mekanisme penyerangan patogen pada tumbuhan dan penyakit pada kubis.docx
TRANSCRIPT
A. MEKANISME PENYERANGAN PATOGEN PADA TUMBUHAN
Patogen menyerang tumbuhan inang dengan berbagai macam cara guna
memperoleh zat makanan yang dibutuhkan oleh patogen yang ada pada inang.
Untuk dapat masuk kedalam inang patogen mampu mematahkan reaksi
pertahanan tumbuhan inang.
Dalam menyerang tumbuhan, patogen mengeluarkan sekresi zat kimia
yang akan berpengaruh terhadap komponen tertentu dari tumbuhan dan juga
berpengaruh terhadap aktivitas metabolisme tumbuhan inang. Beberapa cara
patogen untuk dapat masuk kedalam inang diantaranya dengan cara mekanis
dan cara kimia.
1. Cara Mekanis
Cara mekanis yang dilakukan oleh patogen yaitu dengan cara
penetrasi langsung ke tumbuhan inang. Dalam proses penetrasi ini
seringkali dibantu oleh enzim yang dikeluarkan patogen untuk
melunakkan dinding sel.
Pada jamur dan tumbuhan tingkat tinggi parasit, dalam melakukan
penetrasi sebelumnya diameter sebagian hifa atau radikel yang kontak
dengan inang tersebut membesar dan membentuk semacam gelembung
pipih yang biasa disebut dengan appresorium yang akhirnya dapat masuk
ke dalam lapisan kutikula dan dinding sel.
2. Cara Kimia
Pengaruh patogen terhadap tumbuhan inang hampir seluruhnya
karena proses biokimia akibat dari senyawa kimia yang dikeluarkan
patogen atau karena adanya senyawa kimia yang diproduksi tumbuhan
akibat adanya serangan patogen.
Substansi kimia yang dikeluarkan patogen diantaranya enzim, toksin,
zat tumbuh dan polisakarida. Dari keempat substansi kimia tersebut
memiliki peranan yang berbeda-beda terhadap kerusakan inang. Misalnya
saja, enzim sangat berperan terhadap timbulnya gejala busuk basah,
sedang zat tumbuh sangat berperan pada terjadinya bengkak akar atau
batang. Selain itu toksin berpengaruh terhadap terjadinya hawar.
3. Enzim
Secara umum, enzim dari patogen berperan dalam memecah struktur
komponen sel inang, merusak substansi makanan dalam sel dan merusak
fungsi protoplas. Toksin berpengaruh terhadap fungsi protoplas, merubah
permeabilitas dan fungsi membran sel. Zat tumbuh mempengaruhi fungsi
hormonal sel dalam meningkatkan atau mengurangi kemampuan
membelah dan membesarnya sel. Sedang polisakarida hanya berperan
pasif dalam penyakit vaskuler yang berkaitan dengan translokasi air dalam
inang dan ada kemungkinan polisakarida bersifat toksik terhadap sel
tumbuhan.
Enzim oleh sebagian besar jenis patogen dikeluarkan setelah kontak
dengan tumbuhan inang. Tempat terjadinya kontak antara patogen dengan
permukaan tumbuhan adalah dinding sel epidermis yang terdiri dari
beberapa lapisan substansi kimia. Degradasi setiap lapisan tersebut
melibatkan satu atau beberapa enzim yang dikeluarkan patogen.
4. Toksin
Toksin merupakan substansi yang sangat beracun dan efektif pada
konsentrasi yang sangat rendah. Toksin dapat menyebabkan kerusakan
pada sel inang dengan merubah permeabilitas membran sel, inaktivasi atau
menghambat kerja enzim sehingga dapat menghentikan reaksi-reaksi
enzimatis. Toksin tertentu juga bertindak sebagai antimetabolit yang
mengakibatkan defisiensi faktor pertumbuhan esensial. Toksin yang
dikeluarkan oleh patogen dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu
patotoksin, vivotoksin dan fitotoksin.
5. Patotoksin
Patotoksin ialah toksin yang sangat berperan dalam menentukan
tingkat keparahan penyakit. Berdasarkan luas kisaran inangnya patotoksin
digolongkan menjadi dua, yaitu spesifik dan non-spesifik. Vivotoksin dan
fitotoksin umumnya bersifat non-spesifik.
6. Vivotoksin
Vivotoksin ialah substansi kimia yang diproduksi oleh patogen
dalam tumbuhan inang dan/atau oleh inang itu sendiri yang ada kaitanya
dengan terjadinya penyakit, tetapi toksin ini bukan agen yang memulai
terjadinya penyakit. Beberapa kriteria yang ditunjukkan oleh vivotoksin
diantaranya: dapat dipisahkan dari tumbuhan inang sakit, dapat
dipurifikasi dan karakterisasi kimia, menyebabkan dari sebagian gejala
kerusakan pada tumbuhan sehat, dan dapat diproduksi oleh organisme
penyebab penyakit.
7. Fitotoksin
Fitotoksin adalah toksin yang diproduksi oleh parasit yang dapat
menyebabkan sebagian kecil atau tidak sama sekali gejala kerusakan pada
tumbuhan inang oleh pathogen. Tidak ada hubungan antara produksi
toksin oleh patogen dengan patogenesitas penyebab penyakit.
8. Zat Tumbuh
Zat tumbuh yang terpenting yaitu auksin, giberellin dan sitokinin,
selain itu etilen dan penghambat tumbuh juga memegang peranan penting
dalam kehidupan tumbuhan. Patogen tumbuhan dapat memproduksi
beberapa macam zat tumbuh atau zat penghambat yang sama dengan yang
diproduksi oleh tumbuhan, dapat memproduksi zat tumbuh lain atau zat
penghambat yang berbeda dengan yang ada dalam tumbuhan, atau dapat
memproduksi substansi yang merangsang atau menghambat produksi zat
tumbuh atau zat penghambat oleh tumbuhan.
Patogen seringkali menyebabkan ketidak seimbangan sistem
hormonal pada tumbuhan dan mengakibatkan pertumbuhan yang abnormal
sehingga pada tumbuhan yang terinfeksi oleh patogen tersebut akan timbul
gejala kerdil, pertumbuhan berlebihan, terlalu banyaknya akar-akar cabang
dan berubahnya bentuk batang.
9. Polisakarida
Beberapa pathogen mungkin dapat mengeluarkan substansi lender
yang menyelubungi tubuh pathogen tersebut untuk melindungi diri dari
factor lingkungan luar yang tidak menguntungkan. Peranan polisakarida
pada penyakit tumbuhan hanya terbatas pada layu. Pada vaskuler,
polisakarida dalam jumlah yang cukup banyak akan terakumulasi pada
xilem yang akan menyumbat aliran air pada tanaman.
B. PENYAKIT PADA TANAMAN KUBIS
Kubis atau kol (Brassicea oleracea Linn) merupaka sayuran yang
mendapat prioritas untuk ditingkatkan produksinya. Salah satu kendala dalam
usaha ini adalah adanya OPT baik hama maupun penyakit. Salah satu
penyakit yang menyerang adalah Soft rots yang disebabkan oleh Erwinia
carotovora yang tidak hanya menyerang tanaman yang masih berada dalam
perkebunan tetapi uga pada saat penyimpanan atau pemasaran. Selain itu
bakteri ini berkembang sangan cepat.
DESKRIPSI PENYAKIT
1. Busuk Lunak (Soft Rots)
Busuk lunak (Soft Rots) adalah penyakit yang merugikan pada
tanaman-tanaman sayur, termasuk kubis-kubisan, baik di lapangan
maupun dalam penyimpanan dan pengangkutan sebagai penyakit pasca
panen. Penyakit tersebar umum di seluruh dunia. Meskipun di Indonesia
belum pernah diteliti secara khusus, namun penyakit sering ditemukan di
pertanaman maupun di pasar-pasar.
Busuk lunak merupakan penyakit yang penting di Malaysia,
Thailand, dan Filiphina. Erwinia carotovora pernah menyebabkan
masalah serius di Eropa dalam produksi kentang, hal ini disebabkan
penanaman, pemanenan, penyimpanan dari buah kentang di bawah
kondisi optimum. Tanaman dengan mudah terinfeksi patogen. Kemajuan
teknologi yang dicapai ilmuan pada akhir dekade ini untuk menekan
penyebaran patogen Erwinia carotovora melalui molekul signal pada
patogen dikuatirkan akan manciptakan galur yang resisten. Teknik
perbanyakan secara tradisional tidak dapat digunakan sebagai senjata
yang ampuh karena kurangnya sifat resisten. Penelitian lebih lanjut masih
dikebangkan untuk menangani masalah ini.
2. Gejala
Gejala yang umum pada tanaman kubis-kubisan adalah busuk
basah, berwarna coklat atau kehitaman, pada daun, batang, dan umbi.
Pada bagian yang terinfeksi mula-mula terjadi bercak kebasahan. Bercak-
bercak tersebut membesar dan mengendap (melekuk), bentuknya tidak
teratur, berwarna coklat tua kehitaman. Jika kelembaban tinggi jaringan
yang sakit tampak kebasahan, berwarna krem atau kecoklatan, dan
tampak agak berbutir-butir halus. Disekitar bagian yang sakit terjadi
pembentukan pigmen coklat tua atau hitam. Pada serangan lanjut daun
yang terinfeksi melunak berlendir dan mengeluarkan bau yang khas.
Jaringan yang membusuk pada mulanya tidak berbau, tetapi dengan
adanya serangan bakteri sekunder jaringa tersebut menjadi berbau khas
yang mencolok hidung. Bau tersebut merupakan gas yang dikeluarkan
dari hasil fermentasi karbohidrat kubis.
Gambar 1 Kubis yang Terserang Erwinia carotovora
3. Penyebab
Penyebab busuk lunak adalah Erwinia carotovora. Sel bakteri
berbentuuk batang dengan ukuran (1,5×2,0) × (0,6×0,9) micron, umunya
membentuk rangkaian sel-sel seperti rantai, tidak mempunyai kapsul, dan
tidak berspora. Bakteri bergerak dengan menggunakan flagela 2-3
peritrik. Bakteri ini bersifat gram negatif. Hidup bakteri ini soliter atau
berkelompok dalam pasangan atau rantai, termasuk jenis bakteri
fakultatif anaerob. E. carotovora memproduksi banyak enzim
ekstraselluler seperti pektinase yang mendegradasi pektin yang berfunsi
untuk merekatkan dinding-dinding sel yang berdampingan, sellulase
yang mendegradasi sellulase, hemicellulases, arabanases, cyanoses dan
protease. Suhu yang cocok untuk pertumbuhan dan perkembangan
bakteri ini yaitu berkisar 27-30 ºC.
Gambar 2 Erwinia carotovora
4. Fase Kritis Tanaman terhadap Bakteri Busuk Lunak
Infeksi bakteri lebih banyak dijumpai pada tempat penyimpanan
atau pada waktu pengangkutan (pasca panen) dari pada di lapangan.
Bakteri busuk lunak merupakan parasit lemah yang merupakan penetrasi
pada inangnya hanya melalui luka misalnya pada bercak yang diinfeksi
oleh patogen lainnya, luka karena gigitan serangga, atau luka karena alat
pertanian yang digunakan untuk memanen kubis.
5. Daur Hidup Penyakit
Bakteri ini dapat menyerang berbagaimacam tanaman pertanian
maupun hasilnya, khususnya tanaman hortikultura seperti kentang, wortel
dan lain sebagainya. E. carotovora dapat mempertahankan diri dalam
tanah dan sisa-sisa tanaman dilapang. Suhu yang optimal untuk
perkembangan bakteri yaitu 27 ºC. Pada keadaan suhu rendah dan
kelembaban yang rendah bakteri akan terhambat pertumbuhannya.
Pada umunya infeksi terjadi melalui luka atau lentisel. Infeksi dapat
terjadi melalui luka-luka karena gigitan serangga atu alat-alat pertanian
yang tertempel dengan bakteri tersebut. Larva dan imago lalat buah dapat
menularkan bakteri karena serangga ini membuat luka dan mengandung
bakteri dalam tubuhnya.
6. Teknik Pengendalian
a. Untuk mengendalikan penyakit ini digunakan beberapa cara antara
lain:
Melalukan sanitasi. Menjaga kebersihan kebun khususnya dari sisa-
sisa tanaman sakit sebelum penanaman.
b. Menanam dengan jarak yang tidak terlalu rapat untuk menghindarkan
kelembaban yang terlalu tinggi, terutama di musim hujan.
c. Pada waktu memelihara tanaman diusahakan untuk sejauh mungkin
menghindari terjadinya luka yang tidak perlu, khususnya pada waktu
hama menyerang.
d. Pengendalian pascapanen dilakukan dengan :
1) Mencucui tanaman dengna air yang mengandung chlorine.
2) Krop yang terserang sebelum disimpan daun-daun yang terinfeksi
dibuang dan dimusnahkan.
3) Mengurangi terjadinya luka pada waktu penyimpanan dan
pengangkutan.
4) Menyimpan dalam ruangan yang cukup kering, mempunyai
ventilasi yang cukup, sejuk dan difumigasinya sebelumnya.
7. Daerah Sebaran dan Penyebaran
Baktei busuk lunak mempunyai daerah sebaran yang luas hampir
diseluruh dunia. Di indonesia terjadi di Sumatra Utara, Sumatra Selatan,
Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi
Selatan.