melihatlebihdekateropadengandanaterbatas
DESCRIPTION
jalan jalanTRANSCRIPT
B a c k p a c k t o E u r o p e – s m u s d a r @ h o t m a i l . c o m
Page 1
Melihat lebih dekat Eropa dengan dana terbatas?
Jadi Backpacker yuk
Sari Musdar ([email protected])
B a c k p a c k t o E u r o p e – s m u s d a r @ h o t m a i l . c o m
Page 2
Daftar Isi
Cerita perjalanan
Bagaimana mengurus visa Schengen
Tips hemat berwisata ke Eropa
B a c k p a c k t o E u r o p e – s m u s d a r @ h o t m a i l . c o m
Page 3
Melihat lebih dekat Eropa dengan dana terbatas? Jadi
Backpacker yuk
Akhirnya setelah menunggu berapa lama untuk bisa melancong ke Eropa saya
berhasil mendapatkan visa untuk berjalan- jalan ke beberapa Negara di Eropa Barat
sebagai backpacker di musim semi 2006. Namanya juga perjalanan mancanegara,
karena berkaitan dengan urusan kelengkapan dokumen dan biaya yang tidak sedikit,
maka semuanya sudah saya persiapkan dengan perencanaan yang sangat matang
beberapa bulan sebelumnya, terutama mengenai budget, karena saya membiayai
sendiri perjalanan ini dari uang tabungan hasil kerja selama 2 tahun terakhir.
Perjalanan ini bukan hanya perjalanan fisik semata, tapi memenuhi obsesi
untuk bisa berwisata tidak hanya melakukan kegiatan standar sebagai turis manis
yang sibuk mengambil foto dan mengandalkan program dari biro perjalanan, tetapi
saya ingin mempunyai pengalaman yang seru juga mengenal kebudayaan dan
berinteraksi dengan orang-orang setempat dan backpacker dari negara –negara lain.
Untuk pengurusan visa saja (baca : ‖bagaimana cara mengurus visa
schengen?‖) sudah memakan waktu dan perlu strategi, terutama setelah adanya isu
teroris sejak tahun 2003, beberapa Negara yang tergabung dalam Schengen,
memperketat persyaratan pengajuan visa. Untuk backpacker yang bermimpi
berjalan-jalan ke beberapa Negara di Eropa Barat, dengan dana yang terbatas,
harus pandai –pandai membaca ketentuan yang ditetapkan tersebut sehingga
permohonan visa kita tidak ditolak. Sebelumnya saya sibuk surfing di Internet untuk
mendapatkan data youth hostel yang murah, aman dan aksesnya mudah dicapai tanpa
perlu transportasi serta transportasi dan akomodasi di sana. Saya memilih Negara
pertama yang akan saya kunjungi Belanda karena pengurusan visa di Kedutaan ini
menurut saya prosedurnya tidak ribet dan memakan waktu lama. Setelah
diwawancara saat memasukkan pengajuan visa dan persyaratannya, dan menunggu
selama 8 hari, akhirnya saya bahagia melihat visa Schengen dari Kerajaan Belanda
ada di halaman 7 paspor saya. Puas, karena saya mengurus sendiri permohonan visa
tersebut.
B a c k p a c k t o E u r o p e – s m u s d a r @ h o t m a i l . c o m
Page 4
Belanda
Tanggal 19 Mei saya berangkat jam 18.45 dari Bandara Cengkareng dengan
penerbangan KLM-810 menuju Schipol. Penerbangan ini memakan waktu sekitar 13
jam dengan transit selama 2 jam di Bandara Kuala Lumpur (dibandingkan dengan
bandara Sukarno Hatta, walaupun sama-sama Negara di Asia tenggara, tetapi
Bandara KL jauh lebih bersih, modern dan nyaman), untunglah dari Kuala Lumpur
duduk manis di samping saya seorang laki-laki dari New Zealand yang menjadi teman
seperjalanan di pesawat, sehingga sisa waktu 10 jam berikutnya tidak jadi
membosankan. Teman seperjalanan saya ini bisa dibilang terbang hampir setengah
dunia, bayangkan saja, kalau dihitung – hitung dia harus menempuh perjalanan dari
New Zealand ke Dublin, Irlandia selama 24 jam dengan transit di 3 airport ! Dari dia
juga saya mendapatkan masukan berharga tentang Bandara Schipol yang super besar
dan kota Amsterdam .
Pertama menjejakkan kaki di Schipol Airport setelah urusan imigrasi, saya
sempat terbingung-bingung karena teman SD saya yang semula berjanji akan
menjemput ternyata tidak muncul karena ada keperluan penting, terpaksa saya harus
bertanya pada orang setempat bagaimana untuk mencapai tempat penginapan yang
sudah saya pesan melalui website jasa pemesanan hostel internasional. Walaupun
semua informasi / papan petunjuk dan nama jalan ditulis dalam bahasa Belanda,
tetapi untunglah kita tidak perlu bisa berbahasa Belanda di sini, karena sebagian
besar penduduk bisa berbicara dan mengerti bahasa Inggris. Bandara yang
bangunannya modern, bersih dan sangat besar ini mempunyai fasilitas yang lengkap.
Di Bandara Schipol kita oodbisa mendapatkan informasi tempat-tempat wisata di
Belanda dengan pelayanan yang professional dan ramah dan tanpa perlu keluar
gedung kita bisa mendapatkan kereta menuju beberapa kota di Belanda.
Dari Schipol saya naik kereta dengan tiket seharga 3,60 euro menuju
Amsterdam Centraal selama 30 menit. Di depan Amsterdam Centraal terdapat
gedung kecil Amsterdam Tourism & Convention Board, yang lebih dikenal dengan
VVV, tempat turis/ traveler mendapatkan informasi lebih lengkap tentang tempat
wisata di Amsterdam dan beberapa kota sekitarnya, akomodasi, tempat menginap,
transportasi serta tiket wisata dan transportasi. Dengan memasukkan koin 2 euro di
mesin, kita bisa mendapatkan peta
B a c k p a c k t o E u r o p e – s m u s d a r @ h o t m a i l . c o m
Page 5
Amsterdam
Sebenarnya kalau saya cukup pandai membaca peta tersebut, tidak perlu
pusing-pusing untuk menemukan Youth Hostel yang saya tuju. Youth Hostel ini
bahkan ada di tengah –tengah kota Amsterdam, dan bisa berjalan kaki sekitar 10
menit dari Central station, tapi karena saya belum mahir membaca peta dan kurang
kenal kota ini, alhasil saya terpaksa naik metro dan merogoh uang 1,60 euro, mondar
mandir di Jalan NZ Voorburgwal, kedinginan di tengah rinrik-rintik hujan dengan
temperatur 9 derajat Celcius, serta mampir dulu di kedai kopi (Pie Applenya benar-
benar enak dan tidak terlalu mahal, hanya 2 euro) di pojok Jalan NZ Voorburgwal
tersebut (sejajar dengan Anne House).
Hari pertama rencana saya seperti layaknya turis yang pergi ke Belanda,
adalah berkunjung ke Keukenhof untuk melihat hamparan warna-warni bunga tulip
mekar yang terletak tidak jauh dari Delft yang menurut buku-buku panduan wisata
Eropa adalah taman terindah di Eropa. Tetapi sayangnya menurut petugas wanita di
Gedung Pusat Informasi Wisata Amsterdam Keukenhof sudah tutup tanggal 19 Mei.
Untuk menutupi kekecewaan saya, saya memutuskan pergi ke Volendam (kampung
nelayan di Belanda). Dengan mengantongi tiket pulang-pergi Ariva-waterland seharga
6 euro yang saya beli di VVV, saya naik bis Ariva nomor 118 yang parkir tidak jauh
dari Central Amstermdam menuju Volendam. Volendam merupakan kota nelayan yang
indah dengan penduduk mayoritas beragama Kristen yang taat.
Saya sampai di sana sekitar jam 10.00 pagi dan kebanyakan toko-toko /
restaurant di sepanjang pantai itu tutup karena penduduk bergegas pergi ke Gereja
untuk misa hari Minggu. Di antara toko-toko ini terdapat Studio Foto yang
menawarkan turis mengabadikan kunjungan mereka ke Volendam dengan memakai
baju tradisional Volendam. Sebenarnya Belanda mempunyai beberapa baju
tradisional, tetapi mungkin yang paling terkenal dan menjadi ciri khas Belanda adalah
baju daerah Volendam yang oleh pemerintah Belanda setelah baju ini menang pada
lomba baju tradisional kemudian dijadikan trade mark belanda. Di depan /di etalase
kaca semua studio memajang foto-foto orang terkenal yang pernah berpose di
studio mereka, antara lain foto aktor atau olahragawan belanda dan Eropa, dan yang
membanggakan, mungkin karena banyak turis asing dari Indonesia yang selalu
mengunjungi daerah pinggiran pantai ini, mereka juga memamerkan banyak foto
selebritis Indonesia (yang sempat saya ingat Marisa Haque, Tasya, Meli Manuhutu,
Tamara Blezinsky, Rima Melati, bahkan ada juga mantan Presiden Gus Dur),
B a c k p a c k t o E u r o p e – s m u s d a r @ h o t m a i l . c o m
Page 6
kelihatannya cara promosi mereka cukup berhasil mengundang turis asal Indonesia,
saat saya sedang berdiri di salah satu Studio foto, saya mendengar seorang
wisatawan Indonesia yang berkeras dengan temannya hanya ingin difoto di Studio
Gus Dur pernah berpose. Saya hanya senyum-senyum membayangkan mereka harus
meneliti dengan seksama foto-foto ukuran 5 R untuk menemukan wajah Gus Dur
dalam kemasan pakaian tradisional Volendam.
Sudah jauh ke Volendam rasanya ada yang kurang kalau tidak menyeberang ke
Marken, pulau kecil perkampungan nelayan di seberang Volendam. Di depan loket
penjualan tiket kapal ferry, dari jarak 5 meter saya sudah mendengar teriakan
kakek dalam beberapa bahasa (Inggris, Italia, perancis, Spanyol, Jerman dan tentu
saja Belanda) mengajak turis untuk naik ferry ke Marken. Kapal- Kapal Ferry yang
menyeberangi kami ke Marken semuanya dimiliki dan dikelola oleh nelayan setempat
dan anak-anak mereka. Di marken kita dapat mengunjungi toko-toko souvenir dan
restaurant turun temurun yang sudah ada sejak seratus tahun yang lalu. Di sini kita
juga bisa mencicipi hasil tangkapan nelayan, berupa ikan tuna, udang, kepiting dan
lain-lain dengan harga berkisar 2 – 4 euro per satu porsi kecil.
Amsterdam, keramaian yang tak pernah surut di sekitar damsquare
B a c k p a c k t o E u r o p e – s m u s d a r @ h o t m a i l . c o m
Page 7
Bergaya dengan dua saudara kembar jagoan sepakbola Belanda di Madame Tussaud
B a c k p a c k t o E u r o p e – s m u s d a r @ h o t m a i l . c o m
Page 8
Madame Tussaud
Parkir Sepeda di dekat Stasiun Amsterdam Centraal
B a c k p a c k t o E u r o p e – s m u s d a r @ h o t m a i l . c o m
Page 9
Dari Marken setelah menelusuri jalan NZ Voorburgwal dari Amsterdam
Centraal saya beristirahat sebentar di Dam Square. Beberapa turis remaja yang
baru turun dari stasiun sibuk menarik kopernya dengan buku Lonely Planet : Europe
di tangan. Di alun-alun ini semua turis menikmati sore hari yang cerah di musim semi
beberapa orang sibuk mengambil foto diri dan foto gedung-gedung, Musium dan
Gereja di sekitar Dam Square, beberapa orang asik memberi makan ratusan burung
merpati dan sebagian lagi melihat aksi senirupawan yang berlagak seperti patung
menggunakan baju Nostradamus menunggu orang – orang yang lalu lalang di Dam
square memberikan koin 2 atau 5 euro. Mau foto berdampingan dengan Bono vokalis
U2 atau Elvys Presley dengan biaya 17,5 euro ?
Di salah satu sisi Dam Square berdiri tegak Museum Madame Tussaud yang
sangat terkenal dengan patung lilin para selebritis dunia. Maka setelah berada dalam
antrian yang cukup panjang, beberapa menit kemudian saya sibuk mengamati patung-
patung para pemimpin dunia, ratu dan raja, dan para pesohor dunia lainnya dari
kalangan seni, musik dan olahraga. Patung penyanyi Inggris Robin William George
Clooney dan Bono (vokalis Grup Musik U2), Julia Robert, Lady Diana dan Elvys
Presley cukup menyedot minat banyak pengunjung untuk berfoto bareng dengan gaya
pengunjung yang tak kalah seru. Hanya saja sebelum bisa foto bareng dengan orang-
orang terkenal tersebut, kita harus mengalami pengalaman seru.
Sebelum melihat patung-patung berwajah tampan dan cantik itu, di bagian
awal terdapat bagian yang memaparkan sejarah berdirinya kota Amsterdam dengan
suasana yang buram, gelap dan menakutkan, dan lebih menakutkan lagi ketika tiba-
tiba muncul sosok lelaki besar dengan baju penuh bercak darah dan wajah yang
menyeramkan mengaum keras sambil dengan tangannya yang berusaha menyentuh
pengunjung. Spontan banyak pengunjung yang berteriak ketakutan, termasuk saya
sambil berlari secepatnya meninggalkan ruangan tersebut. Rupanya atraksi tersebut
adalah upaya pengelola museum untuk memberikan pengalaman yang berbeda kepada
para pengunjungnya, selain juga ditunjukkan proses pembuatan patung lilin.
Keluar dari Madame Tussaud masih jam 18.30 dan langit Amsterdam di musim
semi masih terang. Saya memutuskan untuk menyusuri jalan sekitar Amsterdam
dengan berjalan kaki melalui Universitas Amsterdam terus ke area yang cukup
terkenal di Amsterdam, Red Light (nama asli jalan ini adalah Nieuwendijk), semula
sih saya ingin mengurungkan niat saya karena aura di sini agak ―menakutkan‖ untuk
orang sepolos saya, apalagi saat langkah saya mulai mendekati Red Light District dan
B a c k p a c k t o E u r o p e – s m u s d a r @ h o t m a i l . c o m
Page 10
melewati beberapa penjaga restaurant atau toko sex berbadan besar dengan jas
panjang berpenampilan klimis ditambah makin mencekamkan karena pada saat saya
ada di sana ada suara raungan mobil polisi. Wah, saya tadinya mau berbalik badan
dan kembali ke tempat menginap melalui Unversitas Amsterdam dan Dam Square,
tetapi saya pikir, daripada penasaran, saya tetap cuek ke sana. Cukup miris melewati
pemandangan perempuan-perempuan muda dan cantik berpakaian minim yang
dipajang di etalase kaca sepanjang gang di Red Light. Di toko –toko yang dikunjungi
wisatawan di sekitar kawasan ini selain kaos bertuliskan Amsterdam, pernik-pernik
lainnya (tas, topi dll) bertuliskan Amsterdam atau gambar daun ganja juga dijual dan
tentunya ganja kering dan cannabis dengan berbagai macam kualitas dibungkus dalam
plastic transparan. Bukan hal yang aneh melihat pemadat asik menghirup marijuana
dengan bebasnya di jalan, pemerintah Belanda memang memberikan legalitas kepada
mereka. What a country ! Selain itu di sini banyak sekali jasa piercing dan
pembuatan tattoo.
Keesokan harinya saya memutuskan untuk memenuhi obsesi saya lainnya,
menikmati lukisan salah satu pelukis idola saya, penganut aliran impressionisme –
lebih tepatnya sih aliran pointilisme—van Gogh. Saya ingat betul saya begitu kagum
dengan lukisan pelukis yang bernama lengkap Vincent van Gogh, ketika pertama kali
saya mengenalnya dari pelajaran Seni Rupa di bangku SMP. Karena letaknya cukup
jauh dari Dam Square, saya harus naik subway untuk ke sana . Ternyata benar juga
saran pegawai di Pusat Informasi Pariwisata kemarin, jauh lebih baik kalau saya
sudah membeli tiket masuk di sana sehingga tidak perlu menunggu dalam antrian
yang sangat panjang di depan Museum Van Gogh. Saya berada dalam antrian
pengunjung dengan tiket masuk yang tidak terlalu panjang, sedangkan di sisi saya
antrian untuk mereka yang membeli tiket masuk di Musium.
Tepat jam 10 pintu masuk museum dibuka, para penjaga keamanan dengan
seragam warna hijau mencolok dan petugas berseragam jas hitam di dalam museum
sudah siap siaga dengan handi talkienya. Penjagaan keamanan di museum ini sangat
ketat, setelah melewati pemeriksaan di pintu masuk, tas atau jaket harus dititipkan
di tempat penitipan yang dijaga remaja-remaja setempat, untuk mengabadikan
lukisan-lukisan Van Gogh pun dilarang keras, kalau tidak petugas berseragam jas
hitam akan menegur kita.
Saya kagum dengan Vincent van Gogh Foundation yang mengelola museum ini
dengan professional, termasuk pula penyajian koleksi lukisan yang sangat menarik.
B a c k p a c k t o E u r o p e – s m u s d a r @ h o t m a i l . c o m
Page 11
Hal ini mungkin terjadi karena mereka juga bekerja sama dengan sebuah Bank besar
di Belanda untuk mendanai program mereka. Seandainya pemerintah Indonesia bisa
melakukan hal yang sama, menarik minat wisatawan dan penduduk Indonesia untuk
mengunjungi museum… Pengelola memamerkan lukisan dalam beberapa dekade
kehidupan Van Gogh, dengan menampilkan tulisan rentetan kehidupan Van Gogh sejak
ia kecil, sekolah di Seminari hingga ia beralih memulai karirnya sebagai pelukis
dengan bekerja sebagai pemula di beberapa kantor di Belgia dan Perancis.
Museum Van Gogh (naik tram dari Amsterdam, sayangnya di dalam kamera tidak boleh dibawa
masuk)
Ingin mengetahui perjalanan hidup dan karya-karya Van Gogh? Ada satu
ruangan khusus yang berisi banyak buku, dan juga kalau kita lelah berkeliling gedung
dan menaiki anak tangga gedung yang berlantai 4 ini, kita bisa melihat koleksi
museum di Komputer yang disediakan di ruangan ini. Di ruangan ini pula kita
diajarkan cara membuat lukisan seperti yang dilakukan Van Gogh, misalnya dijelaskan
bagaimana dan bahan untuk membuat dasar kanvas sebelum memulai membuat
lukisan, perbedaan lukisan Van Gogh dengan lukisan pelukis aliran Pointilisme di era
yang sama dengannya. Keluar dari pintu keluar, terdapat toko souvenir yang menjual
post card, buku, pembatas buku dan bahkan poster berukuran besar reproduksi
lukisan Van Gogh.
B a c k p a c k t o E u r o p e – s m u s d a r @ h o t m a i l . c o m
Page 12
Brussel, Belgia
Keesokan harinya saya putuskan untuk melanglang ke Negara tetangga,
Brussel, Belgia. Brusel merupakan kota yang tidak terlalu besar. Sebagian besar
penduduknya berkomunikasi dalam bahasa Belanda dan Perancis, jadi saya harus
membawa kamus saku Perancis saya kemana pun saya pergi. Setelah sebelumnya
memesan kamar di Centre Vincent Van Gogh (Youth Hostel) yang terletak di Rue
Traversiere 8, maka saya naik kereta dari Amsterdam Central ke Brussel Midi
dengan harga tiket sebesar 33,4 euro. Hostel yang dikhususkan anak-anak muda di
bawah usia 35 tahun ini dulunya adalah semacam apartemen dimana Van Gogh pernah
tinggal, terletak tidak jauh dari Le Botanique jardin (Taman Botanique). Hostel yang
merupakan gedung tua ini, dikelola oleh anak-anak muda sehingga jelas sekali
atmosfir remajanya. Di Lobby semua backpacker dari berbagai negara bisa saling
berkenalan dan berbicara tentang perjalanan mereka, minum bir atau minuman
lainnya, surfing internet, atau bermain bilyard di tengah ruangan yang hidup dengan
musik rock yang menggema memenuhi ruangan yang tidak terlalu luas. Lobby ini
semakin ramai setelah jam 6 sore, karena saat itulah kafe dibuka.
Tidak banyak obyek wisata yang bisa dikunjungi di Brussel. Hari pertama saya
berjalan kaki menuju Le Botanique Jardin, Grand Place, dan Museum Komik Smurf &
Tintin. Le Botanique merupakan taman kota dihiasi tanaman-tanaman hias berwarna-
warni dan kolam air serta patung-patung perunggu yang sudah ada di situ sejak abad
pertengahan. Saat itu saya melihat sekelompok anak kecil laki-laki yang asik
berteriak bermain bola, pasangan muda mudi yang memadu kasih, turis yang sedang
bergaya di depan kamera dan pejalan kaki yang lebih senang melewati taman ini
ketimbang harus melewati trotoar. Dari taman kota saya melanjutkan jalan-jalan
siang ke Grand Place, melewati Mall Super City dan beberapa gedung kota yang
bergaya Baroque.
Sebelum sampai di Grand Place, saya melewati gang yang penuh kafe dan
restaurant Yunani, Italia dan Maroko. Pelayan-pelayan restaurant yang berwajah
rupawan dengan pakaian putih bersih atau berjas memanggil para pejalan kaki untuk
mampir ke restaurant mereka. Hanya saja perut saya sudah saya isi dengan kebab
yang saya beli di kedai kecil milik orang Turki di dekat Mall. Grand Place sebenarnya
tak terlalu berbeda dengan Dam Square, di sini orang-orang berkumpul baik
penduduk setempat dan turis mengagumi gedung-gedung tua dengan arsitekturnya
yang indah.
B a c k p a c k t o E u r o p e – s m u s d a r @ h o t m a i l . c o m
Page 13
Kalau Perancis mempunyai Menara Eiffel, Italia terkenal dengan Menara Pisa,
maka Belgia mempunyai Atomium. Maka pada hari kedua sebelum saya meninggalkan
Brussel, saya memutuskan untuk pergi ke land mark Belgia ini. Karena letaknya cukup
jauh dari Hostel tempat saya menginap, saya harus naik Metro Line 1 A yang
berhenti di Stasiun Bis Heysel. Dibandingkan dengan dua menara yang saya sebutkan
tadi, Bangunan Atomium ini relative masih sangat muda, karena baru dibangun tahun
1958 dan direnovasi tahun 2003 dan tidak terlalu tinggi, dengan ketinggian dari
permukaan tanah hingga bola tertinggi mencapai 102 meter.. Sesuai dengan namanya,
Atomium merupakan 9 bola logam raksasa berdiameter 18 meter yang masing-masing
dihubungkan / disangga dengan logam. Tiap – tiap bola mempunyai fungsi tertentu,
Gang kuliner menuju Grand Place
B a c k p a c k t o E u r o p e – s m u s d a r @ h o t m a i l . c o m
Page 14
Tak mau kalah dengan tetangganya, Brussel juga punya alun-alun yg disebut Grand Place
Paris boleh bangga punya Eiffel, Brussel punya atomium
B a c k p a c k t o E u r o p e – s m u s d a r @ h o t m a i l . c o m
Page 15
Foto bersama backpackers dari perancis, Amerika serikat & ”private Guide” di Van Gogh
Hostel, Brussel
B a c k p a c k t o E u r o p e – s m u s d a r @ h o t m a i l . c o m
Page 16
misalnya pada bola pertama selain tempat pengunjung membeli tiket masuk
juga merupakan tempat pertunjukkan permanen, pada saatitu dipamerkan mobil-
mobil munggil dengan berbagai warna cerah seperti permen. Pengunjung bisa
mencapai bola tertinggi melalui lift setelah membeli tiket masuk seharga 7 euro. Di
bola tertinggi ini kita bisa melihat pemandangan di bawah melalui layar yang mirip
computer, atau kalau ingin suasana romantis sambil mencicipi makanan khas Belgia,
bisa mampir di lantai teratas bola ini di ―Restaurant Panorama‖. Mau mengunjungi
dan mengenal lebih dekat Eropa dalam hitungan menit ? Tidak jauh dari Atomium
terdapat obyek wisata lainnya yang tidak kalah menarik, Miniatur Eropa. Di sini kita
bisa mengenal negara-negara di Eropa melalui miniatur landmark masing-masing
negara. Sayangnya saya harus merogoh dompet lagi untuk bisa melihat Eropa mini
tersebut.
Perancis
Karena tidak banyak yang perlu dikunjungi, setelah pamitan singkat dan
bertukar email dengan teman-teman backpacker di Van Gogh Youth Hostel, saya
segera pergi ke Stasiun Brussel Midi untuk melanjutkan perjalanan ke Paris dengan
kereta Thalys. Dibandingkan dengan kereta Amsterdam-Brussel, kereta ini jauh
lebih bagus dan bersih dan tentu saja lebih mahal. Perjalanan ini tidak memakan
waktu lama, 1 jam 25 menit kemudian saya sudah tiba di Stasiun Paris Nord. Begitu
tiba di Stasiun yang besar ini, saya mengalami sedikit masalah dalam komunikasi,
karena tidak semua orang Perancis bisa dan mau berbicara dalam bahasa Inggris,
maka mau tidak mau saya harus mempraktekkan bahasa Perancis saya, dengan kata-
kata pertama : ―excusez moi, vous voulez parles Anglais‖?‖ Untungnya masalah saya
sudah terpecahkan, dengan melihat peta Metro yang ada dipajang di beberapa
tempat, saya kemudian membeli tiket Metro.
Di agenda saya sudah ada beberapa daftar yang harus saya kunjungi di Paris,
antara lain Champs Elysee Avenue yang tersohor itu, Arch de triomphe, Musee du
louvre, menara Eiffel, Notre Dam (The Our Lady Cathedral), Chateau de Versailles,
Montmartre, The Opera dan Parc de Soaux. Sebenarnya sih ada beberapa museum
lainnya seperti Musee d‘Orsay, Museum Asia, Museum Afrika dan lain-lain, tetapi
untuk sementara saya prioritaskan yang ada dalam daftar mengingat waktu dan dana.
B a c k p a c k t o E u r o p e – s m u s d a r @ h o t m a i l . c o m
Page 17
Kota Paris diintip dari eiffel
Arch de Triomphe, Avenue Champs Elysee
B a c k p a c k t o E u r o p e – s m u s d a r @ h o t m a i l . c o m
Page 18
Menara eiffel, tidak pernah lelah berdiri dan difoto jutaan turis
Suasana di depan Musee du Louvre
B a c k p a c k t o E u r o p e – s m u s d a r @ h o t m a i l . c o m
Page 19
Galerie de Carrousel (depan Musee du Louvre)
Tuileries, menapak tilasi novel Dan Brown
B a c k p a c k t o E u r o p e – s m u s d a r @ h o t m a i l . c o m
Page 20
Backpacker pun bisa bergaya di tengah keindahan lukisan abad 15. Museum Louvre
La Joconde (monalisa) warisan berharga di Museum Louvre
B a c k p a c k t o E u r o p e – s m u s d a r @ h o t m a i l . c o m
Page 21
Mau menghemat biaya? Datanglah ke Museum-museum di Perancis pada hari
Minggu di pekan pertama tiap bulannya, karena tidak dipungut biaya seeuro pun
untuk masuk ke Museum. Tempat yang pertama saya kunjungi adalah Menara Eiffel.
Sebenarnya menara ini adalah kumpulan besi yang disusun menjadi bentuk menara
menjulang ke langit yang terdiri dari 3 lantai dan dinamai sesuai dengan nama si
perancang. Setiap tahun menara yang menjadi ciri khas kota Paris ini dicat dengan
warna yang berganti-ganti. Walaupun mempunyai 4 pintu masuk dan membayar tiket
sebesar 3.80 Euro serta harus terengah-engah mengatur nafas karena harus
menapaki ratusan anak tangga untuk mencapai tiap lantainya, antusias pengunjung
tidak surut. Di lantai kedua ini terdapat restaurant socialite dunia yang super
mahal, Kabarnya Tom Cruise melamar Katie Holmes di restaurant yang memang
suasananya romantis. Dari Menara Effel saya mengambil metro dengan rute Champ
Elysee Clemenceau. Iya, saya ingin menikmati Jalan Champ Elysee yang terkenal
sebagai kawasan elit Paris. Selain di sini terdapat Etalase yang menjual barang-
barang dan parfum merek terkenal, café-café terbuka di sepanjang jalan Champ
Elysee, restaurant termasuk Planet Holywood, di ujung jalan tak jauh dari Place de
La Concorde yang terdapat kediaman Perdana Mentri Jacques Chirac yang dijaga
oleh banyak militer. Akhirnya setelah menaiki anak tangga dari stasiun Metro Champ
Elysee Clemenceau muncullah saya di kawasan elit ini, dan di depan saya terdapat
bangunan yang menyerupai gapura besar yang sudah terkenal, yakni Arch de
Triomphe, symbol kemenangan bagi bangsa Perancis. Saya menyusuri jalan sambil
memandangi toko-toko di sisi kanan dan kiri. Banyak turis berlalu lalang beberapa
hanya melihat-lihat barang bermerek, yang lain sibuk dengan kantong besar
belanjaannya, yang lain asik menikmati siang hari yang cerah musim panas baik di
kursi-kursi yang berjajar di kafe pinggir jalan atau di restaurant. Setelah melewati
taman-taman yang indah, sampailah saya di La Concorde. Tempat ini mudah dikenali
karena di tengah-tengah terdapat kolam kecil dan air mancur dengan hiasan warna
hijau tua dan emas di tengah-tengahnya. Air yang menyembur menyegarkan
kota Paris yang panas terik saat itu. Melewati kolam tertancap dengan tegak
L‘obelisk, tugu dengan ketinggian melebihi 7 meter ini berasal dari Mesir dibawa
peneliti Perancis ke Paris saat mereka meneliti Piramida.
Kaki saya terus melangkah setelah sempat berpose di depan Obelisk ke
Taman Tuileries. Hm, kalau sudah baca buku Da Vinci Code, pasti bisa ditebak ke
mana arah kaki selanjutnya saya langkahkan. Betul, terinspirasi dengan kisah menarik
dari The Da Vinci Code, saya menikmati setiap langkah dan pemandangan di depan
mata menuju Musee Du louvre dan membandingkan dengan deskripsi Dan Brown
B a c k p a c k t o E u r o p e – s m u s d a r @ h o t m a i l . c o m
Page 22
tentang daerah sekitar Museum yang sangat luas dan sebagian areanya berada di
bawah tanah ini. Ada berbagai pintu masuk menuju Musee du Louvre, tetapi karena
saya berjalan dari Champ ELysee, maka saya akan masuk dari bangunan yang
bentuknya seperti Piramid, tetapi terbuat dari kaca yang menurut Dan Brown di
novel larisnya dipesan oleh Presiden Miterand dan dibuat dari 666 kaca?. Sebelum
ke Piramid tersebut kita harus melewati Esplanade de Tuileries, taman yang di
tengah-tengahnya terdapat kolam bundar yang dipadati orang –orang yang
beristirahat sambil menikmati paparan sinar matahari di kursi-kursi yang disediakan
di pinggirannya. Beberapa anak kecil berlari-lari di pinggir kolam untuk
menggerakkan kapal-kapal layar kecil dengan tongkat. Melewati kolam tersebut
hamparan taman berumput hijau segar dipenuhi pasangan muda-mudi yang
bercengkerama tanpa menghiraukan orang-orang di sekitarnya. Langkah saya
semakin mendekati Louvre, saya sudah sampai di Pintu masuk Galerie du Carrousel.
Bangunan berbentuk gapura ini hampir mirip dengan Arc de Triomphe, dan menjadi
obyek foto yang menarik banyak wisatawan. Setelah menyebrangi jalan kecil dan
melewati Patung Louis XIV di atas kuda, tibalah saya di depan pintu masuk Piramid.
Untuk masuk ke Museum Louvre sebenarnya ada lebih dari satu pintu masuk,
selain Pintu masuk utama pyramid, jika menggunakan Metro 1 atau 7, pengunjung
masuk dari pintu Palais-Royal-Musee du Louvre yang berada di bawah tanah, pintu
masuk Porte de de Lions akses langsung ke bagian seni Africa, Asia, Oceania dan
Amerika, atau jika tiket masuk sudah ada di Passage Ricelieu. Datang dari pintu
masuk mana pun, akan ada petugas berseragam yang memeriksa pengunjung satu
persatu. Setelah melewati pemeriksaan, saya sudah ada di bawah Piramid yang
disebut Napoleon Hall. Musee du Louvre terdiri dari 3 bagian utama, bagian sayap
Richelieu , Denon dan Sully. Richelieu mempunyai koleksi pameran lukisan pelukis
Perancis abad 14 sampai 17, lukisan pelukis Jerman, Flemish dan Belanda, Seni
dekoratif abad 17 dan 19, Patung seniman perancis, Seni antik Mesotamia, Iran dan
Islami. Sayap yang ada di seberang Richelieu adalah sayap yang sangat terkenal dan
banyak dikunjungi lebih dahulu oleh pengunjung, yakni Denon. Selain di sini terdapat
lukisan kontroversial yang sangat terkenal itu dan membuat Dan Brown membuat
tulisan yang teorinya cukup menggoda keyakinan para pembacanya, Monalisa
(masyarakat Perancis lebih mengenalnya dengan sebutan La Joconde) kita bisa
melihat Lukisan pelukis Italia dan Spanyol abad 13-17, lukisan Perancis abad 19,
Apolo Gallery, Mahkota Permata Italia, Patung-patung Spanyol dan Utara Eropa,
benda-benda antik dari Yunani, Roma dan Estruscan, seni dan peninggalan Mesir, dan
B a c k p a c k t o E u r o p e – s m u s d a r @ h o t m a i l . c o m
Page 23
terakhir Seni Afrika, Asia (di sini ada benda-benda pra sejarah dari Nias dan
Papua), Oceania, dan Amerika. Sayap yang berada di tengah-tengan Richelieu dan
Denon adalah Sully, yang di dalamnya dipamerkan Lukisan Perancis abad 17, 18 dan
19, Gambar / sketsa dari seniman abad 17, 18, dan 19, Seni dekoratif abad 17 dan
18, peninggalan dari Jaman Kerajaan Kuno Yunani, Estruscan dan Romawi, benda-
benda dari Raja Mesir beberapa abad sebelum masehi, Jaman kuno Iran dan Arab,
dan sejarah Museum Louvre. Saya setuju dengan Dan Brown, untuk benar-benar bisa
menikmati semua koleksi Museum yang sangat luas ini, waktu kunjungan normal dari
jam 9 pagi hingga 6 sore sama sekali tidak cukup. Kecuali jika hanya menjadi turis
dan memandang sekilas hanya untuk sekedar tahu. Untuk benar-benar bisa
mengagumi karya maha besar lukisan atau pun ketinggian hasil budaya bangsa kuno
berabad-abad silam.
Ternyata untuk bisa mengagumi lukisan pelukis Italia Leonardo da Vinci yang
sangat terkenal tidaklah mudah. DI lantai pertama Sayap Denon dipamerkan banyak
lukisan berukuran sangat besar, bahkan ada yang berukuran lebih dari 5 meter, dan
kebanyakan bertemakan agama Kristen. Di bagian ini dipamerkan pula lukisan Da
Vinci lainnya, tapi tentu saja antusias pengunjung lebih mengarah ke Monalisa, dan
itu membuat saya harus menanti dengan sabar antrian 3 baris di depan saya
bergerak maju. Terrnyata untuk bisa mengagumi lukisan pelukis Italia Leonardo da
Vinci yang sangat terkenal tidaklah mudah. Untuk melihat dari jauh sangat sulit,
karena lukisan yang pernah dicuri 2 kali ini, ukurannya tidak besar dibandingkan
lukisan disekelilingnya dan dilindungi dengan system keamanan yang super ketat,
selain banyak penjaga berperawakan besar yang berjaga-jaga disekitar lukisan,
Monna Lisa dilindungi lapisan kaca, dan pengunjung hanya boleh berdiri sekitar 1,5
meter di depannya itupun dibatasi hanya 1 menit, lebih dari 1 menit petugas akan
menyuruh kita pergi ke tempat lain.
Dari Musee du Louvre memenuhi rasa ingin tahu saya, sebenarnya saya ingin
melihat gereja kecil yang disebutkan Brown dalam novel larisnya The Davinci Code.
Tapi karena setelah bolak-balik di jalan sebelah timur dari Musee Du Louvre, saya
gagal menemukan gereja ini bahkan sampai saya jauh berjalan hampir ke Quartier
Latin, akhirnya saya beristirahat di Katedral yang lebih terkenal dengan sebutan
Notre Dame. Gereja tua yang berbentuk kotak dan langit-langit yang tinggi ini,
sampai saat ini masih dipakai oleh umat Kristen untuk kegiatan agama mereka. Umat
yang saat itu kebetulan sedang merayakan Pantekosta tetap tenang melakukan misa
B a c k p a c k t o E u r o p e – s m u s d a r @ h o t m a i l . c o m
Page 24
sekalipun banyak pengunjung yang berjalan memperhatikan interior Gereja di alur
khusus yang disediakan untuk pengunjung.
Chateau de Versailles adalah tujuan saya berikutnya. Rasanya tujuan Raja
Louis XVI membuat Chateau yang super megah dan dikagumi banyak orang sudah
terwujud. Bahkan sampai saat ini pun kemegahan chateau ini tidak hanya diketahui
bangsa Perancis, tetapi juga semua orang di seluruh dunia, termasuk saya. Menurut
sejarah Perancis, Raja Louis XVI iri dengan Raja Louis XIV yang membanggakan
Palais Royalnya yang megah itu (yang sekarang digunakan sebagai Museum Louvre di
pusat kota Paris ) maka Louis XVI pun tak mau kalah, ia membuat villa tidak jauh
dari Paris yang yang jauh lebih megah dari Palais Royal. Chateau yang juga disebut
Grand Appartment ini memang jauh lebih besar dan megah dari Palais Royal, dan
terletak di sebalah barat Paris jauh dari pusat kota . Saya naik Metro dari Stasiun
Palais-Royal-Musee du Louvre menuju Stasiun Versailes Rive droite. Dan pada metro
terakhir, seisi metro dipadati oleh turis dari berbagai negara. Sekedar info, untuk
menghemat biaya transportasi di Paris, kalau kita bepergian lebih dari 4 hari dalam
seminggu, sebaiknya membeli tiket metro mingguan seharga 30 Euro, tetapi kalau
kurang dari 3 hari dalam seminggu tiket metro mobiliste seharga 12,10 Euro jauh
lebih ekonomis. Kedua tiket dapat dibeli secara otomatis di mesin-mesin penjualan
tiket (seperti mesin ATM) atau loket penjualan SNCF di Stasiun. Tiket mobiliste
dapat digunakan untuk semua metro dan bis yang kita tumpangi selama 1 hari,
sedangkan tiket abonemen satu minggu dapat dipakai untuk hal yang sama selama 7
hari.
Chateau de Versailles sangat megah dihiasi berbagai lukisan Raja, Ratu Marie
Antoinette dan keluarganya yang berukuran raksasa. Di salah satu bagiannya bahkan
terdapat istana kaca, yang semua dinding dan langit-langitnya terbuat dari kaca dan
hiasan ornamen emas. Langit-langit yang tinggi tidak dibiarkan kosong, tetapi
berwarna-warni dengan hiasan para dewa mitologi Yunani yang pinggirannya dihiasi
emas. Villa yang berukuran sangat luas ini mempunyai begitu banyak kamar dan
ruangan yang ukurannya besar, mungkin karena itulah di tiket masuknya Chateau ini
disebut juga Les Grands Appartments. Di dalamnya dipamerkan semua kekayaan Raja
Louis XVI yang membuat pengunjung berdecak kagum, tidak heran jika kemudian
pecah Revolusi Perancis, kehidupan Raja, Ratu dan anak-anaknya bagaikan hidup
negeri dongeng berkelimpahan harta. Ratusan lukisan yang memenuhi dinding-dinding
Chateau ini sebagian besar koleksi lukisan yang memang sudah ada sejak Raja Louis
XVI berkuasa yang kebanyakan lukisan potret diri dan keluarga serta lukisan
B a c k p a c k t o E u r o p e – s m u s d a r @ h o t m a i l . c o m
Page 25
bertema dewa-dewi dan agama. Selain itu terdapat juga banyak patung-patung abad
pertengahan dan patung para pelukis yang bekerja untuk Raja Louis XVI dan patung
para mentri ataupun orang penting pada masa itu. Sebanding dengan bangunan
villanya yang luas, Raja Louis XVI pun mempunyai taman yang super luas dan indah di
samping villanya dan masih dijaga keapikannya oleh pengelola Chateau de Versailles.
Hari berikutnya kunjungan saya adalah kompleks pemakaman terkenal Le Pere
La chaise. Tapi sebelumnya saya memutuskan untuk mengisi perut di restoran
makanan china yang terkenal enak masakannya di kawasan Quartier Latin, maklum
sudah kangen dengan masakan Asia . Quartier Latin merupakan kawasan gaul di
Paris, di sini banyak restaurant yang menyajikan masakan dari beberapa negara,
antara lain Perancis, Maroko, China, Italia, dan Yunani, dan merupakan tempat gaul
dipadati remaja/ muda-mudi Paris di akhir minggu. Dari Quartier Latin saya naik bis
ke daerah Pere La Chaise. Sebenarnya ada pemakaman yang jauh lebih besar di Paris
yakni Pantheon yang di dalamnya terdapat makam Presiden Perancis, tetapi
pemakaman yang akan saya singgahi ini adalah salah satu makam yang dijadikan
obyek wisata para turis internasional. Entah karena unsur lokasi atau kepercayaan
yang berbeda antara orang bule dan Indonesia, kalau di Indonesia saya merasa ngeri
jika berada di dekat kuburan (apalagi seperti saat ini, saya sudah ada di antara
kuburan-kuburan tua yang sudah ada ratusan tahun silam) di sini saya tidak merasa
ketakutan akan ada penampakan.
Di depan pintu masuk sudah ada papan denah kompleks kuburan yang sangat
luas ini. Hanya keluarga terpandang dan kaya raya yang bisa dimakamkan di sini.
Kuburan yang saat ini ingin saya lihat adalah kuburan sastrawan dan penulis drama
terkemuka Perancis Moliere, komposer musik klasik Chopin dan vokalis band Rock
Amerika Serikat tahun 1970an The Doors, James Douglas Morrison (terkenal
dengan sebutan Jim Morison, salah satu lagunya yang terkenal adalah Fire).
Walaupun sudah ada denah di dekat pintu masuk dan pembagian dalam blok-blok,
jalan dan gang, tetapi karena tempat ini sangat luas, sehingga cukup sulit dan
memakan waktu untuk menemukan lokasi ketiga kuburan itu. Yang sangat menonjol
dan ramai dikunjungi adalah makam Jim Morrison. Walaupun Jim yang terkenal
dengan lirik lagunya yang indah bagaikan puisi ini meninggal puluhan tahun silam di
apartemennya di Paris, tetapi namanya masih dikenal anak muda yang hidup 20 tahun
lebih sejak dia meninggal dan mempengaruhi banyak pemusik terkenal di Amerika.
Saat saya akhirnya sampai di depan makam Jim, banyak anak-anak muda dari
B a c k p a c k t o E u r o p e – s m u s d a r @ h o t m a i l . c o m
Page 26
berbagai negara berdiri di sekitar kuburannya dan menghiasi pusaranya dengan
bunga mawar yang mereka bawa untuk sang idola.
Sebenarnya sih saya akan cepat sampai tujuan kalau saya naik metro menuju
Montmartre , tetapi saya pikir dengan naik bis saya bisa melihat wajah Paris lainnya
selain wajah manis sekitar Eiffel dan Champ Elysee. Kalau naik metro saya hanya
melihat stasiun-stasiun metro di bawah tanah yang saya lewati. Memang sih rute bis
ini agak berputar – putar dan lama dibanding kalau saya naik Metro, tetapi sisi
baiknya saya bisa melihat perkampungan imigran Maroko dan Alzajair di Belville (di
sini banyak toko-toko daging, roti, minimarket dan restoran milik keturunan Maroko
dan Alzajair) dan cite (apartemen-apartemen murah yang kelihatan agak kumuh
untuk warga Niger, turunan Maroko, Alzajair dan imigran lainnya termasuk juga
keturunan Cina atau Vietnam) di tengah-tengah kota Paris. Bis ini memang melewati
perkampungan warga turunan imigran, sehingga bukan pemandangan yang aneh
banyak warga dengan rupa beraneka ragam, niger, arab, china/ Asia dan Yahudi yang
sebagian kecil dari mereka masih menggunakan pakaian ciri khas mereka.
Di depan saya duduk seorang gadis manis keturunan Alzajair bernama Annisa
yang baru saja pulang dari sekolah di kawasan Belville tetapi tinggal di Montmartre.
Saya tidak sengaja berkenalan dengannya ketika saya berkomunikasi dengan seorang
nenek di sebelah kanan saya dan percakapan terhenti karena memang bahasa
Perancis saya belum lancar sementara sang nenek yang keturunan Italia hanya bisa
bahasa Italia dan Perancis. Akhirnya Annisa mencoba memulai percakapan dengan
bahasa Inggris yang terbata-bata. Sampai di depan sebuah bangunan gereja tua,
nenek di sebelah saya mengajak saya siap-siap turun ―C‘est Montmartre , nous
descendons‖ dan saya pun turun.
B a c k p a c k t o E u r o p e – s m u s d a r @ h o t m a i l . c o m
Page 27
Gereja (eglise) Sacre Cœur (hati Kudus) landmark Montmartre
Montmartre merupakan kota tua di perbukitan yang mempunyai gereja tua
bernama Sacre Coeur sebagai landmark kawasan ini. Obyek wisata yang bisa kita
lihat adalah bentuk geologis kota yang berundak-undak (dari atas jalan di depan
Sacre Coeur kita bisa melihat sekeliling kota Paris apalagi kalau menggunakan
teleskop yang disedikan di sini), gereja yang sudah ada ratusan tahun Sacre Coeur,
pelukis –pelukis keturunan Italia/ Korsica di belakang gereja yang menawarkan jasa
mereka untuk melukis potret diri wisatawan yang lewat, café-café, toko, restaurant
dan pasar. Berjalan ke bawah, terdapat banyak toko tekstil yang menjual bahan
pakaian dengan harga miring.
B a c k p a c k t o E u r o p e – s m u s d a r @ h o t m a i l . c o m
Page 28
Taman Parc de Sceaux – surga lain Marie Antoinette
Jadwal saya pagi ini adalah melihat 2 taman kota (taman di Paris yang luas
dan tertata rapi dan indah disediakan gratis oleh Pemerintah kota ) di pusat kota
Paris, Le Jardin de Luxembourg dan di selatan Paris , Parc de Soeaux. Saya menuju
yang terjauh, dan segera naik metro ke daerah pemukiman di selatan Paris yang
tenang, Parc de Soeaux. Sebelum saya sampai ke taman yang dimaksud, saya
melewati rumah-rumah besar dengan berbagai macam gaya arsitektur serta taman
yang indah di setiap rumahnya, sepintas rumah-rumah berharga jutaan euro ini
mengingatkan saya pada kawasan Pondok Indah di Jakarta Selatan. Sesampainya
saya di depan pintu masuk taman ini, saya sudah terpana dengan keindahan taman ini,
dibandingkan dengan Taman di Chateau de Versailles, taman di Parc de Soeaux jauh
lebih luas dan indah. Sabtu siang itu penduduk kota banyak yang berekreasi di sini,
ada keluarga muda yang datang untuk piknik, kelompok remaja yang bermain sepak
bola, pasangan muda-mudi yang berpacaran, sekelompok orang yang berjemur
matahari, sekelompok pria yang memamerkan seni bela diri Brazil lengkap denagn
tabuhan gendang, orang-orang yang jogging dan bersepeda. Di salah satu pintu masuk
lainnya saya melihat beberapa pasang pengantin Afrika dan Eropa dengan keluarga
mereka baru saja berpose di depan Chateau kecil berwarna kuning dengan hamparan
rumput hijau di depannya. Chateau itu menurut penduduk setempat memang sering
digunakan pengantin untuk tempat mengabadikan pernikahan mereka bersama
keluarga. Di depan chateau setelah menuruni beberapa anak tangga sepanjang mata
memandang panorama taman hijau yang indah dengan hiasan sejenis pohon-pohon
cemara di kedua sisi lapangan hijau di depan saya yang dibentuk segitiga besar yang
rapi. Setelah melewati taman luas, berjalan agak ke bawah, terdapat kolam air besar
B a c k p a c k t o E u r o p e – s m u s d a r @ h o t m a i l . c o m
Page 29
yang membelah taman menjadi dua. Di depan taman di bawah pohon, saya
beristirahat sejenak menikmati sinar matahari paris di musim panas yang terik
sambil membuka bekal saya dan berkhayal seandainya ada taman seindah ini di
Jakarta dimana penduduk kota bisa berekreasi dengan murah bersama keluarganya
ataupun teman.
Kastil di Parc de Sceaux, tempat peraduan Ratu Marie Antoinette
Kunjungan kedua saya hari ini adalah taman kota di pusat Paris , Taman
Luxembourg . Setiap bulan di pagar taman ini dipamerkan lukisan-lukisan pelukis
muda dengan tema yang berbeda, kali ini temanya adalah laut. Banyak pengunjung
yang menikmati pemandangan indah lukisan tersebut sebelum ataupun sesudah masuk
Taman . Taman Luxembourg tidak terlalu besar, tetapi yang menarik pengelola taman
ini memberikan sentuhan seni kontemporer dari pintu masuk sampai mendekati kolam
di mana orang-orang berkumpul di sekelilingnya untuk berjemur matahari sore,
diantara pasir putih mereka menaruh pasir biru di tengah-tengahnya selebar 4
meter yang dibatasi oleh pohon-pohon kecil dan di atas jalan tersebut di atas pohon
digantung foto-foto dengan diberi pencahayaan khusus, sehingga pengunjung taman
mengalami sensani khusus saat berjalan di atas pasir biru laut tersebut.
B a c k p a c k t o E u r o p e – s m u s d a r @ h o t m a i l . c o m
Page 30
Tidak jauh dari Taman Luxembourg yang masih ada di pusat kota , terdapat
kawasan tempat tinggal warga paris keturunan India , yang menunjukkan
keberagaman etnis penduduk Paris , selain kawasan keturunan imigran Maroko,
Alzajair, Italia, dan Cina. Memasuki kawasan India ini, sejenak saya lupa kalau kaki
saya masih menapak di jalanan Paris , ibukota Perancis. Melihat toko, restoran dan
orang-orang yang memenuhi jalan dan berpapasan dengan saya di kawasan padat ini,
seolah olah saya sedang berada di salah satu kota di India . Beberapa toko musik
dan film yang menjual VCD dan CD memasang poster dan nama Shah Rukh Kan dan
aktris/ actor India terkenal lainnya. Lagu India yang pernah saya dengar di film
India yang diputar di Indosiar, terdengar familiar di telinga saya. Beberapa ibu
masih menggunakan lilitan sari di tubuhnya lewat di depan saya. Saya berhenti di
salah satu restoran vegetarian India di ujung jalan. Restoran yang kecil ini tidak
hanya dipenuhi oleh warga keturunan India , tetapi juga warga Paris lainnya. Suasana
di sini tidak jauh beda dengan suasana kota di India , hanya saja yang membuat saya
tersadar saya masih ada di Paris, saat pelayan restoran yang asli orang India
menawarkan buku menu dalam Bahasa Perancis dengan aksen Indianya. Selain
kawasan India , ada pula kawasan Pecinan di kota Paris dan kota lainnya.
Ada satu kawasan Pecinan yang terkenal di Paris, yaitu Place D‘italie
(walaupun di kawasan pemukiman ini terdapat juga banyak keturunan Italia). Di Place
D‘italie yang letaknya agak ke selatan di kota paris, banyak terdapat rumah makan
cina dan supermarket yang dikelola warga keturunan Cina, Tan Frere. Saya sempat
makan siang beberapa waktu yang lalu di salah satu restoran yang ramai, namanya
Hawaii, sup ikannya yang lezat benar-benar membuat saya selalu ingin kembali ke
kawasan itu.
Setelah beberapa hari berkeliling di kota Paris , rasanya sayang juga kalau
sudah bermil-bermil dan berjam-jam terbang dari Jakarta ke Eropa tanpa bermain-
main di taman bermain Paman Walt Disney. Yup betul! Pagi ini saya sudah siap untuk
pergi ke Disneyland Resort Paris. Walaupun di setiap papan iklan. T shirt, topi dan
souvenir lainnya mereka menyebut tempat ini ―Disneyland Resort Paris‖, tetapi
sebenarnya Disneyland bukan bagian dari district Paris (yang mempunyai kode 95)
melainkan District Marne La Vallee. Untuk mencapai Disneyland yang dibangun di
areal yang dulunya hutan di pinggiran Paris, pengunjung dari Paris dapat
menggunakan Kereta RER A dari Stasiun St. Lazare atau Chatelet Les Halles di Paris
atau bisa mengendarai mobil selama kurang lebih 40 menit. Jam operasi Disneyland
B a c k p a c k t o E u r o p e – s m u s d a r @ h o t m a i l . c o m
Page 31
dimulai dari jam 10 pagi dan tutup pada jam 8 malam. Metro yang saya tumpangi
sempat berhenti di Stasiun terdekat sebelum Disney, Val D‘europe. Menurut
keterangan remaja putri setempat yang duduk di sebelah saya, kalau mau berbelanja
bisa datang ke pusat perbelanjaan terbesar di District Marne la Vallee, Val
D‘Europe, di sana juga ada butik resmi souvenir Disney. Oia, tiket masuk Disneyland
Tarian Cowboy di negara Sarcozy (disney village, marne la Valee)
yang seharga 36 Euro (setara Rp 376.000,- dengan rate 1 euro = 12.000 saat itu) itu
selain bisa diperoleh di Disney, kita bisa juga membeli di Carrefour, dan untuk lebih
murah, sebaiknya membeli tiket selambat-lambatnya 5 hari sebelumnya, uang yang
kita bayar tidak terlalu mahal, hanya 28 Euro. Setelah memasuki ―Main Street
USA‖, pengunjung bisa bersenang-senang di keempat areanya, yaitu : Frontierland,
Discoveryland, Adventureland, dan Fantasyland. Percayalah saya rasa, waktu sekitar
10 jam itu sama sekali tidak cukup untuk bisa puas mencoba semua wahana yang ada
di keempat area tersebut belum lagi antrian yang cukup panjang di tiap-tiap wahana.
Maka sebelum saya berangkat ke sini saya sempatkan diri untuk melihat website
mereka , dan setelah melihat semuanya, saya putuskan untuk mencoba wahana
Indiana Jones, Pirates of the Carabean, Big Thunder Mountain, Phantom Manor
(sejenis rumah hantu), Space Mountain : Mission 2, Cherie, j‘ai retreci le public
(masih ingat film Amerika : ‗Honney, I shrunk the Kids‖?), Peter Pan‘s Flight, It‘s
small world. Buzz Lightyear laser Blast
B a c k p a c k t o E u r o p e – s m u s d a r @ h o t m a i l . c o m
Page 32
Luxembourg
Setelah mengubek-ubek kota Paris dan mulai hapal dengan system Metronya,
saya melanjutkan perjalanan ke Luxembourg. Kenapa ke Luxembourg? Karena itulah
negara terdekat dengan Paris yang sebagian besar penduduknya dapat berbicara
dalam bahasa Perancis, negara mini yang kaya raya dan topografinya mirip-mirip
Swiss. Dua hari yang lalu kakak saya, tempat saya menumpang selama di ile-de-
France sudah memesan tiket online di website Thalys, tiket ini bisa saya ambil di
stasiun-stasiun besar, termasuk Stasiun Pontault Combault, 2 stasiun sebelum
stasiun di dekat rumah kakak di Gretz Armeinvilliers (perberhentian terakhir RER E
dari pusat Kota Paris. Perjalanan memakan waktu sekitar 4 jam dan saya tiba di
Stasiun Luxembourg Central pukul 21.30. Rintik-rintik hujan sepertinya memang
menjadi ritual alam yang menyambut saya di setiap negara yang kami singgahi,
seperti malam ini. Saya segera bergegas ke terminal bis di dekat stasiun.
Saya berlindung di bawah Shelther bis, menanti bis yang akan membawa ke
Youth Hostel terdekat, ―Auberge de Jeunesse‖ di Jalan le Fort Olizy masih dalam
kawasan Luxemburg City. Di sebelah kanan terminal terdapat gedung-gedung
perkantoran, bank dan satu supermarket kecil. Di salah satu gedung –gedung tadi
terdapat papan yang menjelaskan mengapa saya menggigil hingga terasa dingin
sampai ke tulang. Tujuh derajat Celcius! Cukup dingin untuk saya warga Jakarta yang
biasa diterpa suhu terdingin 24 derajat dari AC. Hanya ada saya dan satu gadis bule
berambut pirang mengenakan jas panjang. Saya berkenalan sebentar dengan Denisa,
pelajar asal Slovakia yang memulai backpackingnya dari Jerman. Untunglah sepuluh
menit kemudian bis kami datang. Auberge de Jeunesse hanya berjarak kurang 10
menit dari Terminal bis di pusat kota, tetapi setelah itu kami harus menapaki jalan
setapak dari batu yang berundak-undak ke atas bukit menuju Hostel kami. Bangunan
Modern bertema minimalis ini cukup kontras dengan alam sekitarnya kawasan
perbukitan yang dihiasi bangunan rumah tua dan jembatan besar yang dibangun
ratusan tahun silam.
Tidak sulit untuk mengklarifikasikan negara mini ini sebagai negara kaya di
Eropa. Dari youth hostel ini saja yang tarif menginapnya 20 Euro, saya dapat
menilainya. Fasilitas hostel serba modern seperti antara lain ruang rekreasi
terdapat TV layar lebar dan ruang internet dengan dua set sofa beraksen minimalis
pula, ruang perputakaan dan lounge, ruang laundry dan breakfast yang semuanya jauh
lebih luas daripada hostel-hostel lainnya yang pernah aku kunjungi, dan untuk naik ke
B a c k p a c k t o E u r o p e – s m u s d a r @ h o t m a i l . c o m
Page 33
tiap lantai ada 2 lift, pintu tiap kamar dan pintu lift mempunyai sistem keamanan
khusus seperti hotel berbintang lima di Jakarta, Ruang kamar mandi (Shower room)
yang interiornya minimalis dengan pintu-pintu tiap kamar mandi dari alumunium,
breakfast berupa sajian Buffet yang lebih lengkap seperti yang ada di Hotel
bintang lima di Jakarta dan jumahnya pun berlimpah dibandingkan yang disajikan di
Hostel lainnya. Saya puaskan untuk memperbaiki gizi di saat sarapan pagi ini dan
tanpa malu-malu seperti penghuni lainnya, saya mempunyai bekal yang cukup banyak
dan memasukkannya ke ransel kipling merah, roti burger dan 2 lembar daging, sosis,
keju, croissant, jeruk dan apel, satu botol Juice orange dan satu botok susu. Belum
lagi mobil-mobil para pekerja yang bersliweran di jalan, tidak ada mobil Toyota,
semua mobil sedan dan yang paling murah mobil BMW atau Audi. Sontak saya
terkagum-kagum memandangi jalan.
Jalan Fort Olivy, di bawah sana terdapat hostel tempat saya menginap
B a c k p a c k t o E u r o p e – s m u s d a r @ h o t m a i l . c o m
Page 34
Rumah-rumah penduduk di daerah Grund
Rumah-rumah di daerah Grund, kota tua yang dikukuhkan UNESCO sebagai warisan budaya
Luxembourg
Satu hal lagi yang menunjukkan negara mini ini sangat kaya, selain banyak
bank di sepanjang jalan Luxembourg city, tidak ada pajak untuk barang-barang yang
kita beli di Toko atau mall, sehingga harga di sini cenderung lebih murah, siang itu
B a c k p a c k t o E u r o p e – s m u s d a r @ h o t m a i l . c o m
Page 35
setelah tersesat di suatu tempat, aku mengagumi toilet umum yang selain bersih dan
wangi, juga berinterior futuristik dan minimalis, serba alumunium. Coba kalau ada di
Jakarta, pasti sudah dipreteli orang-orang tidak bertanggung jawab, senasib dengan
logam-logam aluminium rel Kereta di Jawa yang dicuri hingga menyebabkan
kecelakaan.
Penari dari suku Bavaria (Jerman) di hostel Luxembourg tempat saya menginap
Trier (Jerman)
Pagi ini saya ingin melancong ke kota Trier, kota tertua di Jerman yang
dijadikan obyek wisata yang berada bagian barat daya Jerman dan bertetangga
dekat dengan Luxembourg dan Belgia. Banyaknya bangunan kuno yang bahkan sudah
berdiri di sana sejak tahun 16 sebelum Masehi hingga sisa kebudayaan Reinansce,
membuat kota kecil yang penduduknya berkomunikasi dengan 3 bahasa ini menjadi
seperti museum hidup yang terus abadi hingga jaman modern. Salah satu ciri
khasnya adalah gedung kuno bergaya Reinansce dengan warna utama pink, Puing puing
sisa benteng yang sangat besar dan tinggi berwarna hitam yang tinggal puing-puing,
seperti Taman Sari di Yogyakarta. Kota kecil yang berada di aliran sungai Moselle ini
bahkan pernah menjadi lokasi Grand Prix F1.
Saya gauli kota kecil ini dengan kamera poket. Saat itu kebetulan ada pasar
tradisional di dekat gereja kristen tertua di Jerman juga menjadi saksi sejarah
perkembangan kota di atas bukit ini sejak abad 4 Masehi. Pasar tradisional ini
sangat menggoda untuk dikunjungi, semua hasil pertanian, peternakan, perikanan dan
B a c k p a c k t o E u r o p e – s m u s d a r @ h o t m a i l . c o m
Page 36
kerajinan penduduk sekitar di pamerkan di pasar tradisional yang jauh dari kesan
becek, jorok, semrawut dan bau seperti pasar tradional di Jakarta. Lihatlah
pedagang bunga yang dengan bangga menawarkan bunga-bunga bermekaran warna
warni yang sangat indah, buah-buahan yang ranum dan segar seperti anggur dan
strawberry, sayur mayur, ikan dan daging segar. Saya tak kuasa mencoba menu Fish
and chip di depan take-away-cafe untuk makan siang dan membeli strawberry segar.
Terbuai oleh hiruk pikuk pembeli dan penjual di pasar yang dikelilingi bangunan kuno
ini, hampir saya lupa waktu untuk kembali ke stasiun kereta Trier.
Gedung ini dulunya digunakan sebagai gedung parlemen - Trier
Masih terlihat gagah, benteng tua di Trier
B a c k p a c k t o E u r o p e – s m u s d a r @ h o t m a i l . c o m
Page 37
Untunglah saya tidak terlambat sampai di stasiun kereta, dan untungnya lagi
saya sempat melihat pemandangan sekilas dari jendela kereta yang lewat, sesosok
kepala lelaki mirip John Cusack. Sang John Cusack yang kebetulan duduk di seberang
gang dengan saya adalah Takeshi, backpacker asal Australia yang berdarah
campurann Australia dan Jepang, dan kebetulan beruntun lainnya, dia juga akan
tinggal di hostel yang sama dengan saya! Takeshi yang memulai perjalanannya dari
Jerman, merasa senang akhirnya bisa berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris
setelah menjelajah di tanah Jerman.
Tidak banyak yang saya lihat di kota Luxembourg yang kecil ini, selanjutnya
saya harus kembali ke Paris dan lanjut ke Amsterdam untuk pulang ke tanah air.
Trackback URI | Comments RSS
12 Responses to “ Jalan-jalan murah ke Eropa? jadi backpacker yuk .. ”
1. 1
#1 aan gunaivy achmad baidjoeri Says: June 2nd, 2008 at 2:07 am
senang saekali memdengar ceritanya gue juga pengen ada rencana ke sana…cuma gue mau nanya..cuma satu visa kita bisa berkunjung kenegara eropa lain..?trus pada saat chek poin gak ditanyamacem-macem..? trus tiket pesawat dari jakarta bolak balik dari jakrta-holland dan pulangnya dari mana..?kira-kira berapa biaya hidup untuk satu hari untuk backpacker..?saya ada rencana nanti tahun depan..mulai dari spain trus ke prancis trus ke viena trus ke german dan berakhir di netherland..? biayanya perkiraan saya 2000 euro…?cukup gak..?tolong bals ya..saya tunggu jawabannya..?email saya di [email protected]
2. 2
#2 dhafing Says: June 22nd, 2008 at 2:13 pm
hehe…. luar biasa skl pengalamanya. gw pengen dapat informasi di negara eropa yang lainya. gw lagi pengen menjadi backpacker oi…… gw pernah jadi backpecker tahun 2006 dengan jalan ke KL dan singapura….. heboh bener, tidur diemperan ruko dan diintrogasi di imigrasi singapura plus ditingalin bus……..hehe… bales ya. e-mail gw. [email protected].
3. 3
B a c k p a c k t o E u r o p e – s m u s d a r @ h o t m a i l . c o m
Page 38
#3 sari h Says: June 23rd, 2008 at 7:35 am
hehehe thanks atas commentnya..yeah backpacker Jauh lebih menarik, selain karena menghemat budget untuk kita anak muda yg pas2an tapi pengen liat dunia luar, yg lebih penting lebih kaya pengalaman dan kita tau sendiri semau tempat dengan segala pengalaman yg lebih intim sifatnya daripada pergi ikut tour hehehe
Saya sendiri baru2 ini bulan Maret pergi backpack ke malaka via batam dan Singapore..lumayan menarik tp lbh menarik di eropa krn sarana untuk hostel murah lengkap di sana
foto2 perjalanan dan komunikasi lebih lanjut bisa diliat do http://oceanebleue.multiply.com
4. 4
#4 sari h Says: June 23rd, 2008 at 7:55 am
Hi aan..visa untuk ke eropa namanya visa schengen, kamu bisa apply ke kedutaan di mana kamu nanti datang pertama kali (klo di sini rencana kamu mau ke perancis dulu, berarti kamu pergi ke kedutaan perancis di sebelah sarinah thamrin, Cuma pengalaman pribadi saya sih, lebih mudah apply ke belanda, prosesnya lebih cepat tuh. Mungkin krn kita dulu bekas jajahannya ya, jadi lebih dipercaya hehee) 2,000 euro cukup bangets tuh, aku habis 18 jutaan (itu udh termasuk smuanya, termasuk biaya masuk museum krn yg ini saya ngga bisa tinggalin deh)
Nah kalo km mau ke UK, jangan lupa di aplikasinmya kamu tulis / mention mau ke Uk juga, soalnya klo ngga mention dari awal, km ga boleh nyebrang ke UK, kan rugi.. Klo mau tahu lebih jelas bisa liat MP saya di http://oceanebleue.multiply.com PM : [email protected]
5. 5
#5 Rocky Says: June 29th, 2008 at 9:21 am
alo salam kenal, kalo boleh tahu nih,pas minta visa schengen perlu berapa duit yah tabungan kita minimal? terus tiket pesawat PP (Jakarta -Belanda) berapa duit yah? thanks..
6. 6
B a c k p a c k t o E u r o p e – s m u s d a r @ h o t m a i l . c o m
Page 39
#6 sari h Says: July 1st, 2008 at 12:49 pm
dear rocky, apply visa schengen untuk administrasinya skitar 40 euro deh klo ga salah, sori lupa, danangus klo kita ga dapat visa. duit? tergantung brp lama kita di sana, kaliin aja, 75 euro per hari kita tinggal
tanay langsung ke [email protected] or baca blog saya di http://oceanebleue.multiply.com
7. 7
#7 Dio_Aji_Pamungkas Says: July 3rd, 2008 at 3:42 am
Wah,tulisan km bner2 mnarik.aq sdiri dgr istilah backpacker dr novel andrea hirata “edensor”. Dsitu byk djelasin ptualangan mjd backpacker..klo g slh yg plg tkenal dr Kanada,yg tidur dstasiun,dtaman,lengkap dgn “backpack”_mereka.tp dr tulisan km aq jd bingung deh,cz yg km tulis jauh bgt dr penggambaran aq slama ni.km bs tdr dhotel dgn akomodasi yg tjamin..istilah “backpacker” jd ambigu neh.bs tlg djelasin?maaf klo aq tlalu awam u/ mslh ni.thz u/ responnya..e-mail jg bs di [email protected].
8. 8
#8 sari h Says: July 3rd, 2008 at 8:37 am
Hi Aji,
Bingung ya? Backpacker int’l (bule2 gitu) biasa stay di youth hostel, yg biayanya –BUAT MEREKA- pastinya murah..kenapa ?? Karena biaya nya Cuma 12-18 euro per hari (1 kamar 6 tempat tidur, jadi kita cewek2 sekamar sama cewek 6 orang, co juga gt, jadikan bisa temenan tuh) itu udah dapat breakfast ala hotel bintang 4 di JKT!! Plus bisa bawa makanan dibungkus, mereka udh biasa gitu, jadi kan bisa hemat makan siang, klo tinggal di stasiun sih bisa aja, tp kan tetp keluar uang buat makan
Waktu di Van hogh youth hostel, saya ketemu sama co amerika dan kakaknya (cewek) yg kelilinng eropa dengan rute dari atas (eslandia) trus turn ke bawah ke UK, dan eropa daratan..
Salam kenal, Sari
B a c k p a c k t o E u r o p e – s m u s d a r @ h o t m a i l . c o m
Page 40
9. 9
#9 Dio_Aji_Pamungkas Says: July 7th, 2008 at 7:30 am
Salam kenal jg..Oh gt y..wah menarik bgt.em,apa saat ni dah ad smacam organisasi backpacker di Indonesia?aq sendiri hoby berpetualang dibyk tempat.tp msh terbatas diIndonesia krn keterbatasan dana(maklum kantong mahasiswa). Oia,dlm wkt dkt ad rcn jd backpacer lg?klo bs di dalam negeri gt..klo diijinin insyaAllah aq mau bergabung.inspirasi menjadi backpacker mulai merasuk dlm otak neh..
10. 10
#10 Dio_Aji_Pamungkas Says: July 7th, 2008 at 7:34 am
Salam kenal jg..Oh gt y..wah menarik bgt.em,apa saat ni dah ad smacam organisasi backpacker di Indonesia?aq sendiri hoby berpetualang dibyk tempat.tp msh terbatas diIndonesia krn keterbatasan dana(maklum kantong mahasiswa). Oia,dlm wkt dkt ad rcn jd backpacer lg?klo bs di dalam negeri gt..klo diijinin insyaAllah aq mau bergabung.aq org yg pantang nyerah,siap dlm keadaan apa pun.so,g akan nyusahin org laen(insyaAllah).inspirasi menjadi backpacker mulai merasuk dlm otak neh..
11. 11
#11 sari h Says: July 7th, 2008 at 9:49 am
org back packer ada kok, milis nya juga ada
12. 12
#12 mei Says: July 7th, 2008 at 5:37 pm
keren banget ya, gimana pengurusan surat2nya untuk visa. Apa aja yang diperlukan?
B a c k p a c k t o E u r o p e – s m u s d a r @ h o t m a i l . c o m
Page 41
BAGAIMANA CARA MENGURUS VISA SCHENGEN ?
Bagian ini walaupun agak rumit, perlu dibaca dengan seksama, karena kaki kita
tidak akan melangkah kemanapun jika dokumen yang satu ini tidak kita pegang.
Apa sih Visa Schengen itu?
Visa Schengen adalah visa yang harus kita miliki sebelum melakukan perjalanan ke
beberapa negara yang termasuk dalam daftar Perjanjian Schengen yang
ditandatangani tahun 2001.
Tidak semua Negara-negara di Eropa termasuk dalam Perjanjian Schengen, tetapi
hanya beberapa negara berikut :
1. Austria
2. Belgium
3.Czech Republic
4. Denmark
5. Estonia
6. France
7. Finland
8. Germany
9. Greece
10. Hungary
11. Iceland
12. Italy
13. Latvia
B a c k p a c k t o E u r o p e – s m u s d a r @ h o t m a i l . c o m
Page 42
14. Lithuania
15. Luxembourg
16, Malta
17. Netherlands
18. Norway
19. Poland
20. Portugal
21. Slovakia
22. Slovenia
23. Spain
24. Sweden
Indonesia termasuk salah satu negara yang diharuskan warganya yang ingin
mengunjungi salah satu atau bbrp negara Schengen memegang VS (berbahagialah
warga negara tetangga kita, Singapura yang bebas visa untuk mengunjungi Negara-
negara Eropa).
Nah, apa sih yang harus kita siapkan untuk pengurusan VS ini?
Sebelum datang ke kedutaan di salah satu negara Schengen tadi, siapkan terlebih
dahulu dokumen-dokumen yang harus kita bawa saat pengajuan VS :
1. Paspor yang masih berlaku (minimal 3 --6 bulan setelah masa visa berakhir,
tergantung dari kebijakan masing-masing kedutaan, tp lbh aman durasinya 6 bulan)
2. Tujuan kunjungan
Dokumen yang menjelaskan tujuan kedatangan kita ke negara Schengen (surat
pernyataan kita, dan surat referensi dari kantor, yang menyatakan tujuan kepergian
kita dan menjamin setelah masa kunjungan kita ke negara Schengen kita akan
B a c k p a c k t o E u r o p e – s m u s d a r @ h o t m a i l . c o m
Page 43
kembali ke Indonesia dan bekerja), dan dibuktikan dengan dokumen-dokumen
pendukung :
a. bukti booking tiket PP
b. bukti booking hotel/ hostel di negara tujuan/ bbrp negara tujuan, jika kita pergi
sebagai turis
untuk backpacker, website yang saya rekomendasikan untuk booking hostel adalah
http://www.hostelworld.com
c. surat asli undangan dari orang yang akan kita temui di sana (tempat pertama kali
kita datang ke negara schengen), jika kita akan tinggal di tempat orang yang
mengundang kita
Surat ini isinya antara lain menyatakan pihak pengundang mengundang kita tinggal
di negaranya, apa hubungan dgn kita (saudara/ kakak/ adik, dll, jika hubungannya
kakak/adik kandung, perlu juga sertakan copy kartu keluarga yang diterjemahkan
dalam bahasa Inggris), dan pihak pengundang menjamin semua akomodasi & tempat
tinggal, serta setelah kunjungan, kita akan kembali ke negara asal kita.
3. Dokumen-dokumen lain :
a. Foto ukuran paspor (latar belakang foto tergantung kebijakan Embassy)
b. Bukti keuangan yang ditunjukkan dari print out buku tabungan minimal 6 bulan
terakhir (bisa juga copy deposito) jumlah minimal
- 25 euro kali masa tinggal, jika kita tinggal di tempat orang yang mengundang,
- 75 euro kali masa tinggal, jika kita tinggal di hotel/ hostel
c. form pengajuan VS yang sudah diisi dan ditandatangani, di sini termasuk lampiran
jadwal perjalanan kita di Eropa jika memang ingin mengunjungi bbrp negara
d. asuransi kesehatan internasional, bisa kunjungi website axa, atau telpon langsung
ke 522 5501.
B a c k p a c k t o E u r o p e – s m u s d a r @ h o t m a i l . c o m
Page 44
Harga asuransi ini berkisar dari 30 euro - 70 euro (tergantung masa tinggal kita di
sana), atau silakan bandingkan dengan ACA untuk asuransi yang melindungi hingga 25
hari seharga 25,60 euro.
NOTE : jika kita akan tinggal di tempat saudara/kenalan, pihak yg mengundang
kita harus mengirim:
a. Surat undangan asli & surat jaminan (disahkan di pemeritah kotamadya /
municipal tempat pengundang tinggal
b. Bukti gaji 3 bulan terakhir pengundang (pada bbrp kedutaan, contohnya Perancis,
dokumennya lebih ribet)
c. copy passport pengundang
Dari sharing dan pengalaman apply visa, kelihatannya apply di kedutaan Belanda yang
paling singkat, mudah dan tidak ribet persyaratannya. Jika negara lain menghabiskan
waktu 10-14 hari kerja, Kedutaan ini hanya memakan waktu 8 hari kerja, wawancara
juga tidak terlalu panjang sepanjang kita mennyiapkan semua dokumen pendukung
lengkap, penting untuk diperhatikan, sewaktu wawancara berpakaianlah yang sopan
dan rapi, terutama untuk wanita.
B a c k p a c k t o E u r o p e – s m u s d a r @ h o t m a i l . c o m
Page 45
Tips hemat
1. Rencanakan perjalanan anda setidaknya 6 bulan sebelum tanggal
keberangkatan (terutama untuk booking harga pesawat termurah dan
pengurusan visa)
2. Siapkan informasi sebanyak mungkin tentang tujuan wisata, budaya, informasi
penting tentang negara itu (iklim, transportasi, akomodasi, mata uang, event-
event penting, acara gratisan, pusat informasi turis, KBRI dll, terutama
masalah dokumen penting seperti pengajuan visa, asurasi kesehatan
internasional
3. Rencanakan anggaran dengan baik: berapa lama anda akan tinggal, berapa
negara yang akan anda kunjungi, obyek wisata apa yang ingin anda lihat,
(untuk persyaratan pengajuan visa Schengen, jumlah minimal uang yang anda
hrus miliki 75 euro kali berapa lama anda tinggal di Eropa)
4. Tiket pesawat : Beberapa kartu kredit kadang-kadang mempunyai program
yang menarik sehingga anda mendapat keuntungan harga tiket pesawat yang
agak miring, begitu juga dengan maskapai penerbangan, buka mata buka
telinga dan temukan harga terbaik untuk anda
5. Jika anda tidak mempunyai saudara, jangan khawatir, bisa mulai booking
hostel secara online, dan pilih harga terbaik (jauh-jauh hari sudah booking)
bisa coba kunjungi http://www.hostelworld.com pilihalah hostel yang aman,
banyak direkomendasikan, dan aksesnya mudah serta dekat ke pusat kota
sehingga tidak menambah biaya lagi karena harus naik transportasi untuk
jalan-jalan di sana (Amsterdam : Bob Youth hostel, Luxembourg : Int‘l Youth
Hostel, Brussels : Van Gogh Youth Hostel)
6. Cara lain menghemat : Hostel di eropa pada umumnya menyajikan menu makan
pagi yang lebih lengkap dari hostel di Australia, jangan sungkan untuk
membawa bekal yang bisa kita makan saat kita lapar di tengah jalan, dan bawa
botol kosong yang bisa diisi air minum dari kran.
7. Museum di Paris dibuka gratis tiap Minggu pekan pertama, manfaatkan untuk
menghemat biaya masuk ke museum yang paling mahal (Musee du Louvre)
Cover : Rue rivoli oleh sari musdar dengan GIMP editing Semua foto di sini dari kamera penulis Hak cipta tulisann & foto ada pada penulis