css cornea ulcer angel

31
CLINICAL SCIENCE SESSION ULKUS KORNEA Oleh A. F. Marnida S., S.Ked 0618011039 Pembimbing dr. Aryanti Ibrahim, Sp.M SMF ILMU PENYAKIT MATA

Upload: helda-septivany

Post on 02-Feb-2016

248 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

css

TRANSCRIPT

Page 1: Css Cornea Ulcer Angel

CLINICAL SCIENCE SESSION

ULKUS KORNEA

Oleh

A. F. Marnida S., S.Ked

0618011039

Pembimbing

dr. Aryanti Ibrahim, Sp.M

SMF ILMU PENYAKIT MATA

RSUD DR. H. ABDUL MOELOEK

BANDAR LAMPUNG

JUNI 2012

Page 2: Css Cornea Ulcer Angel

ULKUS KORNEA

A. Pendahuluan

Kornea (latin cornum = seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian

selaput mata yang tembus cahaya, merupakan lapis jaringan yang menutup

bola mata sebelah depan yang terdiri atas lapis : 1) epitel, 2) membrana

bowman, 3) stroma, 4) membrana descement, dan 5) endotel.

Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari saraf siliar

longus, saraf nasosiliar, saraf ke V saraf siliar longus berjalan suprakoroid,

masuk ke dalam stroma kornea, menembus membrana Bowman melepaskan

selubung Schwannya. Seluruh lapis epitel dipersarafi sampai pada kedua lapis

terdepan tanpa ada akhir saraf. Bulbus Krause untuk sensasi dingin ditemukan

di daerah limbus. Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah limbus

terjadi dalam waktu 3 bulan.

Trauma atau penyakit yang merusak endotel akan mengakibatkan system

pompa endotel terganggu sehingga dekompensasi endotel dan terjadi edema

kornea. Endotel tidak mempunyai daya regenerasi (Ilyas, 2009).

Karena kornea memiliki banyak serabut nyeri, kebanyakan lesi kornea,

superficial maupun dalam (benda asing kornea, abrasi kornea, keratitis

Page 3: Css Cornea Ulcer Angel

interstisial), menimbulkan rasa sakit dan fotofobia. Rasa sakit ini diperhebat

oleh gesekan palpebra (terutama palpebra superior) pada kornea dan menetap

sampai sembuh. Karena kornea berfungsi sebagai jendela bagi mata dan

membiaskan berkas cahaya, lesi kornea umumnya agak mengaburkan

penglihatan, terutama kalau letaknya di pusat (Vaughan dkk, 2000).

Kornea merupakan bagian mata yang tembus cahaya dan menutup bola mata

di sebelah depan. Diameter kornea dewasa rata-rata 12 mm. pembiasan sinar

terkuat dilakukan oleh kornea, dimana 40 dioptri dan 50 dioptri pembiasan

sinar masuk kornea dilakukan oleh kornea.

B. Definisi

Ulkus kornea merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea akibat

kematian jaringan kornea. Terbentuknya ulkus pada kornea mungkin banyak

ditentukan oleh adanya kolagenase yang dibentuk oleh sel epitel baru dan sel

radang (Ilyas, 2009).

C. Etiologi

Terjadinya ulkus kornea biasanya didahului oleh faktor pencetus yaitu

rusaknya barier epitel kornea oleh penyebab-penyebab seperti :

Page 4: Css Cornea Ulcer Angel

1. Kelainan pada bulu mata (trikiasis) dan sistem air mata (insufisiensi air

mata, sumbatan saluran lakrimal)

2. Oleh faktor eksternal yaitu : luka pada kornea (erosio kornea) karena

trauma, penggunaan lensa kontak, luka bakar pada daerah muka

3. Kelainan-kelainan kornea yang disebabkan oleh edema kornea kronil,

exposure keratitis (pada lagoftalmus, bius umum, koma) keratitis karena

defisiensi vitamin A, keratitis neuropatik, keratitis superfisualis virus

4. Kelainan-kelainan sistemik seperti malnutrisi, alkoholisme, sindrom

steven-johnson, sindrom defisiensi imun

5. Obat-obatan yang menurunkan mekanisme imun misalnya kortikosteroid,

IDU (idoxyuridine), anastetik lokal dan golongan imunosupresif

Diclofenac dapat mengakibatkan ulkus kornea sentral dengan

menginhibisi profliferasi epitel dan MMPs (Matrix Metalo Proteinases),

yang merupakan predisposisi hancurnya kornea.

6. Sarcoidosis neuropathy nervus trigerminal menurun bahkan

hilangnya sensasi kornea ulkus kornea.

Penyebab:

a. Virus (paling sering): herpes simpleks dan herpes zoster

b. Intracranial space occupying lession, seperti: neuroma, meningioma,

aneurisma. Mengakibatkan kompresi nervus trigerminal.

c. Penyakit sistemik: DM, multiple sclerosis, sifilis, lepra kerusakan

serabut saraf.

Page 5: Css Cornea Ulcer Angel

Secara etiologi ulkus kornea dapat disebabkan oleh

1. Bakteri : kuman yang murni dapat menyebabkan ulkus kornea adalah

Streptococcus pneumonia

2. Virus : herpes simpleks, zooster, vaksinia, variola

3. Jamur : golongan kandida, fusarium, aspergilus, sefalosporium

4. Reaksi hipersensitivitas : terhadap stafilococcus (ulkus marginal), TBC

(keratokunjungtivitis flikten), alergen tidak diketahui (ulkus cincin)

(Ilyas, 2009).

D. Tanda dan Gejala Umum

1. Mata merah

2. Sakit ringan hingga berat

3. Fotofobia (peka terhadap cahaya)

4. Penglihatan menurun

5. Pada kornea akan tampak bintik nanah yang berwarna kuning keputihan

6. Iris sukar dilihat karena edema kornea dan infiltrasi sel radang pada kornea

7. Penipisan kornea

(Ilyas, 2009; Vaughan dkk,2000; Wijaya, 1983)

Page 6: Css Cornea Ulcer Angel

Patogenesis ulkus kornea

E. Gambaran Klinik, Gejala, dan Pengobatan

Ulkus kornea dibedakan dalam bentuk :

· Ulkus kornea sentral

· Ulkus kornea perifer

1. Ulkus kornea sentral

Ulkus sentral biasanya merupakan ulkus infeksi akibat kerusakan pada

epitel. Lesi terletak di sentral, jauh dari limbus vaskular. Hipopion

biasanya ( tidak selalu ) menyertai ulkus. Hipopion adalah pengumpulan

Page 7: Css Cornea Ulcer Angel

sel-sel radang yang tampak sebagai lapis pucat di bagian bawah kamera

anterior dan khas untuk ulkus sentral komea bakteri dan fungi.

Menurut kausa, ulkus kornea sentral dibedakan menjadi :

a. Ulkus kornea et causa bakteri

- Ulkus kornea Pneumokokus

Biasanya muncul 24-48 jam setelah inokulasi pada kornea yang

lecet. Infeksi ini secara khas menimbulkan sebuah ulkus berbatas tegas

warna kelabu yang cenderung menyebar secara tak teratur dari tempat

infeksi ke sentral kornea. Batas yang maju menampakkan ulserasi aktif

dan infiltrasi sementara batas yang ditinggalkan mulai sembuh. Lapis

superfisial kornea adalah yang pertama terlibat, kemudian parenkim

bagian dalam. Kornea sekitar ulkus sering bening, biasanya banyak

hipopion.

Obat yang disarankan dalam terapi cefazolin atau penisilin G atau

vancomycin yang diberikan secara topikal.

- Ulkus kornea Pseudomonas

Berawal sebagai infiltrat kelabu atau kuning di tempat epitel kornea yang

retak. Nyeri yang sangat biasanya menyertainya. Lesi ini cenderung cepat

menyebar ke segala arah karena pengaruh enzim proteolitik yang

dihasilkan organisme ini. Meskipun pada awalnya superfisial, ulkus ini

dapat mengenai seluruh kornea. Umumnya terdapat hipopion besar yang

cenderung membesar dengan berkembangnya ulkus. Infiltrat dan eksudat

Page 8: Css Cornea Ulcer Angel

mungkin berwarna hijau kebiruan. Ini akibat pigmen yang dihasilkan

organisme dan patognomonik untuk infeksi P. aeruginosa.

Kasus ulkus kornea pseudomonas dapat terjadi pada abrasi kornea minor

atau penggunaan lensa kontak lunak- terutama yang dipakai agak lama.

Organisme itu ditemukan melekat pada permukaan lensa kontak lunak.

Beberapa kasus dilaporkan setelah penggunaan larutan fluorescein atau

obat tetes mata yang terkontaminasi.

Obat yang disarankan dalam terapi Tobramycin atau Gentamicin atau

Polymyxin B yang diberikan secara topikal.

b. Ulkus kornea et causa fungi

Banyak dijumpai pada para pekerja di sektor pertanian. Biasanya dimulai

dengan suatu rudapaksa pada kornea oleh ranting pohon, daun dan bagian

tumbuh-tumbuhan. Setelah lima hari rudapaksa atau tiga, minggu

kemudian pasien akan merasa sakit hebat pada mata dan silau. Tetapi

dengan semakin maraknya pemakaian kortikosteroid pada pengobatan

mata, maka kasus ini juga banyak dijumpai pada masyarakat perkotaan.

Ulkus et causa jamur, memberikan gambaran infiltrat kelabu, sering

dengan hipopion, dan lesi-lesi satelit yang terdapat pada tempat-tempat

yang jauh dari daerah ulserasi. Kebanyakan ulkus fungi disebabkan oleh

Candida, Fusarium, Aspergillus dan lain-lain. Tidak ada ciri khas yang

membedakan macam-macam ulkus fungi ini.

Obat yang disarankan dalam terapi adalah antimikosis seperti amfoterisin,

nistatin. Bila tidak terlihat efek obat mata dapat dilakukan keratoplasti.

Page 9: Css Cornea Ulcer Angel

c. Ulkus kornea et causa virus

- Virus Herpes Simpleks

Kebanyakan infeksi HSV pada kornea disebabkan oleh HSV tipe 1

(penyebab herpes radialis), namun beberapa kasus pada bayi dan dewasa

dilaporkan disebabkan HSV tipe 2 (penyebab herpes genitalis). Lesi

kornea kedua jenis ini tidak dapat dibedakan. Gejala-gejala pertama

umumnya iritasi, fotofobia, dan berair mata. Bila kornea bagian pusat

yang terkena, terjadi sedikit gangguan penglihatan. Sering ada riwayat

lepuh-lepuh demam atau infeksi herpes lain, namun ulserasi kornea

kadang- kadang merupakan satu-satunya gejala infeksi herpes rekurens.

Lesi paling khas adalah ulkus dendritik. Ini terjadi pada epitel kornea,

memiliki pola percabangan linear khas dengan tepian kabur, memiliki

bulbus-bulbus terminalis pada ujungnya.

Terapi bertujuan menghentikan replikasi virus didalam kornea, sambil

memperkecil efek merusak respon radang yaitu dengan cara :

Debridement epitelial : karena virus berlokasi di dalam epitel, juga

mengurangi beban antigenik virus pada stroma kornea. Epitel sehat

melekat erat pada kornea, namun epitel terinfeksi mudah dilepaskan.

Terapi obat : idoxuridine, trifluridine, vidarabine, acyclovir.

Terapi bedah : keratoplasti penetrans mungkin di indikasikan

untuk rehabilitasi penglihatan pasien yang mempunyai parut kornea

berat, namun hendaknya dilakukan beberapa bulan setelah

penyakit herpes non-aktif.

Page 10: Css Cornea Ulcer Angel

- Virus Varisella-Zoster

Virus ini mengenai stroma dan uvea anterior pada awalnya. Lesi

epitelnya keruh dan amorf, kecuali kadang-kadang ada pseudodendrit

linear. Kekeruhan stroma disebabkan oleh edema dan sedikit infiltrat sel

yang pada awalnya hanya subepitelial. Keadaan ini dapat diikuti penyakit

stroma dalam, dengan nekrosis dan vaskularisasi.

Pengobatan dengan acyclovir intravena dan oral telah dipakai dengan

hasil baik untuk mengobati herpes zoster oftalmik, khususnya pada

pasien yang kekebalannya terganggu. Dosis oralnya adalah 800 mg

lima kali sehari untuk 10-14 hari. Tetapi hendaknya dimulai 72 jam

setelah timbulnya kemerahan (rash).

2. Ulkus kornea perifer

Ulkus perifer merupakan peradangan kornea bagian perifer berbentuk

khas yang biasanya terdapat daerah jernih antara limbus kornea dengan

tempat kelainannya. Diduga dasar kelainannya adalah suatu reaksi

hipersensitifitas terhadap eksotoksin bakteri. Ulkus yang terutama

terdapat pada bagian perifer kornea, biasanya terjadi akibat alergi, toksik,

infeksi dan penyakit kolagen vaskular. Biasanya bersifat rekuren, dengan

kemungkinan terdapatnya Streptococcus pneumoniae, Haemophillus

aegepty, Moraxella lacunata dan Esrichia. Penglihatan pasien

dengan ulkus perifer akan menurun disertai rasa sakit, fotofobia

dan lakrimasi. Terdapat pada satu mata blefarospasme, injeksi

konjungtiva, infiltrat atau ulkus yang memanjang dan dangkal.

Terdapat unilateral dapat tunggal atau multiple dan daerah yang jernih

Page 11: Css Cornea Ulcer Angel

antara kelainan ini dengan limbus kornea.

Kebanyakan ulkus kornea perifer bersifat jinak namun sangat sakit.

Ulkus ini timbul akibat konjungtivitis bakteri akut atau

menahun, khususnya blefarokonjungtivitis stafilokokus dan lebih

jarang konjungtivitis koch-weeks (Haemophilus aegyptius). Namun

ulkus-ulkus ini bukan merupakan proses infeksi dan kerokan tidak

mengandung bakteri penyebab. Ulkus timbul akibat sensitisasi terhadap

produk bakteri, antibodi dari pembuluh limbus bereaksi dengan

antigen yang telah berdifusi melalui epitel kornea. Ulkus kornea perifer

antara lain berupa :

- Ulkus dan infiltrat marginal

Kebanyakan ulkus kornea marginal bersifat jinak namun sangat

sakit. Ulkus ini timbul akibat konjungtivitis akut atau menahun.

Ulkus timbul akibat sanitasi terhadap produk bakteri, antibodi

dari pembuluh limbus bereaksi dengan antigen yang telah berdifusi

melalui epitel kornea. Infiltrat dan ulkus marginal mulai berupa

infiltrat linear atau lonjong terpisah dari limbus oleh interval bening,

dan hanya pada akhirnya menjadi ulkus dan mengalami vaskularisasi.

Proses ini sembuh sendiri, umumnya setelah 7-10 hari, namun yang

menyertai blefarokonjungtivitis stafilokok umumnya kambuh. Terapi

terhadap blefaritis (bilasan shampoo, antimikroba) umumnya dapat

mengatasi masalah ini, untuk beberapa kasus diperlukan

kortikosteroid topikal untuk mempersingkat perjalanan penyakit

Page 12: Css Cornea Ulcer Angel

dan mengurangi gejala yang sering hebat, namun terapi terhadap

blefarokonjungtivitis yang mendasarinya sangat penting untuk

mencegah kekambuhan.

- Ulkus mooren

Penyebab ulkus mooren belum diketahui, namun diduga autoimun.

Ulkus ini termasuk ulkus marginal, pada 60-80% kasus

unilateral yang ditandai ekstravasi limbus dan kornea perifer

yang sakit dan progresif dan sering berakibat kerusakan mata.

Ulkus mooren paling sering terdapat pada usia tua. Ulkus ini tidak

responsif terhadap antibiotika maupun kortikosteroid.

Belakangan ini telah dilakukan eksisi konjungtiva limbus

melalui bedah dalam usaha untuk menghilangkan substansi

perangsang. Keratoplasti tektonik lamellar telah dipakai dengan

hasil baik pada kasus tertentu. Terapi imunosupresif sistemik ada

manfaatnya untuk penyakit yang telah lanjut.

- Keratokonjungtivitis phlyectenular

Penyakit ini akibat hipersensitivitas tipe lambat terhadap produk

bakteri. Phlycten adalah akumulasi setempat limfosit, monosit,

makrofag, dan akhirnya neutrofil. Lesi ini mula-mula muncul

dilimbus, namun pada serangan-serangan berikutnya akan mengenai

konjungtiva bulbi dan kornea.

Phlyctenul kornea, umumnya bilateral, berakibat sikatriks dan

Page 13: Css Cornea Ulcer Angel

vaskularisasi namun phlyctenul konjungtiva tidak menimbulkan bekas.

Pada jenis tuberkulosa, serangan dapat dipicu oleh kojungtivitis bakteri

akut, namun secara khas terkait dengan peningkatan

sementara aktivitas tuberkulosis pada anak. Phlyctenul yang tidak

diobati akan menyembuh dalam 10-14 hari, namun terapi topikal

dengan kortikosteroid memperpendek proses ini menjadi satu atau dua

hari dan sering mengurangi timbulnya parut dan vaskularisasi.

Respon kortikosteroid terutama ditujukan untuk mengatasi infeksi

bakteri penyebab.

- Keratitis marginal pada penyakit autoimun

Konjungtiva perilimbus agaknya berperan penting dalam patogenesis

lesi-lesi kornea pada penyakit mata lokal atau penyakit sistemik

terutama yang asalnya autoimun, seperti arthritis rheumatoid,

poliarteritis nodosa, lupus eritematosus sistemik, skleroderma,

granulimatosus Wegener, kolitis ulserativa, penyakit Crohn, dan

polikondritis yang kambuh. Perubahan kornea terjadi setelah

peradangan sklera, dengan atau tanpa penutupan vaskuler sklera.

Tanda-tanda klinik termasuk vaskularisasi, infiltrat, dan

kekeruhan, dan pembentukan lubang perifer yang dapat

berkembang sampai perforasi. Terapi diarahkan pada pengendalian

penyakit sistemik penyebab, terapi topikal umumnya tidak efektif, dan

sering diperlukan penggunaan obat imunosupresif yang poten.

Perforasi kornea memerlukan keratoplasti.

Page 14: Css Cornea Ulcer Angel

- Ulkus kornea akibat defisiensi vitamin A

Ulkus kornea tipikal pada avitaminosis A terletak dipusat dan

bilateral, berwarna kelabu dan indolen, disertai kehilangan kilau

kornea didaerah sekitarnya. Kornea melunak dan nekrotik, dan sering

timbul perforasi. Epitel konjungtiva berlapis keratin, yang terlihat

dibintik bitot. Bintik bitot adalah daerah berbentuk baji pada

konjungtiva, biasanya pada tepi temporal, dengan limbus dan apeksnya

melebar ke arah canthus lateral. Di dalam segitiga ini, konjungtiva

berlipat-lipat konsentris terhadap limbus, dan materi kering

bersisik dapat rontok dari daerah ini ke dalam cul-de-sac inferior.

Ulserasi kornea akibat avitaminosis A terjadi karena kekurangan

vitamin A dari makanan atau gangguan absorbsi di saluran

cerna dan gangguan pemanfaatan oleh tubuh. Ulkus dapat terjadi

pada bayi yang mempunyai masalah makan, pada orang dewasa

dengan diet ketat atau tidak adekuat, atau pada orang dengan

obstruksi bilier, karena empedu dalam saluran cerna diperlukan

untuk penyerapan vitamin A. Kekurangan vitamin A menyebabkan

keratinisasi umum pada epitel di seluruh tubuh. Perubah pada

konjungtiva dan kornea bersama-sama dikenal sebagai

xerophthalmia. Karena epitel jalan napas juga terkena, banyak pasien

bila tidak diobati akan meninggal karena pneumonia. Avitaminosis

A juga menghambat pertumbuhan tulang. Ini terutama penting

pada bayi, misalnya jika tulang-tulang tengkorak tidak tumbuh

Page 15: Css Cornea Ulcer Angel

dan otak tumbuh terus, timbulah peningkatan tekanan intrakranial dan

papiledema.

Defisiensi vitamin A ringan harus diterapi, pada orang dewasa dengan

dosis 30.000 unit/hari selama 1 minggu. Kasus-kasus berat mula-mula

memerlukan dosis yang jauh lebih tinggi (20.000 unit/kg/hari). Salep

sulfonamida atau antibiotika dapat digunakan secara lokal pada mata

untuk mencegah infeksi balcteri sekunder.

- Keratitis neurotropik

Jika nervus trigeminus, yang mempersarafi kornea, terputus karena

trauma, tindakan bedah, tumor, peradangan atau karena cara

lain, kornea akan kehilangan kepekaan dan salah satu

pertahanan terbaiknya terhadap, degenerasi, ulserasi, dan infeksi

yaitu refleks berkedip. Dengan berlanjutnya proses ini timbulah

daerah-daerah berupa bercak terbuka. Kadang-kadang epitelnya hilang

dari daerah yang luas di kornea.

Dengan hilangnya sensasi kornea, keratitis berat sekalipun tidak

banyak menimbulkan gangguan bagi pasien. Pasien harus

diperingatkan untuk melihat adanya kemerahan pada mata,

gangguan penglihatan atau sekret yang makin banyak dan

memeriksakan matanya segera setelah timbul gejala diatas. Menjaga

agar kornea tetap basah dengan air mata buatan dan salep-salep

pelumas dapat membantu melindunginya. Bila timbul keratitis, harus

segera diobati. Cara terbaik adalah menutup mata dengan plester

Page 16: Css Cornea Ulcer Angel

horizontal dengan tarsorrhaphy atau dengan ptosis yang dipicu

toksin botulinum A (botox). Infeksi sekunder pada kornea

hendaknya diobati sebaik-baiknya.

- Keratitis pajanan (exposure)

Dapat timbul pada segala situasi, jika kornea tidak cukup

dibasahi dan ditutupi oleh palpebra. Contohnya antara lain

eksoftalmos, ektropion, sindrom palpebra lunak, hilangnya sebagian

palpebra akibat trauma, ketidakmampuan palpebra menutup

secukupnya, seperti pada Bell's palsy. Dua faktor penyebabnya

adalah pengeringan kornea dan pajanan terhadap trauma minor.

Kornea yang terbuka mudah mengering selama jam-jam tidur. Jika

timbul ulkus, umumnya terjadi setelah trauma kecil dan di sepertiga

kornea bagian bawah.

Jenis keratitis ini steril, kecuali ada infeksi sekunder. Tujuan

pengobatannya adalah memberi perlindungan dan membasahi seluruh

permukaan kornea. Metode pengobatan tergantung pada kondisi

penyebabanya : tindakan bedah plastik pada palpebra, koreksi

eksoftalmos atau memakai cara-cara yang dibahas pada keratitis

neurotropik.

F. Diagnosa Banding

1. Uveitis anterior akut / Iridosiklitis akut

2. Leukoma kornea dengan neovaskularisasi

Page 17: Css Cornea Ulcer Angel

G. Pengobatan Secara Umum dan Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium sangat berguna untuk membantu membuat

diagnosis kausa. Pemeriksaan jamur dilakukan dengan sediaan hapus yang

memakai larutan KOH. Sebaiknya pada setiap ulkus kornea dilakukan

pemeriksaan agar darah, Saboraud, Triglikolat dan agar coklat.

Secara umum, pengobatan untuk ulkus kornea adalah dengan siklopegik,

antibiotik topikal yang sesuai, dan pasien dirawat bila terjadi perforasi, pasien

tidak dapat memberi obat sendiri, tidak terdapat reaksi obat dan perlunya obat

sistemik.

Pengobatan pada ulkus kornea bertujuan untuk menghalangi pertumbuhan

bakteri dengan pemberian antibiotika dan mengurangi reaksi radang dengan

steroid.

Pengobatan ulcus kornea bacterialis dapat menggunakan antibiotik tunggal

maupun kombinasi untuk bakteri gram positif maupun gram negatif.

Dilaporkan terdapat resistansi Staphylococcus aureus terhadap siprofloksasin

dan ofloksasin pada pengobatan ulkus kornea. Namun demikian, penggunaan

antibiotik topikal yang dikombinasi dan penggunaan fluoroquinolon masih

terbukti.

Secara umum ulkus kornea diobati sebagai berikut :

1. Tidak boleh dibebat, karena akan menaikkan suhu sehingga berfungsi

sebagai inkubator.

2. Sekret yang terbentuk dibersihkan 4 kali sehari

Page 18: Css Cornea Ulcer Angel

3. Diperhatikan kemungkinan terjadinya glaukoma sekunder.

4. Debridement sangat membantu penyembuhan.

5. Diberi antibiotika yang sesuai dengan kausa. Biasanya diberi secara lokal,

kecuali pada keadaan yang berat.

Pengobatan dihentikan bila sudah terjadi epitelialisasi dan mata terlihat

tenang, kecuali bila penyebabnya Pseudomonas yang memerlukan tambahan

pengobatan selama 1-2 minggu.

Pada ulkus kornea dilakukan pembedahan atau keratoplasti apabila:

1. Dengan pengobatan tidak sembuh

2. Terjadinya jaringan parut yang mengganggu penglihatan.

Pengobatan yang paling ideal terhadap ulkus kornea adalah pencegahan

terjadinya ulkus dengan mengobati setiap trauma kornea sesteril mungkin.

Kalau terdapat debu, maka debu tersebut dikeluarkan dengan alat-alat yang

steril, kemudian beri antibiotik lokal yang berspektrum, luas, kalau perlu juga

sistemik dan mata ditutup dengan kasa steril dan diganti setiap hari sampai

sembuh. Bila telah terbentuk ulkus, maka sebaiknya dilakukan pemeriksaan

mikrobiologi dan tes resistensi, supaya pengobatannya tepat guna.

Disamping itu juga diberikan Sulfas Atropin sebagai salep atau larutan sebagai

midriatika, mata ditutup serta diberikan roborantia, analgetika, sedative. Kalau

tidak sembuh dapat dilakukan:

· Kauterisasi kimia dan mekanik

· Parasentesa

Page 19: Css Cornea Ulcer Angel

· Membuat flap konjungtiva, d1l.

H. Prognosa

- Quo ad vitam : dubia ad bonam

- Qou ad fungtionam : dubia ad malam

Page 20: Css Cornea Ulcer Angel

DAFTAR PUSTAKA

Gignac, D. Bremon, F. Chiambaretta, S. Milazzo. 2011. A European on Topical Ophtalmic Antibiotics: Current and Evolving Options. Ophtalmology and Eye Disease. France.

Gupta, M., G. Lascaratos, A. Syrogiannis, L. Esakowitz. 2010. Isolated Bilateral Trigeminal Neuropathy in Sarcoidosis with Neurotrophic Corneal Ulcers. Ophtalmology and Eye Disease. Edinburgh.

Ilyas, Sidarta. 2009. Ilmu Penyakit Mata edisi ketiga. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Jhonson, Cameron Campbell. 2011. Central Corneal Melting Associated with Reformulated Generic Diclofenac in a Patient with Inferior Fornix Foreshortening. Ophtalmology and Eye Disease. USA

Pinerda, Roberto., et al. 2011. Phototherapeutic Keratectomy Outcomes in Superficial Corneal Opacities. Ophtalmology and Eye Disease. USA

Vaughan, Daniel G dkk. 2000. Oftalmologi Umum. Jakarta : Widya Medika

Wijaya, N. 1983. Ulkus Kornea Dalam Ilmu Penyakit Mata. Jakarta