melihatlebihdekateropadengandanaterbatas

45
Backpack to Europe [email protected] Page 1 Melihat lebih dekat Eropa dengan dana terbatas? Jadi Backpacker yuk Sari Musdar ([email protected])

Upload: kaisarxxx

Post on 21-Jan-2016

74 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

jalan jalan

TRANSCRIPT

Page 1: MelihatlebihdekatEropadengandanaterbatas

B a c k p a c k t o E u r o p e – s m u s d a r @ h o t m a i l . c o m

Page 1

Melihat lebih dekat Eropa dengan dana terbatas?

Jadi Backpacker yuk

Sari Musdar ([email protected])

Page 2: MelihatlebihdekatEropadengandanaterbatas

B a c k p a c k t o E u r o p e – s m u s d a r @ h o t m a i l . c o m

Page 2

Daftar Isi

Cerita perjalanan

Bagaimana mengurus visa Schengen

Tips hemat berwisata ke Eropa

Page 3: MelihatlebihdekatEropadengandanaterbatas

B a c k p a c k t o E u r o p e – s m u s d a r @ h o t m a i l . c o m

Page 3

Melihat lebih dekat Eropa dengan dana terbatas? Jadi

Backpacker yuk

Akhirnya setelah menunggu berapa lama untuk bisa melancong ke Eropa saya

berhasil mendapatkan visa untuk berjalan- jalan ke beberapa Negara di Eropa Barat

sebagai backpacker di musim semi 2006. Namanya juga perjalanan mancanegara,

karena berkaitan dengan urusan kelengkapan dokumen dan biaya yang tidak sedikit,

maka semuanya sudah saya persiapkan dengan perencanaan yang sangat matang

beberapa bulan sebelumnya, terutama mengenai budget, karena saya membiayai

sendiri perjalanan ini dari uang tabungan hasil kerja selama 2 tahun terakhir.

Perjalanan ini bukan hanya perjalanan fisik semata, tapi memenuhi obsesi

untuk bisa berwisata tidak hanya melakukan kegiatan standar sebagai turis manis

yang sibuk mengambil foto dan mengandalkan program dari biro perjalanan, tetapi

saya ingin mempunyai pengalaman yang seru juga mengenal kebudayaan dan

berinteraksi dengan orang-orang setempat dan backpacker dari negara –negara lain.

Untuk pengurusan visa saja (baca : ‖bagaimana cara mengurus visa

schengen?‖) sudah memakan waktu dan perlu strategi, terutama setelah adanya isu

teroris sejak tahun 2003, beberapa Negara yang tergabung dalam Schengen,

memperketat persyaratan pengajuan visa. Untuk backpacker yang bermimpi

berjalan-jalan ke beberapa Negara di Eropa Barat, dengan dana yang terbatas,

harus pandai –pandai membaca ketentuan yang ditetapkan tersebut sehingga

permohonan visa kita tidak ditolak. Sebelumnya saya sibuk surfing di Internet untuk

mendapatkan data youth hostel yang murah, aman dan aksesnya mudah dicapai tanpa

perlu transportasi serta transportasi dan akomodasi di sana. Saya memilih Negara

pertama yang akan saya kunjungi Belanda karena pengurusan visa di Kedutaan ini

menurut saya prosedurnya tidak ribet dan memakan waktu lama. Setelah

diwawancara saat memasukkan pengajuan visa dan persyaratannya, dan menunggu

selama 8 hari, akhirnya saya bahagia melihat visa Schengen dari Kerajaan Belanda

ada di halaman 7 paspor saya. Puas, karena saya mengurus sendiri permohonan visa

tersebut.

Page 4: MelihatlebihdekatEropadengandanaterbatas

B a c k p a c k t o E u r o p e – s m u s d a r @ h o t m a i l . c o m

Page 4

Belanda

Tanggal 19 Mei saya berangkat jam 18.45 dari Bandara Cengkareng dengan

penerbangan KLM-810 menuju Schipol. Penerbangan ini memakan waktu sekitar 13

jam dengan transit selama 2 jam di Bandara Kuala Lumpur (dibandingkan dengan

bandara Sukarno Hatta, walaupun sama-sama Negara di Asia tenggara, tetapi

Bandara KL jauh lebih bersih, modern dan nyaman), untunglah dari Kuala Lumpur

duduk manis di samping saya seorang laki-laki dari New Zealand yang menjadi teman

seperjalanan di pesawat, sehingga sisa waktu 10 jam berikutnya tidak jadi

membosankan. Teman seperjalanan saya ini bisa dibilang terbang hampir setengah

dunia, bayangkan saja, kalau dihitung – hitung dia harus menempuh perjalanan dari

New Zealand ke Dublin, Irlandia selama 24 jam dengan transit di 3 airport ! Dari dia

juga saya mendapatkan masukan berharga tentang Bandara Schipol yang super besar

dan kota Amsterdam .

Pertama menjejakkan kaki di Schipol Airport setelah urusan imigrasi, saya

sempat terbingung-bingung karena teman SD saya yang semula berjanji akan

menjemput ternyata tidak muncul karena ada keperluan penting, terpaksa saya harus

bertanya pada orang setempat bagaimana untuk mencapai tempat penginapan yang

sudah saya pesan melalui website jasa pemesanan hostel internasional. Walaupun

semua informasi / papan petunjuk dan nama jalan ditulis dalam bahasa Belanda,

tetapi untunglah kita tidak perlu bisa berbahasa Belanda di sini, karena sebagian

besar penduduk bisa berbicara dan mengerti bahasa Inggris. Bandara yang

bangunannya modern, bersih dan sangat besar ini mempunyai fasilitas yang lengkap.

Di Bandara Schipol kita oodbisa mendapatkan informasi tempat-tempat wisata di

Belanda dengan pelayanan yang professional dan ramah dan tanpa perlu keluar

gedung kita bisa mendapatkan kereta menuju beberapa kota di Belanda.

Dari Schipol saya naik kereta dengan tiket seharga 3,60 euro menuju

Amsterdam Centraal selama 30 menit. Di depan Amsterdam Centraal terdapat

gedung kecil Amsterdam Tourism & Convention Board, yang lebih dikenal dengan

VVV, tempat turis/ traveler mendapatkan informasi lebih lengkap tentang tempat

wisata di Amsterdam dan beberapa kota sekitarnya, akomodasi, tempat menginap,

transportasi serta tiket wisata dan transportasi. Dengan memasukkan koin 2 euro di

mesin, kita bisa mendapatkan peta

Page 5: MelihatlebihdekatEropadengandanaterbatas

B a c k p a c k t o E u r o p e – s m u s d a r @ h o t m a i l . c o m

Page 5

Amsterdam

Sebenarnya kalau saya cukup pandai membaca peta tersebut, tidak perlu

pusing-pusing untuk menemukan Youth Hostel yang saya tuju. Youth Hostel ini

bahkan ada di tengah –tengah kota Amsterdam, dan bisa berjalan kaki sekitar 10

menit dari Central station, tapi karena saya belum mahir membaca peta dan kurang

kenal kota ini, alhasil saya terpaksa naik metro dan merogoh uang 1,60 euro, mondar

mandir di Jalan NZ Voorburgwal, kedinginan di tengah rinrik-rintik hujan dengan

temperatur 9 derajat Celcius, serta mampir dulu di kedai kopi (Pie Applenya benar-

benar enak dan tidak terlalu mahal, hanya 2 euro) di pojok Jalan NZ Voorburgwal

tersebut (sejajar dengan Anne House).

Hari pertama rencana saya seperti layaknya turis yang pergi ke Belanda,

adalah berkunjung ke Keukenhof untuk melihat hamparan warna-warni bunga tulip

mekar yang terletak tidak jauh dari Delft yang menurut buku-buku panduan wisata

Eropa adalah taman terindah di Eropa. Tetapi sayangnya menurut petugas wanita di

Gedung Pusat Informasi Wisata Amsterdam Keukenhof sudah tutup tanggal 19 Mei.

Untuk menutupi kekecewaan saya, saya memutuskan pergi ke Volendam (kampung

nelayan di Belanda). Dengan mengantongi tiket pulang-pergi Ariva-waterland seharga

6 euro yang saya beli di VVV, saya naik bis Ariva nomor 118 yang parkir tidak jauh

dari Central Amstermdam menuju Volendam. Volendam merupakan kota nelayan yang

indah dengan penduduk mayoritas beragama Kristen yang taat.

Saya sampai di sana sekitar jam 10.00 pagi dan kebanyakan toko-toko /

restaurant di sepanjang pantai itu tutup karena penduduk bergegas pergi ke Gereja

untuk misa hari Minggu. Di antara toko-toko ini terdapat Studio Foto yang

menawarkan turis mengabadikan kunjungan mereka ke Volendam dengan memakai

baju tradisional Volendam. Sebenarnya Belanda mempunyai beberapa baju

tradisional, tetapi mungkin yang paling terkenal dan menjadi ciri khas Belanda adalah

baju daerah Volendam yang oleh pemerintah Belanda setelah baju ini menang pada

lomba baju tradisional kemudian dijadikan trade mark belanda. Di depan /di etalase

kaca semua studio memajang foto-foto orang terkenal yang pernah berpose di

studio mereka, antara lain foto aktor atau olahragawan belanda dan Eropa, dan yang

membanggakan, mungkin karena banyak turis asing dari Indonesia yang selalu

mengunjungi daerah pinggiran pantai ini, mereka juga memamerkan banyak foto

selebritis Indonesia (yang sempat saya ingat Marisa Haque, Tasya, Meli Manuhutu,

Tamara Blezinsky, Rima Melati, bahkan ada juga mantan Presiden Gus Dur),

Page 6: MelihatlebihdekatEropadengandanaterbatas

B a c k p a c k t o E u r o p e – s m u s d a r @ h o t m a i l . c o m

Page 6

kelihatannya cara promosi mereka cukup berhasil mengundang turis asal Indonesia,

saat saya sedang berdiri di salah satu Studio foto, saya mendengar seorang

wisatawan Indonesia yang berkeras dengan temannya hanya ingin difoto di Studio

Gus Dur pernah berpose. Saya hanya senyum-senyum membayangkan mereka harus

meneliti dengan seksama foto-foto ukuran 5 R untuk menemukan wajah Gus Dur

dalam kemasan pakaian tradisional Volendam.

Sudah jauh ke Volendam rasanya ada yang kurang kalau tidak menyeberang ke

Marken, pulau kecil perkampungan nelayan di seberang Volendam. Di depan loket

penjualan tiket kapal ferry, dari jarak 5 meter saya sudah mendengar teriakan

kakek dalam beberapa bahasa (Inggris, Italia, perancis, Spanyol, Jerman dan tentu

saja Belanda) mengajak turis untuk naik ferry ke Marken. Kapal- Kapal Ferry yang

menyeberangi kami ke Marken semuanya dimiliki dan dikelola oleh nelayan setempat

dan anak-anak mereka. Di marken kita dapat mengunjungi toko-toko souvenir dan

restaurant turun temurun yang sudah ada sejak seratus tahun yang lalu. Di sini kita

juga bisa mencicipi hasil tangkapan nelayan, berupa ikan tuna, udang, kepiting dan

lain-lain dengan harga berkisar 2 – 4 euro per satu porsi kecil.

Amsterdam, keramaian yang tak pernah surut di sekitar damsquare

Page 7: MelihatlebihdekatEropadengandanaterbatas

B a c k p a c k t o E u r o p e – s m u s d a r @ h o t m a i l . c o m

Page 7

Bergaya dengan dua saudara kembar jagoan sepakbola Belanda di Madame Tussaud

Page 8: MelihatlebihdekatEropadengandanaterbatas

B a c k p a c k t o E u r o p e – s m u s d a r @ h o t m a i l . c o m

Page 8

Madame Tussaud

Parkir Sepeda di dekat Stasiun Amsterdam Centraal

Page 9: MelihatlebihdekatEropadengandanaterbatas

B a c k p a c k t o E u r o p e – s m u s d a r @ h o t m a i l . c o m

Page 9

Dari Marken setelah menelusuri jalan NZ Voorburgwal dari Amsterdam

Centraal saya beristirahat sebentar di Dam Square. Beberapa turis remaja yang

baru turun dari stasiun sibuk menarik kopernya dengan buku Lonely Planet : Europe

di tangan. Di alun-alun ini semua turis menikmati sore hari yang cerah di musim semi

beberapa orang sibuk mengambil foto diri dan foto gedung-gedung, Musium dan

Gereja di sekitar Dam Square, beberapa orang asik memberi makan ratusan burung

merpati dan sebagian lagi melihat aksi senirupawan yang berlagak seperti patung

menggunakan baju Nostradamus menunggu orang – orang yang lalu lalang di Dam

square memberikan koin 2 atau 5 euro. Mau foto berdampingan dengan Bono vokalis

U2 atau Elvys Presley dengan biaya 17,5 euro ?

Di salah satu sisi Dam Square berdiri tegak Museum Madame Tussaud yang

sangat terkenal dengan patung lilin para selebritis dunia. Maka setelah berada dalam

antrian yang cukup panjang, beberapa menit kemudian saya sibuk mengamati patung-

patung para pemimpin dunia, ratu dan raja, dan para pesohor dunia lainnya dari

kalangan seni, musik dan olahraga. Patung penyanyi Inggris Robin William George

Clooney dan Bono (vokalis Grup Musik U2), Julia Robert, Lady Diana dan Elvys

Presley cukup menyedot minat banyak pengunjung untuk berfoto bareng dengan gaya

pengunjung yang tak kalah seru. Hanya saja sebelum bisa foto bareng dengan orang-

orang terkenal tersebut, kita harus mengalami pengalaman seru.

Sebelum melihat patung-patung berwajah tampan dan cantik itu, di bagian

awal terdapat bagian yang memaparkan sejarah berdirinya kota Amsterdam dengan

suasana yang buram, gelap dan menakutkan, dan lebih menakutkan lagi ketika tiba-

tiba muncul sosok lelaki besar dengan baju penuh bercak darah dan wajah yang

menyeramkan mengaum keras sambil dengan tangannya yang berusaha menyentuh

pengunjung. Spontan banyak pengunjung yang berteriak ketakutan, termasuk saya

sambil berlari secepatnya meninggalkan ruangan tersebut. Rupanya atraksi tersebut

adalah upaya pengelola museum untuk memberikan pengalaman yang berbeda kepada

para pengunjungnya, selain juga ditunjukkan proses pembuatan patung lilin.

Keluar dari Madame Tussaud masih jam 18.30 dan langit Amsterdam di musim

semi masih terang. Saya memutuskan untuk menyusuri jalan sekitar Amsterdam

dengan berjalan kaki melalui Universitas Amsterdam terus ke area yang cukup

terkenal di Amsterdam, Red Light (nama asli jalan ini adalah Nieuwendijk), semula

sih saya ingin mengurungkan niat saya karena aura di sini agak ―menakutkan‖ untuk

orang sepolos saya, apalagi saat langkah saya mulai mendekati Red Light District dan

Page 10: MelihatlebihdekatEropadengandanaterbatas

B a c k p a c k t o E u r o p e – s m u s d a r @ h o t m a i l . c o m

Page 10

melewati beberapa penjaga restaurant atau toko sex berbadan besar dengan jas

panjang berpenampilan klimis ditambah makin mencekamkan karena pada saat saya

ada di sana ada suara raungan mobil polisi. Wah, saya tadinya mau berbalik badan

dan kembali ke tempat menginap melalui Unversitas Amsterdam dan Dam Square,

tetapi saya pikir, daripada penasaran, saya tetap cuek ke sana. Cukup miris melewati

pemandangan perempuan-perempuan muda dan cantik berpakaian minim yang

dipajang di etalase kaca sepanjang gang di Red Light. Di toko –toko yang dikunjungi

wisatawan di sekitar kawasan ini selain kaos bertuliskan Amsterdam, pernik-pernik

lainnya (tas, topi dll) bertuliskan Amsterdam atau gambar daun ganja juga dijual dan

tentunya ganja kering dan cannabis dengan berbagai macam kualitas dibungkus dalam

plastic transparan. Bukan hal yang aneh melihat pemadat asik menghirup marijuana

dengan bebasnya di jalan, pemerintah Belanda memang memberikan legalitas kepada

mereka. What a country ! Selain itu di sini banyak sekali jasa piercing dan

pembuatan tattoo.

Keesokan harinya saya memutuskan untuk memenuhi obsesi saya lainnya,

menikmati lukisan salah satu pelukis idola saya, penganut aliran impressionisme –

lebih tepatnya sih aliran pointilisme—van Gogh. Saya ingat betul saya begitu kagum

dengan lukisan pelukis yang bernama lengkap Vincent van Gogh, ketika pertama kali

saya mengenalnya dari pelajaran Seni Rupa di bangku SMP. Karena letaknya cukup

jauh dari Dam Square, saya harus naik subway untuk ke sana . Ternyata benar juga

saran pegawai di Pusat Informasi Pariwisata kemarin, jauh lebih baik kalau saya

sudah membeli tiket masuk di sana sehingga tidak perlu menunggu dalam antrian

yang sangat panjang di depan Museum Van Gogh. Saya berada dalam antrian

pengunjung dengan tiket masuk yang tidak terlalu panjang, sedangkan di sisi saya

antrian untuk mereka yang membeli tiket masuk di Musium.

Tepat jam 10 pintu masuk museum dibuka, para penjaga keamanan dengan

seragam warna hijau mencolok dan petugas berseragam jas hitam di dalam museum

sudah siap siaga dengan handi talkienya. Penjagaan keamanan di museum ini sangat

ketat, setelah melewati pemeriksaan di pintu masuk, tas atau jaket harus dititipkan

di tempat penitipan yang dijaga remaja-remaja setempat, untuk mengabadikan

lukisan-lukisan Van Gogh pun dilarang keras, kalau tidak petugas berseragam jas

hitam akan menegur kita.

Saya kagum dengan Vincent van Gogh Foundation yang mengelola museum ini

dengan professional, termasuk pula penyajian koleksi lukisan yang sangat menarik.

Page 11: MelihatlebihdekatEropadengandanaterbatas

B a c k p a c k t o E u r o p e – s m u s d a r @ h o t m a i l . c o m

Page 11

Hal ini mungkin terjadi karena mereka juga bekerja sama dengan sebuah Bank besar

di Belanda untuk mendanai program mereka. Seandainya pemerintah Indonesia bisa

melakukan hal yang sama, menarik minat wisatawan dan penduduk Indonesia untuk

mengunjungi museum… Pengelola memamerkan lukisan dalam beberapa dekade

kehidupan Van Gogh, dengan menampilkan tulisan rentetan kehidupan Van Gogh sejak

ia kecil, sekolah di Seminari hingga ia beralih memulai karirnya sebagai pelukis

dengan bekerja sebagai pemula di beberapa kantor di Belgia dan Perancis.

Museum Van Gogh (naik tram dari Amsterdam, sayangnya di dalam kamera tidak boleh dibawa

masuk)

Ingin mengetahui perjalanan hidup dan karya-karya Van Gogh? Ada satu

ruangan khusus yang berisi banyak buku, dan juga kalau kita lelah berkeliling gedung

dan menaiki anak tangga gedung yang berlantai 4 ini, kita bisa melihat koleksi

museum di Komputer yang disediakan di ruangan ini. Di ruangan ini pula kita

diajarkan cara membuat lukisan seperti yang dilakukan Van Gogh, misalnya dijelaskan

bagaimana dan bahan untuk membuat dasar kanvas sebelum memulai membuat

lukisan, perbedaan lukisan Van Gogh dengan lukisan pelukis aliran Pointilisme di era

yang sama dengannya. Keluar dari pintu keluar, terdapat toko souvenir yang menjual

post card, buku, pembatas buku dan bahkan poster berukuran besar reproduksi

lukisan Van Gogh.

Page 12: MelihatlebihdekatEropadengandanaterbatas

B a c k p a c k t o E u r o p e – s m u s d a r @ h o t m a i l . c o m

Page 12

Brussel, Belgia

Keesokan harinya saya putuskan untuk melanglang ke Negara tetangga,

Brussel, Belgia. Brusel merupakan kota yang tidak terlalu besar. Sebagian besar

penduduknya berkomunikasi dalam bahasa Belanda dan Perancis, jadi saya harus

membawa kamus saku Perancis saya kemana pun saya pergi. Setelah sebelumnya

memesan kamar di Centre Vincent Van Gogh (Youth Hostel) yang terletak di Rue

Traversiere 8, maka saya naik kereta dari Amsterdam Central ke Brussel Midi

dengan harga tiket sebesar 33,4 euro. Hostel yang dikhususkan anak-anak muda di

bawah usia 35 tahun ini dulunya adalah semacam apartemen dimana Van Gogh pernah

tinggal, terletak tidak jauh dari Le Botanique jardin (Taman Botanique). Hostel yang

merupakan gedung tua ini, dikelola oleh anak-anak muda sehingga jelas sekali

atmosfir remajanya. Di Lobby semua backpacker dari berbagai negara bisa saling

berkenalan dan berbicara tentang perjalanan mereka, minum bir atau minuman

lainnya, surfing internet, atau bermain bilyard di tengah ruangan yang hidup dengan

musik rock yang menggema memenuhi ruangan yang tidak terlalu luas. Lobby ini

semakin ramai setelah jam 6 sore, karena saat itulah kafe dibuka.

Tidak banyak obyek wisata yang bisa dikunjungi di Brussel. Hari pertama saya

berjalan kaki menuju Le Botanique Jardin, Grand Place, dan Museum Komik Smurf &

Tintin. Le Botanique merupakan taman kota dihiasi tanaman-tanaman hias berwarna-

warni dan kolam air serta patung-patung perunggu yang sudah ada di situ sejak abad

pertengahan. Saat itu saya melihat sekelompok anak kecil laki-laki yang asik

berteriak bermain bola, pasangan muda mudi yang memadu kasih, turis yang sedang

bergaya di depan kamera dan pejalan kaki yang lebih senang melewati taman ini

ketimbang harus melewati trotoar. Dari taman kota saya melanjutkan jalan-jalan

siang ke Grand Place, melewati Mall Super City dan beberapa gedung kota yang

bergaya Baroque.

Sebelum sampai di Grand Place, saya melewati gang yang penuh kafe dan

restaurant Yunani, Italia dan Maroko. Pelayan-pelayan restaurant yang berwajah

rupawan dengan pakaian putih bersih atau berjas memanggil para pejalan kaki untuk

mampir ke restaurant mereka. Hanya saja perut saya sudah saya isi dengan kebab

yang saya beli di kedai kecil milik orang Turki di dekat Mall. Grand Place sebenarnya

tak terlalu berbeda dengan Dam Square, di sini orang-orang berkumpul baik

penduduk setempat dan turis mengagumi gedung-gedung tua dengan arsitekturnya

yang indah.

Page 13: MelihatlebihdekatEropadengandanaterbatas

B a c k p a c k t o E u r o p e – s m u s d a r @ h o t m a i l . c o m

Page 13

Kalau Perancis mempunyai Menara Eiffel, Italia terkenal dengan Menara Pisa,

maka Belgia mempunyai Atomium. Maka pada hari kedua sebelum saya meninggalkan

Brussel, saya memutuskan untuk pergi ke land mark Belgia ini. Karena letaknya cukup

jauh dari Hostel tempat saya menginap, saya harus naik Metro Line 1 A yang

berhenti di Stasiun Bis Heysel. Dibandingkan dengan dua menara yang saya sebutkan

tadi, Bangunan Atomium ini relative masih sangat muda, karena baru dibangun tahun

1958 dan direnovasi tahun 2003 dan tidak terlalu tinggi, dengan ketinggian dari

permukaan tanah hingga bola tertinggi mencapai 102 meter.. Sesuai dengan namanya,

Atomium merupakan 9 bola logam raksasa berdiameter 18 meter yang masing-masing

dihubungkan / disangga dengan logam. Tiap – tiap bola mempunyai fungsi tertentu,

Gang kuliner menuju Grand Place

Page 14: MelihatlebihdekatEropadengandanaterbatas

B a c k p a c k t o E u r o p e – s m u s d a r @ h o t m a i l . c o m

Page 14

Tak mau kalah dengan tetangganya, Brussel juga punya alun-alun yg disebut Grand Place

Paris boleh bangga punya Eiffel, Brussel punya atomium

Page 15: MelihatlebihdekatEropadengandanaterbatas

B a c k p a c k t o E u r o p e – s m u s d a r @ h o t m a i l . c o m

Page 15

Foto bersama backpackers dari perancis, Amerika serikat & ”private Guide” di Van Gogh

Hostel, Brussel

Page 16: MelihatlebihdekatEropadengandanaterbatas

B a c k p a c k t o E u r o p e – s m u s d a r @ h o t m a i l . c o m

Page 16

misalnya pada bola pertama selain tempat pengunjung membeli tiket masuk

juga merupakan tempat pertunjukkan permanen, pada saatitu dipamerkan mobil-

mobil munggil dengan berbagai warna cerah seperti permen. Pengunjung bisa

mencapai bola tertinggi melalui lift setelah membeli tiket masuk seharga 7 euro. Di

bola tertinggi ini kita bisa melihat pemandangan di bawah melalui layar yang mirip

computer, atau kalau ingin suasana romantis sambil mencicipi makanan khas Belgia,

bisa mampir di lantai teratas bola ini di ―Restaurant Panorama‖. Mau mengunjungi

dan mengenal lebih dekat Eropa dalam hitungan menit ? Tidak jauh dari Atomium

terdapat obyek wisata lainnya yang tidak kalah menarik, Miniatur Eropa. Di sini kita

bisa mengenal negara-negara di Eropa melalui miniatur landmark masing-masing

negara. Sayangnya saya harus merogoh dompet lagi untuk bisa melihat Eropa mini

tersebut.

Perancis

Karena tidak banyak yang perlu dikunjungi, setelah pamitan singkat dan

bertukar email dengan teman-teman backpacker di Van Gogh Youth Hostel, saya

segera pergi ke Stasiun Brussel Midi untuk melanjutkan perjalanan ke Paris dengan

kereta Thalys. Dibandingkan dengan kereta Amsterdam-Brussel, kereta ini jauh

lebih bagus dan bersih dan tentu saja lebih mahal. Perjalanan ini tidak memakan

waktu lama, 1 jam 25 menit kemudian saya sudah tiba di Stasiun Paris Nord. Begitu

tiba di Stasiun yang besar ini, saya mengalami sedikit masalah dalam komunikasi,

karena tidak semua orang Perancis bisa dan mau berbicara dalam bahasa Inggris,

maka mau tidak mau saya harus mempraktekkan bahasa Perancis saya, dengan kata-

kata pertama : ―excusez moi, vous voulez parles Anglais‖?‖ Untungnya masalah saya

sudah terpecahkan, dengan melihat peta Metro yang ada dipajang di beberapa

tempat, saya kemudian membeli tiket Metro.

Di agenda saya sudah ada beberapa daftar yang harus saya kunjungi di Paris,

antara lain Champs Elysee Avenue yang tersohor itu, Arch de triomphe, Musee du

louvre, menara Eiffel, Notre Dam (The Our Lady Cathedral), Chateau de Versailles,

Montmartre, The Opera dan Parc de Soaux. Sebenarnya sih ada beberapa museum

lainnya seperti Musee d‘Orsay, Museum Asia, Museum Afrika dan lain-lain, tetapi

untuk sementara saya prioritaskan yang ada dalam daftar mengingat waktu dan dana.

Page 17: MelihatlebihdekatEropadengandanaterbatas

B a c k p a c k t o E u r o p e – s m u s d a r @ h o t m a i l . c o m

Page 17

Kota Paris diintip dari eiffel

Arch de Triomphe, Avenue Champs Elysee

Page 18: MelihatlebihdekatEropadengandanaterbatas

B a c k p a c k t o E u r o p e – s m u s d a r @ h o t m a i l . c o m

Page 18

Menara eiffel, tidak pernah lelah berdiri dan difoto jutaan turis

Suasana di depan Musee du Louvre

Page 19: MelihatlebihdekatEropadengandanaterbatas

B a c k p a c k t o E u r o p e – s m u s d a r @ h o t m a i l . c o m

Page 19

Galerie de Carrousel (depan Musee du Louvre)

Tuileries, menapak tilasi novel Dan Brown

Page 20: MelihatlebihdekatEropadengandanaterbatas

B a c k p a c k t o E u r o p e – s m u s d a r @ h o t m a i l . c o m

Page 20

Backpacker pun bisa bergaya di tengah keindahan lukisan abad 15. Museum Louvre

La Joconde (monalisa) warisan berharga di Museum Louvre

Page 21: MelihatlebihdekatEropadengandanaterbatas

B a c k p a c k t o E u r o p e – s m u s d a r @ h o t m a i l . c o m

Page 21

Mau menghemat biaya? Datanglah ke Museum-museum di Perancis pada hari

Minggu di pekan pertama tiap bulannya, karena tidak dipungut biaya seeuro pun

untuk masuk ke Museum. Tempat yang pertama saya kunjungi adalah Menara Eiffel.

Sebenarnya menara ini adalah kumpulan besi yang disusun menjadi bentuk menara

menjulang ke langit yang terdiri dari 3 lantai dan dinamai sesuai dengan nama si

perancang. Setiap tahun menara yang menjadi ciri khas kota Paris ini dicat dengan

warna yang berganti-ganti. Walaupun mempunyai 4 pintu masuk dan membayar tiket

sebesar 3.80 Euro serta harus terengah-engah mengatur nafas karena harus

menapaki ratusan anak tangga untuk mencapai tiap lantainya, antusias pengunjung

tidak surut. Di lantai kedua ini terdapat restaurant socialite dunia yang super

mahal, Kabarnya Tom Cruise melamar Katie Holmes di restaurant yang memang

suasananya romantis. Dari Menara Effel saya mengambil metro dengan rute Champ

Elysee Clemenceau. Iya, saya ingin menikmati Jalan Champ Elysee yang terkenal

sebagai kawasan elit Paris. Selain di sini terdapat Etalase yang menjual barang-

barang dan parfum merek terkenal, café-café terbuka di sepanjang jalan Champ

Elysee, restaurant termasuk Planet Holywood, di ujung jalan tak jauh dari Place de

La Concorde yang terdapat kediaman Perdana Mentri Jacques Chirac yang dijaga

oleh banyak militer. Akhirnya setelah menaiki anak tangga dari stasiun Metro Champ

Elysee Clemenceau muncullah saya di kawasan elit ini, dan di depan saya terdapat

bangunan yang menyerupai gapura besar yang sudah terkenal, yakni Arch de

Triomphe, symbol kemenangan bagi bangsa Perancis. Saya menyusuri jalan sambil

memandangi toko-toko di sisi kanan dan kiri. Banyak turis berlalu lalang beberapa

hanya melihat-lihat barang bermerek, yang lain sibuk dengan kantong besar

belanjaannya, yang lain asik menikmati siang hari yang cerah musim panas baik di

kursi-kursi yang berjajar di kafe pinggir jalan atau di restaurant. Setelah melewati

taman-taman yang indah, sampailah saya di La Concorde. Tempat ini mudah dikenali

karena di tengah-tengah terdapat kolam kecil dan air mancur dengan hiasan warna

hijau tua dan emas di tengah-tengahnya. Air yang menyembur menyegarkan

kota Paris yang panas terik saat itu. Melewati kolam tertancap dengan tegak

L‘obelisk, tugu dengan ketinggian melebihi 7 meter ini berasal dari Mesir dibawa

peneliti Perancis ke Paris saat mereka meneliti Piramida.

Kaki saya terus melangkah setelah sempat berpose di depan Obelisk ke

Taman Tuileries. Hm, kalau sudah baca buku Da Vinci Code, pasti bisa ditebak ke

mana arah kaki selanjutnya saya langkahkan. Betul, terinspirasi dengan kisah menarik

dari The Da Vinci Code, saya menikmati setiap langkah dan pemandangan di depan

mata menuju Musee Du louvre dan membandingkan dengan deskripsi Dan Brown

Page 22: MelihatlebihdekatEropadengandanaterbatas

B a c k p a c k t o E u r o p e – s m u s d a r @ h o t m a i l . c o m

Page 22

tentang daerah sekitar Museum yang sangat luas dan sebagian areanya berada di

bawah tanah ini. Ada berbagai pintu masuk menuju Musee du Louvre, tetapi karena

saya berjalan dari Champ ELysee, maka saya akan masuk dari bangunan yang

bentuknya seperti Piramid, tetapi terbuat dari kaca yang menurut Dan Brown di

novel larisnya dipesan oleh Presiden Miterand dan dibuat dari 666 kaca?. Sebelum

ke Piramid tersebut kita harus melewati Esplanade de Tuileries, taman yang di

tengah-tengahnya terdapat kolam bundar yang dipadati orang –orang yang

beristirahat sambil menikmati paparan sinar matahari di kursi-kursi yang disediakan

di pinggirannya. Beberapa anak kecil berlari-lari di pinggir kolam untuk

menggerakkan kapal-kapal layar kecil dengan tongkat. Melewati kolam tersebut

hamparan taman berumput hijau segar dipenuhi pasangan muda-mudi yang

bercengkerama tanpa menghiraukan orang-orang di sekitarnya. Langkah saya

semakin mendekati Louvre, saya sudah sampai di Pintu masuk Galerie du Carrousel.

Bangunan berbentuk gapura ini hampir mirip dengan Arc de Triomphe, dan menjadi

obyek foto yang menarik banyak wisatawan. Setelah menyebrangi jalan kecil dan

melewati Patung Louis XIV di atas kuda, tibalah saya di depan pintu masuk Piramid.

Untuk masuk ke Museum Louvre sebenarnya ada lebih dari satu pintu masuk,

selain Pintu masuk utama pyramid, jika menggunakan Metro 1 atau 7, pengunjung

masuk dari pintu Palais-Royal-Musee du Louvre yang berada di bawah tanah, pintu

masuk Porte de de Lions akses langsung ke bagian seni Africa, Asia, Oceania dan

Amerika, atau jika tiket masuk sudah ada di Passage Ricelieu. Datang dari pintu

masuk mana pun, akan ada petugas berseragam yang memeriksa pengunjung satu

persatu. Setelah melewati pemeriksaan, saya sudah ada di bawah Piramid yang

disebut Napoleon Hall. Musee du Louvre terdiri dari 3 bagian utama, bagian sayap

Richelieu , Denon dan Sully. Richelieu mempunyai koleksi pameran lukisan pelukis

Perancis abad 14 sampai 17, lukisan pelukis Jerman, Flemish dan Belanda, Seni

dekoratif abad 17 dan 19, Patung seniman perancis, Seni antik Mesotamia, Iran dan

Islami. Sayap yang ada di seberang Richelieu adalah sayap yang sangat terkenal dan

banyak dikunjungi lebih dahulu oleh pengunjung, yakni Denon. Selain di sini terdapat

lukisan kontroversial yang sangat terkenal itu dan membuat Dan Brown membuat

tulisan yang teorinya cukup menggoda keyakinan para pembacanya, Monalisa

(masyarakat Perancis lebih mengenalnya dengan sebutan La Joconde) kita bisa

melihat Lukisan pelukis Italia dan Spanyol abad 13-17, lukisan Perancis abad 19,

Apolo Gallery, Mahkota Permata Italia, Patung-patung Spanyol dan Utara Eropa,

benda-benda antik dari Yunani, Roma dan Estruscan, seni dan peninggalan Mesir, dan

Page 23: MelihatlebihdekatEropadengandanaterbatas

B a c k p a c k t o E u r o p e – s m u s d a r @ h o t m a i l . c o m

Page 23

terakhir Seni Afrika, Asia (di sini ada benda-benda pra sejarah dari Nias dan

Papua), Oceania, dan Amerika. Sayap yang berada di tengah-tengan Richelieu dan

Denon adalah Sully, yang di dalamnya dipamerkan Lukisan Perancis abad 17, 18 dan

19, Gambar / sketsa dari seniman abad 17, 18, dan 19, Seni dekoratif abad 17 dan

18, peninggalan dari Jaman Kerajaan Kuno Yunani, Estruscan dan Romawi, benda-

benda dari Raja Mesir beberapa abad sebelum masehi, Jaman kuno Iran dan Arab,

dan sejarah Museum Louvre. Saya setuju dengan Dan Brown, untuk benar-benar bisa

menikmati semua koleksi Museum yang sangat luas ini, waktu kunjungan normal dari

jam 9 pagi hingga 6 sore sama sekali tidak cukup. Kecuali jika hanya menjadi turis

dan memandang sekilas hanya untuk sekedar tahu. Untuk benar-benar bisa

mengagumi karya maha besar lukisan atau pun ketinggian hasil budaya bangsa kuno

berabad-abad silam.

Ternyata untuk bisa mengagumi lukisan pelukis Italia Leonardo da Vinci yang

sangat terkenal tidaklah mudah. DI lantai pertama Sayap Denon dipamerkan banyak

lukisan berukuran sangat besar, bahkan ada yang berukuran lebih dari 5 meter, dan

kebanyakan bertemakan agama Kristen. Di bagian ini dipamerkan pula lukisan Da

Vinci lainnya, tapi tentu saja antusias pengunjung lebih mengarah ke Monalisa, dan

itu membuat saya harus menanti dengan sabar antrian 3 baris di depan saya

bergerak maju. Terrnyata untuk bisa mengagumi lukisan pelukis Italia Leonardo da

Vinci yang sangat terkenal tidaklah mudah. Untuk melihat dari jauh sangat sulit,

karena lukisan yang pernah dicuri 2 kali ini, ukurannya tidak besar dibandingkan

lukisan disekelilingnya dan dilindungi dengan system keamanan yang super ketat,

selain banyak penjaga berperawakan besar yang berjaga-jaga disekitar lukisan,

Monna Lisa dilindungi lapisan kaca, dan pengunjung hanya boleh berdiri sekitar 1,5

meter di depannya itupun dibatasi hanya 1 menit, lebih dari 1 menit petugas akan

menyuruh kita pergi ke tempat lain.

Dari Musee du Louvre memenuhi rasa ingin tahu saya, sebenarnya saya ingin

melihat gereja kecil yang disebutkan Brown dalam novel larisnya The Davinci Code.

Tapi karena setelah bolak-balik di jalan sebelah timur dari Musee Du Louvre, saya

gagal menemukan gereja ini bahkan sampai saya jauh berjalan hampir ke Quartier

Latin, akhirnya saya beristirahat di Katedral yang lebih terkenal dengan sebutan

Notre Dame. Gereja tua yang berbentuk kotak dan langit-langit yang tinggi ini,

sampai saat ini masih dipakai oleh umat Kristen untuk kegiatan agama mereka. Umat

yang saat itu kebetulan sedang merayakan Pantekosta tetap tenang melakukan misa

Page 24: MelihatlebihdekatEropadengandanaterbatas

B a c k p a c k t o E u r o p e – s m u s d a r @ h o t m a i l . c o m

Page 24

sekalipun banyak pengunjung yang berjalan memperhatikan interior Gereja di alur

khusus yang disediakan untuk pengunjung.

Chateau de Versailles adalah tujuan saya berikutnya. Rasanya tujuan Raja

Louis XVI membuat Chateau yang super megah dan dikagumi banyak orang sudah

terwujud. Bahkan sampai saat ini pun kemegahan chateau ini tidak hanya diketahui

bangsa Perancis, tetapi juga semua orang di seluruh dunia, termasuk saya. Menurut

sejarah Perancis, Raja Louis XVI iri dengan Raja Louis XIV yang membanggakan

Palais Royalnya yang megah itu (yang sekarang digunakan sebagai Museum Louvre di

pusat kota Paris ) maka Louis XVI pun tak mau kalah, ia membuat villa tidak jauh

dari Paris yang yang jauh lebih megah dari Palais Royal. Chateau yang juga disebut

Grand Appartment ini memang jauh lebih besar dan megah dari Palais Royal, dan

terletak di sebalah barat Paris jauh dari pusat kota . Saya naik Metro dari Stasiun

Palais-Royal-Musee du Louvre menuju Stasiun Versailes Rive droite. Dan pada metro

terakhir, seisi metro dipadati oleh turis dari berbagai negara. Sekedar info, untuk

menghemat biaya transportasi di Paris, kalau kita bepergian lebih dari 4 hari dalam

seminggu, sebaiknya membeli tiket metro mingguan seharga 30 Euro, tetapi kalau

kurang dari 3 hari dalam seminggu tiket metro mobiliste seharga 12,10 Euro jauh

lebih ekonomis. Kedua tiket dapat dibeli secara otomatis di mesin-mesin penjualan

tiket (seperti mesin ATM) atau loket penjualan SNCF di Stasiun. Tiket mobiliste

dapat digunakan untuk semua metro dan bis yang kita tumpangi selama 1 hari,

sedangkan tiket abonemen satu minggu dapat dipakai untuk hal yang sama selama 7

hari.

Chateau de Versailles sangat megah dihiasi berbagai lukisan Raja, Ratu Marie

Antoinette dan keluarganya yang berukuran raksasa. Di salah satu bagiannya bahkan

terdapat istana kaca, yang semua dinding dan langit-langitnya terbuat dari kaca dan

hiasan ornamen emas. Langit-langit yang tinggi tidak dibiarkan kosong, tetapi

berwarna-warni dengan hiasan para dewa mitologi Yunani yang pinggirannya dihiasi

emas. Villa yang berukuran sangat luas ini mempunyai begitu banyak kamar dan

ruangan yang ukurannya besar, mungkin karena itulah di tiket masuknya Chateau ini

disebut juga Les Grands Appartments. Di dalamnya dipamerkan semua kekayaan Raja

Louis XVI yang membuat pengunjung berdecak kagum, tidak heran jika kemudian

pecah Revolusi Perancis, kehidupan Raja, Ratu dan anak-anaknya bagaikan hidup

negeri dongeng berkelimpahan harta. Ratusan lukisan yang memenuhi dinding-dinding

Chateau ini sebagian besar koleksi lukisan yang memang sudah ada sejak Raja Louis

XVI berkuasa yang kebanyakan lukisan potret diri dan keluarga serta lukisan

Page 25: MelihatlebihdekatEropadengandanaterbatas

B a c k p a c k t o E u r o p e – s m u s d a r @ h o t m a i l . c o m

Page 25

bertema dewa-dewi dan agama. Selain itu terdapat juga banyak patung-patung abad

pertengahan dan patung para pelukis yang bekerja untuk Raja Louis XVI dan patung

para mentri ataupun orang penting pada masa itu. Sebanding dengan bangunan

villanya yang luas, Raja Louis XVI pun mempunyai taman yang super luas dan indah di

samping villanya dan masih dijaga keapikannya oleh pengelola Chateau de Versailles.

Hari berikutnya kunjungan saya adalah kompleks pemakaman terkenal Le Pere

La chaise. Tapi sebelumnya saya memutuskan untuk mengisi perut di restoran

makanan china yang terkenal enak masakannya di kawasan Quartier Latin, maklum

sudah kangen dengan masakan Asia . Quartier Latin merupakan kawasan gaul di

Paris, di sini banyak restaurant yang menyajikan masakan dari beberapa negara,

antara lain Perancis, Maroko, China, Italia, dan Yunani, dan merupakan tempat gaul

dipadati remaja/ muda-mudi Paris di akhir minggu. Dari Quartier Latin saya naik bis

ke daerah Pere La Chaise. Sebenarnya ada pemakaman yang jauh lebih besar di Paris

yakni Pantheon yang di dalamnya terdapat makam Presiden Perancis, tetapi

pemakaman yang akan saya singgahi ini adalah salah satu makam yang dijadikan

obyek wisata para turis internasional. Entah karena unsur lokasi atau kepercayaan

yang berbeda antara orang bule dan Indonesia, kalau di Indonesia saya merasa ngeri

jika berada di dekat kuburan (apalagi seperti saat ini, saya sudah ada di antara

kuburan-kuburan tua yang sudah ada ratusan tahun silam) di sini saya tidak merasa

ketakutan akan ada penampakan.

Di depan pintu masuk sudah ada papan denah kompleks kuburan yang sangat

luas ini. Hanya keluarga terpandang dan kaya raya yang bisa dimakamkan di sini.

Kuburan yang saat ini ingin saya lihat adalah kuburan sastrawan dan penulis drama

terkemuka Perancis Moliere, komposer musik klasik Chopin dan vokalis band Rock

Amerika Serikat tahun 1970an The Doors, James Douglas Morrison (terkenal

dengan sebutan Jim Morison, salah satu lagunya yang terkenal adalah Fire).

Walaupun sudah ada denah di dekat pintu masuk dan pembagian dalam blok-blok,

jalan dan gang, tetapi karena tempat ini sangat luas, sehingga cukup sulit dan

memakan waktu untuk menemukan lokasi ketiga kuburan itu. Yang sangat menonjol

dan ramai dikunjungi adalah makam Jim Morrison. Walaupun Jim yang terkenal

dengan lirik lagunya yang indah bagaikan puisi ini meninggal puluhan tahun silam di

apartemennya di Paris, tetapi namanya masih dikenal anak muda yang hidup 20 tahun

lebih sejak dia meninggal dan mempengaruhi banyak pemusik terkenal di Amerika.

Saat saya akhirnya sampai di depan makam Jim, banyak anak-anak muda dari

Page 26: MelihatlebihdekatEropadengandanaterbatas

B a c k p a c k t o E u r o p e – s m u s d a r @ h o t m a i l . c o m

Page 26

berbagai negara berdiri di sekitar kuburannya dan menghiasi pusaranya dengan

bunga mawar yang mereka bawa untuk sang idola.

Sebenarnya sih saya akan cepat sampai tujuan kalau saya naik metro menuju

Montmartre , tetapi saya pikir dengan naik bis saya bisa melihat wajah Paris lainnya

selain wajah manis sekitar Eiffel dan Champ Elysee. Kalau naik metro saya hanya

melihat stasiun-stasiun metro di bawah tanah yang saya lewati. Memang sih rute bis

ini agak berputar – putar dan lama dibanding kalau saya naik Metro, tetapi sisi

baiknya saya bisa melihat perkampungan imigran Maroko dan Alzajair di Belville (di

sini banyak toko-toko daging, roti, minimarket dan restoran milik keturunan Maroko

dan Alzajair) dan cite (apartemen-apartemen murah yang kelihatan agak kumuh

untuk warga Niger, turunan Maroko, Alzajair dan imigran lainnya termasuk juga

keturunan Cina atau Vietnam) di tengah-tengah kota Paris. Bis ini memang melewati

perkampungan warga turunan imigran, sehingga bukan pemandangan yang aneh

banyak warga dengan rupa beraneka ragam, niger, arab, china/ Asia dan Yahudi yang

sebagian kecil dari mereka masih menggunakan pakaian ciri khas mereka.

Di depan saya duduk seorang gadis manis keturunan Alzajair bernama Annisa

yang baru saja pulang dari sekolah di kawasan Belville tetapi tinggal di Montmartre.

Saya tidak sengaja berkenalan dengannya ketika saya berkomunikasi dengan seorang

nenek di sebelah kanan saya dan percakapan terhenti karena memang bahasa

Perancis saya belum lancar sementara sang nenek yang keturunan Italia hanya bisa

bahasa Italia dan Perancis. Akhirnya Annisa mencoba memulai percakapan dengan

bahasa Inggris yang terbata-bata. Sampai di depan sebuah bangunan gereja tua,

nenek di sebelah saya mengajak saya siap-siap turun ―C‘est Montmartre , nous

descendons‖ dan saya pun turun.

Page 27: MelihatlebihdekatEropadengandanaterbatas

B a c k p a c k t o E u r o p e – s m u s d a r @ h o t m a i l . c o m

Page 27

Gereja (eglise) Sacre Cœur (hati Kudus) landmark Montmartre

Montmartre merupakan kota tua di perbukitan yang mempunyai gereja tua

bernama Sacre Coeur sebagai landmark kawasan ini. Obyek wisata yang bisa kita

lihat adalah bentuk geologis kota yang berundak-undak (dari atas jalan di depan

Sacre Coeur kita bisa melihat sekeliling kota Paris apalagi kalau menggunakan

teleskop yang disedikan di sini), gereja yang sudah ada ratusan tahun Sacre Coeur,

pelukis –pelukis keturunan Italia/ Korsica di belakang gereja yang menawarkan jasa

mereka untuk melukis potret diri wisatawan yang lewat, café-café, toko, restaurant

dan pasar. Berjalan ke bawah, terdapat banyak toko tekstil yang menjual bahan

pakaian dengan harga miring.

Page 28: MelihatlebihdekatEropadengandanaterbatas

B a c k p a c k t o E u r o p e – s m u s d a r @ h o t m a i l . c o m

Page 28

Taman Parc de Sceaux – surga lain Marie Antoinette

Jadwal saya pagi ini adalah melihat 2 taman kota (taman di Paris yang luas

dan tertata rapi dan indah disediakan gratis oleh Pemerintah kota ) di pusat kota

Paris, Le Jardin de Luxembourg dan di selatan Paris , Parc de Soeaux. Saya menuju

yang terjauh, dan segera naik metro ke daerah pemukiman di selatan Paris yang

tenang, Parc de Soeaux. Sebelum saya sampai ke taman yang dimaksud, saya

melewati rumah-rumah besar dengan berbagai macam gaya arsitektur serta taman

yang indah di setiap rumahnya, sepintas rumah-rumah berharga jutaan euro ini

mengingatkan saya pada kawasan Pondok Indah di Jakarta Selatan. Sesampainya

saya di depan pintu masuk taman ini, saya sudah terpana dengan keindahan taman ini,

dibandingkan dengan Taman di Chateau de Versailles, taman di Parc de Soeaux jauh

lebih luas dan indah. Sabtu siang itu penduduk kota banyak yang berekreasi di sini,

ada keluarga muda yang datang untuk piknik, kelompok remaja yang bermain sepak

bola, pasangan muda-mudi yang berpacaran, sekelompok orang yang berjemur

matahari, sekelompok pria yang memamerkan seni bela diri Brazil lengkap denagn

tabuhan gendang, orang-orang yang jogging dan bersepeda. Di salah satu pintu masuk

lainnya saya melihat beberapa pasang pengantin Afrika dan Eropa dengan keluarga

mereka baru saja berpose di depan Chateau kecil berwarna kuning dengan hamparan

rumput hijau di depannya. Chateau itu menurut penduduk setempat memang sering

digunakan pengantin untuk tempat mengabadikan pernikahan mereka bersama

keluarga. Di depan chateau setelah menuruni beberapa anak tangga sepanjang mata

memandang panorama taman hijau yang indah dengan hiasan sejenis pohon-pohon

cemara di kedua sisi lapangan hijau di depan saya yang dibentuk segitiga besar yang

rapi. Setelah melewati taman luas, berjalan agak ke bawah, terdapat kolam air besar

Page 29: MelihatlebihdekatEropadengandanaterbatas

B a c k p a c k t o E u r o p e – s m u s d a r @ h o t m a i l . c o m

Page 29

yang membelah taman menjadi dua. Di depan taman di bawah pohon, saya

beristirahat sejenak menikmati sinar matahari paris di musim panas yang terik

sambil membuka bekal saya dan berkhayal seandainya ada taman seindah ini di

Jakarta dimana penduduk kota bisa berekreasi dengan murah bersama keluarganya

ataupun teman.

Kastil di Parc de Sceaux, tempat peraduan Ratu Marie Antoinette

Kunjungan kedua saya hari ini adalah taman kota di pusat Paris , Taman

Luxembourg . Setiap bulan di pagar taman ini dipamerkan lukisan-lukisan pelukis

muda dengan tema yang berbeda, kali ini temanya adalah laut. Banyak pengunjung

yang menikmati pemandangan indah lukisan tersebut sebelum ataupun sesudah masuk

Taman . Taman Luxembourg tidak terlalu besar, tetapi yang menarik pengelola taman

ini memberikan sentuhan seni kontemporer dari pintu masuk sampai mendekati kolam

di mana orang-orang berkumpul di sekelilingnya untuk berjemur matahari sore,

diantara pasir putih mereka menaruh pasir biru di tengah-tengahnya selebar 4

meter yang dibatasi oleh pohon-pohon kecil dan di atas jalan tersebut di atas pohon

digantung foto-foto dengan diberi pencahayaan khusus, sehingga pengunjung taman

mengalami sensani khusus saat berjalan di atas pasir biru laut tersebut.

Page 30: MelihatlebihdekatEropadengandanaterbatas

B a c k p a c k t o E u r o p e – s m u s d a r @ h o t m a i l . c o m

Page 30

Tidak jauh dari Taman Luxembourg yang masih ada di pusat kota , terdapat

kawasan tempat tinggal warga paris keturunan India , yang menunjukkan

keberagaman etnis penduduk Paris , selain kawasan keturunan imigran Maroko,

Alzajair, Italia, dan Cina. Memasuki kawasan India ini, sejenak saya lupa kalau kaki

saya masih menapak di jalanan Paris , ibukota Perancis. Melihat toko, restoran dan

orang-orang yang memenuhi jalan dan berpapasan dengan saya di kawasan padat ini,

seolah olah saya sedang berada di salah satu kota di India . Beberapa toko musik

dan film yang menjual VCD dan CD memasang poster dan nama Shah Rukh Kan dan

aktris/ actor India terkenal lainnya. Lagu India yang pernah saya dengar di film

India yang diputar di Indosiar, terdengar familiar di telinga saya. Beberapa ibu

masih menggunakan lilitan sari di tubuhnya lewat di depan saya. Saya berhenti di

salah satu restoran vegetarian India di ujung jalan. Restoran yang kecil ini tidak

hanya dipenuhi oleh warga keturunan India , tetapi juga warga Paris lainnya. Suasana

di sini tidak jauh beda dengan suasana kota di India , hanya saja yang membuat saya

tersadar saya masih ada di Paris, saat pelayan restoran yang asli orang India

menawarkan buku menu dalam Bahasa Perancis dengan aksen Indianya. Selain

kawasan India , ada pula kawasan Pecinan di kota Paris dan kota lainnya.

Ada satu kawasan Pecinan yang terkenal di Paris, yaitu Place D‘italie

(walaupun di kawasan pemukiman ini terdapat juga banyak keturunan Italia). Di Place

D‘italie yang letaknya agak ke selatan di kota paris, banyak terdapat rumah makan

cina dan supermarket yang dikelola warga keturunan Cina, Tan Frere. Saya sempat

makan siang beberapa waktu yang lalu di salah satu restoran yang ramai, namanya

Hawaii, sup ikannya yang lezat benar-benar membuat saya selalu ingin kembali ke

kawasan itu.

Setelah beberapa hari berkeliling di kota Paris , rasanya sayang juga kalau

sudah bermil-bermil dan berjam-jam terbang dari Jakarta ke Eropa tanpa bermain-

main di taman bermain Paman Walt Disney. Yup betul! Pagi ini saya sudah siap untuk

pergi ke Disneyland Resort Paris. Walaupun di setiap papan iklan. T shirt, topi dan

souvenir lainnya mereka menyebut tempat ini ―Disneyland Resort Paris‖, tetapi

sebenarnya Disneyland bukan bagian dari district Paris (yang mempunyai kode 95)

melainkan District Marne La Vallee. Untuk mencapai Disneyland yang dibangun di

areal yang dulunya hutan di pinggiran Paris, pengunjung dari Paris dapat

menggunakan Kereta RER A dari Stasiun St. Lazare atau Chatelet Les Halles di Paris

atau bisa mengendarai mobil selama kurang lebih 40 menit. Jam operasi Disneyland

Page 31: MelihatlebihdekatEropadengandanaterbatas

B a c k p a c k t o E u r o p e – s m u s d a r @ h o t m a i l . c o m

Page 31

dimulai dari jam 10 pagi dan tutup pada jam 8 malam. Metro yang saya tumpangi

sempat berhenti di Stasiun terdekat sebelum Disney, Val D‘europe. Menurut

keterangan remaja putri setempat yang duduk di sebelah saya, kalau mau berbelanja

bisa datang ke pusat perbelanjaan terbesar di District Marne la Vallee, Val

D‘Europe, di sana juga ada butik resmi souvenir Disney. Oia, tiket masuk Disneyland

Tarian Cowboy di negara Sarcozy (disney village, marne la Valee)

yang seharga 36 Euro (setara Rp 376.000,- dengan rate 1 euro = 12.000 saat itu) itu

selain bisa diperoleh di Disney, kita bisa juga membeli di Carrefour, dan untuk lebih

murah, sebaiknya membeli tiket selambat-lambatnya 5 hari sebelumnya, uang yang

kita bayar tidak terlalu mahal, hanya 28 Euro. Setelah memasuki ―Main Street

USA‖, pengunjung bisa bersenang-senang di keempat areanya, yaitu : Frontierland,

Discoveryland, Adventureland, dan Fantasyland. Percayalah saya rasa, waktu sekitar

10 jam itu sama sekali tidak cukup untuk bisa puas mencoba semua wahana yang ada

di keempat area tersebut belum lagi antrian yang cukup panjang di tiap-tiap wahana.

Maka sebelum saya berangkat ke sini saya sempatkan diri untuk melihat website

mereka , dan setelah melihat semuanya, saya putuskan untuk mencoba wahana

Indiana Jones, Pirates of the Carabean, Big Thunder Mountain, Phantom Manor

(sejenis rumah hantu), Space Mountain : Mission 2, Cherie, j‘ai retreci le public

(masih ingat film Amerika : ‗Honney, I shrunk the Kids‖?), Peter Pan‘s Flight, It‘s

small world. Buzz Lightyear laser Blast

Page 32: MelihatlebihdekatEropadengandanaterbatas

B a c k p a c k t o E u r o p e – s m u s d a r @ h o t m a i l . c o m

Page 32

Luxembourg

Setelah mengubek-ubek kota Paris dan mulai hapal dengan system Metronya,

saya melanjutkan perjalanan ke Luxembourg. Kenapa ke Luxembourg? Karena itulah

negara terdekat dengan Paris yang sebagian besar penduduknya dapat berbicara

dalam bahasa Perancis, negara mini yang kaya raya dan topografinya mirip-mirip

Swiss. Dua hari yang lalu kakak saya, tempat saya menumpang selama di ile-de-

France sudah memesan tiket online di website Thalys, tiket ini bisa saya ambil di

stasiun-stasiun besar, termasuk Stasiun Pontault Combault, 2 stasiun sebelum

stasiun di dekat rumah kakak di Gretz Armeinvilliers (perberhentian terakhir RER E

dari pusat Kota Paris. Perjalanan memakan waktu sekitar 4 jam dan saya tiba di

Stasiun Luxembourg Central pukul 21.30. Rintik-rintik hujan sepertinya memang

menjadi ritual alam yang menyambut saya di setiap negara yang kami singgahi,

seperti malam ini. Saya segera bergegas ke terminal bis di dekat stasiun.

Saya berlindung di bawah Shelther bis, menanti bis yang akan membawa ke

Youth Hostel terdekat, ―Auberge de Jeunesse‖ di Jalan le Fort Olizy masih dalam

kawasan Luxemburg City. Di sebelah kanan terminal terdapat gedung-gedung

perkantoran, bank dan satu supermarket kecil. Di salah satu gedung –gedung tadi

terdapat papan yang menjelaskan mengapa saya menggigil hingga terasa dingin

sampai ke tulang. Tujuh derajat Celcius! Cukup dingin untuk saya warga Jakarta yang

biasa diterpa suhu terdingin 24 derajat dari AC. Hanya ada saya dan satu gadis bule

berambut pirang mengenakan jas panjang. Saya berkenalan sebentar dengan Denisa,

pelajar asal Slovakia yang memulai backpackingnya dari Jerman. Untunglah sepuluh

menit kemudian bis kami datang. Auberge de Jeunesse hanya berjarak kurang 10

menit dari Terminal bis di pusat kota, tetapi setelah itu kami harus menapaki jalan

setapak dari batu yang berundak-undak ke atas bukit menuju Hostel kami. Bangunan

Modern bertema minimalis ini cukup kontras dengan alam sekitarnya kawasan

perbukitan yang dihiasi bangunan rumah tua dan jembatan besar yang dibangun

ratusan tahun silam.

Tidak sulit untuk mengklarifikasikan negara mini ini sebagai negara kaya di

Eropa. Dari youth hostel ini saja yang tarif menginapnya 20 Euro, saya dapat

menilainya. Fasilitas hostel serba modern seperti antara lain ruang rekreasi

terdapat TV layar lebar dan ruang internet dengan dua set sofa beraksen minimalis

pula, ruang perputakaan dan lounge, ruang laundry dan breakfast yang semuanya jauh

lebih luas daripada hostel-hostel lainnya yang pernah aku kunjungi, dan untuk naik ke

Page 33: MelihatlebihdekatEropadengandanaterbatas

B a c k p a c k t o E u r o p e – s m u s d a r @ h o t m a i l . c o m

Page 33

tiap lantai ada 2 lift, pintu tiap kamar dan pintu lift mempunyai sistem keamanan

khusus seperti hotel berbintang lima di Jakarta, Ruang kamar mandi (Shower room)

yang interiornya minimalis dengan pintu-pintu tiap kamar mandi dari alumunium,

breakfast berupa sajian Buffet yang lebih lengkap seperti yang ada di Hotel

bintang lima di Jakarta dan jumahnya pun berlimpah dibandingkan yang disajikan di

Hostel lainnya. Saya puaskan untuk memperbaiki gizi di saat sarapan pagi ini dan

tanpa malu-malu seperti penghuni lainnya, saya mempunyai bekal yang cukup banyak

dan memasukkannya ke ransel kipling merah, roti burger dan 2 lembar daging, sosis,

keju, croissant, jeruk dan apel, satu botol Juice orange dan satu botok susu. Belum

lagi mobil-mobil para pekerja yang bersliweran di jalan, tidak ada mobil Toyota,

semua mobil sedan dan yang paling murah mobil BMW atau Audi. Sontak saya

terkagum-kagum memandangi jalan.

Jalan Fort Olivy, di bawah sana terdapat hostel tempat saya menginap

Page 34: MelihatlebihdekatEropadengandanaterbatas

B a c k p a c k t o E u r o p e – s m u s d a r @ h o t m a i l . c o m

Page 34

Rumah-rumah penduduk di daerah Grund

Rumah-rumah di daerah Grund, kota tua yang dikukuhkan UNESCO sebagai warisan budaya

Luxembourg

Satu hal lagi yang menunjukkan negara mini ini sangat kaya, selain banyak

bank di sepanjang jalan Luxembourg city, tidak ada pajak untuk barang-barang yang

kita beli di Toko atau mall, sehingga harga di sini cenderung lebih murah, siang itu

Page 35: MelihatlebihdekatEropadengandanaterbatas

B a c k p a c k t o E u r o p e – s m u s d a r @ h o t m a i l . c o m

Page 35

setelah tersesat di suatu tempat, aku mengagumi toilet umum yang selain bersih dan

wangi, juga berinterior futuristik dan minimalis, serba alumunium. Coba kalau ada di

Jakarta, pasti sudah dipreteli orang-orang tidak bertanggung jawab, senasib dengan

logam-logam aluminium rel Kereta di Jawa yang dicuri hingga menyebabkan

kecelakaan.

Penari dari suku Bavaria (Jerman) di hostel Luxembourg tempat saya menginap

Trier (Jerman)

Pagi ini saya ingin melancong ke kota Trier, kota tertua di Jerman yang

dijadikan obyek wisata yang berada bagian barat daya Jerman dan bertetangga

dekat dengan Luxembourg dan Belgia. Banyaknya bangunan kuno yang bahkan sudah

berdiri di sana sejak tahun 16 sebelum Masehi hingga sisa kebudayaan Reinansce,

membuat kota kecil yang penduduknya berkomunikasi dengan 3 bahasa ini menjadi

seperti museum hidup yang terus abadi hingga jaman modern. Salah satu ciri

khasnya adalah gedung kuno bergaya Reinansce dengan warna utama pink, Puing puing

sisa benteng yang sangat besar dan tinggi berwarna hitam yang tinggal puing-puing,

seperti Taman Sari di Yogyakarta. Kota kecil yang berada di aliran sungai Moselle ini

bahkan pernah menjadi lokasi Grand Prix F1.

Saya gauli kota kecil ini dengan kamera poket. Saat itu kebetulan ada pasar

tradisional di dekat gereja kristen tertua di Jerman juga menjadi saksi sejarah

perkembangan kota di atas bukit ini sejak abad 4 Masehi. Pasar tradisional ini

sangat menggoda untuk dikunjungi, semua hasil pertanian, peternakan, perikanan dan

Page 36: MelihatlebihdekatEropadengandanaterbatas

B a c k p a c k t o E u r o p e – s m u s d a r @ h o t m a i l . c o m

Page 36

kerajinan penduduk sekitar di pamerkan di pasar tradisional yang jauh dari kesan

becek, jorok, semrawut dan bau seperti pasar tradional di Jakarta. Lihatlah

pedagang bunga yang dengan bangga menawarkan bunga-bunga bermekaran warna

warni yang sangat indah, buah-buahan yang ranum dan segar seperti anggur dan

strawberry, sayur mayur, ikan dan daging segar. Saya tak kuasa mencoba menu Fish

and chip di depan take-away-cafe untuk makan siang dan membeli strawberry segar.

Terbuai oleh hiruk pikuk pembeli dan penjual di pasar yang dikelilingi bangunan kuno

ini, hampir saya lupa waktu untuk kembali ke stasiun kereta Trier.

Gedung ini dulunya digunakan sebagai gedung parlemen - Trier

Masih terlihat gagah, benteng tua di Trier

Page 37: MelihatlebihdekatEropadengandanaterbatas

B a c k p a c k t o E u r o p e – s m u s d a r @ h o t m a i l . c o m

Page 37

Untunglah saya tidak terlambat sampai di stasiun kereta, dan untungnya lagi

saya sempat melihat pemandangan sekilas dari jendela kereta yang lewat, sesosok

kepala lelaki mirip John Cusack. Sang John Cusack yang kebetulan duduk di seberang

gang dengan saya adalah Takeshi, backpacker asal Australia yang berdarah

campurann Australia dan Jepang, dan kebetulan beruntun lainnya, dia juga akan

tinggal di hostel yang sama dengan saya! Takeshi yang memulai perjalanannya dari

Jerman, merasa senang akhirnya bisa berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris

setelah menjelajah di tanah Jerman.

Tidak banyak yang saya lihat di kota Luxembourg yang kecil ini, selanjutnya

saya harus kembali ke Paris dan lanjut ke Amsterdam untuk pulang ke tanah air.

Trackback URI | Comments RSS

12 Responses to “ Jalan-jalan murah ke Eropa? jadi backpacker yuk .. ”

1. 1

#1 aan gunaivy achmad baidjoeri Says: June 2nd, 2008 at 2:07 am

senang saekali memdengar ceritanya gue juga pengen ada rencana ke sana…cuma gue mau nanya..cuma satu visa kita bisa berkunjung kenegara eropa lain..?trus pada saat chek poin gak ditanyamacem-macem..? trus tiket pesawat dari jakarta bolak balik dari jakrta-holland dan pulangnya dari mana..?kira-kira berapa biaya hidup untuk satu hari untuk backpacker..?saya ada rencana nanti tahun depan..mulai dari spain trus ke prancis trus ke viena trus ke german dan berakhir di netherland..? biayanya perkiraan saya 2000 euro…?cukup gak..?tolong bals ya..saya tunggu jawabannya..?email saya di [email protected]

2. 2

#2 dhafing Says: June 22nd, 2008 at 2:13 pm

hehe…. luar biasa skl pengalamanya. gw pengen dapat informasi di negara eropa yang lainya. gw lagi pengen menjadi backpacker oi…… gw pernah jadi backpecker tahun 2006 dengan jalan ke KL dan singapura….. heboh bener, tidur diemperan ruko dan diintrogasi di imigrasi singapura plus ditingalin bus……..hehe… bales ya. e-mail gw. [email protected].

3. 3

Page 38: MelihatlebihdekatEropadengandanaterbatas

B a c k p a c k t o E u r o p e – s m u s d a r @ h o t m a i l . c o m

Page 38

#3 sari h Says: June 23rd, 2008 at 7:35 am

hehehe thanks atas commentnya..yeah backpacker Jauh lebih menarik, selain karena menghemat budget untuk kita anak muda yg pas2an tapi pengen liat dunia luar, yg lebih penting lebih kaya pengalaman dan kita tau sendiri semau tempat dengan segala pengalaman yg lebih intim sifatnya daripada pergi ikut tour hehehe

Saya sendiri baru2 ini bulan Maret pergi backpack ke malaka via batam dan Singapore..lumayan menarik tp lbh menarik di eropa krn sarana untuk hostel murah lengkap di sana

foto2 perjalanan dan komunikasi lebih lanjut bisa diliat do http://oceanebleue.multiply.com

4. 4

#4 sari h Says: June 23rd, 2008 at 7:55 am

Hi aan..visa untuk ke eropa namanya visa schengen, kamu bisa apply ke kedutaan di mana kamu nanti datang pertama kali (klo di sini rencana kamu mau ke perancis dulu, berarti kamu pergi ke kedutaan perancis di sebelah sarinah thamrin, Cuma pengalaman pribadi saya sih, lebih mudah apply ke belanda, prosesnya lebih cepat tuh. Mungkin krn kita dulu bekas jajahannya ya, jadi lebih dipercaya hehee) 2,000 euro cukup bangets tuh, aku habis 18 jutaan (itu udh termasuk smuanya, termasuk biaya masuk museum krn yg ini saya ngga bisa tinggalin deh)

Nah kalo km mau ke UK, jangan lupa di aplikasinmya kamu tulis / mention mau ke Uk juga, soalnya klo ngga mention dari awal, km ga boleh nyebrang ke UK, kan rugi.. Klo mau tahu lebih jelas bisa liat MP saya di http://oceanebleue.multiply.com PM : [email protected]

5. 5

#5 Rocky Says: June 29th, 2008 at 9:21 am

alo salam kenal, kalo boleh tahu nih,pas minta visa schengen perlu berapa duit yah tabungan kita minimal? terus tiket pesawat PP (Jakarta -Belanda) berapa duit yah? thanks..

6. 6

Page 39: MelihatlebihdekatEropadengandanaterbatas

B a c k p a c k t o E u r o p e – s m u s d a r @ h o t m a i l . c o m

Page 39

#6 sari h Says: July 1st, 2008 at 12:49 pm

dear rocky, apply visa schengen untuk administrasinya skitar 40 euro deh klo ga salah, sori lupa, danangus klo kita ga dapat visa. duit? tergantung brp lama kita di sana, kaliin aja, 75 euro per hari kita tinggal

tanay langsung ke [email protected] or baca blog saya di http://oceanebleue.multiply.com

7. 7

#7 Dio_Aji_Pamungkas Says: July 3rd, 2008 at 3:42 am

Wah,tulisan km bner2 mnarik.aq sdiri dgr istilah backpacker dr novel andrea hirata “edensor”. Dsitu byk djelasin ptualangan mjd backpacker..klo g slh yg plg tkenal dr Kanada,yg tidur dstasiun,dtaman,lengkap dgn “backpack”_mereka.tp dr tulisan km aq jd bingung deh,cz yg km tulis jauh bgt dr penggambaran aq slama ni.km bs tdr dhotel dgn akomodasi yg tjamin..istilah “backpacker” jd ambigu neh.bs tlg djelasin?maaf klo aq tlalu awam u/ mslh ni.thz u/ responnya..e-mail jg bs di [email protected].

8. 8

#8 sari h Says: July 3rd, 2008 at 8:37 am

Hi Aji,

Bingung ya? Backpacker int’l (bule2 gitu) biasa stay di youth hostel, yg biayanya –BUAT MEREKA- pastinya murah..kenapa ?? Karena biaya nya Cuma 12-18 euro per hari (1 kamar 6 tempat tidur, jadi kita cewek2 sekamar sama cewek 6 orang, co juga gt, jadikan bisa temenan tuh) itu udah dapat breakfast ala hotel bintang 4 di JKT!! Plus bisa bawa makanan dibungkus, mereka udh biasa gitu, jadi kan bisa hemat makan siang, klo tinggal di stasiun sih bisa aja, tp kan tetp keluar uang buat makan

Waktu di Van hogh youth hostel, saya ketemu sama co amerika dan kakaknya (cewek) yg kelilinng eropa dengan rute dari atas (eslandia) trus turn ke bawah ke UK, dan eropa daratan..

Salam kenal, Sari

Page 40: MelihatlebihdekatEropadengandanaterbatas

B a c k p a c k t o E u r o p e – s m u s d a r @ h o t m a i l . c o m

Page 40

9. 9

#9 Dio_Aji_Pamungkas Says: July 7th, 2008 at 7:30 am

Salam kenal jg..Oh gt y..wah menarik bgt.em,apa saat ni dah ad smacam organisasi backpacker di Indonesia?aq sendiri hoby berpetualang dibyk tempat.tp msh terbatas diIndonesia krn keterbatasan dana(maklum kantong mahasiswa). Oia,dlm wkt dkt ad rcn jd backpacer lg?klo bs di dalam negeri gt..klo diijinin insyaAllah aq mau bergabung.inspirasi menjadi backpacker mulai merasuk dlm otak neh..

10. 10

#10 Dio_Aji_Pamungkas Says: July 7th, 2008 at 7:34 am

Salam kenal jg..Oh gt y..wah menarik bgt.em,apa saat ni dah ad smacam organisasi backpacker di Indonesia?aq sendiri hoby berpetualang dibyk tempat.tp msh terbatas diIndonesia krn keterbatasan dana(maklum kantong mahasiswa). Oia,dlm wkt dkt ad rcn jd backpacer lg?klo bs di dalam negeri gt..klo diijinin insyaAllah aq mau bergabung.aq org yg pantang nyerah,siap dlm keadaan apa pun.so,g akan nyusahin org laen(insyaAllah).inspirasi menjadi backpacker mulai merasuk dlm otak neh..

11. 11

#11 sari h Says: July 7th, 2008 at 9:49 am

org back packer ada kok, milis nya juga ada

12. 12

#12 mei Says: July 7th, 2008 at 5:37 pm

keren banget ya, gimana pengurusan surat2nya untuk visa. Apa aja yang diperlukan?

Page 41: MelihatlebihdekatEropadengandanaterbatas

B a c k p a c k t o E u r o p e – s m u s d a r @ h o t m a i l . c o m

Page 41

BAGAIMANA CARA MENGURUS VISA SCHENGEN ?

Bagian ini walaupun agak rumit, perlu dibaca dengan seksama, karena kaki kita

tidak akan melangkah kemanapun jika dokumen yang satu ini tidak kita pegang.

Apa sih Visa Schengen itu?

Visa Schengen adalah visa yang harus kita miliki sebelum melakukan perjalanan ke

beberapa negara yang termasuk dalam daftar Perjanjian Schengen yang

ditandatangani tahun 2001.

Tidak semua Negara-negara di Eropa termasuk dalam Perjanjian Schengen, tetapi

hanya beberapa negara berikut :

1. Austria

2. Belgium

3.Czech Republic

4. Denmark

5. Estonia

6. France

7. Finland

8. Germany

9. Greece

10. Hungary

11. Iceland

12. Italy

13. Latvia

Page 42: MelihatlebihdekatEropadengandanaterbatas

B a c k p a c k t o E u r o p e – s m u s d a r @ h o t m a i l . c o m

Page 42

14. Lithuania

15. Luxembourg

16, Malta

17. Netherlands

18. Norway

19. Poland

20. Portugal

21. Slovakia

22. Slovenia

23. Spain

24. Sweden

Indonesia termasuk salah satu negara yang diharuskan warganya yang ingin

mengunjungi salah satu atau bbrp negara Schengen memegang VS (berbahagialah

warga negara tetangga kita, Singapura yang bebas visa untuk mengunjungi Negara-

negara Eropa).

Nah, apa sih yang harus kita siapkan untuk pengurusan VS ini?

Sebelum datang ke kedutaan di salah satu negara Schengen tadi, siapkan terlebih

dahulu dokumen-dokumen yang harus kita bawa saat pengajuan VS :

1. Paspor yang masih berlaku (minimal 3 --6 bulan setelah masa visa berakhir,

tergantung dari kebijakan masing-masing kedutaan, tp lbh aman durasinya 6 bulan)

2. Tujuan kunjungan

Dokumen yang menjelaskan tujuan kedatangan kita ke negara Schengen (surat

pernyataan kita, dan surat referensi dari kantor, yang menyatakan tujuan kepergian

kita dan menjamin setelah masa kunjungan kita ke negara Schengen kita akan

Page 43: MelihatlebihdekatEropadengandanaterbatas

B a c k p a c k t o E u r o p e – s m u s d a r @ h o t m a i l . c o m

Page 43

kembali ke Indonesia dan bekerja), dan dibuktikan dengan dokumen-dokumen

pendukung :

a. bukti booking tiket PP

b. bukti booking hotel/ hostel di negara tujuan/ bbrp negara tujuan, jika kita pergi

sebagai turis

untuk backpacker, website yang saya rekomendasikan untuk booking hostel adalah

http://www.hostelworld.com

c. surat asli undangan dari orang yang akan kita temui di sana (tempat pertama kali

kita datang ke negara schengen), jika kita akan tinggal di tempat orang yang

mengundang kita

Surat ini isinya antara lain menyatakan pihak pengundang mengundang kita tinggal

di negaranya, apa hubungan dgn kita (saudara/ kakak/ adik, dll, jika hubungannya

kakak/adik kandung, perlu juga sertakan copy kartu keluarga yang diterjemahkan

dalam bahasa Inggris), dan pihak pengundang menjamin semua akomodasi & tempat

tinggal, serta setelah kunjungan, kita akan kembali ke negara asal kita.

3. Dokumen-dokumen lain :

a. Foto ukuran paspor (latar belakang foto tergantung kebijakan Embassy)

b. Bukti keuangan yang ditunjukkan dari print out buku tabungan minimal 6 bulan

terakhir (bisa juga copy deposito) jumlah minimal

- 25 euro kali masa tinggal, jika kita tinggal di tempat orang yang mengundang,

- 75 euro kali masa tinggal, jika kita tinggal di hotel/ hostel

c. form pengajuan VS yang sudah diisi dan ditandatangani, di sini termasuk lampiran

jadwal perjalanan kita di Eropa jika memang ingin mengunjungi bbrp negara

d. asuransi kesehatan internasional, bisa kunjungi website axa, atau telpon langsung

ke 522 5501.

Page 44: MelihatlebihdekatEropadengandanaterbatas

B a c k p a c k t o E u r o p e – s m u s d a r @ h o t m a i l . c o m

Page 44

Harga asuransi ini berkisar dari 30 euro - 70 euro (tergantung masa tinggal kita di

sana), atau silakan bandingkan dengan ACA untuk asuransi yang melindungi hingga 25

hari seharga 25,60 euro.

NOTE : jika kita akan tinggal di tempat saudara/kenalan, pihak yg mengundang

kita harus mengirim:

a. Surat undangan asli & surat jaminan (disahkan di pemeritah kotamadya /

municipal tempat pengundang tinggal

b. Bukti gaji 3 bulan terakhir pengundang (pada bbrp kedutaan, contohnya Perancis,

dokumennya lebih ribet)

c. copy passport pengundang

Dari sharing dan pengalaman apply visa, kelihatannya apply di kedutaan Belanda yang

paling singkat, mudah dan tidak ribet persyaratannya. Jika negara lain menghabiskan

waktu 10-14 hari kerja, Kedutaan ini hanya memakan waktu 8 hari kerja, wawancara

juga tidak terlalu panjang sepanjang kita mennyiapkan semua dokumen pendukung

lengkap, penting untuk diperhatikan, sewaktu wawancara berpakaianlah yang sopan

dan rapi, terutama untuk wanita.

Page 45: MelihatlebihdekatEropadengandanaterbatas

B a c k p a c k t o E u r o p e – s m u s d a r @ h o t m a i l . c o m

Page 45

Tips hemat

1. Rencanakan perjalanan anda setidaknya 6 bulan sebelum tanggal

keberangkatan (terutama untuk booking harga pesawat termurah dan

pengurusan visa)

2. Siapkan informasi sebanyak mungkin tentang tujuan wisata, budaya, informasi

penting tentang negara itu (iklim, transportasi, akomodasi, mata uang, event-

event penting, acara gratisan, pusat informasi turis, KBRI dll, terutama

masalah dokumen penting seperti pengajuan visa, asurasi kesehatan

internasional

3. Rencanakan anggaran dengan baik: berapa lama anda akan tinggal, berapa

negara yang akan anda kunjungi, obyek wisata apa yang ingin anda lihat,

(untuk persyaratan pengajuan visa Schengen, jumlah minimal uang yang anda

hrus miliki 75 euro kali berapa lama anda tinggal di Eropa)

4. Tiket pesawat : Beberapa kartu kredit kadang-kadang mempunyai program

yang menarik sehingga anda mendapat keuntungan harga tiket pesawat yang

agak miring, begitu juga dengan maskapai penerbangan, buka mata buka

telinga dan temukan harga terbaik untuk anda

5. Jika anda tidak mempunyai saudara, jangan khawatir, bisa mulai booking

hostel secara online, dan pilih harga terbaik (jauh-jauh hari sudah booking)

bisa coba kunjungi http://www.hostelworld.com pilihalah hostel yang aman,

banyak direkomendasikan, dan aksesnya mudah serta dekat ke pusat kota

sehingga tidak menambah biaya lagi karena harus naik transportasi untuk

jalan-jalan di sana (Amsterdam : Bob Youth hostel, Luxembourg : Int‘l Youth

Hostel, Brussels : Van Gogh Youth Hostel)

6. Cara lain menghemat : Hostel di eropa pada umumnya menyajikan menu makan

pagi yang lebih lengkap dari hostel di Australia, jangan sungkan untuk

membawa bekal yang bisa kita makan saat kita lapar di tengah jalan, dan bawa

botol kosong yang bisa diisi air minum dari kran.

7. Museum di Paris dibuka gratis tiap Minggu pekan pertama, manfaatkan untuk

menghemat biaya masuk ke museum yang paling mahal (Musee du Louvre)

Cover : Rue rivoli oleh sari musdar dengan GIMP editing Semua foto di sini dari kamera penulis Hak cipta tulisann & foto ada pada penulis