menggunakan data produk domestik regional bruto

11
menggunakan data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Cara Menghitung Laju pertumbuhan ekonomi dengan menggunakan data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Data yang digunakan adalah data sekunder dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang meliputi Produk Domestik. Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku dan harga konstan. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomidi suatu daerah dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi pada suatu daerah. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun berjalan, sedang PDRB atas dasar harga konstanmenunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar. PDRB menurut harga berlaku digunakan untuk mengetahui kemampuan sumber daya ekonomi, pergeseran, dan struktur ekonomi suatu daerah. Sementara itu, PDRB konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi secara riil dari tahun ke tahun atau pertumbuhan ekonomi yang tidak dipengaruhi oleh faktor harga. PDRB juga dapat digunakan untuk mengetahui perubahan harga dengan menghitung deflator PDRB (perubahan indeks implisit). Indeks harga implisit merupakan rasio antara PDRB menurut harga berlaku dan PDRB menurut harga konstan. Perhitungan Produk Domestik Regional Bruto secara konseptual menggunakan tiga macam pendekatan, yaitu: pendekatan produksi, pendekatan pengeluaran dan pendekatan pendapatan. 1. Pendekatan Produksi; Produk Domestik Regional Bruto adalah jumlah nilai tambah atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu daerah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Unit-unit produksi dalam penyajian ini dikelompokkan dalam 9 lapangan usaha (sektor), yaitu: (1) pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan, (2) pertambangan dan penggalian, (3) industri pengolahan, (4)

Upload: vanny-resi

Post on 05-Nov-2015

13 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Menggunakan Data Produk Domestik Regional Bruto

TRANSCRIPT

menggunakan data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)Cara Menghitung Laju pertumbuhan ekonomi dengan menggunakan data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)Data yang digunakan adalah data sekunder dariBadan Pusat Statistik (BPS)yang meliputi Produk Domestik. Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku dan harga konstan. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator penting untuk mengetahuikondisi ekonomidi suatu daerah dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi pada suatu daerah.

PDRB atas dasar harga berlakumenggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun berjalan, sedangPDRB atas dasar harga konstanmenunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar. PDRB menurut harga berlaku digunakan untuk mengetahui kemampuansumber daya ekonomi, pergeseran, dan struktur ekonomi suatu daerah. Sementara itu, PDRB konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi secara riil dari tahun ke tahun atau pertumbuhan ekonomi yang tidak dipengaruhi oleh faktor harga.PDRB juga dapat digunakan untuk mengetahui perubahan harga dengan menghitung deflator PDRB (perubahan indeks implisit). Indeks harga implisit merupakan rasio antara PDRB menurut harga berlaku dan PDRB menurut harga konstan.Perhitungan Produk Domestik Regional Bruto secara konseptual menggunakan tiga macam pendekatan, yaitu: pendekatan produksi, pendekatan pengeluaran dan pendekatan pendapatan.1. Pendekatan Produksi;Produk Domestik Regional Bruto adalah jumlah nilai tambah atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu daerah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Unit-unit produksi dalam penyajian ini dikelompokkan dalam 9 lapangan usaha (sektor), yaitu: (1) pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan, (2) pertambangan dan penggalian, (3) industri pengolahan, (4) listrik, gas dan air bersih, (5) konstruksi, (6) perdagangan, hotel dan restoran, (7) pengangkutan dan komunikasi, (8) keuangan, real estate dan jasa perusahaan, (9) jasa-jasa (termasuk jasa pemerintah).2. Pendekatan Pengeluaran;Produk Domestik Regional Bruto adalah semua komponen permintaan akhir yang terdiri dari : (1) Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba, (2) konsumsi pemerintah, (3) pembentukan modal tetap domestik bruto, (4) perubahan inventori dan (5) ekspor neto (merupakan ekspor dikurangi impor).3. Pendekatan Pendapatan;Produk Domestik Regional Bruto merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu daerah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Balas jasa yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan; semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam definisi ini, PDRB mencakup juga penyusutan dan pajak tidak langsung neto (pajak tak langsung dikurangi subsidi).Produk Domestik Regional Neto (PDRN) merupakan Produk Domestik Regional Bruto yang dikurangi penyusutan barang-barang modal yang terjadi selama proses produksi atau adanya pajak tidak langsung yang dipungut pemerintah dan subsidi yang diberikan oleh pemerintah kepada unit-unit produksi.Pendapatan Regional merupakan PDRN dikurangi dengan pendapatan yang mengalir ke luar dan ditambah dengan pendapatan yang mengalir ke dalam daerah. Ekspor barang dan impor merupakan kegiatan transaksi barang dan jasa antara penduduk daerah dengan penduduk daerah lain.PDRB menurut lapangan usaha dikelompokkan dalam 9sektor ekonomisesuai dengan International Standard IndustrialClassification of All Economic Activities (ISIC)sebagai berikut:1. Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanana. Subsektor Tanaman bahan makananb. Subsektor Tanaman perkebunanc. Subsektor Peternakand. Subsektor Kehutanane. Subsektor Perikanan2. Sektor Pertambangan dan Penggaliana. Subsektor Pertambangan Minyak dan Gas Bumib. Subsektor Pertambangan Bukan Migasc. Subsektor Penggalian3. Sektor Industri Pengolahana. Subsektor Industri Migas- Pengilangan Minyak Bumi- Gas Alam Cair (LNG)b. Subsektor Industri Bukan Migas4. Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersiha. Subsektor Listrikb. Subsektor Gasc. Subsektor Air Bersih5. Sektor Konstruksi6. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restorana. Subsektor Perdagangan Besar dan Eceranb. Subsektor Hotelc. Subsektor Restoran7. Sektor Pengangkutan dan Komunikasia. Subsektor Pengangkutan- Angkutan Rel- Angkutan Jalan Raya- Angkutan Laut- Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan- Angkutan Udara- Jasa Penunjang Angkutanb. Subsektor Komunikasi8. Sektor Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaana. Subsektor Bankb. Subsektor Lembaga Keuangan Tanpa Bankc. Subsektor Jasa Penunjang Keuangand. Subsektor Real Estatee. Subsektor Jasa Perusahaan9. Jasa-Jasaa. Subsektor Pemerintahan Umumb. Subsektor Swasta- Jasa Sosial Kemasyarakatan- Jasa Hiburan dan Rekreasi- Jasa Perorangan dan Rumah TanggaSementara itu, PDRB berdasarkan penggunaan dikelompokkan dalam 6 komponen yaitu:1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga, mencakup semua pengeluaran untuk konsumsi barang dan jasa dikurangi dengan penjualan neto barang bekas dan sisa yang dilakukan rumah tangga selama setahun.2. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah, mencakup pengeluaran untuk belanja pegawai, penyusutan dan belanja barang pemerintah daerah, tidak termasuk penerimaan dari produksi barang dan jasa yang dihasilkan.3. Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto, mencakup pembuatan dan pembelian barang-barang modal baru dari dalam daerah dan barang modal bekas atau baru dari luar daerah. Metode yang dipakai adalah pendekatan arus barang.4. Perubahan Inventori. Perubahan stok dihitung dari PDRB hasil penjumlahan nilai tambah bruto sektoral dikurangi komponen permintaan akhir lainnya.5. Ekspor Barang dan Jasa. Ekspor barang dinilai menurut harga free on board (fob).6. Impor Barang dan Jasa. Impor barang dinilai menurut cost insurance freight (cif).Satuan: Data dinyatakan dalam miliar.Valuta:RupiahPeriodisasi Publikasi:TahunanSumber Data:Badan Pusat Statistik (BPS)

Selama ini, data PDRB yang dipublikasikan oleh BPS menggunakan pendekatan produksi (lapangan usaha) dan pendekatan pengeluaran (penggunaan).Pengumpulan data PDRB dilakukan sebagai berikut: Untuk PDRB sektoral, data dikumpulkan dari departemen/intansi terkait. Data yang dikumpulkan dari setiap sektor antara lain berupa data produksi, data harga di tingkat produsen, dan biaya yang dikeluarkan untuk berproduksi, serta data pengeluaran, yang diperoleh baik melalui survei maupun estimasi. Untuk PDRB pengeluaran, data dikumpulkan departemen/intansi terkait yang secara resmi mengeluarkan data (seperti ekspor-impor, pengeluaran dan investasi pemerintah, serta investasi swasta) dan melalui survei-survei khusus (seperti survei khusus pengeluaran rumah tangga).Sejak tahun 2004, data PDRB yang disajikan menggunakan tahun dasar 2000 yang mencakup periode data sejak tahun 2000. Perubahan tahun dasar dari 1993 menjadi 2000 dilakukan karena struktur perekonomian Indonesia dalam kurun waktu tersebut telah mengalami perubahan yang signifikan, meliputi perkembangan harga, cakupan komoditas produksi dan konsumsi serta jenis dan kualitas barang maupun jasa yang dihasilkan.

Data yang digunakan ini berupa data deret waktu (series) dari Tahun 1, Tahun 2, Tahun 3 dan Tahun 4.

Laju pertumbuhan ekonomi suatu bangsa dapat diukur dengan menggunakan laju pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK).Berikut ini adalah rumus untuk menghitung tingkat pertumbuhan ekonomi(Sukirno, 2007):

G = Laju pertumbuhan ekonomiPDRB1 = PDRB ADHK pada suatu tahunPDRB0 = PDRB ADHK pada tahun sebelumnyaPDRB juga dapat digunakan dalam melihat struktur ekonomi dari suatu wilayah. Struktur ekonomi digunakan untuk menunjukkan peran sektor-sektor ekonomi dalam suatu perekonomian. Sektor yang dominan mempunyai kedudukan paling atas dalam struktur tersebut dan akan menjadi ciri khas dari suatu perekonomian. Struktur ekonomi merupakan rasio antara PDRB suatu sektor ekonomi pada suatu tahun dengan total PDRB tahun yang sama. Strukturekonomi dinyatakan dalam persentase. Penghitungan struktur ekonomi adalah sebagai berikut:

dimana:PDRB sektor it = nilai PDRB sektor i pada tahun tTotal PDRBt = nilai total PDRB pada tahun t

Artikel lainnya: Penduduk dan Pembangunan Ekonomi (3) Penduduk dan Pembangunan Ekonomi (2) Penduduk dan Pembangunan Ekonomi (1) Sekilas Indikator Pemanfaatan Fasilitas Rumah Sakit Peranan Sumberdaya Ekonomi dalam Pembangunan Ekonomi Daerah Sekilas Indikator Pemerataan Sarana dan Prasarana Pendidikan (2) Sekilas Indikator Pemerataan Sarana dan Prasarana Pendidikan (1) Sekilas Mengenai BPR Location Quotients (LQ) (Seri 2. Analisis Ekonomi Daerah) Perkembangan Celah Tabungan-Investasi di Indonesia Tabungan Domestik Indonesia: Perkembangan dan Volatilitas) Investasi di Indonesia: Perkembangan dan Volatilitas

Dalam rangka membangun daerah, pemerintah daerah perlu membuat prioritas kebijakan. Penentuan prioritas kebijakan diperlukan agar pembangunan daerah dapat lebih terarah serta berjalan secara efektif dan efisien, dibawah kendala keterbatasan anggaran dan sumberdaya yang dapat digunakan.Untuk menentukan prioritas kebijakan ini, khususnya kebijakan pembangunan ekonomi, diperlukan analisis ekonomi (struktur ekonomi) daerah secara menyeluruh. Terkait dengan hal tersebut, seri tulisan ini akan mencoba membahas beberapa teknik dan alat yang dapat digunakan dalam menganalisis struktur ekonomi daerah. Untuk seri pertama tulisan ini, akan membahas mengenai Tipologi Klassen.Tipologi Klassen mendasarkan pengelompokkan suatu sektor, subsektor, usaha atau komoditi daerah dengan cara membandingkan pertumbuhan ekonomi daerah dengan pertumbuhan ekonomi daerah (atau nasional) yang menjadi acuan dan membandingkan pangsa sektor, subsektor, usaha, atau komoditi suatu daerah dengan nilai rata-ratanya di tingkat yang lebih tinggi (daerah acuan atau nasional). Hasil analisis Tipologi Klassen akan menunjukkan posisi pertumbuhan dan pangsa sektor, subsektor, usaha, atau komoditi pembentuk variabel regional suatu daerah.Tipologi Klassen dengan pendekatan sektoral (yang dapat diperluas tidak hanya di tingkat sektor tetapi juga subsektor, usaha ataupun komoditi) menghasilkan empat klasifikasi sektor dengan karakteristik yang berbeda sebagai berikut.1. Sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat (Kuadran I). Kuadran ini merupakan kuadran sektor dengan laju pertumbuhan PDRB (gi) yang lebih besar dibandingkan pertumbuhan daerah yang menjadi acuan atau secara nasional (g) dan memiliki kontribusi terhadap PDRB (si) yang lebih besar dibandingkan kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang menjadi acuan atau secara nasional (s). Klasifikasi ini biasa dilambangkan dengan gi lebih besar dari g dan si lebih besar dari s. Sektor dalam kuadran I dapat pula diartikan sebagai sektor yang potensial karena memiliki kinerja laju pertumbuhan ekonomi dan pangsa yang lebih besar daripada daerah yang menjadi acuan atau secara nasional.2. Sektor maju tapi tertekan (Kuadran II). Sektor yang berada pada kuadran ini memiliki nilai pertumbuhan PDRB (gi) yang lebih rendah dibandingkan pertumbuhan PDRB daerah yang menjadi acuan atau secara nasional (g), tetapi memiliki kontribusi terhadap PDRB daerah (si) yang lebih besar dibandingkan kontribusi nilai sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang menjadi acuan atau secara nasional (s). Klasifikasi ini biasa dilambangkan dengan gi lebih kecil dari g dan si lebih besar dari s. Sektor dalam kategori ini juga dapat dikatakan sebagai sector yang telah jenuh.3. Sektor potensial atau masih dapat berkembang dengan pesat (Kuadran III). Kuadran ini merupakan kuadran untuk sektor yang memiliki nilai pertumbuhan PDRB (gi) yang lebih tinggi dari pertumbuhan PDRB daerah yang menjadi acuan atau secara nasional (g), tetapi kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB (si) lebih kecil dibandingkan nilai kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang menjadi acuan atau secara nasional (s). Klasifikasi ini biasa dilambangkan dengan gi lebih besar dari g dan si lebih kecil dari s. Sektor dalam Kuadran III dapat diartikan sebagai sektor yang sedang booming. Meskipun pangsa pasar daerahnya relatif lebih kecil dibandingkan rata-rata nasional.4. Sektor relatif tertingggal (Kuadran IV). Kuadran ini ditempati oleh sektor yang memiliki nilai pertumbuhan PDRB (gi) yang lebih rendah dibandingkan pertumbuhan PDRB daerah yang menjadi acuan atau secara nasional (g) dan sekaligus memiliki kontribusi tersebut terhadap PDRB (si) yang lebih kecil dibandingkan nilai kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang menjadi acuan atau secara nasional (s).

Dimana:gi = pertumbuhan sector daerah analisisg = pertumbuhan sector daerah acuansi = kontribusi sector daerah analisiss = kontribusi sector daerah acuanKeterangan: daerah acuan adalah daerah yang lebih tinggi. Misalnya, kalau daerah analisis adalah kabupaten/kota, daerah acuan bisa menggunakan propinsi. Kalau daerah analisis adalah propinsi, maka daerah acuan bisa menggunakan nasional atau pulau, ataupun wilayah pembangunan tertentu dimana daerah analisis merupakan bagian dari wilayah tersebut.Berikut ini diberikan contoh aplikasi perhitungan tipologi klassen (untuk mempermudah menggunakan program Excel).Misalnya, kita ingin menganalisis struktur perekonomian suatu kabupaten (sebagai daerah analisis) dan membandingkannya dengan propinsi dimana kabupaten tersebut berada (sebagai daerah acuan). Data yang digunakan dalam contoh ini adalah PDRB Menurut Lapangan Usaha (Sektor) Tahun 2003 dan 2007 berdasarkan harga konstan 2000.Untuk latihan, ketikkan data di worksheet Exel, sesuai dengan letak kolom dan baris seperti tampilan di bawah.

Pada kolom A mulai dari sel A5 sampai A13 ketikan nama sektor.Pada kolom B ketikan data PDRB sektor daerah analisis untuk tahun 2003Pada kolom C ketikan data PDRB sektor daerah analisis untuk tahun 2007Pada kolom D, hitung rata-rata pertumbuhan. Ada beberapa rumus untuk menghitung rata-rata pertumbuhan, tetapi dalam contoh ini kita menggunakan rumus r = (((PDRB2007 PDRB2003)/PDRB2003)/4))*100Untuk kepentingan tersebut, letakkan pointer di sel D5 kemudian ketikkan rumus sbb: =(((C5-B5)/B5)/4)*100. Selanjutnya copy rumus tersebut sampai sel D13.Pada kolom E, hitung rata-rata kontribusi untuk 2003 dan 2007. Gunakan rumus Excel berikut:=((B5+C5)/(B$14+C$14)*100. Selanjutnya copy rumus tersebut sampai sel E13.Pada kolom F ketikan data PDRB sektor daerah acuan untuk tahun 2003Pada kolom G ketikan data PDRB sektor daerah acuan untuk tahun 2007Copy seluruh rumus pada range D5:D13 ke range H5:H13 untuk mendapatkan rata-rata pertumbuhan daerah acuanCopy seluruh rumus pada range E5:E13 ke range I5:I13 untuk mendapatkan rata-rata kontribusi daerah acuanPada kolom J tuliskan rumus berikut untuk mendapatkan kuadran masing-masing sektor.

Berdasarkan perhitungan tersebut, sektor-sektor dapat dikelompokkan dalam kuadran sebagai berikut:

Dari table tersebut terlihat bahwa sector yang dapat dikategorikan sebagai sector yang maju dan tumbuh dengan pesat (Kuadran I) adalah sektor pertanian. Dengan kata lain, di Kabupaten ini sektor pertanian memiliki kinerja laju pertumbuhan ekonomi dan pangsa yang lebih besar dibandingkan keadaan propinsinya secara keseluruhan.Selanjutnya, sektor pertambangan dan penggalian menurut tipologi Klassen terkategori sebagai sektor yang maju tapi tertekan (Kuadran II). Sektor pertambangan memiliki nilai pertumbuhan PDRB yang lebih rendah dibandingkan pertumbuhan PDRB Provinsi, tetapi memiliki kontribusi terhadap PDRB kabupaten yang lebih besar dibandingkan kontribusi nilai sektor tersebut terhadap PDRB Provinsi. Dengan kata lain, sektor pertambangan dan penggalian di kabupaten ini dapat dikategorikan sebagai sector yang telah jenuh.Analisis tipologi Klassen juga menemukan bahwa di kabupaten ini terdapat banyak sektor yang terkategori sebagai sektor potensial atau masih dapat berkembang dengan pesat (Kuadran III). Sektor-sektor tersebut adalah sektor industri pengolahan, listrik, gas dan air bersih, bangunan, perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi dan jasa-jasa. Sektor dalam Kuadran III dapat diartikan sebagai sektor yang sedang booming. Meskipun pangsa pasar daerahnya relatif lebih kecil dibandingkan rata-rata Provinsi.Dalam konteks tipologi Klassen ini juga terlihat bahwa sektor keuangan, persewaan dan jasa di kabupaten ini ternyata tergolong sebagai sektor yang relative tertinggal (Kuadran IV). Hal ini terlihat dari nilai pertumbuhan PDRBnya yang lebih rendah dibandingkan pertumbuhan PDRB Provinsi dan sekaligus memiliki kontribusi terhadap PDRB yang lebih kecil dibandingkan nilai kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB propinsi.

Artikel lainnya: Penduduk dan Pembangunan Ekonomi (3) Penduduk dan Pembangunan Ekonomi (2) Penduduk dan Pembangunan Ekonomi (1) Sekilas Indikator Pemanfaatan Fasilitas Rumah Sakit Peranan Sumberdaya Ekonomi dalam Pembangunan Ekonomi Daerah Sekilas Indikator Pemerataan Sarana dan Prasarana Pendidikan (2) Sekilas Indikator Pemerataan Sarana dan Prasarana Pendidikan (1) Sekilas Mengenai BPR Location Quotients (LQ) (Seri 2. Analisis Ekonomi Daerah) Perkembangan Celah Tabungan-Investasi di Indonesia Tabungan Domestik Indonesia: Perkembangan dan Volatilitas) Investasi di Indonesia: Perkembangan dan Volatilitas