meningitis.doc

19
STANDAR Asuhan Keperawatan Pasien Kritis MENINGITIS KOMITE KEPERAWATAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANTEN

Upload: ety-sugiharti

Post on 09-Jul-2016

214 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: MENINGITIS.doc

STANDAR

Asuhan Keperawatan

Pasien Kritis

MENINGITIS

KOMITE KEPERAWATAN

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANTEN

Page 2: MENINGITIS.doc

MENINGITIS

I. KONSEP DASAR

A. DEFINISI

Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan cerebrospinal dan

spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat.

Meningitis dibagi menjadi menjadi dua :

1. Meningitis purulenta yaitu : radang selaput otak (araknoidea dan piameter)

yang menimbulkan eksudasi berupa pus, disebabkan oleh kuman nonspesifik

dan nonvirus.

2. Meningitis tuberkulosa : radang selaput otak akibat komplikasi

tuberkulosis primer.

B. PATOFISIOLOGI

Efek peradang akan menyebabkan peningkatan cairan cerebrospinalis yang dapat

menyebabkan obstruksi, selanjutnya akan terjadi hidrochepalus dan peningkatan

tekanan intrakranial. Efek patologi dari peradangan tersebut adalah : hiperemi

pada meningen, edema dan eksudasi yang kesemuanya menyebabkan peningkatan

tekanan intrakranial.

Organisme masuk melalui sel darah merah pada blood brain barrier. Masuknya

dapat melalui trauma penetrasi, prosedur pembedahan, atau pecahnya abces

cerebral atau kelainan sistem saraf pusat. Otorrhea / rhinorrhea akibat fraktur

dasar tengkorak dapat menimbulkan meningitis, dimana terjadi hubungan antara

CSS (Cairan Cerebro Spinal) dan dunia luar.

Page 3: MENINGITIS.doc

Masuknya mikroorganisme ke susunan saraf pusat melalui ruang subarachnoid

dapat menimbulkan respon peradangan pada via, arrachnoid, CSS dan ventrikel.

Dari reaksi radang muncul eksudat dan perkembangan infeksi pada ventrikel,

edema, dan skar jaringan sekeliling ventrikel, menyebabkan obstruksi pada CSS

dan menimbulkan hidrochepalus.

Meningitis bakteri : notrofil, monosit, limfosit dan yang lainnya merupakan

saluran respon radang. Eksudat terdiri dari bakteri fibrin dan leukosit yang

dibentuk di ruang subarachnoid. Penumpukan pada CSS akan bertambah dan

mengganggu aliran CSS disekitar otak dan medula spinalis. Terjadi vasodilatasi

yang cepat dari pembuluh darah dapat menimbulkan ruptur atau trombosis

dinding pembuluh darah dan jaringan otak dapat menjadi infark.

Meningitis virus sebagai akibat dari penyakit virus, seperti meales, mump, herpes

simplek dan herpes zooster. Pembentukan eksudat pada umumnya tidak terjadi

dan tidak ada mikroorganisme pada kultur CSS.

C. TANDA DAN GEJALA

Pada meningitis purulenta ditemukan tanda da gejala :

1. Gejala infeksi akut atau sub akut yang ditandai dengan keadaan lesu,

mudah terkena rangsang, demam, muntah penurunan nafsu makan, nyeri

kepala

2. Gejala peningkatan tekanan intrakranial ditandai dengan muntah, nyeri

kepala, penurunan kesadarn (somnolen sampai koma), kejang, mata juling,

paresis atau paralisis

3. Gejala rangsang meningeal yang ditandai dengan rasa nyeri pada leher

dan punggung, kaku kuduk, tanda brodsinky i dan ii positif dan tanda kerning

Page 4: MENINGITIS.doc

positif. Tanda kerning yaitu bila paha ditekuk 900 ke depan, tungkai dapat

diluruskan pada sendi lutut.

Tanda brudzinky I positif adalah bila kepal di fleksi atau tunduk ke depan,

maka tungkai akan bergerak flrksi di sudut sendi lutut

Tanda brodzinky II positif adalah bila satu tungkai lainnya bergerak fleksi

dalam sendi lutut.

Pada meningitis tuberkulosas didapatkan gejala dalam stadium – stadium yaitu :

1. Stadium prodomal ditandai dengan gejala yang tidak khas dan terjadi

perlahan – lahan yaitu demam ringan atau kadang – kadang tidak demam,

nafsu makan menurun, nyeri kepala, muntah, apatis, berlangsung 1-3 minggu,

bila tuberkulosis pecah langsung ke ruang subaraknoid, maka stadium

prodomal berlangsung cepat dan langsung masuk ke dalam stadium terminal.

2. Stadium transisi ditandai dengan gejala kejang, rangsang meningeal yaitu

kaku kuduk, tanda brudzinky i dan ii positif, mata juling, kelumpuhan dan

gangguan kesadaran

3. Stadium terminal ditandai dengan keadaan yang berat yaitu kesadaran

menurun sampai koma, kelumpuhan, pernapasan tidak teratur, pansa tinggi

dan akhirnya

D. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Pemeriksaan cairan otak melalui pungsi lumbal, didapatkan:

a. Tekanan

b. Warna cairan otak: pada keadaan normal cairan otak tidak berwarna. Pada

menigitis purulenta berwarna keruh sampai kekuning-kuningan.

Sedangkan pada meningitis tuberkulosis cairan otak berwarna jernih.

Page 5: MENINGITIS.doc

c. Protein ( 0,2 - 0,4 Kg ) pada miningitis meninggi

d. Glukosa dan klorida

2. None pandi

3. Pemeriksaan darah : leukosit meninggi

4. Uji tuberkulin positif dari kurasan lambung untuk meningitis tuberkulosis

5. Pemeriksaan radiologi

a. CT Scan

b. Rontgen kepala

c. Rontgen thorak

6. Elektroensefalografi (EEG), akan menunjukkan perlambatan yang

menyeluruh di kedua hemisfer dan derajatnya sebanding dengan radang.

II. PENGKAJIAN

a. Data Subyektif

Riwayat kesehatan masa lalu.

Mencakup beberapa pertanyaan sebagai berikut :

1. Apakah pernah menderita infeksi saluran pernafasan akut (ISPA).

2. Apakah pernah mengalami prosedur neurosurgical.

3. Apakah pernah menderita trauma yang mencederai kepala.

4. Adakah kelainan bawaan (Spina Bifida).

5. Bagaimana riwayat kesehatan Ibu selama hamil.

6. Bagaimana riwayat kesehatan keluarga.

7. Bagaimana riwayat imunisasi.

Page 6: MENINGITIS.doc

b. Data Obyektif

1. Pada Neonatus.

Kaji adanya perilaku menolak untuk makan, refleks menghisap kurang,

muntah / diare, tonus otot kurang, kurang gerak, menangis lemah.

2. Pada anak-anak dan remaja.

Kaji adanya demam tinggi, sakit kepala, muntah yang diikuti dengan

perubahan sensori, kejang, mudah terstimulasi dan teragitasi, fotopobia,

delirium, halusinasi, perilaku agresif / maniak, penurunan kesadaran, kaku

kuduk, opistotonus, tanda Kernig dan Brudzinski (+), refleks fisiologis

hiperaktif, ptechiae / pruritus.

3. Bayi dan anak-anak (usia 3 bulan – 2 tahun).

Kaji adanya demam, malas makan, muntah, mudah terstimulasi, kejang,

menangis dengan merintih, ubun-ubun menonjol, kaku kuduk, tanda Kernig

dan Brudzinski (+).

III. PENATALAKSANAAN MEDIK

- Isolasi.

- Terapi antimikroba :

- Antibiotik yang diberikan berdasarkan pada hasil kultur, diberikan dengan dosis

tinggi melalui intravena.

- Mempertahankan hidrasi optimum :

- Mengatasi kekurangan cairan dan mencegah kelebihan cairan yang dapat

menyebabkan edema cerebral.:

- Mencegah dan mengobati komplikasi

Page 7: MENINGITIS.doc

- Aspirasi efusi subdural (pada bayi), terapi heparin pada anak yang mengalami

DIC.

- Mengontrol kejang :

- Pemberian terapi antiepilepsi.

- Mempertahankan ventilasi.

- Mengurangi meningkatnya tekanan intrakranial.

- Penatalaksanaan syock bakterial.

- Mengontrol perubahan suhu lingkungan yang ekstrim.

- Memperbaiki anemia.

IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN, HASIL YANG DIHARAPKAN, DAN

RENCANA TINDAKAN

Diagnosa Keperawatan yang mungkin timbul

1. Hipertermi berhubungan dengan

proses peradangan pada otak

2. Perubahan perfusi jaringan otak

berhubungan dengan peningkatan tekanan intra kranial.

3. Nyeri berhubungan dengan

peningkatan tekanan intra kranial.

4. Resiko tinggi cidera

berhubungan dengan kejang, penurunan kesadaran.

5. Kurang pengetahuan keluarga

tentang proses penyakit, perawatan dan prognosisnya berhubungan dengan

kurangnya informasi.

Page 8: MENINGITIS.doc

Diagnosa Keperawatan 1

Hipertermi berhubungan dengan proses peradangan pada otak.

Data Subjektif :

Keluarga mengatakan badan pasien panas.

Pasien mengatakan badannya panas.

Data Objektif :

Keadaan umum lemah.

Badan pasien teraba panas.

Tanda-tanda vital : Suhu, Nadi, Tekanan Darah, Pernafasan (sesuai dengan data

yang ditemukan).

Hasil yang diharapkan :

Suhu tubuh normal dengan kriteria :

Keadaan umum membaik.

Anak-anak : Suhu : 36 – 37 C, Nadi : 80 – 90 x/menit, Tekanan Darah : 100/60 –

110/70 mmHg, Pernafasan : 20 – 26 x/menit (tanda-tanda vital dalam batas

normal).

Bayi ; Suhu : 36 – 37 C, Nadi : 120 – 130 x/menit, Pernafasan : 30 – 40 x/menit

(tanda-tanda vital dalam batas nrm

Rencana Tindakan :

Kaji peningkatan suhu tubuh.

Observasi tanda-tanda vital, terutama suhu tubuh tiap 6 jam.

Observasi tingkat kesadaran pasien.

Beri kompres hangat jika suhu tinggi.

Page 9: MENINGITIS.doc

Anjurkan pasien untuk banyak minum.

Kolaborasi medik dalam pemberian cairan intravena.

Kolaborasi medik dalam pemberian antipiretik.

Kolaborasi medik dalam pemberian antibiotik.

Diagnosa Keperawatan 2

Perubahan perfusi jaringan otak berhubungan dengan peningkatan tekanan intra

kranial

Data Subjektif :

Pasien mengatakan kepalanya terasa pusing.

Pasien mengatakan mual-muntah.

Keluarga mengatakan pasien kejang

Data Objektif :

Keadaan umum lemah.

Tampak pasien gelisah.

Ubun-ubun menonjol.

Pasien muntah.

Ada Kejang

Kesadaran menurun : E3M4V3

Tanda-tanda vital : Suhu, Nadi, Tekanan Darah, Pernafasan (sesuai dengan data

yang ditemukan).

Hasil yang diharapkan:

Perfusi jaringan otak kembali normal dengan kriteria :

Page 10: MENINGITIS.doc

Keadaan umum membaik.

Kesadaran meningkat atau compos mentis

Ubun-ubun tidak menonjol.

Pasien tidak muntah.

Rasa pusing berkurang sampai hilang.

Pasien tenang.

Anak-anak : Suhu : 36 – 37 C, Nadi : 80 – 90 x/menit, Tekanan Darah : 100/60 –

110/70 mmHg, Pernafasan : 20 – 26 x/menit (tanda-tanda vital dalam abtas

normal).

Bayi : Suhu : 36 - 37C, Nadi : 120 – 130 x/menit, Pernafasan : 30 – 40 x/menit

(tanda-tanda vital dalam batas normal).

Rencana Tindakan :

Kaji tingkat kesadaran pasien.

Observasi tanda-tanda vital tiap 6 jam.

Anjurkan pasien untuk tirah baring dengan posisi kepala 30 derajat.

Hindari aktivitas yang dapat meningkatkan tekanan intra cranial : mengedan,

menekukan kepala.

Ciptakan lingkungan yang nyaman.

Kolaborasi pemberian terapi oksigen sesuai dengan kebutuhan

Diagnosa Keperawatan 3

Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intra kranial.

Data Subjektif :

Keluarga mengatakan pasien rewel terus.

Pasien mengatakan kepalanya terasa sakit

Page 11: MENINGITIS.doc

Data Objektif :

Pasien tampak gelisah.

Pasien tampak meringis menahan sakit.

Tampak wajah pasien pucat.

Kaku kuduk.

Tanda-tanda vital : Suhu, Nadi, Tekanan Darah, Pernafasan (sesuai dengan data

yang ditemukan).

Hasil yang diharapkan :

Nyeri hilang dengan kriteria :

K/U pasien membaik.

Nyeri berkurang.

Wajah pasien tampak rileks.

Pasien dapat istirahat.

Anak-anak : Suhu : 36 – 37 C, Nadi : 80 – 90 x/menit, Tekanan Darah : 100/60 –

110/70 mmHg, Pernafasan : 20 – 26 x/menit (tanda-tanda vital dalam batas

normal).

Bayi : Suhu : 36 – 37 C, Nadi : 120 – 130 x/menit, Pernafasan : 30 – 40 x/menit

(tanda-tanda vital dalam batas normal).

Rencana Tindakan :

Kaji tingkat, lokasi, frekwensi, intensitas nyeri.

Observasi tanda-tanda vital tiap 6 jam.

Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi.

Anjurkan pasien untuk istirahat dan memilih posisi yang nyaman, kepala

ditinggikan 30 derajat.

Berikan kompres hangat pada leher dan punggung.

Page 12: MENINGITIS.doc

Kolaborasi medik dalam pemberian analgetik.

Diagnosa Keperawatan 4

Resiko tinggi cidera berhubungan dengan kejang, penurunan kesadaran.

Data Subjektif :

Keluarga mengatakan pasien kejang.

Data Objektif :

K/U pasien lemah.

Pasien kejang.

Kesadaran pasien : GCS <15

Tanda-tanda vital : Suhu, Nadi, Tekanan Darah, Pernafasan (sesuai dengan data

yang ditemukan).

Hasil yang diharapkan ;

Tidak terjadi cedera fisik dengan kriteria :

Pasien tidak mengalami cedera fisik.

Kejang berkurang sampai hilang

Kesadaran meningkat ( compos mentis)

Keluarga menunjukkan perilaku untuk mencegah terjadinya cidera

Anak-anak : Suhu : 36 – 37 C, Nadi : 80 – 90 x/menit, Tekanan Darah : 100/60 –

110/70 mmHg, Pernafasan : 20 – 26 x/menit (tanda-tanda vital dalam batas

normal).

Bayi : Suhu : 36 – 37 C, Nadi : 120 – 130 x/menit, Pernafasan : 30 – 40 x/menit

(tanda-tanda vital dalam batas normal).

Rencana Tindakan :

Page 13: MENINGITIS.doc

Kaji tingkat kesadaran pasien.

Observasi tanda-tanda vital tiap 6 jam.

Jaga keamanan lingkungan pasien, misalnya : memasang pagar tempat tidur,

jauhkan instrument tindakan perawatan.

Awasi anak selama terjadi kejang

Ciptakan lingkungan yang aman dan tenang.

Ajarkan keluarga tentang tindakan pengamanan yang dapat dilakukan.

Libatkan keluarga untuk mendampingi pasien.

Kolaborasi medik dalam pemberian obat anti konvulsan.

Diagnosa Keperawatan 5

Kurang pengetahuan keluarga tentang proses penyakit, perawatan dan prognosisnya

berhubungan dengan kurangnya informasi

Data Subjektif :

Keluarga mengatakan tidak tahu tentang penyakit, perawatan dan prognosis yang

dialami pasien.

Data Objektif :

Tampak keluarga sering bertanya dengan perawat tentang kondisi pasien.

Ekspresi wajah keluarga tampak tegang.

Hasil yang diharapkan :

Keluarga mengerti dan paham tentang proses penyakit, perawatan dan prognosisnya

dengan kriteria:

Pengetahuan keluarga bertambah tentang proses penyakit yang dialami pasien.

Tampak melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi dalam Perawatan

pasien

Page 14: MENINGITIS.doc

Rencana Tindakan :

Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang penyakit dan perawatannya.

Observasi respon keluarga terhadap kondisi penyakit dan perawatannya.

Beri kesempatan pada keluarga untuk bertanya.

Berikan informasi secara sederhana dan mudah dimengerti tentang penyakit yang

dialami pasien.

Berikan informasi tentang cara perawatan penyakit pasien seperti : cara

menurunkan suhu tubuh, massage, latihan ROM.

Jelaskan tentang pentingnya kunjungan ulang ke dokter.

Libatkan keluarga untuk membantu memberikan aktivitas dan gerakan-gerakan

ringan pada pasien.