pengukuran gps dengan metode relatif statik
DESCRIPTION
Pengukuran GPS dengan Metode Relatif StatikTRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI GNSS
Pengukuran Relatif Statik
Disusun Oleh:
Siti Noor Chayati 10/301204/TK/36863
JURUSAN TEKNIK GEODESI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2012
LAPORAN PRAKTIKUM GNSS
PENGUKURAN RELATIF STATIK
A. LANDASAN TEORI
Pada dasarnya penetuan posisi dengan satelit adalah pengukuran jarak
secara bersama – sama ke beberapa satelit, baik satelit GPS maupun GLONASSS
yang sudah diketahui koordinatnya. Untuk menentukan koordinat suatu titik di bumi,
receiver setidaknya membutuhkan 4 satelit yang dapat ditangkap sinyalnya dengan
baik. Survey penentuan posisi dengan GPS secara umum dapat didefinisikan sebagai
proses penentuan koordinat dari sejumlah titik terhadap beberapa buah titik yang
telah diketahui koordinatnya, dengan menggunakan metode penentuan posisi
diferensial (differential positioning) serta data pengamatan fase (carrier phase) dari
sinyal GPS. Pada suatu survey dengan GPS [Abidin et al., 1995], pengamatan GPS
dengan selang waktu tertentu dilakukan baseline per baseline dalam suatu jaringan
dari titik yang akan ditentukan posisinya. Seandainya lebih dari dua receiver GPS
yang digunakan, maka pada satu sesi pengamatan (observing session) dapat diamati
lebih dari satu baseline sekaligus. Metode penentuan posisi dengan GPS, yaitu:
1. Metode Absolut
2. Metode Relatif (differential positioning)
Namun pada praktikum ini, kami menggunakan metode relatif yaitu
menentukan posisi dengan menggunakan lebih dari satu receiver. Satu GPS dipasang
pada lokasi tertentu dimuka bumi dan secara terus menerus menerima sinyal dari
satelit dalam jangka waktu tertentu dan dengan interval perekaman tertentu yang
dijadikan sebagai referensi bagi receiver yang lainnya. Penentuan posisi sifatnya
statik (titik – titik surveinya tidak bergerak). Data pengamatan yang digunakan untuk
penentuan posisi adalah data fase. Pengolahan data umumnya dilakukan secara Post-
processing. Antar titik tidak perlu bisa saling melihat.
Jenis baseline, yaitu:
1. Baseline Trivial
Yaitu baseline yang dapat diturunkan dari baseline – baseline lainnya dari satu
sesi pengamatan
2. Baseline non trivial
Biasa disebut baseline bebas (independent). Pada satu sesi pengamatan, jika ada n
receiver yang beroperasi secara simultan maka akan ada (n-1) baseline bebas. Set
dari (n-1) baseline non trivial yang akan digunakan akan mempengaruhi kualitas
dari posisi titik yang diperoleh.
Alasan kenapa baseline trivial tidak digunakan antara lain :
- Spesifikasi geometris tidak dipenuhi
- Informasi yang masuk ke dalam perataan jaringan menjadi berkurang
- Tingkat ketelitian dari titik yang diperoleh secara teoritis akan berkurang
- Hasil yang diberikan oleh hitungan perataan jaringan tidak mencerminkan kondisi
yang sebenarnya (tidak realistis)
- Semakin banyak baseline yang terlibat, beban pengolahan data semakin
bertambah
Baseline sebaiknya tidak terlalu panjang (<20 km), karena semakin
panjang baseline pengaruh kesalahan orbit dan refraksi ionosfer akan semakin besar.
Untuk kontrol kualitas dan menjaga kekuatan jaringan, sebaiknya baseline yang
diamati saling menutup dalam suatu loop dan tidak terlepas begitu saja. Kalau karena
sesuatu hal, pengamatan baseline harus dilakukan secara terlepas (metode radial),
maka sebaiknya setiap baseline diamati 2 kali pada 2 sesi pengamatan yang berbeda.
Semakin banyak jumlah baseline bebas yang diamati dalam suatu jaringan akan
semakin baik. Loop yang terlalu besar (terdiri dari banyak baseline) tidak terlalu baik
secara geometris. Sebaiknya jumlah baseline dalam suatu loop jangan terlalu banyak.
Baseline-Baseline dalam suatu jaringan sebaiknya mempunyai panjang yang relative
tidak terlalu jauh berbeda satu sama lain. Semakin banyak jumlah baseline non
trivial dalam suatu jaringan akan semakin baik.
Waktu dan lama pengamatan GPS akan mempengaruhi tidak hanya
ketelitian posisi yang di peroleh, tetapi juga tingkat kesuksesan dari penentuan
ambiguitas fase sinyal GPS, serta efek dan proses penjalaran dari kesalahan dan bias
terhadap ketelitian posisi. Dengan lama pengamatan yang lebih panjang, satelit akan
meliputi perubahan geometri yang lebih besar serta perubahan kondisi atmosfer
(ionosfer dan troposfer yang lebih bervariasi). Ini akan menyebabkan randomisasi
yang lebih baik terhadap efek dari kesalahan orbit sera efek dari bias ionosfer dan
troposfer pada data ukuran jarak.
B. TUJUAN
Mahasiswa dapat melakukan pengukuran relatif statik dengan menggunakan GPS
Geodetik dan dapat melakukan pengolahan data dari hasil pengukuran tersebut
C. ALAT DAN BAHAN
- 1 set GPS Geodetik tipe Javard (controler dan receiver)
- 1 statif
- 1 rol meter
- alat tulis
D. LANGKAH KERJA
Langkah Kerja Pengukuran Pada Titik BM
1. Mendirikan statif pada titik BM yang telah ditentukan. Tinggi statif diusahakan
semaksimal mungkin agar receiver tidak terganggu dalam proses penerimaan
data.
2. Memasang tribach dan melakukan proses sentering dengan cara memutar
sekrup ABC sehingga kedudukan gelembung nivo tepat berada ditengah.
3. Memasang antena UHF dan memasang receiver GPS
4. Menyalakan receiver dengan menekan tombol turn on
5. Mengukur tinggi receiver dengan menggunakan meteran. Tinggi receiver
diukur dari 2 (dua) tempat yang berbeda, dan kemudian dihitung tinggi rata-
ratanya.
6. Menyalakan controller GPS dengan cara menekan tombol turn on
7. Menekan menu PPK pada tampilan awal pada layar controller GPS
8. Memilih menu Survey pada display controller GPS
9. Melakukan pengaturan pada tab berikut pada menu Survey seperti berikut:
Survey:
Antena : Triumph internal with radio
Height : 1,826
Type : Slant
File
Name : Bus-sesi 3
Source : Receiver + Controller
Point
Name : bus 3
Comment : <none>
Style :
Survey : Static
□ Auto finish surveying point
File destination
To receiver
To controler
Logging
Occupation time (hh:mm:ss) 01:00:00
Logging rate (s) 15
10. Memilih menu pada display controller GPS, kemudian melakukan
pengaturan pada tab Option seperti berikut:
Option
Frequences
A L1 + L2 O L1 Only
Satellite
A GPS + GLONASS O GPS Only
Parameters
□ Use ionosphere
Elevation mask deg 10
11. Memulai pengukuran dengan mengklik menu Start (start pengukuran dilakukan
bersama-sama dengan pengukuran di titik BM yang lain). Pengukuran dilakukan
selama 1 jam.
Langkah Kerja Pengunduhan Data Hasil Pengukuran
1. Setelah pengukuran selesai (selama 1 jam pengambilan data), melakukan proses
unduh data (download) dengan cara klik icon Start pada display controller GPS,
kemudian memilih menu File Explorer
2. Mengubah menu Log File menjadi Program File Trace Post Proc Data
3. Setelah muncul nama-nama file, press pada nama file (menekan lebih lama)
kemudian memilih Beam File
4. Menunggu proses Searching sampai muncul bluetooth dari perangkat penerima
data yang digunakan (misalnya Handphone)
5. Apabila perangkat bluetooth sudah terdeteksi, proses pengiriman data bisa
dimulai. Setelah selesai maka akan muncul peringatan SENT yang menunjukkan
bahwa data hasil pengukuran sudah terkirim.
6. Mematikan controller dan perangkat GPS yang lain, kemudian melakukan
pengolahan data hasil pengukuran.
Langkah Kerja Pengolahan Data
1. Membuka program JPS2RIN untuk mengkonversi data mentah dari GPS
2. Membuka file yang akan dikonversi dengan cara File Open file(s)
3. Memilih file yang berekstensi .jps lalu pilih Open
4. Akan muncul kotak dialog seperti dibawah ini pilih file Convert
5. Muncul kotak dialog seperti dibawah ini pilih dan klik Convert to RINEX
6. Pada kotak proses akan muncul kotak proses yang terus berjalan dan jika proses
telah selesai dan berhasil maka akan muncul kotak dialog (seperti dibawah ini)
yang menunjukkan bahwa konversi telah berhasil kemudian pilih OK
7. Membuka file yang berekstensi .12o dengan Notepad++ dengan cara klik kanan
pada file pilih Open with Notepad++
8. Data akan muncul seperti dibawah ini:
Pada baris Marker Name isi dengan nama titik. Kemudian jika sudah selesai,
pilih Save
Lakukan hal yang sama pada file lainnya
9. Kemudian membuka program GeoGennus dengan cara double klik icon
GeoGennus seperti dibawah ini:
10. Muncul kotak dialog lembar kerja GeoGennus
11. Memasukkan file yang telah dikonversi tadi dengan memilih dan mengklik icon
Insert Files
12. Pada kotak dialog Insert Files into Project, pilih file hasil konversi tadi
kemudian pilih Add to Project, lalu Close
13. Pada lembar project akan muncul stasiun berdirinya alat seperti dibawah ini:
14. Agar tidak terdapat point yang banyak untuk 1 titik point, maka point harus di
merge untuk 1 titik yang sama dengan melakukan pengukuran beberapa kali.
Lakukan hal serupa untuk point lainnya.
15. Tentukan fix point, yaitu point n005. Klik kanan pada point shift1-n005 lalu klik
fix. Dan hilangkan centang fix pada point bm19-sesi5
16. Klik kanan pada garis penghubung masing-masing antar titik pilih scan.
17. Muncul kotak dialog Scan Satelites yang menun jukkan informasi rekaman data
dari satelit. Data yang bagus ditunjukkan dengan garis biru dan ungu yang full.
Maka untuk data yang tidak bagus bisa dibuang dengan menghilangkan tanda
centang (contreng) pada daftar satelit. Dan jika data yang tidak bagus itu hanya
sebagian saja dapat dibuang dengan menandai daerah itu dengan cara mengklik
dan drag sepanjang data yang tidak bagus itu.
18. Jika tahap 17 sudah dilakukan kemudian pilih OK
19. Kemudian klik kanan pada garis penghubung kedua titik stasiun pilih Process
20. Jika proses telah selesai maka akan ada informasi ketelitian data pada pojok
kanan bawah lembar project dan akan muncul baseline
21. Lakukan langkah no.16 sampai langkah no.20 pada semua baseline lainnya
22. Hasil proses yaitu sebagai berikut
23. Pada kolom processing, diganti dengan adjustment
24. Lalu pilih menu adjust→adjust(free). Maka akan tampil ketelitian keseluruhan
data
25. Untuk mengetahui nilai koordinat masing-masing titik dapat dilakukan dengan
mengklik baseline pada titik yang berhubungan lalu klik kanan, pilih report.
Untuk mengetahui nilai standar deviasi masing-masing titik dapat dilakukan
dengan mengklik baseline ikon Adjust→ Report.
E. HASIL
1. Koordinat Titik
Untuk mentransformasi nilai koordinat geodetic masing-masing titik ke nilai
koordinat kartesi WGS’84, dapat dilakukan dengan menggunakan software
TransKoord. Hasilnya yaitu:
bm19_sesi5 : 431416.127 mT; 9140829.261 mU
bm26_sesi5 : 432334.699 mT; 9141361.151 mU
bm8_sesi1 : 430776.534 mT; 9140327.780 mU
bus_sesi1 : 430950.415 mT; 9141491.149 mU
shift1_n005 : 431283.473 mT; 9140661.197 mU
shift3_bm12 : 431792.542 mT; 9141437.845 mU
2. Ketelitian Titik
Ketelitian vertikal : 209.2 mm
Ketelitian horisontal : 92.7 mm
3. Ketelitian Vektor Baseline
Ketelitian vertikal : 5.0 mm
Ketelitian Horisontal : 2.6 mm
4. Standar Deviasi
F. KESIMPULAN
Metode relatif yaitu menentukan posisi dengan menggunakan lebih dari satu
receiver. Penentuan posisi sifatnya statik (titik – titik surveinya tidak bergerak). Data
pengamatan yang digunakan untuk penentuan posisi adalah data fase. Pengolahan
data umumnya dilakukan secara Post-processing. Setelah dilakukan pengolahan
data, didapatkan ketelitian sebagai berikut:
Ketelitian Titik : ketelitian vertikal = 209.2 mm
ketelitian horisontal = 92.7 mm
Ketelitian Vektor Baseline : ketelitian vertikal = 5.0 mm
ketelitian Horisontal = 2.6 mm
G. DAFTARPUSTAKA
Abidin, H. Z. (2002). Survei Dengan GPS. PT Pradnya Paramita, Jakarta.
http://www.coremap.or.id/downloads/GPS.pdf
http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-9194-3502100001-Chapter1.pdf
http://geodesy.gd.itb.ac.id/hzabidin/wp-content/uploads/2007/05/gps-8.pdf