diulang- ulang dan latihan itu.
85
Selain dengan metode drill ada juga model pembelajaran bagi anak
inklusi menurut Dadang Garnida (2015: 51) yaitu dengan model model
full inclusion adalah model pembelajaran bagi anak-anak berkebutuhan
khusus dimana siswa-siswa berkebutuhan khusus secara penuh mengikuti
proses pembelajaran bersama-sama dengan siswa reguler lainnya di kelas
yang sama.
Dapat disimpulkan antara kutipan buku dan kutipan dari bapak SDY
setara bahwa pembelajaran dengan metode drill bagi anak inklusi seorang
guru menjelaskan kemudian memberikan tugas dengan cara melatih
sampai siswa itu paham ataupun diulang-ulang. Selain itu model dalam
pembelajarannya anak inklusi belajar bersama dengan anak reguler
lainnya agar mereka dapat menyesuaikan atau berinteraksi, berkomunikasi
supaya mereka tidak merasa ada perbedaan dengan anak normal lainnya.
e) Metode pembiasaan
Menurut Heri Gunawan (2014:93), adalah sesuatu yang sengaja
dilakukan secara berulang-ulang agar sesuatu itu dapat menjadi kebiasaan.
Metode pembiasaan digunakan seperti materi wudhu, solat dan Baca Tulis
Al-quran (BTA). Jadi ketika pelajaran PAI ataupun yang lain anak disuruh
untuk melakukan solat dhuha terlebih dahulu, kemudian sebelum memulai
pelajaran guru membantu siswa untuk membaca atau menghafal surat-
surat pendek.
86
Anak inklusi di SMP N 7 Salatiga ini ada beberapa yang memang
mereka tidak terlalu ketinggalan dalam pelajaran PAI untuk anak kelas
VIII dan IX itu mereka sudah bisa baca al-quran tapi untuk kelas VII
mereka bisa membaca tetapi tidak pas dengan apa yang dibacanya bahkan
membaca asmaul husna aja belum benar. Anak berkebutuhan khusus yang
di SMP N 7 Salatiga tergolong dalam anak berkebutuhan khusus
Tunagrahita ringan. Menurut buku Dadang Garnida (2015:9) terdapat tiga
indikator dalam tunagrahita yaitu; (1) keterhambatan fungsi secara umum
atau dibawah rata-rata, (2) ketidakmampuan dalam perilaku sosial/adaptif,
(3) hambatan perilaku sosial/adaptif terjadi pada usia perkembangan yaitu
sampai dengan usia 18 tahun
Seperti pernyatan dari bapak DM selaku guru PAI kelas VII yaitu
Anak tertentu ada yang lancar dalam baca Al-quran sementara di kelas
VII C itu belum begitu lancar bahkan membaca asmaul husna aja masih
tertatih tatih.
Sesuai dengan kutipan dan paparan hasil wawancara di atas bahwa
guru memberikan pelajaran dengan cara membiasakan anak supaya mudah
mengingat apa yang telah disampaikan agar menjadi sebuah kebiasaan.
Tentunya banyak perbedaan anak inklusi dengan anak normal lainnya
yaitu terlihat dalam proses pembelajaran yang terletak pada masalah dan
hambatan belajarnya. Walaupun terkadang anak tersebut belum bisa maka
guru akan menuntunnya secara perlahan dengan latihan yang di ulang-
87
ulang. Jadi pada dasarnya pembelajaran merupakan pendidikan yang
bertujuan untuk mendidik akhlak peserta didik dan jiwa mereka, dengan
kelapang dadaan, keikhlasan dan kejujuran.
Jadi peneliti menyimpulkan secara keseluruhan tentang metode
pembelajaran bagi anak inklusi di SMP N 7 Salatiga bahwa metode-
metode yang digunakan oleh guru PAI terhadap anak inklusi sama dengan
anak regular lainnya. Anak inklusi yang terdapat disekolah ini merupakan
anak berkebutuhan khusus jenis kelainan tunagrahita ringan. Anak
berkebutuhan khusus secara fleksibel pindah dari satu bentuk layanan
kebentuk layanan lain seperti kelas reguler (inklusi penuh) yaitu anak
berkelainan belajar bersama dengan anak normal lainnya di kelas reguler
dengan menggunakan kurikulum yang sama juga dan kelas reguller
dengan (cluster dan pull out) yaitu anak berkebutuhan khusus belajar
bersama dengan anak normal lainnya di kelas reguler dalam kelompok
khusus, dan dalam waktu-waktu tertentu ditarik dari kelas reguler ke
sumber untuk belajar dengan guru pembimbing khusus. Layanan kelas
reguler dengan cluster dan pull out ini dulu pernah dilakukan dan untuk
saat ini belum berjalan kembali dikarenakan belum ada guru pembimbing
khusus yang menanganinya atau memang sudah ranahnya dalam
pendidikan inklusi , GPK yang ada di SMP N 7 Salatiga ini adalah guru
bahasa jawa bukan guru yg khusus menangani anak inklusi.
88
Tunagrahita ringan ini merupakan anak yang memilki kemampuan
intelektual dibawah rata-rata atau bisa disebut dengan retardasi mental.
Tunagrahita ditandai dengan keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan
dalam interaksi sosial. Ada beberapa karakteristik anak inklusi di SMP N
7 Salatiga ini yaitu anak sering mudah tersinggungan, mudah marah,
pendiam dll. Hal ini sangat penting bagi guru untuk bisa memahami dan
memberikan perhatian lebih terhadap anak tersebut.
B. Faktor Pendukung Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Bagi
Anak Inklusi Di SMP Negeri 7 Salatiga
Beberapa faktor pendorong dalam pembelajaran bagi anak inklusi di SMP
Negeri 7 Salatiga. Sebagaimana yang di paparkan bapak SDY yaitu karena di beri
tanggung jawab berusaha untuk menjalankan semaksimal mungkin dan karena
ada SK dari dinas berusaha melaksanakan tugas tersebut.
Dan pernyataan dari bapak MS selaku guru PAI yaitu yang mendorong dalam
pembelajaran PAI sendiri melihat anak inklusi itu menarik jadi beliau merasa
sebagai wujud amal ibadah, perjuangan beliau sebagaimana bisa seperti anak
yang lain, yang kedua memberikan pembelajaran agar dapat meningkat dan dari
pihak orang tua juga mendukung.
Berdasarkan hasil wawancara diatas peneliti menyimpulkan beberapa faktor
pendorong dalam metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak
inklusi di SMP Negeri 7 Salatiga tahun 2017 antara lain:
89
1. Faktor Internal
a) Guru mengajar dengan sabar
Guru adalah pengganti orangtua ketika disekolah, guru juga harus
memahami setiap peserta didik. Disini melihat hasil observasi ketika
didalam kelas guru mengajarkan dengan penuh kesabaran, ketlatenan
ketika anak inklusi ataupun yang lain belum paham.
2. Faktor Eksternal
a) Faktor Keluarga (dukungan orang tua)
Dukungan dan kerjasama orang tua sangat membantu dan saling
terbuka dalam menyampaikan perkembangan yang telah dicapai oleh
anak.
b) Faktor Siswa ( motivasi belajar)
Motivasi belajar anak sangat tinggi. Anak tersebut selain belajar di
sekolah anak inklusi sendiri dirumah ada yang mendatangkan guru les
untuk berusaha agar mereka tidak tertinggal dengan anak lainnya.
c) Adanya SK dari Dinas
Adanya SK dari dinas ini merupakan tanggung jawab baru bagi
semua guru untuk melaksanakan program inklusi yang lebih baik lagi
d) Adanya guru pembimbing khusus
Dengan adanya guru pembimbing khusus yaitu sebagai konsultan
dalam menangani anak inklusi dan ada yang bertanggung jawab dalam
segala hal yang berhubungan dengan anak inklusi sendiri.
90
C. Faktor Penghambat dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Bagi
Anak Inklusi Di SMP Negeri 7 Salatiga
Proses pembelajaran juga tidak bisa terlepas dari beberapa faktor yang
menghambatnya. Beberapa faktor penghambat pelaksanaan pembelajaran
sebagaimana diungkapkan bapak SDY yaitu Mungkin keterbatasan pengetahuan,
sekolah belum bisa sesuai dengan anak itu, sarana prasarana, bapak ibu guru
belum bisa memberikan dukungan secara maksimal.
Berdasarkan hasil wawancara diatas peneliti menjabarkan beberapa faktor
yang menghambat pembelajaran bagi anak inklusi antara lain yaitu:
1. Faktor internal
a) Keterbatasan pengetahuan
Maksudnya keterbatasan pengetahuan seorang guru dalam
menangani anak inklusi tersebut.
Solusi: guru pembimbing khusus mengikuti berbagai sosialisasi yang
diselenggarakan dinas ataupun yang lainnya.
b) Latar belakang guru
Guru yang menjadi tanggung jawab atau GPK terhadap anak
inklusi bukan guru yang memang benar-benar tahu atau bidangnya
dalam penanganan anak inklusi. Guru tersebut adalah guru bahasa
jawa.
Solusi: harus adanya guru yang memang mengurus sesuai dengan
bidangnya.
91
2. Faktor eksternal
a) Sarana prasarana
Belum adanya kelas khusus bagi anak inklusi sendiri dan juga
belum memberikan pelayanan yang optimal.
Solusi: harus ada kelas khusus agar anak inklusi sendiri bisa fokus
jikalau ada materi yang belum paham di kelas bisa di tanyakan kepada
guru pada saat jam tambahan.
b) Dana
Dari dinas sendiri belum ada dana khusus untuk pelayanan anak
inklusi sendiri. Sekolah ini juga satu-satunya sekolah negeri yang
menerima inklusi dan di sekolah ini juga belum ada pendidikan inklusi
Solusi: dinas lebih memperhatikan lagi kalau sekolah ini di tunjuk
sebagai sekolah inklusi harusnya juga memberikan dana sendiri agar
anak inklusi dapat terlayani dengan baik.
c) Program tambahan belajar belum berjalan
Berbicara mengenai program inklusi sebenarnya GPK tahun lalu
sudah mempunyai program akan tetapi untuk saat ini belum berjalan
kembali.
Solusi: programnya dijalankan kembali agar anak inklusi sendiri bisa
belajar sesuai dengan yang mereka inginkan agar tidak terlalu
ketinggalan dengan anak regular lainnya.
92
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan berdasarkan hasil kajian dan pemahaman yang mengacu
pada rumusan masalah yang ditetapkan serta berdasarkan analisis data yang
diuraikan secara deskriptif pada bab IV, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Metode pembelajaran pendidikan agama islam bagi anak inklusi di SMP
N 7 Salatiga tahun pelajaran 2017/2018:
Secara keselurahan metode-metode pembelajaran PAI bagi anak
inklusi sama dengan anak regular lainnya dengan beberapa metode yaitu
metode ceramah, diskusi, demonstrasi, drill, pembiasaan dll. Letak
perbedaan metode yang digunakan guru untuk anak inklusi dan reguler
yaitu terletak pada perhatian seorang guru dalam proses belajar mengajar
dan guru juga sering memberikan jam tambahan ketika anak inklusi
tersebut belum paham akan tetapi dalam jam tambahan ini belum
terprogram khusus, hanya beberapa guru yang mengadakannya.
Anak berkebutuhan khusus menggunakan kurikulum yang sama juga
dan kelas reguller yaitu anak berkebutuhan khusus belajar bersama dengan
anak normal lainnya di kelas reguler dalam kelompok khusus, dan dalam
waktu-waktu tertentu ditarik dari kelas reguler ke sumber untuk belajar
93
dengan guru pembimbing khusus akan tetapi untuk tahun ini program
tambahan belum berjalan kembali seperti tahun yang sebelumnya.
2. Faktor pendukung dalam metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam
bagi anak inklusi di SMPN 7 Salatiga:
a. Faktor internal
Guru mengajar dengan sabar
b. Faktor eksternal
1) Dukungan dari orang tua
2) Motivasi belajar anak
3) Adanya SK dari dinas
4) Adanya guru pembimbing khusus
3. Faktor penghambat metode pembelajaran Pendidkan Agama Islam bagi
anak inklusi di SMP N 7 Salatiga:
a. Faktor internal
1) Keterbatasan pengetahuan guru dalam menangani anak inklusi
2) Guru pembimbing khusus yang tidak pada bidangnya
b. Faktor eksternal
1) Saranan prasarana
2) Pendanaan
3) Belajar tambahan yang belum berjalan kembali.
94
B. Saran
Sehubungan dengan hasil penelitian, penulis memberikan saran-saran sebagai
berikut:
1. Bagi sekolah:
a) Diharapkan SMP N 7 Salatiga kedepannya ada kelas khusus dan sarana
prasarana yang lebih memadai untuk anak inklusi.
b) Diharapkan SMP N 7 Salatiga ada guru pembimbing khusus yang
memang pada ranahnya, jadi anak inklusi dapat tertangani dengan baik.
c) Diharapkan SMP N 7 Salatiga dapat meningkatkan program-program
khusus yang dulu pernah berjalan bagi anak inklusi terutama memberikan
tambahan pelajaran di saat selesai sekolah agar anak inklusi sendiri tidak
terlalu tertinggal dengan anak reguler (normal) lainnya.
2. Bagi guru:
Guru harus lebih mengerti dan menyadari bahwa anak inklusi itu tidak
sama dengan anak lainnya, mereka adalah anak yang unik dan harus lebih
diperhatikan secara khusus.
3. Bagi orang tua:
Orang tua harus selalu memberi semangat, dukungan, motivasi, perhatian,
pengawasan, bahkan meluangkan waktu walaupun hanya bertanya kabar
ataupun bagaimana di sekolah hari ini.
95
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Majid & Dian Andayani,2004. Pendidikan Agama Islam Berbasis
Kompetensi Konsep Dan Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Aqib, Zaenal. 2014. Model-Model, Media, Dan Strategi Pembelajaran
Kontekstual (Inovatif). Bandung: Yrama Widya.
Bandhi. 2006. Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: Aditama,
Chabib Toha dan Abdul Mu’thi.1998. PBM PAI disekolah Eksistensi dan Proses
Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Chamsijiatin, Lise dkk. 2008. Pengembangan Kurikulum SD 3 SKS. Jakarta:
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional
Daradjat.1996. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara
Daradjat, Zakiah. 1996. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Delphie, Bandi. 2006. Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus Dalam Setting
Pendidikan Inklusi. Bandung : Refika Aditama
Depag RI. 1898. AL-Quran Dan terjemahannya. Semarang: CV. TOHA PUTRA
Djamal. 2015. Paradigma Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Eka, Prihatin. 2011. Manajemen Peserta Didik. Bandung: Alpabeta
Ekasetiazh: 2015. Pembelajaran Anak Tunalaras.
https://ekasetiazh.wordpress.com/2015/02/07/pembelajaran-anak-tunalaras/.
di akses pada tanggal 5 november 2017 pukul 10.23
Friend Marly, william D. Bursuck. 2015. Menuju Pendidikan Inklusi. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Garnida, Dadang. 2015. Pengantar Pendidikan Inklusi. Bandung: Refika Aditama
Haedari,Amien. 2014. Panduan Umum Implementasi Kurikulum 2013 Pendidikan
Agama Islam Dan Budi Pekerti. Depag RI
Izzan Ahmad, Saehudin. 2012. Tafsir Pendidikan. Banten: Pustaka Aufa Media.
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik
Indonesia Jakarta.2013.http://www.kemenpppa.go.id/lib/uploads/list/b3401-
96
panduan-penanganan-abk-bagi-pendamping-_orang-tua-keluarga-dan-
masyarakat.pdf di akses pada tanggal 29 oktober 2017 pukul 14:23
Kokasih E. 2012. Cara Memahami Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: Yrama
Widya.
Muhaimin. 2002. Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan
Pendididkan Agama Islam. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Musfah, Jejen. 2015. Managemen Pendidikan. Jakarta: Prenadamedia Group.
Nizar, Samsul. 2002. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Press
Prawitasari, Johana E. 2011. Psikologi Klinis (pengantar terapan mikro &
makro). Jakarta: Erlangga
Ramayulis. 2008. Metode Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
Rumidi, Sukardi. 2004. Metodologi Penelitian Petunjuk Praktis Peneliti
Pemula. Yogyakartaa: Gadjahmada
Santoso, Satmoko Budi. 2010. Sekolah Alternatif, Mengapa Tidak. Yogjakarta:
Diva Press.
Sari Siti Fatimah Mutia, Binahayati,dkk. Juli 2017. Jurnal Pendidikan Bagi Anak
Tunagrahita (Studi Kasus Tunagrahita Sedang di SLB N Purwakarta). Vol
4, No 2. ISSN 2442-448x (p), 2581-1126 (e)
Setyanto,Ardi. 2017. Interaksi dan Komunikasi Efektif Belajar- Mengajar.
Yogyakarta: Diva Press.
Smart,Aqila. 2010.Anak Cacat Bukan Kiamat. Yogyakarta: Katahati
Smith, J. David. 2006. Inklusi Sekolah Ramah untuk Semua. Bandung: Nuansa.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Sumantri, Sutjihati. 2006. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Refika Aditama.
Sunardi. 2000. Ortopedagogik Umum II Anak Berkesulitan Belajar. Surakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Universitas Sebelas Maret.
Syah, Muhibbin. 2015. Psikologi Belajar. Jakarta: Rajagrafindo Persada
Yusuf. Muri. 1986. Pengantar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Ghalia Indonesia
97
98
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Astri Laelatul Fadhilah
Tempat,Tanggal Lahir: Temanggung, 6 Mei 1996
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Nglorog, RT 01/RW 04 Pringsurat, Temanggung
Riwayat Pendidikan :
1. SD Negeri 2 Tuksongo lulus tahun 2008
2. SMP Negeri 2 Pringsurat lulus tahun 2011
3. MAN TEMANGGUNG, lulus tahun 2014
Demikian riwayat hidup ini dibuat. Atas perhatiannya penulis ucapkan terima kasih.
Salatiga, 13 Maret 2018
Penulis
Astri Laelatul Fadhilah
99
PEDOMAN WAWANCARA
Untuk Guru Pendidikan Agama Islam SMP Negeri 7 Salatiga
A. Identitas Informan
1. Nama :
2. Usia :
3. Wawancara hari/ tanggal :
4. Jabatan :
5. Agama :
B. Sasaran Wawancara
1. Metode pembelajaran pendidikan agama islam bagi anak inklusi di SMP
Negeri 7 Salatiga
2. Faktor pendorong dan penghambat dalam pembelajaran bagi anak inklusi di
SMP Negeri 7 Salatiga
C. Butir-butir pertanyaan
1. Metode pembelajaran pendidikan agama islam bagi anak inklusi di SMP
Negeri 7 Salatiga
a. Bagaimana perencanaan dalam pelaksanaan pembelajaran PAI bagi anak
inklusi?
b. Apakah dalam pembelajaran menggunakan metode klasikal atau
individual?
c. Apakah metode pembelajaran PAI bagi anak inklusi yang sering
digunakan?
d. Bagaimana penerapan metode ceramah dalam pembelajaran PAI bagi
anak inklusi?
e. Bagaimana penerapan metode diskusi dalam pembelajaran PAI bagi anak
inklusi?
f. Bagaimana penerapan metode demonstrasi dalam pembelajaran PAI bagi
anak inklusi?
100
g. Bagaimana penerapan metode baca tulis al-quran dan pembelajaran PAI
bagi anak inklusi?
h. Bagaimana penerapan metode resitasi dan inkuiri dalam pembelajaran PAI
bagi anak inklusi?
i. Evaluasi seperti apa yang digunakan untuk mengukur keberhasilan siswa
dalam pembelajaran PAI bagi anak inklusi?
j. Bagaimana pengukuran nilainya ? Dan untuk hasilnya bagaimana?
k. Bagaimana jika nilai anak tersebut tidak memenuhi standar minimal?
2. Faktor pendorong dan penghambat metode pembelajaran PAI bagi anak
inklusi
a. Apa saja faktor yang mendorong dalam metode (ceramah,diskusi,
demonstrasi/praktik, inkuiri dan resitasi) bagi anak inklusi?
b. Bagaimana kesulitan dalam mengajar menggunakan metode
(ceramah,diskusi, demonstrasi/praktik, inkuiri dan resitasi) bagi anak
inklusi?
c. Bagaimana upaya anda untuk menghadapi kendala atau hambatan dalam
penerapan metode pembelajaran PAI?
101
PEDOMAN WAWANCARA
Untuk Guru Pembimbing Khusus di SMP Negeri 7 Salatiga
A. Identitas Informan
1. Nama :
2. Usia :
3. Wawancara hari/ tanggal :
4. Jabatan :
5. Agama :
B. Sasaran Wawancara
1. Metode pembelajaran pendidikan agama islam bagi anak inklusi di SMP
Negeri 7 Salatiga
2. Faktor pendorong dan penghambat dalam pembelajaran bagi anak inklusi di
SMP Negeri 7 Salatiga
C. Butir-butir pertanyaan
1. Metode pembelajaran pendidikan agama islam bagi anak inklusi di SMP
Negeri 7 Salatiga
a. Bagaimana dengan penyusunan RPP untuk anak inklusi?
b. Apa ada metode pembelajaran yang khusus bagi anak inklusi?
c. Bagaimana cara mengevalusi pembelajaran untuk anak inklusi?
d. Bagaimana evaluasi pembelajarannya?
e. apakah anak inklusi juga mengikut UAS seperti anak normal lainnya?
2. Faktor pendorong dan penghambat metode pembelajaran PAI bagi anak
inklusi
a. Apa yang menjadi pendorong dalam penerapan pembelajaran PAI bagi
anak inklusi?
b. Apa saja yang menjadi hambatan atau kendala dalam pembelajaran anak
inklusi?
c. Bagaimana upaya untuk menghadapi kendala atau hambatan dalam
penerapan pembelajaran?
102
PEDOMAN WAWANCARA
Untuk Anak Inklusi di SMP Negeri 7 Salatiga
A. Identitas Informan
1. Nama :
2. Usia :
3. KELAS :
4. Wawancara hari/ tanggal :
5. Agama :
B. Sasaran Wawancara
1. Metode pembelajaran pendidikan agama islam bagi anak inklusi di SMP
Negeri 7 Salatiga
2. Faktor pendorong dan penghambat dalam pembelajaran bagi anak inklusi
di SMP Negeri 7 Salatiga
C. Butir-butir pertanyaan
1. Metode pembelajaran pendidikan agama islam bagi anak inklusi di SMP
Negeri 7 Salatiga
a. Menurut anda materi apa yang paling di senangi dalam pelajaran
pendidikan agama islam?
b. Bagaimana tanggapan anda ,jika bapak ibu melakukan diskusi
kelompok di kelas dalam pembelajaran PAI?
c. Bagaimana tanggapan anda, jika bapak ibu menyampaikan materi
dengan ceramah saja?
d. Bagaimana tanggapan anda, jika bapk/ibu menyampaikan materi
dengan menggunakan metode praktik dalam materi tertentu?
e. Apakah anda lakukan ,jika pelajaran yang disampaikan ibu/ bapak
guru tidak paham?
103
2. Faktor pendorong dan penghambat metode pembelajaran PAI bagi anak
inklusi
a. Apakah kamu senang pelajaran PAI dengan cara diskusi, praktik,
penugasan/PR?
b. Materi apa yang paling kamu tidak sukai dalam pelajaran PAI?
c. Bagaimana upaya kamu dengan materi yang tidak kamu sukai?
104
VERBATIN WAWANCARA
Untuk Guru Pendidikan Agama Islam SMP Negeri 7 Salatiga
A. Identitas Informan
1. Nama : Layly Atiqoh
2. Usia : 41 tahun
3. Wawancara hari/ tanggal : 15 november 2017
4. Jabatan : Guru Pendidikan Agama Islam
5. Agama :Islam
B. Hasil Wawancara
No Pertanyaan Jawaban Keterangan
1. Bagaimana perencanaan
dalam pelaksanaan
pembelajaran PAI bagi
anak inklusi?
karena disini belum ada kelas
inklusi, untuk RPP masih
sama dengan RPP yang pada
umumnya, kalau dulu pernah
ada program untuk anak
inklusi yaitu setiap pulang
sekolah anak inklusi diberi
jam tambahan sesuai yang
dijadwalkan atau diberi
bimbingan sama pak diyono
tetapi untuk saat ini belum
ada lagi,
Perencanaan
Pembelajaran
2. Apakah metode
pembelajaran PAI bagi
anak inklusi yang sering
digunakan?
Pertama kita harus lihat
inklusinya itu dimana,
misalnya yang saya ajar itu
anaknya pendiem kalau
Metode
Pembelajaran
105
diajak komunikasi sih
nyambung tapi kalau suruh
mengerjakan dia itu tidak
bisa. seringnya gitu sering
tidak nyambung akan tetapi
kalau face to face dia
mengerti , untuk 1 materi dia
bisa tetapi untuk banyak
materi dia sering
kebingungan .dia itu
pelajaran agama nilainya
paling rendah tapi kalau
diajarkan satu persatu materi
dia mengerti tp sulit untk
mengingat.
3. Bagaimana penerapan
metode diskusi, ceramah,
demonstrasi, pembiasaan,
dan metode lainnya dalam
pembelajaran PAI bagi
anak inklusi?
Penerapan metode –metode
itu ya tetap bergabung
bersama dengan anak lainnya.
Kalau Selama ini karena
anaknya diem aja temennya
yo ngajak tetapi tidak
dilibatkan misalnya dia
disuruh sama temennya
menulis ya dia cuma menulis
saja dan belum bisa
mengikuti untuk
mepresentasikan diskusi
tersebut
Metode
pembelajaran
106
4 Evaluasi seperti apa yang
digunakan untuk
mengukur keberhasilan
siswa dalam pembelajaran
PAI bagi anak inklusi?
Evaluasinya masih sama,
setiap diberikan remidi tapi
masih saja kurang
Evaluasi
pembelajaran
5. Apa saja faktor yang
mendorong dalam metode
(ceramah,diskusi,
demonstrasi/praktik,
inkuiri dan resitasi) bagi
anak inklusi?
Secara garis besar agar
mereka itu bisa paham
walaupun dengan waktu yang
lama
Faktor
pendorong
6. Bagaimana kesulitan
dalam mengajar
menggunakan metode
(ceramah,diskusi,
demonstrasi/praktik,
inkuiri dan resitasi) bagi
anak inklusi?
kalau saya merasakan untuk
anak inklusi dalam
pembelajaran terkadang
kasian mbk jadi saya harus
menyesuaikan anak hrus
menguasai materi atau ikut
saja dan saya harus punya
standar gitu ya, lha ini yang
selama ini belum ada kalau
dulu ada program yg dibuat
pak diyo jadi setiap selesai
pelajaran anak dipanggil.
Faktor
penghambat
107
VERBATIN WAWANCARA
Untuk Guru Pendidikan Agama Islam SMP Negeri 7 Salatiga
A. Identitas Informan
1. Nama : mohammad Sintoro
2. Usia :46 tahun
3. Wawancara hari/ tanggal : kamis, 16 November 2017
4. Jabatan : guru PAI
5. Agama : ISLAM
B. Hasil Wawancara
No Pertanyaan Jawaban Keterangan
1. Bagaimana perencanaan
dalam pelaksanaan
pembelajaran PAI bagi
anak inklusi?
Sebenarnya sama dengan anak
normal seperti mengguna
ceramah, diskusi, menggunakan
alat peraga karena pada
pembelajaran ank inklusi itu sama
jadi memposisikan anak itu
seperti ank umumnya tdak
membedakan makhluk e gusti
allah kaya gitu lo...
Perencanaan
Pembelajaran
2. Apakah metode
pembelajaran PAI bagi
anak inklusi yang sering
digunakan?
Metode ceramah kadang
pendekatan individual diajak
omong2 dan kita punya buku
catetan tiap hari tentang
perkembangan anak inklusi
Metode
Pembelajaran
3. Bagaimana penerapan Sama mbk, Yang menarik anak Metode
108
metode diskusi, ceramah,
demonstrasi, pembiasaan,
dan metode lainnya dalam
pembelajaran PAI bagi
anak inklusi?
inklusi begini ada yg diantara satu
kelas itu ada 2 anak inklusi yang
satu itu paham yg satu gak
paham, anak yg satu ini
sepertinya di bawah inklusi
karena apa dia menghitung atau
menulis angka 1-30 aja tidak bisa.
Kemarin saya mmberikan ulangan
dari soal 50 yg bener itu cma
berapa tok
pembelajaran
4 Evaluasi seperti apa yang
digunakan untuk
mengukur keberhasilan
siswa dalam pembelajaran
PAI bagi anak inklusi?
Lewat tes lisan ataupun tertulis
mbk,
Evaluasi
pembelajaran
5. Apa saja faktor yang
mendorong dalam metode
(ceramah,diskusi,
demonstrasi/praktik,
inkuiri dan resitasi) bagi
anak inklusi?
Yang mendorong ya saya melihat
anak ini menarik jadi saya
merasa sebagai wujud amal
ibadah kita perjuangan kita
bagaimana bisa seperti anak yang
lain, yang kedua memberilkan
pembelajaran agar dapat
meningkat
Faktor
pendorong
6. Bagaimana kesulitan
dalam mengajar
menggunakan metode
(ceramah,diskusi,
Dia kurang tertarik dalam
pelajaran. 2 anak inklusi ini
sangat berbeda yang satu diajar
itu kalau gak tiduran ya mainan
Faktor
penghambat
109
demonstrasi/praktik,
inkuiri dan resitasi) bagi
anak inklusi?
lambe tok sampai berdarah,
pandangannya itu kosong, kalau
dikelas itu gaduh dan yang satu
ini anaknya gak jujur, dia dapat
nilai 30 ngakunya jadi nilai 80
gitu mbk, terus anak ini tu sering
ngikutin /buntut i anak laki-laki
kelas 9 B yang namanya mario
kalau gak salah ,tapi kalau yang
satu dia memperhatikan, catetan
punya, jujur punya etika yang
bagus. Berbeda lagi kalau di
kelas 7 c itu membaca itu gak bisa
hanya melamun aja, ditanya
jawabnya iya tidak .
110
VERBATIN WAWANCARA
Untuk Guru Pendidikan Agama Islam SMP Negeri 7 Salatiga
A. Identitas Informan
1. Nama : dimiyathi
2. Usia :58 tahun
3. Wawancara hari/ tanggal : SENIN, 20 November 2017
4. Jabatan : guru PAI
5. Agama : ISLAM
B. Hasil Wawancara
No Pertanyaan Jawaban Keterangan
1. Bagaimana perencanaan
dalam pelaksanaan
pembelajaran PAI bagi
anak inklusi?
Saya kira rpp sama pda umumnya
,jd dikelas itu kita perlakuakan
sama skalipun perhatian khusus
pada anak-anak yang mempunyai
perilaku khusus seperti anak
inklusi dan belum ada rpp khusus
untuk anak inklusi.
Perencanaan
Pembelajaran
2. Apakah metode
pembelajaran PAI bagi
anak inklusi yang sering
digunakan?
Untuk anak inklusi itu metodenya
tunjuk kerja maksudnya
penugasan, pengulangan materi
walaupun anak inklusi sendiri
berbeda dengan lainnya dalam
penugasan, kalau dinilai apa
adanya tentu nilainya sangat
tertinggal tapi kita memberi
nilainya akan berbeda
Metode
Pembelajaran
3. Bagaimana penerapan
metode diskusi, ceramah,
demonstrasi, pembiasaan,
dan metode lainnya dalam
pembelajaran PAI bagi
anak inklusi?
Kita perlakukan sama mbk, kan
itu jadi satu dengan anak lainnya
sehingga untuk membedakan
yang mana kecuali anak inklusi
sendiri atau ada kelas khusus.
Cuma waktu-waktu tertentu kita
sebagai guru agama juga
Metode
pembelajaran
111
memberikan perhatian khusus
yaitu kita dekati anak tersebut.
4 Evaluasi seperti apa yang
digunakan untuk
mengukur keberhasilan
siswa dalam pembelajaran
PAI bagi anak inklusi?
Untuk evaluasi sama dengan pada
umumnya yaitu dengan
mengadakan remidial setiap
selesai ulangan
Evaluasi
pembelajaran
5. Apa saja faktor yang
mendorong dalam metode
(ceramah,diskusi,
demonstrasi/praktik,
inkuiri dan resitasi) bagi
anak inklusi?
Anak itu punya kesempatan dgn
yg lain walaupun mungkin hasil
akhir itu tdak maksimal
Faktor
pendorong
6. Bagaimana kesulitan
dalam mengajar
menggunakan metode
(ceramah,diskusi,
demonstrasi/praktik,
inkuiri dan resitasi) bagi
anak inklusi?
Banyak faktor sebenarnya yaitu
kadang anak itu sering di buli
sama temannya sehingga percaya
dirinya itu kurang merasa tersisih,
padahal sbenarnya tdak terlalu
jauh tertinggal, sekalipun
metodenya campuran yang sulit
itu di metode inkuiri itu. Waktu
yg agak sabar dan lama
.
Faktor
penghambat
112
VERBATIN WAWANCARA
Untuk Guru Pembimbing Khusus SMP Negeri 7 Salatiga
A. Identitas Informan
1. Nama : Sudiyo
2. Usia :41 tahun
3. Wawancara hari/ tanggal : 21 november 2017
4. Jabatan : Guru B.JAWA dan GPK
5. Agama : Islam
B. Hasil Wawancara
No Pertanyaan Jawaban Keterangan
1. Bagaimana dengan
penyusunan RPP untuk
anak inklusi?
Untuk RPP sebenarnya sama tapi
Cuma indikatornya dibedakan gitu
lho,secara akademik sama Cuma
di turunkan indikatornya misalnya
untuk anak regular bisa membaca
dan menulis itu paling yang
inklusi cma menulis saja.
Sebagian untuk anak inklusi bisa
membaca tapi gak nyantel gitu lho
Perencanaan
Pembelajaran
113
2. Apa ada metode
pembelajaran yang
khusus bagi anak
inklusi?
Sebenarnya ada, tapi selama ini
terus terang belum bisa
menjalankan metode itu. Karena
itu sebagai tugas sampiran, tugas-
tugas lain juga belum bisa
mendukung. metode yang ada
yaitu metode drill jadi diulang-
ulang biar dia itu punya
kebiasaan. Kalau untuk metode
okupasi yang bisa melaksanakan
yang secara ahli khusus
sedangkan saya bukan ahlinya
nanti saya salah prosedur.
Disini anak inklusi di smp 7
salatiga menurut saya tergolong
jenis tunagrahita ringan
Metode
Pembelajaran
3. Bagaimana cara
mengevalusi
pembelajaran untuk anak
inklusi?
Selama ini mengevaluasi belum
ada secara khusus karena
penanganan inklusi sendiri itu
yang pertama mengikuti dimas,
dan sekolah itu asal menerima
maksudnya di tunjuk sebagai
sekolah inklusi ya terus Cuma
mau tapi belum dipersiapkan
secara keseluruhan termasuk
ruangan. Sementara saat saya di
Evaluasi
pembelajaran
114
surabaya untuk program nya
sudah sesuai termasuk gurunya
sudah full time. Programnya dulu
sudah pernah ada untuk
penanganan secara khusus di
tempat sumber yang masih
berpindah-pindah kadang di
musola, perpustakaan tapi untuk
taun ini belum berjalan lagi
karena terbentur dengan tugas
lainnya
4 Evaluasi seperti apa yang
digunakan untuk
mengukur keberhasilan
siswa dalam pembelajaran
PAI bagi anak inklusi?
Untuk evaluasi sama dengan pada
umumnya yaitu dengan
mengadakan remidial setiap
selesai ulangan
Evaluasi
pembelajaran
5. Apa yang menjadi
pendorong dalam
penerapan pembelajaran
bagi anak inklusi?
Karena di beri tanggung jawab ya
berusaha di jalankan semaksimal
mungkin dan mungkin karena ada
sk dari dinas berusaha
melaksanakan tugas itu
Faktor
pendorong
6. Apa saja yang menjadi
hambatan atau kendala
dalam pembelajaran anak
inklusi?
Mungkin keterbatasan
pengetahuan, sekolah belum bisa
sesuai dengan anak itu, sarana
prasarana, bapak ibu guru belum
bisa memberikan dukungan secara
maksimal
Faktor
penghambat
115
VERBATIN WAWANCARA
Untuk ANAK INKLUSI SMP Negeri 7 Salatiga
A. Identitas Informan
1. Nama : YDN
2. Usia :15 TAHUN
3. Wawancara hari/ tanggal : 22 november 2017
4. Kelas : VII G
5. Agama : Islam
B. Hasil Wawancara
No Pertanyaan Jawaban Keterangan
1. Menurut anda materi apa
yang paling di senangi
dalam pelajaran
pendidikan agama islam?
lho bu tentang kebersihan, seperti
menghilangkan najis, macam-
macam najis, terus ada hadas kecil
besar itu sama yang wudhu pakai
lebu itu apa namanya saya lupa.
2. Bagaimana tanggapan
anda ,jika bapak ibu
melakukan diskusi
kelompok di kelas dalam
pembelajaran PAI
Saya gak begitu suka kalau
diskusi karena sering pada ramai
sendiri, sama temen-temen iti
kalau saya berpendapat sering gak
digagas dan gak diterima
Metode
pembelajaran
3. Bagaimana tanggapan
anda, jika bapk/ibu
menyampaikan materi
dengan menggunakan
metode praktik dalam
materi tertentu?
Seneng sih, soalnya kalau praktik
di masjid jadi gak bosen pelajaran
dikelas terus
116
4. Apakah anda lakukan
,jika pelajaran yang
disampaikan ibu/ bapak
guru tidak paham?
tanya pak sintoro kadang belajar
lagi dirumah
5. Apakah kamu senang
pelajaran PAI dengan cara
diskusi, praktik,
penugasan/PR?
Dijelaskan pak sintoro
6. Materi apa yang paling
kamu tidak sukai dalam
pelajaran PAI?
Suka semua sih
117
VERBATIN WAWANCARA
Untuk ANAK INKLUSI SMP Negeri 7 Salatiga
A. Identitas Informan
1. Nama : IZ
2. Usia :16 TAHUN
3. Wawancara hari/ tanggal : 24 november 2017
4. Kelas : IX F
5. Agama : Islam
B. Hasil Wawancara
No Pertanyaan Jawaban Keterangan
1. Menurut anda materi apa
yang paling di senangi
dalam pelajaran
pendidikan agama islam?
Tentang nama-nama nabi, nama-
nama malaikat, dna tentang puasa
bu
2. Bagaimana tanggapan
anda ,jika bapak ibu
melakukan diskusi
kelompok di kelas dalam
pembelajaran PAI
Ya diskusi sama teman-teman Metode
pembelajaran
3. Bagaimana tanggapan
anda, jika bapk/ibu
menyampaikan materi
dengan menggunakan
metode praktik dalam
materi tertentu?
praktik solat dulu sudah pernah di
kelas VIII bu, praktik secara
berkelompok yang dibagi sama bu
laily
118
4. Apakah anda lakukan
,jika pelajaran yang
disampaikan ibu/ bapak
guru tidak paham?
Kerjain sendiri kadang tanya
google di internet
5. Apakah kamu senang
pelajaran PAI dengan cara
diskusi, praktik,
penugasan/PR?
Sebenarnya saya senang semua
sih bu tapi kalau diskusi gak
senang soalnya temen-temen
sering pada ramai sendiri
6. Materi apa yang paling
kamu tidak sukai dalam
pelajaran PAI?
Suka semuanya bu kalau
agama..Cuma kalau nulis arab itu
susah bu, paling gak saya sukai
selain agama itu matematika
soalnya ngitung-ngitung trus bikin
pusing
119
VERBATIN WAWANCARA
Untuk ANAK INKLUSI SMP Negeri 7 Salatiga
A. Identitas Informan
1. Nama : SA
2. Usia :15 TAHUN
3. Wawancara hari/ tanggal : 24 november 2017
4. Kelas : IX B
5. Agama : Islam
B. Hasil Wawancara
No Pertanyaan Jawaban Keterangan
1. Menurut anda materi apa
yang paling di senangi
dalam pelajaran
pendidikan agama islam?
saya suka materi qurban, yaitu
cara motongnya , terus istiqomah,
tawakal
2. Bagaimana tanggapan
anda ,jika bapak ibu
melakukan diskusi
kelompok di kelas dalam
pembelajaran PAI
iya, di rembug sama temen-temen
saya sering bantuin nulis waktu
diskusi itu
Metode
pembelajaran
3. Bagaimana tanggapan
anda, jika bapk/ibu
menyampaikan materi
dengan menggunakan
metode praktik dalam
materi tertentu?
Kelas 8 pernah
120
4. Apakah anda lakukan
,jika pelajaran yang
disampaikan ibu/ bapak
guru tidak paham?
Tanya sama bu guru
5. Apakah kamu senang
pelajaran PAI dengan cara
diskusi, praktik,
penugasan/PR?
Senang bu
6. Materi apa yang paling
kamu tidak sukai dalam
pelajaran PAI?
Suka semua kalau agama
121
VERBATIN WAWANCARA
Untuk ANAK INKLUSI SMP Negeri 7 Salatiga
A. Identitas Informan
1. Nama : EPB
2. Usia :13 TAHUN
3. Wawancara hari/ tanggal : 24 november 2017
4. Kelas : VII D
5. Agama : Islam
B. Hasil Wawancara
No Pertanyaan Jawaban Keterangan
1. Menurut anda materi apa
yang paling di senangi
dalam pelajaran
pendidikan agama islam?
Materi Jujur
2. Bagaimana tanggapan
anda ,jika bapak ibu
melakukan diskusi
kelompok di kelas dalam
pembelajaran PAI
Iya diskusi menggarap soal, Metode
pembelajaran
3. Bagaimana tanggapan
anda, jika bapk/ibu
menyampaikan materi
dengan menggunakan
metode praktik dalam
materi tertentu?
Iya solat gerakannya hafal
bacaannya kadang salah..
122
4. Apakah anda lakukan
,jika pelajaran yang
disampaikan ibu/ bapak
guru tidak paham?
Paham
5. Apakah kamu senang
pelajaran PAI dengan cara
diskusi, praktik,
penugasan/PR?
Tidak ada
6. Materi apa yang paling
kamu tidak sukai dalam
pelajaran PAI?
Suka semua kalau agama
123
DOKUMENTASI FOTO-FOTO
Proses pembelajaran di dalam kelas
Proses pembelajaran dengan Diskusi di Mushola SMP N 7 Salatiga
124
Ruangan Tata Usaha SMP N 7 Salatiga
Aula SMP N 7 Salatiga
125
Wawancara dengan Ibu Laily selaku guru Pendidikan Agama Islam di ruang
guru
Wawancara Bapak Sintoro Selaku guru Pendidikan Agama Islam di Mushola
126
Wawancara Bapak Dimiyathi Selaku Guru Pendidikan Agama Islam Di
Ruang Guru
Wawancara Bapak Sudiyo Selaku Guru Pembimbing Khusus
127
Foto Bersama Bapak Sudiyo Selaku Guru Pembimbing Khusus (GPK)
Foto Bersama dengan Anak Inklusi dan Bapak Sintoro selaku Guru PAI
128
Wawancara dengan IZ Anak Inklusi di Ruang BK
Wawancara dengan anak Inklusi Kembar Alia dan aulia di dalam kelas
129
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah : SMP Negeri 7 Salatiga
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
Kelas/Semester : VII/Satu
Materi Pokok : Q.S. Al-Mujādilah /58: 11, Q.S. Ar-Rahmān /55: 33 Serta Hadis
Tentang Semangat Menuntut Ilmu.
Alokasi Waktu : 3 Pertemuan (9 JP)
A. KOMPETENSI INTI
KI
1
KI
2
:
:
Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, bertanggung jawab, peduli
(toleransi, gotong royong), santun, percaya diri dalam berinteraksi
secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan
pergaulan dan keberadaannya
KI
3
: Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural)
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
KI4 : Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret
(menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat)
dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan
mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain
yang sama dalam sudutpandang/teori.
B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
KD Indikator
1.1. Terbiasa membaca al-
Qur’ān dengan
meyakini bahwa
Allah akan
meninggikan derajat
orang yang beriman
dan berilmu
1.1.1 Menyenangi membaca al-Qur’ān dengan
meyakini Bahwa Allah akan meninggikan
derajat orang yang beriman dan berilmu
1.1.2 Terbiasa membaca al-Qur’ān dengan
meyakini bahwa Allah akan meninggikan
derajat orang yang beriman dan berilmu.
2.1 Menghayati perilaku
semangat menuntut
ilmu sebagai
implementasi Q.S. al-
Mujādilah /58: 11,
2.1.1. Memiliki semangat yang tinggi untuk
menuntut ilmu sebagai implementasi Q.S.
al-mujādilah /58: 11, Q.S. ar-Raḥmān
/55:33 dan hadis terkait.
2.1.2. Bersungguh sungguh dalam belajar.
130
Q.S. ar-Rahmān /55:
33 dan hadis terkait
2.1.3 Mau mengajarkan ilmu kepada orang lain.
3.1 Memahami Q.S. al-
Mujādilah /58: 11,
Q.S. ar-Rahmān /55:
33 serta hadis terkait
tentang menuntut
ilmu
3.1.1 Mengartikan Q.S. al-Mujādilah : 11,
3.1.2 Mengartikan Q.S. ar-Raḥmān : 33
3.1.3 Menjelaskan kesimpulan makna Q.S. al-
Mujādilah : 11
3.1.4 Menjelaskan kesimpulan makna Q.S. Ar-
Raḥmān : 33
3.1.5 Menjelaskan arti hukum bacaan Al
syamsiyah dan Al qomariah
3.1.6 Menyebutkan contoh hukum bacaan Al
syamsiyah dan Al qomariyah.
4.1.1 Membaca Q.S. al-
Mujādilah /58: 11,
Q.S. ar-Rahmān /55:
33 dengan tartil.
4.1.1.1. Menerapkan hukum bacaan Al syamsiyah
dan Al qomariyah dalam Q.S. al-mujādilah
/58: 11, Q.S. ar-Raḥmān /55:33 dan
hadis terkait
4.1.1.2. Membaca Q.S. al-mujādilah /58: 11, Q.S.
ar-Raḥmān /55:33 dan hadis terkait
4.1.2 Menunjukkan
hafalan Q.S. al-
Mujādilah /58: 11,
Q.S. ar-Rahmān /55:
33.
4.1.2.1. Menghafal Q.S. al-mujādilah /58
4.1.2.2. Menghafal Q.S. ar-Raḥmān /55:33
4.1.2.3. Menghafal hadis terkait
4.1.3 Menyajikan
keterkaitan
semangat menuntut
ilmu dengan
pesanQ.S. al-
Mujādilah /58: 11,
Q.S. ar-Rahmān
/55: 33
4.1.3.1. Mencari contoh kisah-kisah teladan yang
berkaitan dengan semangat menuntut ilmu
4.1.3.2. Mempresentasikan kisah-kisah teladan
yang berkaitan dengan semangat menuntut
ilmu
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
PERTEMUAN PERTAMA :
Setelah menyelesaikan kegiatan pembelajaran, siswa diharapkan dapat:
KD : 1.1
1.1.1 Meningkatkan kemampuan membaca al-Qur’ān dengan meyakini Bahwa
Allah akan meninggikan derajat orang yang beriman dan berilmu
1.1.2 Terbiasa membaca al-Qur’ān dengan meyakini bahwa Allah akan
meninggikan derajat orang yang beriman dan berilmu
131
KD : 2.1
2.1.1 Memiliki semangat yang tinggi untuk menuntut ilmu sebagai
implementasi Q.S. al-mujādilah /58: 11, Q.S. ar-Raḥmān /55:33 dan
hadis terkait.
2.1.2 Memiliki perilaku bersungguh sungguh dalam belajar
2.1.3 Memiliki perilaku mau mengajarkan ilmu kepada orang lain
KD: 3.1
3.1.1 Mengartikan Q.S. al-Mujādilah : 11 dengan benar
3.1.2 Mengartikan Q.S. ar-Raḥmān : 33 dengan benar
3.1.3 Menjelaskan kesimpulan makna Q.S. al-Mujādilah : 11 dengan tepat
3.1.4 Menjelaskan kesimpulan makna Q.S. Ar- Raḥmān : 33 dengan tepat
3.1.5 Menjelaskan arti hukum bacaan Al syamsiyah dan Al qomariah dengan
tepat
3.1.6 Menyebutkan contoh hukum bacaan Al syamsiyah dan Al qomariyah
dengan tepat
PERTEMUAN KEDUA :
Setelah menyelesaikan kegiatan pembelajaran, siswa diharapkan dapat:
KD :
KD : 1.1
1.1.1 Meningkatkan kemampuan membaca al-Qur’ān dengan meyakini Bahwa
Allah akan meninggikan derajat orang yang beriman dan berilmu
1.1.2 Terbiasa membaca al-Qur’ān dengan meyakini bahwa Allah akan
meninggikan derajat orang yang beriman dan berilmu
KD : 2.1
2.1.1 Memiliki semangat yang tinggi untuk menuntut ilmu sebagai
implementasi Q.S. al-mujādilah /58: 11, Q.S. ar-Raḥmān /55:33 dan
hadis terkait.
2.1.2 Memiliki perilaku bersungguh sungguh dalam belajar
2.1.3 Memiliki perilaku mau mengajarkan ilmu kepada orang lain
KD : 4.1.1
4.1.1.1 Menerapkan hukum bacaan Al syamsiyah dan Al qomariyah dalam
Q.S. al-mujādilah /58: 11, Q.S. ar-Raḥmān /55:33 dan hadis terkait
4.1.1.2 Membaca Q.S. al-mujādilah /58: 11, Q.S. ar-Raḥmān /55:33 dan hadis
terkait
132
KD : 4.1.2
4.1.2.1 Menghafal Q.S. al-mujādilah /58
4.1.2.2 Menghafal Q.S. ar-Raḥmān /55:33
4.1.2.3 Menghafal hadis terkait
PERTEMUAN KETIGA:
Setelah menyelesaikan kegiatan pembelajaran, siswa diharapkan dapat:
KD : 1.1
1.1.1 Meningkatkan kemampuan membaca al-Qur’ān dengan meyakini Bahwa
Allah akan meninggikan derajat orang yang beriman dan berilmu
1.1.2 Terbiasa membaca al-Qur’ān dengan meyakini bahwa Allah akan
meninggikan derajat orang yang beriman dan berilmu
KD : 2.1
2.1.1 Memiliki semangat yang tinggi untuk menuntut ilmu sebagai
implementasi Q.S. al-mujādilah /58: 11, Q.S. ar-Raḥmān /55:33 dan
hadis terkait.
2.1.2 Memiliki perilaku bersungguh sungguh dalam belajar
2.1.3 Memiliki perilaku mau mengajarkan ilmu kepada orang lain
KD : 4.1.3
4.1.3.1 Mencari contoh kisah-kisah teladan yang berkaitan dengan semangat
menuntut ilmu
4.1.3.2. Mempresentasikan kisah-kisah teladan yang berkaitan dengan semangat
menuntut ilmu
D. MATERI PEMBELAJARAN
1. Materi pembelajaran reguler:
a. Bacaan QS.Al Mujadilah : 11
b. Bacaan QS. Al Ar-Rahman :33
c. Hafalan QS.Al-Mujadilah : 11
d. Hafalan QS. Ar-Rahman : 33
e. Arti dan Kandungan QS.Al-Mujadilah : 11
f. Arti dan Kandungan QS. Ar-Rahman : 33
g. Hukum bacaan Al-syamsiyah dan Al Qomariyah
h. Arti Hukum bacaan Al Syamsiyah dan AlQomariyah
i. Contoh hukum bacaan Al syamsiyah dan Al Qomariyah.
133
j. Semangat menuntut ilmu dengan pesan QS.Al Mujadilah : 11 dan Al Ar-
Rahman : 33
2. Materi pembelajaran pengayaan:
Kisah-kisah teladan yang berkaitan dengan semangat menuntut ilmu.
3. Materi pembelajaran remedial:
a. Bacaan QS.Al Mujadilah : 11
b. Bacaan QS. Al Ar-Rahman :33
c. Hafalan QS.Al-Mujadilah : 11
d. Hafalan QS. Ar-Rahman : 33
e. Arti dan Kandungan QS.Al-Mujadilah : 11
f. Arti dan Kandungan QS. Ar-Rahman : 33
g. Hukum bacaan Al-syamsiyah dan Al Qomariyah
h. Arti Hukum bacaan Al Syamsiyah dan AlQomariyah
i. Contoh hukum bacaan Al syamsiyah dan Al Qomariyah.
j. Semangat menuntut ilmu dengan pesan QS.Al Mujadilah : 11 dan Al Ar-
Rahman : 33
(Menyesuaikan materi yang belum dikuasai siswa setelah dilakukan penilaian)
E. METODE PEMBELAJARAN
Pendekatan : Saintifik
Metode : Kontekstual
Tehnik : 1. Pemodelan dalam cara melafalkan (membaca) dan menghafal
al-Qur’an
2. Mencari Pasangan (Make a Match) dalam menentukan ayat dan
terjemahannya.
F. MEDIA DAN BAHAN
1. Media
a. Presentasi Power Point
b. Video pembelajaran/Film tentang kejadian bencana alam
c. Laptop/Komputer
d. LCD Projector
e. Whiteboard/Blackboard
f. Gunting/cutter
2. Bahan
a. Pensil/Spidol
b. Kertas
c. CD/Flash Disk
d. Bahan-bahan lainnya
134
G. SUMBER BELAJAR
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2016. Pendidikan Agama Islam dan
Budi Pekerti SMP/MTs Kelas VII (Buku Siswa) Jakarta: Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan (halaman: 84-101).
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2016. Pendidikan Agama Islam dan
Budi Pekerti SMP/MTs Kelas VII (Buku Guru) Jakarta: Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan (halaman: 84-101).
Departemen Agama RI. 2005. Al-Quran dan Terjemahnya. Jakarta: Departemen
Agama RI.
H. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
1. PERTEMUAN PERTAMA : 3 JP
a. Kegiatan Pendahuluan (15 menit)
1) Guru memberi permainan atau mengajak bernyanyi untuk
mengondisikan suasana belajar yang menyenangkan.
2) Guru mengecek penguasaan kompetensi yang sudah dipelajari
sebelumnya, yaitu Sikap Terpuji Khulafaur Rasyidun dengan cara
memberi pertanyaan-pertanyaan lemparan.
3) Guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai, yaitu menerapkan
hukum bacaan al-Syamsiyah dan al-Qamariyah membaca Q.S. al-
Mujadilah: 11, Q.S. al-Rahman: 33, dan Hadis-hadis terkait dengan
tartil, dan menunjukkan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari,
yaitu Terbiasa membaca al-Qur’ān.
4) Guru menyampaikan garis besar cakupan materi dan kegiatan yang
akan dilakukan, yaitu hukum bacaan al-Syamsiyah dan al-Qamariyah
dan membaca Q.S. al-Mujadilah: 11, Q.S. al-Rahman: 33, dan Hadis-
hadis terkait
5) Guru menyampaikan lingkup penilaian, yaitu aspek pengetahuan
dengan teknik penilaian yang akan digunakan, yaitu tes tertulis dan
aspek keterampilan dengan tehnik penilaian praktik.
6) Guru mengkondisikan peserta didik untuk duduk secara berkelompok
beranggotakan 5-6 anak.
b. Kegiatan Inti (85 menit)
1) Mengamati
a) Peserta didik mendengarkan bacaan Q.S. al-Mujadilah: 11, Q.S. al-
Rahman: 33, dan Hadis-hadis terkait yang dari rekaman audio
b) Peserta didik mendengarkan bacaan Q.S. al-Mujadilah: 11, Q.S. al-
Rahman: 33, dan Hadis-hadis terkait dibaca oleh model (pemodelan
dilakukan oleh peserta didik yang paling fasih bacaannya)
135
c) Peserta didik membaca Q.S. al-Mujadilah: 11, Q.S. al-Rahman: 33,
dan Hadis-hadis terkait yang ada di buku siswa (atau ditulis dalam
chart)
2) Menanya
a) Peserta didik menyampaikan tanggapan hasil mendengar dan
membaca Peserta didik mendengarkan bacaan Q.S. al-Mujadilah:
11, Q.S. al-Rahman: 33, dan Hadis-hadis terkait .
b) Dengan dimotivasi oleh guru, peserta didik mengajukan pertanyaan
tentang hal-hal yang belum jelas dari hasil mendengar dan membaca
Peserta didik mendengarkan bacaan Q.S. al-Mujadilah: 11, Q.S. al-
Rahman: 33, dan Hadis-hadis terkait
3) Mengumpulkan informasi/data/mencoba
a) Peserta didik di dalam kelompok masing-masing memilih salah satu
di antara mereka yang paling fasih bacaannya untuk dijadikan
sebagai model.
b) Masing-masing anggota kelompok membaca Peserta didik
mendengarkan bacaan Q.S. al-Mujadilah: 11, Q.S. al-Rahman: 33,
dan Hadis-hadis terkait secara bergantian dibimbing oleh model.
4) Menalar/mengasosiasi
a) Peserta didik mengidentifikasi hukum bacaan al-Syamsiyah dan al-
Qamariyah yang terdapat dalam Q.S. al-Mujadilah: 11, Q.S. al-
Rahman: 33, dan Hadis-hadis terkait
b) Dengan bimbingan guru peserta didik membuat peta konsep
c) Setiap kelompok membuat simpulan dengan dasar informasi dan
peta konsep yang telah dihasilkan.
5) Mengomunikasikan
a) Salah satu anggota kelompok mendemonstrasikan bacaan Q.S. al-
Mujadilah: 11, Q.S. al-Rahman: 33, dan Hadis-hadis terkait di
depan kelas dan memaparkantemuan hukum bacaan al-Syamsiyah
dan al-Qamariyah yang terdapat dalam Q.S. al-Mujadilah: 11, Q.S.
al-Rahman: 33, dan Hadis-hadis terkait
b) Kelompok lain mengamati dan memberi tanggapan terhadap bacaan
Q.S. al-Mujadilah: 11, Q.S. al-Rahman: 33, dan Hadis-hadis terkait
dan temuan hukum bacaan al-Syamsiyah dan al-Qamariyah yang
terdapat dalam Q.S. al-Mujadilah: 11, Q.S. al-Rahman: 33, dan
Hadis-hadis terkait
136
c. Kegiatan Penutup (20 menit)
1) Guru memfasilitasi peserta didik membuat butir-butir simpulan
mengenai hukum bacaan al-Syamsiyah dan al-Qamariyah yang terdapat
dalam Q.S. al-Mujadilah: 11, Q.S. al-Rahman: 33, dan Hadis-hadis
terkait
2) Guru bersama-sama peserta didik melakukan identifikasi kelebihan dan
kekurangan kegiatan pembelajaran (yaitu kegiatan mengamati,
merumuskan pertanyaan, mengumpulkan informasi dengan cara tanya
jawab, menjawab pertanyaan dengan informasi yang diperoleh, dan
mengomunikasikan jawaban dengan cara menjawab pertanyaan ringan
dari guru.
3) Guru memberi umpan balik peserta didik dalam proses dan hasil
pembelajaran dengan cara memberi pertanyaan-pertanyaan sekitar
materi pelajaran.
4) Guru memberitahukan kegiatan belajar yang akan dikerjakan pada
pertemuan berikutnya, yaitu arti da isi kandungan Q.S. al-Mujadilah:
11, Q.S. al-Rahman: 33, dan Hadis-hadis terkait .
2. PERTEMUAN KEDUA
a. Kegiatan Pendahuluan (15 menit)
1) Guru membuka pembelajaran dengan salam dan doa bersama dipimpin
oleh salah seorang dari peserta didik dengan penuh khidmat.
2) Peserta didik membaca al-Qur’an surah pilihan secara bersama-sama.
3) Guru menyampaikan kegiatan pembelajaran dan penilaian yang akan
dilakukan, yaitu mengartikan Q.S. al-Mujadilah: 11, Q.S. al-Rahman:
33, dan Hadis-hadis terkait dan isi kandungannya.
b. Kegiatan Inti (menit)
1) Mengamati
a) Peserta didik membaca arti Q.S. al-Mujadilah: 11, Q.S. al-
Rahman: 33, dan Hadis-hadis terkait
b) Peserta didik membaca arti hadits tentang semangat menuntut ilmu
2) Menanya
Dengan motivasi guru, peserta didik mengajukan pertanyaan tentang
hal-hal yang belum jelas dari hasil membaca arti Q.S. al-Mujadilah:
11, Q.S. al-Rahman: 33, dan Hadis-hadis terkait dan hadits tentang
semangat menuntut ilmu
3) Mengumpulkan informasi/data/mencoba
Peserta didik dibagi menjadi 4 (empat) kelompok :
• Kelompok 1 : membahas Q.S. al-Mujadilah: 11
137
• Kelompok 2 : membahas Q.S. al-Rahman: 33
• Kelompok 3 : membahas hadits tentang semangat menuntut ilmu
Masing-masing kelompok diberik kartu potongan surat/hadits dengan
potongan artinya. Tiap kelompok diminta untuk memasangkan kartu
yang sesuai kemudian ditempelkan pada kertas manila/plano.
4) Menalar/mengasosiasi
a) Peserta didik dalam kelompok merangkai berbagai informasi yang
telah dikerjakan dan dibahas nebjadi sebuah peta konsep
b) Setiap kelompok membuat simpulan dengan dasar informasi dan
peta konsep yang telah dihasilkan.
5) Mengomunikasikan
a) Ketua kelompok atau anggota yang ditunjuk membacakan hasil
diskusi kelompok di depan kelas
b) Masing-masing kelompok mengamati dan memberi tanggapan pada
hasil presentasi kelompok lain.
c. Kegiatan Penutup (menit)
1) Guru memfasilitasi peserta didik membuat butir-butir simpulan
mengenai arti da isi kandungan Q.S. al-Mujadilah: 11, Q.S. al-Rahman:
33, dan Hadis-hadis terkait dan hadits tentang semangat menuntut ilmu
.
2) Guru bersama dengan peserta didik mengidentifikasi kelebihan dan
kekurangan kegiatan pembelajaran
3) Guru memberi umpan balik peserta didik dalam proses dan hasil
pembelajaran dengan cara pertanyaan lemparan
4) Guru memberitahukan kegiatan belajar yang akan dikerjakan pada
pertemuan berikutnya, yaitu hafalan Q.S. al-Mujadilah: 11, Q.S. al-
Rahman: 33, dan Hadis-hadis terkait
5) Guru bersama-sama peserta didik menutup pelajaran dengan doa.
3. PERTEMUAN KETIGA
a. Kegiatan Pendahuluan (15 menit)
1) Guru membuka pembelajaran dengan salam dan doa bersama dipimpin
oleh salah seorang dari peserta didik dengan penuh khidmat.
2) Peserta didik membaca al-Qur’an surah pilihan secara bersama-sama.
3) Guru menyampaikan kegiatan pembelajaran dan penilaian yang akan
dilakukan, yaitu hafalan Q.S. al-Mujadilah: 11, Q.S. al-Rahman: 33,
dan Hadis-hadis terkait dan isi kandungannya.
4) Guru menyampaikan lingkup penilaian, yaitu aspek pengetahuan
dengan teknik penilaian yang akan digunakan, yaitu tes tertulis dan
aspek keterampilan dengan tehnik penilaian praktik (kinerja).
138
5) Guru mengkondisikan peserta didik untuk duduk secara berkelompok
beranggotakan 5-6 anak.
b. Kegiatan Inti (menit)
1) Mengamati
a) Peserta didik mendengarkan bacaan Q.S. al-Mujadilah: 11, Q.S. al-
Rahman: 33, dan Hadis-hadis terkait yang dari rekaman audio
b) Peserta didik mendengarkan bacaan Q.S. al-Mujadilah: 11, Q.S. al-
Rahman: 33, dan Hadis-hadis terkait dibaca oleh model (pemodelan
dilakukan oleh peserta didik yang paling fasih bacaannya)
c) Peserta didik membaca Q.S. al-Mujadilah: 11, Q.S. al-Rahman: 33,
dan Hadis-hadis terkait yang ada di buku siswa (atau ditulis dalam
chart)
2) Menanya
a) Peserta didik menyampaikan tanggapan hasil mendengar dan
membaca Peserta didik mendengarkan bacaan Q.S. al-Mujadilah:
11, Q.S. al-Rahman: 33, dan Hadis-hadis terkait .
b) Dengan dimotivasi oleh guru, peserta didik mengajukan pertanyaan
tentang hal-hal yang belum jelas dari hasil mendengar dan membaca
Peserta didik mendengarkan bacaan Q.S. al-Mujadilah: 11, Q.S. al-
Rahman: 33, dan Hadis-hadis terkait
3) Mengumpulkan informasi/data/mencoba
a) Peserta didik di dalam kelompok masing-masing memilih salah satu
di antara mereka yang paling kuat daya ingatnya untuk dijadikan
sebagai model.
b) Masing-masing anggota kelompok menghafalkan Q.S. al-Mujadilah:
11, Q.S. al-Rahman: 33, dan Hadis-hadis terkait secara bergantian
disimak oleh model.
4) Menalar/mengasosiasi
a) Masing-masing anggota kelompok menghafal Q.S. al-Mujadilah:
11, Q.S. al-Rahman: 33, dan Hadis-hadis terkait secara bergantian
b) Anggota kelompok menyimak dan memberi penilaian terhadap
hafalan teman lain dalam satu kelompok.
5) Mengomunikasikan
a) Salah satu anggota kelompok mendemonstrasikan hafalan Q.S. al-
Mujadilah: 11, Q.S. al-Rahman: 33, dan Hadis-hadis terkait di
depan kelas
139
b) Kelompok lain menyimak dan memberi tanggapan terhadap bacaan
Q.S. al-Mujadilah: 11, Q.S. al-Rahman: 33, dan Hadis-hadis terkait
c. Kegiatan Penutup (menit)
1) Guru bersama dengan peserta didik mengidentifikasi kelebihan dan
kekurangan kegiatan pembelajaran
2) Guru memberi penguatan materi pelajaran mengenai Q.S. al-
Mujadilah: 11, Q.S. al-Rahman: 33, dan Hadis-hadis terkait dan hadits
tentang semangat menuntut ilmu secara keseluruhan. .
3) Guru memberitahukan kegiatan belajar yang akan dikerjakan pada
pertemuan berikutnya, yaitu ulangan harian dengan materi Q.S. al-
Mujadilah: 11, Q.S. al-Rahman: 33, dan Hadis-hadis terkait
4) Guru bersama-sama peserta didik menutup pelajaran dengan doa.
I. PENILAIAN
1. Sikap spiritual
No. Teknik Bentuk
Instrumen
Contoh
Butir
Instrumen
Waktu
Pelaksanaan Keterangan
1. Observasi Jurnal Lampiran
4
Saat PBM
Berlangsung
Penilaian untuk
pencapaian
pembelajaran
2. Penilaian
Diri
Lembar
Penilaian
Diri
Lampiran
5
Saat PBM
usai
Penilaian sebagai
pembelajaran
3. Penilaian
antarteman
Lembar
Penilaian
antarteman
Lampiran
6
Saat PBM
usai
Penilaian sebagai
pembelajaran
2. Sikap Sosial
No. Teknik Bentuk
Instrumen
Contoh
Butir
Instrumen
Waktu
Pelaksanaan Keterangan
1. Observasi Jurnal Lampiran
4
Saat
Pembelajaran
Berlangsung
Penilaian untuk
pencapaian
pembelajaran
(assessment for
and of learning)
2. Penilaian
Diri
Lembar
Penilaian
Diri
Lampiran
5
Saat
Pembelajaran
usai
Penilaian sebagai
pembelajaran
(assessment as
140
learning)
3. Penilaian
antarteman
Lembar
Penilaian
antarteman
Lampiran
6
Saat
Pembelajaran
usai
Penilaian sebagai
pembelajaran
(assessment as
learning)
3. Pengetahuan
No. Teknik Bentuk
Instrumen
Contoh
Butir
Instrumen
Waktu
Pelaksanaan Keterangan
1. Lisan Pertanyaan
(lisan)
dengan
jawaban
terbuka
Lampiran
7
Saat
Pembelajaran
Berlangsung
Penilaian untuk
pembelajaran
(assessment for
learning)
2. Penugasan Tugas
tertulis
Lampiran
8
Saat
Pembelajaran
usai
Penilaian untuk
dan sebagai
pembelajaran
(assessment for
and as learning)
3. Tertulis Soal-soal
esei
Lampiran
9
Saat
Pembelajaran
usai
Penilaian
pencapaian
pembelajaran
(assessment of
learning)
4. Portofolio Sampel
pekerjaan
terbaik
hasil dari
penugasan
atau tes
tertulis
Saat
Pembelajaran
usai
Data untuk
penulisan
deskripsi
pencapaian
pengetahuan
(assessment of
learning)
4. Keterampilan
No
. Teknik
Bentuk
Instrumen
Contoh
Butir
Instrume
n
Waktu
Pelaksanaan Keterangan
141
1. Produk Soal
keterampila
n produk
Lampiran
10
Saat
Pembelajaran
Berlangsung/ata
u setelah usai
Penilaian
untuk,
sebagai
dan/atau
pencapaian
pembelajara
n
(assessment
for, as and of
learning)
2. Portofoli
o
Sampel
produk
terbaik hasil
dari tugas
atau proyek
Saat
Pembelajaran
usai
Penilaian
untuk dan
sebagai data
untuk
penulisan
deskripsi
pencapaian
keterampilan
5. Pembelajaran Remedial
Pembelajaran remedial antara lain dalam bentuk:
• pembelajaran ulang
• bimbingan perorangan
• belajar kelompok
• pemanfaatan tutor sebaya
bagi siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar sesuai hasil analisis
penilaian.
Format kegiatan pembelajaran dan hasil penilaian remedial (lampiran 11)
6. Pembelajaran Pengayaan
Berdasarkan hasil analisis penilaian, siswa yang sudah mencapai ketuntasan
belajar diberi kegiatan pembelajaran pengayaan untuk perluasan dan/atau
pendalaman materi (kompetensi) antara lain dalam bentuk tugas mengerjakan
soal-soal dengan tingkat kesulitan lebih tinggi, meringkas buku-buku referensi
dan mewawancarai narasumber.
142
Format kegiatan pengayaan (lampiran 12)
LAMPIRAN 1: JURNAL SIKAP SPIRITUAL
Petunjuk:
a. Amati perkembangan sikap siswa menggunakan instrumen jurnal pada setiap
pertemuan.
b. Isi jurnal dengan menuliskan sikap atau perilaku siswa yang menonjol, baik
yang positif maupun yang negatif. Untuk siswa yang pernah memiliki catatan
perilaku kurang baik dalam jurnal, apabila telah menunjukkan perilaku
(menuju) yang diharapkan, perilaku tersebut dituliskan dalam jurnal
(meskipun belum menonjol).
No. Waktu Nama Siswa Catatan
Perilaku Butir Sikap
Tanda
Tangan
Tindak
lanjut
1.
2.
Dst.
No. Pernyataan Ya Tidak
1. Saya yakin Allah akan mencintai orang-orang yang semangat dalam
menuntut ilmu
143
LAMPIRAN 2: LEMBAR PENILAIAN DIRI SIKAP SPIRITUAL
Petunjuk:
Berilah tanda centang (√) pada kolom “Ya” atau “Tidak” sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya.
Keterangan:
a. Penilaian sikap dengan teknik penilaian diri dilakukan sekurangkurangnya
satu kali dalam satu semester.
b. Penilaian diri dilakukan dalam rangka pembinaan dan pembentukan karakter
siswa, yang hasilnya merupakan salah satu data konfirmasi dari hasil
penilaian sikap oleh pendidik.
LAMPIRAN 3: LEMBAR PENILAIAN ANTARTEMAN SIKAP SPIRITUAL
Petunjuk:
Berilah tanda centang (√) pada kolom “Ya” atau “Tidak” sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya.
No. Pernyataan Ya Tidak
1. Teman saya yakin Allah akan mencintai orang-orang yang semangat
dalam menuntut ilmu
2. Teman saya selalu membaca al-Quran semata-mata karena ikhlas
kepada Allah swt.
3. Teman saya yakin bahwa semua ilmu pengetahuan sumbernya adalah
dari Allah swt.
4. Menurut Teman saya semangat menuntut ilmu adalah cerminan
mencintai Allah swt.
5. Teman saya selalu menyeimbangkan ilmu pengetahuan yang dimiliki
dengan keyakinan terhadap kekuasaan Allah Swt
2. Saya selalu membaca al-Quran semata-mata karena ikhlas kepada
Allah swt.
3. Saya yakin bahwa semua ilmu pengetahuan sumbernya adalah dari
Allah swt.
4. Menurut saya semangat menuntut ilmu adalah cerminan mencintai
Allah swt.
5. Saya selalu menyeimbangkan ilmu pengetahuan yang dimiliki dengan
keyakinan terhadap
kekuasaan Allah Swt
144
Keterangan:
a. Penilaian sikap dengan teknik penilaian antarteman dilakukan sekurang-
kurangnya satu kali dalam satu semester.
b. Sebagaimana teknik penilaian diri, teknik penilaian antarteman juga dilakukan
dalam rangka pembinaan dan pembentukan karakter siswa, yang hasilnya
merupakan salah satu data konfirmasi dari hasil penilaian sikap oleh pendidik.
LAMPIRAN 4: JURNAL SIKAP SOSIAL
Petunjuk:
a. Pengamatan perkembangan sikap menggunakan instrumen jurnal dilakukan di
setiap pertemuan.
b. Pengisian jurnal dengan cara menuliskan sikap atau perilaku siswa yang
menonjol, baik yang positif maupun yang negatif. Untuk siswa yang pernah
memiliki catatan perilaku kurang baik dalam jurnal, apabila telah
menunjukkan perilaku (menuju) yang diharapkan, perilaku tersebut dituliskan
dalam jurnal (meskipun belum menonjol).
No. Waktu Nama Siswa Catatan
Perilaku Butir Sikap
Tanda
Tangan
Tindak
lanjut
1.
2.
Dst.
LAMPIRAN 5: LEMBAR PENILAIAN DIRI SIKAP SOSIAL
Petunjuk:
Berilah tanda centang (√) pada kolom “Ya” atau “Tidak” sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya.
No. Pernyataan Ya Tidak
1. Saya senang membaca buku ilmu pengetahuan.
2. Saya selalu rendah hati atas kesuksesan yang diraihnya
3. Saya selalu menjaga kualitas cara belajar yang tinggi
4. Saya senang mendengarkan penjelasan dari guru tentang ilmu
pengetahuan
145
5. Saya suka berbagi pengetahuan dengan teman-teman di sekolah
Keterangan:
a. Penilaian sikap dengan teknik penilaian diri dilakukan sekurangkurangnya
satu kali dalam satu semester.
b. Penilaian diri dilakukan dalam rangka pembinaan dan pembentukan karakter
siswa, yang hasilnya merupakan salah satu data konfirmasi dari hasil
penilaian sikap oleh pendidik.
LAMPIRAN 6: LEMBAR PENILAIAN ANTARTEMAN SIKAP SOSIAL
Petunjuk:
Berilah tanda centang (√) pada kolom “Ya” atau “Tidak” sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya!
No. Pernyataan Ya Tidak
1. Teman saya senang membaca buku ilmu pengetahuan.
2. Teman saya selalu rendah hati atas kesuksesan yang diraihnya
3. Teman saya selalu menjaga kualitas cara belajar yang tinggi
4. Teman saya senang mendengarkan penjelasan dari guru tentang ilmu
pengetahuan
5. Teman saya suka berbagi pengetahuan dengan teman-teman di
sekolah
Keterangan:
a. Penilaian sikap dengan teknik penilaian antarteman dilakukan sekurang-
kurangnya satu kali dalam satu semester.
b. Sebagaimana teknik penilaian diri, teknik penilaian antarteman juga
dilakukan dalam rangka pembinaan dan pembentukan karakter siswa,
yang hasilnya merupakan salah satu data konfirmasi dari hasil penilaian
sikap oleh pendidik.
LAMPIRAN 7: SOAL -SOAL TES LISAN
No. Daftar Pertanyaan Ket
146
Petunjuk: Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan benar.
LAMPIRAN 8: LEMBAR TUGAS
Petunjuk: Hafalkan nama-nama Asmaul Husna (minimal 4 buah) dan maknanya.
LAMPIRAN 9: SOAL -SOAL TES TULIS
Petunjuk:
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan jelas.
1. Jelaskan kandungan Q.S. ar-Rahm±n/55: 33!
2. Jelaskan kandungan Q.S. al-Muj±dalah/58: 11!
3. Salinlah hokum bacaan Al Syamsiyah dan Al Qamariyah yang terdapat pada dua
ayat tersebut !
4. Berikan contoh perilaku yang mencerminkan kandungan Q.S. al-Muj±dalah/58:
11!
5. Mengapa manusia wajib menuntut ilmu?
6. Bagaimana cara mencari ilmu supaya berhasil?
7. Mengapa manusia harus berilmu untuk melangsungkan hidupnya?
8. Bagaimana caranya agar bisa menembus langit?
9. Mengapa orang yang berilmu harus pula beriman?
10. Jelaskan perbedaan orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu!?
Kunci Jawaban:
No. Soal Kunci Jawaban Skor
1. Soal No. 1 1. Keutamaan orang-orang yang beriman dan berilmu
pengetahuan.
9
2. Soal No. 2 Orang yang beriman dan berilmu pengetahuan akan
diangkat derajatnya
oleh Allah Swt.
9
1. Terjemahkan Q.S. al-Mujadilah : 11!
2. Terjemahkan Q.S. ar-Raḥmān : 33!
3. Jelaskan kesimpulan makna Q.S. al-Mujādilah : 11!
4. Jelaskan kesimpulan makna Q.S. Ar- Raḥmān : 33!
5. Jelaskan arti hukum bacaan Al syamsiyah dan Al qomariah!
6. Sebutkan contoh hukum bacaan Al syamsiyah dan Al qomariyah!
147
3. Soal No. 3 Selalu ingin mencari tahu tentang alam semesta, baik di
langit maupun
di bumi, dengan terus menelaahnya, meyakini bahwa alam
semesta ini
diciptakan Allah Swt. untuk manusia. Oleh karena itu,
manusia harus merasa
haus untuk terus menggali ilmu pengetahuan, tidak
sombong atas kesuksesan
yang diraihya, dan tidak merasa rendah diri dan malu
terhadap kegagalan
yang dialaminya.
9
4. Soal No. 4 Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan berusaha untuk
mendapatkan
pengetahuan, bersikap sopan saat belajar dan selalu
menghargai dan
menghormati guru, senang mendatangi guru untuk
meminta penjelasan
tentang ilmu pengetahuan, selalu menyeimbangkan ilmu
pengetahuan
yang dimilikinya dengan keyakinan terhadap kekuasaan
Allah Swt.
9
5. Soal No. 5 Perintah dari Allah yang terdapat dalam Q.S. ar-
Rahm±n/55: 33 dan Q.S.
al-Muj±dalah/58:11.
9
6. Soal No. 6 Perlu adanya semangat juang, harus dekat, akrab, dan
hormat kepada guru
agar ilmunya berkah dan memerlukan waktu yang lama.
(jawaban bisa
dikembangkan).
9
7. Soal No. 7 Karena akan dihormati oleh orang lain, diberi kepercayaan
untuk
mengendalikan atau mengelola apa saja yang terjadi dalam
kehidupan ini.
(jawaban bisa dikembangkan).
9
8. Soal No. 8 Kekuatan dari Allah Swt. dapat menembus langit dan bumi
adalah kekuatan
akal yang berfungsi untuk mengkaji dan menemukan ilmu
9
148
pengetahuan.
Ilmu pengetahuan dapat menciptakan peralatan yang
canggih. Dengan
ilmu pengetahuan dan karyanya manusia dapat menembus
penjuru langit
dan bumi.
9 Soal No. 9 Orang yang beriman dan berilmu tingkatannya lebih tinggi
di banding
orang yang tidak berilmu
9
10. Soal No.
10
Orang yang berilmu memiliki ilmu pengetahuan luas akan
dihormati oleh
orang lain, diberi kepercayaan untuk mengendalikan atau
mengelola apa
saja yang terjadi dalam kehidupan ini sedangkan orang
yang tidak berilmu
adalah orang yang tidak berilmu akan lemah dan tersesat.
9
LAMPIRAN 10: INSTRUMEN PENILAIAN KETERAMPILAN
Petunjuk:
RUBRIK PENILAIAN
NO. NAMA SURAT
KRITERIA
SKOR FASIH TARTIL
KURANG
TARTIL
TIDAK
TARTIL
1 QS. Al Mujadalah (58): 11
2 QS. Ar-Rahman (55): 33
JUMLAH SKOR
KETERANGAN NILAI NILAI AKHIR
149
Fashih
Tartil
Kurang Tartil
TidakTartil
= Skor 4
= Skor 3
= Skor 2
= Skor 1
Skor yang diperoleh
------------------------- X 100 =
---------
Skor maksimal
Presentasi
NO. ASPEK YANG DINILAI SKOR
1 Keindahan dari gambar yang telah di buat 20
2 Kesesuaian antara gambar dengan isi materi 20
3 Kelancaran dalam presentasi 20
4 Kejelasan dalam menjelaskan materi 20
5 Penguasaan kelas/teman dalam menyampaikan materi 20
Jumlah 100
LAMPIRAN 11: FORMAT PELAKSANAAN DAN HASIL PEMBELAJARAN
REMEDIAL
Sekolah : SMP ………………….
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
Kelas/Semester : VII/Satu
Materi Remedial : 1. …
2. …
Waktu Pemb. Remedial : …
Waktu Ulangan Remedial : …
Ketuntasan Belajar : …
No. Nama Siswa Nilai
UH
KD Yang Tidak
Tuntas
Bentuk
Pembelajaran
Remedial
Nilai Hasil
Remedial
1.
2.
Dst.
LAMPIRAN 12: FORMAT PELAKSANAAN DAN HASIL PEMBELAJARAN
PENGAYAAN
150
Sekolah : SMP …
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
Kelas/Semester : VII/Satu
Materi Pengayaan : 1. …
2. …
Waktu Pengayaan : …
Waktu Ulangan : …
Ketuntasan Belajar : …
No. Nama Siswa Nilai
UH
Bentuk
Pengayaan
Nilai Tes
Pengayaan
1.
2.
Dst.
151
152
153
154
155
DAFTAR NILAI SKK
Nama : Astri Laelatul Fadhilah
NIM : 111-14-091
Fakultas/ jurusan : PAI
Dosen Pembimbing Akademik : Drs. Miftahuddin, M.Ag.
No Nama Kegiatan Pelaksanaan Jabatan Point
1. OPAK STAIN Salatiga 2014
“Aktualisasi Gerakan Mahasiswa
Yang Beretika, Disiplin, dan
Berfikir Terbuka” oleh DEMA
STAIN Salatiga
18-19
Agustus
2014
Peserta 3
2. OPAK Jurusan Tarbiyah STAIN
Salatiga 2014 “ Aktualisasi
Pendidikan Karakter Sebagai
Pembentuk Generasi yang
Religius, Educative, dan Humanis”
oleh HMJ Tarbiyah STAIN
Salatiga
20-21
Agustus
2014
Peserta 3
3. Orientasi Dasar Keislaman (ODK)
“Pemahaman Islam Rahmatan
Lil’alamin Sebagai Langkah Awal
Menjadi Mahasiswa Berkarakter”
oleh LDK& ITTAQO STAIN
Salatiga
21 Agustus
2014
Peserta 2
4. Workshop Entrepreneurship
“Menanamkan Nilai-Nilai Jiwa
Kewirausahaan Mahasiswa yang
Kreatif dan Inovatif” oleh KSEI &
SSC STAIN Salatiga
22 Agustus
2014
Peserta 2
5. Achievement Motivation Training
(AMT) “Dengan AMT Semangat
Menyongsong Prestasi” oleh CEC
dan JQH STAIN Salatiga
23 agustus
2014
Peserta 2
6. UPT Perpustakaan “Library User
Education (Pendidikan
28 Agustus Peserta 2
156
Permustaka) oleh UPT
Perpustakaan STAIN Salatiga
2014
7. “Training Pembuatan Makalah”
oleh LDK STAIN Salatiga
17
September
2014
Peserta 2
8. Diskusi Terbuka LPM Dinamika
“Mahasiswa Menulis” oleh LPM
Dinamika
25
September
2014
Peserta 2
9. (PLCPP) XXIV “PLCPP Sebagai
Langkah Rekonstruktif Karakter
Pandega dalam Membangun
Racana yang Loyal dan
Bermanfaat” oleh Racana Kusuma
Dilaga-Woro Srikandi
26-29
September
2014
Peserta 3
10. “Bedah Buku Membidik Bintang”
oleh LDK STAIN Salatiga
01 Oktober
2014
Peserta 2
11. “ SIBA SIBI” Training UTS
Semester Ganjil tahun 2014 oleh
CEC dan ITTAQO
24-25
Oktober
2014
Peserta 3
12. “Seminar Nasional
Entrepreneurship” oleh Gerakan
Pramuka Racana Kusuma Dilaga-
Woro Srikandhi
16
November
2014
Peserta 8
13. Ibtida’ LDK Fathir Ar Rosyid
IAIN Salatiga “Ikat Hati, Bina
Diri, Songsong Teladan Sejati”
oleh LDK IAIN Salatiga
3-4 Oktober
2015
Peserta 3
14 Seminar Nasional LDK Fathir Ar
Rosyid IAIN Salatiga “ Muslimah
Sejati Bertabur Inspirasi” oleh
LDK IAIN Salatiga
29
November
2015
Peserta 8
15. Seminar Nasional “Implementasi
Nilai-Nilai Pancasila sebagai
Benteng dalam Menolak Gerakan
Radikalisme” oleh DEMA IAIN
Salatiga
10 februari
2016
Peserta 8
157
16 Surat Keputusan Pengangkatan
Pengurus Himpunan Mahasiswa
Jurusan (HMJ) Fakultas Tarbiyah
dan Ilmu Keguruan(FTIK) IAIN
Salatiga
15 Maret
2016
Bendahara 4
17 Seminar Nasional “Penguatan
Wawasn Kebangsaan dan
Nasionalisme” oleh DEMA IAIN
Salatiga
28 April
2016
Peserta 8
18 Seminar Nasional HMJ PAI
Salatiga “Pendidikan Agama
Menjadi Pelopor Kebangkitan
Nasional di Era Modern” oleh
HMJ PAI IAIN Salatiga
21 Mei 2016 Peserta 8
19 Surat Keputusan “Penyelenggaraan
Seminar Nasional Pendidikan dan
Pelantikan FORSIMA PAI
Wilayah Jateng” oleh HMJ PAI
FTIK IAIN Salatiga
25 Mei 2016 Bendahara 4
20 Seminar Nasional DEMA FTIK
IAIN Salatiga “Budaya Sebagai
Attitude Pendidikan” oleh DEMA
FTIK IAIN Salatiga
31 Mei 2016 Peserta 8
21 Surat Keputusan “Penyelenggaraan
Kegiatan Dialog Interaktif” oleh
HMJ PAI FTIK IAIN Salatiga
29
September
2016
Sekretaris 4
22 Seminar Nasional Anak
Berkebutuhan Khusus “Melejitkan
Potensi ABK” oleh Pusat Studi
Gender dan Anak IAIN Salatiga
1 Desember
2016
Peserta 8
23 Surat Keputusan Pengangkatan
Pengurus Dewan Mahasiswa
(DEMA) FTIK IAIN Salatiga
15 Maret
2017
Bendahara 4
24 Seminar Internasional “Menjadi
Mobilepreuneur dalam Era E-
commerce” oleh Krida Taruna
Bumi Perkasa dan Tapp
25 April
2017
Peserta 8
158
25 Surat Keputusan “
Penyelenggaraan Kegiatan
Pendalaman Ketrampilan
Keorganisasian (PKK) DEMA
FTIK IAIN Salatiga 2017
22 Mei 2017 Bendahara 3
26 Surat Keputusan “Penyelenggaraan
Kegiatan OPAK DEMA FTIK
IAIN Salatiga 2017”
14 Juli 2017 Bendahara 3
27 Surat Keputusan “Penyelenggaraan
Kegiatan Sarasehan Kebangsaan
DEMA SEMA FTIK IAIN
Salatiga tahun 2017”
17 Oktober
2017
Sie Dekorasi
&Dokumentasi
3
Jumlah 118