menhut_8_2000

13
KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 08.1/Kpts-II/2000 TENTANG KRITERIA DAN STANDAR PEMANFAATAN HASIL HUTAN DALAM HUTAN PRODUKSI SECARA LESTARI MENTERI KEHUTANAN, Menimbang: a. bahwa berdasarkan Pasal 2 ayat (3) angka 4 huruf h Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom, penetapan Kriteria dan Standar Pemanfaatan Hasil Hutan Dalam Hutan Produksi Secara Lestari menjadi kewenangan Pemerintah; b. bahwa sehubungan dengan hal tersebut butir a, maka dipandang perlu menetapkan Kriteria dan Standar Pemanfaatan Hasil Hutan Dalam Hutan Produksi Secara Lestari, dengan Keputusan Menteri Kehutanan. Mengingat: 1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya; 2. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup;

Upload: sugeng-waskito

Post on 03-Dec-2015

212 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Peraturan Menteri Kehutanan

TRANSCRIPT

Page 1: menhut_8_2000

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN

Nomor : 08.1/Kpts-II/2000

TENTANG

KRITERIA DAN STANDAR PEMANFAATAN HASIL HUTAN

DALAM HUTAN PRODUKSI SECARA LESTARI

MENTERI KEHUTANAN,

Menimbang: a. bahwa berdasarkan Pasal 2 ayat (3) angka 4 huruf h Peraturan

Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah

dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom, penetapan

Kriteria dan Standar Pemanfaatan Hasil Hutan Dalam Hutan

Produksi Secara Lestari menjadi kewenangan Pemerintah;

b. bahwa sehubungan dengan hal tersebut butir a, maka dipandang

perlu menetapkan Kriteria dan Standar Pemanfaatan Hasil Hutan

Dalam Hutan Produksi Secara Lestari, dengan Keputusan Menteri

Kehutanan.

Mengingat: 1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber

Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya;

2. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan

Lingkungan Hidup;

Page 2: menhut_8_2000

3. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan

Daerah;

4. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan

Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah;

5. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan;

6. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan

Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom;

7. Keputusan Presiden Nomor 136 Tahun 1999 tentang Kedudukan,

Tugas, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen;

8. Keputusan Presiden Nomor 234/M Tahun 2000 tentang

Pembentukan Kabinet Periode Tahun 1999-2004 jo Keputusan

Presiden Nomor 289/M Tahun 2000.

MEMUTUSKAN:

Menetapkan: KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN TENTANG

KRITERIA DAN STANDAR PEMANFAATAN HASIL

HUTAN DALAM HUTAN PRODUKSI SECARA LESTARI.

PERTAMA: Kriteria dan Standar Pemanfaatan Hasil Hutan Dalam Hutan

Produksi Secara Lestari adalah sebagaimana tercantum dalam

lampiran Keputusan ini.

KEDUA: Kriteria dan Standar Pemanfaatan Hasil Hutan Dalam Hutan

Produksi Secara Lestari sebagaimana tersebut pada diktum

PERTAMA menjadi:

a. pedoman Gubernur dan Bupati/Walikota dalam menetapkan

Peraturan Daerah;

Page 3: menhut_8_2000

b. pedoman yang harus dilaksanakan oleh Pemegang Izin Usaha

Pemanfaatan Hasil Hutan dan Pemungutan Hasil Hutan

termasuk pemegang Hak Pengusahaan Hutan yang masih

berlaku dalam melaksanakan pengelolaan hutan produksi yang

dipercayakan kepadanya.

KETIGA: Pelanggaran atas ketentuan sebagaimana diatur dalam Keputusan ini

diancam dengan pidana, ganti rugi maupun sanksi administratif

sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999

tentang Kehutanan.

KEEMPAT: Dengan ditetapkannya Keputusan ini, maka Keputusan Menteri

Kehutanan Nomor 610/Kpts-IV/1993 dan Keputusan Direktur

Jenderal Pengusahaan Hutan Nomor 208/Kpts/IV-Set/1993

dinyatakan tidak berlaku lagi.

KELIMA: Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : JAKARTA

pada tanggal : 6 November 2000

MENTERI KEHUTANAAN DAN PERKEBUNAN,

Tanda tangan

Dr. Ir. NUR MAHMUDI ISMA’IL, M.Sc

Salinan Keputusan ini disampaikan kepada Yth.:

1. Sdr. Menteri Negara Koordinator Bidang Perekonomian.

2. Sdr. Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah.

3. Sdr. Menteri Negara Pemukiman dan Prasarana Wilayah.

4. Sdr. Menteri Negara Lingkungan Hidup.

5. Sdr. Pejabat Eselon I Lingkup Departemen Kehutanan.

6. Sdr. Gubernur Propinsi di seluruh Indonesia.

Page 4: menhut_8_2000

7. Sdr. Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehutanan Propinsi di seluruh

Indonesia.

8. Sdr. Bupati/ Walikota di seluruh Indonesia.

9. Sdr. Kepala Dinas Kehutanan Propinsi di seluruh Indonesia.

10. Sdr. Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten/ Kota di seluruh Indonesia.

11. Sdr. Kepala Dinas Perhutanan dan Konservasi Tanah di seluruh Indonesia.

12. Sdr. Kepala Balai Eksploitai Hutan dan Pengujian Hasil Hutan di seluruh

Indonesia.

13. Sdr. Kepala Loka Eksploitasi dan Pengujian Hasil Hutan di seluruh Indonesia.

Page 5: menhut_8_2000

LAMPIRAN : KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 08.1/Kpts-II/2000 Tanggal : 6 Nopember 2000

KRITERIA DAN STANDAR PEMANFAATAN HASIL HUTAN DALAM HUTAN PRODUKSI SECARA LESTARI

No. KEGIATAN KRITERIA STANDAR

(1) (2) (3) (4)

PEMAN-FAATAN HASIL HUTAN DALAM HUTAN PRODUKSI

1. Kepastian dan Keamanan Sumber Daya Hutan a. Kepastian Kawasan

a. 1. Telah dicadangkan sebagai areal Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan (IUPHH).

a. 2. Telah ditata batas. a. 3. Telah dikukuhkan

sebagai batas IUPHH. a. 4. Telah ditetapkan

sebagai areal IUPHH.

b. Kepastian Potensi b.1. Telah dilakukan

penginderaan jarak jauh b.1.1. Telah dilakukan

pemotretan b.1.2. Telah dilakukan

penafsiran vegetasi

b.1.3. Telah dilakukan penafsiran topografi/ garis bentuk

b.1.4. Telah dimanfaatkan-nya potret udara. Peta penafsiran vegetasi dan peta penafsiran garis bentuk.

2. Kontinuitas Produksi

a. Inventarisasi hutan a.1. Telah dilakukan

inventarisasi untuk Rencana Karya Ijin Usaha Pemanfaatan

a.1.1. Ada surat pencadangan areal

IUPHH. a.2.1. Ada berita acara pemancangan

batas. a.2.2. Ada register pemancangan a.2.3. Ada pal-pal batas terlihat jelas di

lapangan (sesuai Berita Acara (BA) pemancangan batas)

a.3.1. Ada SK pengukuhan tata batas Unit IUPHH.

a.4.1. Ada SK IUPHH.

b.1.1.1. Ada potret udara hitam putih,

panchromatic/IR skala 1 : 20.000 yang mencakup seluruh areal kerja.

b.1.2.1. Ada peta penafsiran vegetasi skala 1 : 25.000 yang mencakup seluruh areal kerja.

b.1.3.1. Ada peta penafsiran topografi skala 1 : 25.000 yang mencakup seluruh areal kerja.

b.1.4.1. Ada peta potret udara, peta penafsiran vegetasi dan peta penafsiran garis bentuk yang digunakan di dalam rencana penataan dan pembukaan wilayah

a.1.1. Ada dokumentasi hasil inventa-

risasi. a.1.2. Ada sistem penyimpanan dokumen

hasil inventarisasi.

Page 6: menhut_8_2000

Hasil Hutan (RKIUP-HH)

a.2. Telah dilakukan inventarisasi untuk Rencana Karya Lima Tahunan (RKL) Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan/Pengusahaan Hutan.

a.3. Telah dilakukan inventarisasi untuk Rencana Karya Tahunan (RKT) Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan/Pengusahaan Hutan.

a.1.3. Ada penetapan Annual Allowable Cut (AAC) selama jangka pengusahaan hutan/ijin usaha pemanfaatan hutan.

a.1.4. Ada penataan areal non produktif, tanah kosong dan lain-lain.

a.1.5. Ada rencana pelaksanaan Pengusahaan Hutan/Usaha Pemanfaatan Hutan yang menggambarkan blok-blok Rencana Karya Lima Tahunan.

a.2.1. Ada berita acara pembuatan blok-

blok RKL (sesuai BA pembuatannya).

a.2.2. Ada batas blok RKL yang jelas sesuai berita acara pembuatan blok RKL.

a.2.3. Ada dokumentasi hasil inventarisasi.

a.2.4. Ada sistim penyimpanan dokumen hasil inventarisasi.

a.2.5. Ada penetapan AAC selama jangka 5 th Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan/Pengusahaan Hutan.

a.2.6. Ada penataan areal non produktif , tanah kosong, padang alang-alang, dan lain-lain.

a.2.7. Ada peta rencana pelaksanaan usaha pemanfaatan hasil hutan/pengusahaan hutan yang menggambarkan blok-blok RKL, RKT dan petak tebangan.

a.2.8. Ada register pemeliharaan batas blok RKL.

a.3.1. Ada berita acara pembuatan blok-

blok RKT dan petak tebangan. a.3.2. Ada batas blok tebangan yang jelas

di lapangan. a.3.3. Ada dokumentasi hasil

inventarisasi. a.3.4. Ada sistim penyimpanan dokumen

hasil inventarisasi. a.3.5. Ada penetapan Jatah Produksi

Tahunan (JPT) untuk RKT. a.3.6. Ada peta pohon skala 1 : 2.000/1 :

1.000 yang menggambarkan letak dari jenis pohon yang akan ditebang, pohon inti, pohon induk dan pohon yang dilindungi.

a.3.7. Ada peta rencana pelaksanaan usaha pemanfaatan hasil hutan/pengusahaan hutan yang menggambarkan tempat-tempat

Page 7: menhut_8_2000

b. Penentuan sistim silvikultur b.1. Telah dipilih sistim

silvikultur yang sesuai dengan tipe hutan, topografi lapangan.

c. Perencanaan

c.1. Telah disusun Rencana Karya selama jangka waktu usaha pemanfaatan hasil hutan (RKPUHH) /pengusahaan hutan (RKPH).

c.2. Telah disusun RKL.

c.3. Telah disusun RKT.

d. Produktivitas areal dalam jangka panjang. d.1. Telah ditetapkan rotasi

tebangan.

pengumpulan kayu (TPK/TPn). a.3.8. Ada peta yang menggambarkan

tempat-tempat yang tidak ada/miskin permudaan.

a.3.9. Ada peta kerja skala 1 : 20.000. a.3.10. Ada register pemeliharaan batas

blok RKT dan batas petak tebangan.

b.1.1. Ada pedoman sistim silvikultur

yang dipilih. b.1.2. Ada pedoman pembuatan jalan

angkutan, jalan sarad, dan jembatan.

b.1.3. Ada pedoman penebangan, penyaradan, dan pengangkutan.

b.1.4. Ada bukti pelaksanaan sistim silvikultur, pembuatan jalan, angkutan, jembatan, penebangan.

c.1.1. Ada pedoman penyusunan

RKUPHH/RKPH. c.1.2. Ada buku RKUPHH/RKPH yang

disusun sesuai dengan pedoman. c.1.3. Ada monitoring dan evaluasi

pelaksanaan RKUPHH/KPH berdasarkan RKL berjalan.

c.2.1. Ada pedoman penyusunan RKL. c.2.2. Ada buku RKL yang disusun

sesuai dengan pedoman. c.2.3. Ada monitoring dan evaluasi

pelaksanaan RKL berdasarkan RKT berjalan.

c.3.1. Ada pedoman penyusunan RKT. c.3.2. Ada buku RKT yang disusun

sesuai dengan pedoman. c.3.3. Ada laporan pelaksanaan RKT. c.3.4. Ada monitoring dan evaluasi

pelaksanaan RKT. d.1.1. Ada peta kerja yang

menggambarkan areal produksi netto.

d.1.2. Ada penetapan AAC yang didasarkan atas luas dan potensi areal produksi netto.

d.1.3. Ada laporan pelaksanaan RKT yang dilakukan hanya pada areal produksi netto.

d.1.4. Ada sistim monitoring dan evaluasi pelaksanaan produksi yang

Page 8: menhut_8_2000

d.2. Pemanfaatan hutan

sekunder, areal tidak produktif dan tanah kosong.

d.3. Telah dilaksanakan

pemanfaatan hutan areal bekas tebangan atau Log Over Area (LOA).

dilengkapi sarana dan teknologi yang menjamin dapat dipantaunya pelaksanaan produksi hanya dilakukan pada areal netto (ada sistim, citra landsat TM/SPOT skala 1 : 100.000 tahun terakhir, dan GSP).

d.1.5. Ada hasil monitoring dan evaluasi. d.1.6. Ada dokumentasi hasil monitoring

dan evaluasi. d.2.1. Ada pedoman pemanfaatan hutan. d.2.2. Ada rencana pemanfaatan hutan. d.2.3. Ada bukti pelaksanaan

pemanfaatan hutan yang dapat dilihat langsung di lapangan.

d.2.4. Ada monitoring dan evalusi pelaksanaan pengelolaan.

d.2.5. Ada dokumen pelaksanaan pemanfaatan hutan berupa : a. Register penanaman dan

pemeliharaan areal tidak produktif dan tanah kosong.

b. Register pemeliharaan hutan sekunder.

d.3.1. Ada pedoman pelaksanaan

pemanfaatan hutan. d.3.2. Ada pelaksanaan Inventarisasi

Tegakan Tinggal (ITT) sesuai pedoman yang dapat dilihat di lapangan.

d.3.3. Ada laporan hasil ITT yang meliputi kerusakan terhadap tegakan tinggal dan permudaan.

d.3.4. Ada monitoring dan evaluasi pelaksanaan ITT.

d.3.5. Ada dokumen pelaksanaan ITT. d.3.6. Ada rencana pengelolaan tegakan

tinggal atas dasar ITT (pemeliharaan tegakan tinggal, pengayaan, dll.).

d.3.7. Ada pelaksanaan pengelolaan tegakan tinggal.

d.3.8. Ada laporan hasil pengelolaan tegakan tinggal.

d.3.9. Ada monitoring dan evaluasi pengelolaan tegakan tinggal.

d.3.10. Ada register pemanfaatan hutan tegakan tingal, berupa pembibitan, persemaian, pengayaan, penanaman, pemeliharaan.

Page 9: menhut_8_2000

d.4. Telah ditetapkan plot-plot permanen untuk pengamatan riap.

d.5. Telah ditetapkan

tegakan benih.

e. Pengaturan dan pemanfaatan hasil. e.1. Telah ada pengaturan

produksi sesuai etat luas dan volume areal produksi netto pengolahan hasil hutan.

f. Penata-usahaan hasil. f.1. Telah dilaksanakan

pengujian.

d.4.1. Ada pedoman pembuatan plot permanen.

d.4.2. Ada plot permanen di lapangan yang luas dan jumlahnya sesuai pedoman.

d.4.3. Ada pengamatan dan pencatatan perkembangan/dinamika plot permanen.

d.4.4. Ada evaluasi dan analisa data hasil pencatatan.

d.4.5. Ada dokumentasi hasil pengamatan, pencatatan, evaluasi dan analisa data dan pemeliharaan plot permanen.

d.5.1. Ada pedoman tegakan benih. d.5.2. Ada tegakan benih di lapangan

yang luas dan jumlahnya sesuai pedoman.

d.5.3. Ada monitoring dan evaluasi tegakan benih.

d.5.4. Ada bukti pengelolaan tegakan benih (laporan jumlah dan jenis serta mutu benih yang dihasilkan).

d.5.5. Ada dokumentasi pengelolaan, monitoring evaluasi dan pemeliharaan.

e.1.1. Ada AAC dalam Rencana Karya

dan RKL. e.1.2. Ada JPT dalam RKT. e.2.1. Ada bukti pemanfaatan hasil untuk

bahan baku : industri sendiri, industri terkait dan industri pihak lain.

e.2.2. Ada bukti kepemilikan industri pengolahan hasil hutan atau kerja sama dengan pemilik industri pengolahan hasil hutan. : a. Milik sendiri. b. Keterkaitan saham. c. Kerja sama dengan pemilik

industri hasil hutan. f.1.1. Ada pedoman pengukuran dan

pengujian hasil hutan kayu. f.1.2. Ada tenaga pengukur dan penguji

hasil hutan kayu. f.1.3. Ada sarana pengukuran dan

pengujian hasil hutan kayu. f.1.4. Ada hasil pelaksanaan pengukuran

dan pengujian hasil hutan kayu. f.1.5. Ada dokumen dan laporan hasil

Page 10: menhut_8_2000

g. Sejarah usaha pemanfaatan hasil hutan. g.1. Telah disusun statistik

produksi. g.2. Telah disusun statistik

perubahan areal kerja.

g.3. Telah disusun statistik pembinaan.

3. Konservasi

a. Perlindungan ekosistem. a.1. Telah ditunjuk dan

ditetapkan areal plasma nutfah.

a.2. Telah dilakukan perlindungan terhadap akibat pembalak-an.

b. Perlindungan dan pengamanan flora dan fauna. b.1. Telah dilaksanakan

upaya perlindungan dan pengamanan hutan terhadap pencurian, penebangan liar, dan perladangan berpindah dan perburuan satwa liar.

pengukuran dan pengujian hasil hutan kayu.

g.1.1. Ada dokumen statistik produksi

yang lengkap dan teratur. g.2.1. Ada dokumen statistik perubahan

areal kerja yang lengkap dan teratur.

g.3.1. Ada dokumen statistik pembinaan

hutan yang lengkap dan teratur. a.1.1. Ada pedoman penetapan dan

pembuatan areal plasma nutfah. a.1.2. Ada areal plasma nutfah di

lapangan yang dapat dilihat dengan jelas yang luas dan jumlahnya sesuai dengan pedoman.

a.1.3. Ada dokumen/register pengelolaan areal plasma nutfah.

a.2.1. Ada pedoman perlindungan akibat

penyaradan dan pedoman pembalakan.

a.2.2. Ada jalan sarad sebelum penebangan.

a.2.3. Ada tanda arah rebah pada pohon yang akan ditebang.

a.2.4. Ada peralatan eksploitasi, yang jenis dan jumlahnya sesuai type vegetasi, type hutan, topografi lapangan serta JPT yang diberikan.

a.2.5. Ada sistim pengawasan penebangan dan penyaradan.

b.1.1. Ada pedoman perlindungan dan

pengamanan. b.1.2. Ada tenaga perlindungan dan

pengamanan hutan yang jumlah dan kualifikasinya sesuai pedoman.

b.1.3. Ada sarana dan prasarana perlindungan dan pengamanan hutan yang jumlah dan kualifikasinya sesuai dengan pedoman.

Page 11: menhut_8_2000

b.2. Telah dilaksanakan

upaya pencegahan kebakaran hutan.

b.3. Telah dilaksanakan

upaya perlindungan hutan dari gangguan hama dan penyakit.

b.4. Telah dilaksanakan perlindungan tumbuhan dan satwa liar.

b.1.4. Ada laporan pelaksanaan dan tindak lanjut perlindungan dan pengamanan hutan.

b.1.5. Ada usaha dan tanda peringatan dini atas gangguan hutan berupa : Papan larangan melakukan pencurian, penebangan liar, perambahan hutan dan perladangan berpindah dan perburuan satwa liar.

b.2.1. Ada pedoman pencegahan dan

penangggulan kebakaran. b.2.2. Ada tenaga pengaman dan

penanggulangan kebakaran yang jumlah dan kualifikasinya sesuai pedoman.

b.2.3. Ada sarana dan prasarana pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan (seperti : menara pengawas, alat komunikasi, alat transportasi dan lain-lain) yang jumlah dan kualifikasinya sesuai dengan pedoman.

b.2.4. Ada usaha dan peringatan dini terhadap kebakaran hutan berupa pembuatan papan larangan yang memuat dilarang membakar hutan, dilarang membuang puntung rokok di hutan.

b.2.5. Ada laporan tindak lanjut kegiatan pencegahan kebakaran hutan.

b.3.1. Ada pedoman upaya perlindungan

hutan dari hama dan penyakit. b.3.2. Ada tenaga yang menangani yang

jumlah dan kualifikasinya sesuai pedoman.

b.3.3. Ada sarana dan prasarana yang jumlah dan kualifikasinya sesuai pedoman.

b.3.4. Ada usaha dan peringatan dini terhadap hal-hal yang menimbulkan gangguan hama tanaman hutan dari luar, membuang sampah sembarangan dan lain-lain.

b.3.5. Ada laporan dan tindak lanjut perlindungan.

b.4.1. Ada pedoman perlindungan

tumbuhan dan satwa liar. b.4.2. Ada tenaga yang menangani

kegiatan, yang jumlah dan kualifikasinya sesuai pedoman.

Page 12: menhut_8_2000

b.5. Telah dilaksanakan konservasi (land scapping).

c. Analisa mengenai dampak lingkungan (AMDAL). c.1. Telah dilaksanakan

study AMDAL.

4. Sosial Ekonomi a. Penyerapan tenaga kerja.

a.1. Telah ada penyerapan tenaga kerja profesional.

a.2. Telah ada penyerapan tenaga kerja lokal.

b.4.3. Ada sarana dan prasarana yang jumlah dan kualifikasinya sesuai pedoman.

b.4.4. Ada usaha dan peringatan dini dalam pencegahan perburuan liar dan penebangan pohon yang dilindungi seperti : papan peringatan larangan melakukan perburuan liar, penebangan pohon yang dilindungi, penggunaan racun tanpa ijin baik untuk membunuh pohon maupun hewan.

b.4.5. Ada laporan dan tindak lanjut perlindungan.

b.5.1. Ada pedoman pelaksanaan. b.5.2. Ada kegiatan nyata dilapangan

terhadap perlindungan sumber mata air, bantaran sungai, danau, tebing dan jurang.

b.5.3. Ada peta lokasi perlindungan/ konservasi terhadap perlindungan sumber mata air, bantaran sungai, danau, tebing dan jurang, yang batas-batasnya dapat dilihat dilapangan.

c.1.1. Ada pedoman penyusunan. c.1.2. Ada dokumen AMDAL/SEL. c.1.3. Ada dokumen Rencana

Pemantauan Lingkungan (RPL) dan Rencana Kelola Lingkungan.

c.1.4. Ada penanggulangan dampak penting sesuai RPL/RKL, seperti : pengendalian erosi (jalan-jalan angkutan diberi drainace yang baik, jalan sarad yang tidak dipakai ditanami, ada plot-plot pemantauan erosi).

c.1.5. Ada laporan pelaksanaan dan tindak lanjut penanggulangan erosi dan dampak penting.

a.1.1. Ada tenaga administrasi tenaga

teknis kehutanan dan tenaga teknis mekanik.

a.1.2. Ada tenaga administrasi tenaga teknis kehutanan dan tenaga teknik mekanik.

Page 13: menhut_8_2000

b. Kesempatan berusaha. b.1. Telah ada usaha

memberikan kesempatan berusaha kepada masyarakat disekitar hutan.

c. Peningkatan kesejahteraan masyarakat di dalam dan di sekitar hutan. c.1. Telah dilakukan study

diagnostik Pembinaan Masyarakat Desa Hutan (PMDH).

b.1.1. Ada kegiatan usaha masyarakat

yang menunjang kegiatan usaha pemanfaatan hasil hutan/pengusahaan hutan.

b.1.2. Ada keanekaragaman usaha masyarakat yang tercipta.

c.1.1. Ada pedoman penyusunan dan

pelaksanaan study diagnostik. c.1.2. Ada dokumen study diagnostik

yang telah disahkan.

MENTERI KEHUTANAN,

Tanda tangan

Dr. Ir. NUR MAHMUDI ISMA’IL, MSc