memahami perbedaan budaya

Upload: evelina-debora-damanik

Post on 06-Jul-2018

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/17/2019 Memahami perbedaan budaya

    1/11

     

    MEMAHAMI PERAN BUDAYA

    (UNDERSTANDING THE ROLE OF CULTURE)

    I. 

    Pendahuluan

    Kata “globalisasi” merupakan istilah yang sangat populer pada beberapa

    dekade tarakhir ini. George C. Lodge1 mendefinisikan globalisasi sebagai suatu proses

    dimana masyarakat dunia menjadi semakin terhubungkan (interconnected ) satu sama

    lainnya dalam berbagai aspek kehidupan mereka baik dalam hal budaya, ekonomi,

     politik, teknologi, maupun lingkungan. Akibatnya, dunia saat ini telah menjadi sebuah

     pasar global, bukan hanya untuk barang dan jasa, tetapi juga untuk penyediaan modal

    dan teknologi. Dengan kemajuan teknologi informasi yang sangat pesat di era ini,

    interaksi manusia dari berbagai belahan dunia menjadi sangat mudah. Setiap detik

    selama 24 jam setiap hari manusia berkomunikasi dan berinteraksi dengan manusia

    lain dari berbagai belahan dunia lain melalui media atau pertemuan langsung.

    Semakin banyak orang-orang yang bepergian ke negara lain, baik untuk urusan bisnis,

     pekerjaan, belajar atau liburan. Kondisi ini mengakibatkan terjadinya interaksi antar

     budaya.

    Susumu Yoshida, General Manager Corporate Planning & Coordination

    Office Sumitomo Chemical Co., Ltd. menjelaskan bahwa strategi perusahaan untuk

    merambah bisnis global bukanlah lagi sebuah pilihan tetapi sebuah keharusan untuk

    dapat terus berlangsung hidup2. Akibat strategi perusahaan demikian, semakin banyak

     perusahaan-perusahaan lokal yang mengembangkan bisnisnya ke negara-negara lain

    1 Lodge, George C. Managing Globalization in the Age of Interdependence, Warren Bennis Executive

    Briefing series, 1st Edition. Kuala Lumpur: Golden Books Centre. 1995. Hal 1.2 Yoshida, Susumu. Sumitomo Chemical’s Competitive Strategy in a Global Economy. Paper. 28

    Februari 2002. Hal. 11

  • 8/17/2019 Memahami perbedaan budaya

    2/11

     

    1

    sehingga banyak perusahaan multinasional terbentuk di berbagai negara. Sebagai

    konsekwensi, semakin banyak pekerja dan profesional asing bekerja di suatu negara.

    Jumlah tenaga kerja asing di berbagai perusahaan lokal maupun multinasionalpun

    semakin hari semakin meningkat. Kondisi inipun mengakibatkan terjadinya interaksi

    antar budaya.

    Interaksi antar budaya di perusahaan tersebut bila tidak dikelola berpotensi

    menimbulkan permasalahan dan konflik akibat adanya keanekaragaman dalam cara

     pandang dan pendekatan perilaku individu-individu yang terlibat dalam menghadapi

    suatu hal. Misalnya saja, dalam suatu budaya berkata dan bertindak kasar merupakan

    hal yang biasa, sementara dalam budaya lainnya hal tersebut dirasakan sebagai

     penghinaan. Sebagaimana yang terjadi dalam kasus pada PT. Drydock World Graha

    di Batam di mana umpatan seorang supervisor ‘India’ yang mengatakan pekerja

    Indonesia ‘stupid’  direspon secara emosional oleh pekerja Indonesia yang berujung

     pada perkelahian antara pekerja asing ‘India’ dengan pekerja Indonesia. Akibatnya,

     berbagai fasilitas perusahaan rusak terbakar dan puluhan tenaga kerja asing

    dievakuasi dari Batam.

    Mempertimbangkan dampak-dampak yang dapat terjadi bila seorang

    expatriate, khususnya seorang manajer yang bekerja di perusahaan multinasional,

    tidak dapat mengelola keanekaragaman budaya tersebut maka dipandang penting

    untuk memperlengkapi para expatriate, termasuk para manajer yang ditempatkan di

    negara lain mengenai pemahaman budaya lokal, dengan kemampuan menilai cultural

    variable yang relevan dan kemampuan mengembangkan cultural profile dari berbagai

    negara sehingga mereka dapat berinteraksi, me-manage dan melakukan pengambilan

    keputusan yang efektif.

  • 8/17/2019 Memahami perbedaan budaya

    3/11

     

    2

    II. 

    Pembahasan

    Seberapa besar pun perusahaan multinasional yang beroperasi di suatu negara,

    seharusnya ia tidak mengabaikan keberadaan budaya setempat serta dampaknya

    terhadap lingkungan bisnis internasional. Para manajer-nya yang mengelola orang dan

     proses di negara lain tersebut dituntut untuk memiliki pengetahuan tentang variabel

     budaya yang mempengaruhi keputusan manajemen (culture savy). Jika mereka

    mengabaikan budaya di negara-negara tempat perusahaannya beroperasi, maka cepat

    atau lambat perusahaan tersebut tidak akan bertahan, yang pada akhirnya tentunya

    dapat merugikan kelangsungan perusahaan itu sendiri. Banyak riset menunjukkan

     banyak “kegagalan yang tidak perlu” terjadi karena sebab-sebab kurangnya

    sensitivitas budaya (cultural sensitivity)3. Sensitivitas budaya atau lebih dikenal

    dengan empati budaya (cultural empathy) merupakan suatu kesadaran serta perhatian

    tulus atas budaya lain. Sensitivitas semacam itu membutuhkan kemampuan untuk

    memahami perspektif dan sudut pandang orang lain yang hidup dalam sistem

    masyarakat yang juga berbeda.

    Secara umum, budaya (culture) dari suatu masyarakat (society) adalah

    sejumlah kesamaan (shared)  pada nilai-nilai (values)  yang melandasi perilaku

     bersama, asumsi-asumsi (assumptions) akan sebab akibat, serta tujuan-tujuan (goals)

     bisnis yang dipelajari dari generasi sebelumnya, yang diterapkan oleh generasi

    sekarang, serta diturun-temurunkan kepada generasi berikutnya. Cara pandang yang

    sama ini menyebabkan adanya kesamaan dalam sikap-sikap, aturan-aturan

    3 Deresky, Helen. International Management: Managing Across Borders and Cultures, Text and Cases.

    7th Edition. New Jersey : Prentice Hall. 2011. Hal 105.

  • 8/17/2019 Memahami perbedaan budaya

    4/11

     

    3

     pelaksanaan, serta ekspektasi yang secara tidak sadar (subconsciously) yang

    mengarahkan dan mengendalikan norma-norma perilaku. Para manajer internasional

    yang ditempatkan pada anak perusahaan di negara lain perlu mengetahui bahwa

    mereka akan berhadapan dengan perbedaan-perbedaan perilaku, baik yang kecil

    maupun yang besar, di antara individu dan kelompok di dalam organisasinya.

    Gambar 1: Variabel Lingkungan yang Mempengaruhi Fungsi Manajemen

    Deresky memetakan 4 (empat) variabel yang mempengaruhi perilaku kerja

    individu dan kelompok karyawan suatu organisasi4, sebagaimana digambarkan dalam

    gambar 1 di atas:

    1. 

    Sikap (attitudes)

    a. 

    Pemaknaan terhadap kerja

     b. 

    Penghargaan terhadap waktu

    c. 

    Cara pandang materialisme

    d. 

    Kebebasan individual yang dihargai

    e. 

    Sikap terhadap perubahan

    2. 

    Variabel Budaya (cultural variables)

    a. 

     Nilai-nilai

     b. 

     Norma-norma

    4 Ibid. Hal

  • 8/17/2019 Memahami perbedaan budaya

    5/11

     

    4

    c.  Keyakinan

    3.  Variabel Nasional (national variables)

    1.  Sistem ekonomi

    2. 

    Sistem hukum

    3. 

    Sistem politik

    4. 

    Situasi fisik

    5. 

    Kemampuan teknologi

    4. 

    Variabel sosiobudaya

    a. 

    Peran agama dan kekuatan keyakinan

     b. 

    Tingkat dan penghargaan terhadap pendidikan

    c.  Tingkat penguasaan tata bahasa

    Efek budaya pada fungsi-fungsi manajemen akan sangat terlihat ketika suatu

     pihak berusaha menerapkan nilai dan sistemnya sendiri kepada masyarakat lain,

     bahkan dalam satu organisasi. Perbedaan hingga pertentangan dapat timbul dari

    interaksi yang tidak dilandasi oleh pendekatan untuk saling memahami tersebut. Cara

    menilai masyarakat lain yang tanpa disadari menggunakan budayanya sendiri sebagai

    acuan disebut sebagai self-reference criterion. Kondisi ini dapat merugikan organisasi

    itu sendiri dan pada akhirnya berpotensi memecah belah organisasi tersebut.

    Langkah awal bagi para manajer bisnis internasional untuk memahami budaya

    masyarakat lain adalah dengan pertama-tama memahami budayanya sendiri. Setelah

    memahami budayanya sendiri, langkah selanjutnya untuk dapat membangun

    hubungan lintas budaya (cross-cultural) secara efektif adalah mengembangkan

    sensitivitas budaya (cultural sensitivity). Pada tahap kedua ini, para manajer tidak

    hanya memahami variabel budaya berikut efeknya pada perilaku kerja, tetapi perlu

  • 8/17/2019 Memahami perbedaan budaya

    6/11

     

    5

    menghargai (appreciate) keragaman budaya (cultural diversity) serta memahami

     bagaimana cara membangun hubungan kerja yang konstruktif (constructive

    relationship) di mana pun ia ditugaskan. Dengan memiliki sensitivitas budaya,

    manajer internasional akan terhindar dari sikap parokialisme – kecenderungan

    memandang dunia melalui perspektifnya dan etnosentrisme - adalah kecenderungan

    memandang bahwa caranya melakukan sesuatu merupakan cara terbaik, tanpa

    memandang tempat dan di bawah kondisi apa hal tersebut diterapkan.

    Mempertimbangkan banyaknya variasi budaya dan sub-budaya di dunia, untuk

    seorang manajer dapat memiliki pemahaman tentang sifat spesifik dari orang-orang

    tertentu dan mengantisipasi kemungkinan efek dari budaya asing dalam pengaturan

    organisasi sehingga ia dapat mengelola sumber daya manusia secara produktif,

    seorang manajer perlu mengembangkan cultural profile dari setiap negara atau daerah

    tempat perusahaannya melakukan bisnis. Untuk dapat mengembangkan cultural

     profile, manajer perlu memahami variabel budaya (cultural variable) yang universal

    di semua budaya dan merujuk pada hal tersebut ia dapat mengidentifikasi perbedaan

    spesifik yang ada dalam setiap negara atau orang serta mengantisipasi implikasi hal

    tersebut di tempat kerja. Cultural variable merupakan hasil dari shared value yang

    unik dalam sekelompok orang yang berbeda. Yang dimaksud dengan value  adalah

    keyakinan yang dimiliki oleh masyarakat yang terkait dengan apa yang benar dan apa

    yang salah, apa yang baik dan apa yang buruk, apa yang penting dan tidak penting.

    Value  akan menentukan bagaimana individu akan berespon dalam suatu situasi

    tertentu.Selanjutnya, ia perlu menerapkan contingency management  yaitu beradaptasi

    atau menyesuaikan dengan lingkungan dan orang-orang setempat.

    Manajer dapat memperoleh informasi tentang cultural variables  dari riset,

    observasi pribadi dan diskusi dengan orang lain. Dari sumber tersebut manajer dapat

  • 8/17/2019 Memahami perbedaan budaya

    7/11

     

    6

    mengembangkan cultural profiles  dari berbagai negara – meliputi gambaran

    mengenai lingkungan kerja, sikap dan norma perilaku. Profil tersebut sangat

    generalis; namun manajer dapat menggunakan profil ini untuk mengantisipasi

     perbedaan pada tingkat motivasi, komunikasi, etika, loyalitas, produktivitas individu

    dan kelompok yang mungkin dihadapi dalam negara tersebut. Dengan demikian,

    mereka dapat me-manage dengan lebih efektif.

    Di lain sisi, seorang manajer perlu menyadari bahwa melakukan generalisasi

    cultural profile  dapat menyebabkan stereotipe tentang budaya nasional. Beberapa

    negara terdiri dari sub-budaya yang berbeda yang hanya menunjukkan kesesuaian

     pada beberapa hal dengan budaya nasionalnya. Untuk itu, seorang manajer yang baik

    adalah yang memperlakukan seseorang sebagai individu dan secara sadar

    menghindari stereotipe. Namun cultural profile merupakan awal yang baik yang dapat

    membantu manajer untuk mengembangkan beberapa ekspektasi sementara sebagai

    latar dalam memimpin di setting internasional.

    Geert Hofstede, seorang peneliti Belanda melakukan studi mengenai

     bagaimana budaya dalam negara-negara adalah sama dan berbeda. Ia

    mengembangkan sebuah instrumen dan melaksanakan survei di 40 negara. Sejumlah

    116.000 instrumen survei dikembalikan dan dianalisis. Dalam penelitiannya, Hofstede

    menemukan lima dimensi budaya yang diidentifikasi sebagai penjelasan perbedaan

    dan persamaan dalam negara-negara termaksud, yaitu:

    1. 

    Power distance: sejauh mana suatu masyakat menerima pembagian kekuasaan

    yang tidak seimbang dalam organisasi

    2. 

    Uncertainty avoidance: sejauh mana suatu masyarakat bersedia menerima resiko

    serta ketidakpastian situasional

  • 8/17/2019 Memahami perbedaan budaya

    8/11

     

    7

    3.   Individualism-collectivism: sejauh mana suatu masyarakat menekan kepentingan-

    lepentingan individu dibandingkan dengan nilai-nilai bersama atau kelompok

    4.   Masculity-femininity: sejauh mana suatu masyarakat menekankan prestasi dan hal-

    hal material dibandingkan dengan perhatian yang lebih besar pada hubungan

    manusiawi serta perasaan.

    5. 

    Short-term-long orientation: sejauh mana masyarakat menekankan pertimbangan

    masa depan dibadingkan dengan perhatian besar pada masa lalu dan sekarang

    Selanjutnya, program penelitian Global Leadership and Organizational

    Behavior Effectiveness (GLOBE) mengembangkan kerja Hofstede dengan

    menyelidiki perilaku kepemimpinan lintas budaya. Dengan menggunakan data lebih

    dari 18.000 manajer di 62 negara, tim peneliti GLOBE (dipimpin oleh Robert House)

    mengidentifikasi sembilan dimensi yang membedakan budaya nasional. Dua dimensi

    (jarak kekuasaan /  power distance  dan penghindaran ketidakpastian / uncertainty

    avoidance) sesuai dengan yang dikemukakan Hofstede. Empat dimensi berikutnya

    mirip dengan yang dikemukakan Hofstede (ketegasan / assertiveness yang mirip

    dengan prestasi / achievement, orientasi manusiawi / humane orientation yang mirip

    dengan dimensi memelihara / nurturing, orientasi masa depan /  future orientation 

    yang mirip dengan orientasi jangka panjang / long term orientation, dan kolektivisme

    kelembagaan / institutional collectivism, yang mirip individualism / individualism –

    kolektivisme / collectivism). Tiga lainnya (diferensiasi jender / gender differentiation,

    kolektivisme dalam kelompok / in-group collectivism, dan orientasi kinerja /

     performance orientation) menawarkan wawasan tambahan ke dalam budaya nasional.

    Berikut adalah penjelasan dari sembilan dimensi tersebut:

  • 8/17/2019 Memahami perbedaan budaya

    9/11

     

    8

    1.  Power distance  / jarak kekuasaan: sejauh mana anggota masyarakat

    mengharapkan kekuasaan untuk tidak terbagi secara merata.

    2.  Uncertainty avoidance / penghindaran ketidakpastian: ketergantungan masyarakat

    terhadap norma-norma dan prosedur sosial untuk meringankan ketidakpastian

     peristiwa masa depan.

    3. 

     Assertiveness  / ketegasan: sejauh mana masyarakat mendorong orang untuk

    menjadi tangguh, konfrontatif, tegas, dan kompetitif ketimbang sederhana dan

    lembut.

    4. 

     Humane orientation  / orientasi manusiawi: sejauh mana masyarakat mendorong

    dan menghargai individu untuk menjadi adil, altruistis  / bersifat mementingkan

    kepentingan orang lain, murah hati, peduli, dan baik kepada orang lain.

    5.  Future orientation/orientasi masa depan: sejauh mana masyarakat mendorong dan

    menghargai perilaku yang berorientasi masa depan, seperti perencanaan, investasi

    di masa depan dan menunda kepuasan.

    6. 

     Institutional collectivism  / kolektivisme kelembagaan: sejauh mana individu

    didorong oleh lembaga-lembaga kemasyarakatan untuk diintegrasikan ke dalam

    kelompok-kelompok dalam organisasi dan masyarakat.

    7. 

    Gender differentiation  / diferensiasi jender: sejauh mana masyarakat

    memaksimalkan perbedaan peran jenis kelamin yang diukur dengan berapa

     banyak wanita yang memiliki status dan tanggung jawab pengambilan keputusan.

    8. 

     In-group collectivism  / kolektivisme dalam kelompok: sejauh mana anggota

    masyarakat bangga sebagai anggota dalam kelompok-kelompok kecil, seperti

    keluarga dan lingkaran teman-teman dekat, dan organisasi di mana mereka

     bekerja.

  • 8/17/2019 Memahami perbedaan budaya

    10/11

     

    9

    9.  Performance orientation  / orientasi kinerja: sejauh mana masyarakat mendorong

    dan menghargai anggota kelompok untuk perbaikan kinerja dan keunggulan.

    Sedangkan berdasarkan penelitian Trompenaar terhadap 15.000 manajer dari

    28 negara yang mewakili 47 budaya nasional, diperoleh gambaran dimensi budaya

    sebagai berikut:

    1. 

    Universalisme versus Partikularisme. Universalisme adalah keyakinan dimana ide

    dan praktek dapat diterapkan dimanapun tanpa modifikasi. Sedangkan

     partikularisme adalah keyakinan dimana kondisi lingkungan yang akan

    menentukan ide dan praktek diterapkan dan tidak dapat diberlakukan dimana saja.

    2. 

    Individualisme versus Komunitarianisme. Individualisme memiliki keyakinan

    akan kemampuan diri dan bukan bagian dari kelompok, sedangkan komunitarian

    mengacu pada orang yang merasa dirinya sebagai bagian dari kelompok.

    3.   Netral versus Emosional. Dimensi netral adalah keyakinan untuk tidak

    mengungkapkan emosi secara terbuka, dimana hal sebaliknya bagi dimensi

    emosional.

    4. 

    Spesifik versus Menyebar. Spesifik adalah dimensi dimana ruang publik lebih

     besar dan memberikan pihak luar untuk masuk dan terlibat di dalamnya sementara

    ruang pribadi kecil dan tertutup dari pihak lain. Sedangkan dimensi menyebar

    adalah dimensi yang memberikan ruang publik dan pribadi komposisi yang sama

    dan secara individu

    5. 

     Achievement   versus  Ascription.  Achievement   adalah budaya dimana orang

    memandang status berdasarkan fungsi sedangkan ascription  memandang status

    sebagaimana adanya.

  • 8/17/2019 Memahami perbedaan budaya

    11/11

     

    10

    Dimensi-dimensi tersebut saling terkait dan berinteraksi serta kompleks dalam

    mempengaruhi sikap dan perilaku kerja. Pemahaman mengenai dimensi-dimensi

    tersebutlah yang menjadi modal bagi para manajer untuk mengembangkan cultural

     profile  yang pada akhirnya berguna untuk membantu mereka mengidentifikasi dan

    mengelola perbedaan budaya, mengantisipasi perbedaan dan persamaan budaya, serta

    dapat mengembangkan perilaku dan keahlian yang dibutuhkan untuk bertindak dan

    mengambil keputusan dalam cara yang sesuai dengan norma dan harapan masyarakat

    setempat.