mekanisme senyawa toksik mkempengaruhi sistem imun

4
Bima Anggara Putra 135130101111003 2013 B Mekanisme Senyawa Toksik Mempengaruhi Sistem Imun Fungsi dari sistem imun adalah melindungi tubuh dari organisme asing (virus, bakteri, jamur), sel asing (neoplasma), dan antigen lainya. Suatu zat /senyawa toksik yang mengganggu sistem imum adalah Imunotoksikan. Terdapat tiga macam imunotoksikan yaitu : 1. Imunostimulan ( Peningkatan Sitem Imun) Imunostimulan ditunjukan untuk perbaikan fungsi imun pada kondisi-kondisi imunosupresi. Kelompok senyawa toksik/obat dapat mempengaruhi respon imun seluler maupun humoral. Mekanisme aksi sebagai imunostimulan dari beberapa senyawa toksik maupun tanaman obat masih belum jelas, Berbagai metabolit sekunder menunjukkan variasi yang besar dalam aktivitas imunomodulatornya(Kumar et al.,2012). Contoh tanaman obat yang menginduski stimulan yaitu derivat proanthocyanidin A-1dari Rhododendron spiciferum, yang dapat mengaktivasi proliferasi makrofag, mampu meningkatkan pelepasan IL-12 dan sitokin Th1 lainnya. Imunostimulan dapat menyebabkan reaksi hipersensitivitas atau alergi. Reaksi alergi tergantung pada kepekaan terhadap suatu zat tertentu yang terjadi akibat kontak/pemakaian berulang yang mengakibatkan pembentukan antibodi yang khas terhadap zat asing (antigen) (Widianto B Matildha. 1987) 2. Imunosupresan Imunosupresan adalah suatu keadaan dimana respon sel-T terhadap antigen menjadi kurang reaktif. Zat yang termasuk dalam imunosupresan dapat digolongkan menjadi lima kategori: Antineoplastik, seperti: metotreksat Logam berat, seperti : timbal, merkuri, kromium, arsenat Pestisida. seperti: DDT, heksaklorobenzen (HCB), dieldrin, karbanil

Upload: muh-adhy-prabowo

Post on 28-Jan-2016

49 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

jni

TRANSCRIPT

Page 1: Mekanisme Senyawa Toksik Mkempengaruhi Sistem Imun

Bima Anggara Putra1351301011110032013 B

Mekanisme Senyawa Toksik Mempengaruhi Sistem Imun

Fungsi dari sistem imun adalah melindungi tubuh dari organisme asing (virus, bakteri, jamur), sel asing (neoplasma), dan antigen lainya. Suatu zat /senyawa toksik yang mengganggu sistem imum adalah Imunotoksikan. Terdapat tiga macam imunotoksikan yaitu :

1.      Imunostimulan ( Peningkatan Sitem Imun)Imunostimulan ditunjukan untuk perbaikan fungsi imun pada kondisi-kondisi imunosupresi. Kelompok senyawa toksik/obat dapat mempengaruhi respon imun seluler maupun humoral. Mekanisme aksi sebagai imunostimulan dari beberapa senyawa toksik maupun tanaman obat masih belum jelas, Berbagai metabolit sekunder menunjukkan variasi yang besar dalam aktivitas imunomodulatornya(Kumar et al.,2012).Contoh tanaman obat yang menginduski stimulan yaitu  derivat proanthocyanidin A-1dari Rhododendron spiciferum, yang dapat mengaktivasi proliferasi makrofag, mampu meningkatkan pelepasan IL-12 dan sitokin Th1 lainnya. Imunostimulan dapat menyebabkan reaksi hipersensitivitas atau alergi. Reaksi alergi tergantung pada kepekaan terhadap suatu zat tertentu yang terjadi akibat kontak/pemakaian berulang yang mengakibatkan pembentukan antibodi yang khas terhadap zat asing (antigen) (Widianto B Matildha. 1987)

2.         ImunosupresanImunosupresan adalah suatu keadaan dimana respon sel-T terhadap antigen menjadi kurang reaktif. Zat yang termasuk dalam imunosupresan dapat digolongkan menjadi lima kategori:       Antineoplastik, seperti: metotreksat       Logam berat, seperti : timbal, merkuri, kromium, arsenat       Pestisida. seperti: DDT, heksaklorobenzen (HCB), dieldrin, karbanil       Hidrokarbon berhalogen, seperti : kloroform, trikloroetilen, pentaklorofenol       Macam-macam senyawa seperti: benzo(a)piren, benzen, glukortikoid,

dietilstilbenstrol, TCDDMekanisme terjadinya imunosupresi masih terdapat beberapa teori, antara lain dikatakan bahwa imunosupresi terjadi karena timbulnya sel-sel T yang bertindak sebagai supresor karena aktivasi dari sel-sel B poliklonal dapat pula karena sel-sel B yang hyporesponsiveness atau karena gangguan mekanisme interaksi antara sel-sel B dan selsel T di dalam merespon kehadiran antigen T. evansi (Terry et al., 1973).

3.      AutoimunSistem imune menghasilkan auto antibodi tehadap antigen endogen, yang merusak jaringan normal. Seperti anemia hemolitik. Pada penyakit ini terjadi fagositosis terhadap eritrosit sehingga terjadi hemolisis dan anemia. Senyawa yang dapat mengakibatkan anemia hemolitik salah satunya pestisida dieldrin.

Page 2: Mekanisme Senyawa Toksik Mkempengaruhi Sistem Imun

Mekanisme Senyawa Toksik Mempengaruhi Sistem  Perumbuhan dan Perkembangan

Salah satu senyawa toksik yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan mahkluk hidup adalah senyawa logam berat timbale (Pb).  Toksisitas logam berat timbal (Pb) dapat memberikan pengaruh terhadap laju pertumbuhan, semakin lama pemaparan timbal dan semakin tinggi konsentrasi timbal akan menurunkan laju pertumbuhan. Timbal (Pb) dalam tubuh dengan konsentrasi yang tinggi akan menghambat aktivitas enzim. Penghambatan aktivitas enzim akan terjadi melalui pembentukan senyawa antara logam berat dengan gugus sulfihidril (S-H) (Sahetapy, 2011)

Enzim – enzim yang memiliki gugus S-H merupakan kelompok enzim yang paling mudah terhalang kerjanya. Hal tersebut disebabkan karena gugus S-H mudah berikatan dengan ion – ion logam berat yang masuk ke dalam tubuh, akibat dari ikatan yang terbentuk antara gugus S-H dan logam berat, daya kerja yang dimiliki oleh enzim menjadi sangat berkurang atau sama sekali tidak bekerja. Keadaan seperti ini akan merusak sistem metabolisme tubuh (Palar,2002.).

Timbal dalam aliran darah sebagian besar diserap dalam bentuk ikatan dengan eritrosit. Timbal dapat mengganggu enzim oksidase dan akibatnya menghambat sistem metabolisme sel. Energi yang dihasilkan dari metabolisme digunakan tubuh untuk aktivitas tubuhnya dan sisa dari energi tersebut  akan digunakan untuk pertumbuhan. Jika metabolisme terganggu maka pertumbuhan juga akan terganggu. Selain itu, apabila terpapar saat bunting, dapat menghambat perkembangan fetus sehingga lahir dengan kondisi cacat (Palar,2002)

Mekanisme Senyawa Toksik Mempengaruhi Sistem  Reproduksi

A. Reproduksi Betina

Penelitian yang dilakukan oleh Onley mengungkapkan bahwa toksisitas dari agen-agen toksik seperti logam berat, pestisida dapat mempengaruhi system reproduksi betina mekanismenya dengan cara  yaitu :

         menurunkan kadar GnRH dan LH  di kelenjar hipofisis anterior         lesi di bagian nukelus arkuata hipothalamus sehingga mengalami perubahan pada sistem

reproduksi, termasuk inhibisi perkembangan folikel di dalam ovarium         menurunkan respons rangsangan terhadap Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH) sehingga

kadar FSH dan LH di dalam plasma darah ikut menurun         kelambatan kanalisasi vagina dan mempunyai siklus estrus yang lebih panjang

( Rodriguez et al,1982I )

B. Reproduksi JantanSenyawa toksik seperti nikotin, gas karbon monoksida, nitrogen oksida, hidrogen sianida,

ammonia, akrolein, benzene, dan etanol mempengaruhi pola system reproduksi jantan yaitu infertilitas karena spermatozoa yang abnormal.

 Pada spermatozoa, terjadi penurunan motilitas spermatozoa dengan cara radikal bebas tersebut   mengganggu motilitas spermatozoa. Radikal bebas menurunkan frekuensi gerakan ekor spermatozoa karena menyebabkan berkurangnya energi pergerakan ekor spermatozoa akibat

Page 3: Mekanisme Senyawa Toksik Mkempengaruhi Sistem Imun

produksi ATP mitokondria rendah. Mitokondria merupakan tempat proses perombakan atau katabolisme untuk menghasilkan energi bagi pergerakan ekor spermatozoa. Alat gerak spermatozoa terletak pada bagian ekor spermatozoa yang disusun oleh aksonema. Aksonema terdiri dari sepasang mikrotubulus sentral dan dikelilingi 9 pasang mikrotubulus di sebelah luarnya.  Mikrotubulus luar terdiri atas subfibril A dan subfibril B yang disusun oleh protein dinein. Protein dinein sangat berguna dalam motilitas spermatozoa karena mempunyai aktifitas ATP-ase yang dapat menghidrolisis ATP yang dipergunakan sebagai energi motilitas spermatozoa (Purwaningsih, 1996).

DAFTAR PUSTAKAE. Purwaningsih, 1996, Morfologi Spermatozoa: Adakah Kaitannya dengan Kehamilan, JurnalKedokteran YARSI, 4(1) ,54-65.

Palar, H. 2002.  Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Rineka Cipta, Jakarta

Rodriguez-Sierra JF, Blaustein JD, Blake CA, Clough RW, Elias KA. A decrease of cytosol estrogenreceptors in the hypothalamus as a result of treatment of neonatal rats with glutamate.Journal  Experimental Brain Research 1982;48(2) 272-78.

Sahetapy, J. M. 2011. Toksisitas  Logam Berat Timbal (Pb) dan Pengaruhnya pada Konsumsi Oksigendan Respon Hematologi Juvenil Ikan Kerapu Macan. Thesis. Pasca Sarjana IPB, Bogor

Widianto B Matildha. 1987. Immnomodulator. Jurusan Farmasi Institute Teknologi Bandung.MajalahCermin Dunia Kedokteran. Halaman 44-46