menulis sebagai proses

13

Click here to load reader

Upload: nancy-rothstein

Post on 22-Jun-2015

220 views

Category:

Education


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Menulis sebagai proses

MENULIS SEBAGAI PROSES

Saudara, apakah yang Anda bayangkan ketika mendengar kata menulis ? Ya,

menulis dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi)

dengan menggunakan bahasa tulis sebagai suatu alat atau medianya. Pesan adalah isi

atau muatan yangterkandung dalam suatu tulisan. Tulisan merupakan sebuah simbol

atau lambang bahsa yan dapat dilihat dan disepakati pemakaiannya. Dengan

demikian, dalam komunikasi tulis paling tidak terdapat empat unsur yang terlibat :

penulis sebagai penyampaian pesan (penulis), pesan atau isi tulisan, saluran atau

media berupa tulisan, dan pembaca sebagai penerima pesan.

Menulis sendiri sebenarnya bukanlah sesuatu yang asing bagi kita. Artikel,

esai, laporan, resensi, karya sastra, buku, komik, dan cerita adalah contoh bentuk dan

produk bahasa tulis yang akrab dengan kehidupan kita.Tulisan-tulisan itu menyajikan

secara runtut dan menarik, ide, gagasan, dan perasaan penulisnya.

Sayangnya, aktivitas menulis atau kadang orang menyebutnya mengarang,

tidak banyak diantara kita yang menyukainya. Dari survei yang pernah penulis

lakukan terhadap guru bahasa Indonesia, umumnya responden menyatakan bahwa

aspek pelajaran bahasan yang paling tidak disukai murid dan gurunya adalah menulis

dan mengarang. Nah, kalu guru bahasa Indonesianya sendiri tidak menyukai dan

tidak pernah menulis, bagaimana dengan muridnya ? Bagaimana pula sang guru dapat

mengajarkan kepada siswa ? Anda sendirim bagaimana ?

Page 2: Menulis sebagai proses

Saudara, sebenarnya begitu banyak manfaat yang dapat dapat dipetik dari

menulis. Kemanfaatan itu diantaranya dalam hal :

peningkatan kecerdasan;

pengembangan daya inisiatif dan kreativitas;

penumbuhan keberanian; dan

pendorong kemauan dan kemapuan mengumpulkan informasi

Menurut Graves (1987), seseorang enggan menulis karena tidak tahu untuk

apa dia menulis, merasa tidak berbakat menulis, dan merasa tidak tahu bagaimana

cara menulis. Ketidaksukaan tak lepas dari pengaruh lingkungan keluarga dan

masyarakatnya, serta pengalaman pembelajaran menulis atau mengarang disekolah

yang kurang memotivasi dan merangsang minat.

Smith (1981) mengatakan bahwwa pengalaman belajar menulis yang dialami

siswadi sekolah tidak terlepas dari kondisi gurunya sendiri. Umumnya guru tidak

dipersiapkan untuk terampil menulis dan mengajarkannya. Karena itu, untuk

menutupi keadaan yang sesungguhnya muncullah berbagai mitos atau pendapat yang

keliru tentang menulis dan pembelajarannya.

Diantara mitos yang perlu kita perhatikan adalah sebagai berikut.

1. Menulis itu mudah

Page 3: Menulis sebagai proses

Teori menulis dan mengarang, memang musah. Gampang dihafal.

Tetapi menulis mengarang bukanlah sekedar teori, melainkan keterampilan.

Bahkan, ada seni atau art di dalamnya. Teori hanyalah alat untuk

mempercepat kepemilikan kemampuan seseorang dalam mengarang.

Sebagai analog, kita rasanya sepakat bahwa menyopir kendaraan itu

bukan hanya teori. Sehebat apapun penguasaan teorinya tak akan menjadi

pengendara yang baik. Dia akan pandai menyopir setelah berlatih, beruji coba,

serta mengasah keberanian dan kepekaan.

Begitupula dengan menulis. Tanpa dilibatkan langsung dalam kegiatan

dan latihan menulis, seseorang tidak akan pernah mampu menulis dengan

baik. Dia harus mencoba dan berlatiih berulang kali : memilih topik,

menentukan tujuan, mengenali pembaca, mencari informasi pendukung,

menyusun kerangka karangan, serta menata dan menuangkan ide-idenya

secara runtut dan tuntas dalam racikan bahasa yang terpahami.

2. Kemapuan Menggunakan Unsur MekanikTulisan merupakan Inti

dari Menulis

Dalam mengarang seseorang perlu memiliki keterampilan mekanik

seperti penggunaan ejaan, pemilihan kata, pengkalimatan, pengalineaan, dan

pewacanaan. Namun, kemampuan mekanik saja tidaklah cukup. Karangan

harus mengandung sesuatu atau isi yang akan disampaikan. Isi itu berupa ide,

Page 4: Menulis sebagai proses

gagasan, perasaan, atau informasi yang akan diungkapakn penulis kepada

orang lain. Unsur mekanik hanyalah sebagai salah satu alat yang digunakan

untuk mengemas dan menyajikan isi karangn agar dapat dipahami dengan

baik oleh pembacanya.

3. Menulis itu Harus Sekali Jadi

Pernahkah Anda dalam mengarang sekali tulis langsung jadi dan bagus

? Kemungkinan besar jawabnya tidak! Berapa kali kita harus meremas kertas

dan membuangnya karena tidak puas. Padahal tulisan itu jadi pun belum, atau

katakanlah sudah selsesai ditulis. Kita menulis, memperbaiki, mencoba

menulis lagi, hingga kita dianggap selesai. Hati-hati, mitos ini dapat

memfrustasikan seseorang dalam menulis, terutama penulis pemula.

Tidak hanya orang yang dapat menulis sekali jadi, Bahkan, penulis

profesiona sekalipun. Menulis merupakan sebuah proses. Proses yang

melibatkan tahap prapenulisan, penulisanm serta penyuntingan, perbaikan,

dan penyempurnaan.

4. Orang yang Tidak Menyukai dan Tidak Pernah Menulis Dapat

Mengajarkan Menulis

Kembali kepada analog di atas, mungkinkah orang yang tidak suka

dan tidak meyopir dapat mengajarkan menyopir kepada orang lain ? Jawabnya

tidak! Sama halnya dengan mengarang, siapa pun yang mengajar mengarang

Page 5: Menulis sebagai proses

dia harus menyukai dan memilki pengalaman dan keterampilan mengarang.

Mengapa ? Dia harus dapat menunjukkan kepada muridnya manfaat dan

nikmatnya menulis. Dia pun harus mampu mendemostrasikan apa dan

bagaimana mengarang.Suit membayangkan seorang guru yang takut dan tidak

suka menulis dapat melakukan hal itu. Padahal, minat dan kemauan siswa

belajar menulis tidak terlepas dari apa yang terjadi pada diri guru dan

bagaimana dia mengajarkannya.

Begitulah saudara, uraian singkat tentang pengertian menulis.

Mudah0mudahan Anda tidak kesulitan memahami uraian di atas. Kalau

merasa masih ada yang belumdimengerti cobalah baca sekali lagi, atau

diskusikan denga teman sejawat.

Hubungan Menulis dengan Keterampilan Berbahasa yang lain

Saudara, kita semua tahu bahwa keterampilan berbahsa itu mencakup empat

komponen (mode). Keempat komponen itu adalah menyimak, berbicara, membaca,

dan menulis. Keempat komponen itu memiliki keterkaitan yang sangat erat. Mari kita

simak keempanya komponen tersebut yang diperikan melalui matrik berikut.

Keterampilan Berabahasa Lisan dan Langsung Tertulis dan Tidak

Langsung

Aktif Reseptif

(menerima pesan)

Menyimak Membaca

Page 6: Menulis sebagai proses

Aktif Produktif

(menyampaikan pesan)

Berbicara Menulis

Tabel 1.1 Hubungan antar aspek berbahasa

Berdasarkan tabel diatas, cobalah Anda jelaskan hubungan antarkeempat

aspek keterampilan berbahasa tersebut.

1. Hubungan Menulis dengan Membaca

Menulis dan membaca adalah kegiatan berbahasa tulis. Pesan yang

disampaikan penulis dan diterima oleh pembaca dijembatani melalui lambang

bahasa yang dituliskan Menurut Goodman dkk (1987) dan Tierney (1983) dalam

Tompskin dan Hoskisson (1995), baca tulis merupakan suatu kegiatan yang

menjadikan penulis sebagai pembaca dan pembaca sebagai penulis.

Penulis sebagai pembaca. Artinya, ketika aktivitas menulis berlangsung si

penulis membaca karangannya. Ia membayangkan dirinya sebagai pembaca untuk

melihat dan menilai apakah tulisannya telah menyajikan sesuatu yang berarti,

apakah ada yang tidak layak saji, serta apakah tulisannya menarik dan enak

dibaca.

Penulis pun melakukan berbagai kegiatan membaca lainnya. Dia membaca

karya penulis lain untuk memperoleh ide dan informasi, menemukan,

memperjelas, dan memecahkan masalahm juga mempelajari bagaimana

pengarang menyajikan dan mengemas tulisannya. Kualitas pengalaman membaca

Page 7: Menulis sebagai proses

ini akan sangat mempengaruhi kesuksesannya dalam menulis. Itu terjadi,

demikian Frank Smith (1982), karena ketika membca secara tidak sadar pembaca

“membaca seperti menulis” (1982). Tidakkah berlebihan jika kita nyatakan bahwa

penulis yang baik adalah pembaca yang baik pula.

Pembaca sebagi penulis. Artinya, ketika berlangsung kegiatan membaca,

pembaca melakukan aktivitas seperti yang dilakukan penulis. Pembaca

menemukan topik dan tujuan tulisan, gagasan dan kaitan antargagasan, dan

kejelasa uraian, serta mengorganisasikan bacaan, memecahkan masalah, dan

memperbaiki simpulan bacannya. Dia menganalis atau merekonstruksi bacaan

dengan membayangkan apa yang dimasudkan dan diinginkan penulisnya

sehingga pesan yang penulis sampaikan dapat ditangkap dengan baik.

2. Hubungan Menulis dengan Menyimak

Sewaktu menulis, seseorang butuh inspirasi, ide, atau informasi untuk

tulisannya. Hal itu dapat diperolehnya dari berbagi sumber: sumber tercetak

seperti buku, majalh, surat kabar, jurnal atau laporan, dan juga sumber tak

tercetak seperti radio, televisi, ceramah, pidato, wawancara, diskusi, dan obrolan.

Jika dari sumber tercetak informasiitu diperoleh dengan membaca, maka dari

sumber tak tercetak perolehan informasi itu diperoleh dengan menyimak.

Page 8: Menulis sebagai proses

Melalui menyimak ini penulis tidak hanya memperoleh ide atau informasi

untuk tulisannya, tetapi juga menginspirasi tata saji dan struktur penyampaian

lisan yang menarik hatinya, yang akan berguna untuk aktivitas menulisnya.

3. Hubungan Menulis dengan Bebicara

Saudara, mengacu pada Gambar 1.1 di muka, antara menulis dan berbicara

keduanya meupkan ketermapilan berbahasa yang bersifat aktif-produktif. Artinya,

penulis dan pembicara berperan sebagai penyampai dan pengirim pesan kepada

pihak lain. Keduanya harus mengambil sejumlah keptusan berkatian dengan

topik, tujuan, jenis informasi yang akan disampaikan, serta cara

penyampainnyasesuai dengan kondisi sasarna (pembaca atau pendengar) dan

corak teksnya (ekposisi, deskripsi, narsi, argumentasi, dan persuasi). Kalaupun

ada perbedaan, hal itu ebih disebabkab karena perbedaan kecaraan dan medianya.