meningoencephalitis.doc
DESCRIPTION
meningitis dan enchepalitisTRANSCRIPT
1. Meningoencephalitis adalah peradangan yang terjadi pada encephalon dan meningens.
Nama lain dari meningoencephalitis adalah cerebromeningitis, encephalomeningitis, dan
meningocerebritis.
2. Risiko predisposisi pada orang dewasa meliputi:
• Diabetes mellitus• Kehamilan• Alkoholisme• Hati kegagalan• Gagal ginjal• Pengobatan Kortikosteroid
Ibu hamil• Bayi dan anak• 60 y)”>Lansia individu (> 60 y)• Pasien dengan alkoholisme• Orang dewasa yang mengalami penekanan kekebalan (misalnya, penggunaan steroid, penerima transplantasi, pasien dengan acquired immunodeficiency syndrome [AIDS])• Individu dengan hati kronis dan penyakit ginjal• Individu dengan diabetes• Orang dengan kelebihan besi-kondisi (misalnya hemochromatosis atau transfusi akibat kelebihan zat besi)
Dalam 43% kasus dewasa, bagaimanapun, tidak ada penyakit yang mendasari.
Faktor risiko Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko meningitis, antara lain:
• Usia. Banyak kasus meningitis terjadi pada usia dibawah 5 tahun.
• Berada pada lingkungan sosial dimana kontak sosial banyak berlangsung sehingga mempermudah
penyebaran faktor penyebab meningitis, contohnya sekolah, kamp militer, kampus, dsb.
• Kehamilan. Jika anda sedang hamil maka anda mengalami peningkatan listeriosis –infeksi yang
disebabkan oleh bakteri listeria, yang juga menyebabkan meningitis. Jika anda memiliki listeriosis,
janin dalam kandungan anda juga memiliki risiko yang sama.
• Bekerja dengan hewan ternak dimana dapat meningkatkan risiko listeria, yang juga dapat
menyebabkan meningitis.
• Memiliki sistem imun yang lemah.
Gejala listeriosis termasuk septicemia (infeksi pada aliran darah), meningitis (radang selaput
otak) atau meningoencephalitis (radang pada otak dan selaputnya), encephalitis (radang otak),
Pemeriksaan tambahan yang diperlukan untuk membantu menegakkan diagnosa ensefalitis:1. Pungsi Lumbal dan pemeriksaan cairan serebrospinal
1
Hasil pemeriksaan cairan serebrospinal pada ensefalitis virus menunjukkan cairan yang jernih, tekanannya tinggi, banyak mengandung sel darah putih dan protein, kadar gulanya normal.
2. Elektroensefalografi (EEG)Mengukur aktivitas gelombang elektrik yang diproduksi oleh otak. Hasil EEG yang abnormal, kemungkinan adalah suatu ensefalitis, tetapi hasil EEG yang normal tidak bisa menyingkirkan diagnosa ensefalitis.
3. CT Scan dan MRICT Scan dan MRI dikerjakan untuk memastikan bahwa penyebab dari timbulnya gejala bukan karena abscess otak, stroke, atau kelainan struktural (tumor, hematoma, aneurisma). CT Scan dan MRI dapat menunjukkan adanya pembengkakan pada otak atau gambaran lain. Jika diduga suatu ensefalitis, CT Scan / MRI ini dikerjakan sebelum pungsi lumbal untuk mengetahui adanya peningkatan intrakranial.
4. Biopsi otakJarang dilakukan
5. Pemeriksaan darahPemeriksaan serologis dilakukan untuk mengukur kadar antibodi terhadap virus.
Terapi pada ensefalitis bersifat simtomatis (mengobati gejala). Pada kasus-kasus yang ringan, disarankan istirahat yang cukup, makan makanan bergizi, banyak minum, supaya sistem imun tubuh kita kuat untuk menghadapi infeksi virus. Gunakan acetaminophenuntuk menghilangkan sakit kepala dan demam. Obat anti inflamasi (kortikosteroid) dapat dipergunakan untuk mengurangi pembengkakan dan peradangan. Bila kejang diberikan obat anti kejang. Pada beberapa kasus, diperlukan terapi fisik dan bicara.Meningitis
adalah suatu reaksi keradangan yang mengenai satu atau semua lapisan selaput yang membungkus jaringan otak dan sumsum tulang belakang, yang menimbulkan eksudasi (keluarnya cairan) berupa pus (nanah) atau serosa, disebabkan oleh bakteri spesifik/non spesifik atau virus.Gejala Klinis yang muncul:Neonatus (bayi usia <1 bulan)
o Gejala tidak khaso Panas ±o Anak tampak malas, lemah, tidak mau minum, muntah, dan kesadaran menuruno Ubun-ubun besar kadang-kadang cembungo Pernafasan tidak teratur
Anak umur 2 bulan-2 tahuno Gambaran klasik (-)o Hanya panas, muntah, gelisah, kejang berulango Kadang-kadang ”high pitched cry”
Anak umur > 2 tahuno Panas, menggigil, muntah, nyeri kepalao Kejango Gangguan kesadarano Tanda-tanda rangsang meningeal: kaku kuduk, tandaBrudzinski dan Kernig (+)
Pemeriksaan tambahan yang bisa membantu menegakkan diagnosa meningitis:1. Pemeriksaan cairan serebrospinal :
2
Diagnosis pasti meningitis dibuat berdasarkan gejala klinis dan hasil analisa cairan serebrospinal dari pungsi lumbal.
1. Pemeriksaan radiologi : a. X-foto dada : untuk mencari kausa meningitisb. CT Scan kepala : dilakukan bila didapatkan tanda-tanda kenaikan tekanan
intrakranial dan lateralisasi2. Pemeriksan lain:
a. Darah : LED, lekosit, hitung jenis, biakanb. Air kemih : biakanc. Uji tuberkulind. Biakan cairan lambung
Terapi
3
Farmakologis :a. Obat anti infeksi :
· Meningitis tuberkulosa :o Isoniazid 10-20 mg/KgBB/hari PO dibagi dalam 2 dosis (maksimal 500 mg/hari)
selama 1½ tahuno Rifampicin 10-15 mg/KgBB/hari PO dosis tunggal selama 1 tahuno Streptomycin sulphate 20-40 mg/KgBB/hari IM dosis tunggal atau dibagi dalam
2 dosis selama 3 bulan· Meningitis bakterial
------------------------------------------------------- Sumber Organisme Tersering Terapi Empiris ------------------------------------------------------- Spontan Neonatus E. coli Ampi + Seftriakson B streptococci atau L. monocytogenes Ampi + Gentamisin
4
1-3 bulan E. coli Ampi + Seftriakson B streptococci Ampi + L. monocytogenes Kloramfenikol H. influenzae S. pneumoniae 3 bulan- H. influenzae Seftriakson atau 18 tahun N. meningitidis Ampi + S. pneumoniae Kloramfenikol 18-50 S. pneumoniae Ampi atau tahun N. meningitidis Penisilin G Diatas S. pneumonia Ampi + Seftriakson 50 tahun N. meningitidis L. monocytogenes Gram (-) bacilli Cedera Tengkorak S. pneumoniae Ampi + Seftriakson tertutup Streptokokus lain (+ likuore) H. influenzae Penetrating S. aureus Vankomisin + S. epidermidis Seftriakson Streptococcus sp Gram (-) bacilli Pasca bedah S. aureus Vankomisin + S. epidermidis Seftriakson Gram (-) bacilli -------------------------------------------------------
o Dexamethasone dosis awal 0,5 mg/KgBB IV dilanjutkan dengan dosis rumatan 0,5 mg/KgBB IV dibagi dalam 3 dosis, selama 3 hari. Diberikan 30 menit sebelum pemberian antibiotika
a. Pengobatan simptomatis
· Menghentikan kejang :o Diazepam 0,2-0,5 mg/KgBB/dosis IV atau 0,4-0,6 mg/KgBB/dosis REKTAL
SUPPOSITORIA, kemudian dilanjutkan dengan :o Phenytoin 5 mg/KgBB/hari IV/PO dibagi dalam 3 dosis atauo Phenobarbital 5-7 mg/Kg/hari IM/PO dibagi dalam 3 dosis
· Menurunkan panas :o Antipiretika : Paracetamol 10 mg/KgBB/dosis PO atauIbuprofen 5-10
mg/KgBB/dosis PO diberikan 3-4 kali sehario Kompres air hangat/biasa
5
c. Pengobatan suportifo Cairan intravena
o Oksigen. Usahakan agar konsentrasi O2 berkisar antara 30-50%.
2. Perawatan : Pada waktu kejang :
o Longgarkan pakaian, bila perlu dibukao Hisap lendiro Kosongkan lambung untuk menghindari muntah dan aspirasio Hindarkan penderita dari rudapaksa (misalnya jatuh)
· Bila penderita tidak sadar lama:o Beri makanan melalui sondeo Cegah dekubitus dan pnemonia ortostatik dengan merubah posisi penderita sesering
mungkin, minimal ke kiri dan ke kanan setiap 6 jamo Cegah kekeringan kornea dengan boorwater/salep antibiotika
· Bila mengalami inkontinensia urin lakukan pemasangan kateter· Bila mengalami inkontinensia alvi lakukan lavement· Pemantauan ketat :
o Tekanan daraho Pernafasano Nadio Produksi air kemiho Faal hemostasis untuk mengetahui secara dini ada DIC
· Fisioterapi dan rehabilitasi.Komplikasi yang bisa muncul:
· Cairan subdural· Hidrosefalus· Edema otak· Abses otak· Renjatan septik· Pnemonia (karena aspirasi)· Koagulasi intravaskular menyeluruh (DIC)
Penderita meningitis dapat sembuh, sembuh dengan cacat motorik/mental atau meninggal, hal tergantung dari :
Umur penderita Jenis kuman penyebab
Berat ringan infeksi
Lama sakit sebelum mendapat pengobatan
Kepekaan kuman terhadap antibiotika yang diberikan
Adanya dan penanganan penyulit
6
Gejala sisa maupun komplikasi karena ensefalitis dapat melibatkan susunan saraf pusat dapat mengenai kecerdasan, motoris, psikiatris, epileptik, penglihatan dan pendengaran, sistem kardiovaskuler, intraokuler, paru, hati dan sistem lain dapat terlibat secara menetap (Nelson, 1992).Gejala sisa berupa defisit neurologik (paresis/paralisis, pergerakan koreoatetoid), hidrosefalus maupun gangguan mental sering terjadi (Harsono, 1996). Komplikasi pada bayi biasanya berupa hidrosefalus, epilepsi, retardasi mental karena kerusakan SSP berat (Kempe, 1982)
A. PENDEKATAN DIAGNOSIS MENINGOENCEPHALITIS
ANAMNESIS
1. Anamnesis pada meningitis bakterial
- Riwayat pada anak yang merupakan faktor resiko seperti: semakin muda anak semakin
kecil kemungkinan ia untuk menunjukan gejala klasik yaitu demam, sakit kepala, dan
meningeal; trauma kepala; splenektomi; penyakit kronis; dan anak dengan selulitis
wajah, selulitis periorbital, sinusitis, dan arthritis septic memiliki peningkatan risiko
meningitis.
- Meningitis pada periode neonatal dikaitkan dengan infeksi ibu atau pireksia saat proses
persalinan sedangkan meningitis pada anak < 3 bulan mungkin memiliki gejala yang
sangat spesifik, termasuk hipertermia atau hipotermia, perubahan kebiasaan tidur atau
makan, iritable atau kelesuan, muntah, menangis bernada tinggi, atau kejang.
- Setelah usia 3 bulan, anak dapat menampilkan gejala yang lebih sering dikaitkan
dengan meningitis bakteri, dengan demam, muntah , lekas marah, lesu, atau perubahan
perilaku
- Setelah usia 2-3 tahun, anak-anak mungkin mengeluh sakit kepala, leher kaku, dan
fotofobia
2. Anamnesis untuk meningoencephalitis viral
- Anak yang tidak mendapatkan imunisasi untuk campak, gondok dan rubella beresiko
mengalami meningoencephalitis viral
3. Anamnesis untuk meningitis akibat infeksi jamur
- pasien immunocompromised beresiko mengalami meningoencephalitis akibat infeksi
jamur
7
4. Anamnesis untuk meningitis aseptik
- Terdapat riwayat mengkonsumsi obat biasanya obat anti-inflammatory drugs
(NSAID), IVIG, dan antibiotik. Gejala mirip dengan meningitis virus. Gejala dapat
terjadi dalam beberapa menit menelan obat.
5. Anamnesis untuk ensefalitis
- Informasi seperti musim tahun, perjalanan, kegiatan, dan paparan dengan hewan
membantu diagnosis.
MANIFESTASI SECARA KLINIK
Temuan pada pemeriksaan fisik bervariasi berdasarkan pada usia dan organisme
penyebab infeksi. Penting untuk diingat bahwa anak muda, jarang menunjukan gejala
spesifik.
- Pada bayi muda temuan yang pasti mengarah ke meningitis jarang spesifik:
a. Hipotermia atau mungkin bayi demam
b. Ubun-ubun membumbung, diastasis (pemisahan) pada sutura jahitan, dan kaku
kuduk tapi biasanya temuan ini muncul lambat.
- Saat anak tumbuh lebih tua, pemeriksaan fisik menjadi lebih mudah dicari.
a. tanda-tanda meningeal lebih mudah di amati (misalnya, kaku kuduk, tanda kernig
positif dan Brudzinski juga positif)
Gambar 4. Gambar pemeriksaan brudzinski dan kernig
8
b. tanda fokal neurologis dapat ditemukan sampai dengan 15% dari pasien yang
berhubungan dengan prognosis yang buruk
c. Kejang terjadi pada 30% anak dengan meningitis bakteri
d. Kesadaran berkabut (obtundation) dan koma terjadi pada 15-20 % dari pasien dan
lebih sering dengan meningitis pneumokokus.
- Dapat ditemukan tanda peningkatan tekanan intrakranial dan pasien akan mengeluhkan
sakit kepala, diplopia, dan muntah. Ubun-ubun menonjol, ptosis, saraf cerebral
keenam, anisocoria, bradikardia dengan hipertensi, dan apnea adalah tanda-tanda
tekanan intrakranial meningkat dengan herniasi otak. Papilledema jarang terjadi,
kecuali ada oklusi sinus vena, empiema subdural, atau abses otak.
- Pada infeksi ensefalitis akut biasanya didahului oleh prodrome beberapa hari gejala
spesifik, seperti batuk, sakit tenggorokan, demam, sakit kepala, dan keluhan perut,
yang diikuti dengan gejala khas kelesuan progresif, perubahan perilaku, dan defisit
neurologis. Kejang yang umum pada presentasi. Anak-anak dengan ensefalitis juga
mungkin memiliki ruam makulopapular dan komplikasi parah, seperti fulminant coma,
transverse myelitis, anterior horn cell disease (polio-like illness), atau peripheral
neuropathy. Selain itu temuan fisik yang umum ditemukan pada ensefalitis adalah
demam, sakit kepala, dan penurunan fungsi neurologis. Penurunan fungsi saraf
termasuk berubah status mental, fungsi neurologis fokal, dan aktivitas kejang. Temuan
ini dapat membantu mengidentifikasi jenis virus dan prognosis. Misalnya akibat
infeksi virus West Nile, tanda-tanda dan gejala yang tidak spesifik dan termasuk
demam, malaise, nyeri periokular, limfadenopati, dan mialgia. Selain itu terdapat
beberapa temuan fisik yang unik termasuk makulopapular, ruam eritematous;
kelemahan otot proksimal, dan flaccid paralysis.
- Tabel 3. Temuan pada pemeriksaan cairan serebrospinal
- pada beberapa gangguan sistem saraf pusat
kondisi Tekanan Leukosit (/μL) Protein (mg/dL)
Glukosa (mg/dL)
Keterangan
Normal 50-180 mm H2O
<4; 60-70% limfosit,30-40% monosit, 1-3% neutrofil
20-45 >50 atau 75% glukosa darah
9
Meningitis bakterial akut
Biasanya meningkat
100-60,000 +; biasanya beberapa ribu; PMNs mendominasi
100-500 Terdepresi apabila dibandingkandengan glukosa darah; biasanya <40
Organisme dapat dilihat pada Gram stain dan kultur
Meningitis bakterial yang sedang menjalani pengobatan
Normal atau meningkat
1-10,000; didominasi PMNs tetapi mononuklear sel biasa mungkin mendominasiApabila pengobatan sebelumnya telah lama dilakukan
>100 Terdepresi atau normal
Organisme normal dapat dilihat; pretreatment dapat menyebabkan CSF steril
Tuberculous meningitis
Biasanya meningkat: dapat sedikit meningkat karena bendungan cairan serebrospinal pada tahap tertentu
10-500; PMNs mendominasi pada awalnya namun kemudian limfosit dan monosit mendominasi pada akhirnya
100-500; lebih tinggi khususnya saat terjadi blok cairan serebrospinal
<50 usual; menurun khususnya apabila pengobatan tidak adekuat
Bakteri tahan asam mungkin dapat terlihat pada pemeriksaan usap CSF;
Fungal Biasanya meningkat
25-500; PMNs mendominasi pada awalnya namun kemudian monosit mendominasi pada akhirnya
20-500 <50; menurun khususnya apabila pengobatan tidak adekuat
Budding yeast dapat terlihat
Viral meningitis atau meningoencefalitis
Normal atau meningkat tajam
PMNs mendominasi pada awalnya namun kemudian monosit mendominasi
20-100 Secara umum normal; dapat terdepresi hingga 40 pada beberapa infeksi virus (15-20% dari
10
pada akhirnya ; jarang lebih dari 1000 sel kecuali pada eastern equine
mumps)
Abses (infeksi parameningeal)
Normal atau meningkat
0-100 PMNs kecuali pecah menjadi CSF
20-200 Normal Profil mungkin normal
B. DIAGNOSIS BANDING MENINGOENCEPHALITIS
Beberapa diagnosis banding untuk meningoencephalitis adalah
11
1. Kejang demam
2. Meningitis
3. Encephalitis
4. Intracranial abscess
5. Sekuele dari edema otak
6. Infark cerebral
7. Perdarahan cerebral
8. Vaskulitis
9. Measles Mumps
C. KOMPLIKASI DAN PROGNOSIS MENINGOENCEPHALITIS
- Sindrom hormon antidiuretik dapat mempersulit meningitis dan memerlukan monitoring
output urin dan administrasi cairan yang bijaksana, menyeimbangkan kebutuhan
pemberian cairan untuk hipotensi dan hipoperfusi.
- Demam persisten umum terjadi selama pengobatan meningitis, tetapi juga mungkin
terkait dengan infeksi atau kekebalan efusi perikardial atau immune complex-mediated,
tromboflebitis, demam obat, atau infeksi nosokomial.
- Di antara korban, gejala biasanya menyelesaikan selama beberapa hari untuk 2 sampai 3
minggu. Meskipun kebanyakan pasien dengan bentuk epidemi ensefalitis menular (St Louis,
California, dan infeksi Enterovirus) di AS sembuh tanpa gejala sisa, kasus yang parah
menyebabkan kematian atau gejala sisa neurologis yang substansial dapat terjadi dengan
hampir semua virus ini Neurotropik. Angka kematian keseluruhan untuk ensefalitis menular
adalah sekitar 5%. Sekitar dua pertiga dari pasien sembuh sebelum dibuang dari rumah sakit.
Sisanya menunjukkan residua klinis yang signifikan, termasuk kelumpuhan atau spastisitas,
gangguan kognitif, kelemahan, ataksia, dan kejang berulang. Kebanyakan pasien dengan gejala
sisa neurologis ensefalitis menular pada saat dikeluarkan dari rumah sakit secara bertahap
memulihkan beberapa atau semua fungsi mereka.
12