merkuri 3

29
keracunan merkuri dan penanganannya BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Logam merupakan kelompok toksikan yang unik. Logam ini ditemukan dan menetap dalam alam, tetapi bentuk kimianya dapat berubah akibat pengaruh fisikokimia, biologis, atau akibat aktivitas manusia. Toksisitasnya dapa berubah drastis bila bentuk kimianya berubah. Umumnya logam bermanfaat bagi manusia marena penggunaannya di bidang industri, pertanian, atau kedokteran. Di lain pihak, logam dapat berbahaya bagi kesehatan masyarakat bila terdapat dalam makanan, air, atau udara dan dapat berbahaya bagi pekerja tambang, pekerja peleburan logam dan berbagai jenis industri (Lu, 2006: 346). Beberapa logam berat tergolong dalam bahan B3 yaitu bahan yang karena sifat atau konsentrasinya, jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan hidup, kesehatan kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain (pasal 1 (17) UU No.23/1997 dalam Priyanto, 2010: 112). Zat kimia B3 yang berasal dari logam dapat berupa senyawa logam (anorganik) atau senyawa organik. Berikut ini urutan tingkat atau daya racun logam berat terhadap manusia dari yang paling toksik adalah Hg 2+ > Cd 2+ > Ag 2+ > Ni 2+ > Pb 2+ > As 2+ > Cr 2+ > Sn 2+ > Zn 2+ . Tosisitas logam berat bisa dikelompokkan menjadi 3 yaitu

Upload: ryad13

Post on 03-Dec-2015

13 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

forensik

TRANSCRIPT

Page 1: merkuri 3

keracunan merkuri dan penanganannya

BAB I

PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

Logam merupakan kelompok toksikan yang unik. Logam ini ditemukan dan menetap dalam

alam, tetapi bentuk kimianya dapat berubah akibat pengaruh fisikokimia, biologis, atau akibat

aktivitas manusia. Toksisitasnya dapa berubah drastis bila bentuk kimianya berubah. Umumnya

logam bermanfaat bagi manusia marena penggunaannya di bidang industri, pertanian, atau

kedokteran. Di lain pihak, logam dapat berbahaya bagi kesehatan masyarakat bila terdapat dalam

makanan, air, atau udara dan dapat berbahaya bagi pekerja tambang, pekerja peleburan logam

dan berbagai jenis industri (Lu, 2006: 346).

Beberapa logam berat tergolong dalam bahan B3 yaitu bahan yang karena sifat atau

konsentrasinya, jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan

dan/atau merusakkan lingkungan hidup, kesehatan kelangsungan hidup manusia serta makhluk

hidup lain (pasal 1 (17) UU No.23/1997 dalam Priyanto, 2010: 112). Zat kimia B3 yang berasal

dari logam dapat berupa senyawa logam (anorganik) atau senyawa organik. Berikut ini urutan

tingkat atau daya racun logam berat terhadap manusia dari yang paling toksik adalah Hg 2+ > Cd2+

> Ag2+ > Ni2+ > Pb2+ > As2+ > Cr2+ > Sn2+ > Zn2+.  Tosisitas logam berat bisa dikelompokkan

menjadi 3 yaitu

a)      Bersifat toksik tinggi, yang terdiri dari unsur-unsur Hg, Cd, Pb, Cu, dan Zn

b)      Bersifat toksik sedang, yang terdiri dari unsur-unsur Cr, Ni, Co

c)      Bersifat toksik rendah, yang terdiri dari unsur Mn dan Fe.

Era industrialisasi meningkatkan kontaminasi merkuri dalam lingkungan hidup manusia,

akibat pembakaran bahan bakar minyak, penggunaan merkuri sebagai fungisida dalam industri

kimia, dan lain-lain (Sartono,2002: 210). Dimana logam berat diabsorpsi dan diakumulasi dalam

jaringan hidup. Kemampuan beberapa logam berat dalam berikatan dengan asam amino sesuai

urutan berikut Hg > Cu > Ni > Pb > Co > Cd (Widowati,2008).

Dan telah banyak terjadi keracunan massal akibat mengkonsumsi ikan yang terkontaminasi

metil merkuri di Minamata, jepang pada tahun 1950-an yang mengakibatkan penyakit neurologik

berat pada sekitar 200 orang. Selain itu juga ditemukan 500 kasus kematian akibat penyakit

Page 2: merkuri 3

neurologik yang disebabkan karena mengkonsumsi gandum yang mengandung metil merkuri di

Negara Irak pada tahun 1972 (Lu,2006: 12).

Di Indonesia juga telah terjadi kasus keracunan merkuri di Pantai Kenjeran Surabaya, yaitu

ditemukan peningkatan merkuri pada rambut nelayan di wilayah tersebut sekitar 0,511 ppb pada

mereka yang mengkonsumsi ikan sebanyak 99,11 gram/hari (Husodo dkk., 2005).

B.     RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang maka ada beberapa masalah yang akan di paparkan dalam

makalah ini, yaitu :

1.      Apa dan bagaimana itu merkuri dan keracunan  ?

2.      Bagaimana merkuri masuk ke dalam tubuh manusia ?

3.      Efek kesehatan apa yang bisa diakibatkan oleh merkuri ?

4.      Bagaimana pencegahan dan penaggulangan kejadian keracunan merkuri ?

C.    TUJUAN

Berdasarkan rumusan masalah yang dipaparkan, maka tujuan dari makalah ini adalah

1.      Untuk mnegetahui semua tentang merkuri.

2.      Untuk mengetahui dan memahami adsorpsi merkuri dalam tubuh manusia.

3.      Untuk mnegetahui efek merkuri bagi kesehatan.

4.      Untuk mempelajari metode/cara dalam mencegah dan menaggulangi kejadian keracunan merkur.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.      KERACUNAN

1.1.Pengertian

Keracunan atau intoksikasi adalah keadaan patologik yang disebabkan oleh obat, serum,

alkohol, dahan serta senyawa kimia toksik, dan lain-lain. Keracunan dapat diakibatkan oleh

kecelakaan atau tindakan yang tidak disengaja, tindakan yang disengaja seperti usaha untuk

bunuh diri atau dengan maksud tertentu yang merupakan tindakan kriminal.

Page 3: merkuri 3

Keracunan yang tidak disengaja dapat disebabkan oleh faktor lingkungan, baik lingkungan

rumah tangga maupun lingkungan kerja. Dengan demikian, keracunan dapat disebabkan oleh

barang-barang yang terdapat dalam lingkungan rumah tangga, lingkungan hidup sekeliling yang

tercemar bahan berbahaya, behen-behen kimia yang digunakan dalam kegiatan industri,

bermacam-macam pestisida, dan lain-lain.

1.2.Faktor Yang Mempengaruhi Keracunan Pada Manusia

Faktor-faktor yang mempengaruhi efek dan gejala keracunan pada manusia antara lain

(Sartono, 2002: 22-23):

1)      Bentuk dan cara masuk

Racun dalam bentuk larutan akan bekerja lebih cepat, dibandingkan dengan yang berbentuk

padat. Sedangkan racun yang masuk ke dalam tubuh secara kulit dan pernafasan, akan

memberikan efek lebih kuat dibanding dengan melalui mulut.

2)      Usia

Pada umumnya anak-anak dan bayi lebih mudah terpengaruh efek racun dibandingkan

dengan orang dewasa, tapi anak-anak justru tidak mudah terpengaruh oleh efek beladon,

kalomel, dan strichnin.

3)      Makanan

Pada perut kosong, efek racun akan tetap bekerja lebih cepat jika dibandingkan dengan perut

yang berisi makanan.

4)      Kebiasaan

Jika terbiasa kontak dengan racun dalam jumlah kecil mungkin dapat terjadi toleransi

terhadap racun yang sama dalam jumlah relatif besar tanpa menimbulkan gejala keracunan,

bahkan juga dapat mengakibatkan ketergantungan. Tapi toleransi terhadap racun tidak selalu

terjadi. Mungkindengan dosis yang sedikit lebih besar dari yang biasanya digunakan dapat

menyebabkan keracunan, bahkan kematian.

5)      Kondisi kesehatan

Seseorang yang sedang menderita sakit akan mudah terpengaruh oleh efek racun

dibandingkan dengan orang yang sehat.

6)      Idionsinkrasi

Page 4: merkuri 3

Idionsinkrasi adalah reaksi seseorang terhadap racun tertentu yang tidak biasa, bahkan

mungkin berlawanan. Sebagai contoh, efek morfin pada orang-orang tertentu tidak menyebabkan

tidur,tapi bahkan akan terjaga terus-menerus.

7)      Jumlah racun

Jumlah racu sangatt berkaitan erat dengan efek yang ditimbulkan. Akan tetapi racun dalam

jumlah besar akan menyebabkan muntah sehingga yang tertinggal sedikit, demikian juga

efeknya.

1.3.Menangani Racun

Racun masuk ke dalam tubuh manusia melalui mulut, hidung (inhalasi), kulit, suntikan, mata

(kontaminasi mata) (Sartono,2002: 15).

1.      Melalui mulut

Jika racun masuk melalui mulut, maka tindaka dalam menangani racun yang telah masuk

kedalam tubuh ialah :

1)      Mengurangi Absorpsi

Upaya mengurangi absorpsi racun dari saluran cerna dilakukan dengan meransang muntah,

menguras lambung, mengadsorpsi racun dengan karbon aktif dan membersihkan usus.

a)      Merangsang muntah

Untuk meransang muntah, dapat digunakan sirup ipeca, apomorfin, dan lain-lain. Apomorfin

berbahaya jika digunakan secara sembaragan, karena dapat menyebabkan depresi sistem saraf

pusat dan sistem pernapasan. Sirup ipeca akan menjadi tidak efektif, jika diberikan setelah

pemberian karbon aktif. Sirup ipeca terbuat dari akar kering Cephaelis ipecacuanha dan

Cephaelisacuminata yang mengandung alkaloid emetin dan sefaelin. Emelin mempunyai efek

langsung sebagai iritan pada mukosa lambung yang mengakibatkan muntah dalam waktu 30

menit setelah diberikan. Pemberian sirup ipeca dalam waktu satu jam setelah keracunan dapat

mengeluarkan kembali 30-60% racun. Jika pemberian dalam waktu lebih dari satu jam setelah

keracunan maka racun yang dikeluarkanhanya sekitar 20%.

b)      Menguras lambung

Menguras lambung lebih efektif jika dilakukan satu jem setelah keracunan dengan

menggunakan pipa nasogastrik. Untuk penderita dewasa, sebagai cairan penguras digunakan air

hangat. Setiap kali dimasukkan air hangat 200-300 ml sampai air yang keluar jernih. Jumlah air

hangat ynag digunakan biasanya antara 1-2 liter, tapi dapat juga sampai 5-10 liter. Untuk anak-

Page 5: merkuri 3

anak digunakan larutan garam normal5-10 ml/kg berat badan. Selain air hangat dan air garam,

bisa juga digunakan larutan elektrolit polietilenglikol.

c)      Membersihkan usus

Pembersihan usus dilakukan dengan menggunakan obat laksan dari golongan senyawa garam,

yaitu Mg-sulfat dan Na-sulfat. Laksan yang berupa minyak tidak digunakan karena akan

meningkatkan dan mempermudah absorpsi beberapa racun oleh tubuh seperti golongan pestisida

dan senyawa hidrokarbon.

2)      Antidot

Antidot atau obat penawar racun adalah obat atau bahan yang mempunyai daya kerja

bertentangan dengan racun, dapat mengubah sifat-sifat kimia racun atau mencegah absorpsi

racun. Pemberian antidot dapat meningkatkan eliminas racun dari tubuh.

3)      Meningkatkan eliminasi

Meningkatkan eliminasi racun dapat dilakukan dengan diresis basa tau asam, dosis multipel,

karbon aktirf, dialisis dan hemoperfusi.

2.      Melalui hidung

Dalam menangani racun yang masuk melalui hidung (inhalasi), tindakan yang segera

dilakukan ialah :

a.       Memindahkan penderita keracunan dari tempat atau ruangan yang tercemar racun

b.      Trakeotomi dapat dilakukan juka dipandang perlu

c.       Jika menggunakan alat resuscitator dengan tekanan positif, tekanan darah perlu dikontrol terus

menerus

3.      Kontaminasi kulit

Jika kulit terkontaminasi atau terkena racun, segera disiram dengan air untuk mengencerkan

atau mengusir racun. Kecepatan dan volume air yang digunakan sangat menentukan kerusakan

kulit yang terjadi, terutama jika terkena racun yang bersifat korosif dan bahan-bahan atau racun

yang merusak kulit.

4.      Kontaminasi mata

Mata yang terkontaminasi atau terkena bahan kimia harus dibilas dengan air selama 15

menit. Dapat juga digunakan gelas pencuci mata, yang airnya sering diganti. Jangan sekali-sekali

meneteskan antidot senyawa kimia, karena panas yang akan timbul dapat mengakibatkan

Page 6: merkuri 3

kerusakan mata yang lebih parah. Selanjutnya, segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan

pemeriksaan dan pengobatan.

2.      MERKURI

2.1.Tinjauan Umum

Logam merkuri atau air raksa, mempunyai nama kimia hydragyrum yang bererti perak cair

(Deviana,2009). Merkuri (Hg) adalah logam berat berbentuk cair, berwarna putih perak, serta

mudah menguap pada suhu ruangan. Hg akan memadat pada tekanan 7640 Atm. Merkuri (Hg)

dapat larut dalam asam sulfat atau asam nitrit, tetapi tahan terhadap basa (Widowati,2008; 127-

128). Merkuri (Hg) pada tabel periodik unsur-unsur kimia menempati posis golongan II B

periode 6 dengan nomor atom 80, berat atom 200,59g/mol, massa jenis 13,6 gr/cm3 titik lebur  -

38,90C, dan titik didih 356,60C.

Merkuri jarang didapatkan dalam bentuk bebas di alam, tetapi berupa bijih cinnabar (HgS).

Untuk mendapatkan merkuri, dilakukan pemanasan bijih cinnabar di udara sehingga

menghasilkan logam merkuri (Hg). Merkuri (Hg) banyak digunakan dalam termometer karena

memiliki koefisien yang konstan, yaitu tidak terjadi perubahan volume pada suhu tinggi meupun

rendah. Merkuri (Hg) mudah membentuk alloy amalgama dengan logam lainnya, seperti emas

(Au), perak (Ag), platinum (Pt), dan tin (Sn). Garam merkuri yang penting adalag HgCl2 yang

bersifat sangat toksik.

2.2.Penggunaan dalam bidang industri

Berbagai produk yang mengandung merkuri, di antaranya adalah bola lampu, penambal gigi,

dan termometer. Merkuri digunakan dalam kegiatan penambangan emas, prduksi gas klor dan

soda kaustik, serta dalam industi pulp, kertas, dan batera. Merkuri dengan klor, belerang, atau

oksigen akan membentuk garam yang digunakan dalam pembuatan krim pemutih dan antiseptik.

Logam tersebut digunakan secara luas untuk mengestrak emas (Au) dari bijihnya. Ketika Hg

dicampur dengan dengan bijih emas, merkuri akan membentuk amalgama dengan emas (Au) dan

perak (Ag). Amalgama tersebut harus dibakar untuk mengapkan merkuri guna menangkap dan

memisahkan butir-butir emas dari butir-butir batuan (Widowati.dkk, 2008; 128).

2.3.Efek Toksik

Efek keracunan merkuri tergantung dari kepekaan individu, faktor genetik, dan jumlah

merkuri yang masuk dalam tubuh (Priyanto,2010: 113). Absorpsi etil merkuri di tubuh mencapai

Page 7: merkuri 3

95%, kontaminasi Hg pada mausia terjadi melalui makanan, minuman, dan pernafasan, serta

kontak kulit.

Paparan jalur kulit biasanya berupa senyawa HgCl2 atau K2HgI4. Jumlah merkuri yang

diabsorpsi tergantung pada jalur masuknya, lama paparan, dan bentuk senyawa merkuri. Apabila

gas merkuri terhirup, akan mengakibatkan panyakit bronkitis. Sebagian besar logam merkuri

akan terakumulasi dalam ginjal, otak, hati dan janin. Dalam organ, logam merkuri akan berubah

menjadi senyawa anorganik, lalu merkuri akan dibuang melalui kotoran, urin, dan pernapasan.

Bentuk senyawa merkuri menentukan tingkat toksisitas HgCl2 dosis 29 mg/kg berat badan,

HgI2 dosis 357 mg/kg berat badan, Hg(CN)2 sebesar 10 mg/kg berat badan, yang bisa

menyebabkan kematian (Palar,1994; Widowati,2008).

Keracunan Akut

Keracunan akut oleh merkuri bisa terjadi pada konsentrasi merkuri (Hg) uap sebesar 0,5-1,2

mg/m3. Keracunan akut oleh merkuri uap menunjukkan gejala faringitis, sakit pada bagian perut,

mual-mual, dan muntah disertai darah, dan shock. Apabila tidak segera diobati, akan berlanjut

dengan terjadinya pembengkakan kelenjar ludah, nefritis, dan hepatitis. Keracunan akut karena

terhirupnya uap merkuri berkonsentrasi tinggi menimpa pekerja dalam industri pengolahan

logam merkuri dan penambangan emas. Inhalasi uap merkuri secara akut bisa mengakibatkan

bronkitis, pneumonitis, serta menyebabkan munculnya gangguan sistem saraf pusat, seperti

tremor. Iwidowati,2008: 139)

Keracunan Kronis

Keracunan kronis bisa menyerang pekerja yang langsung kontak dengan merkuri (Hg) dan

orang yang tinggal di sekitar kawasan industri yang menggunakan bahan merkuri. Toksisitas

kronis berupa gangguan sistem pencernaan dan sistem saraf atau gingivitis. Gangguan sistem

saraf berupa tremor, parkinson, gagguan lensa mata,berwarna abu-abu sampai abu-abu

kemerahan, serta anemia ringan. Selain itu inhalasi uap merkuri (Hg) secara kronis bisa

mempengaruhi sistem saraf pusat dengan gejala yang belum spesifik dan selanjutnya

menunjukkan gejala tremor, pembesaran kelenjar tiroid, takikardia, demografisme, gingivitis,

perubahan hematologis, serta peningkatan ekskresi merkuri dalam urin. Gelaja akan meningkat

lebih spesifik, yaitu tremor, pada jari-jari, mata, bibir, dan bergetarnya seluruh tubuh disertai

kekakuan pada alat akstremitas, lalu diikuti dengan kehilangan memori, peningkatan eretisme,

depresi, delirium, halusinasi, dan saliva (Klaassen et al.,1986 dalam Widowati,2008: 139-140).

Page 8: merkuri 3

Efek toksik merkuri berkaitan dengan susunan saraf yang sangat peka terhadap merkuri

dengan gejala pertama adalah parestesia, lalu ataksia, disartria, ketulian dan akhirnya kematian.

Terdapat hubungan antara dosis merkuri dengan gejala toksisitas. Kadar merkuri pada rambut

yang lebih besar dari 100 ppm akan menyebabkan semakin besarnya kasus parestesia. Kasus

ataksia terhadi pada kadar merkuri pada rambut korban minimum 200 ppm. Apabila kadar

merkuri pada rambut lebih besar dari 200 ppm, maka akan semakin besar kasus ataksia. Kasus

disartria (gangguan bicara) terjadi bila kadar merkuri pada rambut korban mencapai 380 ppm.

Kasus kematian trejadi apabila kadar merkuri pada rambut mencapai 800 ppm (Lu, 1995 dalam

Widowati,2008: 140).

Terdapat hubungan kadar merkuri dalam rambut dengan tingkat gejala klinis. Semakin tinggi

kadar merkuri dalam darah, semakin nyata pula gejala klinis. Kadar merkuri dalam darah 0 – 28

µg/100 mL menunjukkan kasus parestesia sebesar 10% dan kadar Hg > 28 µg/100 mL

menunjukkan kasus parestesia > 10% dan terus meningkat sesuai kadar merkuri dalam darah

(Klaassen et al., 1986 dalam Widowati,2008: 140).

Merkuri selain diakumulasi pada berbagai organ juga mampu menembus membran plasenta

sehingga bisa mencapai janin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa otak janin lebih rentan

terhadap metil merkuri dibandingkan otak orang dewasa. Wanita hamil yang terpapar alkil

merkuri bisa menyebabkan kerusakan pada otak janin sehingga bayi yang dilahirkan mengalami

kacacatan. Konsentrasi merkuri (Hg) 20 µm/L dalam darah wanita hamil mengakibatkan

kerusakan pada otak janin (Palar,1994 dalam Widowati,2008:141). Merkuri (Hg) bisa

menghambat pelepasan GnRH oleh kelenjar hipotalamus dan menghambat ovulasi sehingga

terjadi akumulasi merkuri pada korpus luteum.

Merkuri akan diekskresikan dari tubuh melalui usus, ginjal, kelenjar mammae, kelenjar saliva,

dan kelenjar sudioriferos. Sebagian besar diekskresikan melalui feses atau urin. Perbandingan

ekskresi lewat feses dan urin dipengaruhi oleh besarnya dosis, cara paparan/pemberian, bentuk

senyawa merkuri. Ekskresi merkuri organik sebagian besar terjadi dengan ekskresi feses

daripada ekskresi urin. Eliminasi merkuri organik lebih lambat dibandingkan merkuri anorganik

(Bartik dan Piskac, 1981, dalam Widowati,2008: 141).

2.4.Toksikokinetik Merkuri

1.      Absorbsi

Page 9: merkuri 3

Dari beberapa data pada manusia maupun hewan menunjukkan bahwa metal merkuri segera

diserap melalui saluran cerna. Sampai 80 % uap senyawa metal merkuri seperti uap metil

merkuri klorida dapat diserap melalui pernafasan. Penyerapan metil merkuri dapat juga melalui

kulit. Merkuri setelah diabsorbsi di jaringan mengalami oksidasi membentuk merkuri divalent

(Hg2+) yang dibantu enzim katalase. Inhalasi merkuri bentuk uap akan diabsorbsi melalui sel

darah merah, lalu ditransformasikan menjadi merkuri divalen (Hg2+). Sebagian akan menuju

otak, yang kemudian diakumulasi di dalam jaringan. Absorbsi dalam alat gastrointestinal dari

merkuri anorganik asal makanan kurang dari 15 % pada mencit dan 7 % pada manusia,

sedangkan absorbsi merkuri organik sebesar 90 – 95 %. Konsentrasi merkuri terbesar ditemukan

dalam paparan merkuri anorganik dan merkuri uap, sedangkan merkuri organik memiliki afinitas

yang besar terhadap otak, terutam korteks posterior (Lestarisa, 2010)..

2.      Distribusi

Dari segi toksisitas, konsentrasi dalam darah merupakan indikator yang sesuai dari dosis

yang diserap dan jumlah yang ada secara sistematik. Metil merkuri terikat pada haemoglobin,

dan daya ikatnya yang tinggi pada hemoglobin janin berakibat tingginya kadar merkuri pada

darah uri dibandingkan dengan darah ibunya. Dari analisis, konsentrasi total merkuri termasuk

bentuk merkuri organik, merkuri pada darah tali uri hampir seluruhnya dalam bentuk termetilasi

yang mudah masuk ke plasenta. Suatu transport aktif pada sawar darah otak diperkirakan

membawa metil merkuri masuk ke dalam otak. Dalam darah, logam yang sangat neurotoksik ini

terikat secara eksklusif pada protein dan sulfhidril berbobot molekul rendah seperti sistein. Asam

amino yang penting pada rambut adalah sistein. Metil merkuri yang beraksi dan terikat dengan

gugus sulfhidril pada sistein kemudian terserap dalam rambut, ketika pembentukan rambut pada

folikel. Tetapi membutuhkan waktu paling tidak sebulan untuk dapat terdeteksi dalam sampel

potongan rambut pada pengguntingan mendekati kulit kepala (Lestarisa, 2010).

3.      Metabolisme

Metil merkuri dapat dimetabolisme menjadi metil anorganik oleh hati dan ginjal. Metil

merkuri dimetabolisme sebagai bentuk Hg++ . Metil merkuri yang ada dalam saluran cerna akan

dikonversi menjadi merkuri anorganik oleh flora usus (Lestarisa, 2010)..

4.      Eksresi

Page 10: merkuri 3

Eksresi merkuri dari tubuh melalui urin dan feses dipengaruhi oleh bentuk senyawa merkuri,

besar dosis merkuri , serta waktu paparan. Ekskresi metal merkuri sebesar 90 % terjadi melaluii

feses, baik paparan akut maupun kronis (Lestarisa, 2010).

2.5.Kadar Batas Aman

Kadar normal merkuri (Hg) di dalam berbagai jenis bahan pangan, tanah, dan perairan, yaitu :

a)      Biji-bijian 1 – 20 ppb

b)      Berbagai jenis bahan pangan mencapai 0,1 ppm

c)      Telur 0,004 – 0,007 ppb

d)     Sungai dan air laut 0,08 – 0,12 µg/L

e)      Air minum dan air tanah 0,01 – 0,07 µg/L

f)       Tanah 0.05 ppm

g)      Udara 0,02 µg/m3

Kadar maksimum merkuri yang diizinkan dan boleh dikonsumsi pada berbagai jenis pangan

adalah :

a)      Bahan pangan 0,01 ppm

b)      Ikan 0,01 ppm

c)      Ikan laut 0,5 ppm

d)     Organ hewan potong 0,5 ppm

e)      Air minum 0,001 ppm

Kadar merkuri pada makanan ternak yang diizinkan tidak boleh melebihi 0,1 ppm;

konsentrasi tertinggi merkuri (Hg) pada daerah/wilayah kerja sebesar 0,1 mg/m3, sedangkan uap

merkuri (Hg) anorganik dan Hg organik sebesar 0.01 mg/m3

Setiap orang pada umumnya terpapar merkuriyang diperkirakan berasal dari paparan udara

sebesar 1 µg/hari, air sebesar 2 µg/hari, makanan sebesar 20 µg/hari, dan bisa mencapai 75

µg/hari tergantung pada jumlah ikan yang dikonsumsi. Standar merkuri yang diizinkan untuk

kadar merkuri anorganik di udara didaerah tempat kerja adalah 0,05 mg/m3. angka tersebut setara

dengan ambang batas udara 0,015 mg/m3 di wilayah penduduk paparan selama 24 jam.

World Health Organization (WHO) menghitung apabila ikan terus menerus dikonsumsi

sebanyak 60 g/orang/hari, maka kadar merkuri maksimum yang diizinkan adalah 0,5 µg/g ikan

Page 11: merkuri 3

basah. Batasan tersebut dibuat atas dasar persyaratan batas maksimum kandungan merkuri yang

terus menerus masuk ke dalam tubuh manusia sebanyak 30 µg/orang/hari.

2.6.Gejala Klinis

1.      Keracunan Akut

Gejala umum akibat keracunan akut merkuri, yaitu (Chadha,1995:264):

a)      Tidak lama setelah menelan racun ini, pasien merasakan rasa loga dan tercekik pada

tenggorokan. Keadaan ini disertai dengan rasa terbakar pada seluruh bagian abdomen, yang bisa

disertai diare.

b)      Gejala yang timbul sangat bervariasi pada keracunan akut air raksa, walaupundosisnya sama.

Pada beberapa kasus bisa dijumpai trombositopeniadan penekanan pada sumsum tulang.

c)      Membran mukosa pada mulut berwarna putih dan mengalami edema. Suara berubah menjadi

semakin serak.

d)     Pasien bisa muntah yang mengandung darah, lendir dan partikel makanan.

e)      Pengeluaran urin sangat sedikit, pada urin bisa ditemukan darah dan albumin. Pada kasus yang

berat terjadi nekrosis tubulus gunjal sehingga menyebabkan kegagalan ginjal.

f)       Akhir kehidupan pasian ditandai dengan kulit yang dingin dan lembab, denyut nadi tidak teratur,

kejang dan koma.

g)      Jika pasien berhasil sembuh maka penyembuhan memakan waktu 10-14 hari.

1)      Melalui Mulut

Keracunan garam merkuri malelui mulut menimbulkan rasa logam, haus, sakit perut yang

berat, muntah, dan diare berdarah. Diare berdarah terjadi selama beberapa minggu. Antara satu

hari sampai 2 minggu setelah keracunan, pengeluaran urin dapat berhenti, dan kematian terjadi

disebabkan oleh uremia. Pada keracunan merkuri klorida dapat terjadi penyempitan esofagus,

usus, dan lambung (Sartono,2002: 216-217).

2)      Melalui Inhalasi

Keracunan uap merkuri kadar tinggi melalui inhalasi dapat segera menimbulkan dispnea,

batuk, demam, mual, muntah, diare, stomatitis, salivasi dan rasa logam. Gejala ini dapat

berkembang menjadi pneumonitis, bronkitis kronik nekrotik, edema paru, dan pneumotoraks.

Pada anak-anak gejala ini dapat berakibat fatal. Selain itu, dapat terjadi asidosis dan kerusakan

ginjal dengan gagal ginjal (Sartono,2002: 216-217).

Page 12: merkuri 3

Pada keracunan senyawa merkuri organik yang mudah menguap dengan kadar tinggi dapat

menimbulkan rasa logam, kepala pening, diare, bicara tidak jelas, dan kadang-kadang konvulasi

yang berakibat fatal (Sartono,2002: 216-217).

3)      Keracunan Alkil Merkuri

Senyawa alkil merkuri akan terkonsentrasi dalam sistem saraf pusat, menimbulkan ataksia,

chorea, athenosis, tremor, dan konvulasi. Kerusakan yang terjadi bersifat permanen

(Sartono,2002: 216-217).

2.      Keracunan Kronik

Gejala keracunan kronik merkuri secara umum yaitu (Chadha, 1995:266) :

a)      Perasaan mual yang kronis, nafsu makan menurun dan nyeri kolik pada abdomen.

b)      Gusi mengalami peradangan, membengkak dan nyeri. Pembentukan air liur meningkat. Garis

berwarna coklat kebiruan tampak diantara gusi dengan gigi.

c)      Sering ditemukan erupsi kulit.

d)     Bisa ditemukan tromor (gemetar) akibat merkuri. Jika sudah berlangsung lama, maka

pembicaraan juga menjadi kaku dan tidak lancar.

e)      Otot-otot untuk fungsi berbicara akan mengalami paralisis.

1)      Keracunan Melalui Mulut Dan Suntikan

Keracunan karena suntikan senyawa merkuri organik atau keracunan melalui mulut senyawa

merkuri organik atau garam merkuri yang tidak larut atau sedikit terdisosiasi dalam waktu lama

dapat menyebabkan urtikaria yang dapat berkembang menjadi dermatitis, stomatitis, salivasi,

diare, anemia, leukopenia, kerusakan hati, dan kerusakan ginjal yang dapat berkembang menjadi

gagal ginjal akut dengan anuria. Suntikan senyawa organik sebagai obat diuretika, menyebabkan

fungsi jantung tidak teratur atau depresi, dan reaksi anafilaktik (Sartono,2002: 216-217).

2)      Melalui Inhalasi Dan Kontak Kulit

Inhalasi debu dan uap merkuri, serta senyawa merkuri organik atau absorpsi merkuri dan

senyawa merkuri melalui kulit dalam waktu lama, dapat menyebabkan “merkurialisme” dengan

gejala yang timbul bervariasi, termasuk tremor, salivasi, stomatitis, gigi rontok, garis biru hitam

pada gusi, rasa sakit kebas pada anggota badan, nefritis, diare, gelisah, sakit kepala, berat badan

turun, anoreksia, depresi mental, insomnia, iritabilitas, instabilitas, halusinasi, dan kemerosotan

mental (Sartono,2002: 216-217).

2.7.Diagnosis Keracunan Merkuri

Page 13: merkuri 3

Ada 3 hal yang memerlukan pemeriksaan laboratorim untuk menentukan keracuna merkuri yaitu

(Gunawan,S.G, 2007: 848-849) :

1)      Batas tertinggi merkuri dalam darah ialah 0,03-0,04 ppm. Karena metilmerkuri terkumpul dalam

eritrosit dan merkuri anorganik tidak, maka distribusi merkuri total antara eritrosit dan plasma

merupakan petunjuk yang membedakan keracunan merkuri organik atau anorganik

2)      Kadar merkuri dalam urin juga digunakan sebagai ukuran kandungan merkuri dalam tubuh.

Batas tertinggi untuk ekskresi merkuri dalam urin pada orang normal ialah 25 µg/L. Tetapi,

ekskresi merkuri dalam urin bukan merupakan indikator bagi jumlah metilmerkuri dalam darah,

karena metilmerkuri sebagian besar dieliminasi dalam tinja.

3)      Rambur kaya akan gugus sulfhidril, dan kadar merkuri dalam rambut kira-kira 300 kali kadarnya

dalam darah. Pertumbuhan rambut yang paling akhir mencerminkan kadar merkuri mutakhir

dalam darah. Rambut manusia tumbuh kira-kira 20 cm setahun, dan riwayat mengenai pajanan

dapat diperoleh dengan analisis segmen rambut yang berbeda.

BAB III

PEMBAHASAN

A.    KERACUNAN MERKURI

Merkuri adalah logam berat secara alami yang terdapat di alam dan semakin besarnya

emisi di alam akibat proses industrialisasi karena merkuri (Hg) sangat besar manfaatnya.

Sedangkan keracunan atau intoksikasi adalah keadaan patologik yang disebabkan oleh obat,

serum, alkohol, bahan serta seyawa kimia toksik, dan lain (Sartono,2002 : 5).

Dari beberapa uraian mengenai merkuri dan keracunan, diketahui bahwa ternyata

keberadaan merkuri memiliki manfaat dan juga memliki dampak yang negatif bagi kesehatan

manusia. Bebagai industri sekarang ini banyak menggunakan merkuri dalam proses produksinya.

Terlepas dari itu semua, merkuri tetap berbahaya bagi manusia bahkan dikatan bersifat sangat

toksik.

Pada penelitian yang dilakukan Husodo, dkk (2005) di Desa Kalirejo Provinsi D.I

Yogyakarta, menemukan bahwa penambang emas di wilayah tersebut yang hasil pemeriksaan

darahnya mengandung merkuri ternyata juga menunjukkan keluhan-keluhan seperti tremor, sakit

Page 14: merkuri 3

kepala, mual, pelupa, diare dan sebagainya (Tabel 1). Yang mana telah dijelaskan dalam bab

sebelumnya mengenai gejala-gejala keracunan merkuri baik akut maupun kronis.

Dari tabel hasil penelitian Husodo.dkk (2005) di atas terlihat bahwa gejala-gejala keracunan

merkuri tampaknya dialami oleh penambang dan penduduk sekitar lokasi penambangan. Namun

tabel tersebut belum dapat dipastikan bahwa kejadian keluhan ini diakibatkan oleh penyakit

akibat kerja (Husodo,2005).

            Jika dilihat dalam tabel 2, dapat dikatakan bahwa adanya keluhan-keluhan pada

penambang dan penduduk sekitar disebabkan oleh merkuri. Hal ini karena hasil pemeriksaan

darah menunjukkan bahwa penambang yang darahnya mengandung merkuri sekitar 76,92%

dibandingkan dengan penduduk yang sampel darahnya mengandung merkuri sekitar 56,18 %

(Husodo.dkk,2005).

Selain itu, adapun penelitian yang dilakukan Sudarmaji.dkk (2004) yang mendukung konsep

yang menyebutkan bahwa terdapat hubungan kadar merkuri (Hg) dalam rambut dengan gejala

klinis. Semakin tinggi kadar merkuri dalam darah, semakin nyata pula gejala klinis. Penelitian

yang dilakukan di Pantai Kenjeran Surabaya ini,  menemukan bahwa tingkat konsumsi ikan laut

yang berasal dari pantai kenjeran mempunyai hubungan yang bermakna dengan kadar merkuri

(Hg) dalam rambut subyek penelitian. Ditemukan pula pada kelompok terpapar kadar Hg dalam

rambut sebesar 265,09 ppb yang jauh lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol yaitu

yang jarang dan tidak pernah mengkonsumsi ikan laut sebesar 0,511 ppb. Serta membuktikan

bahwa kadar merkuri (Hg) dalam rambut mempunyai hubungan bermakna dengan keluhan

kesehatan pada subyek penelitian.

            Begitupun dengan penelitian yang dilakukan di Kabupaten Indramayu yang tidak

menemukan adanya kasus keracunan merkuri pada penduduk yang sampel rambutnya

mengandung merkuri. Hal ini disebabkan karena kadar merkuri dalam rambut penduduk di

wilayan tersebut masih dalam batas normal dan jauh di bawah kadar yang dapat menimbulkan

gejala keracunan (Tugaswati,dkk, 1997).

            Selain pada bidang pertambangan emas dan perikanan, kasus kontaminasi merkuri (Hg)

juga terjadi di bidang kedokteran dalam hal ini adalah kedokteran gigi. Pada kasus ini, mekuri

(Hg) digunakan sebagai bahan tambal amalgam gigi dan peneliti ingin melihat hubungan tambal

amalgam gigi dengan kadar merkuri (Hg) dalam urin. Dalam pembahasannya, terlihat bahwa

pasien dengan kadar merkuri atau air raksa (Hg) dalam urin > 4 µg/L sebanyak 92,5%, yang

Page 15: merkuri 3

menunjukkan dari seluruh responden hampir semuanya sudah terancam penyakit yang

diakibatkan oleh kadar merkuri dalam tubuh (Soemadi).

Dari tabel 3 di atas dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara lama

kerja/hari dengan keracunan merkuri. Lama kerja penambang emas tanpa ijin di Kecamatan

Kurun ini sebagian besar mengalami keracunan (90.6 %) dengan lama kerja tidak normal hal ini

karena sifat dari pekerjaan penambang adalah penambang tradisional yang tidak mengenal

standart lama kerja. Pada umumnya penambang bekerja mulai pukul 06.00 dan berakhir sekitar

pukul 17.00 (Lestarisa,2010).

Dan Dari hasil korelasi antara umur penambang dengan kadar merkuri di rambut

penambang diperoleh hasil yang signifikan pada taraf 0.05 yaitu dengan nilai 0.627, yang berarti

ada hubungan kuat bermakna antara umur penambang dengan kadar merkuri (Hg) pada rambut

penambang. Berkaitan dengan kadar merkuri pada rambut penambang, kasus ini juga ternyata

ditemukan pada Penambang emas di Kecamtaan Kurun Kabupaten Gunung Mas mengalami

keracunan sebesar 80.5 %, dengan rata-rata kadar merkuri di rambut 3.37649 μg/gr, telah

melebihi nilai ambang batas yang diperbolehkan WHO yaitu 1-2 mg/kg, dengan menunjukkan

gejala-gejala seperti rasa cepat lelah, sakit kepala, serta kaki dan sendi kaku (Lestarisa, 2010).

A.    PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN

Pencegahan

Bila memungkinkan, merkuri hendaknya dikelola dalam sistem bersekat rapat dan higine

yang ketat hendaknya ditekankan di tempat kerja. Lebih lanjut, penting pula dicegah :

1.      Terlepasnya merkuri dari container

2.      Penyebaran percikan merkuri di udara

3.      Infiltrasi merkuri pada retakan dan celah-celah lantai atau meja kerja (ini menyebabkan

penguapan yang berlangsung lama).

Uap merkuri dan debu yang mengandung senyawa merkuri hendaknya ditekan dengan

langkah-langkah pengendalian teknis. Pada keadaan darurat termasuk pajanan terhadap kadar

merkuri yang tinggi, peralatan pelindung nafas hendaknya dipakai. Batas-batas pajanan unsur

merkuri berbeda di berbagai negara antara 0,01 mg/m3 hingga 0,05 mg/m3. Batasan paparan

berdasarkan kesehatan yang dianjurkan oleh suatu Kelompok Studi WHO adalah 25 µg/g

kreatinin dalam kemih.

Page 16: merkuri 3

Pencegahan bila mungkin adalah substitusi merkuri dengan bahan lain yang kurang

berbahaya. Satu contoh substitusi, pembuatan cermin yang dulu memakai amalgam timah putih

diubah dengan menggunakan larutan amoniakal perak nitrat, dan ternyata cermin yang dihasilkan

lebih baik. Pencegahan harus dijalankan di tambang-tambang tempat bijih merkuri

diambil, yaitu dengan ventilasi, pengeboran basah, dan pemakaian masker yang dapat menahan

uap merkuri. Di pabrik-pabrik yang membuat barometer dan termometer, lantai harus rata, licin,

tidak boleh retak sehingga kalau terjadi penumpahan merkuri akan segera dapat dibersihkan.

Ventilasi umum di pabrik-pabrik yang menggunakan merkuri tidaklah baik, karena ventilasi

memperhebat terjadinya penguapan merkuri. Pemeriksaan kesehatan berkala, permasuk

pemeriksaan gigi dan mulut sangat membantu dalam menentukan keracunan sedini mungkin

(Lubis,2002).

Penanggulangan

      Keracunan Akut

Tindakan gawat darurat pada keracunan akut yaitu dengan melakukan pengurasan lambung

dengan air atau usahakan untuk muntah dan diberi obat cuci perut (Sartono,2002: 219-218).

Atau berikan antidot yaitu dimerkaprol dan dengan hemodialisis akan mempercepat

pegeluaran kompleks merkuri dengan dimerkaprol. Penggunaan silamin juga efektif. Baik

dimerkaprol maupun penisilamin, efektif terhadap efek neurologik dari senyawa alkil merkuri.

Antidot khelat terus diberikan sampai kadar merkuri dalam urin turun di bawah 50 mikrogram/24

jam (Sartono,2002: 219-218).

Adapun tindakan umum yang biasa dilakukan, yaitu :

1.      atasi syok dan anuria yang terjadi

2.      setelah dilakukan endoskopi, atasi luka yang terjadi pada saluran cerna. Peberian 12-22,5 mg

neostigmin dan 2-3 mg atropin sulfat setiap hari dalam dosis terbagi akan meningkatkan

kekuatan otot pada keracunan senyawa alkil merkuri yang dalam keadaan terlambat.

Keracunan Kronik

Hindari kontak lebih lanjut, berikan dimerkaprol dan atasi oliguria yang terjadi.tetap

diberikan nutrisi (Sartono,2002: 219-218)

Page 17: merkuri 3

BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

1.      Logam merkuri atau air raksa, mempunyai nama kimia hydragyrum yang bererti perak cair

(Deviana,2009). Merkuri (Hg) adalah logam berat berbentuk cair, berwarna putih perak, serta

mudah menguap pada suhu ruangan. Hg akan memadat pada tekanan 7640 Atm. Merkuri (Hg)

dapat larut dalam asam sulfat atau asam nitrit, tetapi tahan terhadap basa. Merkuri (Hg) pada

tabel periodik unsur-unsur kimia menempati posis golongan II B periode 6 dengan nomor atom

80, berat atom 200,59g/mol, massa jenis 13,6 gr/cm3 titik lebur  -38,90C, dan titik didih 356,60C.

Merkuri banyak digunakan pada bola lampu, penambal gigi, dan termometer.

2.      Metal merkuri segera diserap melalui saluran cerna. Sampai 80 % uap senyawa metal merkuri

seperti uap metil merkuri klorida dapat diserap melalui pernafasan. Penyerapan metil merkuri

dapat juga melalui kulit.

3.      Keracunan akut oleh merkuri uap menunjukkan gejala faringitis, sakit pada bagian perut, mual-

mual, dan muntah disertai darah, dan shock. Sedangkan efek kronis dapat menyebabkan gejala

seperti tremor, pada jari-jari, mata, bibir, dan bergetarnya seluruh tubuh disertai kekakuan pada

alat akstremitas, lalu diikuti dengan kehilangan memori, peningkatan eretisme, depresi, delirium,

halusinasi, dan saliva.

4.      Pencegahan dapat dilakukan dengan mengurangi penggunaannya atau bisa dengan

menggantinya bengan bahan lain yang tidak begitu berbahaya. Dan untuk penanggulangan serta

penanganannya dapat dilakukan dengan pemberian antidot atau penawar racun pada penderita

selain itu juga sebisa mungkin menghindari kontak dengan merkuri dalam waktu lama dan

menggunakan alat pelindung diri.

Saran

Page 18: merkuri 3

Diperlukan berbagai upaya untuk mengurangi penggunaan merkuri dalam segala bidang

kehidupan, mengingat efek keracunan yang ditimbulkannya. Peran berbagai pihak sangat

dibutuhkan dalam hal pencegahan dan penanganan masalah merkuri ini.

DAFTAR PUSTAKA

Chadha,P.V. 1995. Catatan Kuliah Ilmu Forensik Dan Toksikologi. Jakarta : Widya Medika. Hal 264-267

Gunawan,S.G. 2007. Farmakologi dan terapi. Jakarta : Gaya baru. Hal 848-852

Husodo,dkk.2005. Kontaminasi Merkuri Di Kalangan Pekerja Yogyakarta Kasus Penambangan Emas Di

Kulonprogo. Gerbang inovasi, 20 Desember 2005 ISSN 1693-1033. (online) http://i-

lib.ugm.ac.id/jurnal/download.php?dataId=7314  tanggal akses 06 desember 2011

Lestarisa, Trilianty. 2010. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keracunan Merkuri (Hg) Pada

Penambangan Tanpa Ijin (PETI) Di Kecamatan Kurun, Kabupaten Gunung Mas,

Kalimantan Tengah. (Online)

http://eprints.undip.ac.id/23859/1/TRILIANTY_LESTARISA.pdf   tanggal akses 07 desember

2011

Lu,Frank C. 2006. TOKSIKOLOGI DASAR Asas, Organ Sasaran, Dan Penilaian Risiko. Jakarta:UI-Press

Lubis, Halinda Sari. 2002. Toksisitas Merkuri Dan Penanganannya. (online)

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3717/1/k3-halinda4.pdf  tanggal akses 06

desember 2011

Priyanto. 2010. TOKSIKOLOGI Mekanisme, Terapi Antidotum, Dan Penilaian Risiko. Depok: Leskonfi

Sartono. 2002. Racun Dan Keracunan. Jakarta: Widya Medika

Soemadi,Warsono. Hubungan Antara Bahan Tambal Amalam Pada Gigi Susu Dengan Kadar Merkuri

Dalam Urine, Pengunjung Poliklinik Bagian Gigi Anak Universitas Indonesia Nopember

1993-Mei 1994. (Online) http://repository.ui.ac.id/dokumen/lihat/6457.pdf   tanggal akses 06

desember 2011

Sudarmaji,dkk. 2004. Hubungan Tingkat Konsumsi Ikan Laut Terhadap Kadar Mercury Dalam Rambuut

Dan Kesehatan Nelayan Di Pantai Kenjeran Surabaya. Jurnal Teknik Lingkungan P3TL-

BPPT. 5 (1): 17-23. (online)

http://ejurnal.bppt.go.id/ejurnal/index.php/JTL/article/view/380/535  tanggal akses 06 desember

2011

Page 19: merkuri 3

Tugaswati,dkk. 1997. Studi pencemaran merkuri dan dampaknya terhadap kesehatan masyarakat di daerah

mundu kabupaten indramayu. Balai penelitian kesehatan 25 (2) 1997. (Online)

http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/2529719.pdf  tanggal akses 07 desember 2011

Widowati,dkk. 2008. Efek Toksik Logam. Jakarta:penerbit Andi