metode-analisis-kelembagaan

4
1 Metode Analisis Kelembagaan Untuk membahas eksistensi dan kinerja kelembagaan formal dan non formal, digunakan analisis sebagai berikut: 1. Pendekatan SCP (Structure, Conduct, Performance) diadaptasi dari Erlinda Muslim, dkk., (2008); Schraven (2008), dan Harris, B (1979). Metode ini digunakan pertama kali oleh pakar ekonomi dalam menganalisis pasar. Structure, mengacu pada pola hubungan fungsional antara satu fenoma dengan fenomena lain dalam satu satuan kegiatan. Pengungkapan struktur dalam kelembagaan didasarkan pada peubah-peubah sebagai berikut: Motivasi munculnya kelembagaan: Apa yang mendorong munculnya kelebagaan? Landasan legalisasi eksistensi kelembagaan. Penetapan posisi personal dalam struktur organisasi kelembagaan, pergantian pengurus, siklus kepengurusan, dll Conduct, menunjukkan perilaku personal dalam menjalankan organisasi kelembagaan. Hal ini ditunjukkan oleh berbagai pilihan kegiatan yang diaplikasikan dalam kelembagaan, akses individu terhadap kebijakan, dll. Penampilan conduct ini disajikan dalam tabel frequensi. Performance, menunjukkan wujud kegiatan yang sudah dikerjakan kelembagaan dan melibatkan partisipasi kelompok dan kualitas hasil. Tampilan performance menunjukkan identifikasi kegiatan, aktor (pelaku), waktu penyelesaian, capaian output yang sudah dihasilkan dalam periode waktu tertentu (misalnya satu tahun), manfaat yang diperoleh dan prediksi dampaknya. Analisis keefektifan kelembagaan dilakukan dengan membandingkan implementasi kegaitan dengan perencanaan yang dibuat. Secara kuantitatif efektifitas dinyatakan dalam persentasi yang mencerminkan rasio output terhadap input. Contoh paling sederhana:

Upload: khalid-adam

Post on 15-Sep-2015

7 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

cara analisis kelembagaan

TRANSCRIPT

  • 1

    Metode Analisis Kelembagaan

    Untuk membahas eksistensi dan kinerja kelembagaan formal dan non formal, digunakan

    analisis sebagai berikut:

    1. Pendekatan SCP (Structure, Conduct, Performance) diadaptasi dari Erlinda Muslim,

    dkk., (2008); Schraven (2008), dan Harris, B (1979). Metode ini digunakan pertama

    kali oleh pakar ekonomi dalam menganalisis pasar.

    Structure, mengacu pada pola hubungan fungsional antara satu fenoma dengan

    fenomena lain dalam satu satuan kegiatan. Pengungkapan struktur dalam

    kelembagaan didasarkan pada peubah-peubah sebagai berikut:

    Motivasi munculnya kelembagaan: Apa yang mendorong munculnya kelebagaan?

    Landasan legalisasi eksistensi kelembagaan. Penetapan posisi personal dalam struktur organisasi kelembagaan,

    pergantian pengurus, siklus kepengurusan, dll

    Conduct, menunjukkan perilaku personal dalam menjalankan organisasi

    kelembagaan. Hal ini ditunjukkan oleh berbagai pilihan kegiatan yang diaplikasikan

    dalam kelembagaan, akses individu terhadap kebijakan, dll.

    Penampilan conduct ini disajikan dalam tabel frequensi.

    Performance, menunjukkan wujud kegiatan yang sudah dikerjakan kelembagaan dan

    melibatkan partisipasi kelompok dan kualitas hasil.

    Tampilan performance menunjukkan identifikasi kegiatan, aktor (pelaku), waktu

    penyelesaian, capaian output yang sudah dihasilkan dalam periode waktu tertentu

    (misalnya satu tahun), manfaat yang diperoleh dan prediksi dampaknya.

    Analisis keefektifan kelembagaan dilakukan dengan membandingkan implementasi

    kegaitan dengan perencanaan yang dibuat. Secara kuantitatif efektifitas dinyatakan

    dalam persentasi yang mencerminkan rasio output terhadap input.

    Contoh paling sederhana:

  • 2

    Jika lembaga itu pada awal kegiatan merencanakan akan melakukan 10 kegitan

    dalam kurun waktu satu tahun, maka jika dalam evaluasi hanya berhasil 6 kegiatan.

    Efektifitas kelembagaan adalah 60 %. Dan seterusnya

    2. Analisis lingkungan internal (ALI) dan analisis lingkungan eksternal (ALE) mengikuti

    cara Fardiaz (2000) dan Rangkuti (1998).

    Analisis Lingkungan Internal (ALI)

    Analisis ditujukan untuk mengungkap faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan

    kelemahan dari poses pendampingan eksisting. Setiap variabel yang terungkap akan

    dinilai menurut skala dan bobot sehingga menghasilkan nilai skor tertentu.

    Penentuan skala dan bobot dilakukan berdasarkan professional judgment

    Analisis Lingkungan Eksternal (ALE)

    Analisis ditujukan untuk mengungkap faktor-faktor yang menjadi tantangan dan

    kendala dalam melakukan pendampingan, mulai dari aspek kebijakan, hingga

    implementasi di lapangan. Terhadap variabel yang diungkap diberikan nilai menurut

    skala dan bobot yang diberikan. Seperti halnya pada ALI, penentuan skala dan bobot

    dilakukan berdasarkan professional judgment.

    Dari ALI dan ALE tersebut disusun strategi pengembangan efektivitas kelembagaan

    formal dan informai menggunakan analisis kepentingan dan kepuasan dengan

    pendekatan Kuadran Importan Performance Analisys.

    3. Pendekatan Kuadran Importan Performance Analisys

    Analisis ini ditujukan untuk mengungkap sejauhmana kelembagaan formal dan atau

    kelembagaan non formal tersebut memberikan manfaat kepada audiens. Pendekatan

    ini pada intinya didasarkan pada analisis kepuasan audiens terhadap kinerja

    kelembagaan, mengacu pada Baehaqi, 2009; Jauch & Glueck, 1998; dan John

    A.Martilla & John C James, 1977.

  • 3

    Pendekatan kuadran ini didasarkan pada hasil ALI dan ALE, yang ditampilkan sbb:

    Gambar 1. Kuadran Importance Performance Analysis (KIPA)

    Ada empat kuadran dalam KIPA, meliputi:

    Kuadran I = Prioritas Utama. Kuadran ini memuat kegiatan yang dianggap penting oleh audiens tetapi pada

    kenyataannya kegiatan itu belum sesuai dengan harapan audiens. Tingkat

    kinerja kelembagaan lebih rendah dari tingkat harapan audiens. Pelaksanaan

    kegiatan ini harus lebih ditingkatkan lagi performansnya agar memenuhi

    harapan audiens.

    Kuadran II = Pertahankan prestasi. Kegiatan yang dilakukan kelembagaan (formal dan atau non formal) yang masuk

    dalam kuadran ini menunjukkan bahwa kegiatan tersebut penting dan memiliki

    kinerja yang tinggi. Kegaitan kelembagaan ini perlu dipertahankan untuk waktu

    selanjutnya.

    Kuadran III = Prioritas Rendah. Kegiatan lembaga yang termasuk dalam kuadran ini dianggap kurang penting

    oleh audiens dan pada kenyataannya kinerjanya juga tidak terlalu istimewa.

    Peningkatan kegiatan lembaga yang masuk dalam kuadran ini dapat

    dipertimbangkan kembali karena pengaruhnya terhadap manfaat yang dirasakan

    audiens sangat kecil.

    Kuadran I (Prioritas Utama)

    Kuadran II (Pertahankan

    Prestasi)

    Kuadran III (Prioritas Rendah)

    Kuadran IV (Berlebihan)

    Kepe

    ntin

    gan

    (Y)

    Tingkat Kepuasan (X)

  • 4

    Kuadran IV = Berlebihan. Kuadran ini memuat kegiatan lembaga yang dianggap kurang penting oleh

    audiens dan dirasakan terlalu berlebihan. Peningkatan kinerja kegiatan lembaga

    pada kuadran ini hanya memboroskan sumberdaya.

    Daftar Pustaka

    Baehaqi, W.A. 2009 Analisis Kualitas Pelayanan Jasa Terhadap Kepuasan Nasabah Dengan Metode Importance Performance Analysis. http://eprints.undip.ac.id/2868/

    Erlinda Muslim, Vivi Evertina, Rahmat Nurcahyo . 2008. Structure, Conduct, And Performance Analysis In Palm Cooking Oil Industry In Indonesia Using Structure Conduct Performance Paradigm (SCP). Proceeding, International Seminar on Industrial Engineering and Management Santika Hotel, Jakarta, October 25th, 2008

    Fardiaz, D. 2000. Panduan Analisis SWOT. Lokakarya Manajemen. PAATP. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian

    Harris, B. 1979. A Model of Rice Marketing Margin in Indonesia. Foor Research Institute Studio. Vol. XIII, No.2.

    Rangkuti, 1998. Analisis SWOT untuk Membedah Kegiatan Bisnis. Gramedia.

    Schraven,J. 2008. Structure Conduct Performance Analysis og Internet. http://www. Prnejoutnal.com/article/pdf, diunduh tgl 12 juli 2010

    Jauch and Glueck. 1998. Bussiness Policy and Strategic Management. Dalam B.T Cahyono (ed). Analisis Bisnis Retail. Program Pasca Sarjana Magister Manajemen, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi IPWI. Jakarta. Hal 22 26.

    John A. Martilla and John C. James. 1977. Importance-Performance Analysis. The Journal of Marketing Vol. 41, No. 1 (Jan., 1977), pp. 77-79 . Published by: American Marketing Association. Stable URL: http://www.jstor.org/stable/1250495

    Semoga bermanfaat