memahami konsep hegemoni gramsci

3
Memahami Konsep Hegemoni Gramsci Antonio Gramsci adalah salah satu pemikir besar abad 20. Ia merupakan pemimpin partai komunis italia di era fasisme Bennito Mussolini awal abad ke-20. Konsep besar dalam pemikiranya adalah Hegemoni. Konsep yang ia cetuskan selama menjalani masa penahanan di. Sampai kematianya, Gramsci pun belum mengetahui apakah konsep tentang hegemoni benar adanya atau mampu dibuktikan dalam lapangan. Hingga kematianya karena sakit, ia masih mendekam dalam penjara. Catatan-catatn gramsci terangkum dalam prison notebook yang merupakan kumpulan dari tulisanya yang berserakan sebelumnya. Baru pada tahun catatan mmiliknya dibukukan. Dalam corak berfikir, ia adalah salah satu neo marxis yang mengadopsi pemikoran karl marx sebagai senjata utamanya. Namun, wilayah yang diselami Gramsci berbeda dan dirasa aneh pada saat itu bagi kalangan marxis, karena justru membahas persoalan ideologi yang dianggap hanya sebagai epifenomena belaka. Yang dimaksud epifenomena adalah superstuktur dalam logika deterministis marxis tentang basis struktur dan superstruktur. Dimana basis menentukan supra. Dengan begitu dipahami bahwa pembahasan supra tidaklah radikal dan menurut marx sendiri, dalam ideologi german, tak akan memberi pengaruh besar dalam menciptakan revolusi. Namun hal ini dipandang berbeda oleh Gramsci. Baginya, kondisi Italia berbeda dengan Rusia yang telah berhasil menjalankan revolusi sebelumnya. Kondisi negara italia dipandang lebih modern dibandingkan dengan rusia. Dalam kondisi demikian, pengaruh ideologi memgang peranan penting sebagai hegemoni terhadap kelas proletar. Hal ini ia sadari sewaktu melihat kondisi kaum proletar yang kehilangan semangat perlawananya. Bahkan dalam keaadaan miskin ditindas kapital, massa proletar tak kunjung memiliki kesadaran kelas sebagai kelas yang ditindas. Hal inilah yang menjadi titik berangkat gramsci untuk menganalisa faktor melemahnya kesadaran kaum proletar di negaranya. Dengan begitu, ia pun menyadari bahwa analisa ini hanyalah bersifat lokal. Hegemoni sendiri adalah pengaruh dominiasi dan kekuasaan yang bermain di wilayah kultural dan intelektual. Ia mengada lewat sarana-sarana publik seperti sekolah, universitas, media dan surat

Upload: rivai-asyhard

Post on 07-Feb-2016

14 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

gugujj

TRANSCRIPT

Page 1: Memahami Konsep Hegemoni Gramsci

Memahami Konsep Hegemoni Gramsci

Antonio Gramsci adalah salah satu pemikir besar abad 20. Ia merupakan pemimpin partai komunis italia di era fasisme Bennito Mussolini awal abad ke-20. Konsep besar dalam pemikiranya adalah Hegemoni. Konsep yang ia cetuskan selama menjalani masa penahanan di. Sampai kematianya, Gramsci pun belum mengetahui apakah konsep tentang hegemoni benar adanya atau mampu dibuktikan dalam lapangan. Hingga kematianya karena sakit, ia masih mendekam dalam penjara.

Catatan-catatn gramsci terangkum dalam prison notebook yang merupakan kumpulan dari tulisanya yang berserakan sebelumnya. Baru pada tahun catatan mmiliknya dibukukan.

Dalam corak berfikir, ia adalah salah satu neo marxis yang mengadopsi pemikoran karl marx sebagai senjata utamanya. Namun, wilayah yang diselami Gramsci berbeda dan dirasa aneh pada saat itu bagi kalangan marxis, karena justru membahas persoalan ideologi yang dianggap hanya sebagai epifenomena belaka. Yang dimaksud epifenomena adalah superstuktur dalam logika deterministis marxis tentang basis struktur dan superstruktur. Dimana basis menentukan supra. Dengan begitu dipahami bahwa pembahasan supra tidaklah radikal dan menurut marx sendiri, dalam ideologi german, tak akan memberi pengaruh besar dalam menciptakan revolusi.

Namun hal ini dipandang berbeda oleh Gramsci. Baginya, kondisi Italia berbeda dengan Rusia yang telah berhasil menjalankan revolusi sebelumnya. Kondisi negara italia dipandang lebih modern dibandingkan dengan rusia. Dalam kondisi demikian, pengaruh ideologi memgang peranan penting sebagai hegemoni terhadap kelas proletar.

Hal ini ia sadari sewaktu melihat kondisi kaum proletar yang kehilangan semangat perlawananya. Bahkan dalam keaadaan miskin ditindas kapital, massa proletar tak kunjung memiliki kesadaran kelas sebagai kelas yang ditindas.

Hal inilah yang menjadi titik berangkat gramsci untuk menganalisa faktor melemahnya kesadaran kaum proletar di negaranya. Dengan begitu, ia pun menyadari bahwa analisa ini hanyalah bersifat lokal.

Hegemoni sendiri adalah pengaruh dominiasi dan kekuasaan yang bermain di wilayah kultural dan intelektual. Ia mengada lewat sarana-sarana publik seperti sekolah, universitas, media dan surat kabar. Dalam bahasa Gramsci, penyebar hegemoni adalah masyarakat sipil. Sebellumya, gramsci membagi negara dalam dua golongan. Masyarakat politik dan masyarakat sipil. Masyarakat politik mencakup lembaga-lembaga negara seperti aparat dan kejaksaan. Sementara masyarakat sipil seperti universitas, sekolah dan media. Masyarakat politik bergerak dalam wilayah kekuasaan. Dan menjankan pengaruhnya melalui kekuatan dan paksaan. Sementara masyarakat sipil berjalan pada wilayah kultural dan intelektual.

Dampak dari hegemoni adalah redupnya kesadaran melawan masyarakat tertindas. Norma-norma dalam masyarakat diatur sedemikian rupa agar orang-orang menjadi tertib, pasif dan tidak kritis. Bahkan di kala seseorang kelaparan mungkin saja ia hanya pasrah dan mengatakan bahwa hal takdir Tuhan. Padahal sebelum menjangkau kesana, seyogyanya orang tersebut mapu melihat relasi kenyataan antara perutnya yang lapar dan birorasi yang korup. Dalam hal ini, ajaran agama menjadi alat hegemoni yang mengaburkan kesadaran seseorang akan kenyataan.

Page 2: Memahami Konsep Hegemoni Gramsci

Terhadap hegemoni, gramsci mengusulkan perang posisi atau counter hegemoni. Yaitu menciptakan wacana tandingan melawan hegemoni negara. Jika negara mempopulerkan ajaran tentang ketaatan buta lewat sekolah-sekolah. Maka massa yang ditindas bisa mempopulrkan ajaran perlawanan kepada rakyat.

Namun juga patut disadari bahwa terdapat kelemahan dalam perang posisi. Ia dalah basis material massa sendiri dalam menyebarkan gagasanya. Jika negara memiliki universitas, lembaga hukum dan media maka apa yang rakyat punya. Selain itu, legitimasi yang dimiliki rakyat juga kurang diyakini sebagian rakyat lainya. Mayoritas massa belum meyadari kenyataan ini dan menganggap perang posisi adalah tindakan buruk.

Persoalan ini belum bisa penulis pecahkan karena masih minimnya refrensi dan literatur yang dibaca. Dengan demikian, penulis berharap persoalan perang posisi ini menjadi PR bersama dalam mewujudkan perang posisi. Sekali lagi, Gramsci mengaggap persoalan hegemoni yang menurut kaum marxis hanyalah epifenomena yang tak menyentuh akar persoalan sebagai sebuah urgensi tersendiri, terutama dalam kondisi negara modern. Esok, penulis berencana menambah literatur dengan membaca buku prison notebook karya Gramsci. Hal ini terkendala karena harga yang belum terjangkau, lagi-lagi persoalanya menyentuh basis struktur. Semoga bermanfaat.