memahami ayat-ayat mutasyabihat persepektif syekh …

153
MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH FADI DALAM DAURAH ILMIAH YAYASAN SYAHAMAH BANTEN Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S.Ag) Oleh: SITI SOPIYAH NIM: 11160340000140 PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1442 H/ 2020 M

Upload: others

Post on 25-Oct-2021

16 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT

PERSEPEKTIF SYEKH FADI DALAM DAURAH

ILMIAH YAYASAN SYAHAMAH BANTEN

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana (S.Ag)

Oleh:

SITI SOPIYAH

NIM: 11160340000140

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH JAKARTA

1442 H/ 2020 M

Page 2: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT

PERSEPEKTIF SYEKH FADI DALAM DAURAH

ILMIAH YAYASAN SYAHAMAH BANTEN

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana (S.Ag)

Oleh:

SITI SOPIYAH

NIM: 11160340000140

Dibawah Bimbingan

Moh. Anwar Syarifuddin, MA. NIP: 19720518 199803 1 003

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH JAKARTA

1442 H/2020 M

Page 3: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama: Siti Sopiyah

NIM: 11160340000140

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul MEMAHAMI

AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH FADI

DALAM DAURAH ILMIAH YAYASAN SYAHAMAH BANTEN

adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan

plagiat dalam penyusunannya. Adapun kutipan yang ada dalam penyusunan

karya ini telah saya cantumkan berdasarkan sumber kutipan aslinya.

Apabila ternyata skripsi ini plagiat atau karya orang lain, maka saya

bersedia melakukan proses yang semestinya sesuai dengan perundang-

undangan yang berlaku.

Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya.

Jakarta, 17 November 2020

Siti Sopiyah

Page 4: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul “MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH FADI DALAM DAURAH ILMIAH YAYASAN SYAHAMAH BANTEN” telah diujikan dalam sidang

munaqasyah Fakultas Ushuluddin, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pada

28 Desember 2020. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag) pada program studi Ilmu Al-

Qur’an dan Tafsir.

Jakarta, 28 Desember 2020

Sidang Munaqasyah Ketua Sidang, Sekretaris Sidang,

Dr. Eva Nugraha, MAg Fahrizal Mahdi, Lc. MIRKAH NIP. 19710217 199803 1 002 NIP. 19820816 201503 1 004

Anggota, Penguji I Penguji II

Dr. Faizah Ali Sibromalisi, MA Dr. Abd. Moqsith, M. Ag NIP. 19550725 20001 22 001 NIP .19710607 20050 11 002

Pembimbing,

Moh.Anwar Syarifuddin, M.A NIP.19720518 199803 1 003

Page 5: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

i

ABSTRAK Siti Sopiyah MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH FADI DALAM DAURAH ILMIAH YAYASAN SYAHAMAH BANTEN

Fokus penelitian ini membahas tentang pengajian tafsir ayat-ayat

mutasyabihat dalam daurah ilmiah yang diselenggarakan Yayasan

Syahamah Banten. Dalam kegiatan tersebut, yayasan mengundang seorang

pengajar tafsir asal Lebanon Syekh Fadi yang juga mengisi pengajian rutin

di yayasan dengan menggunakan sumber rujukan utama kitab As-Shirath

al-Mustaqim karya gurunya, Syekh Abdullah Al-Harariyy. Kajian ini

penting karena Yayasan Syahamah menganut paham teologi ahlus sunnah

waljamaah, yang menaruh perhatian sangat besar terhadap upaya

memahami ayat-ayat mutasyabihat Al-Qur’an, khusunya mengenai ayat-

ayat menggambarkan sifat-sifat Allah agar terhidnar dari tajsim, yaitu

penyerupaan sifat-sifat Allah SWT dengan sifat-sifat makhluk-Nya.

Penelitian ini berupaya mendeskripsikan bagaimana Syekh Fadi

mengupayakan ta’wil ayat-ayat mutasyabihat dalam daurah ilmiah yang

diselenggarakan oleh Yayasan Syahamah Banten? Penulis menggunakan

jenis penelitian lapangan dengan pendekatan kualitatif melalui metode

pengumpulan data melalui teknik observasi, wawancara, dan penelitian

dokumen. Selain itu, sebagai pendukung penulis juga melakukan kajian

kepustakaan dengan menela’ah sumber tafsir yang digunakan. Temuan

hasil penelitian menegaskan bahwa metode penafsiran yang digunakan

Syekh Fadi adalah metode tematik (maudhu’i), sedangkan coraknya adalah

tafsir aqidah (‘aqaidi) yang beraliran aqidah ahlu sunnah wal jamaah.

Karena tidak didapati sumber-sumber berupa riwayat, maka penulis

berkesimpulan bahwa sumber tafsirnya adalah analisis ijtihadi melalui

ta’wil dengan membuat perumpamaan dalam analisis rasional (birra’yi)

menggunakan pendekatan bahasa Arab. Selain menelusuri makna secara

bahasa Syekh Fadi juga nampaknya melakukan kajian interteks dengan

melihat penggunaan makna dalam ayat-ayat lain dalam Al-Qur’an.

Penelitian juga menemukan respon jama’ah yang baik terhadap materi yang

disampaikan dan manfaat pengajian, yaitu bertambahnya ilmu pengetahuan,

mempertebal keyakinan aqidah, selain itu juga merasakan dampak positif

yaitu meyakini bahwa Allah memang tidak serupa dengan mahluk-Nya.

Kata Kunci: Ayat Mutasyabihat, Syekh Fadi, Yayasan Syahamah.

Page 6: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

ii

Page 7: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahhirabbil’alamin, segala puji bagi Allah yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul Memahami Ayat-Ayat Mutasyabihat

Persepektif Syekh Fadi dalam Daurah Ilmiah Yayasan Syahamah

Banten sebagai syarat kelulusan dan mendapatkan gelar Sarjana Agama

Islam di Fakultas Ushuluddin. Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah limpahkan kepada

baginda besar Nabi Muhammad SAW, yang telah membimbing umatnya

dari alam kegelapan menuju alam yang terang benderang yaitu adanya

agama Islam yang kita rasakan saat ini.

Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak

akan selesai tanpa dukungan dan dorongan dari berbagai macam pihak.

Untuk itu dengan kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan terimakasih

sebesar-besarnya kepada:

1. Kepada Ibu Prof. Dr. Amany Lubis MA, selaku Rektor Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Kepada Bapak Dr. Yusuf Rahman MA, selaku Dekan Fakultas

Ushuluddin beserta seluruh jajaranya.

3. Kepada Bapak Dr. Eva Nugraha, M. Ag, dan Fahrizal Mahdi,

MIRKH selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan

Tafsir.

4. Kepada Bapak Moh. Anwar Syarifuddin MA, selaku dosen

pembimbing, yang telah membimbing dan mengarahkan penulis

dalam penyelesaian skripsi ini.

Page 8: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

iv

5. Kepada Bapak Dasrizal, M.I.S, selaku dosen penasehat akademik,

dan dosen konsultasi terkait permasalahan-permasalahan akademik.

6. Kepada seluruh Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh staff/ Karyawan

Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, atas ilmu

yang telah diberikan dan atas bantuanya selama penulis menempuh

pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Kepada Bapak Suryadinata yang telah memberikan bantuan khusus

selama penulis menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

8. Kepada Pengurus Yayasan Syahamah yang telah memberikan izin

serta membantu penulis untuk memperoleh informasi dalam

penyusunan skripsi ini.

9. Kepada Syekh Fadi Fuad Alamuddin, Ustadz Syaiful Anwar, MS.i,

Ustadz Kamal Ali, Ustadz Riskiy dan jama’ah Yayasan Syahamah

Banten yang telah membantu dan memberikan banyak informasi

dalam penelitian skripsi ini.

10. Kepada orang tua penulis yang tercinta, Bapak Moh. Ta’i dan Ibu

Nihayah yang senantiasa memberikan dukungan, biaya, do’a dan

kasih sayang yang tak terhingga dan tiada putusnya; kepada Nenek

dan Kakek Sitti dan Sayuti, Kakak ABD Mukid, Sepupu Siti

Qomariyah; Paman dan Bibi Sumli, Susmiyati, Moh. Hafil dan

Hanariyah yang selalu menginspirasi, mendukung dan mendoakan

penulis agar semangat dan berhasil menuntut ilmu di tanah rantau.

11. Kepada Ustadz Syamsuri, SA.g yang telah mendaftarkan penulis di

UIN, Sehingga penulis dapat melanjutkan studi di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

12. Kepada teman-teman Forum Mahasiswa Madura (FORMAD) yang

telah memperkenalkan saya pada beberapa teman-teman Madura.

Page 9: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

v

13. Kepada teman terdekat penulis Tim Kece (Ririn Hinda Tujuana,

Nurul Rahyamantel, Lusi Ulfah, Neng Maulida, Anita), Teman Kos

Mawar Nukbatun Nisa, Lauru Egia, Afni Mulyani Harefa), yang

selalu memberikan semangat, motivasi dan inspirasi selama penulis

kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

14. Kepada teman-teman IMM Uswah, Karmila, Nurul Amelia Fitri,

Eka Nur Hidayah, Rumi, Kak Nia Ariyani, Kak Zahroh, Kak Yuni,

Kak Aisyah, Kak Intan, Kak Fifit dan seluruh teman-teman

Komisariat Ushuluddin yang telah membersamai penulis untuk

berproses belajar organisasi di IMM.

15. Kepada semua teman-teman Angkatan 2016, Rosalina Nor Rizky,

Luthep, Riva dan semua teman-teman Iqtaf D yang tidak bisa

sebutkan satu-satu selama kurang lebih 4 tahun bersama, menuntut

ilmu di Jurusan Ilmu Al-Qur dan Tafsir, Fakultas Ushuluddin.

16. Kepada Uda Iswandi yang telah membantu dalam teknis pengeditan

skripsi ini.

17. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang

telah memberikan dukungan dan masukanya dalam penulisan

skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat, dan dapat menambah

khazanah keilmuan bagi penulis dan para pembaca.

Jakarta, 17 November 2020

Siti Sopiyah

Page 10: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

vi

Page 11: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

vii

PEDOMAN TRANSLITERASI

Pedoman Transliterasi Arab Latin yang merupakan hasil keputusan

bersama (SKB) Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan R.I. Nomor: 158 Tahun 1987 dan Nomor: 0543b/U/1987.

A. Konsonan

Daftar huruf bahasa Arab dan transliterasinya ke dalam huruf latin

dapat dilihat pada halaman berikut:

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

Tidak dilambangkan - ا

B Be ب

T Te ت

ṡ Es (dengan titik di atas) ث

J Je ج

ḥ h (dengan titik di bawah) ح

Kh Ka dan Ha خ

D De د

Ż Zet (dengan titik di atas) ذ

R Er ر

Z Zet ز

S Es س

Sy Es dan Ye ش

ṣ Es dengan titik di bawah ص

ḍ De dengan titik di bawah ض

ṭ Te dengan titik di bawah ط

ẓ Zet dengan titik di bawah ظ

Page 12: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

viii

Apostrof terbalik ‘ ع

G Ge غ

F Ef ف

Q Qi ق

K Ka ك

L El ل

M Em م

N En ن

W We و

H Ha ه

Apostrof ` ء

Y Ye ي

Hamzah (ء) yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi

tanda apa pun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis

dengan tanda (’).

B. Tanda Vokal

Vokal dalam bahasa Arab- Indonesia terdiri dari vokal tunggal atau

monoftong dan vokal rangkap atau disebut doftong. Untuk vokal tunggal

sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

A Fathah

I Kasrah

U Dammah

Adapun untuk vokal rangkap, sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

Page 13: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

ix

ي Ai a dan i

و Au i dan u

Dalam bahasa Arab untuk ketentuan alih aksara vokal panjang

(mad) dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

Ā a dengan garis di atas آ

Ī i dengan garis di atas يي

Ū u dengan garis di atas ىو

C. Kata Sandang

Kata sandang dilambangkan dengan “al-“, yang diikuti huruf

syamsiyah dan huruf qamariyah.

al-Qamariyah نير al-Munīr الم

al- Syamsiyah الرجالر al-Rijāl

D. Syaddah atau Tasydîd

Dalam bahasa Arab syaddah atau tasydîd dilambangkan dengan “

“ ketika dialihkan ke bahasa Indonesia dilambangkan dengan huruf, yaitu:

al-Qamariyah القوةر al-Quwwah

al- Syamsiyah الضرورةر al-Ḍarūrah

Page 14: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

x

E. Ta Marbutah

Transliterasi untuk ta marbūṭah ada dua, yaitu: ta marbūṭah yang

hidup atau endapat harkat fathah, kasrah, dan dammah, transliterasinya

adalah [t]. Sedangkan ta marbūṭah yang mati atau mendapat harkat sukun,

transliterasinya adalah [h]. Kalau pada kata yang berakhir dengan ta

marbūṭah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al-serta bacaan

kedua kata itu terpisah, maka ta marbūṭah itu ditransliterasikan dengan ha

(h). Contoh:

No Kata Arab Alih Aksara

Ṭarīqah طريقة ر 1

al-Jāmi’ah al-Islāmiah الامعةرالإسلاميةر 2

Waḥdat al-Wujūd وحدةرالوجودر 3

F. Huruf Kapital

Penerapan huruf kapital dalam alih aksara ini, juga mengikuti Ejaan

Bahasa Indonesia (EBI) yaitu, untuk menuliskan permulaan kalimat,

huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri, dan lain-lain. Jika nama

diri didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital

tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal atau kata

sandangnya. Contoh: Abū Hāmīd al-Gazālī, al-Kindī.

Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang

berasal dari Indonesia sendiri, disarankan tidak dialihsarakan meskipun

akar katanya berasal dari bahasa Arab. Misalnya ditulis Abdussamad al-

Palimbani, tidak ‘Abd al-Samad al-Palimbānī; Nuruddin al-Raniri, tidak

Nūr al-Dīn al-Rānīrī.

Page 15: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

xi

G. Penulisan Kata Arab yang Lazim digunakan dalam Bahasa

Indonesia

Kata, istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata,

istilah atau kalimat yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia.

Kata, istilah atau kalimat yang sudah lazim dan menjadi bagian dari

pembendaharaan bahasa Indonesia, atau sudah sering ditulis dalam

tulisan bahasa Indonesia, tidak lagi ditulis menurut cara transliterasi di

atas. Misalnya kata Al-Qur’an (dari al-Qur’ān), Sunnah, khusus dan

umum. Namun, bila kata-kata tersebut menjadi bagian dari rangkaian

teks Arab, maka mereka harus ditranslitrasi secara utuh. Contoh:

Fī ẓilāl Al-Qur’an

al-‘Ibārāt bi ‘umūm al-lafẓ lā bi khuṣūṣ al-sabab

H. Singkatan-Singkatan

Singkatan Keterangan

QS. al-Qur`an Surah

Swt. Subḥānahu wa Ta‘alā

Saw. ṣallallāhu ‘Alaihi Wasallam

Ra. Raḍiyallāhu ‘Anhu

h. Halaman

Terj. Terjemah

M Masehi

H Hijriah

w. Wafat

Page 16: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

xii

Page 17: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

xiii

DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................................. i KATA PENGANTAR .......................................................................... iii PEDOMAN TRANSLITERASI .......................................................... vii

DAFTAR ISI ......................................................................................... xiii

BAB I. PENDAHUUAN ...................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah .................................................... 1 B. Identifikasi Masalah .......................................................... 14 C. Perumusan Masalah ........................................................... 15 D. PembatasanMasalah .......................................................... 15 E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................... 16 F. Tinjauan Pustaka ............................................................... 16 G. Metode Penelitian .............................................................. 23

1. Jenis penelitian ............................................................. 23 2. Sumber Data ................................................................. 24 3. Metode Pengumpulan Data ......................................... 25 4. Populasi Sampel ........................................................... 27 5. Metode Analisa Data .................................................... 27

H. Sistematika Penulisan ........................................................ 28

BAB II. TAFSIR AYAT MUTASYABIHAT PERIODE KLASIK DAN MODERN ...................................................................... 31

A. Pengertian Ayat Mutasyabihat .......................................... 31 B. Jenis-jenis Ayat Mutasyabihat .......................................... 33 C. Tafsir Ayat Mutasyabihat Menurut Ulama Klasik ............ 36 D. Tafsir ayat Mutasyabihat Menurut Ulama Modern ........... 41

BAB III. MENGENAL BIOGRAFI SYEKH FADI DAN YAYASAN SYAHAMAH BANTEN......................................................... 49

A. Biografi Syekh Fadi .......................................................... 49 B. Mengenal Tafsir Rujukan Syekh Fadi ............................... 52 C. Profile Yayasan Syahamah Banten ................................... 58

Page 18: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

xiv

1. Sejarah Pembentukan Yayasan ..................................... 58 2. Struktur Kepengurusan Yayasan ................................... 62 3. Nama dan Badan Hukum Yayasan ................................ 64 4. Tujuan Utama Yayasan ................................................. 64 5. Motivasi Dakwah Yayasan ............................................ 64 6. Kegiatan Yayasan .......................................................... 65 7. Biodata Jama’ah Daurah Ilmiah .................................... 67

BAB IV. TAKWIL SYEKH FADI TERHADAP AYAT-AYAT

MUTASYABIHAT DALAM DAURAH ILMIAH YAYASAN SYAHAMAH BANTEN .................................. 69

A. Seputar Daurah Ilmiah Yayasan Syahamah Banten ............. 69 B. Materi Daurah Seputar Ayat-ayat Mutasyabihat .................. 70

1. Takwil Makna Istiwa’ QS. Thaha:5 ............................... 70 2. Takwil Makna Naiknya Kalimah Thayyibah

QS. Fathir:10 .................................................................. 77 3. Takwil Makna Wajah Tuhan QS. al-Qashash:88 ........... 81 4. Takwil Makna Kedatangan Tuhan QS. al-Fajr:22 ......... 84 5. Takwil Makna Tangan Tuhan QS. Shaad:75 ................. 86 6. Takwil Makna Ruh Tuhan QS. al-Anbiya’:91 dan QS.

Shaad:76 ......................................................................... 87 7. Takwil Makna Rumah Tuhan QS. Al-Hajj:26 dan Pemilik

‘Arsy QS. al-Mukminun:116 .......................................... 91C. Metode Penafsiran Syekh Fadi dalam Daurah Ilmiah ......... 95

1. Analisis Metode Penafsiran ........................................... 103 2. Corak Penafsiran dan Sumber Rujukan ........................ 104

D. Respon Jama’ah Daurah Ilmiah ........................................... 106 1. Motivasi Jama’ah ........................................................... 106 2. Pemahaman Jama’ah terhadap Materi yang

disampaikan .................................................................... 108 3. Manfaat Daurah bagi Jama’ah ........................................ 110 4. Dampak Positif Daurah bagi Jama’ah ............................ 113

BAB V. PENUTUP ................................................................................ 117

A. Kesimpulan ............................................................................. 117

Page 19: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

xv

B. Saran ....................................................................................... 118 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 121 LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................... 125

Page 20: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

xvi

Page 21: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur’an merupakan pedoman hidup, sumber rujukan yang

tak bisa dibantah oleh siapapun. Al-Qur’an sangat mulia dan

merupakan mukjizat atau senjata mematikan bagi mereka yang tidak

mau menerima terhadap ajaran didalamnya, maka segala hal yang

berhubungan dengan Al-Qur’an dipandang mulia. Sejauh mana

seseorang dapat meresapi dan mengamalkan Al-Qur’an sebagai

petunjuk hidupnya, maka tergantung sejauh mana pula seseorang

bisa memahami isi kandunganya. Seseorang dikatakan bisa

memahami Al-Qur’an apabila ia mampu mengambil hikmah dan

pelajaran yang terkandung di dalamnya1

Di dalam Al-Qur’an terdapat dua jenis ayat yaitu muḥkamat

atau “jelas” dan mutasyabihat atau “kabur”. Dua pembagian ini

disebutkan dalam Al-Qur’an surah Al- ‘Imran ayat 7.

ت رهورٱلذيرأنزلرعليكرٱلكتبرمنهرءايترر كم تررررمح به رأمحرٱلكتبروأخررمتش رفأماهنبهرررمارررف ي تبعونرق لوبمرزيغررررفرررٱلذينر نةرررٱبتغاءرررمنهرررتش ويلهۦرروٱبتغاءرررٱلفت

ري ررروماررت ويلهۥ

علمرت

بهۦركل ر ءامنار ي قولونر ٱلعلمر وٱلرسخونرفر ررٱلل أولوارإررريذكررررومارررب نارررعندرررم نر إل لر

رٱللببررArtinya: “Dia-lah yang menurunkan Al-kitab (Al-Qur’an) kepada

kamu. di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang (muhkamat), Itulah

pokok-pokok isi Al-Qur’an dan yang lain (ayat-ayat)

mutasyabihat Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong

kepada kesesatan, Maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat

1 Nova Yanti, “Memahami Makna Muhkam dan Mutasyabihat dalam Al-Quran”.

jurnal Pendidikan Al-ISLAH, hal.246-247

Page 22: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

2

yang mutasyabihat dari padanya untuk menimbulkan fitnah

untuk mencari-cari ta'wilnya, Padahal tidak ada yang mengetahui

ta'wilnya melainkan Allah. dan orang-orang yang mendalam

ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang

mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." dan tidak

dapat mengambil pelajaran (dari padanya) melainkan orang-

orang yang berakal"2

Ayat muhkamat adalah ayat yang jelas maknanya serta

lafadznya yang ditempatkan untuk suatu makna yang kuat dan

mudah dipahami. Sedangkan mutasyabihat adalah ayat-ayat yang

bersifat mujmal (global), yang mu’awwal (memerlukan takwil) dan

yang musyskil (sukar dipahami).3 Atau ayat mutasyabihat diartikan

sebagai ayat yang memiliki banyak tafsir karena memiliki beragam

bentuk makna.4

Tim penerjemah dan penafsir Al-Qur’an Kementrian Agama

RI memberikan makna ayat mutasyabihat sebagai ayat-ayat yang

memiliki beberapa makna serta tidak dapat ditentukan makna yang

mana yang dimaksud kecuali setelah diselidiki secara mendalam,

atau ayat-ayat yang maknanya hanya Allah yang mengetahui,

seperti ayat-ayat yang berkaitan dengan hal yang ghaib seperti

mengenai hari kiamat, surga neraka dan lainnya.5

Ayat muhkamat adalah ayat yang jelas tidak mengandung

kesamaran dan mudah dalam memahami maksudnya sehingga tidak

menimbulkan perselisihan dikalangan ulama islam dalam

2 Terjemah Al-Qur’an surat al-Imran Ayat 7 3 Subhi as-Shalih, Membahas Ilmu-Ilmu Al-Qur’an (Jakarta: Pustaka Firdaus,

2011). hal 399 4 Nasimah Abdullah dkk, “Terjemah Ayat Mutasyabihat Analisis Fungsi Prosedur

Eksplisitasi” Al-Irsyad: Journal of Islamic and Contemporary Issues Vol.4, No.2,

Desember 2019. hal 154 5 Abdullah, “Kaidah Ayat Mutasyabihat dan Kritik Terhadap Peringkatnya”, Al-

I’Jaz, Vol.1 no.1 (Januari-Desember 2013): 4

Page 23: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

3

memahaminya. Adapun ayat mutasyabihat adalah ayat yang

maknanya terdapat kesamaran dari segi maksud dan maknanya

sehingga timbul beberapa perselisihan dalam memahami makna

ayat tersebut. Adapun inti dari persoalannya ialah pada konteks

memahami ayat mutasyabihat. Terdapat dua kaidah dalam

memahami ayat mutasyabihat yaitu kaidah tafwid dan takwil.

Kaidah tafwid ialah mereka yang sepenuhnya menyerahkan maksud

makna ayat itu kepada Allah SWT, mereka yang mengamalkan

pendekatan tafwid disebut sebagai ulama salaf, adapun mereka yang

menggunakan kaidah tawil ialah mereka yang mencari makna yang

sesuai dengan maksud ayat tersebut dan mereka yang menggunakan

kaidah takwil digelari sebagai ulama khalaf. Perselisihan ini terus

menjadi pembahasan pokok dikalangan ulama islam yang berusaha

mencari jalan terbaik untuk meyelesaikan persoalan ini6

Timbulnya perbedaan pendapat dalam memahami ayat-ayat

mutasyabihat tersebut, ialah akibat adanya perbedaan pemahaman

terhadap QS. Ali ‘Imran ayat 7. Dalam ayat tersebut Allah SWT

berfirman:

ردرنرعرررنرمررل ركرررهراربرنرآمررونرلرورقري رررمرلرعررالرفررونرخرسرالررراللهرورلرإررهرلري رورتررمرلرعراري رمرور ررب رنرارورمراريرذركرررإرلررأرورلرورالرررلربرابر

Dalam riwayatnya, ayat di atas memiliki dua bentuk bacaan.

Bacaan pertama menetapkan waqaf pada lafal اللهر maka .إلر

pemahaman ayat tersebut menjadi: “...tidak ada yang tahu ta’wilnya

ayat-ayat mutasyabihat itu kecuali Allah sendiri; sedangkan orang-

6 Mohd Murshidi Mohd Noor dkk, “Pendirian al-Bukhārī Terhadap Ayat-ayat

Mutashābihāt”. Jurnal Usuluddin (Juli – Desember 2012) 36:1-20 hal.3

Page 24: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

4

orang yang mendalam ilmunya menyatakan kami percaya, bahwa

semua itu berasal dari sisi Tuhan kami”. Adapun bacaan yang kedua

menempatkan waqaf pada lafal العلم Maka pemahaman ayat .فر

tersebut menjadi: “…tidak ada yang tahu ta’wilnya ayat-ayat

mutasyabihat itu kecuali Allah dan orang-orang yang mendalam

ilmunya; seraya menyatakan kami percaya bahwa semua itu berasal

dari Tuhan kami7”.

Adanya perbedaan pendapat ini bersumber dari perbedaan

masalah waqaf (berhenti dalam ayat) ررفررروالرسخونررراللهرررإلرررتوي لهررري علمررروماربهرررآمناررري قولونرررالعلمر apakah kedudukan lafaz ini sebagai huruf isti’naf

(permulaan) dan waqaf dilakukan pada lafazh اللهررإلرررتوي لهررري علمرررماررر , ataukah ia ma’thuf? Sedang lafazh يقولونر menjadi hal dan waqafnya

pada lafazh ملرعررالرفررونرخرسرالرروررر Pendapat pertama, menyatakan isti’naf. Pendapat ini

didukung oleh sejumlah tokoh seperti Ubay bin Ka ab, Ibnu Mas’ud,

Ibnu Abbas, sejumlah sahabat, tabi’in dan lainnya. Mereka

beralasan, dengan keterangan yang diriwayatkan oleh Al-Hakim

dalam Mustadrak-Nya, bersumber dari Ibnu Abbas, bahwa ia

membaca; ي رمروررر ورلرإرررهرلري رورترررمرلرعرار الرفرررونرخرسرالررراللهر برنرآمرررونرلرورقري رررمرلرعرر ررهرار Juga

dengan qira’at Ibnu Mas’ud, والرسخونرفرالعلمريقولونرروإنرتويلهرعندرالذىرربه dan dengan ayat itu sendiri yang menyatakan celaan bagi آمنار

orang-orang yang mengikuti hal-hal yang mutasyabih dan

menyifatinya sebagai orang orang yang hatinya condong kepada

kesesatan dan berusaha menimbulkan fitnah.

7 Fikria Najitama, “Diskursus Muhkam dan Mutasyabih dalam Tafsir”. Institut

Agama Islam Nahdlatul Ulama (IAINU) Kebumen. An-Nidzam, Volume 04, No. 01,

Januari-Juni 2017 hal. 163

Page 25: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

5

Ada suatu hadis yang diriwayatkan oleh Aisyah, ia berkata;

“Rasulullah membaca ayat ini الكتب عليكر أنزلر sampai هوالذير

dengan; ٱللببررأ ولوار Kemudian beliau bersabda, Apabila kamu

melihat orang yang suka mengikuti ayat-ayat mutasyabihat, maka

itulah mereka yang disinyalir Allah, waspadalah terhadap mereka.”.

Pendapat kedua, menyatakan bahwa “wawu” sebagai huruf

athaf. Ini dipilih oleh segolongan ulama lain yang dipelopori oleh

Mujahid. Diriwayatkan dari Mujahid, katanya, “Saya telah

membacakan mushaf kepada Ibnu Abbas mulai dari Al-Fatihah

sampai tamat. Saya pelajari sampai paham setiap ayatnya dan saya

tanyakan kepadanya tantang tafsirannya”. Pendapat ini dipilih juga

oleh An-Nawawi. Dalam Syarah Muslimnya ia menegaskan, inilah

pendapat yang paling shahih, karena tidak mungkin Allah menyeru

hamba-hamba-Nya dengan sesuatu yang tidak dapat diketahui

maksudnya oleh mereka.8

Ada tiga aliran sentral dalam membahas mengenai nas-nas

sifat kaitanya dengan ayat mutasyabihat. Aliran pertama Ahl al-

Sunnah wa al-Jama’ah, kedua Aliran Mushabbihah atau

Mujassimah dan ketiga aliran Mu’tazilah atau Mu’aṭṭilah.

Kelompok pertama yang mendukung gagasan pemikiran Ahl al-

Sunnah wa al-Jama’ah dibagi menjadi dua kelompok, yaitu aliran

Salaf9 dan aliran Khalaf10. Yang mana puncak perselisihan diantara

keduanya ada pada perbedaan pemahaman mereka dalam

memahami surat Al-‘Imra ayat 7. Aliran Mushabbihah atau

8 Manna’ Al-Qaththan, “Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an” (Jakarta: Pustaka Al-

Kautsar,2005). hal.267-268

9 Ulama yang hidup sebelum tahun 300 Hijriyah 10 Ulama yang hidup setelah tahun 300 Hijriyah

Page 26: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

6

Mujassimah, yaitu aliran yang terkenal dengan menyamakan atau

menyerupakan Allah SWT dengan berbagai sifat makhluk, misalnya

menyatakan Allah SWT itu memiliki tangan, kaki, wajah, mata dan

sebagainya. Mereka memahami teks ayat-ayat mutasyabihat dengan

makna tekstualis atau literalis tanpa melakukan pentakwilan dengan

alasan bahwa pentakwilan akan mengurangi serta meniadakan sifat

Allah SWT. Sedangkan Aliran ketiga yaitu Mu’aṭṭilah atau biasa

dikenal kelompok Mu’tazilah mengingkari dan meniadakan sifat

khabariyyah bagi Allah SWT dengan cara mentakwilkan berbagai

sifat Allah SWT dalam Al-Qur’an pada pengertian lain. Pendekatan

Mu’aṭṭilah ini tidak sama dengan metode takwil Khalaf kerena

takwilan Khalaf bukan suatu bentuk peniadaan atau pendustaan

terhadap sifat-sifat Allah SWT. Sebaliknya ia menepati kaidah

bahasa Arab berdasarkan syarat-syaratnya tanpa mereka

meniadakan sifat Allah SWT secara keseluruhan. Pentakwilan

Mu’aṭṭilah disebabkan pendirian mereka yaitu, jika Allah SWT

mempunyai sifat, maka ada wujud dua perkara qadim pertama sifat-

Nya yang qadim dan kedua zat-Nya yang qadim. Hal ini berlawanan

dengan konsep falsafah yang dipegang oleh kelompok Mu’tazilah,

yaitu adanya sesuatu yang qadim adalah esa dalam semua aspek.11

Ayat Sifat merupakan ayat-ayat Al-Qur’an yang ada

kaitannya dengan sifat-sifat Allah dan hal ini termasuk ayat

mutasyabihat. Ayat sifat juga bisa disebut sebagai sifat al-

Khabariyyah yaitu yang disebutkan oleh Allah dalam Al-Qur’an dan

yang disampaikan oleh Nabi. Ayat Sifat terbagi menjadi dua macam

yaitu sifat Al-Dhatiyyah dan al-Fi’liyyah. Yang termasuk pada sifat

11 Muhammad Rashidi Wahab dkk, “Persoalan Mutashābihāt mengenai Istiwā’”.

Jurnal Usuluddin (Januari – Juni 2014) 39:33-69, hal. 38-44

Page 27: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

7

Al-Dhatiyyah ialah seperti sifat al-ilm, al-hayah, al-Qudrah, al-

kalam, al-wajh dan sebagainya. Adapun sifat yang termasuk pada

sifat al-fi’liyyah adalah seperti istiwa, al-Nuzul, al-Maji’ dan

sebagainya.12

Ada beberapa ayat mutasyabihat dalam Al-Qur’an yang

membahas tentang sifat Allah seperti yad (tangan), ‘ain (mata)

wajah dan sebagainya. Aliran musyabbihah dan Mujassimah

berpedoman pada teks secara Dzahir seperti makna bahasanya.

Aliran musyabbihah ialah mereka yang menyerupakan Allah

dengan mahluknya, sedangkan Mujassimah ialah mereka yang

menjisimkan tubuh kepada Allah.13

Perbincangan ayat mutasyabihat di mana Allah SWT adalah

salah satu persoalan pokok tentang dasar ketuhanan dalam

pembahasan akidah. Asal usul perkembangan aliran pemikiran

akidah mengungkapkan bahwa Aliran Musabbihah atau

Mujassimah telah dipengeruhi oleh aliran ekstrim Syiah seperti

Karamiyyah dan Hashawiyyah yang mengatakan bahwa Allah SWT

itu harus berpindah, turun, naik dan berhajat kepada tempat.

Menurut mereka, Allah SWT itu berjisim tetapi jism Allah SWT itu

berbeda dengan jisim seperti mahluk-Nya. Juga terdapat beberapa

kenyataan dari pada tokoh umat Islam yang dipandang hampir

memiliki persamaan dengan Aliran Mushabbihah atau Mujassimah

dalam menjelaskan permasalahan ini. Mayoritas tokoh tersebut

seakan-akan bermazhab Hanbali dan mereka sering bernaung di

12 Mustaffin bin Abdullah dan Ahmad Nasri bin Zainol “Ayat Sifat Menurut

Tafsiran Fakhr Al-Din Al-Razi Dalam Karyanya Tafsir Al-Kabir”, Center of Quranic

Research Internationl Journal. hal 93. 13 Ahmad Atabik, “Corak Tafsir Aqidah (Kajian Komparatif Penafsiran Ayat-ayat

Aqidah)”. Esensia, Vol 17, No. 2, Oktober 2016, hal. 213

Page 28: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

8

balik nama Aḥmad bin Ḥanbal dalam membela setiap perkataan

mereka yang telah mereka katakan telah mengikuti pendekatan

Salaf.14

Masa Salaf diartikan sebagai masa gemilang yang penuh

keberkahan dengan keberadaan generasi awal pengikut Nabi Saw.

Adapun Salafi adalah satu-satunya kelompok yang mengklaim

mengikuti manhaj Salaf. Klaim tersebut tidak tepat, karena

penukilan Salaf dalam teks-teks Al-Qur’an dan Sunnah tidak pernah

dihubungkan dengan suatu manhaj tertentu.15

Perbedaan yang paling penting antara Salafiyah dengan

Asy’ariyah ialah dalam memahami Sifat sifat Allah SWT.

Kenyataan ini sangat jelas dan masyhur. Kalangan Salafiyah

mengambil metode itsbat (menetapkan) dalam memahami Sifat-

sifat Allah; sedangkan kalangan Asy’ariyah menempuh metode

takwil (menafsirkan) kemudian ada lagi yang menempuh metode

tafwidh (menyerahkan makna).16

Kelompok Asy’ariyah adalah para pengikut Abu Hasan Ali

ibn Ismail al-Asy’ari yang dikenal dengan Abu Hasan Al-Asy’ari

beliau adalah pemuka mutakllimin, pendiri kalam sunni,

madzhabnya menyebar luas di dunia islam dan mendapat banyak

14 Muhammad Rashidi Wahab dkk, “Persoalan Mutashābihāt mengenai Istiwā”.

Jurnal Ushuluddin (Januari – Juni 2014) 39:33-69. hal.34-35 15 Arrazy Hasyim,” Akidah Imam Al-Tahawi Ulasan dan Terjemahan” (Banten:

Maktabah Darus-sunnah, 2020) hal. 6-7 16 Abu Muhammad Waskito, “Mendamaikan Ahlusunnah di Nusantara Mencari

Titik Kesepakatan antara Asy’ariyah dan Wahabiyah” (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2012)

hal.179

Page 29: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

9

dukungan dari ulama-ulama besar seperti al-Ghazali, al-Baqillani,

al-Qusyairi dan ulama lainnya.17

Hasim Hasan berpendapat bahwa salafiyyah adalah kelompok

Hanabilah yang bermula dari Imam Ahmad bin Hanbal,

berkembang dengan Ibn Taimiyah dan selesai dengan Muhammad

bin ‘Abd al-Wahhab.18

Kelompok salafi yang mengakui bahwa dirinya mengikuti

ulama salaf justru mereka berbeda pemahamannya dengan ulama

salaf. Salafi meyakini bahwa Allah bertempat (makan), berbatas

(had), berarah di atas (jihat al-uluw), bergerak-gerak (harakah), dan

berpindah-pindah (intiqal). Ini berbeda dengan ulama salaf yang

meyakini kesucian Allah dari semua itu. Karena itu Imam Abu

Ja’far al-Tahawi sebagai ulama salaf merumuskan dalam matan

akidahnya:

رهريرورترلرر,راتروردرلراروررراءرضرعرالرورررانركرررالر،رورترايرغرالروررردروردرالرررنررعرلرارعرت روررارررررائرسركرررتحرالس ررراترهرلرا

اترعردرترب رلم Artinya: “Allah maha suci dari batas-batas (hudud), ujung

(ghayat), anggota-anggota badan (besar kecil) dan perangkat-

perangkat. Dia tidak diliputi enam penjuru arah (atas, bawah,

depan, belakang, kanan, kiri sebagaimana mahluk.”

Aqidah salaf ini kemudian dibenturkan oleh Ibnu Taimiyah,

Ibn Abi Al ‘Izz dan salafi secara umum. Setelah itu, mereka

17 Drs. Abdus Samad,” Teologi As’Ariyah”, Jurnal Mimbar Akademika Vol.3

No.2 Tahun 2018. Hal. 58 18 Norasmah Haji Umar dkk, “Penilaian Para Ulama terhadap Metode Tafsiran

Aliran Salafiyyah Kontemporer ke atas Ayat Sifat”. International Journal Of Thought

Vol.16: (Dec) 2019 hal.102

Page 30: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

10

mengatakan sebaliknya, bahwa Allah memiliki batas, ujung,

anggota badan dan arah.19

Sebagai contoh pandangan Ibnu Taimiyah mengenai wajah

Allah Ia menyatakan bahwa Allah memiliki wajah yang bersifat

hakiki (sebenarnya), sesuai dengan dzatnya, serta mempunyai

kebesaran dan kemuliaan dengan mengungkapkan dalil dalam Al-

Qur’an surat Ar-Rahman ayat: [55]:27

قىر روجهررب كرذورٱلللروٱلإكرامرروي ب Artinya: “Dan tetap kekal wajah tuhanmu yang

mempunyai kebesaran dan kemuliaan” (Qs. Ar-Rahman [55]:2

Dan dalil dari hadis Nabi yaitu sabdah Nabi yang terdapat

dalam sebuah Do’a yang diriwayatkan darinya:

كرائرقررلرلرإررقرورالشروررركرهرجررورلرإرررررظرألنرررةرذرلررركرلرأرسرأرور Artinya: “Dan aku memohon kepada mu kenikmatan memandang

wajah mu dan kerinduan untuk bertemu dengan mu”

Ibnu Taimiyah menjelaskan bahwa wajah Allah harus

diartikan secara hakiki (bukan kiasan) tapi dengan cara yang sesuai

dengan keagungan Nya. maka dalam hal itu menurut Ibnu Taimiyah

tidak boleh merubah makna tersebut dengan makna “Pahala”. 20

begitu juga dalam menafsirkan surat Thaha ayat:5

رر ٱلرحنرعلىرٱلعرشرٱست وى

19 Arrazy Hasyim,” Akidah Imam Al-Tahawi Ulasan dan Terjemahan” (Banten:

Maktabah Darus-sunnah, 2020) hal. 17-18

20 Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin, “Sifat-Sifat Allah dalam

Pandangan Ibnu Taimiyah,” (Jakarta Selatan: Pustaka Azzam 2005), hal. 155-156

Page 31: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

11

Artinya: “Yang maha pengasih yang bersemayam di atas Arsy”

Menurut Ibnu Taimiyah persemayaman Allah di atas Arsy-

Nya adalah bahwa Ia berada dan menetap di atas Arsy-Nya, dengan

cara yang sesuai dengan keagungan dan kemuliaan-Nya.21

Pemikiran Ibnu Taimiyah ini kemudian dibesarkan oleh Muhammad

ibn ‘Abd al-Wahhab yang dikenal sebagai pendiri mazhab Wahabi

pada intinya kaum wahabi tidak membawa gagasan baru tentang

aqidah melainkan mereka hanya mengamalkan apa yang

dikemukakan oleh Ibnu Taimiyah dalam bentuk yang lebih keras

dari pada apa yang telah diamalkan oleh Ibnu Taimiyah.22

Hal ini memiliki perbedaan yang sangat jauh dengan

pendapatnya Syekh ‘Abdullah al-Harariyy dalam kitab Ash-Shirat

al-Mustaqim yang menjelaskan bahwa istawa’ wajib ditakwil selain

bersemayam duduk dan semacamnya, jadi ayat tersebut tidak boleh

dimaknai secara dzahirnya, sebaliknya harus dipahami dengan

makna yang dapat diterima oleh akal. Lafaz istawa’ dimaknai

dengan al-qahr (menundukkan dan menguasai). Beliau juga

menjelaskan bahwa Allah tidak membutuhkan tempat atau sesuatu

untuk Ia tempati, juga tidak membutuhkan arah karena Allah

tidaklah menyerupai sesuatupun diantara segala sesuatu yang ada.

Allah bukan benda katsif (benda yang dapat dipegang oleh tangan,

seperti manusia, bumi dan sebagainya), juga bukan benda lathif

(benda yang tidak dapat dipegang oleh tangan seperti udara, roh dan

21 Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin, “Sifat-Sifat Allah dalam

Pandangan Ibnu Taimiyah,”, hal.135 22Ahmad Atabik, “Corak Tafsir Aqidah (Kajian Komparatif Penafsiran Ayat-ayat

Aqidah)”. Esensia, Vol 17, No. 2, Oktober 2016, hal. 216

Page 32: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

12

sebagainya), sedangkan bertempat adalah salah satu sifat dari benda

katsif dan benda lathif.

Sebagai dalil dalam mensucikan Allah dari tempat, ruang

kosong dan arah, firman Allah SWT dalam surat As-Shura ayat:11

رليسركمثلهۦرشيءرArtinya: “Tidak ada sesuatupun yang serupa denga Nya

Jika seandainya Allah bertempat, maka pasti ia akan memiliki

serupa-serupa dan dimensi; Panjang, lebar dan kedalaman. Dan

sesuatu yang memiliki dimensi, maka pasti ia adalah sesuatu yang

baharu, yang membutuhkan kepada yang menjadikannya dengan

Panjang, lebar dan kedalaman tersebut.

Syekh Abdullah Al-Harariyy juga menyebutkan hadis yang

diriwayatkan oleh al-Bukhari, Ibn Al-Jarud dan al-Baihaqi dengan

sanad yang shahih bahwa Rasulullah SAW bersabdah:

هريرغرررئ رشرررنركريرررلروراللهررررانركر

Artinya: “Allah ada pada azal (keberadaan tanpa

permulaan) dan belum ada sesuatupun selain-Nya”

Makna hadis ini ialah bahwa Allah ada pada azal. Dan pada

azal tidak ada sesuatupun selain Allah yang bersamanya. Pada azal

belum ada air, udara, bumi, langit dan Kursiyy, ‘Arsy, manusia, jin

dan malaikat. Jadi, Allah ada sebelum adanya tempat tanpa tempat

Page 33: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

13

dan dialah yang menciptakan tempat, maka Ia tidak membutuhkan

kepadanya.23

Salah satu pengajian yang membahas kitab as-Shirat Al-

Mustaqim adalah Yayasan Syahamah Banten yang yang diadakan

dalam bentuk Dauroh Ilmiah dengan tema “Metode Ulama Salaf dan

Khalaf Dalam Memahami Ayat-ayat Mutasyabihat”. Dengan

menggunakan rujukan utama Kitab As-Shirath Al-Mustaqim karya

Syekh Abdullah Al-Harary

Adapun kegiatan rutin yang dilakukan oleh Yayasan

Syahamah ialah pengajian rutin setiap hari Ahad yang berlokasi di

jalan Ciputat Molek V No 16 A. Pengajiannya mengupas seputar

ilmu-ilmu agama yang penting seperti mengkaji pembahasan

tentang Aqidah dan Fiqih dengan menggunakan metode talaqqi,

belajar langsung pada guru syekh Fadi Fuad Alameddin Lebanon

dengan menggunakan bahasa Arab yang diterjemahkan oleh Ustadz

Syaiful Anwar M,Si dan Innaka Kamal Ali Lc untuk mempermudah

jamaah dalam memahaminya. salah satu kitab yang dikaji adalah

kitab As-Shirat al Mustaqim karya Syekh ‘Abdullah al-Harariy

mengenai ayat-ayat mutasyabihat.

Nama “Syahamah” merupakan singkatan dari Syabab

Ahlusunnah Waljamaah. Yayasan ini bergerak dibidang pendidikan

dakwah dan sosial kemasyarakatan berdiri pada tahun 1999 dalam

bentuk majelis taklim dan halaqah ilmu agama. Pada tahun 2010

Yayasan Syahamah mendapatkan pengesahan secara hukum

melalui akte notaris tercatat sebagai Yayasan yang sah. Syahamah

23 Syaikh Abdullah al-Harariyy, “As-Shirat al-Mustaqim Terjemah Jalan yang

Lurus” (Jakarta: Syahamh Press, 2018), hal.41-42

Page 34: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

14

merupakan Yayasan yang berasaskan Ahlusunnah Waljamaah

(As’ariyyah) dan mengikuti madzhab-madhab fiqih Muk’tabarah

seperti Madzhab Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hanbali, serta

mencintai Ulama Sufi Sejati, seperti Imam Junaid Al-Baghdadi.24

Berdasarkan pemaparan di atas maka penulis melihat bahwa

ada beberapa problematika perbedaan pemahaman terhadap ayat

mutasyabihat yaitu beberapa perbedaan kelompok ataupun aliran

dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat khususnya pada ayat-ayat

sifat Allah di antaranya: Ahlusunnah waljama’ah, Musyabihah atau

Mujassimah dan Mua’ttilah. Yayasan Syahamah adalah salah suatu

Yayasan yang berasaskan Ahlusunnah Waljama’ah yang

menyelenggarakan pengajian ayat-ayat mutasyabihat dalam bentuk

daurah ilmiah, maka menurut penulis hal ini sangat menarik dan

penting untuk diteliti khususnya mengenai ayat-ayat sifat Allah

bagaimana Penafsirannya Syekh Fadi selaku narasumber dalam

daurah Ilmiah Yayasan Syahamah dalam memahami ayat-ayat

mutasybihat tersebut.

Maka berdasarkan pemaparan latar belakang di atas penulis

tertarik untuk mengangkat penelitian dengan judul: “Memahami

Ayat-ayat Mutasyabihat Perspektif Syekh Fadi dalam Daurah

Ilmiah Yayasan Syahamah Banten”.

B. Identifikasi Masalah

Merujuk pada uraian yang telah dipaparkan pada latar

belakang, ada beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi, di

antaranya:

24Ustad syaiful Anwar (Selaku Penerjemah Pengajian dan Salah Satu Inisiator

Pendiri Yayasan, diwawancarai oleh Siti Sopiyah. Ciputat, 12 Februari 2020.

Page 35: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

15

a. Adanya perbedaan pemahaman mengenai ayat-ayat

Mutasyabihat,

b. Adanya beberapa kelompok aliran tertentu yang

menyebabkan perbedaan pemahaman,

c. Perlunya suatu kajian yang membahas secara komprehensip

mengenai ayat-ayat Mutasyabihat.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan pada identifikasi masalah tersebut, penulis

merumuskan permasalahan penelitian yaitu; Bagaimana metode

memahami makna ayat-ayat mutasyabihat dalam persepektif Syekh

Fadi dalam daurah ilmiah pengajian Yayasan Syahamah Banten

serta bagaimana respon jamaah pengajian terhadap materi daurah

tersebut meliputi: motivasi jama’ah dalam mengikuti kajian,

pemahaman jam’ah terhadap materi yang disampaikan, mamfaat

daurah bagi jama’ah serta dampak positif daurah bagi jama’ah?

D. Pembatasan Masalah

Berkaitan dengan identifikasi masalah yang telah disebutkan

sebelumnya, maka penulis akan melakukan pembatasan masalah.

Adapun penelitian ini akan difokuskan pada metode yang digunakan

dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat khususnya pada beberapa

penafsiran ayat-ayat mutasyabihat yang dikaji dalam pengajian

daurah ilmiah Yayasan Syahamah Banten yaitu QS. Thaha:5, QS.

Fathir:10, QS. Al-Anbiya’:91, QS. Shaad:6, QS. Al-Hajj:26 dan QS.

al-Mukminun:116. Serta adanya respon dari Jama’ah yang

mengikuti pengajian daurah ilmiah meliputi: motivasi jama’ah

dalam mengikuti kajian, pemahaman jam’ah terhadap materi yang

Page 36: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

16

disampaikan, mamfaat daurah bagi jama’ah serta dampak positif

daurah bagi jama’ah

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengeksplorasi jalannya daurah Ilmiah dalam

memahami ayat-ayat Mutasyabihat di Yayasan Syahamah

Banten serta respon jamaah terhadap daurah ilmiah

tersebut

b. Untuk memenuhi pesyaratan tugas akhir jurusan Ilmu Al-

Quran dan Tafsir di fakultas Ushuluddin

2. Manfaat Penelitian

a. Secara teoritis penelitian ini menjadi tambahan informasi

dan bahan pertimbangan bagi mahasiswa atau mahasiswi

terutama yang kajiannya fokus pada pembahasan

penafsiran ayat-ayat Mutasyabihat

b. Secara Praktis penelitian ini menjadi bahan pertimbangan

bagi pengurus Yayasan Syahamah dalam melakukan

pengajian atau kegiatan daurah ilmiah supaya materinya

bisa diterima oleh jama'ah dengan benar dan tepat.

F. Tinjaun Pustaka

Penulis menyadari bahwa mengenai kajian Memahami Ayat-

ayat Mutasyabihat Persepektif Syekh fadi dalam Daurah Ilmiah

Yayasan Syahamah Banten”, sampai saat ini belum ada karya tulis

yang memabahas tentang ini, demikian penulis menemukan

beberapa penelitian yang sejalan diantaranya:

Page 37: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

17

1. Mega Nur Fadilah25, mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, dengan skipsi yang berjudul “Pengajian Tafsir di

Masyarakat (Studi Kasus Jami’ Al-Muhtarom Jakarta

Utara), Hasil penelitian ini mendeskripskan tentang

jalannya proses pengajian tafsir masjid Jami’ Al-Muhtaram

dan respon jama’ah atas pengajian, serta dampak yang

dialami jama’ah dari mengikuti pengajian tafsir di masjid

Jami’ Al-Muhtarom dengan menggunakan kitab tafsir

Jalalayn dan Asyarut Tafasir. Hal ini berbeda dengan

penelitian yang akan dilakukan peneliti yang fokus pada

Metode Memahami Tafsir Ayat Mutasyabihat Persepektif

Syekh Fadi dalam Daurah Ilmiah Yayasan Syahamah

Banten serta respon dari jama’ah.

2. Nor Amalina26, mahasiswa UIN Antasari dengan skripsi

yang berjudul “Pengajian Tafsir Jalalain di Majelis Taklim

Zawiyah Al-Muttaqin Desa Pakapuran Kecil Kecamatan

Daha Utara”, penelitian ini menjelaskan tentang gambaran

pelaksanaan pengajian tafsir Jalalain dan antusiasme

peserta pengajian terhadap pengajian tafsir Jalalain di

Majelis Taklim Zawiyah Al-Muttaqin. Berbeda dengan

peneliti yang akan memfokuskan pada Metode Memahami

Tafsir Ayat Mutasyabihat Persepektif Syekh Fadi dalam

Daurah Ilmiah Yayasan Syahamah Banten serta respon dari

jama’ah.

25Mega Nurfadilah, “Pengajian Tafsir (Studi Kasus Masjid Jami’ Al-Muhtarom

Jakarta Utara”, (Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2019.) 26Nor Amalina, “Pengajian Tafsir Jalalain di Majelis Taklim Zawiyah Al-

Muttaqin Desa Pakapuran Kecil Kecamatan Daha Utara”, (Skripsi Fakultas Ushuluddin

dan Humanira UIN Antasari, 2019)

Page 38: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

18

3. Zyaul Haqqi,27, mahasiswa UIN Ar-Raniry Darussalam-

Banda Aceh dengan judul skripsi “Pembelajaran Tafsir di

Pesantren Ummul Ayman Samalanga”, penelitian ini

menemukan tiga persoalan dalam kajiannya: Pertama,

bagaimana pola pembelajaran tafsir yang digunakan pada

dayah Ummul Ayman. Kedua, bagaimana pemahaman

santri dayah Ummul Ayman dalam memahami tafsir.

Ketiga, bagaimana peluang dan tantangan kemampuan

santri yang terjadi ketika menerapkan pembelajaran tafsir

pada pesantren Ummul Ayman. Hal ini berbeda dengan

peneliti yang akan memfokuskan pada Metode Memahami

Tafsir Ayat Mutasyabihat Persepektif Syekh Fadi dalam

Daurah Ilmiah Yayasan Syahamah Banten serta respon dari

jama’ah.

4. Parukhi28, mahaisiswa IAIN Wali Songo Semarang dengan

judul skripsi “Problematika Pengajian Tafsir Al-Qur’an dan

Upaya Pemecahanya di Desa Jatimulya Kec.Suradadi

Kab.Tegal”, penelitian ini mendeskripsikan gambaran

pelaksanaan, problem dan upaya pemecahannya di Desa

Jatimulya Kec. Suradadi Kab. Tegal. Berbeda dengan

penelitian ini yang fokus pada Metode Memahami Tafsir

Ayat Mutasyabihat Persepektif Syekh Fadi dalam Daurah

Ilmiah Yayasan Syahamah Banten serta respon dari

jama’ah.

27 Zyaul Haqqi, “Pembelajaran Tafsir di Pesantren Ummul Ayman Samalanga”,

(Skripsi Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Ar-Raniry Darussalam-Banda Aceh, 2017). 28 Parukhi, “Problematika Pengajian Tafsir Al-Qur’an dan Upaya Pemecahanya

di Desa Jatimulya Kec.Suradadi Kab.Tegal”, (Skripsi Fakultas Dakwah IAIN Wali Songo

Semarang, 2012)

Page 39: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

19

5. Ahmad Muhammad29, mahasiswa IAIN Surakarta menulis

skripsi “Pengajian Tafsir Nur Al-Ihsan Karya Muhammad

Sa’id bin Umar Oleh Baba Ismail di Patani” membahas

tentang metode pengajaran Tuan Guru Haji Ismail

Sepanjang dalam menyebarkan kitab tafsir Nur al-Ihsan di

Patani dan karakteristik Pengajian Tafsir Nur al-Ihsan yang

dilakukan oleh Baba Ismail. Berbeda dengan peneliti ini

yang akan membahas tentang Metode Memahami Tafsir

Ayat Mutasyabihat Persepektif Syekh Fadi dalam Daurah

Ilmiah Yayasan Syahamah Banten serta respon dari

jama’ah.

6. Mohd Ikbal bin Ahmad Zohdi30, mahasiswa UIN Sultan

Syarif Kasim Riau menulis skripsi “Metode Basmeih dalam

Menafsirkan Ayat dalam Tafsir Pimpinan Al-Rahman”,

penelitian ini menjelaskan tentang metode dan corak

penafsiran Basmeih serta keistimewaan dan kelemahannya.

Berbeda dengan penelitan ini yang fokus pada Metode

Memahami Tafsir Ayat Mutasyabihat Persepektif Syekh

Fadi dalam Daurah Ilmiah Yayasan Syahamah Banten serta

respon dari jama’ah.

7. Muhammad Fitri31, mahasiswa UIN Antasari Banjar Masin

menulis skripsi “Pengkajian Tafsir di Lembaga Pengajaran

29Ahmad Muhammad, “Pengajian Tafsir Nur Al-Ihsan Karya Muhammad Sa’id

bin Umar Oleh Baba Ismail di Patani”, (Skripsi Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN

Surakarta,2019) 30Mohd Ikbal bin Ahmad Zohdi, “Metode Basmeih dalam Menafsirkan Ayat

dalam Tafsir Pimpinan Al-Rahman” (Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN Sultan Syarif

Kasim Riau, 2010) 31 Muhammad Fitri, “Pengkajian Tafsir di Lembaga Pengajan dan Pengkajian Al-

Qur’an (LPPQ) IAIN Antasari Bnjar Masin Priode 2016” (Skripsi Fakultas Tarbiyah dan

Keguruan UIN Antasari Banjarmasin, 2017)

Page 40: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

20

dan Pengkajian Al-Qur’an (LPPQ) IAIN Antasari Bnjar

Masin Priode 2016”, penelitian ini mendiskripsikan tentang

gambaran pengkajian Tafsir di Lembaga Pengajian dan

Pengkajian Alquran (LPPQ) IAIN Antasari Banjarmasin

Periode 2016, mengetahui kendala-kendala yang dihadapi

oleh pengakajian dan solusi-solusinya. Berbeda dengan

penelitian ini yang fokus pada pembahasan Metode

Memahami Tafsir Ayat Mutsyabihat Persepektif Syekh

Fadi dalam Daurah Ilmiah Yayasan Syahamah Banten serta

respon dari jama’ah.

8. Hadi Ismail M32, Mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati

Bandung menulis skripsi “Konsep Tauriyah dalam

Memahami Ayat-ayat Mutasyabihat: Studi Analisis

terhadap Ta’wîl Ayat-ayat Sifat” penelitian ini menjelaskan

bagaimana metode ulama khalaf dalam memahami ayat-

ayat mutasyabihat tentang sifat-sifat Allah dalam Al-

Qur’an. Selain itu untuk mengetahui penerapan metode

ta’wîl dengan konsep Tauriyah yang digunakan oleh para

ulama khalaf. Sedangkan peneliti akan meneliti Metode

Memahami Tafsir Ayat Mutasyabihat Persepektif Syekh

Fadi dalam Daurah Ilmiah Yayasan Syahamah Banten serta

respon dari jama’ah.

9. Randa33, mahasiswa UIN Raden Fatah Palembang menulis

skripsi “Iterpretasi Hadis terhadap Ayat-ayat Mutasyabihat

32Hadi Ismail M, “Konsep Tauriyah dalam Memahami Ayat-ayat Mutasyâbihât:

Studi Analisis terhadap Ta’wîl Ayat-ayat Sifat” (Skripsi Fakultas Ushuuddin UIN Sunan

Gunung Djati Bandung, 2012) 33 Randa, “Iterpretasi Hadis terhadap Ayat-ayat Mutasyabihat (Studi Ayat-ayat

Tajsim)” (Skripsi Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Raden Fatah Palembang,

2018)

Page 41: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

21

(Studi Ayat-ayat Tajsim)” penelitian ini menjelaskan

tentang interpretasi hadis terhadap ayat-ayat tajsim serta

pendapat ulama tentang sifat Alah. Berbeda dengan

penelitian ini yang akan mengkaji tentang Metode

Memahami Tafsir Ayat Mutasyabihat Persepektif Syekh

Fadi dalam Daurah Ilmiah Yayasan Syahamah Banten serta

respon dari jama’ah.

10. Irfan Hazri,34 mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

menulis skripsi berjudul “Intepretasi Ayat Mutasyabihat

Tentang Posisi Allah (Studi Komparatif Tafsir Marah Labid

dan Tafsir Al-Misbah)” membahas tentang interpretasi

Imam Nawawi Al-Jawi dan Quraish Syihab dalam

menafsirkan ayat-ayat mutasyabihat tentang posisi Allah

yang sebenarnya. Berbeda penelitian ini yang fokus pada

Metode Memahami Tafsir Ayat Mutasyabihat Persepektif

Syekh Fadi dalam Daurah Ilmiah Yayasan Syahamah

Banten serta respon dari jama’ah.

11. Abdulloh Dardum,35 menulis artikel di Jurnal Kalimah, Vol.

15, No. 2, September 2017 dengan judul “Teologi Asy’ari

dalam Kitab Tafsir (Analisa Metode Ta’wil Tafsili dalam

Memahami Ayat Istiwa’)” artikel ini memaparkan dan

mengulas metode ta’wil tafsili yang digunakan oleh para

mufasir dalam memahami ayat-ayat Istiwa’. Sedangkan

penelitian ini membahas mengenai Metode Memahami

Tafsir Ayat Mutasyabihat Persepektif Syekh Fadi dalam

34 Irfan Hazri, “Terjemah ayat mutasyabihat: Analisis Fungsi Prosedur Eksplitsi”

(Skripsi Fakultas UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2019) 35Abdulloh Dardum, Teologi Asy’ari dalam Kitab Tafsir (Analisa Metode Ta’wil

Tafsili dalam Memahami Ayat Istiwa’)” Jurnal Kalimah, Vol. 15, No. 2, September 2017.

Page 42: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

22

Daurah Ilmiah Yayasan Syahamah Banten serta respon dari

jama’ah.

12. Nasimah Abdullah dkk,36 menulis artikel di jurnal Al-

Irsyad: Vol. 4, No. 2, Dec 2019 dengan judul “Terjemah

ayat mutasyabihat: Analisis Fungsi Prosedur Eksplitsi”

artikel ini meneliti bentuk eksplisitasi yang terdapat dalam

terjemahan ayat-ayat mutasyabihat dalam al-Quran dan

menghubungkan dengan pengaruh aliran pemikiran yang

dipegang oleh penterjemah. Kajian ini menggunakan

pendekatan kualitatif yang menjurus kepada analisis

kandungan teks al-Quran yang dijelaskan secara deskriptif

dengan memilih tiga (3) perkataan yang dinisbahkan kepada

Allah SWT yang terdapat dalam teks al-Quran sebagai

sampel kajian yaitu lafaz (يدر dan استوى) dan (أعين). Sedangkan penulis mengkaji tentang Metode Memahami

Tafsir Ayat Mutasyabihat Persepektif Syekh Fadi dalam

Daurah Ilmiah Yayasan Syahamah Banten serta respon dari

jama’ah.

13. Muhammad Rashidi Wahab dkk,37 menulis makalah yang

terbit di jurnal Usuluddin (Januari–Juni 2014) 39:33-69

yang berjudul “Persoalan Mutashābihāt mengenai Istiwā,”

makalah ini meneliti kenyataan dan penjelasan ulama Ahl

al-Sunnah wa al-Jama’ah dalam persoalan berkenaan

dengan kenyataan Allah SWT itu bertempat atau Allah

36 Nasimah Abdullah dkk, “Terjemah ayat mutasyabihat: Analisis Fungsi

Prosedur Eksplitsi”, Jurnal Al-Irsyad: Vol. 4, No. 2, Dec 2019 37 Muhammad Rashidi Wahab dkk, “Persoalan Mutashābihāt mengenai Istiwā’”,

Jurnal Usuluddin (Januari – Jun 2014) 39:33-69

Page 43: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

23

SWT tidak bertempat. Penelitian menjelaskan bahwa ulama

Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah berpegang dengan pegangan

Allah SWT tidak butuh kepada tempat seperti makhluk-

Nya. Selain itu, didapati hujah pendukung aliran Allah SWT

bertempat berdasarkan Ḥadīth Jariyyah bukan suatu hujah

yang kukuh dalam mempertahankan pegangan mereka.

Makalah ini juga memaparkan bahwa metode tafwiḍ dan

takwil merupakan pendekatan yang disepakati

penggunaannya oleh Salaf dan Khalaf dalam berinteraksi

dengan nas-nas sifat mutasyabihat. Berbeda dengan

penelitian penulis yang fokus pada Metode Memahami

Tafsir Ayat Mutasyabihat Persepektif Syekh Fadi dalam

Daurah Ilmiah Yayasan Syahamah Banten serta respon dari

jama’ah.

G. Metodelogi Penelitian

Metode Penelitian adalah cara kerja untuk dapat memahami obyek

penelitian.38 Metodologi penelitian merupakan suatu cara yang

ditempuh untuk menemukan kebenaran ilmiah secara sistematis.

Adapun dalam penelitian ini penulis menggunakan metodologi

sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Dalam menyelesaikan penelitian ini, penulis menggunakan

penelitian kualitatif, yaitu data yang dikumpulkan berupa deskripsi,

uraian detail. Ciri khas dari penelitian kualitatif yaitu penyajianya

menggunakan perspektif emic, yaitu data dipaparkan dalam bentuk

38 Arief Subiyantoro dkk, “Metode dan Tenik Penelitian Sosial” (Yogyakarta:

C.V ANDI OFFSET, 2007). hal 65

Page 44: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

24

deskripsi menurut bahasa, cara pandang subjek penelitian.39 Penulis

juga menggunakan penelitian kuantitatif yaitu mengambil sumber

dari pustaka dan hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti

terdahulu serta literatur-literatur yang berkaitan dengan masalah

tersebut untuk membantu pemahaman kajian ini sehingga menjadi

jelas dan terinci.40

Secara alternatif, pendekatan kualitatif merupakan salah satu

pendekatan yang secara primer menggunakan paradigma

pengetahuan berdasarkan pandagan konstruktivist (seperti makna

jamak dari pengalaman individual, makna yang secara sosial dan

historis dibangun dengan maksud mengembangkan suatu teori atau

pola) atau pandangan advokasi/partisipatori (seperti orientasi

politik, isu, kalaboratif, atau orietasi perubahan) atau keduanya.

Pendekatan ini juga menggunakan strategi penelitian seperti naratif,

fenomenologis, etnografis, studi grouded theory, atau studi kasus.41

2. Sumber data

Sumber data penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu sumber

data primer dan sumber data sekunder

a) Data Primer

sumber data utama yang digunakan adalah Wawancara

dengan cara pengumpulan data dengan jalan tanya jawab

dengan pihak terkait yang dikerjakan secara sistematis dan

berlandaskan kepada tujuan peneliti.

39 Abdul Mustaqim “Metode Penelitian Al-Qur’an dan Tafsir”, (Yogyakarta, Idea

Press Yogyakarta, 2015) hlm. 110. 40 A Rafiq Zainul Mun’im “Tafsir Realis Terhadap Makna Dan Simbol Alquran

Bagi Masyarakat Kabupaten Probolinggo”. MADANIA Vol. 21, No. 2, Desember 2017.

hal.195 41 Emzir, “Metodelogi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif”

(Jakarta:PT Raja Grafinda Persada, 2008) hal. 28

Page 45: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

25

b) Data Sekunder

Sementara sumber data sekunder atau sumber data

pendukung, penulis merujuk pada literatur karya ilmiah, buku-

buku, jurnal dan karya-karya tulis lainya sebagai penunjang

data yang berkaitan dengan tema penelitian.

3. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan

metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Pertama,

observasi, observasi adalah salah satu cara untuk memperoleh data

dengan akurat. Secara umum, observasi diartikan dengan

pengamatan atau penglihatan. Adapun secara khusus, observasi

dimaknai dengan mengamati dalam rangka memahami, mencari

jawaban, serta mencari bukti terhadap fenomena sosial tanpa

mempengaruhi fenomena yang diobservasi.42 Observasi juga

diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan suatu obyek dengan

sitematika fenomena yang diselidiki. Observasi dapat dilakukan

sesaat ataupun mungkin dapat diuang.43 Observasi dilakukan untuk

memperoleh informasi tentang kajian daurah ilmiah Yayasan

Syahamah Banten dalam ayat-ayat Mutasyabihat (studi kasus kajian

syahamah Banten). Keberadaan peneliti telah diketahui oleh subjek

yang diteliti pihak yayasan syahamah. Tetapi peneliti sudah

dianggap sebagai bagian yayasan syahamah tersebut, mereka

mempersilahkan untuk datang pada setiap diadakan kajian daurah

42 Didi Junaedi, “Living Qur’an: Sebuah Pendekatan Baru dalam Kajian Al-

Qur’an (Studi Kasus di Pondok Pesantren As-Siroj Al-Hasan Desa Kalimukti Kec.

Pabedilan Kab. Cirebon)” Journal of Qur’an and Hadith Studies – Vol. 4, No. 2, 2015. hal.

178 43 Sukandarrumidi, “Metodelogi Penelitian Pentunjuk Praktis untuk Peneliti

Pemula”, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2012). hal 69

Page 46: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

26

ilmiah tersebut. Sehingga tujuan peneliti semakin mudah dalam

mengakses hal-hal yang diperlukan dalam penelitian tersebut.

Kedua, wawancara, wawancara adalah cara pengumpulan data

dengan jalan tanya jawab dengan pihak terkait yang dikerjakan

secara sistematis dan berlandaskan kepada tujuan peneliti.44

Wawancara mendalam secara umum adalah proses memperoleh

keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil

bertatap muka antara pewawancara dan informan atau yang

diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide)

wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam

kehidupan sosial yang relatif lama.45 wawancara mendalam dengan

mengacu pedoman wawancara. Wawancara ini untuk menanyakan

pendapat, pandangan motif, persepsi, dan sikap pihak-pihak kajian

syahamah bagaimana proses memahami ayat-ayat mutasyabihat

dalam kajiannya, apa motivasi para jama’ah dalam mengikuti kajian

tersebut, apa implikasi atau dampak yang diperoleh selama

mengikuti kajian tersebut serta segala hal yang berkaitan dengan

kajian tersebut. Informan yang diwawancarai adalah, pemateri

dalam kajian tersebut, peserta yang turut serta dalam kajian

memahami ayat-ayat mutasyabihat dalam kajian Syahamah Banten.

Ketiga, dokumentasi. Metode dokumentasi merupakan suatu

cara pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis

dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun

44 Didi Junaedi, “Living Qur’an: Sebuah Pendekatan Baru dalam Kajian Al-

Qur’an (Studi Kasus di Pondok Pesantren As-Siroj Al-Hasan Desa Kalimukti Kec.

Pabedilan Kab. Cirebon)” Journal of Qur’an and Hadith Studies – Vol. 4, No. 2, 2015. hal.

179 45 Burhan Bungin, “Penelitian Kualitatif”, (Jakarta: Prenada Media Group 2007).

hal 111

Page 47: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

27

elektronik.46 Dokumen yang akan dipelajari adalah teks-teks dan

foto-foto kegiatan program kajian syahamah. Teks- teks berupa

berupa arsip profil yayasan syahamah, laporan kegiatan mingguan,

bulanan dan tahunan, serta dokumen-dokumen lain yang terkait

dengan kegiatan kajian syahamah tersebut. Sedangkan dokumen

foto memberikan informasi visual tentang kegiatan praktis Yayasan

Syahamah Banten dalam pelaksanaan kajian ayat-ayat mutasyabihat

tersebut.

4. Populasi dan Sampel

Populasi dari penelitian ini adalah ± 30 orang, sedangkan

penulis mengambil sampel dari penelitian ini berjumlah 15 orang.

5. Metode Analisa Data

Peneliti menjelaskan metode analisis data yang digunakan

dalam penelitian tertsebut. Dalam contoh kasus di atas, model

analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif

(interactive model of analysis) yang meliputi tiga tahapan yaitu data

reduction (reduksi data), data display (penyajian data), dan

conclusion drawing (penarikan kesimpulan).

Reduksi data, yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian

pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data mentah

atau data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan.

Penyajian data, yaitu penyusunan informasi yang kompleks ke

dalam suatu bentuk yang sistematis, sehingga menjadi lebih selektif

dan sederhana serta memberikan kemungkinan adanya penarikan

kesimpulan data dan pengambilan tindakan.

46Didi Junaedi, “Living Qur’an: Sebuah Pendekatan Baru dalam Kajian Al-

Qur’an (Studi Kasus di Pondok Pesantren As-Siroj Al-Hasan Desa Kalimukti Kec.

Pabedilan Kab. Cirebon)” Journal of Qur’an and Hadith Studies – Vol. 4, No. 2, 2015. hal.

180.

Page 48: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

28

Kesimpulan, yaitu merupakan tahap akhir dalam proses

analisa data. Pada bagian ini peneliti mengutarakan kesimpulan dari

data-data yang telah diperoleh dari observasi, interview, dan

dokumentasi Pada tahap ini peneliti melalukan konseptualisasi atau

generalisasi.47

H. Sistematika Penulisan

Sistematika Penulisan skripsi ini merupakan hal yang penting

karena mempunyai fungsi untuk menyatakan garis-garis besar dari

masing-masing bab yang saling berkaitan dan berurutan. Hal ini

dimaksudkan agar tidak terjadi kekeliruan dalam penyusunannya.

Adapun sistematika penulisan skripsi ini sebagai berikut:

Bab I pendahuluan sebagai langkah awal dalam penelitian ini,

yang mana penulis menjelaskan latar belakang penelitian kemudian

identifikasi masalah, perumusan dan pembatasan masalah.

Berdasarkan latar belakang tersebut serta tujuan dan manfaat

penelitian ini, juga beberapa tinjauan kajian pustaka terdahulu

dengan beberapa metodologi penelitian. Adapun sistematika

penulisan ini guna menjadikan penelitian ini tersusun rapi.

Bab II penulis mulai memberikan tinjauan umum mengenai

tafsir ayat mutasyabihat periode klasik dan modern meliputi;

pengertian ayat mutasyabihat, jenis-jenis ayat mutasyabihat, tafsir

ayat mutasyabihat menurut ulama klasik dan modern. Hal ini ditulis

sebagai pemahaman awal mengenai kajian seputar ayat tafsir

mutasyabihat.

47 Didi Junaedi, “Living Qur’an: Sebuah Pendekatan Baru dalam Kajian Al-

Qur’an (Studi Kasus di Pondok Pesantren As-Siroj Al-Hasan Desa Kalimukti Kec.

Pabedilan Kab. Cirebon)” Journal of Qur’an and Hadith Studies – Vol. 4, No. 2, 2015. ha.

183

Page 49: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

29

Bab III penulis menguraikan Biografi Syekh Fadi sebagai

narasumber daurah ilmiah, mengenal kitab rujukan yang digunakan

dalam daurah ilmiah serta mengenal profil Yayasan Syahamah

Banten dan program kegiatan Yayasan, Profile Syahamah dibahas

untuk mengetahui tentang sejarah Yayasan, struktur kepengurusan,

nama dan badan hukum Yayasan, Visi Misi dan Motto Yayasan

serta Tujuan dan kegiatan yang ada di Yayasan Syahamah. Profil

Yayasan Syahamah dibahas guna untuk mengetahui gambaran

umum Yayasan Syahamah. Penulis juga memaparkan biografi

narasumber daurah ilmiah Yayasan Syahamh Banten serta profile

jamaah sebagai bentuk perwakilan dari para jamaah, untuk melihat

sejauh mana pelaksanaan pengajian tersebut sehingga menimbulkan

respon dari jama’ah yang mengikuti daurah ilmiah.

Bab IV bab ini merupakan jawaban dari rumusan masalah

penelitian penulis, menguraikan tentang materi daurah ilmiah

berkenaan dengan takwil ayat mutasyabihat serta analisis metode

penafsiran Syekh Fadi dalam daurah ilmiah Yayasan Syahamah

Banten serta respon jamaah terhadap materi yang disampaikan.

Karena setiap proses suatu kegiatan kajian pasti timbul sebuah

respon jama’ah. Respon jama’ah menjadi penting di bahas untuk

mengetahui sejauh mana jama’ah merespon atas kajian daurah

metode memahami ayat mutasyabihat yang telah mereka ikuti.

Alasan penulis memasukkan materi daurah ilmiah metode

memahami ayat mutasyabihat dalam bab ini juga guna untuk melihat

improvisasi Syekh Fadi dalam penyampaian

Bab V penutup, terdiri dari kesimpulan dari hasil uraian

keseluruhan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, termasuk

didalamnya kesimpulan yang ada dibab IV yang menganalisis

Page 50: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

30

tentang materi yang disampaikan dalam daurah ilmiah Yayasan

Syahamah Banten serta respon dari jamaah juga berisi saran dan

rekomendasi untuk penelitian selanjutnya.

Page 51: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

31

BAB II

TAFSIR AYAT MUTASYABIHAT PERIODE KLASIK DAN

MODRN

Sebelum membahas mengenai memahami tafsir ayat-ayat

mutasyabihat perspektif Syekh Fadi dalam daurah ilmiah yayasan

Syahamah Banten, penulis perlu menguraikan terlebih dahulu

mengenai makna dari ayat mutasyabihat dan jenisnya serta

mengenai ayat mutasyabihat dikalangan mufassirin dari zaman

dahulu hingga saat ini sudah banyak dibicarakan baik dari segi

makna, maupun makna dari ayat mustasyabihat itu sendiri.

A. Pengertian Ayat Mutasyabihat

Pertama penulis akan menjelaskan makna mutasyabihat

secara etimologi atau secara Bahasa.

Secara etimologi kata mutasyabih berasal dari kata tasyabuh

yakni bila satu dari dua hal serupa dengan yang lain. Dan syubhah

ialah keadaan dimana salah satu dari dua hal itu tidak dapat

dibedakan dari yang lain karena adaya kemiripan diantara keduanya

secara kogkrit maupun abstrak. Sebagaimana firman Allah:

بها وأتوا بهۦ متش

“Dan mereka diberi yang serupa dengannya.” (Al-Baqarah:25)

Maksudnya adalah , Sebagian buah-buahan surga itu serupa

dengan sebagian yang lain karena adanya kemiripan dalam hal

warna, tidak dalam hal ras dan hakekat. Dikatakan pula mutasyabih

adalah mutamatsil (menyerupai) dalam perkataan dan keindahan.

Jadi tasyabuh al-kalam adalah kesamaan dan kesesuain perkataan,

karena sebaginnya membenarkan yang lain serta sesuai pula

Page 52: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

32

maknanya. Inilah yang dimaksud dengan at-tasyabuh al-‘amm atau

mustasyabihat dalam arti umum.1

Makna mutasyabihat dalam kamus Mu’jam Al-Wasit ialah:

يحتملرعدةرمعانررر)رالمتشابهر(رالنصرالقرآني

Artinya “Nash Al-Qur’an yang mengandung banyak arti.” 2

secara istilah ayat mutasyabihat memiliki banyak

pengertian, dalam buku yang berjudul “kaidah-kaidah tafsir”

definisi mutasyabihat diringkas menjadi empat definisi yang saling

berdekatan yaitu: Pertama, ayat mutasyabihat diartikan sebagai

suatu lafadz yang tidak jelas maknanya karena lafaznya musytarak

yakni memiliki banyak makna atau mengandung arti global (garis

besar), atau karena hal lain. Kedua, ayat mutasyabihat diartikan

sebagai suatu lafaz yang kandungan maknanya tidak berdiri sendiri,

tetapi membutuhkan penjelasan lain diluar dirinya. Ketiga, ayat

mutasyabihat diartikan sebagai suatu lafaz yang taramat sulit

ditafsirkan maknanya karena menyurupa hal lain diluar dirinya.

Keempat, ayat mutasyabihat diartikan sebagai suatu lafaz yang pada

lahiriahnya tidak mengemukakan apa yang dikehendaki atau apa

yang dimaksudkan. Dari keempa definisi mutasyabihat tersebut

hanya berkisar pada satu makna saja, di mana ia tidak bediri sendiri

tetapi memerlukan penjelasan diluar dirinya.3

1 Syaikh Manna’ Al-Qahthan, Pengantar Studi Ilmu AlQur’an, . (Jakarta: Pustaka

Al-Kautsar,2005). hal.265 2 Majma’ al-Lughoh al-Arabiyyah Bi al-Qahirah, Mu’jam Al-Wasit, (t.tp, Dar al-

Da’wah,t.th.), Juz 1 hal.471 3Prof.DR.H. Salman Harun dkk , “Kaidah-Kaidah Tafsir”, (Jakarta: QAF, 2017)

hal. 727-728

Page 53: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

33

Dari pemaparan diatas, maka dapat penulis simpulkan

bahwa ayat mutasyabihat adalah ayat yang belum jelas karena

mengandung arti banyak sehingga dibutuhkan takwil.

B. Jenis-jenis Ayat Mutasyabihat

Jenis ayat mutasyabihat terbagi menjadi dua bagian yaitu sebagai

berikut:

1. Jenis Ayat Mutasyabih Secara Global

Secara global ayat mutasyabihat dibagi menjadi tiga, yaitu:

mutasyabih dari sisi lafadz saja, mutasyabih dari sisi makna saja,

dan mutasyabih dari segi lafaz dan makna. berikut ini akan

dijelaskan mengenai jenis ayat mutasyabihat:

1) Mutasyabihat dari sisi lafadz, Ayat yang mutasyabih dari sisi

lafadz saja ada dua macam yaitu:

Pertama, kembali kepada lafadz-lafadz yang berdiri

sendiri/tunggal (mufrad), baik karena ditinjau dari sisi

bahwa kata itu asing seperti kata: الآب dan kata: يزفونرر atau

karena kata itu adalah muystarak (bermakna ganda), seperti

kata:اليدرر dan kata: اليمين

Kedua, kembali kepada susunan kalimat dan ini dibagi

menjadi tiga macam, yaitu:

a) Untuk meringkas pembicaraan, seperti tentang anak

yatim dan masalah poligami dalam QS. an-Nisa’: 3

Artinya: “Dan jika kamu takut tidak akan dapat

berlaku adil terhadap [hak-hak] perempuan yatim

[bilamana kamu mengawininya] maka kawinilah

wanita-wanita [lain] yang kamu senangi”.

Page 54: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

34

b) Untuk memanjangkan pembicaraan, seperti dalam

lafal ليسركمثلهۦرشيء Artinya:“Tidak ada sesuatu pun

yang serupa dengan Dia” (QS. Asy-Syura: 11),

adanya penambhan lafal kaf pada lafal mitsli كمثل) )

padahal kedunya meiliki arti “seperti” Jika

dikatakan: شيءرر maka akan lebih jelas ليسركمثلهۦر

bagi pendengarnya.

c) Karena adanya tuntutan dari susunan suatu

pembicaraan, seperti: firman Allah dalam (QS. al-

Kahfi: 1-2). Artinya: “Segala puji bagi Allah yang

telah menurunkan kepada hamba-Nya Al-Kitab (Al-

Qur’an) dan Dia tidak mengadakan kebengkokan di

dalamnya, sebagai bimbingan yang lurus”.

Perkiraan dari ayat ini adalah “segala puji bagi Allah

yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al-Kitab

(Al-Qur’an) sebagai bimbingan yang lurus dan Dia

tidak mengadakan kebengkokan di dalamnya”

2) Ayat yang mutasyabih ditinjau dari sisi makna adalah sifat-

sifat Allah dan sifat-sifat hari kiamat karena sifat-sifat itu

tidak dapat kita gambarkan. Kita tidak akan dapat

menggambarkan sesuatu selama kita tidak dapat

mengindranya atau yang sejenis dengannya.

3) Ayat mutasyabih dari segi lafaz dan makna. Bagian ini

terdiri dari lima macam, yaitu: Pertama, dari sisi banyaknya,

seperti yang umum dan yang khsusus, misalnya ayat: ت لوارر فٱق Artinya: “(maka bunuhlah orang-orang yang .ٱلمشركينر

musyrik itu)” (QS. at-Taubah:5). Dalam ayat ini, orang-

Page 55: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

35

orang muslim diperintahkan untuk membunuh orag-orang

dimanapun jika bertemu dengan mereka. Tentu saja hal ini

masih samar tantang batas-batas boleh dan tidaknya mereka

dibunuh. Kedua, dari sisi cara (praktik), seperti yang wajib

dan yang sunah, misalnya pada firman Allah: فٱنكحوارمارطابرر Artinya: ”(maka kawinilah wanita-wanita [lain] yang لكم

kamu senangi)” (QS. an-Nisa’: 3). Ketiga, dari sisi waktu,

seperti yang nasikh dan yang mansukh, seperti perintah

untuk bertakwa sebenar-benarnya misalnya pada ayat: ٱت قواررر حق ت قاتهرٱللر Artinya: “(bertakwalah kalian kepada Allah

dengan takwa yang sebenarnya)” (QS. Ali-Imran: 102).

Keempat, dari sisi tempat dan situasi yang melingkupi

turunnya suatu ayat, seperti:

ررو رٱلبرمنرٱت قى توارٱلب يوترمنرظهورهارولكنليسرٱلبحربنرت

Artinya: “(Dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah

dari belakangnya, akan tetapi kebajikan itu ialah kebajikan

orang yang bertakwa) (QS. al-Baqarah: 189).”

Maksud dibelakang rumah didalam ayat tersebut nash

samar. Orang yang tidak mengetahui ada kebiasaan orang-

orang jahiliyah tidak bisa memahami ayat tersebut. Kelima,

dari sisi syarat yang merupakan kunci sah atau tidaknya

suatu perbuatan, seperti syarat-syarat shalat dan nikah.4 2. Jenis Ayat Mutasyabihat Berdasarkan Bisa Tidaknya Diketahui

Oleh Manusia

4 Imam Suyuti, Ulumul Qur’an II , (Solo: Indiva Pustaka, 2008), hal. 96-97

Page 56: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

36

Jenis ayat mutasyabihat berdasarkan bisa tidaknya diketahui

oleh seseorang ada tiga macam: Pertama, yang tidak mungkin

diketahui maknanya, seperti hari kiamat, keluarnya ad-Dabbah dan

yang seperti itu. Kedua, yang lain yang mungkin bagi seorang

manusia untuk mengetahui maknanya, seperti kata-kata yang asing

dan hukum-hukum yang sulit. Ketiga, adalah di antara keduanya,

yang pengetahuannya hanya dapat dilakukan oleh para ulama yang

dalam ilmunya dan tidak dapat diketahui oleh selain mereka. Inilah

yang diisyaratkan oleh Rasulullah SAW. pada sabdanya kepada

Ibnu Abbas, “Ya Allah, berikanlah pemahaman kepadanya dan

ajarkanlah takwil kepadanya.”5

Yang menjadi pokok bahasan dalam tulisan ini adalah

mutasyabihat yang maknanya mungkin diketahui yaitu ayat

berkenaan dengan ayat mutasyabihat tentang sifat tuhan melalui

penelitian terhadap kajian daurah ilmiah Yayasan syahamah Banten

yang dinarasumberi oleh Ulama Lebanon yaitu Syekh Fadi.

C. Tafsir Ayat Mutasyabihat Menurut Ulama Klasik (Salaf)

Ulama klasik atau yang biasa disebut ulama salaf atau ulama

generasi awal. Menurut Thablawi Mahmud Sa’ad dalam buku “Ilmu

kalam” disebutkan bahwa salaf artinya ulama terdahulu atau salaf

terkadang dimaksudkan untuk merujuk generasi sahabat, tabi’in,

tabiut tabi’in, para pemuka abad ke-3 Hijriyah, dan para

pengikutnya pada abad ke-4 yang terdiri atas para muhadditsin dan

sebagainya. Atau salaf dapat diartikan sebagai ulama-ulama yang

hidup pada tiga abad pertama islam. Menurut Asy-Syahrastani (472-

5 Imam Suyuti, Ulumil Qur’an II, hal 96

Page 57: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

37

548 H), ulama salaf tidak menggunakan takwil dalam menafsirkan

ayat-ayat mutasyabihat dan tidak mempunyai paham tasybih

(antromorfisme). Mahmud Al-Bisybisy dalam Al-Firaq Al-

Islamiyyah mendefinisikan salaf sebagai sahabat, tabi’in dan tabiut

tabi’in yang dapat diketahui dari sikapnya menolak penafsiran yang

mendalam mengenai sifat-sifat Allah yang menyerupai segala

sesuatu yang baru untuk menyucikan dan mengagungkan-Nya.6

Berikut akan dijelaskan pendapat ulama salaf berkaitan

dengan persolan-persoalan dalam memahami ayat-ayat

mutasyabihat.

Yang termasuk ulama salaf diantaranya adalah Ibn

Hanbal beliau lahir di Baghdad pada tahun 164 H/780 M, dan

meninggal 241 H/855 M. Ia sering dipanggil Abu Abdillah karena

salah anaknya bernama Abdillah. Ia lebih dikenal dengan nama

Imam Hanbali karena menjadi pendiri Mazhab Hanbali. Ayahnya

meninggal ketika Ibn Hanbal masih berusia muda. Meskipun

demikian ayahnya telah mengawalinya memberikan Pendidikan Al-

Qur’an. Pada usia 16 tahun, ia belajar Al-Qur’an dan ilmu-ilmu

agama lainnya kepada ulama-ulama Baghdad. Lalu mengunjungi

ulama-ulam yang tereknal di Kufah, Basrah, Syam, Yaman, Mekah

dan Madinah.7

Dalam memahami ataupun menafsirkan ayat-ayat

mutasyabihat, Ibn Hanbal lebih menyukai pendekatan lafdzi

(tekstual) dari pada pendekatan takwil, tertama yang berkaitan

6 Prof. Dr. H Abdul Rozak dkk, “Ilmu Kalam”, (Bandung: CV Pustaka Setia

2018) hal.133-134 7 Prof. Dr. H Abdul Rozak dkk, “Ilmu Kalam”, (Bandung: CV Pustaka Setia 2018)

hal.135

Page 58: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

38

dengan sifat-sifat Tuhan. Hal itu terbukti ketika ditanya tentang

penafsiran QS. Thaha:5

رر رٱلرحنرعلىرٱلعرشرٱست وى

Artinya: “Yang Maha pengasih, yang bersemayam d atas ‘Arsy”

Imam Ibnu Hanbal menjawab bahwa penafsiran ayat tersebut adalah:

ف راصرارورهرغرل رب ري رررة رفرصرلروررد ررحرلاربررراءرارشرمركرورراءرشرررفريركرررشرررعرىرالرلرىرعرورت رسرار

Artinya: “Istawa diatas ‘Arsy terserah Dia dan bagaimana

dikehendaki dengan tiada batas dan tiada seorang pun yang

sanggup menyifatinya.”8

Dari pernyataan diatas terlihat Imam Ibn Hanbal bersikap

menyerahkan makna ayat mutasyabihat kepada Allah dan Rasul-

Nya, dan menyucikan-Nya dari keserupaan dengan mahluk. Ia sama

sekali tidak menakwilkan pengertian lahirnya.

Pemahaman ulama salaf ini mayoritas diantara mereka tidak

melakukan penafsiran apapun dari teks-teks tersebut mereka cukup

mengimaninya dengan penetapan sifat-sifat Allah yang telah Allah

tetapkan pada Dzat-Nya dan mensucikan Allah dari penyerupaan

pada hal-hal baru, mereka sepenuhnya menyerahkan maksud yang

sebenarnya kepada Allah SWT. Metodelogi yang mereka gunakan

adalah metode tafwid atau takwil ijmali, mereka tidak mengartikan

istiwa’ dengan bersemayam dan bertempat di ‘Arsy. Mereka

beranggapan bahwa istiwa mempunyai arti tersendiri yang hanya

diketahui oleh Allah dan tidak mengandung penyerupaan sifat-sifat

Allah dengan sifat mahluk-Nya. Sebagaimana yang dilakukan oleh

8 Prof. Dr. H Abdul Rozak dkk, “Ilmu Kalam”, (Bandung: CV Pustaka Setia 2018)

hal.137

Page 59: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

39

Imam Malik ketika beliau ditanya oleh seorang laki-laki yang

berada dimajelisnya laki-laki tersebut bertanya mengenai arti

istawa. Pada saat itu Imam Malik hanya menundukkan kepala

hingga badannya bergetar dan badannya berkeringat lalu beliau

berkata “istawa telah jelas penyebutannya dalam Al-Qur’an dan

bagaimana kaif tidak logis ditanyakan kepada Allah, beriman

kepadanya adalah wajib dan mempermasalahkan istawa adalah

bid’ah. Lalu Imam Malik memerintahkan laki-laki tersebut untuk

dikeluarkan dari majelisnya.9

Yang termasuk bagian dari ulama salaf adalah Ibnu Taimiah.

Ibrahim Madzkur mengatakan bahwa Ibnu Taimiah merupakan

seorang tokoh salaf ekstrem karena kurang memberikan ruang gerak

pada akal. Ibrahim Madzkur juga memberikan catatan tentang

beberapa pemikiran Ibnu Taimiah tentang teologi diantaranya

sebagai berikut:

1. Berpegang teguh pada nash (Teks al-Qur’an dan Hadis)

2. Tidak memberikan ruang gerak yang bebas pada akal

3. Berpendapat bahwa Al-Qur’an mengandung semua ilmu

agama

4. Di dalam islam yang diteladani hanya tiga generasi (sahabat,

tabi’in dan tabi’ut tabi’in)

5. Allah memiliki sifat yang bertentangan dengan tauhid dan

mentanzihkan-Nya

9 Abdulloh Dardum, Teologi Asy’ari dalam Kitab Tafsir (Analisa Metode Ta’wil

Tafsili dalam Memahami Ayat Istiwa’)” Jurnal Kalimah, Vol. 15, No. 2, September

2017.hal 56-57

Page 60: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

40

6. Ibn Taimiah megkritik Imam Hanbali dengan mengatakan

bahwa apabila kalamullah qadim, kalamnya pasti qadim pula.

Ibnu Taimiah adalah termasuk salah satu ulama orang yang

tekstualis. Maka dari itu, pandangannya dinggap oleh mazhab

Hanbali, Al-Khatib ibn Al-Jauzi sebagai pandangan tajsim atau

penyerupaan Allah dengan mahluknya, oleh karena itu, Al-Jauzi

berpendapat bahwa pengakuan Ibnu Taimiah sebagai salaf perlu

ditinjau Kembali.10

Dalam menafsirkan ayat mutasyabihat Ibnu Taimiyah

memilih metode Ithbath yaitu memahami nas secara zahir

maknanya. Pada metode ini tidak saja membawa penafsiran literal

nash yang berbeda bahkan turut menampilkan interpretasi tasawwur

aqidah yang berbeda dan seterusnya menimbulkan konflik dalam

kalangan penuntut ilmu dan masyarakat. seperti yang dinyatakan

dalam karyanya Majmu’ al-Fatawa juz V (26): “Dan kami

mengetahui bahwa sesuatu yang dijadikan sifat oleh Allah untuk

diri-Nya adalah haq, tidak mengandung tekaan maupun teka-teki.

Bahkan maknanya diketahui ketika difahami maksud ucapan

pengucapnya, lebih-lebih lagi jika pengucapannya adalah mahluk

yang paling mengetahui terhadap apa yang diucapkan.”11

10 Prof. Dr. H Abdul Rozak dkk, “Ilmu Kalam”, (Bandung: CV Pustaka Setia

2018) hal.139-140 11 Mustafa Kamal Bin Amat Misra dkk, “Analisis Interpretasi Manhaj Aqidah

Ahl-Sunnah Wa Al-Jama’ah dalam Ayat-ayat sifat” Jurnal ‘Ulwan’s Jilid 4 2019. hal.61

Page 61: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

41

D. Tafsir Ayat Mutasyabihat Menurut Ulama Modern

(Khalaf)

Ulama modern atau ulama khalaf sering kali disebut ulama

muta’akhirin. Kata khalaf biasanya digunakan untuk merujuk pada

ulama yang lahir setelah abad ke-III H dengan karakteristik yang

bertolak belakang dengan yang dimiliki salaf. Karakteristik yang

menonjol dari khalaf adalah penakwilan terhadap ayat mutasyabihat

khusunya tentang sifat Tuhan yang serupa dengan mahluk pada

pengertian yang sesuai dengan ketinggian dan kesucian-Nya.12

Diantara ulama yang termasuk ulama khalaf adalah Al-

Asy’ari nama lengkapnya adalah Abu Al-Hasan ‘Ali bin Isma’il bin

Ishaq Bin Salim bin Isma’il bin Abdillah bin Musa bin Bilal bin Abi

Burdah bin Abi Musa Al-Asy’ari. Menurut beberapa Riwayat Al-

Asy’ari lahir di Bashrah pada tahun 260 H/875 M. Setelah berusia

lebih dari 40 tahun, ia berhijrah ke kota Baghdad dan wafat disana

pada tahun 324 H/935 M.13

Perbedaan pendapat dikalangan mutakallimin mengenai

sifat-sifat Allah tidak dapat dihindarkan. Pada masanya Al-Asy’ari

dihadapkan pada dua pandanga kelompok yang ekstrem. Pada satu

pihak, ia berhadapan dengan kelompok sifatiah (pemberi sifat) yaitu

kelompok mujassimah (antromorfis), dan kelompok musyabbihah

yang berpendapat bahwa Allah mempunyai semua sifat yang

disebutkan dalam Al-Qur’an dan Sunnah bahwa sifat-sifat itu harus

12 Prof. Dr. H Abdul Rozak dkk, “Ilmu Kalam", (Bandung: CV Pustaka Setia

2018) hal.145 13 Prof. Dr. H Abdul Rozak dkk, “Ilmu Kalam”, (Bandung: CV Pustaka Setia

2018) hal.146

Page 62: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

42

dipahami menurut arti harfiahnya. Pada pihak lain, ia berhadapan

dengan kelompok muktazilah yang berpendapat bahwa sifat-sifat

Allah tidak lain selain esensi-Nya, dan tangan, kaki, telinga Allah

atau Arsy atau kursi tidak boleh diartikan secara harfiah, tetapi harus

dijelaskan secara alegoris. Menghadapi dua kelompok yang berbeda

tersebut, Al-Asy’ari bahwa Allah memiliki sifat-sifat (bertentangan

dengan muktazilah) dan sifat-sifat itu seperti mempunyai tangan dan

kaki, tidak boleh diartikan secar harfiah, tetapi secara simbolis

(berbeda dengan pendapat kelompok sifatiah). Kemudian Al-

Asy’ari berependapat bahwa sifat-sifat Allah unik dan tidak dapat

dibandingkan dengan sifat-sifat manusia yang tampaknya mirip.14

As’ariyyah berkeyakinan bahwa Allah ada tanpa tempat dan

tanpa arah. Karena itulah para mufassir pengikut aqidah Al-Asy’ari

mentakwil Istawa dengan Istawla atau Qahara yang memberikan

pemahaman bahwa Allah menguasai ‘Arsy, bukan Allah berada di

atas ‘Arsy.15 Seperti penafsiran yang diungkapkan oleh al-Razi yang

merupakan ulama khalaf dan berakidah ahlusunnah wal-Jama’ah

(As’ariyyah) dalam kitab Tafsirnya Al-Kabir beliau menafsirkan

makna Istawa pada QS. Thaha:5 sebagai berikut:

رر ٱلرحنرعلىرٱلعرشرٱست وى

Al-Razi menafsirkan kata Istawa berdalilkan firman Allah

surah Al-An’am ayat:18, maka kata istawa ditakwil kepada makna

14 Prof. Dr. H Abdul Rozak dkk, “Ilmu Kalam”, (Bandung: CV Pustaka Setia

2018) hal.148 15 Abdulloh Dardum, Teologi Asy’ari dalam Kitab Tafsir (Analisa Metode Ta’wil

Tafsili dalam Memahami Ayat Istiwa’)” Jurnal Kalimah, Vol. 15, No.2, September

2017.hal 62

Page 63: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

43

Qahara yan berarti Allah maha berkuasa diatas sekalain mahluk-

Nya termasuk Arsy firman Allah QS. Al-An’am ayat 18

ررٱلبيرروهورٱلقاهررف وقرعبادهۦروهورٱلكيمر

Artinya: “Dan Dialah yang berkuasa atas hamba-hamba-

Nya. Dan Dia Maha bijaksana, Maha mengetahui.”

Rincian penjelasan juga berdalilkan pada QS. Al-Ikhlas ayat

1 yang tidak menggambarkan berlakunya tajsim bagi Allah, karena

kata Ahad pada suat Al-Ikhas secara langsung menafikan sifat

jismiyyah pada Zat Allah. Dan kalimat Ahad dianggap sebagai hujah

yang paling mantap bagi penunujukkan keesaan Allah SWT.16

Maka jika melihat pada penafsiran yang dilakukan Al-Razi

didapati bahwa belaiu menafsirka suatu ayat berdalilkan ayat yang

lain.

Mengenai pemahaman ulama khalaf mayoritas dari mereka

memalingkan makna-makna teks yang mutasyabihat dari makna-

makna literalnya dan memberikan makna yang sesuai dengan ayat

muhkamat. Mereka memastikan kesucian Allah dari arah, tempat

dan anggota tubuh seperti mahluk-nya mereka menggunakan takwil

tafshili. Maka dari itu mereka menafsirkan istawa dengan kekuasaan

Allah.17 Seperti yang dilakukan Al-Razi dalam menafsirkan ayat

mutasyabihat surat Tahaha ayat 5 beliau menakwil kata Istawa

dengan ayat muhkamat yaitu QS. Al-An’am:18 dengan bermakna

Qahara yakni lafal istawa memiliki arti berkuasa.

16 Al-Razi, Tafsir Al-Kabir, (Misr:al-Matba’ah al-Bahiyyah al-Misriyyah bi

Midan al-Azhar, juz 4 hal.112 17 Abdulloh Dardum, Teologi Asy’ari dalam Kitab Tafsir (Analisa Metode Ta’wil

Tafsili dalam Memahami Ayat Istiwa’)” Jurnal Kalimah, Vol. 15, No.2, September

2017.hal 58

Page 64: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

44

Imam fakhruddin al-Razi juga dalam tafsirnya memberikan

penjelasan tentang firman Allah QS. Thaha:5 sebagai berikut:

ر ٱلرحنرعلىرٱلعرشرٱست وى

المشبهةرتعلقتربذهرالآيةرفرأنرمعبودهمرجالسرعلىرالعرش.روهذاربارطلر.ربالعقلروالنقلرمنروجوه

Kaum Musyabbihah menjadikan ayat ini sebagai rujukan

dalam menetapkan keyakinan mereka bahwa Tuhan mereka duduk,

bertempat atau bersemayam di atas ‘Arsy. Pendapat mereka ini jelas

batil terbantahkan dengan dalil akal dan naqli dari berbagai segi.

نهروتعالركانرولرعرشرولرمكان,رورلمارخلقراللقرلريحتاجرنهرسبحاأحدها:ررأأنهررزعملرأنريزرعمرإرالرمكانربلركانرغنيارعنهر,رفهوربالصفةرالتىرلريزلرعليهارر

.لريزلرمعراللهرعرشرYang pertama: bahwa Allah ada tanpa permulaan. Dia ada

sebelum menciptakan 'Arsy dan tempat. Dan setelah Dia

menciptakan segala makhluk Dia tidak membutuhkan kepada

makhluk-Nya, tidak butuh kepada tempat, Dia maha kaya dari

segala makhluk-Nya. Artinya bahwa Allah azali tanpa permulaan

dengan segala sifat-sifat-Nya, dia tidak berubah, kecuali bila ada

orang yang berkeyakinan bahwa 'Arsy sama azali seperti Allah. Dan

jelas ini kekufuran karena menetapkan sesuatu yang Azali kepada

selain Allah.

نريكونرالزءرالاصلرمنهرفريمينرعرشرأوررروثانيها:رأنرالالسرعلىرالعرشرلبدرغيرالاصلرفريساررالعرشر,رفيكونرفرنفسهرمؤلفارمركبا,روكلرماركانركذلكر

.احتاجرالرالمؤلفروالمركبر,روذالكرمال

Page 65: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

45

Yang kedua: bahwa sesuatu yang duduk di atas 'Arsy

dipastikan adanya bagian-bagian pada zatnya. Bagian zatnya yang

berada di sebelah kanan ‘Arsy jelas bukan bagian zatnya yang

berada di sebelah kiri 'Arsy. Dengan demikian jelas bahwa sesuatu

itu adalah merupakan benda yang memiliki bagian-bagian yang

tersusun. Dan segala sesuatu yang memiliki bagian-bagian dan

tersusun maka ia pasti membutuhkan kepada yang menjadikannya

dalam susunannya tersebut. Dan hal itu jelas mustahil bagi Allah.

نتقالروالركةراورلرلإيكونرمتمكنارمنراأنررماررإرالسرعلىرالعرشررالنررأوثالثها:رر والسكونرفيكونررمدثارلملة,ريمكنهرذلك,رفانركانرالولرفقدرصاررملرالركةرر

بلرأسوأرحالرمنه,رفانرالزمنراذارشاءرنررلمربوطربلركانركارلزماوانركانرالثانيركر.الركةرفررأسهروحدرقتهرأمكنهرذلك,روهورغيرممكنرعلىرمعبودرهم

Yang ketiga: bahwa sesuatu yang duduk di atas ‘Arsy

dipastikan ia berada diantara dua keadaan, dalam keadaan bergerak,

dan berpindah-pindah atau dalam keadaan diam sama sekali tidak

bergerak. Jika dalam keadaan pertama, maka berarti ‘Arsy menjadi

tempat bergerak dan diam, dan dengan demikian maka ‘Arsy jelas

berarti baharu. Jika dalam keadaan kedua maka berarti ia seperti

sesuatu yang terikat, bahkan seperti seorang yang lumpuh. Karena

seorang yang lumpuh jika ia berkehendak terhadap sesuatu ia masih

dapat menggerakkan kepala atau kelopak matanya. Sementara

Tuhan keyakinan mereka yang berada di atas ‘Arsy diam saja.

Page 66: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

46

ورابعها:رهورأنرمعبودهمرامارأنريحصلرفىركلرمكانرلزمهمرأنرريحصلرفرمكانر عاقل,روانرحصلرفرمكانردونرمكانرررهالنجاساتروالقاذورات,روذلكرلريقولر

بذالكرالمكانرفيكونرمتجاروهورعلىراللهرمالررافتقررالرمخصوصريخصصر . Keempat: jika demikian berarti Tuhan dalam keyakinan

mereka adakalanya berada pada semua tempat atau hanya pada satu

tempat saja tidak pada tempat lain. Jika mereka berkeyakinan

pertama berarti menurut mereka Tuhan berada di tempat-tempat

yang najis dan menjijikan. Pendapat semacam ini jelas tidak akan

diungkapkan oleh seorang yang memiliki akal sehat. Kemudian jika

mereka berkeyakinan kedua maka berarti menurut mereka Tuhan

membutuhkan kepada yang menjadikannya dalam kekhususan

tempat dan arah tersebut. Dan semacam ini semua mustahil atas

Allah.

(ريتناولرنفىرالمساواةرمنر11وخامسها:ررأنرقولهرليسركمثلهرشيءر)الشورى:رر)ليسركمثلهرشيءرالرررجميعرالوجوهربدليلرصحةرالستثناء,رفإنهريحسنرانريقال

فىراللوسروالرفرالمقدارروالرفىراللون(روالصحةرالستثناءرتقتضىردخولرجميعريذريبطلرئلهرفىراللوسر,رفخنئالسارلصلرمنريماهذهرالموررتته,رفلوكانرج

. معنىرالآية

Yang kelima: sesungguhnya Allah berfirman "tidak ada

sesuatupun yang serupa dengannya" diperolehnya peniadaan

penyerupaan dari berbagai segi dengan dalil pengecualian yang

benar, karena sesungguhnya apa yang difirmankan oleh Allah itu

sebenarnya, ("tidak ada sesuatupun yang serupa dengan-Nya kecuali

pada tempat duduknya ukurannya dan pada warnanya)"

pengecualian yang benar itu menunjukkan masuknya seluruh

Page 67: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

47

perkara di bawahnya, apabila Allah adalah zat sesuatu yang duduk

maka akan diperoleh ada seseorang yang condong pada tempat

duduk tersebut, maka hal ini adalah makna yang batil.

(رفاذار17وسادسها:رقولهرتعال:ر)ويحملرعرشرربكرفوقهمريومئذرثمنية:رالاقة:ررتكونرالملائكةرحاملينررركانوارحاملينرللعرشرورالعرشرمكانرمعبودهمرفيلزمرأنر

مارأرقهمرومعبودهم،روذلكرغيرمعقولرلنرالالقرهوالذيريحفظرالمخلوقرر,ررالل.رالمخلوقرر,رفلاريحفظرالالقرولريحمله

Yang keenam: Allah telah berfirman:"dan malaikat-malaikat

berada di penjuru penjuru langit, dan pada hari itu delapan orang

malaikat menjunjung ‘Arsy tuhanmu di atas kepala mereka (As Al-

Haqqah:17) apabila para malaikat yang menjunjung ‘Arsy dan ‘Arsy

adalah tempat ibadah para malaikat maka wajib bagi para malaikat

menjunjung kepada penciptanya dan tempat ibadahnya, dan yang

demikian itu tidaklah masuk akal karena sesungguhnya Allah adalah

dzat yang menjaga makhluk-Nya adapun makhluk tidak bisa

menjaga Allah dan tidak bisa menjunjung nya.

Jika keagungan Allah disebabkan dengan tempat atau arah

atas maka tentunya tempat dan arah atas tersebut menjadi sifat bagi

zatnya kemudian itu berarti bahwa keagungan Allah terhasil kan

dari sesuatu yang lain, yaitu tempat. Dan jika demikian berarti arah

atas lebih sempurna dan lebih agung daripada Allah sendiri, karena

Allah mengambil dari arah tersebut. Dan berarti Allah tidak

memiliki kesempurnaan. Tentu saja Ini adalah hal yang sangat

mustahil bagi Allah18.

18 Al-Razi, “Tafsir Al-Kabir wa Mafaatih al-Ghaib” (Beirut: Daarul Fikr, Juz 22).

hal 5-6

Page 68: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

48

Abu Zaid memberikan catatan penting bahwa ta’wil terhadap

ayat mutasyabihat haruslah dipahami berdasarkan ayat-ayat

muhkamat yaitu dengan memposisikan ayat muhkamat sebagai

induk teks yang berfungsi untuk melakukan penjelasan dan

keterangan terhadap ayat mutasyabihat. Mayoritas penafsir

mutaakhirin menggunakan takwil dalam menafsirkan ayat-ayat

mutasyabihat. Seperti Muhammad Asad ia memaknai ayat-ayat

mutasyabihat sebagai ayat yang menggunakan redaksi majazi

(metaforis) dan memiliki makna simbolis. Maka dari itu,

pemahaman metaforis ta’wil harus digunakan agar tidak terjadi

kesalahan dalam menafsirkan ataupun memahami jiwa ajaran Al-

Qur’an.19

19 Fikria Najitama, “Diskursus Muhkam dan Mutasyabih dalam Tafsir”, An-

Nidzam Volume 04, No. 01, Januar-Juni 2017. hal 164-165

Page 69: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

49

BAB III

MENGENAL BIOGRAFI SYEKH FADI DAN YAYASAN

SYAHAMAH BANTEN

Dalam bab ini Penulis terlebih dahulu akan menguraikan

tentang bioarafi Syek Fadi selaku narasumber dalam daurah Ilmiah

di Yayasan Syahamah Banten serta mengulas sedikit tentang kitab

rujukan yang digunakan oleh syekh fadi dalam daurah ilmiah,

penulis juga akan menguraikan mengenai profile Yayasan

Syahamah Banten meliputi sejarah pembentukan Yayasan, Struktur

Yayasan, Nama dan Badan Hukum Yayasan, Tujuan Utama

Yayasan, Dakwah yang diemban Yayasan, serta kegiatan-kegiatan

Yayasan syahamah Banten guna untuk mengetahui gambaran umum

Yayasan Syahamah Banten, serta mencantumkan biodata peserta

jama’ah daurah Ilmiah, hal tersebut ditulis untuk melihat sejauh

mana pelaksanaan dan pemahaman Jama’ah yang dapat

memunculkan respon.

A. Biogarafi Syekh Fadi

Nama lengkapnya adalah Syekh Fadi Fuad Alamuddin berasal

dari Lebanon, perjalanan rihlah dalam menimba ilmu pertama-tama

beliau belajar kepada seorang wali Syekh Abdullah al-Harariyy

selaku pengarang dari kitab As-Shirat Al-Mustaqim seorang

muhadits, qori’ faqih, fashih beliau belajar langsung talaqqi

kepadanya dan beliau juga belajar dari murid-murid Syekh

Abdullah, kemudian beliau masuk universitas sampai lulus

mengambil ijazah. Beliau talaqi langsung pada Syekh Abdullah

belajar ilmu-ilmu fiqih, aqidah, matan shirat dalam aqidah dan

Page 70: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

50

syarah-syarah shirath karena shirat ada banyak syarahnya ada

beberapa syarah lebih dari satu syarah, mukhtashar juga dan

syarahnya lebih dari lima. Di dalam shirat juga beliau belajar Dalil

Qawim dan banyak lagi kitab-kitab lain beliau banyak pelajari

misalnya dalam aqidah seperti aqidah At-Tahawiyah, Rosail al-

Imam abu Hanifah yang memuat didalamnya tentang aqidah, juga

beliau telah mentalaqqikan Muqtadah Syahadathain Imam

Ninabaulsin, beliau juga telah mempelajari Risalah Ibnu as-Syakir

dan banyak sekali kitab-kitab tentang aqidah dan fikih juga dalam

kitab-kitab yang lainnya.1

Pendidikan yang beliau tempuh, pada tahun 1981 – 1982

beliau kuliah di Universitas Arcadia (Beirut- Lebanon) jurusan

Pemprograman Komputer, kemudian pada tahun 1985 - 1988:

Universitas Iman Auzai (Beirut - Lebanon) jurusan yang beliau

ambil Studi Islam, pada tahun 1999 – 2001 beliau melanjutkan studi

S2 Gelar Magister Studi Islam di Universitas Iman Auzai (Beirut -

Lebanon). Bahasa yang beliau kuasai yaitu Bahasa Arab dan

Inggris.

Pengalaman Profesional :

1. Pada tahun 2001 sebagai pembicara dalam seminar Global

University (tema: Aqidah Akhlak dan Fiqh, Beirut – Lebanon

2. Pada tahun 2001 – 2009 sebagai Dosen di Global University of

Lebanon, Beirut - Lebanon

1 Hasil Interview dengan1 Syaikh Fadhi selaku Pengajar Metode Memahami ayat

Mutasyabihat di Yayasan Syahamah Banten pada 21 Juli 2020

Page 71: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

51

3. Pada tahun 2010 – 2012 sebagi penceramah untuk guru di Euthopia

4. Pada tahun 2013 – 2015 sebagai penceramah bagi para guru di

Srilanka

5. Pada tahun 2016 beliau berada di Indonesia

6. Pada tahun 2016 sebagai Penceramah di Pondok Pesantren Ma’had

Aliy Anwar, Semarang

7. Pada tahun 2017 Sebagai pembicara di Universitas Islam Raniri

Aceh, Indonesia

8. Pada tahun 2017 Sebagai pembicara di IAIN Jember (tema: Aqidatu

Muasakir)

9. Pada tahun 2017 sebagai penceramah di Yayasan Khairat Palu,

Sulawesi

10. Pada tahun 2017 sebagai Penceramah di Tamirul Islam Solo - Jawa

Tengah

11. Pada tahun 2017sebagai Penceramah di Pondok Tahfidh Qur’anic

Center Lampung – Sumatera

12. Pada tahun 2017 sebagai Penceramah di Yayasan Radothul

Hasanah, Majelis Talim Ihtihad, Medan – Sumatera

13. Pada tahun 2017 sebagai Penceramah STAI Barumun Raya, Padang

Lawas - Sumatera Utara

14. Pada tahun 2017 sebagai Penceramah di Pondok Pesantren

Kananga, Menes

15. Pada tahun 2017 sebagai Penceramah di Pondok Pesantre Darul

Rahman, Lampung - Sumatera

16. Pada tahun 2018 Sebagai pembicara di Universitas Islam Raniri

Aceh, Indonesia (tema: Aqidah Islam)

17. 2018: Penceramah di Yayasan Syekh Manshur Pandeglang-Banten

18. 2018: Penceramah di Al Khoiriyah Cilegon – Banten

Page 72: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

52

19. 2018: Penceramah di Banten Knowledge Center, Ciputat – Banten

sampai sekarang.2

B. Mengenal Tafsir Rujukan Syekh Fadi

Pengajian tafsir aqidah di Yayasan Syahamah Banten

mengkaji kitab AS-Shirath Al-Mustaqim karya Syekh Abdullah Al-

Harary. Ia adalah seorang ulama besar, panutan para ahli tahqiq,

sandaran para ahli tadqiq, pemuka para ulama 'amilin, pakar hadits,

ahli bahasa, pakar ushul, seorang yang bertaqwa dan zuhud. Beliau

berasal dari Harar, nasabnya bersambung dengan Bani 'Abduddar

dari suku Quraisy melalui jalur Bani Syaibah, bermadzhab Syafi'i

dan mufti wilayah Harar. Syaikh Abdullah Al-Harariyy senantiasa

disibukkan dengan membenahi aqidah ummat dan memerangi

orang-orang ateis serta mengonter ahli bid’ah yang menyimpang

dengan fokus untuk mengarang dan menulis buku3. Salah satu

bukunya yang dikaji adalah kitab As-Shirath Al-Mustaqim yang

didalamnya memuat tentang ilmu-ilmu aqidah. yang di kaji oleh

Syekh Fadi selaku muridnya. Syekh Abdullah dalam kitabya

memaknai ayat mutasyabihat sebagai ayat yang belum jelas

maknanya atau memiliki banyak kemungkinan makna sehingga

perlu perenungan untuk memaknainya dengan pemaknaan yang

sesuai. Kemudian syekh Abdullah juga dalam kitabnya menyatakan

penafsiran ayat-ayat mutasyabihat yang mungkin maknaya

diketahui oleh para ulama wajib dikembalikan pada ayat-ayat

muhkamat supaya tidak bertentangan.

2 Daftar Riwayat hidup Syekh Fadi 3 Muhammad bin Nazi, ar-Ramthuniyy bin dan Ali al Athrasy bin Muhammad. al

Qaul al Jaly Penjelasan Ringkasan Kitab “Mukhtashar ‘Abdullah Al Harariyy” (Jakarta:

Syahamah Press 2018).

Page 73: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

53

Salah seorang murid dari Syekh Abdullah al-Harariyy adalah

seorang alim asal Lebanon yang bernama Syekh Fadi yang dikirim

ke yayasan Syahamah. Ia sangat piawai menjelaskan metode

penafsiran ayat-ayat mutasyabihat berdasarkan pengajaran gurunya.

Ia menjelaskan bahwa ada dua metode yang diberikan oleh para

ulama untuk menakwilkan ayat-ayat mutasyabihat. Syekh Fadi juga

membenarkan dan membolehkan utuk mengamalkan kedua metode

tersebut.4

Metode yang pertama di sebut metode Ulama salaf yaitu

metode yang diikuti mayoritas Ulama salaf. Ulama salaf adalah

mereka yang hidup pada abad ke -3 pertama Hijriyah sebagaimana

itu dikuatkan oleh Imam Ibnu As-Syakir Ad-Dimaski, ada juga

Sebagian pendapat yang mengatakan bahwa Ulama salaf adalah

mereka yang hidup pada 200 tahun pertama Hijriyah, akan tetapi

Syekh Abdullah Al-Harariyy lebih mengunggulkan pendapatnya

Ibnu As-Syakir Ad-Dimaski yang mengatakan ulama salaf mereka

yang hidup pada 300 pertama hijriyah atau 3 abad pertama hijriyah.

metode salaf ialah metode yang digunakan oleh sebagian besar

mayoritas ulama salaf dalam menfasirkan ayat mutasyabihat

mentakwilnya dengan takwil Ijmali atau takwil global. yang

dimaksud takwil Ijmali yaitu ulama salaf dalam memahami ayat

mutasyabihat mereka tidak mengambil makna dzahirnya atau

memalingkan ayat mutasyabihat dari makna-makna dzhahirnya

yang mengimplikasikan adanya tasybih atau penyerupaan Allah dari

mahluknya hal itu dipalingkan tidak diambil maknanya. yaitu

4 Ceramah Syekh Fadi dalam Daurah Ilmiah pada tanggal 8 Maret 2020

Page 74: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

54

dengan cara mengimaninya serta berkeyakinan bahwa ayat tersebut

itu bukan merupakan sifat jism, melainkan ayat tersebut memiliki

makna yang layak bagi keagungan Allah dengan tanpa menentukan

maknanya melainkan mereka mengembalikan ayat mutasyabihat

pada ayat muhkamat seperti firman allah:

.ليسركمثلهۦرشيءر

Kemudian Syekh Fadi mendefinisikan bahwa ulama salaf ialah

mereka yang hidup pada abad 300 tahun hijriyah mereka beriman

sepenuhnya pada ayat mutasyabihat bahwasanaya ayat

mutasyabihat ada dan mereka membenarkan itu dan tidak

memaknainya sebagaimana makna dzahirnya yang ada unsur

tasyabihnya penyerupaan Allah dengan mahluknya, melainkan

mereka memiliki keyakinan bahwa ayat tersebut memiliki makna

yang layak yang sesuai bagi keagungan Allah dan mereka tidak

menentukan tidak menyebut makna secara khusus secara tertentu

terhadap ayat mutasyabihat tersebut. Alasan mengapa Ulama salaf

menggunakan takwil Ijmali dengan memalingkan ayat

mutasyabihat dari makna dzahirnya dengan tanpa menyebut makna

tertentu pada ayat mutasyabihat alasannya karena pada masa itu

belum bermunculan kelompok-kelompok ahli bid’ah kelompok

sesat belum bermunculan.5

Selanjutnya syekh Fadi juga mengungkapkan bahwa di

zaman dahulu memang ada kelompok yang menyalahi ajaran

kelompok ahlusunnah dimasa itu tapi tidak menyebar dan

5 Ceramah Syekh Fadi dalam Daurah Ilmiah pada tanggal 8 Maret 2020

Page 75: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

55

kelompok itu tidak kuat dan tidak viral misalnya kelopok Khawarij

,Qadariyah, Musyabihah dan Rawafidah sudah ada dimasa itu,

tetapi kemunculan yang meyalahi ahlusunnah ini tidak tersebar luas

tidak sampai pada batas yang mengkhawatirkan, Karenanya para

ulama salaf umumnya mayoritas dalam memahami ayat

mutasyabihat mereka tidak menentukan maknanya secara khusus

tertentu karena kondisinya tidak mengkhawatirkan yang mana orang

awam tidak sampai mengikuti mereka. Tetapi jika sekiranya ada

kondisi yang mengkhawatirkan dimasa ulama salaf yang

dikhawatirkan orang-orang awam itu akan mengikuti kelompok-

kelompok sesat kelompok ahli bid’ah maka ulama salaf pun ada

diantara mereka yang menentukan makna dari ayat mutasyabihat.

Selain itu, juga dijelaskan salah satu perkataan Imam Syafi’i:

ءامنتربارجاءرعنراللهرعلىرمرادراللهروبارجاءرعنررسوراللهرصلىراللهرعليهرررلرقار وسلمرعلىرمرادررسولرالله

Artinya: “Aku beriman dengan segala yang berasal dari Allah sesuai

dengan makna yang dikehendaki oleh Allah dan beriman yang

berasal dari Rasulullah sesuai dengan yang dikehendaki

Rasulullah”.

Perkataannya Imam Syafi’i mempunyai pengertian bahwa

dalam memahami ayat mutasyabihat maupun hadis mutasyabihat

sesuai dengan apa yang dikehendaki Allah dan Rasulnya artinya

tidak berdasarkan pada persangkaan-perasangkaan dari makna fisik

dan Jism makna-makna itu tidak boleh dinisbatkan kepada Allah.6

6 Ceramah Syekh Fadi dalam Daurah Ilmiah pada tanggal 8 Maret 2020

Page 76: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

56

Selanjutnya Syekh Fadi menjelasakan Metode kedua yaitu

Metode Ulama Khalaf. Ulama khalaf adalah ulama yang hidup

setelah 300 pertama hijriyah yaitu mereka yang datang setelah

Ulama Salaf. yaitu para ulama yang hidup setelah 300 tahun hijriyah

sampai sekarang. Yang dilakukan oleh Ulama khalaf dalam

memahami ayat mutasyabihat pertama bahwa mereka tidak

memahami ayat mutasyabihat itu berdasarkan makna dzahirnya

melainkan mereka menakwilkan ayat-ayat mutasyabihat dengan

penakwilan tafshili. Takwil Tafshili yaitu Memahami ayat

mutasyabihat dengan menetukan makna yang menjadi cakupan

Bahasa Arab dan makna yang mereka tentukan tidak bertentangan

dengan ayat muhkamat. Artinya bahwa ulama khalaf ini tidak

mamaknai ayat-ayat mutasyabihat berdasarkan pada makna

dzahirnya sebagaimana dengan ulama salaf dalam memaknainya

ayat mutasyabihat mereka tidak memaknai secara dzahir begitu juga

ulama khalaf tetapi perbedaanya adalah ulama salaf sebagian

besarnya tidak menentukan maknanya secara pasti tapi kalau ulama

khalaf menentukan maknanya. 7

Mayoritas ulama salaf menggunakan metode ijmali, tetapi

dalam situasi tertentu jika dibutuhkan secara spesifik untuk makna

ayat mutasyabihat maka yang dilakukann oleh ulama salaf juga

menggunakan takwil tafshili sebagaimana contoh takwil tafshili

yang sudah disebutkan dari penafsiran yang dilakukan oleh ulama

salaf diantaranya seperti penakwilan Imam Bukhari dalam kitabnya.

7 Ceramah Syekh Fadi dalam Daurah Ilmiah pada tanggal 8 Maret 2020

Page 77: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

57

Begitu juga takwil tafshili yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad

Ibnu Hambal dan beliau termasuk Ulama Salaf seperti contoh

penafsiran QS.Al-Qashah:88 dan QS.Al-Fajr:22 .8

Oleh Syekh Fadi juga disebutkan keinginan syekh Abdullah

al-Harrariyy dalam mengarang kitab as-shirat adalah untuk

membantah kelompok Wahabiyah yang menolak takwil bahkan

mereka memaknai ayat-ayat mutasyabihat itu secara dzahirnya

karena orang-orang wahabi mereka mengangggap mengikuti

madzhab Imam Ahmad Hanbali, maka dari itu Syekh Abdullah Al-

Harariyy mengatakan bahwa mereka orang wahabi sebenarnya tidak

mengikuti Imam Ahmad bin Hanbali melainkan mereka

bertentangan untuk menyalahi Imam Ahmad bin Hanbali. dimasa

sekarang banyak dari kelompok wahabiyah yang mengaku pengikut

madzhab Hanafi, Maliki, bahkan Sebagian mengaku sebagai

pengikuti Syafi’i tapi sebenarnya mereka tidak mengikuti madzhab

itu mereka bahkan menyalahi madzhab Hanafi, Maliki dan Syafi’i

bahkan dalam fiqih sebagian mereka mengatakan bahwa katanya

dalam fiqih kita tidak mengikuti seorang madzhab yang ada mereka

mengambil secara langsung dari sumbernya yaitu dari Al-Qur’an

dan sunnah.9

Syekh Fadi juga mejelaskan bahwa Syekh Abdullah al-

Harariyy dalam kitabnya berpendapat bahwa tidak masalah metode

yang digunakan oleh para ulama khalaf ini digunakan dalam

menafsirakan ayat mutasyabihat terutama ketika dikhawatirkan

8 Ceramah Syekh Fadi dalam Daurah Ilmiah pada tanggal 8 Maret 2020 9 Ceramah Syekh Fadi dalam Daurah Ilmiah pada tanggal 8 Maret 2020

Page 78: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

58

terjadinya goncangan aqidah, dikhawatirkan terjadinya keyakinan

tasyabih dari kalangan orang-orang awam untuk menjaga keyakinan

orang awam dari aqidah tasyabih dari keyakinan menyerupakan

Allah dengan mahluknya, supaya mereka tetap dalam keyakinan

yang benar aqidah Ahlusunnah wal jam’ah. Maka Syekh Fadi

berpandangan bahwa Para Ulama Salaf dan Khalaf mereka sama-

sama tidak menafsirkan ayat mutasyabihat berdasarkan makna

dzahirnya karena dalam dzahirnya tersebut terdapat tasyabih

terdapat penyerupaan Allah dengan mahluknya melainkan mereka

semuanya menakwilkan ayat-ayat mutasyabihat ini. Bedanya Ulama

Salaf Sebagian besarnya menakwil ayat-ayat mutasyabihat dengan

takwil ijmali, Yaitu dengan mengimaninya disertai dengan

keyakinan bahwa ayat tersebut memiliki makna yang layak bagi

keagungan Allah SWT dan tanpa meyerupakan Allah dengan

mahluknya, sedangkan Ulama Khalaf mentakwil ayat-ayat

mutasyabihat dengan takwil tafshili. yaitu dengan menentukan

makna dari ayat mutasyabihat tersebut dengan makna yang masih

dalam cakupan bahasa arab dan tidak bertentangan dengan

muhkamat.10

C. Profile Yayasan Syahamah Banten

1. Sejarah Pembentukan Yayasan

Awal berdirinya Yayasan syahamah pertama kali tepatnya di

Klender Jakarta timur. Bermula dari kegiatan organisasi pertama

10 Ceramah Syekh Fadi dalam Daurah Ilmiah pada tanggal 8 Maret 2020

Page 79: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

59

kali dilaksanakan sebagai pusat awal berdirinya. Yayasan

Syahamah berdiri mengalami 2 priode, periode pertama Syahamah

berdiri sebagai organisasi ditahun 1999-2010, pada tahun 1999

Syahamah masih terbentuk sebagai organisasi yang dilatar

belakangi oleh beberapa teman-teman mahasiswa yang kuliah di

Lipia mereka yang memiliki kesadaran akan bahaya dari

menyebarnya ajaran wahabi yang dikembangkan oleh lembaga

pengetahuan islam Lipia maka dari itu teman-teman mahasiswa

yang masih studi di Lipia bernisiatif untuk mendirikan sebuah

organisasi yang bisa mengkaunter ajaran wahabiyah tersebut

melalui kegiatan-kegiatan pengajian, berkerjasama dengan ormas-

ormas kegaaamaan seperti Nahdatul Ulama dan sebagainya.

Di antara orang-orang yang berkontribusi dalam berdirinya

Yayasan Syahamah pada fase pertama ketika Syahamah masih

berbentuk organisasi adalah teman-teman mahasiswa yang alumni

Lipia yaitu mereka yang tidak sependapat dengan ajaran yang ada

di Lipia mereka tahu bagaimana bahayanya ajaran wahabiyah dari

pengetahuan yang mereka dapatkan dilipia, kemudian dari itulah

mendorong mereka untuk mendirikan organisasi Syahamah.

Di samping itu yang berkontribusi besar dalam pendirian

Yayasan Syahamah adalah seorang ulama dari Lebanon yaitu Syekh

Salim alwan al-husayni sekarang menjabat sebagai Mufti pimpinan

Darul fatwa di Australi, beliaulah yang sebenarnya memberikan

banyak pengetahuan pada teman-teman mahasiswa Lipia tentang

bagaimana cara mengkauter ajaran-ajaran wahabiyah karena

Page 80: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

60

rupanya ajaran wahabi bukan hanya berkembang di indonesia

diberbagai negara khusunya Arab Saudi yang merupakan pusat

ajaran wahabi dan ajaran resminya kerajaan Saudi dan di Negara-

negara di timur tengah juga banyak berkembang ajaran wahabi yang

berkembang di sana termasuk di Negara asalnya Syekh Salim yaitu

di Lebanon.

Dan ada juga beberapa kiai di Indonesia yang berkontribusi

dalam mendirikan Yayasan Syahamah seperti Kiai HJ. Mahfud

Asshirun pengasuh pondok pesantren Al-Itqon cengkareng. Pada

awal berdirinya Yayasan Syahamah kia HJ Mahfud Asshirun

merupakan salah satu Pembina Yayasan Syahamah, selain itu yang

berkontribusi dalam mendirikan Yayasan Syahamah yaitu Al-

marhum Kiai Munzil Tamam mantan ketua MUI Jakarta beliau

banyak memberikan nasehat kepada teman-teman mahasiswa untuk

konsisiten dalam meyebarkan ajaran ahlusunnah wal-jama’ah dalam

pandangan beliau ahlusunnah wal-jama’ah itu adalah warisan ajaran

para ulama dulu yang berjasa dalam menyebarkan ajaran islam.

Setelah beberapa tahun kemudian organisasi Syahamah mulai

berkembang dan pengikutnya organisasi banyak kemudian teman-

teman mendatangkan para Syekh dari Lebanon yang awalnya hanya

Syekh Salim saja, akhirnya Syekh Salim mengajak syekh lain

seperti Syekh Fawwaz Abbud, Syekh Syabilal al-Khumaizi mulai

diajak ke indonesia dan akhirnya bukan hanya Syekh Salim yang

ngisi pengajian, mulai dari Lebanon berdatangan ke Indonesia, dan

melihat perkembangan organisasi Syahamah di Indonesia kemudian

Page 81: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

61

dari Lebanon punya inisiatif untuk menjadikan Syahamah sebagai

salah suatu cabangnya Lembaga Jam’iyyah namanya Jam’iyah

Masyarih al-Khairiyah al-islamiyah salah satu pendirinya adalah

Syekh Nizar Al-Halabi, beliau syahid meninggal ditembak oleh

kelompok wahabi. Yang mengajar mengisi pengajian dilembaga

tersebut adalah Syekh Abdullah Al-Kharariyy. Keinginan dari

Jam’iyyah ialah Syamahah ingin menjadi induk dari Jam’iyyah

Lebanon, dan akhirnya setelah disampaikan ke Jam’iyyah

meyepakati hal tersebut supaya Syamahah terkoordinir satu

komando dalam dakwah dan satu manhaj dalam dakwah, akhirnya

sejak ketika itu Syahamah sebagai organisasi bubar berubah menjadi

Yayasan dengan sendirinya karena di daftarkan ke notaris. Setelah

Syahamah tercatat sebagai Yayasan yang punya notaris maka

Yayasan Syahamah punya hak untuk mendirikan pesantren,

madrasah dan lain-lain.11

Dalam perkembangannya, Yayasan Syahamah yang berpusat

di Jakarta, saat ini sudah memiliki jaringan di 15 provinsi di

Indonesia, yaitu DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah,

Jogja, Jawa Timur, NTB, Sulawesi Tengah, Kalimantan Utara,

Aceh, Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat, Lampung dan

Papua.12Penelitian ini hanya difokuskan pada Yayasan syahamah

yang ada di Banten tepatnya di jalan Ciputat molek V No 16 A.

11 Hasil Wawancara Ustadz Syaiful pada tanggal, 20 April 2020. 12 Pdf sejarah profile Singkat Yayasan syahamah Jl. Buaran 1 No.1 Rt:005/012

Klender, Duren Sawit Jakarta Timur.

Page 82: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

62

2. Struktur Kepengurusan Yayasan Syahamah Banten

Susunan Pengurus Syahamah Cab. Banten13

Dewan Pembina : KH. Choirul Anshori, MA

KH. Dr. Khalilurohman Lc, MA

Capt. Muhammad John Jaiz

Ketua : H. Innaka Kamal Ali Lc.

Sekretaris : Sulamun Najihuddin

Bendahara : Lily Setiawati S.P.d

Bidang Pendidikan dan Pengajaran

Kordinator : H. Syaiful Anwar, M, Si.

Anggota : Miftakhul Ghofar S. Sos.I

Hasanuddin S.Pd.

Muhammad Syauqi

Bidang Hubungan Masyarakat Kordinator : Hj. Puti Intan Ageyani Hgr. Dpl. Hotlr

Anggota: Ahmad Taufiq, M. Pd I.

Maria

Bidang Penelitian dan Pengembangan:

Koordnator : Habibullah S.H.

Anggota: H. Abdurrohman al-Bantani S.E

Amrina Alfianti, S.pd.I.

Rahma Pratiwi.

13 Lampiran 1 keputusan Syahamah No:148//A.II.04.d/02/2020 Tentang

Pengesahan Syahamah Masa Khidmat 2020-2025

Page 83: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

63

PENGURUS YAYASAN SYAHAMAH CABANG BANTEN

Pembina

KH.Choirul Ansori

Sekretaris

Salamun Najihuddin

Bidang Pendidikan & Pengajaran

H.Syaiful Anwar, M.si.

Miftahul Ghofar S.Sos.I

Hasanuddin Spd

Muhammad Syauqi

Bidang Hubungan Masyarakat

HJ.Puti Ageyani Hgr Dolt Hotlr

Ahmad Taufiq MPd.I

Maria

Bidang Penelitian & Pengembangan

Habibullah S.H

H.Abdurrahman Al-Bantani S.E

Amrina Alfianti Spd.I

Rahma Pratiwi

Bendahara

Liliy Setiawati SPd.

Capt. Muhammad Jhon Jaiz

KH.Dr. Kholilurrohman

LC,MA.

Ketua

Innaka Kamal Ali LC

Page 84: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

64

3. Nama dan Badan Hukum Yayasan Syahamah

Nama Yayasan: YAYASAN SYAHAMAH (SYABAB

AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH). Akte Notaris: Suparman

Hasyim, SH, No. 1, Tanggal 1 Desember 2010.14

4. Tujuan Utama Yayayasan Syahamah Banten

Yayasan Syahamah Banten Memiliki dua Tujuan utama yang

pertama; mengkouter penyebaran ajaran wahabiyah dan

meyebarnya aliran-aliran yang ditengarai menyimpang dari ajaran

mayoritas ummat islam khusunya di Indonesia selain wahabiyah

seperti yang disebut Hisbut Tahrir, Ikhwanul Muslimin, yang dinilai

bahwa aliran kelompok ini menyimpang dari aliran yang diikuti oleh

mayoritas islam yang ada di indonesia maupun seluruh dunia.

Kemudian tujuannya yang kedua nasru’ ilmi ahlusunnah

menyebarkan ilmu ahlusunnah wal-jama’ah yaitu ajaran as’ariyah

dan maturidiyah.15

5. Motivasi Dakwah Yayasan Syahamah Banten

Motivasi yang diemban oleh Yayasan syahamah ialah

Menjaga kelestarian ajaran Ahlusunnah Wal-jama’ah dan

memastikan ajaran Ahlusunnah Wal jama’ah tetap menjadi ajaran

yang diikuti mayoritas ummat islam khususnya di Indonesia.16

14 Pdf sejarah profile Singkat Yayasan syahamah Jl. Buaran 1 No.1 Rt:005/012

Klender, Duren Sawit Jakarta Timur. 15 Hasil Wawancara Ustadz Syaiful pada tanggal, 20 April 2020. 16 Hasil Wawancara Ustadz Syaiful pada tanggal, 20 April 2020.

Page 85: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

65

6. Kegiatan Yayasan Syahamah Banten

Yayasan Syahamah Banten menyelenggarakan program

pengajian umum yang diikuti oleh masyarakat umum dari berbagai

kalangan dan profesi. kegiatan ini dilaksanakan di Pusat Studi

Aswaja berlokasi di jalan ciputat molek V No 16 A biasanya

dilaksakan setiap hari ahad dengan mengkaji ilmu-ilmu dhorury

(ilmu yang wajib dipelajari) seperti ilmu aqidah dan fiqih. Kegiatan-

kegiatan tersebut diselenggarakan secara gratis tanpa dipungut

biaya.

Selain itu Yayasan Syahamah Banten juga pernah

menyelenggarakan kegiatan daurah ilmiah yang berkerjasama

dengan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang diselenggarakan di

gedung Harun Nasutian dilaksakan 2 hari dengan menghatamkan 1

kitab yang diisi oleh syekh Salim. Selain itu Yayasan Syahamah

juga pernah mengadakan daurah yang berkerjasama dengan senat

mahasiswa fakultas Dirasat Islamiyah dilaksanakan di Aula

Fakultas Dirasat Islamiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Adapun kegiatan penulis teliti ialah daurah ilmiah yang

dilaksanakan di Pusat Studi Aswaja berlokasi di jalan ciputat molek

V No 16 A Yayasan Syahamah Banten yang dilakukan secara

mandiri tidak berkerja sama dengan pihak manapun.

Yayasan Syahamah Banten juga menyelenggarakan program

ziarah ke makam para auliya’ seperti berziarah kemakam para wali-

wali dibanten dan pernah menyelenggarakan kunjungan gunung

santri sekaligus berziarah kemakam para wali yang ada disana.

Page 86: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

66

Selain itu Yayasan Syahamah Banten juga ikut menyemarakkan

kegiatan syi’ar- syi’ar Islam dengan menyelenggarakan peringatan

hari-hari besar Islam, seperti ‘Idul Fitri dan ‘Idul Adha, Maulid

Nabi, Isra’ Mi’raj, Tahun Baru Hijriyyah dan lain-lain.

Di bidang sosial Ada beberapa kegiatan Yayasan Syahamah

Banten diantaranya yaitu menyelenggarakan program santunan

anak yatim dengan menghimpun sumbangan dari para dermawan,

lalu menyalurkannya kepada yang berhak. Kegiatan tersebut

dirangkai dengan ta’lim mingguan bagi mereka dan ibu-ibu wali

anak yatim. Selain itu Yayasan Syahamah Banten juga

melaksanakan kegiatan Pembagian Daging Qurban yaitu dengan

menerima, menyembelih dan menyalurkan daging Qurban dan

seringkali disertai dengan pembagian sembako secara gratis kepada

orang-orang yang menerima pembagian daging qurban tersebut.

Selain itu Yayasan Syahamah Banten juga menerima dan

Menyalurkan Zakat, Infaq dan Shadaqah menerima zakat, infaq dan

shadaqah dari para dermawan, dan menyalurkannya kepada yang

berhak. Yayasan Syahamah Banten juga ikut menyalurkan bantuan

korban bencana dengan menerima dan menyalurkan bantuan untuk

korban bencana dari donatur dari dalam dan luar negeri, baik berupa

makanan, pakaian atau uang, untuk diberikan langsung kepada

korban bencana.17

17 Hasil Wawancara Ustadz Syaiful pada tanggal, 20 April 2020.

Page 87: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

67

7. Biodata Jama’ah Pengajian Daurah

Dalam bab ini, penulis mencantumkan profil atau biodata

responden, yaitu: Profil Jama’ah daurah ilmiah Yayasan Syahamah

Banten yang mengikuti kajian daurah ilmiah.

Tabel 3.1 Profil Jama'ah Kajian Memahami Ayat Mutasyabihat

Nama Jenis Kelamin Usia Pekerjaan Jabatan di Yayasan

Syaiful

Anwar

Laki-laki 40 Pengajar Bid.Pendidikan dan

Pengajaran

Mariah Perempuan 21 Pelajar/

Mahasiswa

Anggota Bidang

Hubungan Masyarakat

Nurul

Qomariyah

Perempuan 21 Pelajar/

Mahasiswa

Jama’ah

Alifatunnisa Perempuan 20 Pekerja

/Kasir

Jama’ah

Firmansyah Laki-laki 25 Pelajar Jama’ah

Fadlur

Rahman

Perempuan 21 Pelajar/

Mahasiswa

Jama’ah

Rahama

Pratiwi

Perempuan 21 Pelajar/

Mahasiswa

Bidang Penelitian dan

Pengembangan

Salamun

Najih

Laki-laki 25 Pekerja Sekretaris

Evaroni

Nasrun

Perempuan 22 Pelajar/

Mahasiswa

Jama’ah

Elsa Anugrah

Putri

Perempuan 21 Pelajar/

Mahasiswa

Jama’ah

Lisa

Ridhowati

Perempuan 22 Pelajar/

Mahasiswa

Jama’ah

Indah

Fadillah

Perempuan 20 Pelajar/

Mahasiswa

Jama’ah

Ahmad Zaid

Zamzami

Laki-laki 37 Pengajar Jama’ah

Bella Bartiza Perempuan 20 Pelajar/

Mahasiswa

Jama’ah

Lauru Egia Perempuan 20 Pelajar/

Mahasiswa

Jama’ah

Page 88: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

68

Riskiy

Hamonangan

Laki-laki 27 Guru Jama’ah

Page 89: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

69

BAB IV

TAKWIL SYEKH FADI TERHADAP AYAT-AYAT

MUTASYABIHAT DALAM DAURAH ILMIAH YAYASAN

SYAHAMAH BANTEN

A. Seputar Daurah Ilmiah Yayayasan Syahamah Banten

Daurah ilmiah merupakan salah satu kegiatan yang

diselenggarakan oleh Yayasan Syahamah Banten. Kegiatan ini

biasanya dilaksanakan setiap 3 bulan sekali. Yayasan Syahamah

Banten juga pernah melaksanakan daurah Ilmiah berkerjasama

dengan berbagai lembaga seperti universitas, pondok pesantren dan

yayasan lain biasanya dilaksanakan 2 atau 1 kali dalam setahun.

Daurah ilmiah yang penulis teliti ini masuk dalam kategori daurah

yang tidak bekerjasama, dan sifat kegiatannya berada dalam ruang

lingkup internal Yayasan Syahamah Banten, meski diperkenankan

adanya peserta dari luar Yayasan. Dilaksanakan pada hari Ahad

tanggal 08 Maret dan 22 Maret 2020 di Markas Yayasan Syahamah

Pusat Studi Aswaja berlokasi di jalan Ciputat Molek V No 16 A.

Daurah ini bertemakan “Metode Ulama Salaf dan Khalaf dalam

Memahami ayat Mutsyabihat” dengan menggunakan sumber

rujukan utama kitab As-Shirath Al-Mustaqim karya Syekh Abdullah

Al-Harariyy. Daurah ilmiah diisi oleh Syekh Fadi Fuad Alamuddin

asal Lebanon selaku murid dari Syekh Abdullah Al-Harary dengan

penyampaian materinya menggunakan Bahasa Arab dan

diterjemahkan oleh Ustadz Syaiful Anwar M, Si., Innaka Kamal Ali

Lc., dan Ustadz Risky secara bergantian untuk memudahkan

jama’ah dalam memahami penjelasannya dan jama’ah yang hadir ±

30 orang saja. Kegiatan daurah ini dilaksanakan untuk semua

Page 90: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

70

kalangan atau terbuka untuk umum. Adapun cara pendaftaran

mengikuti kegiatan daurah ini ialah dengan mendaftar kepada pihak

panitia yang menyelenggarakan dan membayar biaya sebesar 25

ribu rupiah, para peserta daurah yang mendaftar mendapatkan

beberapa fasilitas seperti belajar pada guru yang bersanad, fotokopi

kitab yang dikaji, makan siang dan tea break.

B. Materi Daurah seputar Ayat-ayat Mutasyabihat

Dalam ceramah yang diberikan pada acara daurah ilmiah yang

dilakukan pada hari Ahad tanggal 8 dan 22 Maret 2020 Syekh Fadi

Fuad Alamuddin. memaparkan beberapa langkah pena’wilan yang

dilakukan terhadap beberapa tema yang menjadi kandungan ayat-

ayat mutasyabihat seputar tema istawa ala al-‘arsy, naiknya

kalimah tayyibah, wajah Tuhan, kedatangan Tuhan bersama para

malaikat, makna tangan Tuhan, Ruh Tuhan, Rumah Tuhan dan

istilah “Pemilik Arasy”. Berikut penulis paparkan pena’wilan beliau

terhadap masing-masing tema.

1. Ta’wil Makna Istiwa’ dalam QS. Thaha ayat:5

ٱلرحنرعلىرٱلعرشرٱست وى

Artinya: “Yang maha pengasih yang berkuasa di ‘Arsy”.

Tema pertama yang dikupas secara tuntas pena’wilannya

dalam daurah ilmiah oleh Syekh Fadi Fuad Alamuddin yang

menjadi narasumber dalam daurah yang dilangsungkan pada hari

Ahad tanggal 8 Maret 2020 adalah pena’wilan makna kata kerja

ست وىرار . Menurut Syekh Fadhi, kata kerja ini dalam bahasa Arab

memiliki 15 makna seperti yang akan diterangkan di bawah ini.

Page 91: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

71

Tidak semua makna kata ini, menurut Syekh Fadi layak ataupun

tidak layak dan mustahil dinisbatkan kepada Allah, sehingga tugas

utama mufassir menjadi cukup sulit untuk menentukan makna mana

yang layak diberikan dalam menjelaskan ayat ini.

Yang pertama, menurutnya lafaz ست وىرار dalam Bahasa Arab

bermakna جلسر atau duduk. Kedua, kata juga diartikan ست وىراررر

sebagai padanan kata dalam Bahasa Arabnya untuk makna ستقيمار

)lurus). Ketiga kata ini dalam bentuk masdarnya bisa juga diartikan

untuk makna نضوج yang artinya “makanan masak atau matang”.

Keempat, kata ini juga dimakna حفظرر yang berarti menjaga. Kelima,

kata ini bisa juga berarti اب قى yang berarti “mengekalkan atau

menetapkan”. Keenam, kata ini juga bisa bermakna إست قرر yaitu

menetap. Ketujuh, kata ini juga bermakna قهرررر “menundukkan” atau

“mengusai” dan makna-makna lain yang tidak dijelaskan oleh

Syekh. Jumlah seluruh maknanya ada sebanyak 15 makna.1

Dari 15 makna yang dicakup oleh lafaz است وىر terkait dengan

ayat ke-5 Surah Taha Syekh Fadi menegaskan lagi perlunya mencari

makna yang sesuai, yang sekira maknanya boleh diambil sebagai

bentuk tafsir atau ta’wil bagi lafaz tersebut. Syekh Fadi menjelaskan

bahwa para ulama menjadi pihak yang dapat mengetahui makna

ta’wil lafaz ست وىرار dengan beragam metode yang mereka tempuh.

Menurutnya, seperti diterangkan dalam ceramahnya saat daurah

ilmiah, ada 2 metode yang bisa dilakukan dalam mencari makna

lafaz istiwa’ ini. Jika ditafsirkan dengan makna جلسر yakni duduk,

1 Ceramah Syekh Fadi dalam Daurah Ilmiah pada tanggal 08 Maret 2020

Page 92: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

72

maka makna ini menurutnya tentu bertentangan dengan firman

Allah شيءر karena ada beberapa mahluk yang memiliki ليسركمثلهۦر

kemampuan untuk duduk. Masih menurutnya lagi, siapa saja yang

dinisbatkan dengan aktivitas duduk umumnya dinisbatkan kepada

benda-benda yang memiliki dua bagian: yaitu, yang memiliki sifat

bagian atas dan juga bagian bawah. Mereka dapat melakukan

aktivitas kerja duduk, seperti manusia dan beberapa jenis binatang.2

Dari kenyataan ini, menurut Syekh Fadi tidak boleh dikatakan

bahwa Allah “duduk” karena mengandung unsur tasybih atau

penyerupaan Allah dengan mahluk-Nya, karena ada mahluk Allah

yang memiliki aktivitas duduk.3

Demikian pula, Allah tidak boleh disifati dengan karena إست قر

ada unsur tasybihnya juga, sehingga menisbatkan Allah memiliki

aktivitats menetap menyerupakan Allah dengan mahluk-Nya pula.

Di sini, ayat ke-5 surah Thaha علىرر ٱست وىرٱلرحنر ٱلعرشر juga tidak

boleh ditafsirkan dengan arti نضوجر atau matang, karena akan

meyerupakan Allah dengan mahluk-Nya pula, karena ada makhluk

Allah yang disifati dengan sifat “matang”, نضوجر dan menurut Syekh

Fadi hal itu menyalahi ayat muhkamat dalam firman Allah ayat

muhkamat سركمثلهۦرشيءرلي bahwa Allah tidak menyerupai satupun

dari makhluk-Nya.4

Selain makna-makna yang menyulut tasybih, atau

penyerupaan Allah dengan makhluk-Nya yang diterangkan di atas,

2 Ceramah Syekh Fadi dalam Daurah Ilmiah pada tanggal 08 Maret 2020 3 Ceramah Syekh Fadi dalam Daurah Ilmiah pada tanggal 08 Maret 2020 4 Ceramah Syekh Fadi dalam Daurah Ilmiah pada tanggal 08 Maret 2020

Page 93: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

73

lafaz ست وىرار menurut Syekh Fadi dapat ditafsirkan dengan makna

ررهرقرلرار artinya “menundukkan”. Makna ini boleh dipakai dengan tiga

alasan: Pertama, karena makna menundukkan tidak bertentangan

dengan ayat muhkamat yang menolak tasybih. Kedua, karena

memang makna قهرر yakni menundukkan juga menjadi cakupan

makna ست وىرار dalam bahasa Arab, sehingga para ulama kemudian

mengatakan bahwa boleh menafsirkan ست وىرار seperti dalam firman

Allah swt ٱست وىر ٱلعرشر علىر ”dengan makna “menundukkan ٱلرحنر

karena tidak bertentangan dengan ayat muhkamat yang menegaskan

tidak boleh menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya. Alasan

ketiga yang disebutkan Syekh adalah karena dalam Al-Qur’an dan

hadist-hadits nabi Muhammad Saw sifat القهرر yang dinisbatkan

kepada Allah SWT, yaitu “Maha Menundukkan” merupakan sifat-

sifat jalalah Allah sebagaimana di dalam Al-Qur’an disebutkan: وهورر ٱلقاهررف وقرعبادهرۦ Artinya: “Dan Dialah Allah Dzat yang Maha Menundukkan

menguasai di atas para hamba-Nya.” (QS. Al -An’am:18) 5

Dengan tiga argumentasi di atas, penafsiran kata ست وىرار dengan

makna قهرر sesuai dengan hadis-hadis Nabi Saw dan ayat Al-Qur’an

lainnya dan tidak ada pertentangan dengan ayat muhkamat. Oleh

karena itu, dapat dikatakan bahwa ayat ke-5 surah Taha ٱلرحنرعلىرررر selain itu juga dapat , قهرر dapat dimaknai dengan makna ٱلعرشرٱست وى

dimaknai dengan makna حفظر atau ىقرب رار karena ketiga makna yang

disebutkan merupakan sifat-sifat Allah SWT, yaitu “Maha

Menudukkan ‘Arsy” atau “Maha menjaga ‘Arsy atau juga dapat

5 Ceramah Syekh Fadi dalam Daurah Ilmiah pada tanggal 08 Maret 2020

Page 94: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

74

bermakna رىقرب رار ٱلعرشرر ”Dzat yang Maha Mengekalkan atau

Menetapkan Arasy”.6 Ketiga makna tersebut tidak bertentangan

dengan nash, tidak seperti ketika mengatakan maknanya sebagai

“duduk” sebagaimana dipersangkakan oleh sebagian orang. Syekh

Fadi sekali lagi menegaskan bahwa kalau diartikan dengan جلسر

atau duduk maka ayat ini akan bertentangan dengan ayat lainnya,

sedangkan ayat-ayat Al-Qur’an mustahil saling bertentangan satu

sama lainnya. Begitu juga yang berlaku pada ayat-ayat mutasyabihat

lainnya di dalam Al-Qur’an.7

Metode yang digunakan Syekh Fadi dalam menafsirkan ayat

ini, atau yang beliau katakan sebagai metode yang seharusnya

digunakan oleh ulama tafsir dalam menafsirkan ayat mutasyabihat

adalah dengan melihat makna-makna yang bisa ditarik dari ayat

tersebut dalam pengertian bahasa Arabnya agar tidak bertentangan

dengan ayat-ayat lainnya. Makna-makna yang tidak bertentangan

atau kontradiktif dengan ayat lain dapat dipakai sebagai bentuk

ta’wil, sedangkan makna-makna yang bertentangan sudah

seharusnya dijauhkan. Dalam menetapkan makna yang tidak

bertentangan dengan ayat-ayat lain yang muhkamat inilah kemudian

Syekh Fadi menasehati agar mereka menafsirkannya seraya

mengatakan, “Kemungkinan ini atau kemugkinan maknanya adalah

ini atau ini.”8 Dengan pernyataan tersebut, penulis menyimpulkan

bahwa Syekh Fadi cukup menerapkan kehati-hatian dalam

menentukan makna pilihannya dalam mena’wilkan, karena selain

6 Ceramah Syekh Fadi dalam Daurah Ilmiah pada tanggal 08 Maret 2020 7 Ceramah Syekh Fadi dalam Daurah Ilmiah pada tanggal 08 Maret 2020 8 Ceramah Syekh Fadi dalam Daurah Ilmiah pada tanggal 08 Maret 2020

Page 95: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

75

harus mengembalikan maknanya kepada mafhum dari ayat-ayat

yang muhkamat yang memiliki makna yang jelas, dan juga

kedudukan yang sudah jelas, maka makna yang diambil tidak

bertentangan dengan ayat muhkamat tersebut.

Dalam penjelasan Syekh Fadi di atas penulis dapat simpulkan

bahwa makna ست وىرار disebutkan oleh Syekh Fadi memiliki 15 makna

dalam Bahasa Arab. Dalam ceramahnya, beliau hanya menyebutkan

7 makna saja, yaitu جلسر (duduk) ستقيما ر (lurus), نضوجر (makanan

masak atau matang), حفظر (menjaga), اب قى (mengekalkan atau

menetapkan) إست قرر (menetap) atau bermakna قهرر (menundukkan

atau mengusai). Dari ketujuh makna yang disebutkan, Syekh Fadi

menetapkan bahwa kemungkinan makna lafaz ست وىرار dimaknai

dengan makna قهرر, حفظررر dan اب قى, yaitu menjaga atau memelihara

‘Arsy menundukkan atau menguasai atau ٱلعرشر mengekalkan اب قىر

‘Arsy atau menetapkan ‘Arsy.

Dalam kamus Lisanul Arab dijelaskan bahwa lafal ست وىرار memiliki 13 makna diantaranya: pertama bermakna عتدلرا (sama),

kedua bermakna ب لغر (patokan batas umur atau tingkat Batasan umur

seseorang), ketiga bermakn keempat ,(bermaksud atau berniat) قصدر

keenam ,(menguasai) است ولر kelima bermakna ,(sengaja) عمدر

bermakna ظهرر (menguasakan), ketujuh bermakna رراق بلر (berhadap-

hadapan), kedelapan bermakna اق بلر (mendekati atau mendatangi),

kesembilan bermakna صعدر (mendaki atau menaiki), kesepuluh

bermakna است قرر (menetap), kesebelas bermakna مستقيم (lurus),

Page 96: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

76

kedua belas bermakna هلكر (hancur atau binasa) ketiga belas

bermakna التامر (sempurna).9

Jika merujuk pada kitab As-Shirat karya Syekh Abdullah Al-

Hararry yang menjadi rujukan utama pengajian Yayasan Syahamah,

penulisnya tidak menjelaskan secara khusus mengenai makna lafaz

ست وىرار yang memiliki 15 makna dalam bahasa Arab. Syekh Abdullah

al-Harariyy hanya menyebutkan bahwa ست وىرار wajib dita’wilkan

selain pada makna bersemayam, duduk dan semacamnya.

Menurutnya, hukumnya kafir bagi orang yang meyakini demikian.

Karena dianggap bertentang dengan nash dalam ayat lain, apalagi

terkait masalah tasybih, masih menurutnya pula lafaz istawa tidak

boleh dimaknai secara zahirnya, sebaliknya harus dipahami dengan

makna yang dapat diterima oleh akal, maka ست وىرار dimaknai dengan

,bermakna “menundukkan” dan “menguasai”.10 Walhasil القهرر

penjelasan Syekh Fadi dalam ceramah beliau dalam kegiatan daurah

ilmiah yang dilakukan oleh Yayasan Syahamah Banten pada Hari

Ahad tanggal 8 Maret 2020 dapat penulis anggap tidak bertentangan

dengan buku rujukan utama penafsiran ayat-ayat mutasyabihat yang

dipakai oleh Yayasan Syahamah yang disusun oleh Syekh Abdulalh

al-Harariyy yang merupakan guru dari Syekh Fadi tersebut.

9 Muhammad bin Mukrim bin Ali Abu al-Fadhl Jamaluddin Ibn Mandzur al-

Anshari ar-Ruwaifi’I al-Afriqi, Mu’jam Lisan al-‘Arab fi al-Lughah (Beirut Lebanon:Daar

Shaadar, jilid 4 hal.414-415 10 Syekh Abdullah al-Harariyy, “As-Shirat al-Mustaqim terjemahan Jalan yang

Lurus” (Jakarta: Syahamh Press, 2018), hal. 90.

Page 97: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

77

2. Takwil Makna Naiknya Kalimah Tayyibah QS. Fathir:10

يعاررمنركانريريدرٱلعزةرفللهرٱلعزةرر لح يرف عهۥ إليه يصعد ٱلكلم ٱلطي ب جم وٱلعمل ٱلصArtinya: “Barang siapa menghendaki kemuliaan, maka ketahuilah

itu semuanya milik Allah. Kepada-Nyalah akan naik perkataan-

perkataan yang baik, dan amal kebajikan Dia akan

mengangkatnya. Adapun orang-orang yang merencanakan

kejahatan mereka akan mendapat azab yang sangat keras, dan

recana azab mereka akan hancur”.

Tema kedua yang dikupas secara tuntas dalam daurah ilmiah

ialah penakwilan ayat tentang “Kepada-Nyalah Kalimah Tayyibah

naik”. Permasalahannya adalah bagaimana sesuatu naik ke haribaan

Allah? Ini menjadi sesuatu yang musykil, sehingga menurut Syekh

Fadi ayat “لحري رف عهرۥ ,harus dita’wilkan إليهريصعدرٱلكلمرٱلطي بررروٱلعملررٱلص

sehingga kemudian dipahami bahwa makna Kalimah Tayyibah ini

sebagai “perkataan yang baik yang mendapatkan pahala”, kalimat

tersebut “naik ke tempat yang dimuliakan oleh Allah SWT”, yaitu

langit dan Kalimah Tayyibah akan mengangkat amal shaleh.

Pemaknaan inilah menurut Syekh Fadi yang sesuai dan selaras

dengan ayat muhkamat.

Pertama Syekh Fadi menjelaskan bahwa lafal إليهريصعدرٱلكلمررر diartikan perkataan yang baik Ketika diucapkan mendapatkan ٱلطي بر

pahala seperti kalimat لإلهرإلرالله artinya kalimat itu naik ke tempat

yang dimuliakan oleh Allah SWT yaitu langit. Menurutnya ٱلكلمر itu akan naik ketempat yang dimuliakan oleh Allah SWT dan ٱلطي بر

Page 98: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

78

ٱلطي بر akan mengangkat amal shaleh. Pemaknaan ini yang ٱلكلمر

sesuai dan selaras dengan ayat muhkamat.11

Demikian pula syekh Fadi mengatakan bahwa jika ada dari

seorang mufassir yang menafsirkan إليهريصعدرٱلكلمرٱلطي بر maknanya

bahwa Allah berada di suatu tempat di Arsy, kemudian ٱلكلمرٱلطي بر dinaikkan ketempat tersebut di mana Allah berada, maka penafsiran

ini bertentangan dengan ayat muhkamat ليسركمثلهرشيءر karena Allah

tidak menyerupai satupun dari mahluk-Nya.12 Maka dari itu

menurut Syekh Fadi tidak boleh dikatakan bahwa Kalimah

Tayyibah naik ke ‘Arsy atau tempat Allah karena Allah tidak butuh

pada tempat dan Allah tidak serupa dengan mahluknya. Menurutnya

idhafah yang dimaksudkan dalam firman Allah yaitu pada pada

lafal إليهررر kepada-Nya ialah maksudnya adalah هرترمررركرررل ررمرلرار yaitu

ketempat yang dimuliakan Allah. Syekh Fadi juga memaparkan

tentang macam-macam Idhafah bahwa macam Idahafah ada dua

yaitu idhafah juz’iyyah yakni Sebagian darinya dan idhafah

milkiyyah yaitu kepemilikan. Idhafah yang dimaksud dalam lafal إليهر ialah idhafah kepemilikan. Kemudian Syaikh memberikan 2 contoh

idhafah. Pertama mencontohkan kalimat رهرذرهر يدريرر ini adalah

tanganku, yaitu tangan yang di Idahfahkan padanya adalah idhafah

juz’iyyah artinya tangan ini bagian darinya. Kedua mencontohkan

هرذرهر ىفراترار “Ini Hand Phone saya” ini termasuk idhafah milkiyah

artinya handphon ini milikku. Allah adalah sebagai pemilik seluruh

Alam, pemilik segala sesuatu karena Allah tuhan semesta alam

11 Ceramah Syekh Fadi dalam Daurah Ilmiah pada tanggal 08 Maret 2020. 12 Ceramah Syekh Fadi dalam Daurah Ilmiah pada tanggal 08 Maret 2020

Page 99: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

79

pencipta segala sesuatu dan pemilik dari segala sesuatu. Maka

Syekh Fadi memaknai kalimat ليهرإ ” yaitu ketempat yang dimulikan

oleh Allah. Kemudian Syekh Fadi menegaskan kembali bahwa lafal

ٱلطي بر ٱلكلمر يصعدر maknanya harus ditakwil maksudnya adalah إليهر

Kalimah Tayyibah akan diangkat ketempat yang dimuliakan oleh

Allah SWT yaitu langit. 13

Syekh Fadi memberikan alasan mengapa langit dikategorikan

sebagai tempat yang dimulikan oleh Allah. Alasan pertama langit

itu dikatakan mulia karena di langit tidak pernah dilakukan

perbuatan maksiat di dalamnya. Kedua karena langit adalah

tempatnya para malaikat yang semuanya adalah para kekasih Allah,

semuanya para ulama kekasih Allah betempat di langit. Kemudian

Syekh menyebutkan suatu dalil dalam Al-Qur’an mengenai sifat

malaikat yaitu pada ayat:

رمارأمرهمروي فعلونرماري ؤمرونري عصونرٱللرررلر

Artinya: “yang tidak pernah durhaka kepada Allah terhadap apa

yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa

yang diperintahkan” (QS. at-Tahrim:6).14

Dengan dalil tersebut syekh Fadi berpendapat bahwa

semuanya para kekasih Allah yakni malaikat ini tidak pernah

berbuat maksiat kepada Allah dan senantiasa menjalankan perintah

Allah. 15Jadi Syekh Fadi menyimpulkan bahwa langit adalah

tempatnya para malaikat tempat yang dimuliakan oleh Allah SWT

karena dilangit tidak pernah terjadi maksiat kepada Allah SWT.

13 Ceramah Syekh Fadi dalam Daurah Ilmiah pada tanggal 08 Maret 2020 14 Ceramah Syekh Fadi dalam Daurah Ilmiah pada tanggal 08 Maret 2020 15 Ceramah Syekh Fadi dalam Daurah Ilmiah pada tanggal 08 Maret 2020

Page 100: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

80

Syekh juga menegaskan bahwa dalam menafsirkan ayat-ayat

mutasyabihat wajib dan harus dikembalikan pada ayat-ayat

muhkamat hal itu berlaku pada ayat mutasyabih yang mungkin

diketahui oleh para ulama.

Dari penjelasan Syekh Fadi di atas maka penulis

menyimpulkan ayat “ لحري رف عهرإليهرر يصعدرٱلكلمرٱلطي بروٱلعملرٱلص harus

dipahami bahwa pada lafal tersebut Kalimat Tayyibah atau

perkataan yang baik ketika diucapkan mendapatkan pahala seperti

kalimat لإلهرإلرالله kalimat itu naik ke tempat yang dimuliakan, yaitu

langit, dan Kalimat Tayyibah akan mengangkat amal shaleh.

pemaknaan ini yang sesuai dan selaras dengan ayat muhkamat.

Jika merujuk pada kitab As-Shirat karya Syaikh Abdullah Al-

Harrary yang menjadi rujukan utama dalam daurah ilmiah pengajian

Yayasan Syahamah Banten penulis di sana tidak menjelaskan secara

detail mengenai macam-macam idhafah beserta contohnya dan tidak

menjelaskan alasan mengapa langit menjadi tempat yang

dimuliakan. Di dalam kitab As-Shirath hanya disebutkan bahwa

akan naik لإلهرإلرالله pemaknaanya adalah seperti dzikir ٱلكلمرٱلطي بر

ketempat kemuliaanNya, yaitu langit dan ٱلكلمرٱلطي بر ini juga akan

mengangkat amal shalih dan pemaknaan ini yang sesuai dan selaras

dengan ayat muhkamat.16 Maka dari hasil pemaparan Syekh Fadi di

atas mengenai penjelasan naiknya Kalimat Thayyibah itu tidak

berbeda jauh dengan penjelasan yang ada dalam kitab As-Shirat,

16 Syekh Abdullah al-Harariyy, “As-Shirat al-Mustaqim terjemahan Jalan yang

Lurus” (Jakarta: Syahamh Press, 2018), hal.80

Page 101: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

81

syekh Fadi hanya menambahkan penjelasan mengenai Idhafah

milkiyyah yang ada pada kata إليهر dan alasan mengapa langit

termasuk tempat yang mulia.

3. Takwil Makna Wajah Tuhan QS. al-Qashash:88

رهور رلرإلهرإل ارءاخر رإل لهرٱلكمروإليهرركل شيء هالك إل وجهه ولرتدعرمعرٱلل ت رجعونرر

Artinya: “Dan jangan pula engkau sembah tuhan yang lain selain

Allah. Tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Dia. Segala

sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. Segala keputusan menjadi

wewenangnya, dan hanya kepada-Nya kamu dikembalikan”.

Tema ketiga yang dibahas secara tuntas dalam kajian daurah

ilmiah Yayasan Syahamah Banten ialah mengenai penakwilan

makna wajah Allah. Syekh Fadi menjelaskan ayat tersebut menukil

pada pentakwilan yang dilakukan oleh Imam Bukhari yang terdapat

dalam kitab Jami’nya. Syekh Fadi mengatakan bahwa Imam

Bukhari sebagai Ulama Salaf ternyata juga menakwil wajah Allah

seperti yang akan dijelaskan di bawah ini:

Yang pertama Syekh Fadi menjelaskan bahwa Imam Bukhari

dalam memaknai ههرجرور memiliki dua makna. Pertama kata هرهرجرور bisa

dimaknai dengan هركرلرمر artinya segala sesuatu akan binasa kecuali

kekuasaannya. Kedua diartikan dengan هريرلرإرررهربررربررحرقرت ري رررمار artinya “suatu

amal yang dilakukan untuk mendekatkan diri kepada Allah” Syekh

Fadi juga menjelaskan contoh amal yang dilakukan seseorang

misalnya memberikan sedekah kepada orang fakir dengan

menyebutkan saya bersedekah untuk ارباررحرقرت ر راللهلرر mendekatkan diri

Page 102: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

82

kepada Allah, atau juga misalnya ketika seseorang shalat atau puasa

dilakukan untuk mendekatkan diri kepada Allah.17

Syekh Fadi menjelaskan pada jama’ah bahwa Imam Bukhari

mentakwil dengan menyebutkan إر هكرلررمرلراير هرهرجررورلرإرررك رالرهرررئ رشرررلحركر maksudnya ialah bahwa segala sesuatu akan binasa kecuali

kekuasaa-Nya atau suatu amalan yang dilakukan untuk

mendekatkan diri kepada Allah. Kemudian Syekh Fadi menegaskan

Kembali bahwa lafal مرلرإر هركرلرر artinya adalah kecuali kerajaan

kekuasaan Allah maksudnya bahwa nanti di hari kiamat semua akan

hilang kecuali kerajaa-Nya, atau bisa dimaknai هريرلرإرررهربررربررحرقرت ري رررمار artinya

bahwa nanti pada hari kiamat semua amalan manusia yang

dilakukan tidak akan bermanfaat bagi ummat manusia dan tidak

akan diterima kecuali amalan yang dilakukan semata-mata hanya

dilakukan untuk mendekatkan diri pada Allah. Amalan baik atau

perbuatan baik yang dilakukan karena Allah tersebut nanti di akhirat

yang diterima yang akan kekal dan tidak akan binasa yang akan

memberikan manfaat bagi manusia yang melakukanya dan amal

manusia itu tidak akan bermanfaat bagi dirinya pada hari kimat

kecuali yang diniatkan karena Allah. Menurut Syekh Fadi di akhirat

nanti yang kekal hanyalah kekuasaan atau kerajaan Allah yang azali

yang tidak memiliki permulaan tidak sama seperti kerajaan atau

kekuasaan Allah yang diberikan kepada mahluk-Nya. Kekuasaan

yang diberikan Allah kepada sebagian mahluk-Nya akan binasa

tidak kekal yang kekal hanyalah kekuasaan Allah.18

17 Ceramah Syekh Fadi dalam Daurah Ilmiah pada tanggal 08 Maret 2020 18 Ceramah Syekh Fadi dalam Daurah Ilmiah pada tanggal 08 Maret 2020

Page 103: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

83

Syekh Fadi membenarkan atas penakwilan yang dilakukan

Imam al-Bukhari terhadap ayat yang terdapat dalam QS. Al-Qashah:

88 bahwa Penakwilan pada lafal هرهرجر memiliki 2 makna pertama

adalah هركرلررمرلرإر kecuali kekuasaan Allah atau penafsiran yang lain اررمر amalan yang dilakukan mendekatkan diri kepada راللهلرإرررهربررربررحرقرت ري ر

Allah, amalan itu yang akan nantinya kekal pada hari kiamat. Syekh

Fadi Juga menjelaskan bahwa tidak hanya ayat itu yang di takwil

oleh Imam Bukhari, melainkan ada juga ayat yang lain, misalnya

Imam Bukhari menakwil kata كرحرضر yang dinisbatkan kepada Allah

sebagaimana disebutkan dalam hadis nabi beliau menakwilnya

dengan makna rahmat. Syekh Fadi mengatakan bahwa hadis

tersebut diriwayatkan oleh Imam al-Baihaki dalam kitabnya asma’

wa shifat diriwayatkan oleh al Imam Abu Sulaiman khtobi dan

diriwaytakan oleh Imam Bukhari.19

Jika merujuk pada kitab As-Shirath karya Syekh Abdullah Al-

Harariyy yang menjadi rujukan utama dalam pengajian daurah

ilmiah Yayasan Syahamah Banten maka penulis temukan bahwa

Syekh Fadi selalu berpegang teguh pada kitab As-Shirath misalnya

dalam kitab As-Shirat menyebutkan bahwa pentakwilan QS.Al-

Qashas: 8 terdapat dalam kitabnya Imam al-Bukhari kitab tafsir Al-

Qur’an dalam redaksinya tertulis:

روجه(ررإلرملكهرويقالرمايتقربربهرإليهر رإل رهالك سورةرالقصص:)ركلحرشئ

“Surat al-Qashah وجهر ر إل ر هالك ر شئ yakni kecuali كلحر

kekuasaan-Nya atau amal yang dilakukan untuk mendekatkan diri

19 Ceramah Syekh Fadi dalam Daurah Ilmiah pada tanggal 08 Maret 2020

Page 104: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

84

kepada-Nya”. Kekuasaan Allah adalah salah satu sifat Azali (tidak

memiliki permulaan), tidak seperti kekuasaan yang Ia berikan

kepada mahluk-Nya. Dalam Kitab As-Shirat juga menyebutkan

bahwa didalam Shahih al-Bukhari juga masih terdapat ta’wil

dibagian yang lain seperti takwil pada lafal ضحكر yang terdapat

dalam hadis dengan rahmat-Nya.20 Maka dapat disimpulkan bahwa

Syekh Fadi dalam menjelaskan ayat mutasyabihat selalu berpatokan

pada kitab As-Shirat dan tidak bertentangan dengan apa yang

dijelaskan dalam kitab As-Shirath.

4. Takwil Makna Kedatangan Tuhan Bersama Malaikat QS. Al-

Fajr :22

رررصف اررراروٱلملكرصف ررروجاء ربك Artinya: “Telah datang tanda-tanda kekuasaan Allah, dan

malaikat berbaris-baris”.

Tema keempat yang dikupas secara tuntas dalam daurah

ilmiah pengajian Yayasan Syahahamah Banten ialah mengenai

penakwilan kadatangan tuhan. Dalam menjelaskan ayat ini Syekh

Fadi menukil pada penakwilan yang dilakukan oleh ulama salaf

yaitu Imam bin hanbal melakukan takwil tafshili pada lafal وجاءرربحكر dengan makna munculnya tanda-tanda kekuasaan tuhan.

Yang pertama Syekh menakwil ayat ررتراءرارجرنرايرإررركربحررررراءرجرورهرتررردرقر memiliki arti muncul tanda-tanda kekuasaan Tuhanmu. yang

dimaksud هرتررردرقرررترءرجار artinya telah muncul telah datang tanda-tanda

20 Syekh Abdullah al-Harariyy, “As-Shirat al-Mustaqim terjemahan Jalan yang

Lurus” (Jakarta: Syahamh Press, 2018), hal.80

Page 105: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

85

kekuasaan dari Allah SWT. Syekh Fadi juga memberikan

pemahaman bahwa munculnya atau datangnya tanda-tanda

kekuasaan dari Allah SWT ialah bahwa nanti pada hari kiamat Allah

SWT menampakkan sesuatu yang menjadi tanda kekuasaan Allah

yang belum pernah ditampakkan sebelumnya kepada hamba-

hamba-Nya.kemudian Syekh menguatkan pendapatya dengan

mengatakan "Bukan kah nanti hari kiamat langit akan terpecah belah

kemudian lautan menyala api yang membara kemudian gunung-

gunung lari behamburan sebagaimana awan”. Maka menurut Syekh

Fadi bahwa Allah SWT pada hari kiamat akan menampakkan dan

menunjukkan sesuatu yang menjadi tanda-tanda kekuasaanya. Maka

dari itu hal inilah menurut Syekh Fadi yang dikatakan oleh Imam

Ahmad bin Hanbal ketika menakwilkan ayat كربحررررراءرجرور dengan اررنرإر artinya adalah nanti pada hari kiamat Allah SWT هرتررردرقرررتراءرجر

memunculkan tanda-tanda kekuasaan Allah SWT.21

Jika merujuk pada kitab As-Shirat karya Syekh Abdullah Al-

Hararry yang menjadi rujukan utama pengajian daurah ilmiah

Yayasan Syahamah Banten, di sana tertulis: “Diriwayatkan dengan

shahih pula ta’wil tafshili dari Imam Ahmad yang termasuk ulama

salaf. Telah tsabit darinya bahwa ia berkata tentang firman Allah

SWT (وجاءربحكر) "جرنرإر رتراءرار "هرتررردرقرر “Yakni muncul tanda-tanda

kekuasaan Tuhanmu”22 maka penulis dapat menyimpulkan bahwa

Syekh Fadi dalam menjelaskan makna ayat mutasyabihat selalu

21 Ceramah Syekh Fadi dalam Daurah Ilmiah pada tanggal 08 Maret 2020 22Syekh Abdullah al-Harariyy, “As-Shirat al-Mustaqim terjemahan Jalan yang

Lurus” (Jakarta: Syahamh Press, 2018), hal.86

Page 106: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

86

berpedoman pada kitab As-Shirath tidak keluar dari pembahasan

hanya saja Syekh Fadi menjelaskan lebih detail mengenai apa yang

dimaksud datangnya tanda-tanda kekuasaan dari Allah SWT.

5. Takwil Makna Tangan Tuhan QS. Shaad :75

أستكبترأمركنترمنرٱلعالينررررخلقت بيدي ما من عك أن تسجد لما قالريبليسررArtinya: “Allah berfirman, “Wahai Iblis, apakah yang

menghalangi kamu sujud kepada yang telah aku ciptakan dengan

pemeliharaan dan penjagaan-Ku. Apakah kamu menyombongkan

diri atau kamu merasa termasuk golongan yang lebih tinggi”.

Tema kelima yang dibahas tuntas dalam daurah ilmiah

Yayasan Syahamah Banten ialah penakwilan makna tangan.

Menurut Syekh Fadi tidak boleh seseorang meyakini Allah memiliki

tangan karena keyakinan tersebut bisa mengatarkan pada

menyerupakan Allah dengan mahluk-Nya. Maka dari itu lafal بيدير pada QS. Shaad :75 harus ditakwil

Yang pertama Syekh Fadi menjelaskan lafal رردرجرسرترررنرأررركرعرن رارمرمريدريربر maksudnya ialah seseorang harus meyakini bahwa Allah SWT

tidak memiliki dua tangan dalam artian anggota badan. menurut

Syekh Fadi Orang yang berkeyakinan bahwa Allah memilki dua

tangan dalam artian anggota badan berarti orang tersebut telah

menyerupakan Allah dengan mahluknya dan menyalahi firman

Allah ليسركمثلهۦرشيءر karena Allah tidak serupa dengan mahuk-Nya.

Demikian pula Syekh Fadi menjelaskan bahwa para ulama

Salaf dulu juga mengatakan “kita beriman pada ayat seperti ini tapi

bukan dalam pengertian anggota badan tanpa menyerupakana Allah

dengan mahluknya”, begitu juga dengan Ulama khalaf mereka tidak

Page 107: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

87

memaknai secara dzahir tidak memaknainya sebagai penyerupaan

Allah dengan mahluk-Nya akan tetapi mereka menentukan

maknanya yang mana makna yang ditentukan tersebut masih dalam

cakupan bahasa arab dan tidak bertentangan dengan bahasa Arab.23

Menurut Syekh Fadi Ulama Khalaf juga mentakwil seperti

yang dilakukan oleh Imam Ibnu Hajar Asqallani seorang hafidz

dalam kitabnya Fathul Bari yaitu syarah kitab al-Bukhari mereka

mengatakan bahwa maksud dari al-yaday dalam QS. Shaad :75

adalah al-‘inayah maknanya perhatian khusus dan pemuliaan serta

al-hifz pemeliharaan dan penjagaaan.24

Jika merujuk pada kitab As-Shirat karya Syaikh Abdullah Al-

Harariyy yang menjadi rujukan utama pengajian daurah ilmiah

Yayasan Syahamah Banten, disana dijelaskan bahwa “Boleh

dikatakan maksud kata al-yaday pada QS. Shadd:85 ketika Allah

mencela Iblis ditakwil al-‘inayah (Khusus perhatian khusus dan

pemuliaan) dan al-hifzh (pemeliharaan dan penjagaan). 25 jadi apa

yang dipaparkan Syekh Fadi dalam menjelasakan pentakwilan suatu

ayat selalu berdasar pada kitab As-Shirat.

6. Takwil Makna Ruh Tuhan QS. al-Anbiya’:91 dan QS.

Shaad:76

ن هارءايةررف ن فخنا فيها من روحناوٱلترأحصنترف رجهارر لمينررروجعلنهاروٱب ل لعArtinya: “Dan ingatlah kisah Maryam yang memelihara

kehormatannya, lalu kami memerintahkan kepada Jibril untuk

23 Ceramah Syekh Fadi dalam Daurah Ilmiah pada tanggal 08 Maret 2020

24 Ceramah Syekh Fadi dalam Daurah Ilmiah pada tanggal 08 Maret 2020 25 Syekh Abdullah al-Harariyy, “As-Shirat al-Mustaqim terjemahan Jalan yang

Lurus” (Jakarta: Syahamh Press, 2018), hal.87

Page 108: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

88

meniupkan kedalam Maryam roh yang merupakan milik kami

dan mulia menurut kami.”

Tema keenam dalam daurah ilmiah Yayasan Syahamah

Banten yang dibahas secara tuntas ialah takwil makna ruh tuhan

dalam QS. al-Anbiya’ ayat:91 dan QS. Shaad ayat 76. Syekh

menjelaskan bahwa makna ruh tuhan dalam ayat tersebut

menunjukkan kepemilikan dan untuk memuliakan ruh Nabi Musa

dan Nabi Adam. Menurutnya Allah bukanlah ruh akan tetapi Allah

adalah pencipta jasad dan Ruh.

Pertama Syekh Fadi menjelaskan bahwa yang harus diketahui

seseorang ialah bahwa Allah SWT sebagai pencipta jasad dan ruh

maka dari itu Allah bukan ruh dan bukan jasad karena menurutnya

penyandaran atau penisbatan sesuatu bisa saja atas dasar

kepemilikan atau juziyyah yaitu bagian misalnya kata هذارهاتفي ini

adalah handphone saya, maka makna disitu juga mengandung

makna kepemilikan jadi penisbatan ini bisa jadi dengan makna

bagian bisa jadi dengan kepemilikan.. 26

Kemudian Syekh Fadi menafsirkan firman Allah dalam Al-

Qur’an surat al-Anbiya’ ayat 91: هارمنرروحناف ن فر في حنار pengetiannya

ialah bahwasanya kami memerintahkan kepada Jibril untuk

mengirimkan kepada Maryam ruh yang merupakan milik kami dan

mulia menurut kami jadi disini menunujukkan kepemilikan dan

untuk memuliakan. 27

26 Ceramah Syekh Fadi dalam Daurah Ilmiah pada tanggal 22 Maret 2020 27 Ceramah Syekh Fadi dalam Daurah Ilmiah pada tanggal 22 Maret 2020

Page 109: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

89

Penafsiran ruh dalam QS. Shaad: 76

تهۥرون فخترفيهرر جدينر من روحيفإذارسوي ف قعوارلهۥرسArtinya: “Kemudian apabila telah aku sempurnakan kejadiannya

kemudian aku tiupkan roh (ciptaan) Ku kepadanya; maka

tunduklah kamu dengan bersujud kepadanya.”.

Dalam ayat ini Syekh Fadi juga mengatakan bahwa makna ruh

disitu tujuannya untuk kepemilikan dan untuk memulikan ruh Nabi

Adam tidak boleh dikatakan Allah bagian dari ruh.

Menurut Syekh Fadi Firman Allah SWT lafal يحروررحرررنرمر yang

menerangkan tentang Nabi Adam disitu tujuannya untuk memulikan

dan kepemilikan dengan alasan karena ruh terbagi menjadi dua

bagian, Pertama adalah ruh yang dimuliakan yaitu arwah

musyarrafah dan yang kedua adalah ruh yang buruk yaitu roh

khabitsah. Kemudian Syekh Fadi mengatakan bahwa tidak ada

keraguan apabila ruh-ruh para nabi itu adalah termasuk ruh yang

pertama yaitu ruh yang dimuliakan dan demikian juga ruh Nabi

Adam.28Maka dari itu Syekh Fadi berkesimpulan bahwa

penyandaran dalam QS. al-Anbiya’ ayat:91 dan QS. Shaad ayat 76

ketika disebutkan tentang ruh Allah adalah idhafah milk wa tasyrif

untuk kepemilikan dan pemuliaan kepada-Nya yaitu ruh Nabi Adam

dan ruh Nabi Isa.

Menurut Syekh Fadi Tidak boleh diyakini bahwasanya Allah

SWT adalah ruh kemudian Nabi Adam dan Nabi Isa adalah

termasuk bagian dari ruh maka dihukumi keluar dari Islam orang

28 Ceramah Syekh Fadi dalam Daurah Ilmiah pada tanggal 22 Maret 2020

Page 110: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

90

yang berkeyakinan seperti itu. Karena ruh adalah yang diciptakan

yakni mahluk Allah. Syekh Fadi juga menjelaskan dalil aqli dengan

mengatakan bahwa ruh itu bukanlah Allah dan setiap selain Allah

itu adalah yang diciptakan yakni mahluk oleh karena itu

menurutnya, Allah SWT merupakan sang pencipta segala sesuatu

berarti Allah bukan ruh. Dalil yang lain yang disebutkan Syekh Fadi

yaitu firman Allah dalam Al-Qur’an Al-Isra’ayat 85: لرحوحرٱ يسلونكررر Nabi ketika ditanya tentang masalah ruh maka yang mengetahui عنرر

tentang ruh hanyalah Allah, kemudian Syekh Fadi juga

memberitahukan bahwa penyandaran makna kepemilikan dan

pemuliaan terhadap Allah dalam Al-Qur’an itu bukan hanya pada

ayat رمنرروحناdan مرنررررحرورحري tentang Nabi Isa dan Nabi adam saja.29

Jika merujuk pada kitab As-Shirat karya Syekh Abdullah Al-

Harariyy yang menjadi rujukan utama pengajian daurah ilmiah

Yayasan Syahamah Banten, didalamnya dijelaskan mengenai dua

pembagian ruh yaitu adanya ruh musyarafah yaitu ruh yang

dimuliakan dan khabitsah yaitu ruh yang buruk.Jadi Ruh para nabi

termasuk bagian pertama yaitu ruh yang dimuliakan maka

penyadaran (idhafah ) ruh Nabi Isa dan ruh Nabi Adam kepada

Allah adalah Idhafah milk wa tasyrif (Penyandaran yang berarti

kepemilikan dan pemuliaaan Allah terhadap keduanya). Dan kafir

hukumnya orang yang meyakini bahwa Allah SWT adalah ruh

karena ruh adalah mahluk dan Allah maha suci darinya.30 Alhasil

penulis dapat simpulkan bahwa Syekh Fadi dalam menjelaskan

29 Ceramah Syekh Fadi dalam Daurah Ilmiah pada tanggal 22 Maret 2020 30 Syekh Abdullah al-Harariyy, “As-Shirat al-Mustaqim terjemahan Jalan yang

Lurus” (Jakarta: Syahamh Press, 2018), hal.88.

Page 111: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

91

pemaknaan ayat mutasyabihat selalu berpatokan pada kitab As-

Shirat dan tidak pernah menyimpang dari pembahasan yang ada

dalam kitab As-Shirat.

7. Takwil Makna Rumah Tuhan pada QS. Al-Hajj: 26 dan Pemilik

Arasy QS. al-Mukminun: 116

رتشركربرشير رهيمرمكانرٱلب يترأنرل ب نرلإللطائفينروٱلقائمينرررب يت وطه ررررئاوإذرب وأ

وٱلرحكعرٱلسحجودرArtinya: “Dan ingatlah, Ketika kami tempatkna Ibrahim di

tempat Baitullah dengan mengatakan “Janganlah engkau

mempersekutukan Aku denga apapun dan sucikanlah rumah-ku

bagi orang-orang yang tawaf, dan orang-orang yang beribadah

dan orang-orang yang rukuk dan sujud”.

Tema ketujuh yang dibahas secara tuntas dalam daurah ilmiah

Yayasan Syahamah Banten tentang penakwilan makna Rumah

Tuhan dalam Surat Al-Hajj: 26 dan Pemilik ‘Arsy dalam Surat Al-

Mukminun: 116. Syekh Fadi yang menjadi narasumber dalam

daurah mengatakan bahwa lafal ب يتر rumahku maknanya adalah

untuk penyandaran kepemilikan dan pemuliaan. Adapun

Penyandaran dalam lafal ٱلعرشر ر tersebut menunjukkan bahwa ربح

Allah sebagai pencipta ‘Arsy.

Pertama Syekh Fadi menjelaskan bahwa lafal ب يتر “rumahku”

maknanya adalah untuk penyandaran kepemilikan dan pemuliaan.

Syekh Fadi juga menyatakan bahwa tidak ada salah satu sifat dari

sifat Allah itu adalah sifat al-bait (rumah) bukan seperti sifal al-ilm

yang disandarkan kepada Allah maka menurutnya perlu diketahui

bahwa penyandaran makna ب يتر adalah tentang kepemilikan dan

Page 112: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

92

pemuliaan, Syekh Fadi juga menyatakan bahwa lafal ب يتر bukan

bermaka sifat dan mulabasah yakni bertempat karena sifat

bertempat itu mustahil bagi Allah31

Pentakwilan QS. Al-Mukminun:116

رهورر رلرإلهرإلرٱلملكرٱلقح لىرٱلل ٱلكريمرر رب ٱلعرش ف ت ع

Artinya: “Maka maha tinggi Allah, Raja yang sebenarnya, tidak ada

tuhan yang berhak disembah selain Dia, Tuhan yang memiliki Arsy

yang mulia”.

Pada lafal ayat di atas Syekh mentakwil lafal ٱلعرشر ر ,ربحmaknanya bukan Allah duduk menetap di atas ‘Arsy akan tetapi

lafal tersebut menunujukkan bahwa Allah sebagai pencipta ‘Arasy.

Syekh Fadi berpendapat bahwa penyandaran Allah terhadap

Arasy dalam lafal ٱلعرشر ر menunjukkan bahwa Allahlah yang ربح

menciptakan ‘Arsy. ‘Arsy menurutnya adalah mahluk yang paling

besar ukurannya, Syekh Fadi juga berpendapat bahwa Allah SWT

yang menciptakan ‘Arsy hal ini menunjukkan betapa besarnya

kekuasaannya Allah. Tidak boleh seseorang mengatakan dan

meyakini bahwa Allah bersemayam atau duduk di atas ‘Arsy karena

menurut Syekh Fadi ini adalah pendapat yang tidak sesuai

bertentangan dengan aqidah yang benar.32

Demikian juga Syekh Fadi menyatakan bahwa makna dari

ٱلعرشر ربحر bukan Allah itu duduk di atas ‘Arsy dengan menempel,

kemudian jika Allah dikatakan duduk di atas ‘Arsy berarti Allah

31 Ceramah Syekh Fadi dalam Daurah Ilmiah pada tanggal 22 Maret 2020 32 Ceramah Syekh Fadi dalam Daurah Ilmiah pada tanggal 22 Maret 2020

Page 113: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

93

sama dengan mahluknya. Maka ketika seseorang duduk disuatu

tempat dengan menetap atau menempel maka sang pencipta yang

menciptakan mahluk mustahil bersifat seperti menempel yang ada

pada mahluk-Nya, jika seandainya Allah disifati dengan sifat

mahluk maka hal itu menurut Syekh Fadi bertentangan dengan ayat

yang sudah ada dalam-Al-Qur’an yaitu lafal ليسركمثلهۦرشيءر. Karena

Allah tidak serupa dengan mahluknya maka mustahil bagi Allah

disifati sejajar baik dari bawah maupun dari atas semuanya itu

mustahil bagi Allah, jika seandainya Allah punya sifat sejajar baik

dari bawah ataupun atas berarti Allah sama dengan yang diciptkan

yaitu mahluk-Nya. Padahal Allah Tidak menyerupai mahluk-Nya.

Kemudian Syekh Fadi menjelaskan dua keistimewaan ‘Arsy dan

alasanya mengapa ‘Arsy diistimewakan. Pertama ‘Arsy sebagai

kiblat para malaikat yang mengelilinginya. karena ‘Arsy dikekelingi

oleh malaikat sebagaimana ka’bah juga dimuliakan oleh orang-

orang mukmin yang thawaf mengelilinginya. Kedua keistimewa

‘Arsy di ‘Arsy tidak pernah dilakukan disana perbuatan maksiat

kepada Allah, karena yang berada di sekeliling ‘Arsy adalah

malaikat yang dimuliakan yang mana para malaikat disana mereka

tidak melakukan maksiat dan mereka mengerjakan perintah Allah

yang diperintahkan kepada mereka, para malaikat tidak melakukan

maksiat kepada Allah sekecil apapun.33

Demikian Juga tidak boleh seseorang meyakini Allah

menciptakan ‘Arsy tujuannya hanya untuk duduk di atas aras orang

yang berkeyakinan seperti itu berarti telah menyerupakan Allah

33 Ceramah Syekh Fadi dalam Daurah Ilmiah pada tanggal 22 Maret 2020

Page 114: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

94

dengan para raja yang membuat ranjang-ranjang besar untuk duduk

di atasnya. Maka orang yang tidak mengenal Allah kecuali dengan

hasil yang diajarkan maka ibadahnya tidak sah. Syekh Fadi

berlandaskan pada ungkapan yang pernah disampaikan oleh imam

al-Ghazali dalam kitabnya Ihya’ Ulumuddin ترلر ردرعرب رلرإرررةرادربرعرالرررححرصرردرورب رعرمرالرررةرفرررعرمر bahwa amal perbuatan seseorang itu tidak diterima

kecuali sudah mengenal Allah maka Syekh Fadi beranggapan bahwa

orang yang meyakini Allah bersentuhan dengan mahluk maka orang

ini berkeyakinan yang salah dan keluar dari islam karena orang

tersebut mensifati Allah dengan sifat yang tidak layak bagi Allah.34

Maka dalam hal ini Syekh Fadi berkeyakinan bahwa sifat Allah

tidak bersinggungan atau bersentuhan dengan sifat mahluk dan

mustahil sifat Allah bersentuhan dengan sifat mahluk-Nya.

Jika mengacu pada kitab As-Shirat yang dikarang oleh Syekh

Abdullah Al-Harariyy yang menjadi rujukan utama dalam pengajian

daurah ilmiah Yayasan Syahamah Banten Syekh Abdullah dalam

kitabnya menjelaskan lafal ب يتر mengenai ka’bah adalah

penyandaran idhafah yang berarti kepemilikan dan pemuliaaan

Allah terhadap ka’bah, bukan idhafah yang bermakna sifat atau

mulabasah (betempat), karena mustahilnya persinggungan dan

bersentuhan antara Allah dan ka’bah. Begitu juga ketika Syekh

Abdullah al-Harariyy menejelaskan lafal ٱلعرشر ر lafal itu tidak ربح

menunjukkan kecuali bahwa Allah adalah pencipta ‘Arsy, mahluk

Allah yang paling besar ukurannya. Penyadaran ini bukan karena

‘Arsy memiliki kaitan dengan Allah sebab Allah duduk di atasnya

34 Ceramah Syekh Fadi dalam Daurah Ilmiah pada tanggal 22 Maret 2020

Page 115: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

95

atau berada di atasnya dengan jarak. Maknanya bukan bahwa Allah

duduk di atas ‘Arsy dengan menempel, juga bukan berarti Allah

berada di atas ‘Arsy dengan adanya ruang kosong, baik diperkirakan

luas atau sempit, antara Allah dengan ‘Arsy. Ini semua mustahil bagi

Allah.35 Syekh Abdullah dalam kitabnya juga menyebutkan dua

keistemewaan ‘Arsy sebagaimana yang dijelaskan oleh Syekh Fadi

kepada jama’ah daurah Yayasan Syahamah Banten. Maka terlihat

bahwa syekh Fadi dalam menjelaskan pentakwilan makna ayat

mutsyabihat selalu bersandar pada pendapatnya Syekh Abdullah Al-

Harariyy.

C. Metode Penafsiran Syekh Fadi terhadap Ayat-ayat

Mutasyabihat

Syekh Fadi Fuad Alamuddin sebagai narasumber dalam

kegiatan daurah ilmiah memaparkan tentang metode ulama dalam

memahami ayat-ayat mutasyabihat serta mengenai dalil atau

landasan adanya pemisahan antara muhkamat dan mutasyabihat

dalam Al-Qur’an QS Al-Imran:7. Syekh Fadi menafsirkan QS. Al-

Imran:7

ترفأمار به رأمحرٱلكتبروأخررمتش رهن ت كم هورٱلذيرأنزلرعليكرٱلكتبرمنهرءايترمحويلهۦروما

نةروٱبتغاءرت بهرمنهرٱبتغاءرٱلفت ري علرررٱلذينرفرق لوبمرزيغرف ي تبعونرمارتش ويلهۥ

مرتيذكررإلرر ومار ر رب نا عندر م نر بهۦركل ر ءامنار ي قولونر ٱلعلمر وٱلرسخونرفر ر

رٱلل أولوارإل

ٱللببرر

35 Syekh Abdullah al-Harariyy, “As-Shirat al-Mustaqim terjemahan Jalan yang

Lurus” (Jakarta: Syahamh Press, 2018), hal.89

Page 116: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

96

Artinya: “Dialah yang menurunkan Al-Qur’an kepada kamu.

Diantara isinya ada ayat-ayat muhkamat, itulah pokok-okok isi Al-

Qur’an dan yang lain ayat-ayat mutsyabihat. Adapun orang-orang

yang dalam hati mereka condong kepada kesesatan, maka mereka

mengikuti Sebagian ayat-ayat yang mutasyabihat untuk

menimbulkan fitnah dan mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada

yang mengetahui takwilnya melainkan Allah serta orang-orang yang

mendalam ilmunya, seraya mengatakan: “kami beriman kepada

ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu berasal dari Tuhan

kami”. Dan tidak dapat mengambil pelajaran darinya kecuali orang-

oarang yang berakal” (QS. Ali Imran:7). Ayat ini baginya menjadi dalil bahwa di dalam Al-Qur’an ada

ayat muhkamat dan ayat mutasyabihat. Al-Qur’an diturunkan

kepada Nabi Muhammad SAW dengan menggunakan bahasa Arab

dan didalam bahasa Arab sebagian ibarah-ibarahnya nya ada yang

memiliki makna satu dan ada yang beragam tidak hanya satu makna

saja., begitu juga dalam Al-Qur’an ada yang memiliki makna satu

saja, sebagian yang lain memiliki beragam makna, begitu juga

dengan bahasa yang digunakan oleh manusia ada Sebagian jumlah

kata yang digunakan memiliki banyak makna.36

Selanjutnya Syekh Fadi menguraikan bahwa makna ayat

muhkamat memiliki dua makna. Pertama ayat muhkamat yaitu ayat

yang kemungkinan tidak mengandung makna lain hanya memiliki

satu makna. Kedua makna ayat muhkamat yaitu yang diketahui

maksudnya secara terang secara jelas. Syekh Fadi menjelaskan

sebagaimana yang disebutkan dalam kitab as-shirat.

Syekh Fadi juga memberikan contoh ayat muhkamat firman

Allah SWT Surat as-Syura ayat 11: ليسركمثلهۦرشيءررر artinya:” Allah

36 Ceramah Syekh Fadi dalam Daurah Ilmiah pada tanggal 8 Maret 2020

Page 117: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

97

tidak menyerupai mahluknya baik dari satu segi maupun dari segi

yang lain” dan contoh yang kedua surat Al-Ikhlas ayat:4 ريكنرلهۥرررر ولر .”Artinya: “Dan tidak seorang pun yang setara dengan Allahكفوارأحد

Dan contoh yang terkahir Surat Maryam:65: ي ر اهلرت علمرلهۥرس artinya:

“Engkau tidaklah menemukan surupa bagi-Nya”. Intinya menurut

Syekh Fadi contoh-contoh di atas makna ayatnya menunjukkan

bahwasanya tidak ada perserupaa bagi Allah. 37

Syekh Fadi juga menjelaskan definisi ayat mutasyabihat

dengan mengutip penjelasan dalam kitab As-shirath bahwa ayat

mutasyabihat memiliki dua definisi. Pertama ayat mutasyabihat

yaitu ayat yang belum jelas penunjukkannya, Kedua ayat

mutasyabihat yaitu ayat yang mencakup beberapa makna dan

dibutuhkan pandangan ketelitian untuk memaknai ayat tersebut

berdasarkan pada makna yang sesuai. Kemudian Syekh Fadi

mengatakan bahwa yang memiliki kewenanngan untuk meneliti

makna dari ayat mutasyabihat tidak semua orang dan bukan

kapasistas orang awam yang memiliki kewenangan untuk

menemukan makna tersebut, melainkan yang mempunyai tugas

meneliti makna ayat mutasyabihat adalah ulama tafsir.38

Selanjutnya Syekh Fadi menegaskan lagi mengenai makna

ayat تررروأخررررٱلكتبرررأمحرررهنر به ررمتش bahwa ayat muhkamat adalah امرالكتبرر artinya untuk menafsirkan ayat mutasyabihat harus اصلرالذىريرجعراليها

dikembalikan dan harus diselaraskan dengan ayat muhkamat. Lebih

lanjut Syekh Fadi mengemukakan satu kaidah yang mengatakan

37 Ceramah Syekh Fadi dalam Daurah Ilmiah pada tanggal 8 Maret 2020 38 Ceramah Syekh Fadi dalam Daurah Ilmiah pada tanggal 8 Maret 2020

Page 118: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

98

bahwa ayat Al-Qur’an tidak kontradiktif yakni tidak saling

bertentangan diantara satu ayat dengan ayat lainnya, yakni tidak ada

satu ayat yang menyalahi satu ayat dengan ayat lainnya, akan tetapi

ayat-ayat Al-Qur’an itu saling menguatkan antara satu ayat dengan

ayat lainnya dan tidak saling kontradiksi. Oleh sebab itu Syekh Fadi

berprinsip bahwa untuk menafsirkan ayat mutasyabihat harus

dikembalikan terlebih dahulu kepada ayat muhkamat. Jika ada

makna dzahir yang terdapat dalam ayat mutasyabihat seakan-akan

atau seolah-olah ada keserupaan antara Allah dan mahluk-Nya maka

sudah dipastikan bukan itu maknanya, tetapi makna yang benar

adalah makna yang tidak mengandung unsur tasbih penyerupaan

Allah dengan mahluknya. Dengan begitu menurut Syekh Fadi dalam

menafsirkan ayat mutasyabihat mesti harus mengacu pada makna

yang disebutkan dalam bahasa arab, tidak boleh keluar dari makna-

makna yang berlaku dalam bahasa arab karena Al-Qur’an

diturunkan dengan Bahasa arab maka maknanya harus sesuai

dengan Bahasa arab tidak mungkin Al-Qur’an maknanya keluar dari

bahasa arab makna yang ada dalam ayat mutasyabihat pastinya tidak

bertentangan dengan ayat muhkamat.39

Kemudian Syekh Fadi melanjutkan penjelasanya mengenai

penafsiran ujung kalimat pada QS. Al-Imran ayat 7, فرر ٱلذينر فأمارزيغرر Adapun orang-orang yang didalam hatinya terdapat“ ق لوبمر

kecondongan pada kesesatan kecendrungan pada yang sesat,

kecendrungan untuk keluar dari yang haq, orang-orang yang

didalam nya terdapat zaig yakni terdapat kecenderugan untuk

39 Ceramah Syekh Fadi dalam Daurah Ilmiah pada tanggal 8 Maret 2020

Page 119: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

99

meninggalkan yang haq atau condongan pada yang sesat.

Menurutnya, ويلهنةروٱبتغاءرت بهرمنهرٱبتغاءرٱلفت mereka yang ف ي تبعونرمارتش

mengikuti sebagian ayat mutashabihat tanpa menyelaraskan

maknanya dengan ayat mukamat tanpa mengembalikan maknanya

pada ayat-ayat muhkamat. Mereka mengikuti ayat mutasyabihat

dengan pemahaman makna secara leterlek untuk menimbulkan

fitnah dan mencari-cari takwilnya,

Syekh Fadi menyatakan bahwa orang yang didalamnya

terdapat penyakit zigh kecondongan pada kesesatan yaitu mereka

yang memamahami ayat mutasyabihat mereka mencari-cari

takwilnya tanpa menyelaraskan maknanya dengan ayat muhkamat

mereka mecari-cari takwilnya tujuanya hanya untuk menyebarkan

fitnah untuk menancapkan pemahaman ayat-ayat al-Qura’an lalu

mereka tafsirkan ayat mutasyabihat atau mereka ambil ayat

mutasyabihat sesuai dengan pemahaman dirinya atau sesuai dengan

nafsunya sendiri.40

رر رٱلل رإل ويلهۥ ada dua qira’ah bacaan para ulama pada وماري علمرت

ayat ini, Pertama bacaan yang waqaf pada lafal Allah yaitu وماري علمررٱللر ر إل ر ويلهۥ

ini adalah satu bacaan, kedua waqafnya ada pada ayat ت

selanjutnya yaitu dengan melanjutkan bacaan pada pada ayat ومارٱلعلمر فر وٱلرسخونر ر

ٱلل ر إل ر ويلهۥ

ت Qira’at yang pertama yang ي علمر

waqafnya pada lafal Jalalah memiliki makna tertentu, sedangkan

qira’at yang waqafnya bukan pada lafal Jalalah juga punya makna

yang tentunya berbeda dengan waqafnya yang ada pada lafal

40 Ceramah Syekh Fadi dalam Daurah Ilmiah pada tanggal 8 Maret 2020

Page 120: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

100

Jalalah hal ini yang disebutkan oleh para ulama tafsir. Ulama yang

mengambil bacaan pertama yang meletakkan waqaf dilafal Jalalah

maka ia adalah seperti saat tibanya kiamat secara pasti, sebab tidak

seorangpun yang dapat mengetahui secara pasti kapan datangnya

hari kiamat, begitu juga dengan kapan munculnya Dajjal secara

pasti, jadi memang ada perkara-perkara yang memang Allah SWT

tidak memberitahukan kepada mahluknya kapan secara pasti

perkara-perkara itu muncul.41 Maksudnya adalah ketika seseorang

yang mengambil waqaf pada lafal lafdzul Jalalah maka ayat

mutasyabih tidak ada yang mengetahui takwilnya kecuali Allah

seperti kapan datangnya secara pasti hari kiamat dan secara pasti

munculnya dajjal itu tidak ada yang tahu.

Sedangkan به orang-orang yang mendalam ilmu ءامنار

agamanya mereka mengatakan “kami beriman”. ialah orang-orang

yang yakin bahwa Dajjal akan muncul dan orang yang yakin

beriman kalau hari kiamat pasti datang akan tetapi datangnya dajjal

dan kiamat tidak tau kapan munculnya namun harus meyakini

secara pasti kalau hal itu pasti terjadi, inilah tafsir dari ayat tersebut

berdasarkan qiraat yang pertama,

Kemudian penafsiran qiraat bacaan yang kedua yang tidak

melakukan waqaf pada lafzdul Jalalah melanjutkan ayat

melafalkan dengan ٱلعلمر فر وٱلرسخونر رٱلل ر إل ر ويلهۥ

ت ي علمر maknanya ومار

adalah bahwa Allah SWT dan ulama yang mempuni ilmunya yang

mendalam ilmunya mereka mengetahui takwil dari makna ayat-ayat

41 Ceramah Syekh Fadi dalam Daurah Ilmiah pada tanggal 8 Maret 2020.

Page 121: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

101

mutasyabihat seperti ر maka ulama-ulama yang ٱلرحنرعلىرٱلعرشرٱست وى

mempuni yang memiliki kadalaman ilmu agama mereka tahu tafsir

atau takwil dari ayat mutasyabihat tersebut.

Mereka para ulama orang-orang . ي قولونرءامناربهۦركل رم نرعندررب نار

yang mendalami ilmu agama mengatakan “kami beriman padanya”

yakni kami beriman bahwa ayat-ayat mutasyabihat, ada disebutkan

dalam al-Qur’an dan semuanya baik ayat muhkamat dan

mutasyabihat semuanya dari Allah SWT.42

Kemudian Syekh Fadi menyebutkan sebuah hadis Rasulullah Saw:

اعملواربكمهروءامنواربتشابهرArtinya:“Amalkanlah ayat-ayat muhkamat yang ada dalam Al-

Qur’an dan berimanlah terhadap ayat mutasyabihat yang ada dalam

Al-Qur’an”

Syekh Fadi memberitahukan kepada jama’ah bahwa hadis ini

statusnya dhaif dengan tingkat kedhaifan yang ringan. Atas dasar

ini Syekh Fadi juga mengimbau kepada jama’ah untuk meyakini

keberadaan ayat mutasyabihat ada dalam Al-Qur’an dan ayat

mutasyabihat juga memiliki makna yang layak bagi Allah dan

orang-orang mangamalkan ayat-ayat muhkamat mesti

membenarkan mempercayai ayat-ayat mutasyabihat, tidak boleh

mencari-cari makna dari ayat mutasyabihat dengan tujuan untuk

menyebarkan fitnah yang memiliki tujuan untuk keluar dari

kebenaran .Ada sebagian kelompok yang menyimpang yaitu

sekelompok orang yang cenderung menyerupakan Allah dengan

42 Ceramah Syekh Fadi dalam Daurah Ilmiah pada tanggal 8 Maret 2020

Page 122: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

102

mahluknya yaitu kelompok yang menisbatkan dirinya pada islam

namun sejatinya mereka keluar dari Ah-Sunnah mereka berpegang

teguh pada ayat mutasyabihat sesuai dengan makna yang mereka

maknai sendiri dan mereka menafsirkan ayat mutasyabihat dengan

penafsiran yang menyalahi penafsiran ulama Ahlusunnah, mereka

maknai ayat-ayat mutsyabihat sesuai dengan kecenderungan hawa

nafsunya dan mereka tidak mengikuti ulama Ahlusunnah dalam

menafsirkan ayat mutasyabihat. Maka menurut Syekh Fadi

penafsiran yang benar adalah penafsiran yang dilakukan oleh ulama

Ahlusunnah bukan penafsiran yang dilakukan oleh kelompok-

kelompok yang menyerupakan Allah dengan mahluknya seperti

Musyabihah, Khawarij, qadariyah dan kelompok lain diluar

Ahlusunnah43

Dalam penjelasan Syekh Fadi di atas penulis temukan bahwa

dalam memberikan penjelasan materinya lebih luas dari kitab As-

Shirath yang menjadi rujukan utama kitab daurah ilmiah misalnya

ketika Syekh Fadi menafsirkan surat Al-Imran ayat:7 Syekh Fadi

menafsirkan setiap penggalan-penggalan ayat didalamnya dan

Syekh Abdullah dalam kitab As-shirat hanya menyebutkan inti

makna dari Al-Imran:7.

Dari uraian yang sudah dipaparkan di atas mengenai materi

daurah beberapa penafsiran ayat mutasyabihat. maka penulis akan

memaparkan hasil analisis Metode yang digunakan Syekh Fadi

dalam menafsirkan ayat mutasyabihat yang akan dibahas berikut ini

43 Ceramah Syekh Fadi dalam Daurah Ilmiah pada tanggal 8 Maret 2020

Page 123: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

103

meliputi metode penafsiran, corak dan sumber yang dipakai dan

sumber penafsiran.

1. Analisis Metode Penafsiran

Terdapat Empat metode tafsir yang biasa digunakan oleh para

mufasir dalam menafsirkan ayat yaitu Tahlili, Ijmali, Muqaran Dan

Maudhu’i. Jika melihat beberapa penjelasan ayat yang telah

dipaparkan Syekh Fadi dalam materi daurah ilmiah Yayasan

Syahamah Banten maka penulis menemukan bahwa metode yang

dipakai oleh Syekh Fadi adalah metode Maudhu’i yaitu metode

menafsirkan Al-Qur’an berdasarkan tema-tema tertentu dengan cara

mengumpulkan ayat yang relevan dengan tema-tema yag ditentukan

kemudian di tafsirkan. Terlihat ketika Syekh Fadi menjelaskan di

dalam daurah ilmiah hanya menafsirkan beberapa ayat saja yaitu

tentang tema-tema seputar pentakwilan mengenai ayat-ayat

mutasyabihat khusunya ayat-ayat sifat seperti istawa ala al-‘arsy,

Naiknya kalimah tayyibah, wajah Tuhan, kedatangan Tuhan

bersama malaikat, makna tangan Tuhan, Ruh Tuhan, Rumah Tuhan

dan pemilik arsy. Tema-tema ini menurutnya perlu ditakwil dan

diselaraskan dengan ayat mutasyabihat agar tidak menimbukan

penyerupakan Allah dengan sesuatupun dari mahluk-Nya.

Sebagaimana hasi wawancara penulis dengan Syekh Fadi sebagai

narasumber, Syekh Fadi mengatakan bahwa kaidah dasar yang

digunakan dalam memahami ayat mutasyabihat yaitu ditafsirkan

sesuai dengan makna cakupan bahasa arab dan juga disenadakan

dengan ayat-ayat muhkamat tidak bertentangan artinya ayat

mutasyabihat dikembalikan kepada ayat muhkamat, dilihat apa

Page 124: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

104

makna yang sesuai dengan makna ayat muhkamat yang tidak

bertolak belakang dengan ayat muhkamat44

2. Corak Penafsiran dan Sumber Rujukan Tafsir

Dalam kajian tafsir biasanya terdapat karakter atau corak

tertentu yang menjadi khas yang mendominasi. Sebagaimana

penafsiran Syekh Fadi dalam daurah ilmiah Yayasan Syahamah

Banten dalam penafsiran ayat-ayat mutasyabihat digolongkan pada

tafsir yang bercorak Aqidah, sebagaimana sumber penafsian yang

dipakai sebagai rujukan utama dalam daurah Yayasan Syahamah

yaitu kitab As-Shirath Al-Mustaqim karya Syekh Abdullah Al-

Harariyy yang memuat penjelasan tentang aqidah. Hal ini juga dapat

dibuktikan ketika Syekh Fadi menguraikan beberapa ayat

mutasyabihat selalu diselaraskan dengan muhkamat perlunya

adanya keyakinan bahwa Allah tidak sama atau serupa dengan

Mahluk-Nya. Selain itu Syekh Fadi juga mengungkapkan bahwa

ayat mutasyabihat sangat berkaitan erat dengan masalah aqidah.

Menurutnya banyak sekali dari golongan-golongan sekte-sekte yang

menisbatkan diri mereka pada islam dan telah menyeleweng

menyempal dari aqidah Ahlusunnah waljamaah dari apa yang

dibawah oleh Nabi Muhmmad dan para sahabat pada penafsiran dan

pentakwilan tentang ayat-ayat mutasyabihat seperti halnya

golongan Musyabihhah, al-Qadariyah, Khawarij dan Murji’ah yang

memaknai ayat mutasyabiat tidak sesuai dengan yang disampaikan

44 Interview dengan Syekh Fadhi selaku Narasumber dalam daurah ilmiah pada

21 Juli 2020

Page 125: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

105

Rasulullah. 45 Ahlusunnah wal-jama’ah yang beliau maksud adalah

pengikut Abul Hasan al-Asya’ari dan Iman Abul Mansur al-

Maturidi merupakan dua tokoh besar Ahlusunnah Waljamaah yang

mana keduanya sangat memperhatikan aqidah Ahlusunnah Wal-

jama’ah.46

Selain kitab A-Shirath Al-Mustaqim yang menjadi sumber

penafsirannya Syekh Fadi adalah Sebagai rujukannya Syekh Fadi

adalah Syarah As-Shirath yaitu syarahnya yang lengkap kitab

Dalilul qowim dan kitab lain dari kitab ahli sunnah yang membahas

tentang ayat mutasyabihat yang pengambilanya dari kitab ulama

terdahulu dari kalangan ahlusunnah wal jama’ah. 47 selain itu yang

menjadi sumber penafsirannya adalah kitab Ihya’ Ulumuddin

Syekh Fadi mengutip satu perkataanya Imam Al-Ghazali mengenai

“Tidak sah ibadah seseorang kecuali sudah mengenal Allah”. Hal

ini menunjukkan bahwa Syekh Fadi juga mempunyai bacaan atau

rujukan lain selain kitab as-Shirat namun yang paling mendominasi

dalam sumber penafisrannya adalah kitab As-Shirath Al-Mustaqim

sebagai rujukan utama dalam pengajian daurah ilmiah Yayasan

Syahamah Banten.

Sumber penafsiran (mashadir)yang digunakan oleh Syekh

Fadi dalam daurah Ilmiah Yayasan Syahamah Banten adalah

perpaduan dari sumber) dan al-ra’yi /logika al-ma’tsur (Riwayat).

45 Interview dengan Syekh Fadi selaku Narasumber dalam daurah ilmiah pada 21

Juli 2020 46 Interview dengan Syekh Fadi selaku Narasumber dalam daurah ilmiah pada 21

Juli 2020 47 Interview dengan Syekh Fadhi selaku Narasumber dalam daurah ilmiah pada

21 Juli 2020

Page 126: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

106

Syekh Fadi mengungkapkan sedikit periwayatan misalnya

menyebutkan hadis dalam penafsirannya, tetapi yang lebih

mendominasi diantara keduanya adalah sumber bil-ra’yi. Terlihat

ketika Syekh Fadi selalu melakukan takwil tafshili pada setiap ayat

yang ditafsirkan yakni dengan menentukan makna ayat

mutasyabihat yang disesuaikan dan diselaraskan dengan ayat

muhkamat, disamping itu Syekh Fadi juga menjelaskan hal-hal yang

bersifat kebahasaan seperti ketika beliau menjelaskan aspek-aspek

kaidah nahwu yang ada dalam suatu lafal, menjabarkan tentang

idhafah penyadaran suatu kalimat yang terkandung dalam suatu

ayat.

D. Respon Jama’ah Daurah Ilmiah

Penulis meneliti motivasi jama’ah dalam mengikuti kajian,

manfaat yang diperoleh jam’ah dan pemahaman terhadap materi

yang disampaikan dalam kajian khusunya mengenai kajian ayat

mutasyabihat di Yayasan Syahamah Banten. Hal ini penting untuk

diteliti dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana respon dan

pemahaman jama’ah terhadap kajian ayat-ayat mutasyabihat di

Yayasan Syahamah Banten.

1. Motivasi Jama’ah dalam Mengikut Daurah Ilmiah

Motivasi dalam jama’ah pengajian Daurah Ilmiah Yayasan

syahamah penulis dapat kategorikan menjadi lima kategori jawaban

yang dari jawaban jam’ah yaitu: karena mempelajari ilmu dhorury

ilmu agama yang pokok yaitu ilmu tauhid, karena belajar pada guru

Page 127: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

107

yang jelas sanadnya, karena suasana yang menyenangkan seperti

keluarga sendiri dan dan jama’ahnya ramah-ramah. Dan karena

istiqamah khairun min alfi karamah dan satu lagi hanya untuk

mengisi waktu luang. Berikut tabel motivasi jama’ah dalam

mengikuti pengajian di Yayasan Syahamah

Tabel 1.2 motivasi Jama’ah Mengikuti Pengajian

No Kategori Jumlah

Jama’ah

1 Karena mempelajari ilmu dhorury ilmu agama yang

pokok yaitu ilmu tauhid yang benar

6

2 Karena belajar pada guru tsiqah dan yang jelas

sanadnya

5

3 Karena suasana yang menyenangkan seperti keluarga

sendiri dan dan jama’ahnya ramah-ramah

2

4 Karena Al-istiqomah khoirun min alfi karomah 1

5 Karena untuk mengisi waktu luang dengan hal yang

bermanfaat

1

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa motivasi

jama’ah untuk terus istiqamah dalam mengikuti kajian karena

mempelajari ilmu dhorury ilmu agama yang pokok yaitu ilmu tauhid

berjumlah 6 orang, Karena belajar pada guru tsiqah yang jelas

sanadnya berjumlah 5 orang dan ada 2 jama’ah karena suasana yang

menyenagkan seperti keluarga sendiri dan dan jama’ahnya ramah-

ramah, ada 1 orang yang menjawab bahwa istiqamah itu lebih baik

dari pada seribu karamah, ada juga 1 jama’ah yang motivasinya

hanya untuk mengisi waktu luang dengan hal yang bermanfaat.

Enam jama’ah yang bermotivasi karena mempelajari ilmu

dhorury ilmu agama yang pokok yaitu ilmu tauhid adalah, AN, FS,

RP, IN, IF dan AZ. Lima jama’ah karena belajar pada guru yang

jelas sanadnya Tsiqah adalah MR, SN, EN, RH dan LE. Sedangkan

Page 128: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

108

2 jama’ah Karena suasana yang menyenangkan seperti keluarga

sendiri dan dan jama’ahnya ramah-ramah BB dan LR. 1 jama’ah

Karena istiqamah itu lebih baik dari pada seribu karamah yaitu FR

dan 1 lagi yang motivasinya hanya untuk mengisi waktu luang

dengan hal yang bermanfaa adalah ELP.wawancara yang penulis

cantumkan dalam tabel dan data di atas dapat diketahui bahwa

motivasi jam’ah dalam mengikuti pengajian Yayasan Syahamah

paling banyak adalah karena mempelajari ilmu dhorury ilmu agama

yang pokok yaitu ilmu tauhid.

2. Pemahaman Jama’ah Terhadap Materi yang Disampaikan

Penulis akan memaparkan bagaimana pemahamahan jama’ah

terhadap materi daurah ilmiah Yayasan Syahahamah Banten, dari

hasil wawancara maka penulis mengkategorikan menjadi 3 yaitu ada

yang mudah memahami dan ada yang cukup memahami dan ada

yang kurang memahami disertai dengan alasannya.

Tabel 1.4 pemahaman jama’ah terhadap materi yang disamapikan

No Kategori Alasan Jama’ah 1 Mudah memahami Sebab ada yang

menerjemahkan dalam

penjelasan syekh

12

2 Cukup mudah memahami Karena dibantu dengan

muraja’ah

2

3 Kurang mehamahami Kurang fokus dalam

menyimak materi

1

Dari tabel di atas maka diketahui bahwa jumlah jama’ah yang

paling banyak adalah jama’ah yang mudah memahami karena

adanya Ustadz yang meenerjemahkan Syekh dalam menyampaikan

Page 129: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

109

kajian di Yayasan Syahamah. Dua belas jama’ah yang mudah

memahami yaitu: AN, FS, FR, RP, SN, LR, BB, EAP, AZ, LE dan

EN. AN mengatakan bahwa “Menurut saya selama pengajian

mudah dipahami sebab dari Ustadz kita sendiri beliau mentarjim

dengan jelas dan sesuai apa yang Syekh jelaskan”48. FS juga

mengatakan “Dengan adanya guru yang fasih berbahasa arab

(Syeikh Fadhi) dan Penterjemah (Ustadz Syaiful dan Ustadz Kamal)

penjelasan dalam pengajian sangat mudah untuk dipahami, dan

tidak hanya itu saja, dengan adanya metode belajar seperti ini bisa

menjadi media untuk mengembangkan sekaligus mempercepat

peningkatan kualitas belajar kita, terutama dalam belajar

berkomunikasi dengan menggunakan bahasa arab dengan baik dan

benar”49. RP juga mengatakan “Mudah dipahami, karna

diterjemahkan oleh Ustadz yg menjelaskannya dengan gamblang50.

Dua jama’ah cukup memahami karena adanya bantuan

muraja’ah yaitu: yaitu MR dan IF. MR mengataka ": Penjelasan

cukup mudah untuk dipahami, tetapi ada beberapa bab yang

memang butuh berulang kali untuk bisa difahami. Alhamdulillah

selalu ada sesi murojaah di setiap pertemuan, sehingga bisa

membantu dalam pemahaman.”51

48 Hasil Wawancara AN selaku Jama’ah Yayasan Syahamah, Ciputat, 23 April

2020 49 Hasil Wawancara FS selaku Jama’ah Yayasan Syahamah, Ciputat, 23 April

2020 50 Hasil Wawancara RP selaku Jama’ah Yayasan Syahamah, Ciputat, 23 April

2020 51 Hasil Wawancara MR selaku Jama’ah Yayasan Syahamah, Ciputat 23 April

2020

Page 130: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

110

Satu jama’ah kurang memahami yaitu NK. NK mengatakan

bahwa “Dari saya sendiri karena kurang fokus jadi tidak bisa

menangkap semua materi yang disampaikan.”52

Maka dapat disimpulkan bahwa mayoritas pemahaman

jama’ah terhadap materi yang disampaikan oleh Syekh mudah

dipahami. Jama’ah juga mendapatkan manfaat salah satunya ialah

Menambah ilmu pengetahuan dan mempertebal keyakinan aqidah

dan keimanan dan lebih berhati-hati dalam segala hal khusunya

berhati-hati dalam membaca makna Al-Qur’an yang mengandung

unsur tasbih dan bisa membedakan mana yang benar-benar

mengikuti manhaj Ahlussunnah. dan jama’ah juga merasakan

dampak postif yang dirasakan setelah mengikuti kajian. Dampak

posiitif jama’ah yang dirasakan Jama’ah yaitu meyakini bahwa

Allah tidak serupa dengan mahluknyam berhati-hati dalam

bertindak dan bisa membedakan yang hak dan yang batil dan Tidak

mudah terpengaruh pada fitnah yang terjadi di zaman sekarang yang

berpedoman dengan terjemahan Al-Qur’an dapat terhindar dari

orang-orang yang salah meyakini ayat mutasyabihat.

3. Manfaat Daurah Bagi Jama’ah

Setelah mengetahui motivasi jama’ah dalam mengikuti kajian,

selanjutnya penulis akan menyajikan manfaat yang diperoleh

jama’ah setelah mengikuti kajian Yayasan Syahamah. Berdasarkan

52 Hasil Wawancara NK selaku Jama’ah Yayasan Syahamah, Ciputat 23 April

2020

Page 131: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

111

hasil wawancara penulis yang diperoleh dari jama’ah, manfaat yang

diperoleh dapat dikategorikan menjadi 3 yaitu: pertama menjadi tau

ilmu dharury ilmu yang pokok dan lebih berhati-hati dalam segala

hal khusunya berhati-hati dalam membaca makna Al-Qur’an yang

mengandung unsur tasbih. kedua, serta dapat mengetahui ilmu

aqidah ahlusunnah dan bisa membedakan mana yg benar-benar

mengikuti manhaj Ahlussunnah. Ketiga, menambah ilmu

pengetahuan dan mempertebal keimananan atau keyakinan. Berkut

tabel hasil wawancara manfaat kajian Yayasan syahamah

Tabel 1.3

No Kategori Jumlah Jama’ah

1 Menambah ilmu pengetahuan dan mempertebal keyakinan aqidah

dan keimanan 6

2

Menjadi tau ilmu dharury ilmu yang pokok dan lebih berhati-hati

dalam segala hal khusunya berhati-hati dalam membaca makna

Al-Qur’an yang mengandung unsur tasbih

5

3 Dapat mengetahui ilmu aqidah ahlusunnah dan bisa membedakan

mana yang benar-benar mengikuti manhaj Ahlussunnah. 4

Berdasarkan tebel di atas, manfaaat yang paling banyak

dirasakan oleh jama’ah kajian Yayasan Syahamah adalah

menambah ilmu dan mempertebal keyakinan aqidah dan keimanan,

dengan jumlah enam jam’ah; Menjadi tau ilmu dharury ilmu yang

pokok dan lebih berhati-hati dalam segala hal khusunya berhati-hati

dalam membaca makna Al-Qur’an yang mengandung unsur tasbih,

dengan jumlah lima orang; Dapat mengetahui ilmu aqidah

ahlusunnah, bisa membedakan mana yang benar-benar mengikuti

manhaj Ahlussunnah berjumlah 4 orang.

Page 132: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

112

Enam jama’ah Menambah ilmu pengetahuan dan

mempertebal keyakinan aqidah dan keimanan, yaitu: FR, SN, LE,

EAP, LR AZ. FR mengatakan “Menambah wawasan, mempertebal

benteng keimanan”53 SN mengatakan “Manfaat yg paling utama

semakin menambah ketebalan dalam akidah.”54 LE juga

mengatakan “Semakin menguatkan keimanan dan ukhuwah

Islamiyyah”55.

Lima jama’ah Menjadi tau ilmu dharury ilmu yang pokok dan

lebih berhati-hati dalam segala hal khusunya berhati-hati dalam

membaca makna Al-Qur’an yang mengandung unsur tasbih, yaitu

MR, NQ, AN, EN dan RP. MR mengatakan “Menjadi tau sebagian

dari ilmu dhorury”56 RP juga mengatakan “Jadi lebih berhati hati

apabila membaca terjemahan al-Quran apalagi yg mengandung

unsur tasybih. Serta dapat memahami bahwa sejatinya terjemahan

al-Quran yg beredar saat ini bukanlah al-Quran”57

Empat jama’ah Dapat mengetahui ilmu aqidah ahlusunnah

dan bisa membedakan mana yang benar-benar mengikuti manhaj

Ahlussunnah yaitu, FS, IN RH dan BB. FS mengatakan “ya banyak

sekali manfaat yang saya rasakan setelah mngikuti kajian di

syahamah,, terutama adalah setelah saya mengenal kajian di

53 Hasil Wawancara dengan FR selaku jama’ah Yayasan Syahamah, Ciputat, 23

April 2020. 54 Hasil Wawancara dengan SN selaku jama’ah Yayasan Syahamah, Ciputat, 23

April 2020. 55 Hasil Wawancara dengan LE selaku jama’ah Yayasan Syahamah, Ciputat, 23

April 2020. 56 Hasil Wawancara MR Selaku jama’ah Yayasa Syahmah, Ciputat, 23 April 2020 57 Hasil Wawancara RP Selaku Jama’ah Yayasan SYahamah, Ciputat, 23 April

2020

Page 133: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

113

syahamah saya dapat mngetahui mana yang di sebut al Firqah

an Najiyyah, ditengah banyaknya aliran-aliran sesat yg

mengklaim diri mereka Ahlussunnah,, kita dapat mngetahui dan

membedakan mana yang benar-benar mengikuti manhaj

Ahlussunnah dan mana yang tidak.”58 IN juga mengatakan “Saya

jadi tahu ilmu agama orang-orang aswaja”59

4. Dampak Positif Daurah Bagi Jama’ah

Selanjutnya penulis akan memaparkan mengenai terkait

dampak positif yang dirasakan jama’ah setelah megikuti kajian di

Yayasan Syahamah. Berdasarkan hasil wawancara yang penulis

peroleh dilapangan, dampak positif yang diperoleh oleh jama’ah

dikategorikan menjadi 3 yaitu tidak mudah terpengaruh pada fitnah

yang terjadi di zaman sekarang yang berpedoman dengan

terjemahan Al-Qur’an dapat terhindar dari orang-orang yang salah

meyakini ayat mutasyabihat, menjadi yakin bahwa Allah tidak

serupa dengan mahluknya, berhati-hati dalam bertindak dan dapat

membedakan yang hak dan yang batil.

Tabel 1.4 Dampak Positif Jama’ah Yayasan Syahamah

No Kategori Jumlah Jama’ah

1 Tidak mudah terpengaruh pada fitnah yang terjadi di

zaman sekarang yang berpedoman dengan terjemahan

Al-Qur’an dapat terhindar dari orang-orang yang salah

meyakini ayat mutasyabihat

7

2 Meyakini bahwa Allah tidak serupa dengan mahluknya 5

58 Hasil Wawancara FS selaku Jama’ah Yayasan Syahamah, Ciputat, 23 April

2020 59 Hasil Wawancara IN selaku Jama’ah Yayasan SYahamah, Ciputat, 23 April

2020

Page 134: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

114

3 Berhati-hati dalam bertindak dan membedakan yang hak

dan yang batil

3

Dampak positif yang paling banyak dirasakan oleh jama’ah

ialah tidak mudah terpengaruh pada fitnah yang terjadi di zaman

sekarang yang berpedoman dengan terjemahan Al-Qur’an dapat

terhindar dari orang-orang yang salah meyakini ayat mutasyabihat

dengan jumlah tujuh jama’ah setelah itu jama’ah yang merasakan

dampak positif dengan berkeyakinan bahwa Allah tidak serupa

dengan mahluk-Nya berjumlah lima dan tiga jama’ah yang

merasakan dampak positif lebih berhati-hati dalam bertindak dan

membedakan yang hak dan yang batil.

Tujuh jama’ah yang mengatakan bahwa dampak positif yang

dirasakan adalah Tidak mudah terpengaruh pada fitnah yang terjadi

di zaman sekarang yang berpedoman dengan terjemahan Al-Qur’an

dapat terhindar dari orang-orang yang salah meyakini ayat

mutasyabihat yaitu: MR, FS, FR, LE, RH, AN dan BB. MR

mengatakan “tidak mudah terpengaruh kepada fitnah-fitnah yang

terjadi di zaman sekarang, karena pada zaman sekarang banyak

orang-orang yang berpedoman dengan terjemahan Al-Quran tanpa

ilmu”60 FR juga mengatakan bahwa “ Dampak positif yang saya

rasakan ialah, sekarang saya tahu, bahwa kita itu tidak boleh

sembarangan atau serampangan dalam memahami atau memaknai

ayat-ayat mutasyabihat secara dzahirnya, karna hal itu bisa

60 Hasil Wawancara MR Selaku jama’ah Yayasa Syahamah, Ciputat, 23 April

2020

Page 135: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

115

membahayakan dan merusak aqidah kita”.61 LE juga mengatakan

“ Positifnya dapat terhindari oleh orang-orang yang salah meyakini

ayat mutasyabihat, sehingga kita bisa berbagi ilmu kepada mereka

dan merubah alur pikir mereka tentang ayat ini”62.

Lima jama’ah yang merasakan dampak positif dengan

berkeyakinan bahwa Allah tidak serupa dengan mahluknya yaitu:

RP, EN, LR dan AZ. RP mengatakan “Dampak positif nya menjadi

lebih yakin bahwa Allah tidaklah serupa dengan makhluknya dapat

dilihat dalam ayat muhkamat laysa kamitlihi syai. Karna ayat

alquran yang satu dengan yang lainnya tidak bertentangan”63 dan

EN juga mengatakan “Bagaimana kita mengenal Tuhan yang berhak

disembah, yang tidak butuh kepada apapun, yang ada tanpa

bertempat dan tanpa arah”64 dan LR juga mengatakan

“Pengamalannya tidak mensifati sifat Allah dengan sifat benda atau

makhluknya”65.

Tiga jama’ah merasakan dampak positif yaitu berhati-hati

dalam bertindak dan membedakan yang hak dan yang batil yaitu:

NK, EAP dan IF. NK mengatakan “Lebih berhati hati dalam

berkata, bertindak, dan berprasangka”66. EAP juga mengatakan

61 Hasil Wawancara dengan FS selaku jama’ah Yayasan Syahamah, Ciputat, 23

April 2020. 62 Hasil Wawancara dengan LE selaku jama’ah Yayasan Syahamah, Ciputat, 23

April 2020 63 Hasil Wawancara RP Selaku Jama’ah Yayasan Syahamah , Ciputat, 23 April

2020 64 Hasil Wawancara EN Selaku Jama’ah Yayasan Syahamah, Ciputat, 23 April

2020 65 Hasil Wawancara LR Selaku Jama’ah Yayasan Syahamah Ciputat, 23 April

2020 66 Hasil Wawancara NK Selaku Jama’ah Yayasan Syahamah, Ciputat, 23 April

2020

Page 136: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

116

“dapat membedakan mana yang hak dan mana yang bathil”67 dan IF

juga mengatakan “Bisa menghindari perilaku yg menyebabkan

kekafiran”68.

67 Hasil Wawancara EAP Selaku Jama’ah Yayasan Syahamah, Ciputat, 23 April

2020 68 Hasil Wawancara IF Selaku Jama’ah Yayasan Syahamah, Ciputat, 23 April

2020

Page 137: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

117

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis melakukan penelitian dalam daurah ilmiah

Pengajian Yayasan Syahamah Banten yang dilaksanakan Markas

Yayasan Syahamah Pusat Studi Aswaja yang berlokasi di Jalan

Ciputat Molek V No 16 A, dengan jumlah jama’ah yang hadir ± 30

orang dengan narasumber Syekh Fadi menggunakan rujukan utama

kitab As-Shirat Al-Mustaqim, maka penulis dapat menyimpulkan

bahwa metode dalam menafsirkan ayat mutasyabihat yang

disampaikan oleh Syekh Fadi adalah metode maudhu’i dengan

mengambil ayat-ayat tertentu disesuaikan dengan tema daurah yaitu

tentang ayat mutasyabihat khusunya penafsiran tentang ayat-ayat

yang berkenaan dengan sifat Allah. Corak tafsirnya adalah ‘aqaidi

atau aqidah yaitu sebagai kelompok Ahlusunnah wal-jama’ah yaitu

pengikut Abul Hasan al-Asya’ari dan Iman Abul Mansur al-

Maturidi dan sumber penafsiran yang digunakan dominan pada

tafsir bil ra’yi yang mana Syekh Fadi dalam menjelaskan tafsir ayat

mutasyabihat selalu mentakwil dengan menggunakan takwil tafshili

yakni dengan menentukan makna pada ayat mutasyabihat yang

beliau tafsirkan. Dan dalam penafsirannya Syekh Fadi selalu

berpedoman pada rujukan utamanya yaitu kitab As-Shirath Al-

Mustaqim karya Syekh Abdulah Al-Harariyy selaku guru dari Syekh

Fadi.

Page 138: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

118

Mayoritas jama’ah merespon baik terhadap materi yang

disampaikan. Beberapa manfaat yang Jama’ah rasakan setelah

mengikuti daurah ilmiah yaitu Menambah ilmu pengetahuan dan

mempertebal keyakinan aqidah dan keimanan dan lebih berhati-hati

dalam segala hal khususnya berhati-hati dalam membaca makna Al-

Qur’an yang mengandung unsur tasbih dan bisa membedakan mana

yang benar-benar mengikuti manhaj Ahlussunnah. selain itu

jama’ah juga merasakan dampak postif salah satunya setelah

mengikuti kajian jama’ah meyakini bahwa Allah tidak serupa

dengan mahluknya.

B. Saran-saran

Setelah penulis menyelesaikan penelitian ini, penulis

menyadari bahwa penelitian ini jauh dari kesempurnaan. Sehingga

penulis yakin bahwa penilitian ini masih menyisakan kekurangan

didalamnya. Maka setelah penulis melakukan penelitian tentang

Memahami Ayat-ayat Mutasyabihat dalam Daurah Ilmiah Yayasan

Syahamah Banten, Penulis akan memberikan beberapa masukan:

1. Kepada Yayasan Syahamah Banten untuk senantiasa

mempertahankan pengajian daurah ini khususnya mengenai

penafsiran ayat-ayat mutasyabihat mengenai sifat Allah agar

jama’ah tidak salah dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat

sehingga memiliki keyakinan bahwa Allah tidak serupa dengan

mahluknya.

2. Bagi pembaca, semoga penelitian ini bisa menjadi sumbangsih

membantu para pembaca untuk mengetahui bagaimana metode

memahami ayat-ayat mutasyabihat khusunya tentang sifat Allah.

Page 139: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

119

3. Bagi peneliti selanjutnya, karena penelitian ini masih memiliki

kekurangan, oleh karenanya perlu adanya kajian tambahan secara

mendetail mengenai ayat-ayat mutasyabihat berkenaan dengan sifat

Allah karena ada beberapa perbedaan pandangan dalam memahami

ayat mutasyabihat dan pengajian daurah ilmiah ini tidak semua ayat

mutasyabihat dikaji hanya beberapa saja. Penelitian selanjutnya bisa

juga mengkaji dari kitab atau tafsir yang berbeda mengenai metode

dalam memahami ayat mutasyabihat.

Page 140: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

120

Page 141: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

121

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Al-Razi, Tafsir Al-Kabir, (Misr:al-Matba’ah al-Bahiyyah al-Misriyyah bi

Midan al-Azhar, juz 4).

Al-Razi, “Tafsir Al-Kabir wa Mafaatih al-Ghaib” (Beirut: Darul Fikr: Juz

22).

Arief, Subiyantoro dkk. Metode dan Tenik Penelitian Sosial. (Yogyakarta:

C.V Andi Offset, 2007).

Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif. (Jakarta: Prenada Media Group

2007).

Emzir. Metodelogi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif.

(Jakarta:PT Raja Grafinda Persada, 2008)

Harariyy, Syaikh Abdullah. As-Shirat al-Mustaqim Terjemah Jalan Yang

Lurus. (Jakarta: Syahamh Press, 2018).

Harun, Salman dkk , “Kaidah-Kaidah Tafsir”, (Jakarta: QAF, 2017).

Hasyim, Arrazy. Akidah Imam Al-Tahawi Ulasan dan Terjemahan.

(Banten: Maktabah Darus-sunnah, 2020).

Mustaqim, Abdul. Metode Penelitian Al-Qur’an dan Tafsir. (Yogyakarta,

Idea Press Yogyakarta, 2015).

Nazi, har-Ramthuniyy bin Muhammad dan Ali al Athrasy bin Muhammad.

al Qaul al Jaly Penjelasan Ringkasan Kitab Mukhtashar ‘Abdullah

Al-Harariyy. (Jakarta: Syahamah Press 2018).

Qaththan, Manna’. Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an. (Jakarta: Pustaka Al-

Kautsar,2005).

Rozak, Abdul dkk, “Ilmu Kalam”, (Bandung: CV Pustaka Setia 2018).

Shalih, Subhi. Membahas Ilmu-Ilmu Al-Qur’an (Jakarta: Pustaka Firdaus,

2011).

Sukandarrumidi. Metodelogi Penelitian Pentunjuk Praktis untuk Peneliti

Pemula. (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2012).

Page 142: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

122

Suyuti, Imam UlumUl Qur’an II , (Solo: Indiva Pustaka, 2008).

Utsaimin, Syaikh Muhammad bin Shalih. Sifat-Sifat Allah dalam

Pandangan Ibnu Taimiyah. (Jakarta Selatan: Pustaka Azzam 2005).

Waskito, Abu Muhammad. Mendamaikan Ahlusunnah di Nusantara

Mencari Titik Kesepakatan antara Asy’ariyah dan Wahabiyah.

(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2012).

JURNAL

Abdullah bin Mustaffa dan Zainol bin Ahmad Nazri. “Ayat Sifat Menurut

Tafsiran Fakhr Al-Din Al-Razi dalam Karyanya Tafsir Al-Kabir”

Center of Quranic International Journal.

Abdullah, Nasimah dkk. “Terjemah ayat mutasyabihat: Analisis Fungsi

Prosedur Eksplitsi”, Jurnal Al-Irsyad: Vol. 4, No. 2, Dec 2019.

Abdullah. “Kaidah Ayat Mutasyabihat dan Kritik Terhadap Peringkatnya”,

Al-I’Jaz, Vol.1 no.1 (Januari-Desember 2013).

Alfatih Suryadilaga, Muhammad. “Majlis Tafsir Al-Qur’an dan

Keberagaman di Indonesia: Studi Tentang Peran dan Kedudukan

Hadis Menurut MTA” Jurnal Masyarakat Indonesia, Vol.14 (1),

Juni 2015.

Atabik, Ahmad. “Corak Tafsir Aqidah (Kajian Komparatif Penafsian Ayat-

Ayat Aqidah)” Esensia, Vol 17, No, 2, Oktober 2016.

Dardum, Abdulloh. Teologi Asy’ari dalam Kitab Tafsir (Analisa Metode

Ta’wil Tafsili dalam Memahami Ayat Istiwa’)” Jurnal Kalimah,

Vol. 15, No. 2, September 2017.

Junaedi, Didi. “Living Qur’an: Sebuah Pendekatan Baru dalam Kajian Al-

Qur’an (Studi Kasus di Pondok Pesantren As-Siroj Al-Hasan Desa

Kalimukti Kec. Pabedilan Kab. Cirebon)” Journal of Qur’an and

Hadith Studies – Vol. 4, No. 2, 2015.

Kamal, Mustafa Bin Amat Misra dkk. “Analisis Interpretasi Manhaj Aqidah

AL-Sunnah Wa Al-Jama’ah dalam Ayat-ayat sifat” Jurnal ‘Ulwan’s

Jilid 4 2019.

Muhammad, Rashidi Wahab dkk. “Persoalan Mutashābihāt mengenai

Istiwā’ Jurnal Ushuluddin (Januari – Jun 2014) 39:33-69

Page 143: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

123

Mun’im, A Rafiq Zainul. “Tafsir Realis Terhadap Makna Dan Simbol

Alquran Bagi Masyarakat Kabupaten Probolinggo”. MADANIA

Vol. 21, No. 2, Desember 2017.

Murshidi, Mohd Noor dkk. “Pendirian al-Bukhārī Terhadap Ayat-ayat

Mutashābihāt”, Jurnal Usuluddin (Julai – Disember 2012).

Najitama, Fikria. Diskursus Muhkam dan Mutasyabih dalam Tafsir, Institut

Agama Islam Nahdlatul Ulama (IAINU) Kebumen. An-Nidzam

Volume 04, No. 01, Januari-Juni 2017.

Rashidi Wahab, Muhammad dkk. “Persoalan Mutashābihāt mengenai

Istiwā’”, Jurnal Usuluddin (Januari – Jun 2014).

Yanti, Nova. “Memahami Makna Muhkam dan Mutasyabihat dalam Al-

Quran”, STAI Hubbulwathan Duri, jurnal Pendidikan Al-ISLAH.

SKRIPSI

Ahmad, Zohdi bin Mohd Ikbal. “Metode Basmeih dalam Menafsirkan Ayat

dalam Tafsir Pimpinan Al-Rahman” (Skripsi Fakultas Ushuluddin

UIN Sultan Syarif Kasim Riau, 2010).

Amalina, Nor. “Pengajian Tafsir Jalalain di Majelis Taklim Zawiyah Al-

Muttaqin Desa Pakapuran Kecil Kecamatan Daha Utara”, (Skripsi

Fakultas Ushuluddin dan Humanira UIN Antasari, 2019).

Fitri, Muhammad. “Pengkajian Tafsir di Lembaga Pengajan dan Pengkajian

Al-Qur’an (LPPQ) IAIN Antasari Bnjar Masin Priode 2016”

(Skripsi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Antasari

Banjarmasin, 2017).

Haqqi, Zyaul. “Pembelajaran Tafsir di Pesantren Ummul Ayman

Samalanga”, (Skripsi Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Ar-

Raniry Darussalam-Banda Aceh, 2017).

Hazri, Irfan. “Terjemah ayat mutasyabihat: Analisis Fungsi Prosedur

Eksplitsi” (Skripsi Fakultas UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2019).

Ismail, M Hadi. “Konsep Tauriyah dalam Memahami Ayat-ayat

Mutasyâbihât: Studi Analisis terhadap Ta’wîl Ayat-ayat Sifat”

(Skripsi Fakultas Ushuuddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung,

2012).

Page 144: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

124

Makin, Arsyi, “Respon Jama’ah Terhadap Pengajian Tafsir Tematik di

Masjid Islamic Centre Jakarta”, (Skripsi Fakultas Uin Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2008).

Muhammad, Ahmad. “Pengajian Tafsir Nur Al-Ihsan Karya Muhammad

Sa’id bin Umar Oleh Baba Ismail di Patani”, (Skripsi Fakultas

Ushuluddin dan Dakwah IAIN Surakarta, 2019).

Nurfadilah, Mega. “Pengajian Tafsir (Studi Kasus Masjid Jami’ Al-

Muhtarom Jakarta Utara”, (Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2019).

Parukhi. “Problematika Pengajian Tafsir Al-Qur’an dan Upaya

Pemecahanya di Desa Jatimulya Kec.Suradadi Kab.Tegal”, (Skripsi

Fakultas Dakwah IAIN Wali Songo Semarang, 2012).

Randa. “Iterpretasi Hadis terhadap Ayat-ayat Mutasyabihat (Studi Ayat-

ayat Tajsim)” (Skripsi Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam

UIN Raden Fatah Palembang, 2018).

Saputro, Teguh, Pendidikan Agama Islam Melalui Pengajian Rutin Ahad

Pagi di Desa Potronayan Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali

Tahun 2018 (Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Institut

Agama Islam Negeri Surakarta, 2018).

Kamus

Abu al-Fadhl Jamaluddin Ibn Mandzur al-Anshari ar-Ruwaifi’I al-Afriqi,

Muhammad bin Mukrim bin Ali, Mu’jam Lisan al-‘Arab fi al-

Lughah (Beirut Lebanon:Daar Shaadar, jilid 4.

Kamus Besar Indonesia (KBBI)

Majma’ al-Lughoh al-Arabiyyah Bi al-Qahirah, Mu’jam Al-Wasit, (t.tp, Dar

al-Da’wah,t.th.), Juz 1.

Al-Qur’an Terjemah

Page 145: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

125

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1:

Daftar Arsip

Arsip Yayasan Syahamah Banten berupa profile Yayasan, struktur

kepengurusan dan struktur kegiatan.

Arsip U.Syaiful Anwar berupa sejarah Yayasan Syahamah

Dokumentasi pengajian Yayasan Syahamah

Page 146: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

126

Lampiran II

Daftar Observasi dan Wawancara

Observasi di Yayasan Syahamah, bulan Maret-July

Wawancara Pribadi dengan dengan SA selaku. Bid.pendidikan dan

pengajaran dan salah satu Inisiator Pendiri Yayasan Syahamah pada,

Ciputat 20 April 2020.

Wawancara Pribadi dengan SFA selaku pengajar tetap di Yayasan

Syahamah Banten, Ciputat, 21 Juli 2020.

Wawancara Pribadi dengan MR selaku jama’ah Yayasan Syahamah

Banten, Ciputat, 23 April 2020.

Wawancara Pribadi dengan NQ selaku jama’ah Yayasan Syahamah Banten,

Ciputat, 23 April 2020.

Wawancara Pribadi dengan AN selaku jama’ah Yayasan Syahamah Banten,

Ciputat, 23 April 2020.

Wawancara Pribadi dengan FS selaku jama’ah Yayasan Syahamah Banten,

Ciputat, 23 April 2020.

Wawancara Pribadi dengan FR selaku jama’ah Yayasan Syahamah Banten,

Ciputat, 23 April 2020.

Wawancara Pribadi dengan RP selaku jama’ah Yayasan Syahamah Banten,

Ciputat, 23 April 2020.

Wawancara Pribadi dengan SN selaku jama’ah Yayasan Syahamah Banten,

Ciputat, 23 April 2020.

Wawancara Pribadi dengan EN selaku jama’ah Yayasan Syahamah Banten,

Ciputat, 23 April 2020.

Wawancara Pribadi dengan EAP selaku jama’ah Yayasan Syahamah

Banten, Ciputat, 23 April 2020.

Page 147: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

127

Wawancara Pribadi dengan LR selaku jama’ah Yayasan Syahamah Banten,

Ciputat, 23 April 2020.

Wawancara Pribadi dengan IF selaku jama’ah Yayasan Syahamah Banten,

Ciputat, 23 April 2020.

Wawancara Pribadi dengan AZ selaku jama’ah Yayasan Syahamah Banten,

Ciputat, 23 April 2020.

Wawancara Pribadi dengan BB selaku jama’ah Yayasan Syahamah Banten,

Ciputat, 23 April 2020.

Wawancara Pribadi dengan LE selaku jama’ah Yayasan Syahamah Banten,

Ciputat, 23 April 2020.

Wawancara Pribadi dengan RH selaku jama’ah Yayasan Syahamah Banten,

Ciputat, 23 April 2020.

Page 148: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

128

Lampiran III

Pedoman wawancara

Responden: (Nama: Syaifu Anwar, M. Si, Laki-laki, Umur: 40 tahun. Asal:

Pasuruan Jawa Timur)

1. Bagaimana sejarah singkat berdirinya Yayasan syahamah?

2. Apa tujuan awal dibentuknya yayasan Syahamah?

3. Siapa saja yang bekonribusi dalam mendirikan Yayasan Syahamah?

4. Apa saja kegiatan yang dilakuakan di Yayasan Syahamah?

5. Apa motivasi dakwah yang diemban dalam Yayasan syahamah?

Ciputat,

Inisiator pendiri Yayasan Syahamah

Responden: (Nama: Syaikh Fadi Alameddine, Asal: Lebanon)

1. Bagaimana latar Pendidikan Syekh Fadi?

2. Khusus dalam hal penafsiran ayat mutasyabihat, kitab rujukan apa

saja yang dipakai?

3. Apakah Syekh bersedia menjelaskan, mengapa ayat mutasyabihat

penting untuk dikaji?

4. Adakah kaidah tafsir/ta'wil khusus yang digunakan untuk dapat

memahami ayat mutasyabihat? Bagaimana pendapat Syekh tentang

ta'wil?

Page 149: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

129

5. Apakah metode yang ditawarkan dalam kitab as-shiratal mustaqim

masih dianggap sebagai metode yang paling tepat untuk memahami

ayat mutasyabihat dalam konteks sekarang ini?

6. Suatu pemahaman terhadap ayat mutasyabihat tentu terkait dengan

suatu aliran tertentu dalam sistem teologi Islam. Aliran apa yang

diperkenalkan oleh Yayasan Syahamah ini?

7. Apa tujuan memberikan pemahaman ayat-ayat mutasyabihat kepada

para jamaah di Yayasan Syahamah ini?

8. Apa saja metode yang diperkenalkan dalam kajian ayat

mutasyabihat di Yayasan Syahamah ini, dan apakah metode ini

dianggap sebagai metode yang memudahkan diipahami oleh

jama’ah?

9. Menurut Syekh sendiri, bagaimana perhatian jamaah terhadap

kajian ayat-ayat mutasyabihah di yayasan ini, apakah mereka

antusias mengikutinya dan bertanya memperdalam wawasan

keilmuan, atau seperti apa?

Ciputat,

Narasumber daurah ilmiah Yayasan Syahamah

Page 150: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

130

Responden Jama’ah Daurah Pengajian daurah Ilmiah Yayasan

Syahamah Banten

1. Sudah berapa lama bapak/ibu ikut pengajian di yayasan Syahamah?

2. Pengajian apa saja yang pernah bapak/ibu ikuti?

3. Khusus pengajian ayat-ayat mutasyabihat bersama Syekh Fadi, apa

kesan yang dirasakan? Apakah itu menambah tebal keyakinan

aqidah bapak/ibu tentang Islam?

4. Apakah penjelasan dalam pengajian mudah difahami? Jelaskan

bagaimana pendapat bapak/ibu?

5. Manfaat apa yg dirasakan bapak/ibu setelah mengikuti pengajian di

Yayasan syahamah ini?

6. Apa yang membuat bapak/ibu tertarik istiqomah mengikuti kajian

di Yayasan syahamah?

7. Apa saja dampak positif ataupun pengaplikasian dan pengamalan

terhadap ayat-ayat mutasyabihat khususnya pada keyakinan aqidah

bapak/ibu setelah mengikuti kajian ini?

Page 151: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

131

Lampiran IV

Dokumentasi

Dokumen Pribadi: Pamflet Pengajian Yayasan Syahamah Banten

Page 152: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

132

Dokumen Pribadi: Saat pengajian daurah ilmiah berlangsung

Page 153: MEMAHAMI AYAT-AYAT MUTASYABIHAT PERSEPEKTIF SYEKH …

133

Dokumen Pribadi: Saat mewawancarai Ustadz Syaiful Anwar Salah Satu

Inisiator Pendiri Yayasan serta pengurus Bid. Pendidikan dan pengajaran di

Yayasan Syahamah Banten

Dokumen Pribadi: Saat Mewawancarai Syekh Fadi Selaku Narasumber

Daurah Ilmiah Yayasan Syahamah Banten Bersama Ustadzz Risky Selaku

penerjemah Yayasan Syahamah Banten