mengenal pasar modal, saham, dan · pdf fileakan diberikan secara bertahap (atau dalam...

7
MENGENAL PASAR MODAL, SAHAM, DAN OBLIGASI Sumber : http://www.adcg.ae/ Dalam dunia investasi tentunya sudah tidak asing dengan istilah pasar modal. Tidak seperti jenis pasar pada umumnya, pasar modal (capital market) dikenal sebagai pasar yang memfasilitasi penerbitan dan pedagangan surat berharga keuangan melalui sistem/mekanisme penawaran (go public), contohnya saham, obligasi dan reksa dana. Nantinya, surat berharga yang telah diterbitkan ini akan difasilitasi oleh pasar lainnya yang disebut dengan pasar sekunder. Suatu organisasi nirlaba harus jeli dalam melihat dan memantau harga pasar apabila ingin berinvestasi. Di pasar modal tentunya banyak jenis surat berharga yang beredar dengan karateristik tingkat keuntungan dan risiko yang berbeda-beda. Untuk memudahkan pemahaman mengenai karakteristiknya, ditunjukkan dalam tabel berikut:

Upload: lythien

Post on 06-Feb-2018

221 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

MENGENAL PASAR MODAL, SAHAM, DAN OBLIGASI

Sumber : http://www.adcg.ae/

Dalam dunia investasi tentunya sudah tidak asing dengan istilah pasar modal. Tidak

seperti jenis pasar pada umumnya, pasar modal (capital market) dikenal sebagai pasar

yang memfasilitasi penerbitan dan pedagangan surat berharga keuangan melalui

sistem/mekanisme penawaran (go public), contohnya saham, obligasi dan reksa dana.

Nantinya, surat berharga yang telah diterbitkan ini akan difasilitasi oleh pasar lainnya

yang disebut dengan pasar sekunder.

Suatu organisasi nirlaba harus jeli dalam melihat dan memantau harga pasar apabila

ingin berinvestasi. Di pasar modal tentunya banyak jenis surat berharga yang beredar

dengan karateristik tingkat keuntungan dan risiko yang berbeda-beda. Untuk

memudahkan pemahaman mengenai karakteristiknya, ditunjukkan dalam tabel berikut:

Secara umum, terdapat dua fungsi utama pasar modal

1. Sarana pendanaan usaha bagi perusahan atau organisasi nirlaba

2. Sarana berinvestasi bagi para pemodal.

Dengan melihat keberadaannya ini, tentunya organisasi nirlaba dapat memanfaatkan

pasar modal sebagai sarana untuk mendapatkan hasil atau sekedar memanfaatkan aset

sehingga nantinya hasilnya dapat digunakan untuk membuat jenis invesatasi lainnya,

misalnya membangun gedung, membeli lahan, dan sebagainya. Hal yang membedakan

pasar modal dengan usaha peminjaman dana yang biasanya dilakukan di bank adalah

lukiditasnya, dimana jumlah dana yang diperoleh sutau organisasi nirlaba melalui pasar

modal dapat langsung dicairkan sebanyak dana yang dimiliki, sedangkan dana dari bank

akan diberikan secara bertahap (atau dalam beberapa termin pencairan). Sangat menarik

bukan?!

Suatu investasi dilakukan sebagai bentuk komitmen perusahan/organisasi nirlaba untuk

menempatkan dan memanfaatkan dana pada jenis investasi tertentu untuk mendapatkan

hasil. Di era modern saat ini, penempatan investasi bahkan tidak cukup dilakukan hanya

pada satu jenis investasi saja, bahkan dana tersebut disebar pada sekumpulan obyek

investasi (pengelolaan portofolio) sehingga investasi pun dapat dilakukan dalam

berbagai obyek atau bidang misalnya deposito, saham, obligasi, properti, argobisnis,

jual beli mata uang dan sebagainya.

Untuk mengetahui jenis investasi apa saja yang dinilai cocok dengan karakteristik suatu

organisasi nirlaba, mari mengenal terlebih dahulu mengenai saham dan obligasi.

Saham (Stock)

Saham dikenal sebagai salah satu instrumen invetasi yang paling populer hingga

saat ini. Hal ini dikarenakan saham dapat memberikan keuntungan investasi yang

tinggi. Saham diidentikkan dengan penyertaan modal seseorang/pihak tertentu

dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Nantinya, keuntungan yang

diperoleh suatu perusahan turut menjadi keuntungan bagi pemilik saham, dan

pemilik saham juga dapat mengajukan klaim pendapatan dan aset perusahaan.

Tentunya, organisasi dapat menggunakan saham sebagai salah satu jenis investasi

yang dipilih karena memberikan berbagai keuntungan seperti:

a. Dividen

Istilah ini digunakan untuk menyebutkan pembagian keuntungan yang

diberikan perusahan tempat organisasi melakukan investasi yang berasal dari

keuntungan perusahan. Hal ini dapat dilakukan apabila telah disetujui oleh para

pemegang saham lainnya melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

Dividen berhak diberikan apabila pemilik modal (investor) memegang saham

dalam suatu perusahaan untuk suatu periode yang relatif lama sesuai dengan

kesepakatan bersama. Dividen ini diberikan secara tunai untuk setiap saham

atau dapat pula berupa dividen saham untuk pemilik modal lainnya, sehingga

investasinya semakin bertambah.

b. Capital Gain

Merupakan istilah untuk menunjukkan selisih harga beli saham dan harga

jualnya. Biasanya, Capital Gain didapatkan apabila aktivitas perdagangan

saham berada di pasar sekunder. Sebagai contoh, organisasi nirlaba berinvestasi

saham dalam sebuah perusahan air mineral, dengan harga per saham Rp 5000

kemudian menjualnya seharga Rp 6000 per saham. Artinya, pemilik modal

(investor) berhak untuk mendapatkan Capital Gain sebanyak Rp 1000 untuk

setiap saham yang telah terjual.

Namun perlu diingat bahwa setiap jenis investasi pasti memiliki risiko, begitu juga

dengan invesasi saham, seperti

a. Capital Loss

Berbanding terbalik dengan Capital Gain, Capital Loss mengindikasikan

hilangnya nilai saham yang telah diinvestasikan dalam suatu perusahan karena

investor menjual saham lebih rendah dari harga beli.

b. Risiko Likuidasi

Risiko likuidasi terjadi apabila perusahan yang kita investasikan mengalami

kebangkrutan hingga akhirnya dibubarkan. Suatu perusahan wajib untuk

mengembalikan hak investor setelah seluruh kewajiban perusahaan dilunasi

sehingga pengembalian saham/likuidasi membutuhkan waktu yang lama.

Dengan melihat keuntungan dan risiko yang mungkin ditanggung, ada baiknya investor

terus memantau perkembangan perusahaan. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah

faktor-faktor luar yang berpengaruh pada nilai harga jual saham di pasar sekunder. Hal

ini penting karena pasar sekunder cenderung lebih fluktuatif dalam menilai suatu saham.

Di saat-saat tertentu harga saham bisa menjadi sangat tinggi namun dapat juga menjadi

sangat rendah karena faktor tawar menawar atau faktor-faktor yang sifatnya makro

seperti tingkat suku bunga, inflasi, nilai tukar dan faktor-faktor non ekonomi seperti

kondisi sosial dan politik, bencana, dan faktor lainnya.

Sumber : http://www.gehtsoftusa.com

Obligasi

Jenis lain investasi adalah obligasi. Obligasi dikenal sebagai surat hutang jangka

menengah atau panjang yang diterbitkan oleh penerbit (perusahaan atau pemerintah)

dengan memberi imbalan berupa bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok

hutang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi tersebut.

Sebagai contoh, obligasi yang diterbikan untuk masa tempo 10 tahun atau lebih. Surat

utang berjangka waktu 1 hingga 10 tahun disebut surat utang sedangkan dibawah 1

tahun disebut surat perbendaharaan. Secara pengertian nampak jelas bahwa obligasi

adalah utang tetapi dalam bentuk sekuritas. Si peminjam dikenal dengan istilah penerbit

(debitur) sedangkan pemberi pinjaman (pemegang) disebut kreditor. Bunga pinjaman

juga harus dibayarkan oleh debitor ke kreditor melalui istilah kupon.

Obligasi menjadi salah satu jenis investasi yang menarik karena penerbitan obligasi ini

memungkinkan debitur memiliki pembiayaan investasi untuk jangka panjang dengan

sumber dana yang diperoleh dari luar perusahaan. Suatu organisasi nirlaba dapat

memanfaatkan moment ini untuk menjadi kreditor atau pemberi pinjaman karena

memiliki berbagai karakteristik, diantaranya:

1. Nilai Nominal (Face Value) adalah nilai pokok dari suatu obligasi yang akan

diterima oleh pemegang obligasi pada saat obligasi tersebut jatuh tempo.

2. Kupon (the Interest Rate) adalah nilai bunga yang diterima pemegang obligasi

secara berkala (kelaziman pembayaran kupon obligasi adalah setiap 3 atau 6

bulanan). Kupon obligasi dinyatakan dalam presentase tahunan (annual

presentase)

3. Jatuh Tempo (Maturity) adalah tanggal dimana pemegang obligasi akan

mendapatkan pembayaran kembali pokok atau Nilai Nominal obligasi yang

dimilikinya. Periode jatuh tempo obligasi bervariasi mulai dari 365 hari sampai

dengan diatas 5 tahun.

4. Penerbit/Emiten (Issuer) Mengetahui dan mengenal penerbit obligasi

merupakan faktor sangat penting dalam melakukan investasi Obligasi Ritel.

Mengukur resiko / kemungkinan dari penerbit obigasi tidak dapat melakukan

pembayaran kupon dan atau pokok obligasi tepat waktu (disebut default risk)

dapat dilihat dari peringkat (rating) obligasi yang dikeluarkan oleh lembaga

pemeringkat seperti PEFINDO (Pemeringkat Efek Indonesia) atau Kasnic

Indonesia (Bursa Efek Indonesia)

Karakteristik dari obligasi ini dapat memengaruhi harga obligasi dalam suatu pasar

modal. Termasuk risiko-risiko yang mungkin dihadapai seperti Interest Rate Risk, yaitu

risiko yang berkaitan dengan tingkat suku bunga. Jika suku bunga meningkat maka

harga obligasi akan turun begitu pula sebaliknya apabila tingkat suku bunga turun maka

harga obligasi akan meningkat naik. Selain itu beberapa risiko lainya bagi para pelaku

investasi obligasi seperti

a. Reinvestment Rate, yaitu risiko yang berkaitan dengan perubahan strategi dari

tingkat penanaman kembali investasi dimana hal tersebut sangat dipengaruhi

suku bunga pasar.

b. Call Risk, yaitu risiko yang berkaitan dengan penarikan atau seluruh obligasi

yang telah diterbitkan sebelum obligasi tersebut jatuh tempo.

c. Credit Risk/Defaoult Risk yaitu risiko apabila penerbit gagal memenuhi

kewajiban keuangan meliputi pembayaran bunga dan pembayaran kembali

jumlah uang yang dipinjam (pokok utang atau utang nominal).

d. Inflation Risk atau purchasing power risk, yaitu risiko yang dapat meningkat

karena variasi dalam nilai arus kas sekuritas yang dipengaruhi oleh inflasi.

Risiko ini diukur dengan kekuatan pembelian.

e. Exchange Rate Risk, yaitu risiko yang dipengaruhi oleh fluktuasi nilai tukar.

f. Liquidity Risk, ukuran utama dari likuiditas adalah selisih antara harga jual dan

harga beli yang ditetapkan oleh penjual. Semakkin besar selisih antara harga jual

dengan harga beli maka risiko likuiditasnya juga akan semakin besar.

g. Volatility Risk, salah satu faktor yang mempengaruhi adalah ekspektasi tingkat

bunga yang berubah-ubah. Secara spesifik, nilai opsi meningkat apabila 18

ekpektasi perubahan tingkat bunga juga meningkat. Risiko yang mempengaruhi

perubahan dalam volatilitas akan mempengaruhi harga suatu obligasi.

Dengan mengamati perkembangan pasar modal dan jenis investasi yang dinilai tepat

dengan mempertimbangkan hasil dan risikonya, maka suatu organiasi nirlaba pastinya

mampu untuk mengelola aset/kekayaan yang dimilikinya untuk terus berkembang dan

dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya.

Referensi :

1. Abdul Halim, Analisis Investasi, Salemba Empat, Jakarta, 2003.

2. Susilo, Bambang, Pasar Modal Mekanisme Perdagangan Saham, Analisi

Sekuritas, dan Strategi Investasi di Bursa Efek Indonesia (BEI):UPP STIM

YKPN: Yogyakarta:2009

3. Pahala Nainggolan (2012). Manajemen Keuangan Lembaga Nirlaba. Jakarta:

Yayasan Integrasi-Edukasi