mempersiapkan formulasi obat herbal baru untuk ulcer aphtous minor.doc

12
BAGIAN ILMU PENYAKIT MULUT FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS HASANUDDIN Terjemahan Jurnal 20 Desember 2013 MEMPERSIAPKAN FORMULASI OBAT HERBAL BARU UNTUK ULSER APHTHOUS MINOR ( Preparing of a New Herbal Medicine Formulation for Minor Aphthous Ulcers) Nama : Jennifer Novia Andriani Stambuk : J 111 10 005 Pembimbing : drg. Ali Yusran, M.Kes Hari/Tanggal Baca : 20 Desember 2013 Sumber : International Journal of Scientific Research In Inventions and New Ideas (IJSRIN), 1(1), pp. 1-7, 2013 DIBACAKAN SEBAGAI SALAH SATU TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

Upload: jennifer-novia-andriani

Post on 07-Dec-2015

12 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Mempersiapkan Formulasi Obat Herbal Baru untuk Ulcer Aphtous Minor.doc

BAGIAN ILMU PENYAKIT MULUT

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

Terjemahan Jurnal

20 Desember 2013

MEMPERSIAPKAN FORMULASI OBAT HERBAL BARU UNTUK ULSER APHTHOUS MINOR

( Preparing of a New Herbal Medicine Formulation for Minor Aphthous Ulcers)

Nama : Jennifer Novia Andriani

Stambuk : J 111 10 005

Pembimbing : drg. Ali Yusran, M.Kes

Hari/Tanggal Baca : 20 Desember 2013

Sumber : International Journal of Scientific Research

In Inventions and New Ideas (IJSRIN), 1(1),

pp. 1-7, 2013

DIBACAKAN SEBAGAI SALAH SATU TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN ILMU PENYAKIT MULUT

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2013

Page 2: Mempersiapkan Formulasi Obat Herbal Baru untuk Ulcer Aphtous Minor.doc

MEMPERSIAPKAN FORMULASI OBAT HERBAL BARU UNTUK ULSER APHTHOUS MINOR

Shahin Gavanji, Behrouz Larki

ABSTRAK

Recurrent Aphthous Stomatitis (RAS) atau Stomatitis Aphtous Rekuren merupakan salah satu masalah yang paling sering dijumpai oleh dokter gigi dan spesialis kulit. Masalah ini ditandai dengan adanya ulserasi kecil pada mukosa oral berbentuk bulat atau oval, sakit, dan bersifat rekuren, yang sering muncul pada mukosa keratin, pipi, dan pada permukaan di bawah lidah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh obat herbal baru pada RAS minor sebagai pengobatan yang lebih efektif dan memiliki efek samping yang lebih sedikit. Penelitian ini dilakukan dengan metode Double-Blind. Ekstrak tanaman obat Mellisa officinalis, Myrtus communis dan Quercus robur digunakan dalam bentuk cairan. Analisis statistik pada penyembuhan untuk lesi iritasi pada kelompok A, B, C, D dan E pada interval waktu yang berbeda menunjukkan bahwa subjek pada kelompok C mengalami penurunan iritasi paling besar dibandingkan dengan kelompok lain pada interval waktu 72, 96 dan 120 jam. Kata kunci: Stomatitis Aphthous Rekuren, pengobatan komplementer, Mellisa officinalis, Myrtus communis Linn dan Quercus robur

PENDAHULUAN

Stomatitis Apthous Rekuren (RAS) adalah salah satu dari penyakit yang sering

dijumpai oleh dokter, spesialis kulit, dan dokter gigi. Masalah ini terjadi baik pada anak-anak

maupun orang dewasa. Penelitian menunjukkan angka kejadian RAS mulai dari 2% hingga

mencapai 50% di antara populasi yang berbeda. Populasi dengan risiko tinggi seperti pelajar

dan tentara, angka kejadiannya dilaporkan mencapai 50% hingga 60% (Gavanji dkk., 2012a;

Ship dkk., 1966). Terdapat beberapa etiologi yang berkaitan terhadap masalah ini. (Weusten,

1998). Etiologi dari RAS masih belum jelas, tetapi riwayat keluarga menunjukkan keadaan

positif terlihat pada sekitar sepertiga dari pasien dan disertai dengan peningkatan "HLA" dari

A2, A11, B12 dan DR2 yang menegaskan adanya pengaruh faktor genetik dalam beberapa

kelompok (Juara dkk, 2004;. Eversole, 1994; Porter, 2000, 2001). Pada beberapa pasien (10%

sampai 20%) hematologi biasa menjadi latar belakang terjadinya penurunan Fe, feritin, folat

dan B12 (Eversole, 1994).

Etiologi lainnya adalah karena stres dan trauma. Dan juga kebiasaan mengisap bibir

yang mekanismenya belum diketahui secara akurat. Beberapa pasien mengklaim bahwa RAS

dapat muncul karena siklus menstruasi dan alergi nutrisi (Champion dkk., 2004). RAS ini

Page 3: Mempersiapkan Formulasi Obat Herbal Baru untuk Ulcer Aphtous Minor.doc

juga terlihat pada sindrom suite, sindrom Behcet dan infeksi HIV. RAS ini jarang terlihat

pada anak-anak dengan demam faringitis dan adenitis servikal (Gavanji dkk, 2012a;.

Marshall dkk, 1987.). Selain itu dapat pula dikaitkan dengan kondisi klinis gigi, imunologi,

mikrobiologi, hematologi dan histologi dengan terjadinya RAS, terdapat banyak hal yang

belum diketahui terkait dengan masalah ini. RAS dibagi menjadi 3 jenis: minor, mayor dan

herpetiformis (Burgess dkk, 1990; Rogers, 1997).

Jenis yang paling sering terjadi adalah jenis minor yang ditandai dengan adanya

ulserasi kecil pada mukosa oral berbentuk bulat atau oval, sakit, dan rekuren (Burgess dkk.,

1990). Ulkus Apthous Minor ditandai dengan lesi yang berukuran antara 2 hingga 4 mm yang

sering muncul pada mukosa keratin, pipi, dan permukaan mulut di bawah lidah. Tetapi jarang

pada gingiva dan langit-langit (Champion dkk, 2004;. Eversol, 1994; Porter, 2000, 2001).

Terdapat beberapa jenis pengobatan untuk RAS untuk mengurangi rasa sakit. Meskipun obat

yang digunakan untuk RAS memiliki efek samping rendah (Casiglia, 2002), tetapi sekarang

untuk pengobatan RAS, obat antiseptik, antibiotik dan modulator imun dapat digunakan

(Champion, 2004; Eversole, 1994; Porter, 2001;. McBride et al, 2000; Rotan, 1994).

Obat herbal dalam hal ini dikategorikan sebagai agen alternatif dan selama beberapa

tahun telah digunakan di seluruh dunia. Obat-obatan seperti: sage, wortel, cantalop, liquorice,

wild geranium, aloevera dan oak. (Mcbride dkk, 2000; Rodu, 1992; Gavanji dkk, 2012b,

1998; Weinberg, 1997; Burgess, 1990). Sampai saat ini semua penelitian tentang aphthous

minor belum ditemukan pengobatan yang pasti. Salah satu tanaman yang paling penting pada

pengobatan RAS yaitu Myrtus communis Linn. (Family Myrtaceae). Tanaman tersebut

digunakan sebagai antiseptik, karminatif, penawar rasa sakit, analgesik, tonik rambut,

hemostatik, antiemetik, lithotripsic, kardiotonik, diuretik, anti inflamasi, obat sakit perut,

nephroprotective, antidiaphoretic dan antidiabetes. Perbedaan mekanisme farmakologi dari

daun myrtle terkait penggunaannya sebagai antiseptik, hipoglikemik, laxative, analgesik,

hemostatik, tonik rambut dan stimulan. Dilaporkan bahwa akarnya memiliki kemampuan

antibakteri. Yang secara tradisional digunakan sebagai antiseptik, obat desinfektan dan agen

hipoglikemik. Berbagai bagian tanaman telah digunakan dalam industri makanan misalnya

untuk penyedap daging dan saus, dan juga dalam industri kosmetik. Dioscorides

memperlihatkan produksi minyak dan diresepkan sebagai ekstrak dalam anggur untuk infeksi

paru-paru dan kantung kemih. Makanan yang dibumbui dengan pengasapan dari myrtle

umum ditemukan di daerah pedesaan Italia atau Sardinia. Dalam pengobatan tradisional,

ramuan dari daun dan buah myrtle digunakan sebagai obat sakit perut, hipoglikemik,

antimikroba, batuk dan penyakit mulut, sembelit, anti hemoragik dan untuk penyembuhan

Page 4: Mempersiapkan Formulasi Obat Herbal Baru untuk Ulcer Aphtous Minor.doc

luka eksternal . Minyak esensial dari daun myrtle telah banyak digunakan di Perancis sebagai

desinfektan dan antiseptik, juga digunakan di rumah sakit di Paris untuk penyakit pernapasan

tertentu dan penyakit kandung kemih dan diresepkan sebagai aplikasi lokal pada penyakit

rematik.

Rebusan buah dari myrtle digunakan untuk menyiram luka bakar baru dengan keadaan

kulit masih memerah, sementara rebusan daun dan buahnya sangat membantu untuk

membersihkan luka. Rebusan daunnya masih digunakan untuk membersihkan daerah vagina,

enema dan mengobati penyakit pernapasan. Minyak yang diperoleh dari buah dapat

memperkuat dan mendorong pertumbuhan rambut karena digunakan sebagai hair tonik.

Konsumsi myrtle dapat bermanfaat untuk diet, karena mengandung antioksidan, yang dapat

melindungi terhadap peroksidasi lipid dan dapat melindungi dari radikal bebas. Di masa lalu,

buah-buahan matang dari myrtle digunakan sebagai integrator makanan karena kandungan

vitamin yang tinggi. Dosis terapi dari buah M. communis yang disebutkan dalam literatur

Unani adalah sekitar 3 sampai 5 gram. Daunnya berguna untuk pengobatan penyakit cerebral

terutama epilepsi (Sumbul dkk., 2011).

Tanaman obat yang digunakan untuk pengobatan RAS adalah Mellisa officinalis,

Myrtus communis Linn, dan Quercus robur pada banyak penelitian digunakan sebagai obat

tradisional. Mellisa officinalis memiliki 0,03% sampai 0,02% minyak atsiri yang

mengandung lebih dari 70 komponen. Mellisa officinalis memiliki sifat antispasme dan efek

antibakteri (Kaufman, 1999). Tanaman ini digunakan dalam bentuk bubuk kering atau

ekstrak dan tidak ada efek samping baik dalam bentuk obat atau bubuk kering. Terdapat

beberapa jenis obat yang berbeda disediakan secara komersial dari Mellisa officinalis di

negara-negara Eropa (Gavanji dkk., 2012a). Tanaman obat lainnya adalah Quercus robur

yang memiliki sifat yang berbeda dari komponen minyak, glukosa yang berbeda, pentosa dan

tanin (Motevaselian, 1979).

Selain sifat antimikroba dari berbagai spesies oak yang tersedia pada banyak sumber,

buah, daun, kulit batang, dan bunga oak dilaporkan memiliki beberapa sifat terapeutik

(Sharify, 2004). Tannin dengan kemampuan antiseptik merupakan salah satu komponen

penting dari oak (Khosravi , 2006). Ekstrak metanol buah Quercus lusitanica sangat berguna

untuk mengontrol pembelahan virus demam tulang (Muliawan, 2006). Bunga oak juga

digunakan sebagai astringent, antiseptik dan koagulan. Dan juga digunakan untuk pengobatan

luka bakar (Sakar, 2005). Tanaman lain yang digunakan dalam formulasi adalah Rosa

damascena Mill. Tanaman ini memiliki sifat yang baik dalam mengendalikan pertumbuhan

bakteri dan juga bertindak sebagai fungisida. Karena obat herbal dianggap sebagai

Page 5: Mempersiapkan Formulasi Obat Herbal Baru untuk Ulcer Aphtous Minor.doc

pengobatan komplementer memiliki nilai yang besar untuk sebagian besar pengobatan

penyakit seperti lesi aphthous. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

formulasi campuran herbal baru pada RAS minor sebagai pengobatan alami.

BAHAN DAN METODE

Persiapan Sampel

Penelitian ini dilakukan dengan metode Double-Blind. Tanaman medis Mellisa

officinalis , Myrtus communis dan Quercus robur dipilih dari institut obat tradisional dan

tanaman herbal Iran di provinsi Esfahan dan Shahrekord. Lalu dikeringkan dalam suhu

laboratorium dan bagian yang telah kering digiling. Kemudian dilakukan metode perkolasi

untuk mempersiapkan ekstrak. Pada metode ini, tanaman herbal digiling menjadi bubuk dan

kemudian dimasukkan ke perkolator dan ditambahkan larutan ke dalamnya. Setelah 24 jam

persiapan ekstrak dimulai. Larutannya adalah etanol 70% dan proporsi larutan untuk bahan

herbal adalah 5 berbanding 1. Tanaman obat yang digunakan dalam formulasi ini untuk

pengobatan RAS antara lain Mellisa officinalis , Myrtus communis dan Quercus robur dalam

persentase yang berbeda. Formulasinya mengandung persentase ekstrak herbal yang berbeda

yaitu 25, 50 dan 75%. Agar lebih sederhana, obat itu disajikan dalam bentuk cair. pH dari

formulasi yang mengandung persentase 25, 50 dan 75 % ekstrak herbal yang berbeda masing-

masing adalah 5,95 , 5,64 dan 5,35.

Pada tahap awal untuk menentukan efek yang tepat dari formulasi obat herbal, maka

dipilih kelompok berjumlah 249 pasien dengan stomatitis apthous rekuren dan tanpa penyakit

sistemik. Untuk menghitung kadar Fe, B12, dan asam folat, maka dilakukan tes darah dan

kemudian dibandingkan dengan kelompok yang terdiri dari 60 orang tanpa stomatitis apthous

rekuren. Pada penelitian ini, 150 pasien berusia antara 19 hingga 53 tahun. Mereka memiliki

stomatitis apthous rekuren dengan ukuran 1 hingga 4 mm dan jumlah lesi maksimal 5 buah.

Berdasarkan hasil, 150 pasien tersebut tidak menunjukkan kekurangan Fe, B12 dan asam

folat. 150 pasien ini dibagi ke dalam kelompok A, B, C, D dan E dengan jumlah masing-

masing 30 orang dan formulasi obat herbal 25%, 50%, 75% dan triamcinolone (Adcortyle)

diuji pada masing-masing kelompok ini. Kelompok E tidak diberikan ekstrak atau obat.

Pasien diinstruksikan untuk menggunakan formulasi selama 10 hari (4 kali per hari, setiap

kali selama 10 menit), dan juga setelah pengobatan selesai, ukuran lesi diukur pada semua

kelompok pada 1, 2, 4, 6, 8 dan 10 hari pengobatan dengan menggunakan Periodontal Probe.

Rasa sakit dihitung dan dicatat untuk 10 hari pengobatan. Data dianalisis secara statistik

dengan menggunakan uji T, Chi square, metode Greenhouse Geisser dan Monte Carlo.

Page 6: Mempersiapkan Formulasi Obat Herbal Baru untuk Ulcer Aphtous Minor.doc

Gambar 1: Kurva pH dengan formulasi yang berbeda (25, 50, dan 75%)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Stomatitis apthous rekuren merupakan salah satu penyakit yang paling sering terjadi

dengan frekuensi terjadinya dari 2% hingga 50%. Untuk mengobati penyakit ini, cara

pengobatan yang berbeda dengan mekanisme yang berbeda telah digunakan. Obat-obatan

kimiawi memiliki efek samping secara langsung maupun tidak langsung (Casiglia, 2002).

Dari 150 subjek, 120 diantaranya digolongkan sebagai kelompok yang dilakukan pengobatan

dan 30 orang sisanya sebagai kelompok kontrol. Subjek terdiri dari 98 pria dan 52 wanita.

Waktu untuk perawatan lengkap pada kelompok A adalah 6,77±1,23, kelompok B 5,19±1,81,

kelompok C 4,51±1,49, kelompok D 8,48±0,52 dan untuk kelompok E 9,37±0,63 hari. Secara

statistik terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok C dengan kelompok lain

(P>0,001). Analisis statistik pada penyembuhan lesi iritasi pada kelompok A, B, C, D dan E

dengan interval waktu yang berbeda menunjukkan bahwa subjek dalam kelompok C

mengalami penurunan iritasi paling besar dibandingkan dengan kelompok lain pada waktu

72, 96 dan 120 jam.

Page 7: Mempersiapkan Formulasi Obat Herbal Baru untuk Ulcer Aphtous Minor.doc

Tabel 1. Distribusi penyembuhan rasa sakit setelah perawatan

Penyembuhan rasa sakit pada jam berbeda (jam)

Kelompok 24 48 72 96 120 144 168 192 216 240

A (Formulasi 25%) 7% 20% 56% 61% 72% 85% 97% D D D

B (Formulasi 50%) 9% 25% 69% 74% 81% 92% D D D D

C (Formulasi 75%) 15% 35% 71% 83% 95% D D D D D

D (Triamcinolone) 7% 25% 32% 53% 62% 75% 83% 97% D D

E (Kontrol) - - 5% 8% 15% 24% 46% 68% 75% D

(-): Tidak terjadi pengurangan rasa sakit

(D): semua pasien sembuh

Gambar 2: Proses pengobatan lesi pada interval waktu yang berbeda

(D): semua pasien sembuh

Page 8: Mempersiapkan Formulasi Obat Herbal Baru untuk Ulcer Aphtous Minor.doc

Pada kelompok A, B, C, D, dan E setelah diberikan obat, kurva yang berhubungan

dengan ukuran lesi pada interval waktu yang berbeda menunjukkan bahwa ukuran lesi pada

kelompok C sangat berbeda dibandingkan dengan kelompok lain dan pada hari keempat

ukuran lesi menurun hingga 2 mm (Gambar 3).

Pada gambar 2, proses pengobatan lesi dengan menggunakan formulasi 75%

diperlihatkan pada 4 subjek. A1, B1, C1, dan D1 menunjukkan hari pertama tanpa pemberian

obat. Ukuran lesi diukur setelah pemberian obat dimana efek dari pengobatan tersebut

ditunjukan oleh (A2, A3), (B, B3), (C2, C3) dan (D2, D3) yang dimana semuanya

menunjukkan penurunan ukuran lesi. Bagian A4, B4, C4 dan D4 menunjukkan perawatan

berhasil. Jadi dengan menggunakan obat herbal kita dapat memperoleh efek terapeutik yang

tinggi dengan efek samping yang minimum. (Gavanji dkk., 2012b; Gavanji dkk., 2011b).

Gambar 3. Perubahan ukuran lesi (mm) pada interval waktu yang berbeda

Con + : Kelompok yang diobati denga trimcinolone (Adcortyle)

Con - : Kelompok kontrol tanpa pemberian obat

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian terbaru, beberapa obat yang berbeda dilaporkan dapat

digunakan untuk pengobatan Stomatitis Aphthous Rekuren, masing-masing memiliki efek

yang berbeda untuk pengobatan RAS. Hasil yang diperoleh dari formulasi baru kami, 75%

menunjukkan efek yang cukup besar dibandingkan dengan formulasi lain (25 dan 50%).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa formulasi obat herbal baru mencegah infeksi sekunder

pada lesi disertai efek anti-inflamasi, menyebabkan penyembuhan lesi yang cepat. Sehingga

disarankan untuk melakukan penelitian eksperimental tambahan tentang formulasi obat

herbal baru ini.