membangun kesiapan akreditasi

15
MEMBANGUN KESIAPAN SISTEM PENJAMINAN MUTU EKSTERNAL (SPME) BAGI PERGURUAN TINGGI DI INDONESIA* Oleh: Mohammad Faisal Amir 1. Pendahuluan Semua perguruan tinggi pasti menempatkan kualitas sebagai salah satu asas pembangunannya baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Sebuah perguruan tinggi akan marah besar bila dikatakan oleh orang lain bahwa dosen, mahasiswa, atau lulusannya tidak berkualitas. Hanya saja konsep kualitas yang divisikan oleh setiap perguruan tinggi berbeda-beda. Dan, secara ilmiah kualitas memang didefinisikan dengan konstruk yang berbeda-beda pula; misalnya, oleh Deming, Cosby, Juran, dan seterusnya. Semenjak diberlakukannya akreditasi program studi pada tahun 1997, kini banyak masyarakat yang memfungsikan peringkat akreditasi sebagai tolok ukur kualitas program studi. Sudah menjadi pengetahuan publik bahwa program studi yang mendapatkan peringkat ‘A’ atau ‘B’ dianggap sebagai program studi yang berkualitas; adapun, yang berperingkat akreditasi ‘C’ dianggap kurang berkualitas. Oleh karena itu, banyak program studi yang mendapatkan peringkat ‘C’ tidak terlalu gembira sekalipun sudah berkualifikasi ‘terakreditasi’. Sebenarnya, dengan berperingkat ‘C’ program studi tersebut sudah memenuhi persyaratan perundangan yang berlaku; yang di antaranya mempunyai otoritas legal utuk menerbitkan sertfikat pendidik atau ijasah bagi lulusannya (UU No. 20 tahun 2003, Pasal 43, ayat (2) dan Pasal 61 ayat (2)). Untuk itu, hampir semua perguruan tinggi di Indonesia berupaya setinggi-tingginya untuk memperoleh peringkat nilai akreditasi sekurang-kurangnya ‘B’. Namun, hasilnya ternyata kurang memuaskan; dari 10.587 program studi yang telah diproses akreditasinya oleh BAN- PT sebanyak 36,10% mendapat nilai peringkat ‘C’; sekalipun di PTN kondisinya relatif lebih baik yakni hanya 15,71% yang mendapat peringkat ‘C’. Sementara itu, peringkat akreditasi di lingkungan perguruan tinggi Muhammadiyah berkondisi hampir sama atau sedikit lebih baik dibandingkan dengan PTS pada umumnya, seperti yang terlihat pada Tabel 1. Tabel 1. Peringkat akreditasi di PTN, PTS dan PT Muhammadiyah tahun 2010 (sumber: data BAN-PT di http://ban-pt.depdiknas.go.id diolah). Peringkat Akreditasi TOTAL PTN PTS PTA Muhamma- diyah A 12,92% 28,40% 6,76% 8,96% 6,21% B 49,80% 55,79% 47,34% 49,09 50,80% Halaman | 1

Upload: tamrin-husaen

Post on 23-Dec-2015

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Membangun Kesiapan Akreditasi

MEMBANGUN KESIAPAN SISTEM PENJAMINAN MUTU EKSTERNAL (SPME) BAGI PER-GURUAN TINGGI DI INDONESIA*

Oleh: Mohammad Faisal Amir

1. Pendahuluan

Semua perguruan tinggi pasti menempatkan kualitas sebagai salah satu asas pem-bangunannya baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Sebuah pergu-ruan tinggi akan marah besar bila dikatakan oleh orang lain bahwa dosen, maha-siswa, atau lulusannya tidak berkualitas. Hanya saja konsep kualitas yang divisikan oleh setiap perguruan tinggi berbeda-beda. Dan, secara ilmiah kualitas memang didefinisikan dengan konstruk yang berbeda-beda pula; misalnya, oleh Deming, Cosby, Juran, dan seterusnya.

Semenjak diberlakukannya akreditasi program studi pada tahun 1997, kini banyak masyarakat yang memfungsikan peringkat akreditasi sebagai tolok ukur kualitas program studi. Sudah menjadi pengetahuan publik bahwa program studi yang men-dapatkan peringkat ‘A’ atau ‘B’ dianggap sebagai program studi yang berkualitas; adapun, yang berperingkat akreditasi ‘C’ dianggap kurang berkualitas. Oleh karena itu, banyak program studi yang mendapatkan peringkat ‘C’ tidak terlalu gembira sekalipun sudah berkualifikasi ‘terakreditasi’. Sebenarnya, dengan berperingkat ‘C’ program studi tersebut sudah memenuhi persyaratan perundangan yang berlaku; yang di antaranya mempunyai otoritas legal utuk menerbitkan sertfikat pendidik atau ijasah bagi lulusannya (UU No. 20 tahun 2003, Pasal 43, ayat (2) dan Pasal 61 ayat (2)).

Untuk itu, hampir semua perguruan tinggi di Indonesia berupaya setinggi-tingginya untuk memperoleh peringkat nilai akreditasi sekurang-kurangnya ‘B’. Namun, hasil-nya ternyata kurang memuaskan; dari 10.587 program studi yang telah diproses akreditasinya oleh BAN-PT sebanyak 36,10% mendapat nilai peringkat ‘C’; sekalipun di PTN kondisinya relatif lebih baik yakni hanya 15,71% yang mendapat peringkat ‘C’. Sementara itu, peringkat akreditasi di lingkungan perguruan tinggi Muhammadiyah berkondisi hampir sama atau sedikit lebih baik dibandingkan den-gan PTS pada umumnya, seperti yang terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Peringkat akreditasi di PTN, PTS dan PT Muhammadiyah tahun 2010 (sumber: data BAN-PT di http://ban-pt.depdiknas.go.id diolah).

Peringkat Akredi-tasi TOTAL PTN PTS PTA

Muhamma-diyah

A 12,92% 28,40% 6,76% 8,96% 6,21%B 49,80% 55,79% 47,34% 49,09% 50,80%C 36,10% 15,71% 44,47% 38,47% 41,88%D 1,18% 0,10% 1,44% 3,48% 1,11%

Total PS 10.587 2.954 7.030 603 628

Bila peringkat akreditasi difungsikan oleh masyarakat sebagai indikator kualitas perguruan tinggi, maka nampaknya diperlukan kerja keras di lingkungan PT (terma-

Halaman | 1

________________________________________________________________________________________________________

*Disampaikan dalam loka karya persiapan SPME bagi fakultas ekonomi di lingkungan PT Muhammadiyah seluruh Indonesia di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (27 Jan-uari 2010)

Page 2: Membangun Kesiapan Akreditasi

suk di PT Muhammadiyah) untuk meningkatkan kualitas manajemen mereka. Men-gangkat lebih dari 40% berperingkat ‘C’ untuk dijadikan ‘B’ bukan pekerjaan mudah dan tidak dapat dilakukan dalam waktu yang tidak sebentar. Kegiatan workshop dalam mengurai permasalahan akreditasi BAN-PT dan mencari solusi strategis un-tuk meningkatkan kualitas manajemen program studi sangat relevan. Apalagi bila hasil workshop bisa ditindak lanjuti dengan langkah kongkret melalui kebijakan strategis dan operasional di masing-masing perguruan tinggi, maka peningkatan peringkat akreditasi di perguruan tinggi pasti akan dapat diraih.

2. Program jangka panjang

Akreditasi dalam sistem pendidikan tinggi disebut dengan Sistem Penjaminan Mutu Eksternal (SPME). Disebut eksternal karena standar yang digunakan untuk menen-tukan ketercapaian program ditetapkan oleh fihak luar; yaitu, Badan Akreditasi Na-sional Perguruan Tinggi (BAN-PT). Pembangunan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) sebenarnya jauh lebih penting dibandingkan dengan SPME. SPMI berfungsi sebagai kontrol pengembangan mutu yang dibangun oleh perguruan tinggi setiap tahun; sedangkan, SPME berfungsi sebagai instrumen untuk memperoleh penghar-gaan. Agar keduanya dapat dicapai sekaligus, pembangunan SPMI di perguruan tinggi hendaknya menggunakan standar yang digunakan oleh BAN-PT. Dengan kata lain, standar mutu yang

Tetapi yang menjadi masalah bagi sebagian perguruan tinggi adalah bahwa penga-juan SPME (akreditasi BAN-PT) tidak diawali dengan pembangunan SPMI. Pengajuan akreditasi BAN-PT oleh program studi lebih banyak didorong oleh faktor kesem-patan dan bukan dilandasi oleh sebuah kemampuan yang terukur. Banyak sekali perguruan tinggi yang mengajukan akreditasi dari BAN-PT tidak mempunyai bangu-nan SPMI. Padahal, yang akan dinilai oleh BAN-PT untuk akreditasi adalah kadar pengelolaan kualitas yang berada di setiap program studi. Pemikiran idealnya adalah bahwa hasil SPMI yang sudah dibangun bertahun-tahun memerlukan kali-brasi melalui SPME agar kualitas yang mereka nilai setiap tahun mempunyai nilai universal.

Sehubungan dengan itu, pengajuan akreditasi BAN-PT memerlukan perencanaan program studi jangka panjang. Pengajuan akreditasi mestinya tidak hanya sekedar mengisi borang-borang tetapi menyiapkan dan mengimplementasikan program sis-tem kualitas di program studi. Oleh banyak perguruan tinggi, seringkali akreditasi dianggap sebagai suatu peristiwa (event) dan bukan dianggap sebagai suatu proses yang berkelanjutan. Sebagai suatu peristiwa, akreditasi dilihat sebagai pro-duk akhir (end product) dan bukan sebagai suatu sistem kualitas yang menghidupi gerakan organisasi perguruan tinggi sehari-hari. Akibatnya, program studi hanya sibuk menyiapkan segala sesuatunya menjelang kegiatan akreditasi saja, dan sete-lah visitasi asesor berakhir tidak ada lagi kegiatan penjaminan mutu.

Kebiasaan tata kelola tentang usuran mutu yang demikian tersebut terjadi di ham-pir semua perguruan tinggi, baik PTN maupun PTS. Hal ini disebabkan karena ban-gunan SPMI di Indonesia tidak lebih dari hanya di 100 perguruan tinggi dari 3.100 perguruan tinggi yang ada. Kenyataan tersebut barangkali salah satu faktor dari sekian banyak faktor yang menjelaskan mengapa masih banyak program studi yang mendapatkan peringkat akreditasi ‘C’ atau bernilai kurang. Bila fenomena ini benar, maka salah satu upaya untuk meningkatkan peringkat akreditasi program studi adalah membangun SPMI yang handal di masing-masing perguruan tinggi atau implementasinya secara nyata di program studi.

3. Menyiapkan data dan dokumen

Halaman | 2

Page 3: Membangun Kesiapan Akreditasi

Proses akreditasi program studi yang diterapkan oleh BAN-PT, dan juga pada proses akreditasi pada umumnya, meliputi pengisian data dan informasi pada format isian yang telah ditentukan. Dalam istilah BAN-PT format itu disebut borang. Borang akreditasi pada sistem evaluasi sebenarnya adalah instrumen untuk mengumpulkan data dan informasi tentang program studi yang diajukan program studinya. Sesuai dengan kaidah evaluasi, butir-butir yang tercantum dalam borang pada hakilkatnya adalah indikator utama tentang kinerja program studi yang kadar kualitasnya akan dinilai.

Data dan informasi pada borang, selanjutnya, dinilai oleh asesor dalam sebuah fo-rum yang disebut dengan ‘Desk Evaluation’ atau evaluasi kecukupan. Berdasarkan paparan data dan informasi pada dokumen, asesor memberikan nilai kualitas menggunakan standar mutu yang telah ditetapkan oleh BAN-PT. Seorang asesor se-harusnya bersikap netral terhadap paparan data yang ada, tetapi masih ada asesor yang bertindak ‘predisposition’ tidak percaya pada data khususnya bila paparan data terlalu bagus. Karena ada proses visitasi, mereka berfikir akan perbaiki ni-lainya pada saat visitasi. Celakanya pada saat visitasi waktu yang mereka gunakan tidak terlalu banyak, aspek yang hendak ia koreksi menjadi terlupakan, sehingga nilainya tidak berubah dan masih yang rendah tersebut. Dalam peristiwa tersebut, perguruan tinggi jelas dirugikan.

Untuk itu, sajian data dan informasi pada borang sangat menentukan terhadap pemberian nilai akreditasi oleh asesor. Apalagi terdapat aturan yang tidak tertulis bahwa seorang asesor tidak boleh menaikkan nilai pada satu butir lebih besar dari 2. Satu butir pada borang yang diisi secara keliru oleh program studi sehingga tidak bisa dinilai dan biasanya diberikan nilai 0. Pada saat visitasi datanya disajikan kem-bali dengan benar dan berkualitas baik; namun, nilai maksimal yang diberikan oleh asesor hanya 2,00. Tetapi asesor yang bijak, biasanya memberikan nilai 1,00 untuk butir yang diisi keliru, sehingga pada saat visitasi sekurang-kurangnya nilainya da-pat ditingkatkan menjadi 3,00.

Untuk menjamin tidak terjadinya kesalahan atau kekeliruan isi, perguruan tinggi memerlukan tim kerja penyusun borang dengan anggota yang berkompetensi tinggi. Harus dipastikan bahwa tidak ada nomor dalam borang yang tidak diisi, tidak ada pengisian data yang keliru atau salah, dan tidak ada data atau informasi lain kecuali yang dimintakan dalam borang. Dengan kata lain, perguruan tinggi tidak bisa mengangkat sembarang orang untuk tim kerja dalam rangka menyiapkan borang dan dokumen penunjang lainnya. Hanya mereka yang mempunyai kompe-tensi dalam bidang akreditasi yang pantas untuk diberi tugas menyiapkan dokumen akreditasi.

Kompetensi apa saja yang harus dimiliki oleh anggota tim kerja akreditasi? Ru-jukannya dikembalikan pada konstruk dasar dari kompetensi itu sendiri yang bi-asanya mempunyai sekurang-kurangnya tiga aspek; yaitu, pengetahuan, keter-ampilan, dan kemampuan. Setiap anggota tim kerja harus mempunyai penge-tahuan tentang konsep penjaminan mutu, prinsip akreditasi, program studi, peratu-ran pemerintah, peraturan perguruan tinggi, manajemen pendidikan, kurikulum, tata cara pengisian borang, dan pengetahuan teknis lainnya. Begitu pula, setiap anggota tim kerja juga harus mempunyai keterampilan tentang menulis, mengetik, mengolah data, membaca tampilan statistik, dan keterampilan individu lainnya. Yang terakhir, setiap anggota tim akreditasi harus mempunyai kemampuan untuk berkomunikasi, bekerja sama, bekerja mandiri, menyisihkan waktunya secara khusus, atau tidak sedang sakit, berhalangan, atau sedang menjalankan tugas kerja yang sudah overload. Bila ketiga aspek kompetensi tersebut dimiliki oleh se-tiap anggota tim kerja dan SPMI sudah berjalan, maka dokumen yang diserahkan ke

Halaman | 3

Page 4: Membangun Kesiapan Akreditasi

BAN-PT pasti akan berkualitas prima dapat dinilai oleh asesor dengan nilai yang di-harapkan.

Dimensi lain yang perlu difikirkan dalam pembentukan tim kerja adalah distribusi kerja untuk penyiapan dokumen. Bila kompetensi setiap anggota tim kerja relatif homogen, maka distribusi kerja anggota tim dapat dialokasikan berdasarkan stan-dar yang digunakan oleh BAN-PT. Misalnya, untuk menyusun dokumen evaluasi diri, borang program studi, dan borang fakultas pada standar 1-2 diserahkan pada satu anggota tim, anggota tim lain menyusun standar 3, standar 4, standar 5, dan stan-dar 6-7. Dengan demikian, sekurang-kurangnya terdapat 5 orang anggota tim kerja untuk menyelesaikan dokumen akreditasi yang diperlukan. Pembagian per standar ini relatif lebih efisien dibandingkan dengan pembagian tim kerja berdasarkan ben-tuk dokumen yang perlu ditulis; yakni, evaluasi diri, borang program studi dan bo-rang fakultas.

4. Membangun kepercayaan

Menulis atau menyajikan data dan informasi dalam dokumen untuk akreditasi pada hakikatnya berada dalam spektrum mengelola kegiatan komunikasi. Tulisan tidak lain adalah media komunikasi antara dua komunikan yaitu perguruan tinggi dan BAN-PT. Dalam sistem komunikasi media seringkali menghadirkan ‘noise’ yang menghambat kelancaran komunikasi antara dua arah. Pesan yang bagus bisa saja diterima jelek karena media yang digunakan mengandung banyak ‘noise’. Seba-liknya, pesan yang biasa-biasa saja bila sampaikan melalui media yang canggih dan jernih akan menghadirkan pesan positif bagi penerimanya.

Sejalan dengan prinsip komunikasi tersebut, dokumen akreditasi yang dikirim ke BAN-PT tidak bisa dibuat asal saja tanpa memperhatikan nuansa kepercayaan yang perlu disampaikan. Salah satu contoh kecil, dokumen akreditasi yang memuat infor-masi bagus tetapi dijilid sederhana dengan lakban hitam atau plastik spiral akan memberikan kesan kurang bonafid dan menurunkan tingkat kepercayaan pergu-ruan tinggi. Begitu pula, kesan rendah akan diberikan oleh asesor bila fotokopinya buram, penuh bercak hitam, atau di atas kertas koran yang kekuning-kuningan. Penjilidan dan kertas fotokopi ini masalah sepele tetapi secara nyata mempen-garuhi tingkat kepercayaan fihak yang diajak berkomunikasi.

Faktor lain yang mempengaruhi kelancaran komunikasi adalah kelengkapan data dan kemudahan akses oleh fihak lain pada saat membaca dokumen. Data tidak lengkap dan informasi yang tidak koheren atau bertentangan antara satu dengan lain memberikan kesan ketidak-cermatan program studi dalam berkomunikasi. Ser-ingkali dijumpai sebuah informasi dirujuk pada lampiran dan pembaca harus men-cari dokumen terkait dengan susah payah karena susunannya tidak sistematis. Hal ini juga menghadirkan kesan ketidak-profesionalan program studi dalam menyusun pesan yang ingin disampaikan.

Aspek kritis lain yang perlu diperhatikan untuk menanamkan kepercayaan adalah menghindari kebohongan. Seratus butir paparan kebenaran dan satu kebohongan saja yang ditemukan akan menggoyahkan keyakinan yang telah terbangun. Kebo-hongan dapat berbentuk paparan data yang tidak konsisten, informasi yang tidak nyata, dokumen penunjang yang dibuat-buat, atau penjelasan yang berupa karangan. Perlu digaris bawahi bahwa setiap informasi atau data yang disajikan dalam dokumen borang akreditasi harus didukung dengan pembuktian kebenaran-nya. Informasi yang berbuih-buih tetapi bila tidak ada dokumen pendukungnya di-anggap tidak ada. Dalam kaitannya dengan hal ini, maka lampiran dokumen yang lengkap dan disertakan dalam dokumen borang sangat penting untuk membangun kebenaran informasi. Sekalipun dalam borang tidak diharuskan melampirkan doku-

Halaman | 4

Page 5: Membangun Kesiapan Akreditasi

men penunjang, tidak ada salahnya bila asesor yang akan membaca dokumen bo-rang diberi penguat untuk meyakinkan bahaw informasi yang disajikan adalah be-nar.

5. Memahami standar akreditasi

Sejak tahun 2009 BAN-PT merestruktur indikator kinerja program studi yang dahukunya 15 standar dan dijadikan hanya 7 standar. Sekalipun jumlah standarnya lebih sedikit, jumlah butir yang dijadikan unit pengumpul data jauh lebih banyak. Ketujuh standar tersebut adalah:

Visi misi Tata Kelola Mahasiswa Pendidik dan tenaga kependidikan Kurikulum Pembiayaan, sarana dan prasarana Penelitian, abdimas dan kerjasama

Isi dari setiap standar sudah dijabarkan secara rinci berikut aspek yang dinilai dalam Buku 2: Standar dan Prosedur Akreditasi yang diterbitkan oleh BAN-PT. Se-tiap anggota tim kerja harus membaca dokumen ini sebelum mengumpulkan data dan mengisikannya dalam borang akreditasi.

Seperti yang disebutkan di atas bahwa setiap informasi yang ditulis hendaknya didukung dengan dokumen penunjang. Berdasarkan hakikat informasi yang dis-ajikan pada setiap standar, kebutuhan dokumen penunjang pada setiap standar ditabulasikan pada Tabel 2 yang berikut.

Tabel 2. Daftar dokumen penunjang untuk setiap standar pada borang akreditasi program studi

No.STANDAR BAN-PT (BO-RANG S-1 UNTUK PRO-

GRAM STUDI)

BAKU MUTU KUALITAS TERT-INGGI

DOKUMENTASI

1. VISI, MISI, DAN TUJUAN Pernyataan Sosialisasi

Kejelasan isi Time frame yang realistik Pemahaman oleh pimpinan,

staf, dosen dan mahasiswa

Peraturan institusi tentang visi, misi Rencana strategik (Renstra) Rencana operasional (Renop) Evaluasi Renstra dan Renop Surat undangan, hasil rapat, dll dalam

penyusunan Renstra/Renop/ evaluasi Laporan kegiatan sosialisasi (surat un-

dangan, bahan sosialisasi, rapat kerja, dll)

Banner, phamlet, leaflet, dll yang memuat pernyataan visi-misi.

Pemahaman pimpinan, staf, dosen, dan mahasiswa terhadap visi dan misi (dokumen setiap kegiatan yang men-jadikan visi-misi sebagai referensi kerja)

2. TATA PAMONG, KEPEMIMP-INAN, SISTEM PENGELO-LAAN, DAN PENJAMINAN MUTU Tata Pamong Kepemimpinan Sistem pengelolaan Penjaminan mutu Umpan balik Keberlanjutan (upaya

peningkatan calon ma-

Pengelolaan berjalan lancar dan akuntabel

Kegiatan POEC efektif Tersedianya sistem penjami-

nan mutu internal Terdapat mekanisme kegiatan

umpan balik Program kerja yang berkelan-

jutan untuk aspek mahasiswa, dosen, kerjasama, hibah kom-

Statuta Perguruan Tinggi Struktur organisasi, role functions, dan

mekanisme distribusi informasi yang terbakukan

Notulen/undangan rapat rutin antar pimpinan, staf, dosen, dan mahasiswa.

Dokumen manual mutu, petunjuk tek-nis, peraturan pelaksanaan, SOP, dan instrumen pengendalian manajemen.

Laporan ketercapaian target mutu yang

Halaman | 5

Page 6: Membangun Kesiapan Akreditasi

No.STANDAR BAN-PT (BO-RANG S-1 UNTUK PRO-

GRAM STUDI)

BAKU MUTU KUALITAS TERT-INGGI

DOKUMENTASI

hasiswa, manajemen, lulusan, kerjasama, PHK)

petisi, dll. ditentukan Program kerja berkelanjutan dan lapo-

ran realisasinya (surat, laporan, kue-sener, dll)

Umpan balik dari dosen, mahasiswa dan stakeholder

Kerjasama institusi dan program imole-mentasinya

Iklan rekrutmen mahasiswa, surat menyurat dengan alumni, surat penga-juan program PHK dan dokumen pro-posal, surat penunjukan menang, dll

Keberadaan perangkat lunak SIM.

3. KEMAHASISWAAN DAN LU-LUSAN Mahasiswa baru reguler

(daya tampung, se-leksi, lulus, jumlah lulu-san dan IPK minimum, maksimum, rata-rata, rentang IPK)

Masukan mahasiswa (reguler, transfer)

Mahasiswa non reguler (daya tampung, se-leksi, lulus tes)

Kegiatan mahasiswa di bidang akademik dan non akademik (semi-nar, workshop, peneli-tian, olah raga, seni)

Jumlah mahasiswa se-tiap angkatan dan pada setiap tahun kuliah (7 tahun)

Layanan kepada maha-siswa (konseling, bea siswa, kesehatan, soft skill, minat bakat, dll

Evaluasi lulusan (kiner-janya oleh pengguna jasa, metodenya, hasil laporannya, rating kin-erjanya, upaya tindak lanjut

Waktu tunggu lulusan, prosentasi yang bek-erja di bidang keil-muannya.

Keberadaan himpunan alumni (1. sumbangan dana, 2. sumbangan fasilitas, 3. Keterlibatan akademik, 4. Pengem-bangan jejaring, 5. Penyediaan fasilitas un-tuk kegiatan akademik)

Pendaftar/diterima (>500%); diterima/ registrasi (>95%)

Mahasiswa transfer/ reguler (<25%); beban dosen <13 sks

IPK >3,0; kejuaraan minat/bakat mahasiswa di tingkat lokal – internasional.

Lulus tepat waktu 4 th > 50%; DO < 6%.

Layanan akademik (1. pem-bimbingan, 2. soft skill) dan non akademik (3. minat, bakat, 4. bea siswa, 5. kese-hatan) berfrekuensi tinggi dan berkualitas.

Kualitas hasil pelacakan lulu-san (hasilnya terhadap 7 pa-rameter yang ditentukan)

Masa tunggu lulusan < 3 bln; kesesuaian kerja > 80%.

Partisipasi alumni untuk pengembangan akademik dan non akademik (5 indikator kegiatan)

Pedoman rekrutmen mahasiswa, lapo-ran kegiatan seleksi

Data kemahasiswaan dan prestasi akademik (sistem informasi manaje-men)

Dokumen peraturan tentang kelulusan dan DO, data penunjang (waktu, IPK) dan rate of DO.

Dokumen kegiatan untuk seluruh layanan akademik dan non akademik (laporan semester, students’ log book, laporan pusat layanan kesehatan, dst)

Dokumen pelacakan lulusan (kuesener, hasil analisis, pemanfaatannya) untuk 7 jenis kemampuan.

Sistem pengelolaan data lulusan (soft-ware) tentang waktu pemerolehan kerja, gaji awal, dan jenis pekerjaan.

Dokumen kegiatan alumni dalam mem-bantu almamater (kuitansi, tanda ter-ima, daftar hadir partisipasi, kerjasama, dan bukti fisik sumbangan buku, kom-puter, peralatan lab, dst.

4. SUMBER DAYA MANUSIA Sistem seleksi,

pengembangan, moni-toring dan evaluasi

Adanya pedoman tertulis lengkap tentang SDM dan monitoring/evaluasi

Jumlah dosen tetap S2/S3

Pedoman tertulis lengkap tentang sis-tem rekrutmen, peningkatan karir, mon-itoring/evaluasi keguatan tridarma, dan kode etik dosen dan tenaga adminis-

Halaman | 6

Page 7: Membangun Kesiapan Akreditasi

No.STANDAR BAN-PT (BO-RANG S-1 UNTUK PRO-

GRAM STUDI)

BAKU MUTU KUALITAS TERT-INGGI

DOKUMENTASI

Daftar dosen tetap dalam bidang keahlian dan di luar bidang kedahlian (nama, nidn, tgl lahir, jabatan akademik, gelar akademik, tingkat pen-didikan, dan bidang keahlian)

Aktifitas dosen tetap dan dosen tidak tetap (pengajaran, penelitian, pengabdian dan mana-jemen) dalam sks

Kegiatan pengajaran dosen tetap dan tidak tetap (bidang keahlian, mata kuliah, jumlah ke-las, rencana tatap muka, dan realisasinya)

Kegiatan tenaga ahli Program peningkatan

kualifikasi dosen Kegiatan ilmiah dosen

(seminar ilmiah, work-shop, peragaan) den-gan data lengkap waktu, tempat, sifat partisipasi)

Prestasi/reputasi dosen Keikutsertaan dosen

dalam organisasi pro-fesi

Tenaga kependidikan (pustakawan, teknisi, laboran, administrasi)

Upaya peningkatan kualifikasi SDM

>90%; S3 >40%; Lektor Kepala/Guru Besar >40%; Sertifikasi Dosen >40%

Rasio dosen sebidang dan mahasiswa 1:27-33 (IPS) atau 1:17-23 (IPA)

Rerata beban dosen per se-mester 11-13 sks

Tugas mengajar sesuai den-gan bidang keilmuannya.

Tingkat kehadiran dosen >95%

Dosen tetap tidak tetap: ra-sionya dengan yang sebidang <10%; mengajar sesuai den-gan keahliannya, kehadiran perkuliahan >95%

Jumlah tenaga ahli/pakar >12 orang

Jumlah dosen yang tugas be-lajar S2 dan S3 (koefisen S2=0,75 dan S3=1,25)

Jumlah dosen tetap sebidang yang mengikuti kegiatan ilmiah (penyaji=1 dan pen-dengar 0,25) dibagi jumlah seluruh dosen. Setiap dosen berpartisipasi = 4.

Jumlah dosen yang meme-nangkan program hibah yang difasilitasi oleh DIKTI.

Keterlibatan dosen dalam je-jaring masyarakat > 30%

Jumlah, tingkat pendidikan pustakawan (6 or), jumlah, kualitas dan kebukupan labo-ran/teknisi (kualitas) dan tenaga adminsitrasi (4 or).

Telah diupayakan kegiatan pengembangan SDM

trasi. Laporan implementasi pengembangan

dosen (umpan balik kinerja dosen/karyawan, kegiatan pelatihan, surat tu-gas belajar, seminar, penelitian, dll)

Bio data semua dosen tetap atau tidak tetap (lengkap dengan bidang keil-muan, kegiatan ilmiah, keterlibatan di asosiasi profesi/kegiatan ke-masyarakatan, pengalaman mengajar, dll.)

Ijasah dosen dari seluruh pendidikan yang diperoleh

Laporan kinerja dosen (instrumen dan hasil analisis kinerjanya keseluruhan)

Daftar tenaga ahli/pakar dan bukti keterlibatannya (surat undangan, kepu-tusan pimpinan.

Kumpulan makalah dan sertifikat ke-hadiran dosen dalam kegiatan seminar/lokakarya

Proposal, hasil laporan, atau keputusan Dikti atas program hibah yang dime-nangkan oleh dosen (penelitian, pengabdian masyarakat, atau program hibah lainnya).

Riwayat hidup tenaga pustakawan, lab-oran, teknisi, dan tenaga adminsitratif beserta ijasah terakhir yang dimiliki.

Dokumen program pengembangan SDM sesuai dengan prioritas dan bukti imple-mentasinya.

SIM pengelolaan SDM

5. KURIKULUM, PEMBELA-JARAN DAN SUASANA AKADEMIK Deskripsi kompetensi

lulusan Struktur kurikulum

(mata kuliah wajib/pili-han)

Sajian mata kuliah per semester

Mata kuliah pilihan Substansi praktrek/

praktikum Peninjauan kurikulum Pelaksanaan proses

pembelajaran Pembimbingan

akademik mahasiswa Pembimbingan skripsi

mahasiswa Upaya perbaikan sist-

Kurikulum bermuatan kompe-tensi (Kepmen 034/U/2002)

Pengembangannya berdasarkan visi dan misi in-stitusi

Mata kuliah bermuatan kom-petensi

Penilaian untuk mata kuliah sebagian besar didasarkan atas tugas (bukan ujian ter-tulis) >50%.

Keberadaan deskripsi, silabus dan SAP untuk setiap mata kuliah >95%.

Mata kuliah pilihan >9 sks dan disajikan minimal 18 sks dalam kurikulum

Kecukupan pelaksanaan prak-tikum dan keberadaan modul kerja mahasiswa

Keterlibatan stakeholder

Peraturan/kebijakan pengembangan kurikulum yang berlaku di institusi

Dokumen kurikulum yang telah dis-ahkan oleh Rektor/Dekan

Pernyataan tujuan kurikuler, mata ku-liah dalam struktur kurikulum, status mata kuliah (pilihan/wajib), dan GBPP

Sebaran kurikulum setiap semester, sil-abi, dan buku pustaka, sifat (kuliah/praktikum/praktek, penunjang kegiatan kurikuler (paper, PR, diskusi, dll)

Dokumen peninjauan kurikulum (SK tim kerja, undangan, daftar hadir, resume rapat, dan produk akhir)

Dokumen revisi kurikulum (bila ada) un-tuk perbaikan silabi, pencantuman buku baru, untuk penyesuaian dengan materi baru.

Berita acara perkuliahan, daftar hadir mahasiswa, daftar hadir dosen, hasil tabulasi kegiatan perkuliahan dosen,

Halaman | 7

Page 8: Membangun Kesiapan Akreditasi

No.STANDAR BAN-PT (BO-RANG S-1 UNTUK PRO-

GRAM STUDI)

BAKU MUTU KUALITAS TERT-INGGI

DOKUMENTASI

edm pembelajaran se-lama tiga tahun ter-akhir

Upaya peningkatan suasana akademik

dalam peninjauan kurikulum dan alasan peninjauannya

Pemutakhiran muatan kuriku-lum sesuai dengan kemajuan ilmu/teknologi

Adanya kegiatan monitoring dan evaluasi atas kinerja akademik (dosen dan maha-siswa)

Materi ajar disusun dalam se-buah tim dengan masukan dari berbagai sumber

Soal ujian berkualitas dan sesuai dengan GBPP

Bimbingan mahasiswa setiap dosen <20 mahasiswa; dan jumlah pertemuan > 3 x.

Pelaksanaan bimbingan sesuai dengan pedoman; dan terlaksana secara efektif.

Adanya pedoman pembimbin-gan skripsi yang komprehen-sif dan disosialisasikan secara intensif.

Bimbingan skripsi setiap dosen <4 orang mahasiswa; frekuensinya > 8x; dan dise-lesaikan < 6bln

Kualifikasi pembimbing skripsi minimal S2 dan sesuai den-gan bidang keilmuannya.

Ada upaya perbaikan sistem pembelajaran untuk 5 aspek (matreri, mertode pembela-jaran, teknologi, evaluasi)

Adanya otonomi keilmuan, kegiatan akademik yang kon-dusif (interaksi dosen, maha-siswa, kegiatan ilmiah, dll), dan hasil nyata

Adanya upaya pengemban-gan perilaku ilmuwan

atau laporan semester. Laporan kinerja dosen dalam perkulia-

han (kuesener dan hasil pengolahan datanya)

Dokumen penyusunan materi ajar (un-dangan rapat, hasil, dan masukan ter-tulis dari dosen lain)

Soal ujian, mid semester, handout perkuliahan, paper perkuliahan, peker-jaan rumah, laporan kegiatan diskusi, dll.

Keputusan penugasan pembimbingan bagi setiap dosen PA dan mahasiswa yang dibimbing.

Pedoman bimbingan akademik yang berlaku, kartu pembimbingan/berita acara pembimbingan/students’ logs

Pedoman penulisan skripsi, dan kegiatan sosialisasinya (daftar hadir briefing mahasiswa)

Keputusan pembimbingan skripsi untuk setiap dosen (termasuk jenjang pen-didikannya) dan daftar mahasiswa yang dibimbing

Buku bimbingan skripsi (memuat tang-gal SK pembimbingan, berita acara pembimbingan, tanggal persetujuan akhir pembimbingan oleh dosen)

Laporan kegiatan lokakarya pen-ingkatan mutu akademik (daftar hadir, makalah, kesimpulan, dll)

Program kerja dan laporan/proposal kegiatan seminar, lokakarya, diskusi terbatas, dll tentang peningkatan mutu akademik dan peningkatan perilaku il-muwan yang dihadiri oleh dosen dan mahasiswa.

6. PEMBIAYAAN, PRASARANA, SARANA DAN SISTEM IN-FORMASI Pengelolaan dana Perolehan dan alokasi/

penggunaan dana Alokasi dana untuk

penelitian dan pengab-dian masyarakat

Prasarana (jumlah dan luas) yang terdiri atas ruang kerja dosen, lab-oratorium, perpus-takaan, perkantoran, olah raga, ruang alumni, kesehatan, dll.

Akses sarana untuk kegiatan akademik dan non akademik

Perencanaan alokasi anggaran oleh program studi secara otonomi

Besaran anggaran Rp 18 jt per tahun per mahasiswa

Anggaran penelitian untuk 3 th setiap dosen sebesar Rp 3 jt dan abdimas Rp 1,5 jt se-tiap tahun.

Ruang dosen bagi setiap dosen teralokasikan >4M2 (li-hat perhitungan koefisien)

Prasarana perkantoran, labo-ratorium, perpustakaan, olah raga, ruang alumni, kese-hatan, dll lengkap

Bahan pustaka: buku teks >400 jdl, disertasi/thesis >200 jdl, jurnal terakreditasi

Dokumen perencanaan anggaran tahu-nan untuk program studi

Bukti fisik ketersediaan prasarana ru-ang dosen, laboratorium, perpustakaan, ruang kelas, perkantoran, olah raga, ke-sehatan, ruang alumni, dll

Bukti fisik keberadaan buku teks, jurnal ilmiah nasional/internasional, thesis/ disertasi, prosidings,

Bukti fisik adanya SIM yang berjalan efektif, keberadaan hardware dan soft-ware untuk pengelolaan data on-line, dan keberadaan program e-learning.

Halaman | 8

Page 9: Membangun Kesiapan Akreditasi

No.STANDAR BAN-PT (BO-RANG S-1 UNTUK PRO-

GRAM STUDI)

BAKU MUTU KUALITAS TERT-INGGI

DOKUMENTASI

Akses terhadap sistem informasi untuk pen-gelolaan data

DIKTI >3 jdl (nomor lenkap), jurnal internasional >2 jdl (nomor lengkap), prosiding seminar tiga tahun terakhir 9 jdl,

Akses penggunaan perpus-takaan luar yang berkualitas.

Ketersediaan sarana di labo-ratorium, kesehatan, rumah kaca, dll lengkap dan berfungsi baik.

Adanya sistem informasi yang handal (terkoneksi ke semua lini kerja), layanan perpus-takaan telah on-line, adanya program e-learning.

SIM memenuhi standar (i) computerized, (ii) sistem jaringan WAN

7. PENELITIAN, PELAYANAN/PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT, DAN KER-JASAMA Produktivitas dosen

dalam kegiatan peneli-tian dan kegiatan ilmiah lainnya.

Produktivitas dosen dalam kegiatan pengabdian masyarakat

Jumlah dan mutu kegiatan kerjasama un-tuk peningkatan tri darma.

Jumlah penelitian dengan sumber dana dari dalam dan luar perguruan tinggi (lihat perhitungan koefisien). Jum-lah dosen tetap difungsikan sebagai denominator.

Keterlibatan mahasiswa dalam penelitian dosen untuk tugas akhir >25%.

Jumlah artikel ilmiah yang dit-ulis dosen dengan bobot berjenjang (internasiopnal, nasional, lokal). Jumlah dosen tetap difungsikan sebagai de-nominator (NK=6).

Selama tiga tahun terakhir terdapat karya program studi/institusi memperoleh 2 karya HAKI

Jumlah pengabdian masyarakat dengan dana di dalam dan luar institusi. (lihat perhitungan koefisien) Dosen tetap difungsikan sebagai de-nominatior (NK=1).

Keterlibatan mahasiswa dalam kegiatan abdimas.

Kegiatan kerjasama dengan instansi lain di dalam dan luar negeri dan program berjalan baik.

Dokumen hasil penelitian dan pengab-dian masyarakat

Bukti sumber dana dari luar institusi na-sional atau internasional.

Bukti keterlibatan mahasiswa dalam kegiatan penelitian dan pengabdian masyarakat

Dokumen penerbitan artikel ilmiah dosen di jurnal ilmiah lokal, nasional, atau internasional.

Keputusan Dirjen Hak Paten tentang karya yang telah dipatenkan

Dokumen MOU dengan institusi lain di dalam maupun di luar negeri.

Laporan kegiatan yang terkait dengan MOU yang telah dibuat.

6. Menghadapi asesor

Asesor yang direkrut oleh BAN-PT khususnya berasal dari perguruan tinggi yang ni-lai akreditasi program studi tempat homebase asesor berperingkat ‘A’. Karena nilai ‘A’ lebih diperoleh oleh PTN, maka asal asesor juga lebih banyak dari para dosen di lingkungan PTN. Untuk menyamakan persepsi tentang konsep akreditasi dan tata

Halaman | 9

Page 10: Membangun Kesiapan Akreditasi

cara penilaian, BAN-PT memberikan pelatihan tentang hal dimaksud selama 1 hari penuh. Kegiatan ini juga difungsikan sebagai tes kompetensi bagi calon asesor.

Penugasan asesor oleh BAN-PT sejak tahun 2001 sudah disesuaikan dengan bidang keilmuan yang dimilikinya. Biasanya setiap perintah jalan seorang asesor hanya diberi tugas untuk menilai sebanyak-banyaknya 2 program studi yang berlokasi yang berbeda dengan domisili asesor. Dalam melaksanakan tugas kerjanya, asesor bekerja secara kerja tim yang terdiri atas 2 (dua) orang yang dipasangkan secara acak dan bergantian.

Serkalipun mereka mendapat pelatihan intensif dan briefing operasional pada se-tiap acara penugasan, kompetensi asesor tentang tugas kerjanya tidak sama. Perbedaan tersebut bersumber dari berbagai faktor; yang di antaranya adalah pen-galaman kepemimpinan di perguruan tinggi, visi profesional sebagai asesor, tempat asal perguruan tinggi atau kota, dan perbedaan kepribadian sebagai individu.

Asesor yang mempunyai pengalaman menjadi pimpinan di perguruan tinggi mem-punyai kompetensi lebih dibandingkan dengan mereka yang hanya bertugas seba-gai dosen saja. Sebagai pimpinan, mereka tentu mempunyai pengetahuan yang cukup bagaimana mengendalikan mutu pendidikan tinggi. Semakin berpenge-tahuan dan berpengalaman biasanya mereka semakin tinggi tingkat kebijakan yang dimilikinya, Berbeda dengan yang tidak pernah menjabat sebagai pimpinan pergu-ruan tinggi, seorang asesor hanya mengandalkan materi briefing yang disampaikan oleh majlis BAN-PT pada saat pelatihan atau briefing kerja. Karena pengetahuan dan pengalaman yang terbatas, mereka berkecenderungan otoriter dalam mengen-dalikan komunikasinya dengan pimpinan program studi.

Begitu pula, asesor yang muda usia atau muda sebagai asesor seringkali menun-jukkan arogansinya ketimbang kebijakan yang dimilikinya. Jabatan asesor bisa jadi dianggap sebagai ketenaran, kebanggaan, kekuasaan, dan menempatkan dirinya dalam derajat yang lebih tinggi. Mereka bersikap seolah-olah yang paling menge-tahui tentang manajemen pendidikan dan paling memahami praktek sistem pen-jaminan mutu sehingga pendapatnya adalah yang paling benar.

Kondisi perilaku asesor yang demikian tersebut adalah fakta sekalipun dalam brief-ing dan pelatihan selalu ditekankan bahwa asesor adalah peer atau mitra kerja yang berposisi setara dengan fihak yang dikunjungi. Dalam melakukan visitasi tu-gas asesor hanya mengumpulkan data tambahan atau mengklarifikasi isi borang yang informasinya meragukan. Dalam menjalin komunikasi dengan pimpinan per-guruan tinggi, perilaku menghakimi dengan mengatakan ‘ini salah’ atau ‘tidak be-tul’. Tetapi, perilaku sebaliknya banyak ditemui di lapangan.

Tidak ada strategi tertentu untuk menghadapi asesor yang berilaku arogan tersebut kecuali memberikan layanan yang sebaik-baiknya dengan memberikan informasi dan dokumen yang mereka perlukan. Bila perilaku asesor yang tidak profesional tersebut berpengaruh pada pemberian nilai akreditasi yang merugikan, maka BAN-PT memberikan kesempatan kepada program studi untuk melakukan banding nilai selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah keputusan diterima. Untuk itu, pada saat diselenggarakannya kegiatan visitasi, program studi dapat mendokumen-tasikan perlaku asesor dalam bentuk audio atau vedeo. Rekaman tersebut dapat berfungsi meyakinkan majlis BAN-Pt bahwa telah terjadi ketidak-profesionalan seo-rang asesor dalam menjalankan tugas dan kewajibannya.

7. Penutup

Ungkapan yang dituliskan di atas merupakan deskripsi pengalaman penulis sebagai asesor selama kurang lebih 9 (sembilan) tahun. Banyak sekali program studi yang

Halaman | 10

Page 11: Membangun Kesiapan Akreditasi

menyiapkan proses akreditasi secara instan. Hal ini terlihat jelas dari kualitas infor-masi yang dituliskan dalam borang yang tidak didukung dengan fakta lapangan. Dalam beberapa kesempatan, seringkali ditemukan oleh penulis bahwa pernyataan visi dan misi yang dituliskan di borang tidak mempunyai dokumen referensi. Perny-ataan visi dan misi yang ada hanya diciptakan untuk kegiatan akreditasi saja dan bukan difungsikan sebagai instrumen pokok dalam pengembangan rencana strate-gik program studi.

Menyiapkan akreditasi program studi memang memerlukan kerja keras dan persia-pan yang sangat teliti. Diakui oleh banyak fihak bahwa dengan instrtumen baru saat ini untuk memperoleh peringkat akreditasi ‘B’ (nilai 300) sangat susah. Tetapi melalui persiapan yang matang peringkat tersebut pasti akan dapat diperoleh.

Terdapat sejumlah butir indikator pada standar yang tidak bisa dikendalikan atyau dikotak-katik karena sifatnya fixed (beku); misalnya, standar dosen, standar sarana, prasarana dan pembiayaan; namun, standar lainnya masih bisa dikelola secara op-timal. Standar visi dan misi, standar tata kelola, standar mahasiswa, standar kuriku-lum, dan standar penelitian/abdimas/kerjasama bisa dioptimalkan dengan menyiap-kan informasi dan dokumen pendukung. Penilaian terhadap standar yang dise-butkan terakhir lebih banyak ditekankan pada sistem pelaksanaan akademik dan kualitas pengelolaannya.

Perlu disebutkan bahwa untuk akreditasi program Sarjana (S-1) bobot untuk stan-dar yang bisa dikendalikan tersebut sebesar 62,55%. Sehingga, bila informasi butir borang pada standar yang dapat dikotak-katik tersebut dioptimalkan untuk menda-pat nilai rata-rata sebesar 3,40 dan pada standar yang fixed tersebut rata-rata mendapat nilai sebesar 2,35, maka nilai total yang dapat dikumpulkan adalah 300,68 (peringkat B).

Dalam beberapa hal, tidak dapat dipungkiri bahwa subyektivitas asesor sangat tinggi dalam memberikan nilai. Membangun kesan kesiapan, kualitas, dan manaja-men yang efektif di hadapan para asesor adalah penting. Kesan negatif asesor san-gat berpengaruh pada pemberian nilai yang rendah. Sebaliknya, kesan positif akan mendorong asesor ‘membantu’ program studi untuk memperoleh peringkat akredi-tasi yang relatif lebih bagus. Sementara itu, untuk mendapatkan asesor yang profe-sional, knowledgable, dan penuh pengertian di luar kemampuan program studi karena penugasannya oleh BAN-PT juga diacak. Tetapi, Allah subhanahu wa Taala maha mengetahui, dan tidak ada salahnya bila pengajuan akreditasi dibarengi den-gan berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar mendapatkan kemudahan dan kelancaraan dalam rangka mencapai yang terbaik.

Bandung, 28 Maret 2011

MFA ([email protected])

Halaman | 11