metode hermeneutika dan penerapannya pada psikoanalisa

4
METODE HERMENEUTIKA DAN PENERAPANNYA PADA PSIKOANALISA 1. Metode Hermeneutika Hermeneutika adalah kata yang sering didengar dalam bidang teologi, filsafat, bahkan sastra. Hermeneutik Baru muncul sebagai sebuah gerakan dominan dalam teologi Protestan Eropa, yang menyatakan bahwa hermeneutika merupakan “titik fokus” dari isu-isu teologis sekarang. Martin Heidegger tak henti-hentinya mendiskusikan karakter hermeneutis dari pemikirannya. Filsafat itu sendiri, kata Heidegger, bersifat (atau harus bersifat) “hermeneutis”. Sesungguhnya istilah hermeneutika ini bukanlah sebuah kata baku, baik dalam filsafat maupun penelitian sastra; dan bahkan dalam bidang teologi penggunaan term ini sering muncul dalam makna yang sempit yang berbeda dengan penggunaan secara luas dal am “Hermeneutika Baru” teologis kontemporer. Hermeneutika selalu berpusat pada fungsi penafsiran teks. Meski terjadi perubahan dan modifikasi radikal terhadap teori-teori hermeneutika, tetap saja berintikan seni memahami teks. Pada kenyataannya, hermeneutika pra-Heidegger (sebelum abad 20) tidak membentuk suatu tantangan pemikiran yang berarti bagi pemikiran agama, sekalipun telah terjadi evaluasi radikal dalam aliran-aliran filsafat hermeneutika. Sementara itu, hermeneutika filosofis dan turunannya dalam teori-teori kritik sastra dan semantik telah merintis jalan bagi tantangan serius yang membentur metode klasik dan pengetahuan agama Metode hermeneutika lahir dalam ruang lingkup yang khas dalam tradisi Yahudi- Kristen. Perkembangan khusus dan luasnya opini tentang sifat dasar Perjanjian Baru, dinilai memberi sumbangan besar dalam mengentalkan problem hermeneutis dan usaha berkelanjutan dalam menanganinya. Para filosof hermeneutika adalah mereka yang sejatinya tidak membatasi petunjuk pada ambang batas tertentu dari segala fenomena wujud. Mereka selalu melihat segala sesuatu yang ada di alam ini sebagai petunjuk atas yang lain. Jika kita mampu membedakan dua kondisi ini satu dan yang lainnya, maka kita dapat membedakan dua macam fenomena: ilmu dan pemahaman. Masalah ilmu dikaji dalam lapangan epistemologi, sedangkan masalah pemahaman dikaji dalam lapangan hermeneutika. Sehingga dengan demikian, baik epistemologi dan hermeneutika adalah ilmu yang berdampingan. 2. Defenisi Hermeneutika Sebelum kita mendefinisikan hermeneutika, kita akan mengetahui terlebih dahulu asal-mula kata hermeneutika. Sudah umum diketahui bahwa dalam masyarakat Yunani tidak terdapat suatu agama tertentu, tapi mereka percaya pada Tuhan dalam bentuk mitologi. Sebenarnya dalam mitologi Yunani terdapat dewa-dewi yang dikepalai oleh Dewa Zeus dan

TRANSCRIPT

Page 1: Metode hermeneutika dan penerapannya pada psikoanalisa

METODE HERMENEUTIKA DAN PENERAPANNYA PADA PSIKOANALISA

1. Metode Hermeneutika

Hermeneutika adalah kata yang sering didengar dalam bidang teologi, filsafat, bahkan

sastra. Hermeneutik Baru muncul sebagai sebuah gerakan dominan dalam teologi Protestan

Eropa, yang menyatakan bahwa hermeneutika merupakan “titik fokus” dari isu-isu teologis

sekarang. Martin Heidegger tak henti-hentinya mendiskusikan karakter hermeneutis dari

pemikirannya. Filsafat itu sendiri, kata Heidegger, bersifat (atau harus bersifat)

“hermeneutis”. Sesungguhnya istilah hermeneutika ini bukanlah sebuah kata baku, baik

dalam filsafat maupun penelitian sastra; dan bahkan dalam bidang teologi penggunaan term

ini sering muncul dalam makna yang sempit yang berbeda dengan penggunaan secara luas

dalam “Hermeneutika Baru” teologis kontemporer.

Hermeneutika selalu berpusat pada fungsi penafsiran teks. Meski terjadi perubahan

dan modifikasi radikal terhadap teori-teori hermeneutika, tetap saja berintikan seni

memahami teks. Pada kenyataannya, hermeneutika pra-Heidegger (sebelum abad 20) tidak

membentuk suatu tantangan pemikiran yang berarti bagi pemikiran agama, sekalipun telah

terjadi evaluasi radikal dalam aliran-aliran filsafat hermeneutika. Sementara itu,

hermeneutika filosofis dan turunannya dalam teori-teori kritik sastra dan semantik telah

merintis jalan bagi tantangan serius yang membentur metode klasik dan pengetahuan agama

Metode hermeneutika lahir dalam ruang lingkup yang khas dalam tradisi Yahudi-

Kristen. Perkembangan khusus dan luasnya opini tentang sifat dasar Perjanjian Baru, dinilai

memberi sumbangan besar dalam mengentalkan problem hermeneutis dan usaha

berkelanjutan dalam menanganinya.

Para filosof hermeneutika adalah mereka yang sejatinya tidak membatasi petunjuk

pada ambang batas tertentu dari segala fenomena wujud. Mereka selalu melihat segala

sesuatu yang ada di alam ini sebagai petunjuk atas yang lain. Jika kita mampu membedakan

dua kondisi ini satu dan yang lainnya, maka kita dapat membedakan dua macam fenomena:

ilmu dan pemahaman. Masalah ilmu dikaji dalam lapangan epistemologi, sedangkan masalah

pemahaman dikaji dalam lapangan hermeneutika. Sehingga dengan demikian, baik

epistemologi dan hermeneutika adalah ilmu yang berdampingan.

2. Defenisi Hermeneutika

Sebelum kita mendefinisikan hermeneutika, kita akan mengetahui terlebih dahulu

asal-mula kata hermeneutika. Sudah umum diketahui bahwa dalam masyarakat Yunani tidak

terdapat suatu agama tertentu, tapi mereka percaya pada Tuhan dalam bentuk mitologi.

Sebenarnya dalam mitologi Yunani terdapat dewa-dewi yang dikepalai oleh Dewa Zeus dan

Page 2: Metode hermeneutika dan penerapannya pada psikoanalisa

Maya yang mempunyai anak bernama Hermes. Hermes dipercayai sebagai utusan para dewa

untuk menjelaskan pesan-pesan para dewa di langit. Dari nama Hermes inilah

konsep hermeneutic kemudian digunakan. Kata hermeneutika yang diambil dari peran

Hermes adalah sebuah ilmu dan seni menginterpretasikan sebuah teks.

Hermeneutika (berasal dari bahasa Yunani: hermēneuō yaitu: menafsirkan) adalah

aliran filsafat yang bisa didefinisikan sebagai teori interpretasi dan penafsiran sebuah naskah

melalui percobaan. Kata tersebut berhubungan dengan dewa Hermes, dewa dalam mitologi

Yunani yang bertugas menyampaikan berita dari para dewa kepada manusia. Dewa ini juga

dewa ilmiah, penemuan, kefasihan bicara, seni tulis dan kesenian. Hermeneutika umumnya

dipakai untuk menafsirkan Alkitab, terutama dalam studi kritik mengenai Alkitab.

Definisi hermeneutika masihlah terus berkembang. Menurut Richard E. Palmer, definisi

hermeneutika setidaknya dapat dibagi menjadi enam. Sejak awal, hermeneutika telah sering

didefinisikan sebagai ilmu tentang penafsiran (science of interpretation).Akan tetapi, secara

luas, hermeneutika juga sering didefinisikan sebagai, pertama, teori penafsiran Kitab Suci

(theory of biblical exegesis). Kedua, hermeneutika sebagai metodologi filologi umum

(general philological methodology). Ketiga, hermeneutika sebagai ilmu tentang semua

pemahaman bahasa (science of all linguistic understanding). Empat, hermeneutika sebagai

landasan metodologis dari ilmu-ilmu kemanusiaan (methodological foundation of

Geisteswissenschaften). Lima, hermeneutika sebagai pemahaman eksistensial dan

fenomenologi eksistensi (phenomenology of existence dan of existential understanding). Dan

enam, hermeneutika sebagai sistem penafsiran (system of interpretation). Hermeneutika

sebagai sistem penafsiran dapat diterapkan, baik secara kolektif maupun secara personal,

untuk memahami makna yang terkandung dalam mitos-mitos ataupun simbol-

simbol. Keenam definisi tersebut bukan hanya merupakan urutan fase sejarah, melainkan

pendekatan yang sangat penting didalam problem penafsiran suatu teks. Keenam definisi

tersebut, masing-masing, mewakili berbagai dimensi yang sering disoroti dalam

hermeneutika. Setiap definisi membawa nuansa yang berbeda, namun dapat

dipertanggungjawabkan, dari tindakan manusia menafsirkan, terutama penafsiran teks.

Menurut Carl Braathen hermeneutika adalah ilmu yang merefleksikan bagaimana satu

kata atau satu peristiwa di masa dan kondisi yang lalu bisa dipahami dan menjadi bermakna

di masa sekarang sekaligus mengandung aturan – aturan metodologis untuk diaplikasikan

dalam penafsiran dan asumsi-asumsi metodologis dari aktivitas pemahaman. Semula

Page 3: Metode hermeneutika dan penerapannya pada psikoanalisa

hermeneutika berkembang di kalangan gereja dan dikenal sebagai gerakan eksegegis

(penafsiran teks-teks agama) dan kemudian berkembang menjadi filsafat penafsiran. Sebagai

sebuah metode penafsiran, hermeneutika memperhatikan tiga hal sebagai komponen pokok

dalam kegiatan penafsiran yakni teks, konteks dan kontekstualisasi.

Dengan demikian setidaknya terdapat tiga pemahaman mengenai hermeneutika yakni :

Sebagai teknik praksis pemahaman atau penafsiran, dekat dengan eksegegis, yakni

kegiatan memberi pemahaman tentang sesuatu atau kegiatan untuk mengungkapkan

makna tentang sesuatu agar dapat dipahami.

Sebagai sebuah metode penafsiran, tentang the conditions of possibility sebuah

penafsiran. Hal – hal apa yang dibutuhkan atau langkah-langkah bagaimana harus

dilakukan untuk menghindari pemahaman yang keliru terhadap teks.

Sebagai penafsiran fisafat.

3. Aplikasi Pada Psikoanalisa

Menurut Ruth Berry (2001: 2) Psikoanalisa adalah sistem menyeluruh dalam

psikologi yang dikembangkan oleh freud secara berlahan ketika ia menangani orang yang

mengalami neurosis dan masalah mental lainnya. Psikoanalisa adalah sebuah model

perkembangan kepribadian, filsafat tentang sifat manusia, dan metode psikoterapi. Secara

historis Psikoanalisa adalah aliran pertama dari tiga aliran utama psikologi. Yang kedua

adalah behaviorisme, sedangkan yang ketiga adalah psikologi eksistensial-humanistik.

Menurut Freud, lapisan kesadaran jiwa itu kecil, dan analisis terhadapnya tidak dapat

menerangkan masalah tingkah laku seluruhnya. Freud juga berpendapat bahwa energi jiwa itu

terdapat didalam ketidaksadaran, yang berupa insting-insting atau dorongan-dorongan

(Fudyartanta, 2005: 89). Freud membandingkan jiwa dengan gunung es dimana bagian lebih

kecil yang muncul di permukaan air menggambarkan daerah kesadaran, sedangkan massa

yang jauh lebih besar di bawah permukaan air menggambarkan daerah ketidaksadaran

(Koswara, 1991: 60). Di dalam daerah ketidaksadaran itu ditemukan dorongan-dorongan,

nafsu-nafsu, ide-ide, dan perasaan-perasaan yang ditekan.

Page 4: Metode hermeneutika dan penerapannya pada psikoanalisa

Bagi freud kepribadian manusia berhubungan dengan alam kesadaran (awareness). Alam

kesadaran terbagi dalam tiga tingkatan, yaitu:

1) Alam sadar adalah bagian kesadaran yang memiliki fungsi mengingat, menyadari dan

merasakan sesuatu secara sadar. Alam sadar ini memiliki ruang yang terbatas dan saat

individu menyadari berbagai rangsangan yang ada di sekitar kita.

2) Alam prasadar yaitu bagian dasar yang menyimpan ide, ingatan dan perasaan yang

berfungsi mengantarkan ide, ingatan dan perasaan tersebut ke alam sadar jika kita

berusaha mengingatnya kembali.

3) Alam bawah sadar adalah bagian dari dunia kesadaran yang terbesar dan sebagian

besar yang terpenting dari struktur psikis, karena segenap pikiran dan perasaan yang

dialami sepanjang hidupnya yang tidak dapat disadari lagi akan tersimpan

didalamnya.

Hermeneutika sebagai sistem penafsiran dapat diterapkan, baik secara kolektif

maupun secara personal, untuk memahami makna yang terkandung dalam mitos-mitos

ataupun simbol-simbol. Misalnya pada konsep psikolanalisa yang menekankan pengaruh

masa lalu (masa kecil) terhadap perjalanan manusia. Walaupun banyak para ahli yang

mengkritik, namun dalam beberapa hal konsep ini sesuai dengan konsep pembinaan dini bagi

anak-anak dalam pembentukan moral individual. Dalam sistem pembinaan akhlak individual,

Islam menganjurkan agar keluarga dapat melatih dan membiasakan anak-anaknya agar dapat

tumbuh berkembang sesuai dengan norma agama dan sosial. Norma-norma ini tidak bisa

datang sendiri, akan tetapi melalui proses interaksi yang panjang dari dalam lingkungannya.

Menurut teori Freud tentang “tahapan perkembangan kepribadian individu” dapat digunakan dalam

proses bimbingan, baik sebagai materi maupun pendekatan, ini memberi arti bahwa materi, metode

dan pola bimbingan harus disesuaikan dengan tahapan perkembangan kepribadian individu, karena

pada setiap tahapan itu memiliki karakter dan sifat yang berbeda. Oleh karena itu konselor yang

melakukan bimbingan haruslah selalu melihat tahapan-tahapan perkembangan ini, bila ingin

bimbingannya menjadi efektif.

REFERENSI

Bernard Ramm, Protetant Biblical Interpretation, trans. Silas C.Y. Chan (Monterey

Park, Ca.: Living Spring Publishing, 1983), hal. 10. Arndt and Gingrich, A Greek-

English Lexicon of The New Testament and Other Early Christian Literature

(Chicago: The Univ, of Chicago Press, 1957), hal. 309-310

http://binham.wordpress.com/2012/04/27/teori-kepribadian-psikoanalisa/

http://jaringskripsi.wordpress.com/2009/09/22/filsafat-hermeneutika/

http://id.wikipedia.org/wiki/Hermeneutika_Alkitab

http://id.wikipedia.org/wiki/Psikoanalisis