media gizi keluarga -...

13
'. f) ,,"; __ t.:", . J. t.t 'Z· < ' ." /6· r Tahun xxv No. 1 Juli 2001 ISSN 0216 - 9363 media GIZI & KELUARGA JURUSAN GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Upload: hadiep

Post on 06-Feb-2018

227 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: media GIZI KELUARGA - ikk.fema.ipb.ac.idikk.fema.ipb.ac.id/v2/images/karyailmiah/gizikurangbalita_rnn.pdf · Analisis Sikap Angka Ideal terhadap Produk Jus Jeruk \ ... Mengetahui

~ I~f) ~ __ t J ttZmiddot lt 6middot

r

Tahun xxv No 1 Juli 2001

ISSN 0216 - 9363

media GIZI amp KELUARGA

JURUSAN GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

ISSN 02 1 - 916)Media Gizi amp Keluarga Ttrakreditasi SK No 531DIKTI Kep1999

Pemiropin Umuml Penanggung IClwab

Ketua Redaksi

Anggota Redaksi

Setting

Penerbitan

Langganan

Alamat Redaksi

Ketua Jurusan G M S K Fakultas Pertanian - IPB

Om Emma S Wirakusumah MSc

Drlr Ali Khomsan MS DrIr Ujang Sumarwan MSc Drlr Hardinsyah MS If Diah K Pranadji MS Ir Hadi Riyadi MS Ir Dodik Bfiawan MeN lr Sri Rihati Kusno

bull Maman Hermansyah

bull dua kaJi setahun Uuli amp Desember)

bull Rp 20 000- per tahun Rek Tapius No 061000112587931 Bank BNJ Darmaga-Bogor

Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga (OMSK) Fakultas Penanian - IPB Kampus Darmaga- Bogor Telp (0251 ) 621258 Fax (0251) 622276 E-rnail gmsk-iphaJ indo ~

panga horm~

kalsffi Hal rr

coo =

~_o

Se s stu _

wa ~

Media Giz amp Keluarga merupakan majalah ilmiah Jurusan OMSK Fakultas Pertanian IPS yang tclah terakreditasi oleh Ditjen Dikti Redaksi menerirna sumbangan naskah ilrniah di bidang pangan gizi keluarga dan konsumen Pedoman penulisan dapat dilihat pada halaman sampul belakang bagian dalan Artikel Mtdia Gizi amp Keluarga dapat dikutip dengan menyebutkan sumbernya

tttPUmr ---~ FAPERTi- ItJB-

KATAPENGANTAR

Media om dan Keluarga edisi Juli 2001 memuat berbagai hasil penelitian di bidang

pangan gizi dan keluarga Artikel pertama membahas status gizi wanita menopause Perubahan

honnonal yang teIjadi di sam menopause menyebabkan seoI$g wanita memerlukan konsumsi

kalsium lebih banyak Apakah konsumsi pangan mereka telah cukup memenuhi anjuran gizi Hal ini dibahas secara tuntas dalam artikel pertama Media Gizi dan Keluarga edisi kali ini

Artikel lain membahas kemungkinan pemanfaatan tepung talas untuk pembuatan

cookie Talas adalah pangan tradisional yang pemanfaatannya masih terbatas untuk itu talas

berpotensi sebagai substitusi tepung terigu

Krisis ekonomi telah membawa dampak pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

Sebuah studi telah dilakukan untnk mengkaji dampak ekonomi pada mmahtangga petani dalam

studi ini juga dibahas antisipasi untuk penanggulangan krisis ekonomi

Masih ada beberapa artikel basil penelitian lainnya yang semuanya akan memperkaya

wawasan pembaca Terima Kasih

II MEDIA GIZI DAN KELUARGA II

Tahun xxv No Juli 2001

halaman 1 Keragaman Konsumsi Pangan Aktivitas Fisik dan Status Gizi pada Wanita Menopause

Tina Rahmawati Emma S Wlfakusumah dan Budi Setiawan

ldentifikasi Faktor yang Berpengaruh terhadap Efektivitas Pemberian Makanan 2 Tambahan Anak Balita KEP di Kota Bogor Hartoyo Dwi Hastuti Dodik Briawan dan Lilik Noor Yuliati Il

Ketersediaan Biologis Mineral Seng dari Beberapa Jenis dan Cara Pemasakan Beras pada Tikus Percobaan Deni Elnovriza Rimbawan Emma S Wlfakusumah dan Dadang SukandaT 19

Studi Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kebiasaan Makan dan Status Gizi Lansia di Pedesaan dan Perkotaan Lina Herlina Emma S Wrrakusumah dan Lilik Noor Yuliati 33

Pemanfaatan Tepung Talas (Colocasia esculenta (L) Schott) sebagai Bahan Substitusi Tepung Terigu dalam Pembuatan Cookies Fuadini Therik Sri Anna Marliyati dan Lilik Noor Yuliati 45

6 Dampak Krisis Ekonomi terhadap Rumah Tangga Petani dan Antisipasi dalam Penanggulangannya Mewa Ariani Handewi PS Racbman Sri Hastuti dan Wahida 53

Analisis Sikap Angka Ideal terhadap Produk Jus Jeruk Ujang Sumarwan 61

8 Mempelajari Umur Simpan Beberapa SambaJ Tradisionallndonesia (Sambal Terasi Sambal Pece~ Sambal Rujak) Emma S Wirakusumah 68

vi Tingkat Konsumsi dan Status Gizi Penderits Sizoprenia Rawat lnap di Rumah Sakit Jiwa Palu Irawati V era Utip~ dan Amini Nasoetion 77

o Konsumsi dan Ketahanan Pangan Rurnahtangga Peserta Program Pemberdayaan Keluarga di Desa Cikaroya dan Ciwalen Kecamatan Warung Kondang Cianjur Jawa Barat Thomas Pahlevi Harefa Clara M Kusharto dan Retnaningsib 85

11 Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Kurang pada Balits Diah K Pranadj~ Retnaningsih dan Ruwiah 96

Media Gizi amp Keluarga Juli 200 I XXV ( I) - 104

ANALJSIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAll STATUS GlZl KURANG PADA BALITA

(Aalysis Factors that Related to Malnutrition of Children Under Five Years Old)

Diah K Pranadji I Retnaningsih I Ruwiah2

ABSTRACT The aim of the sllldy was to analye faclors that related to malnlltritioll of je ru~ _ children IInder five years old The study had been conducted from Jllly to Septemher 2000 at de1~shy

Pagelaran Ciomas Subdistrict Bogar West Java Province The subjects were 60 undenveighl pan=l children who were selected from three Posyandu The socioeconomic background of the family (Si-~ are as follows the age of fathers are between 20 to 30 years old (383) and mOlhers are per~

between 20 to 25 years old (186) The level of education ofmost fathers (55) and mothers ko~-J

(757) are elementary school The fami~y size of most sllbjects (66 7) is categorized a~ be7l smallfami~v ( -I people) Most fathers (75) work as lahorer and most mothers (985) are pe= housewives The average offamily income per capita per month is Rp 8-180390 which about gt

439 families are categorized as middle class The average of mltritional knowledge of K mothers is 73 and moSI of them (55) are categorized as sufficient The average of energy consumption ()f children under five years is 7-15 kcal and the level of energy adequacy is b shy61-I About 567 children IInder five years are categorized as IIndernourished The B ~

average ofprotein consumption of children IInder five years is 19-I g and the level ofprotein le adequacy is 8-13 Most children (65) are categorized as well flourished There are -10 ber-J

children under five years are underweight and 15 children are severe-underweight Aboul gu 395 children aged between 12 to 2J months and 538 children aged between 25 10 36 me =shymonths are underweight and 556 children aged 37 to -16 monlhs are severe-underweight bef The jaclors that related to malnutrition (level oj energy and protein adequacJ) of children ~-

under five years are family income level and nlltritional knowledge ofmotherS K~

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Susenas (BPS 1999) menunjukkan bahwa prevalensi KEP Nasional pada balita mencapai 3447 dirnana prevalensi status gizi buruk sebesar 8 II dan status gizi kurang sebesar 2636 Sementara di Provinsi Jawa Barat prevalensi status gizi buruk balita sebesar 6 16 dan status gizi kurang sebesar 2356 Sebanyak 54 anak berusia 6-17 bulan menderita gizi buruk dan sebanyak 162 diantaranya menderita gizi sangat buruk di Kabupaten Bogor Hal ini memberikan indikasi bahwa masalah gizi kurang dan buruk di Kabupaten Bogor masih memerlukan penanganan serius

1 Star Pcngajar Jurusan GMSK Faperta IPB 2 Alumnus Jurusan GMSK Fapcrta IPB

96

Ba

Sekitar delapan juta balita terancam kelangsungan turnbuh kemban~Tlya yang akan merugikan masa depan bangsa Jika mereka memasulci angkatan kerja 20 tahun yang akan datang diperlcirakan tidak memiliki daya saing yang sangat diperlukan di era globalisasi karena mereka terbarnbat kecerdasan dan produktivitasnya

Konsumsi pangan balita perlu mendapat perhatian peming karen a usia balita mentpakan masa pertumbuhan yang penting Pada masa ini pertumbuhan gigi tulang dan organ-organ vital lainnya berkembang dengan cepat Selain itu masa kanak-kanak juga merupakan masa pengenalan lingkungan dimana anak akan selalu aktif bergerak Oleh makanan yang dikonsumsi anak bukanlah sekedar untuk memenuhi energinya rnelainkan juga rnemenuhi

yang sehat karena iru

sebaiknya kebutuhan kebutuhan

tumbuh kembang memelihara daya tahan tubuh

dari berbagai serangan infeksi dan membangun persediaan zat gizi yang diperlukan untuk penumbuhannya kelak

Pendapatan dan besar keluarga merupakan faktor yang paling menentukan kualitas dan kuantitas pangan (Berg 1986) Tingkat pendapatan yang tinggi akan memberikan peluang yang lebih baik besar dalam pemilihan makanan yang baik dalam jumlah maupun Jerusnya Besar keluarga berhubungan erat dengan distribusi dalam jumlah maupun ragam pangan yang dikonsumsi anggota keluarga (Suhardjo 1996) Tingkat pendidikan dan pengetahuan gizi ibu berpengaruh terhadap konsurnsi pangan anggota keJuarga karena ibu berperan penting dalam pemilihan dan pengolahan bahan pangan

Prevalensi KEP balita di Desa Pagelaran Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor mencapai 2057 dimana 29~ diantaranya berstatus gizi buruk dan 1762 berstatus gizi kurang (Lap 0 ran Bulanan Puskesmas Pagelaran Juni 2000) Menilik beberapa faktor yang secara teoritis berhubungan erat dengan konsumsi dan status gizi balita maka penulis tertarik untuk menganalisis faktor-faktor apa sltua yang berhubungan dengan status gizi kurang yang banyak diderita oleh balita di Desa Pagelaran Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor Jawa Barat

Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi kurang pada balita

Sedangkan tujuan khususnya adalah 1 Mengetahui latar belakang status sosial

ekonorni keluarga balita yang meliputi usia dan pendidikan formal orangtua besar keluarga pendapatankapitaibulan keluarga dan pekerjaan orangtua

2 Mengetahui tingkat pengetahuan gizi ibu balita

3 Mengetahui tingkat konsumsi energJ dan protein baIita

4 Mengetahui status gizi balita 5 Menganalisis hubungan besar keluarga

tingkat pendapatan tingkat pengetahuan gizi ibu dengan tingkat konsumsi energi dan protein balita

Media Gizi amp Keluarga Juli 2001 XXV (I ) - 104

6 Menganalisis hubungan tingkat konsumsi energi dan protein dengan status gizi balita

METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Pagelaran Kecamatan CiOffiaS Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat selarna bulan Juli - September 2000

Cara Pengambilan Contoh

Pernilihan lokasi penelitian diJakukan secara purposif (Siogarimbun amp Effendi 1992) dimana desa yang dipilih adalah desa yang memiliki prevalensi KEP tertinggi di Wilayah Puskesmas Pagelaran yaitu sebesar 2057 Dari 12 Posyandu yang ada dipilih 3 Posyandu dengan prevalensi gizi kurang dan gizi buruk teninggi berdasarkan Laporan Bulanan Puskesmas Pagelaran pada Bulan Juni 2000 Penarikan contoh dilakukan secara purposif dengan memilih 20 balita usia 12 - lt60 bulan dengan status gizi terjelek dari setiap posyandu terpilih Dengan demikian jumlah contob adalah 60 balita Responden dalarn penelitian ini adalah ibu dari contoh

Jems dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder Jenis data primer meliputi identitas responden pengetahuan gizi ibu konsumsi pangan baIita status gizi balita dan tingkat pendapatan keluarga Pengambilan data primer dilaksanakan melalui wawancara langsung kepada responden dengan menggunalcan daftar pertanyaan (kuesioner) Data identitas responden meliputi (nama alamat usia pekerjaan jumlah keluarga dan pendidikan formal ibu) Data pengetahuan gizi ibu diperoleh berdasarkan jawaban ibu terhadap pertanyaan yang diberikan Data konsumsi pangan balita diperoleh melalui recall selama dua hari berturut-turut Data status gin balita diukur dengan menggunakan metode antropometri dengan menggunakan indeks berat badan menurut umur (BBu) Data tingkat

97

Media Gizi amp Keuarga Juli 2001 XXV (1) 96middot104

pendapatan keluarga diperoleh dari total pendapatan keuarga selama sebulan Sedangkan data sekunder yaitu keadaan umum wilayah yang meiputi lokasi dan geografi desa mata pencaharian sarana kesehatan dan sarana pendidikan diperoleh dari kantor desa setempat

Pengolahan dan Analisis Data

Data konsumsi pangan dikonversi menjadi konsumsi energi dan protein dengan rnenggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) (Hardinsyah amp Briawan 1990) Koosumsi energi dan protein selanjutnya dibandingkan dengan angka kecukupan gizi ratashyrata yang dianjurkan oleh Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi tabun 1998 Menurut Gibson (J 993) tingkat konsurnsi energi digolongkan dalam empat kategori Lebih (~ 100) Baik (85-100) Cukup (70-849) dan Kurang laquo 70) sedangkan untuk tingkat konsumsi protein dikeiompokkan menjadi dua yaitu Baik (~ 75) dan Kurang laquo75)

Menurut Khomsan (2000) tingkat pengetahuan gizi ibu dikelompokkan menjadi riga yakni Baik ( gt80) Cukup (60-80) dan Kurang laquo60) Sesuai dengan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) yang dianjurkan oleh BKKBN roaka besar keluarga dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu Keeil (s 4 orang) dan Besar (gt 4 orang) Peodapatan keluarga diperoleh dari total penghasilan keluarga dalam satu bulan dibagi dengan jumlah anggota keluarga Pendapatan keluarga (per kapita per bulan) dikelompokkan menjadi tiga golongan yaitu Tinggi (~Rp 10000000) Sedang (Rp 6000000 - Rp 9999999) dan Rendah laquo Rp 6000000) (BPS 1998)

Status gizi balita ditentukan berdasarkan BBIU sesuai dengan standar WHO-NCHS dan dihitung berdasarkan skor simpangan baku (zshyscore) dan dikeJompokkan menjadi empat kategori yaitu Baik (x 2 -I sd) Sedang (-2 sd x lt - Jsd) Kurang (-3 sd x lt -2sd) dan Buruk (x lt -3 sd) (Gibson 1993)

Untuk menganalisis hubungan antar variabel digunakan UJi Korelasi Spearman dengan dengan menggunaan sistem komputer pada program SPSS 100

98

RASIL DAN PEMBARASAi

Keadaan Umum Contoh dan Keluarga Comoh

Usia eontoh berkisar usia amara 12-46 bulan dengan persentase terbesar (633) berada pada kelompok usia 12-24 bulan 21 7 usia 25shy36 bulan dan 15 usia 37-46 bulan Usia ayah contoh berkisar antara 21 - 55 tahun dengan ratashyrata usia 31 tahun sedangkan usia ibu contoh berkisar antara 20 - 50 tabun dengan rata-rata usia 27 tabun Berdasarkan pengelomDokan usia yang dilakukan sebanyak 583 ayab dan 73 3 ibu contoh berada pada kelompok 20-30 tahun

Pendidikan formal orangtua contoh seoagian besar hanya tarnat SD yairu ayah sebesar 55 dan ibu sebesar 717 Rendahnya tingkat pendidikan ibu menyebabkan terbatasnya kemampuan untuk menerima informas~ terutama yang berkaitan dengan pol a pengasuhan makan anak yang pada akhimya akan berpengaruh terhadap starus gizi balita Sebagian besar (667) keluarga eontoh memiliki anggota keluarga kurang dari atau sarna dengan 4 orang atau dikategorikan sebagai keluarga keeiL Sebagian besar responden (717) memiliki anak ~ 20rang dan sisanya (283) memiliki anak lebih dari 2 orang -

Sebagian besar (750) ayah contoh beke~a sebagai buruh dengan tingkat pendapatan yang tidak tetap sedangkan sisanya sebagai pegawai swasta (8) ) pedagang (5 ) dan lain-lain (1225) yang meliputi pegawai negeri tukang ojek sopir dan guru ngaji Sebagian besar ibu eontoh bekerja sebagai ibu rumah tangga (983 ) dan hanya satu orang (1 7) bekerja yaitu sebagai pekerja pada salon kecantikan Karena sebagian besar ibu tidale bekerja maka pendapatan suami adalah satu-satunya surnber pendapatan keluarga untuk memenuhi seluruh kebutuban

Pendapatan per kapita per bulan keluarga contoh berkisar antara Rp 5000000 - Rp 20000000 dengan rata-rata Rp 84803 90 per kapita per bulan Sedangkan proporsi terbesar keluarga contoh (433) memiliki pendapatan per kapita yang tennasuk dalam kategori sedang dengan jumlah pendapatan perkapita berkisar antara Rp 6000000 - Rp 99 99900 Keluarga yang memiliki penghasilan tambaban hanya

sebesashytaIDbaheJ 200 OCmiddot~ bulan pendEi=l Bogo _

Kei

sebesar 0 dengan jumlah pengbasiJan tambahan berkisar amara Rp 5000000 - Rp 20000000 Rata-rata pendapatan per kapita per bulan keluarga lebib rendah dari raUl-rata pendapatan per kapita penduduk Kabupaten Bogor yang sebesar Rp 9433600 (BPS 1998)

Keikutsertaan dalam Kegiatan Posyandu

Sebagian besar responden (80010) telah ikut serta dalam kegiatan posyandu selama lebih 12 bulan dan ada 100 yang lt2 bulan karena baru pindah ke desa tersebut dan sisanya antara 7 - 12 bulan Sebagian besar responden (827) menyatakan bahwa alasan mengikuti kegiatan posyandu atas kesadaran sendiri sedangkan (183) atas saran Kepala DesaIKader Dalam 6 bulan terakhir sebagian besar responden (81 7) menyatakan selalu rutin (6 kali) membawa anaknya ke posyandu sedangkan yang menyatakan 5 kali sebesar 67 4 kali sebesar 50 dan I kali sebesar 33

PenyuJuhan gizi merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan pengetahuan gizi seseorang Dengan adanya penyuluhan gizi diharapkan para ibu balita mampu mendapatkan tambahan pengetahuan yang dapat diaplikasikan dalam memberikan makanan kepada balita sehingga jumlah balita yang mengalami lcurang gizi mampu untuk dikurangi Basil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden (600) menyatakan pemah mengikuti penyuluhan gizi di posyandu dan sisanya (400) tidak pemah mengikuti penyuluhan gizi di Posyandu Responden yang pernah mengikuti penyuluhan gizi di Posyandu menyatakan bahwa yang memberikan penyuluhan gizi tersebut adalah bidan (528 ) dan leader (41 6 ) Adapun materi penyuluhan gizi yang diberikan antara lain makanan bergizi pada anak (500 ) makanan sehat keluarga (222 ) gizi ibu dan anak (167 ) ASI dan rnakanan tambahan (83 ) dan pentingnya sayuran (28 )

Pengetahuan Gin lbu

Pengetahuan gizi ibu yang diteliti meliputi pengetahuan tentang ASI dan makanan tambahan makanan sehat pengolahan pangan status gizi penanggulaogan diare dan sanitasi lingkungan serta imunisasi dan posyandu Skor pengetahuan

Media Gizi amp Keluarga Juli 2001 XXV (1) - 104

gizi ibu berkisar antara 11 - 27 (366 - 90) dari total skor maksimum 30 Adapun rata-rata tingkat pengetahuan gizi ibu sebesar 73 0 Tabel 1 menjelaskan bahwa sebagian besar ibu (550) memiliki tingkat pengetahuan gizi cukup

Berdasarkan jawahan yang diberikan pertanyaan yang paling banyak tidak dapat dijawab responden dengan benar adalah tentang usia yang tepa untuk mendapatkan makanan tambahan pertama kali (717) cara mencuci sayur yang baik (61 7) selain AS bayi (usia 0 - 4 bulan) diberikan makanan tambahan (483) makanan sumber zat tenaga (400010) dan waktu pertama kali pemberian ASI (367)

Tabel 1 Sebaran Contoh menurut Tingkat Pengetahuan Gizi Ibu

Pengctahoan Gizi Jumlah 11) lYo)

Baik Cu1up Kunmg

20 33 7

333 55 0 11 7

Total 60 1000

Tingkat Konsumsi Energi dan Protein Balita

Secara umum rata-rata konsumsi energi balita adalah 745 Kalori dengan kisaran antara 402-1222 Kalori sedangkan rata-rata tingkat konsumsi energinya adalah 64 1 dengan kisaran antara 322-1359 Tabel 2 menunjukkan bahwa secara umum tingkat konsumsi energi contoh berada pada leategori kurang (567) dan presentase terbesar pada kelompok usia 36-46 bulan (778)

Secara umum rata-rata rata-raUl konsumsi protein balita adalah 194 gr dengan kisaran 85shy318 gr sedangkBD rata-rata tingkat konsumsi proteinnya adalah 843 dengan kisaran antara 371-151 3 Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar contoh (65) memiliki tingkat konsumsi protein baik terutama pada usia 12-24 bulan dan usia 25-36 bulan yakni 71 1 dan 61 5 Sebagian besar (556) balita usia 37-46 bulan memiliki tingkat konsumsi protein kurang Hal ini menunjukkan bahwa semakin bertambah usia tingkat konsurnsi protein sernakin menurun Bila kondisi ini dibiarkan akan berdampak pada pertumbuban fisik dan perkembangan kecerdasan anak

99

----

Media Gizi amp Kcluarga Juli ~OOI XXv ( ll middot96- 104

Tabel2 Sebaran Contoh menurut Tingkat Konsumsi Energi

Tillgkat Konsumsi

Energi

Usia (bin) Total

12- 24 I 25-36 37 -46 (n) (Yo) I (n) I () (n) I () (n) I ()

Lebih Baik Cukup Kurang

2 2 14 20

53 53

368 526

I

0 0_0 0 I

I 77 I I 5 385 I I

I I

7 538 7

I 0_0

II I I 111

I 718

2 ~

10 34

i gt3

I 67

333 567

Total 38 1000 13 I LOOO 9 1000 i 60 i 1000

J

-

Tabel 3 Sebaran Contoh menurut Tingkat Konsumsi Protein

~

Tingkat Usia Chin) I Total

Konsumsi 37-46 12 -24 I 25-36 I Protein (n)(n I () i (n) () () I (n) I () I

Baik 444 39 I 650461527 I 711 8 IKurang 385 5 556 2l 350

Total 11 I 289 I 5

9 I 1000 60 100038 I 1000 I 13 1000

i I

I

I

Status Gizi Comoh

Dan hasil penimbangan BB menunjukkan bahwa rata-rata BB contoh untuk setiap kelompok usia lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata berat badan ideal Pada kelompok usia 12-24 rata-rata berat badan comoh adalah 91 kg dengan kisaran antara 75 kg-12 kg pada kelompok usia 25-36 bulan rata-rata berat badan contoh adalah 108 kg dengan kisaran antara 93 kg-13 kg (berat badan ideal 132 kg) dan pada kelompok usia 37shy46 bulan ratamiddot rata berat badan contoh adalah 1 17 kg dengan kisaran antara 92 kg-IS kg (berat badan ideal 152 kg) Rendahnya BB contoh

sangat menentukan status gizinya Persentase contoh yang berstatus gin rurang sebesar 53 8 pada contoh berusla 25-~6 bulan dan 395 contoh berusia 12-24 bulan sementara contoh yang berada pada usia 37-46 bulan sebagian cesar berstatus gizi buruk (556) Tabei 4) Kondisi status gizi kurang dan gin ouruk pada sebagian besar contoh disebabkan oleh rendahnya mutu dan jumlah konsumsi pangan yang dikonsumsi sehingga berakibat pada berat badan tubuh yang tidak ideaL Sebagaimana diungkapkan oleh Hardinsyah dan Martianto (1992) status gizi balita dipengaruhi oleh konsumsi pangan sebelumoya dan penyakit infeksi

Tabel 4 Sebaran Status Gizi rnenurut Kelompok Usia

Staius Gizi Balita 12-24

(n) ()

Kelompok Usia (bin) 25-J6

(n) () (0) gt36

i

()

Total

(n) I () Bail

Sedang Kurang Buruk

8 11 15 4

211289 395 105

I 2 I 154 4 308

I

7 538 0 00

2 0

L

5

221 i

00 222 556 1

12

15 124 i

9

200 25 0 ~O

l 50

Total 38 1000 13 1000 9 LOOO 60 I 1000 Rata-rata BB (kg)

91 to8 117 99

100

Media Gizi amp Keluarga Juli 2001 XXV (I) - 104

Hubungan Besar Keluarga dengan Tingkat Konsumsi Energi dan Protein

Tabel 5 menunjukkan bahwa baik pada responden yang berkategori keluarga besar maupun kecil sarna-sarna mempunyai tingkat konsumsi energi kurang (55 dan 575) Sebaliknya pada keluarga besar dan kecil sebagian besar memiliki tingkat konsumsi protein yang baik (70 dan 625) Jadi antara kategori keluarga kecil dan keluarga besar tidak berbeda dalarn hal tingkat konsumsi energi dan protein balita

Dari hasil analisis yang dilakukan dengan menggunakan Uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang nyata antara besar keJuarga dengan tingkat

konsumsi energi dan tingkat konsumsi protein (p=(l05)

Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Tingkat Konsumsi Energi dan Protein

Tabel 6 menunjukkan bahwa semakin rendah pendapatan keluarga maka tingkat konsumsi energi dan protein balita semakin berkurang Hal ini terlihat dari sebagian besar keuarga yang berpendapatan rendah memiliki balita dengan tingkat konsumsi energi kurang (800010) dan tingkat konsumsi protein juga kurang (667) Pada keluarga berpendapatan tinggi tingkat konsumsi energi balita cukup (422) dan sebagian besar memiliki tingkat konsumsi protein baik (90010)

Tabel 5 Sebaran Besar Keluarga menurut Tingkat Konsumsi Energi dan Protein Contoh

Tingkat Koosumsi

Bes8dCeluarga - - ~

Besar Ktcil (n) middot (~) (n) (1)

Energi Lebih

I Baik Cukup Kurang

0 2 7 11

00 100 350 550

2 2 13 23 -

50 50

325 575

Total 20 1000 40 1000 Protein

I BaikI Kurang

14 6

700 300

25 15

625 375

Total 20 1000 40 1000

Tabel 6 Sebaran Tingkat Pendapatan KeJuarga menurut Tingkat Konsumsi Energi dan Protein Contoh

PendapatmLper Kapit8Tingkat Rendall

I

1000 J5 1000

Troggi I SidangKonsumsi (n) () 1 (n) () (n)I (o~ i

IIEnem 00Lebih 2 105 I 0 0 00

Baik 2 105 2 80 0 00 iI I I 8 42-2 I 9 360 3 200CukUJl II i II Kurang 7 368 1 15 560 I 12 SOO I Total 1000 26

Protein Baik

J9I

18 I 900 I 16 640 5 333I

Kurang I I 100 i 10 I 360 I 10 I I 667 I1

i Total 19 1000 I 26 I 1000 I I 15 1000

10]

Media Gizi amp Kcluarga Juli 2001 XXV (I) - 104

Tingcat pendapatan merupakan faktor yang menentukan terhadap kuantitas dan kualitas makanan yang dikonsumsi Pendapatan yang rendah menyebabkan daya beli yang rendah pula sehingga tidak mampu membeli pangan dalam jumlah dan mutu yang diperlukan dan akhirnya berakibat buruk terhadap status gizi (Berg 1986)

Dari hasil analisis statistik dengan menggunakan Uji korelasi Spearman menunjukan adanya hubungan yang nyata antara pendapatan per kapita dengan tingkat konsumsi energi (p= 0000) dan tingkat konsumsi protein (p=O006) Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pendapatan keluarga maka semakin baik tingkat konsumsi energi dan protein dan sebaliknya

Hubungan Pengetahuan Gizi Tbu dan Tingkat Konsurnsi Energi dan Protein

Ibu dengan tingkat pengetahuan gizi sedang dan tinggi ternyata tingkat konsumsi energi balitanya cukup (394 dan 300) sedangkan ibu dengan tingkat pengetahuan gizi rendah (857) tingkat konsumsi energi balitanya kurang Ibu dengan pengetahuan gizi sedang dan tinggi temyata tingkat konsumsi protein balitanya baik (576 dan 900) sedangkan ibu dengan tingkat pengetahuan gizi rendah (714) tingkat konsumsi protein balitanya kurang (Tabel 7)

Dari hasil anaIisis statistik dengan menggunakan Uji Korelasi Spearmwl menunjukkan adanya bubungan yang nyata antara

pengetahuan glZ1 ibu dengan tingkat konsumsi energi (p=OOOO) dan tingicat konsurnsi protein balita (p=0036) Hal ini memberi arti semakin tinggi pengetahuan gizi ibu maka semakin tinggi tingkat konsumsi energi dan protein balita

Hubungan Tingkat Konsumsi Energi dan Protein dengan Status Gizi Balita

Tabel 8 menunjukkan bahwa semakin baik tingkat konsumsi energi semakin baik status gizi

balita demikian juga sebaliknya Sejumlah contoh yang memi1iki tingkat konsumsi energi baile memi1iki status gizi baik (50) contoh yang memiliki tingkat konsumsi energi kurang memiliki status gizi kurang (50) dan buruk (265) Dari hasil anali sis statistik dengan menggunakan Uji Korelasi 2pearman menunjukkan ada hubungan yang nyata antara tingkat konsumsi energi dengan status gizi balira (p=OOOO) ~- -

Sejumlah eontoh yang merniliki tingkat konsumsi protein baik memiJiki status giZl baik (308) dan sedang (282) sebaliknya conton yang memiJiki tingkat konsumsi proteIn k-urang memiliki status gizi kurang (429) dan buruk (381) (Tabel 9) Hasil analisis statistik dengan Uji Koreiasi Spearman menunjukan adanya hubungan yang nyata antara tingkat konsumsi protein dengan status gizi balita (p=O003) Hal ini memberi arti semakin tinggi tingkat konsumsi protein maka semakin baik status gizinya

Tabel 7 Sebaran Pengetahuan Gizi Ibu menurut Tingkat Konsumsi Energi danProtein Contoh

Pen Gizi lbu I ITingkat middot Tinggi Sedang Rendah I

(n) () I (n) I () I

f i (n) I () I Konsumsi I

J Energi I

ILebih i 2 100 0 00 I I) 00 Bruk i

I 2 i 100 2 I

I 61 I 0 00

I ICukup 6 300 13 394 I 143 I iKurang 10 I 500 18 545 I

~

IJ ~ 857 Total 20 1000 I 33 1 1000 ~

I 1000 Protein

Bruk I 18 900 i 19

i I 576

I

i I

L 286

-

Kurang ~Total 20 1000 33 1000 I 1000

shy2 100 14 424 5 714

102

Tabel 8 Sebaran Tingkat Konsumsi Energi menurut Status Gizi Balita

Tingkat Konsumsi Energi I Status Gizi CuJrunLebih Baik ~I Balita () (n) (0)() (n) (n) (10)In) 500 2 1000 2 6 300 2I Bail 59

0 00 500 72 350 6 176ISedang 0 0 0 0 00 7 350Kurang 17 500 0 0 0 00 00Buruk 1 0 0 9 265

1000 JOOO 4 20 1000 34 1000i Total 2

Tabel 9 Sebaran Tingkat Konsumsi Protein menurut Status Gizi Balita

TingkatKonsumsi Protein Status ltJiziBalita Baik ~

I ()(0) (0) () 12 308 0 00IBaik II 282Sedang 4 190

385 9 429I Kurang I 15 Buruk I i 26 8 381i

39 1000 21Total 1000

Menurut Martorell (J 995) konsumsi makanan merupakan salah satu faktor yang secara langsung berpengaruh terhadap status gizi seseorang Kekurangan konswnsi pangan dan gizi dalam waktu yang lama mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan anak terhambat Hardinsyah dan Martianto (1992) mengatakan bahwa gizi yang baik merupakan berhasilnya proses tumbuh kembang hams dimulai sejak dalam kandudiusahakan terus sepanjang rudupnya

kunci anak

ngan

bagi yang

dan

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

] Contoh dalam penelitian mi secara umum mempun)lll latar belakang status sosial ekonomi keluarga sebagai beniut usia ayah 26-30 tahun (383) usia ibu 20-25 tahun (483) pendidikan ayah dan ibu adalah SD yaitu ayab (55) dan ibu (71 7) besar

keluarga contoh tergolong keluarga ked (s 4 anggota keluarga) (667) pekerjaan ayah

sebagai buruh (750) sedangkan ibu sebagai ibu rumah tangga (983) pendapatan per kapita rata-rata Rp 848039 tergolong sedang (433)

2 Tingkat pengetahuan gizi ibu berkisar antara 366 - 90 dengan rata-rata 73 sebagian besar (550) tergolong pada kategori cukup

3 Rata-rata konsumsi energi balita sebesar 745

Kalon tingkat konsumsi energi 61 4 dan sebanyak 567 balita berada pada kategon kurang Rata-rata konsumsi protein balita sebesar 194 gr dan tingkat konsumsi protein sebesar 843 dan sebanyak 650 balita berada pada kategori baik

4 Secara umum balita berstatus gizi kurang sebanyak 40010 dan gizi buruk sebesar 15 Jika dikelompokkan menu rut usia maka pada usia 12-24 bulan sebanyak 395 berstatus gizi kurang usia 25-36 bulan sebanyak 538 berstatus gizi kurang dan pada usia 37 shy

46 bulan sebanyak 556 berstatus gizi buruk 5 Tingkat pendapatan dan pengetahuan gizi ibu

berhubungan nyata dengan tingkat konsumsi energi dan protein balita

6 Tingkat konsumsi energi dan protein berhubungan nyata dengan status gizi balita

103

Media Gizi amp Keluarga Juli 200 I XXV ll ) 96 - 104

I Mengingat masih kurang memadainya tingkat peogetahuan gizi ibu maka diharapkan adanya intervensi gizi berupa penyuluhan gizi kepada masyarakat diwilayah pehelitian oJeh

Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor bekerja sarna dengan instansi terkait lainnya

2 Perlunya Pemberian Makanan Tambahan bergizi melalui Posyandu dengan melibatkan peran serta masyarakat dan pihak swasta

3 Perlu dilakukan pemberdayaan ekonomi melalui peningkatan keterarnpilan pada ibu rumah tangga

DAFTAR PUSTAKA

Berg A 1986 Peranan Gizi dalam Pembangunan Nasional (Zahara Penterjemah) DN Cv Rajawali Jakarta

BPS 1998 Pola Konsumsi Rumahtangga Kabupaten Bogar Bappeda-BPS Bogor

1999 Statistik Kesejahteraan Rakyat Survey Sosial Ekonomi Nasional BPS Jakarta

Gibson R 1993 Nutritional Assessment A Laboratory Manual University of Guelph Oxford University New York

Hardinsyah dan D Briawan 1990 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB Bogor

_ __-- dan D Martianto 1992 Menaksir Angka Kecukupan Energi dan Protein sena Penilaian Mutu Gizi Konsumsi Pangan Wirasari Bogor

Khomsan A 2000 Tehnik Pengukuran Pengetahuan Gizi Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB Bogar

Martorel1 R 1995 Promoting Healthly Growth Rationale and Benefits Child Growth and Nutrition in Developing Country Priorities of Action Ed Pinstrup-Andersen D Pelletier H Aldennan Cornell University Press New York

Suhardjo 1996 Pengertian dan Kerangka Pikir Ketahanan Pangan Rumahtangga Laporan Lokakarya Ketahanan Pangan Departemen Pertanian RI-UNICEF

Singarimbun M dan S Effendi 1992 Metode Penelitian Survai LPJES Jakarta

104

Page 2: media GIZI KELUARGA - ikk.fema.ipb.ac.idikk.fema.ipb.ac.id/v2/images/karyailmiah/gizikurangbalita_rnn.pdf · Analisis Sikap Angka Ideal terhadap Produk Jus Jeruk \ ... Mengetahui

ISSN 02 1 - 916)Media Gizi amp Keluarga Ttrakreditasi SK No 531DIKTI Kep1999

Pemiropin Umuml Penanggung IClwab

Ketua Redaksi

Anggota Redaksi

Setting

Penerbitan

Langganan

Alamat Redaksi

Ketua Jurusan G M S K Fakultas Pertanian - IPB

Om Emma S Wirakusumah MSc

Drlr Ali Khomsan MS DrIr Ujang Sumarwan MSc Drlr Hardinsyah MS If Diah K Pranadji MS Ir Hadi Riyadi MS Ir Dodik Bfiawan MeN lr Sri Rihati Kusno

bull Maman Hermansyah

bull dua kaJi setahun Uuli amp Desember)

bull Rp 20 000- per tahun Rek Tapius No 061000112587931 Bank BNJ Darmaga-Bogor

Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga (OMSK) Fakultas Penanian - IPB Kampus Darmaga- Bogor Telp (0251 ) 621258 Fax (0251) 622276 E-rnail gmsk-iphaJ indo ~

panga horm~

kalsffi Hal rr

coo =

~_o

Se s stu _

wa ~

Media Giz amp Keluarga merupakan majalah ilmiah Jurusan OMSK Fakultas Pertanian IPS yang tclah terakreditasi oleh Ditjen Dikti Redaksi menerirna sumbangan naskah ilrniah di bidang pangan gizi keluarga dan konsumen Pedoman penulisan dapat dilihat pada halaman sampul belakang bagian dalan Artikel Mtdia Gizi amp Keluarga dapat dikutip dengan menyebutkan sumbernya

tttPUmr ---~ FAPERTi- ItJB-

KATAPENGANTAR

Media om dan Keluarga edisi Juli 2001 memuat berbagai hasil penelitian di bidang

pangan gizi dan keluarga Artikel pertama membahas status gizi wanita menopause Perubahan

honnonal yang teIjadi di sam menopause menyebabkan seoI$g wanita memerlukan konsumsi

kalsium lebih banyak Apakah konsumsi pangan mereka telah cukup memenuhi anjuran gizi Hal ini dibahas secara tuntas dalam artikel pertama Media Gizi dan Keluarga edisi kali ini

Artikel lain membahas kemungkinan pemanfaatan tepung talas untuk pembuatan

cookie Talas adalah pangan tradisional yang pemanfaatannya masih terbatas untuk itu talas

berpotensi sebagai substitusi tepung terigu

Krisis ekonomi telah membawa dampak pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

Sebuah studi telah dilakukan untnk mengkaji dampak ekonomi pada mmahtangga petani dalam

studi ini juga dibahas antisipasi untuk penanggulangan krisis ekonomi

Masih ada beberapa artikel basil penelitian lainnya yang semuanya akan memperkaya

wawasan pembaca Terima Kasih

II MEDIA GIZI DAN KELUARGA II

Tahun xxv No Juli 2001

halaman 1 Keragaman Konsumsi Pangan Aktivitas Fisik dan Status Gizi pada Wanita Menopause

Tina Rahmawati Emma S Wlfakusumah dan Budi Setiawan

ldentifikasi Faktor yang Berpengaruh terhadap Efektivitas Pemberian Makanan 2 Tambahan Anak Balita KEP di Kota Bogor Hartoyo Dwi Hastuti Dodik Briawan dan Lilik Noor Yuliati Il

Ketersediaan Biologis Mineral Seng dari Beberapa Jenis dan Cara Pemasakan Beras pada Tikus Percobaan Deni Elnovriza Rimbawan Emma S Wlfakusumah dan Dadang SukandaT 19

Studi Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kebiasaan Makan dan Status Gizi Lansia di Pedesaan dan Perkotaan Lina Herlina Emma S Wrrakusumah dan Lilik Noor Yuliati 33

Pemanfaatan Tepung Talas (Colocasia esculenta (L) Schott) sebagai Bahan Substitusi Tepung Terigu dalam Pembuatan Cookies Fuadini Therik Sri Anna Marliyati dan Lilik Noor Yuliati 45

6 Dampak Krisis Ekonomi terhadap Rumah Tangga Petani dan Antisipasi dalam Penanggulangannya Mewa Ariani Handewi PS Racbman Sri Hastuti dan Wahida 53

Analisis Sikap Angka Ideal terhadap Produk Jus Jeruk Ujang Sumarwan 61

8 Mempelajari Umur Simpan Beberapa SambaJ Tradisionallndonesia (Sambal Terasi Sambal Pece~ Sambal Rujak) Emma S Wirakusumah 68

vi Tingkat Konsumsi dan Status Gizi Penderits Sizoprenia Rawat lnap di Rumah Sakit Jiwa Palu Irawati V era Utip~ dan Amini Nasoetion 77

o Konsumsi dan Ketahanan Pangan Rurnahtangga Peserta Program Pemberdayaan Keluarga di Desa Cikaroya dan Ciwalen Kecamatan Warung Kondang Cianjur Jawa Barat Thomas Pahlevi Harefa Clara M Kusharto dan Retnaningsib 85

11 Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Kurang pada Balits Diah K Pranadj~ Retnaningsih dan Ruwiah 96

Media Gizi amp Keluarga Juli 200 I XXV ( I) - 104

ANALJSIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAll STATUS GlZl KURANG PADA BALITA

(Aalysis Factors that Related to Malnutrition of Children Under Five Years Old)

Diah K Pranadji I Retnaningsih I Ruwiah2

ABSTRACT The aim of the sllldy was to analye faclors that related to malnlltritioll of je ru~ _ children IInder five years old The study had been conducted from Jllly to Septemher 2000 at de1~shy

Pagelaran Ciomas Subdistrict Bogar West Java Province The subjects were 60 undenveighl pan=l children who were selected from three Posyandu The socioeconomic background of the family (Si-~ are as follows the age of fathers are between 20 to 30 years old (383) and mOlhers are per~

between 20 to 25 years old (186) The level of education ofmost fathers (55) and mothers ko~-J

(757) are elementary school The fami~y size of most sllbjects (66 7) is categorized a~ be7l smallfami~v ( -I people) Most fathers (75) work as lahorer and most mothers (985) are pe= housewives The average offamily income per capita per month is Rp 8-180390 which about gt

439 families are categorized as middle class The average of mltritional knowledge of K mothers is 73 and moSI of them (55) are categorized as sufficient The average of energy consumption ()f children under five years is 7-15 kcal and the level of energy adequacy is b shy61-I About 567 children IInder five years are categorized as IIndernourished The B ~

average ofprotein consumption of children IInder five years is 19-I g and the level ofprotein le adequacy is 8-13 Most children (65) are categorized as well flourished There are -10 ber-J

children under five years are underweight and 15 children are severe-underweight Aboul gu 395 children aged between 12 to 2J months and 538 children aged between 25 10 36 me =shymonths are underweight and 556 children aged 37 to -16 monlhs are severe-underweight bef The jaclors that related to malnutrition (level oj energy and protein adequacJ) of children ~-

under five years are family income level and nlltritional knowledge ofmotherS K~

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Susenas (BPS 1999) menunjukkan bahwa prevalensi KEP Nasional pada balita mencapai 3447 dirnana prevalensi status gizi buruk sebesar 8 II dan status gizi kurang sebesar 2636 Sementara di Provinsi Jawa Barat prevalensi status gizi buruk balita sebesar 6 16 dan status gizi kurang sebesar 2356 Sebanyak 54 anak berusia 6-17 bulan menderita gizi buruk dan sebanyak 162 diantaranya menderita gizi sangat buruk di Kabupaten Bogor Hal ini memberikan indikasi bahwa masalah gizi kurang dan buruk di Kabupaten Bogor masih memerlukan penanganan serius

1 Star Pcngajar Jurusan GMSK Faperta IPB 2 Alumnus Jurusan GMSK Fapcrta IPB

96

Ba

Sekitar delapan juta balita terancam kelangsungan turnbuh kemban~Tlya yang akan merugikan masa depan bangsa Jika mereka memasulci angkatan kerja 20 tahun yang akan datang diperlcirakan tidak memiliki daya saing yang sangat diperlukan di era globalisasi karena mereka terbarnbat kecerdasan dan produktivitasnya

Konsumsi pangan balita perlu mendapat perhatian peming karen a usia balita mentpakan masa pertumbuhan yang penting Pada masa ini pertumbuhan gigi tulang dan organ-organ vital lainnya berkembang dengan cepat Selain itu masa kanak-kanak juga merupakan masa pengenalan lingkungan dimana anak akan selalu aktif bergerak Oleh makanan yang dikonsumsi anak bukanlah sekedar untuk memenuhi energinya rnelainkan juga rnemenuhi

yang sehat karena iru

sebaiknya kebutuhan kebutuhan

tumbuh kembang memelihara daya tahan tubuh

dari berbagai serangan infeksi dan membangun persediaan zat gizi yang diperlukan untuk penumbuhannya kelak

Pendapatan dan besar keluarga merupakan faktor yang paling menentukan kualitas dan kuantitas pangan (Berg 1986) Tingkat pendapatan yang tinggi akan memberikan peluang yang lebih baik besar dalam pemilihan makanan yang baik dalam jumlah maupun Jerusnya Besar keluarga berhubungan erat dengan distribusi dalam jumlah maupun ragam pangan yang dikonsumsi anggota keluarga (Suhardjo 1996) Tingkat pendidikan dan pengetahuan gizi ibu berpengaruh terhadap konsurnsi pangan anggota keJuarga karena ibu berperan penting dalam pemilihan dan pengolahan bahan pangan

Prevalensi KEP balita di Desa Pagelaran Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor mencapai 2057 dimana 29~ diantaranya berstatus gizi buruk dan 1762 berstatus gizi kurang (Lap 0 ran Bulanan Puskesmas Pagelaran Juni 2000) Menilik beberapa faktor yang secara teoritis berhubungan erat dengan konsumsi dan status gizi balita maka penulis tertarik untuk menganalisis faktor-faktor apa sltua yang berhubungan dengan status gizi kurang yang banyak diderita oleh balita di Desa Pagelaran Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor Jawa Barat

Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi kurang pada balita

Sedangkan tujuan khususnya adalah 1 Mengetahui latar belakang status sosial

ekonorni keluarga balita yang meliputi usia dan pendidikan formal orangtua besar keluarga pendapatankapitaibulan keluarga dan pekerjaan orangtua

2 Mengetahui tingkat pengetahuan gizi ibu balita

3 Mengetahui tingkat konsumsi energJ dan protein baIita

4 Mengetahui status gizi balita 5 Menganalisis hubungan besar keluarga

tingkat pendapatan tingkat pengetahuan gizi ibu dengan tingkat konsumsi energi dan protein balita

Media Gizi amp Keluarga Juli 2001 XXV (I ) - 104

6 Menganalisis hubungan tingkat konsumsi energi dan protein dengan status gizi balita

METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Pagelaran Kecamatan CiOffiaS Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat selarna bulan Juli - September 2000

Cara Pengambilan Contoh

Pernilihan lokasi penelitian diJakukan secara purposif (Siogarimbun amp Effendi 1992) dimana desa yang dipilih adalah desa yang memiliki prevalensi KEP tertinggi di Wilayah Puskesmas Pagelaran yaitu sebesar 2057 Dari 12 Posyandu yang ada dipilih 3 Posyandu dengan prevalensi gizi kurang dan gizi buruk teninggi berdasarkan Laporan Bulanan Puskesmas Pagelaran pada Bulan Juni 2000 Penarikan contoh dilakukan secara purposif dengan memilih 20 balita usia 12 - lt60 bulan dengan status gizi terjelek dari setiap posyandu terpilih Dengan demikian jumlah contob adalah 60 balita Responden dalarn penelitian ini adalah ibu dari contoh

Jems dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder Jenis data primer meliputi identitas responden pengetahuan gizi ibu konsumsi pangan baIita status gizi balita dan tingkat pendapatan keluarga Pengambilan data primer dilaksanakan melalui wawancara langsung kepada responden dengan menggunalcan daftar pertanyaan (kuesioner) Data identitas responden meliputi (nama alamat usia pekerjaan jumlah keluarga dan pendidikan formal ibu) Data pengetahuan gizi ibu diperoleh berdasarkan jawaban ibu terhadap pertanyaan yang diberikan Data konsumsi pangan balita diperoleh melalui recall selama dua hari berturut-turut Data status gin balita diukur dengan menggunakan metode antropometri dengan menggunakan indeks berat badan menurut umur (BBu) Data tingkat

97

Media Gizi amp Keuarga Juli 2001 XXV (1) 96middot104

pendapatan keluarga diperoleh dari total pendapatan keuarga selama sebulan Sedangkan data sekunder yaitu keadaan umum wilayah yang meiputi lokasi dan geografi desa mata pencaharian sarana kesehatan dan sarana pendidikan diperoleh dari kantor desa setempat

Pengolahan dan Analisis Data

Data konsumsi pangan dikonversi menjadi konsumsi energi dan protein dengan rnenggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) (Hardinsyah amp Briawan 1990) Koosumsi energi dan protein selanjutnya dibandingkan dengan angka kecukupan gizi ratashyrata yang dianjurkan oleh Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi tabun 1998 Menurut Gibson (J 993) tingkat konsurnsi energi digolongkan dalam empat kategori Lebih (~ 100) Baik (85-100) Cukup (70-849) dan Kurang laquo 70) sedangkan untuk tingkat konsumsi protein dikeiompokkan menjadi dua yaitu Baik (~ 75) dan Kurang laquo75)

Menurut Khomsan (2000) tingkat pengetahuan gizi ibu dikelompokkan menjadi riga yakni Baik ( gt80) Cukup (60-80) dan Kurang laquo60) Sesuai dengan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) yang dianjurkan oleh BKKBN roaka besar keluarga dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu Keeil (s 4 orang) dan Besar (gt 4 orang) Peodapatan keluarga diperoleh dari total penghasilan keluarga dalam satu bulan dibagi dengan jumlah anggota keluarga Pendapatan keluarga (per kapita per bulan) dikelompokkan menjadi tiga golongan yaitu Tinggi (~Rp 10000000) Sedang (Rp 6000000 - Rp 9999999) dan Rendah laquo Rp 6000000) (BPS 1998)

Status gizi balita ditentukan berdasarkan BBIU sesuai dengan standar WHO-NCHS dan dihitung berdasarkan skor simpangan baku (zshyscore) dan dikeJompokkan menjadi empat kategori yaitu Baik (x 2 -I sd) Sedang (-2 sd x lt - Jsd) Kurang (-3 sd x lt -2sd) dan Buruk (x lt -3 sd) (Gibson 1993)

Untuk menganalisis hubungan antar variabel digunakan UJi Korelasi Spearman dengan dengan menggunaan sistem komputer pada program SPSS 100

98

RASIL DAN PEMBARASAi

Keadaan Umum Contoh dan Keluarga Comoh

Usia eontoh berkisar usia amara 12-46 bulan dengan persentase terbesar (633) berada pada kelompok usia 12-24 bulan 21 7 usia 25shy36 bulan dan 15 usia 37-46 bulan Usia ayah contoh berkisar antara 21 - 55 tahun dengan ratashyrata usia 31 tahun sedangkan usia ibu contoh berkisar antara 20 - 50 tabun dengan rata-rata usia 27 tabun Berdasarkan pengelomDokan usia yang dilakukan sebanyak 583 ayab dan 73 3 ibu contoh berada pada kelompok 20-30 tahun

Pendidikan formal orangtua contoh seoagian besar hanya tarnat SD yairu ayah sebesar 55 dan ibu sebesar 717 Rendahnya tingkat pendidikan ibu menyebabkan terbatasnya kemampuan untuk menerima informas~ terutama yang berkaitan dengan pol a pengasuhan makan anak yang pada akhimya akan berpengaruh terhadap starus gizi balita Sebagian besar (667) keluarga eontoh memiliki anggota keluarga kurang dari atau sarna dengan 4 orang atau dikategorikan sebagai keluarga keeiL Sebagian besar responden (717) memiliki anak ~ 20rang dan sisanya (283) memiliki anak lebih dari 2 orang -

Sebagian besar (750) ayah contoh beke~a sebagai buruh dengan tingkat pendapatan yang tidak tetap sedangkan sisanya sebagai pegawai swasta (8) ) pedagang (5 ) dan lain-lain (1225) yang meliputi pegawai negeri tukang ojek sopir dan guru ngaji Sebagian besar ibu eontoh bekerja sebagai ibu rumah tangga (983 ) dan hanya satu orang (1 7) bekerja yaitu sebagai pekerja pada salon kecantikan Karena sebagian besar ibu tidale bekerja maka pendapatan suami adalah satu-satunya surnber pendapatan keluarga untuk memenuhi seluruh kebutuban

Pendapatan per kapita per bulan keluarga contoh berkisar antara Rp 5000000 - Rp 20000000 dengan rata-rata Rp 84803 90 per kapita per bulan Sedangkan proporsi terbesar keluarga contoh (433) memiliki pendapatan per kapita yang tennasuk dalam kategori sedang dengan jumlah pendapatan perkapita berkisar antara Rp 6000000 - Rp 99 99900 Keluarga yang memiliki penghasilan tambaban hanya

sebesashytaIDbaheJ 200 OCmiddot~ bulan pendEi=l Bogo _

Kei

sebesar 0 dengan jumlah pengbasiJan tambahan berkisar amara Rp 5000000 - Rp 20000000 Rata-rata pendapatan per kapita per bulan keluarga lebib rendah dari raUl-rata pendapatan per kapita penduduk Kabupaten Bogor yang sebesar Rp 9433600 (BPS 1998)

Keikutsertaan dalam Kegiatan Posyandu

Sebagian besar responden (80010) telah ikut serta dalam kegiatan posyandu selama lebih 12 bulan dan ada 100 yang lt2 bulan karena baru pindah ke desa tersebut dan sisanya antara 7 - 12 bulan Sebagian besar responden (827) menyatakan bahwa alasan mengikuti kegiatan posyandu atas kesadaran sendiri sedangkan (183) atas saran Kepala DesaIKader Dalam 6 bulan terakhir sebagian besar responden (81 7) menyatakan selalu rutin (6 kali) membawa anaknya ke posyandu sedangkan yang menyatakan 5 kali sebesar 67 4 kali sebesar 50 dan I kali sebesar 33

PenyuJuhan gizi merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan pengetahuan gizi seseorang Dengan adanya penyuluhan gizi diharapkan para ibu balita mampu mendapatkan tambahan pengetahuan yang dapat diaplikasikan dalam memberikan makanan kepada balita sehingga jumlah balita yang mengalami lcurang gizi mampu untuk dikurangi Basil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden (600) menyatakan pemah mengikuti penyuluhan gizi di posyandu dan sisanya (400) tidak pemah mengikuti penyuluhan gizi di Posyandu Responden yang pernah mengikuti penyuluhan gizi di Posyandu menyatakan bahwa yang memberikan penyuluhan gizi tersebut adalah bidan (528 ) dan leader (41 6 ) Adapun materi penyuluhan gizi yang diberikan antara lain makanan bergizi pada anak (500 ) makanan sehat keluarga (222 ) gizi ibu dan anak (167 ) ASI dan rnakanan tambahan (83 ) dan pentingnya sayuran (28 )

Pengetahuan Gin lbu

Pengetahuan gizi ibu yang diteliti meliputi pengetahuan tentang ASI dan makanan tambahan makanan sehat pengolahan pangan status gizi penanggulaogan diare dan sanitasi lingkungan serta imunisasi dan posyandu Skor pengetahuan

Media Gizi amp Keluarga Juli 2001 XXV (1) - 104

gizi ibu berkisar antara 11 - 27 (366 - 90) dari total skor maksimum 30 Adapun rata-rata tingkat pengetahuan gizi ibu sebesar 73 0 Tabel 1 menjelaskan bahwa sebagian besar ibu (550) memiliki tingkat pengetahuan gizi cukup

Berdasarkan jawahan yang diberikan pertanyaan yang paling banyak tidak dapat dijawab responden dengan benar adalah tentang usia yang tepa untuk mendapatkan makanan tambahan pertama kali (717) cara mencuci sayur yang baik (61 7) selain AS bayi (usia 0 - 4 bulan) diberikan makanan tambahan (483) makanan sumber zat tenaga (400010) dan waktu pertama kali pemberian ASI (367)

Tabel 1 Sebaran Contoh menurut Tingkat Pengetahuan Gizi Ibu

Pengctahoan Gizi Jumlah 11) lYo)

Baik Cu1up Kunmg

20 33 7

333 55 0 11 7

Total 60 1000

Tingkat Konsumsi Energi dan Protein Balita

Secara umum rata-rata konsumsi energi balita adalah 745 Kalori dengan kisaran antara 402-1222 Kalori sedangkan rata-rata tingkat konsumsi energinya adalah 64 1 dengan kisaran antara 322-1359 Tabel 2 menunjukkan bahwa secara umum tingkat konsumsi energi contoh berada pada leategori kurang (567) dan presentase terbesar pada kelompok usia 36-46 bulan (778)

Secara umum rata-rata rata-raUl konsumsi protein balita adalah 194 gr dengan kisaran 85shy318 gr sedangkBD rata-rata tingkat konsumsi proteinnya adalah 843 dengan kisaran antara 371-151 3 Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar contoh (65) memiliki tingkat konsumsi protein baik terutama pada usia 12-24 bulan dan usia 25-36 bulan yakni 71 1 dan 61 5 Sebagian besar (556) balita usia 37-46 bulan memiliki tingkat konsumsi protein kurang Hal ini menunjukkan bahwa semakin bertambah usia tingkat konsurnsi protein sernakin menurun Bila kondisi ini dibiarkan akan berdampak pada pertumbuban fisik dan perkembangan kecerdasan anak

99

----

Media Gizi amp Kcluarga Juli ~OOI XXv ( ll middot96- 104

Tabel2 Sebaran Contoh menurut Tingkat Konsumsi Energi

Tillgkat Konsumsi

Energi

Usia (bin) Total

12- 24 I 25-36 37 -46 (n) (Yo) I (n) I () (n) I () (n) I ()

Lebih Baik Cukup Kurang

2 2 14 20

53 53

368 526

I

0 0_0 0 I

I 77 I I 5 385 I I

I I

7 538 7

I 0_0

II I I 111

I 718

2 ~

10 34

i gt3

I 67

333 567

Total 38 1000 13 I LOOO 9 1000 i 60 i 1000

J

-

Tabel 3 Sebaran Contoh menurut Tingkat Konsumsi Protein

~

Tingkat Usia Chin) I Total

Konsumsi 37-46 12 -24 I 25-36 I Protein (n)(n I () i (n) () () I (n) I () I

Baik 444 39 I 650461527 I 711 8 IKurang 385 5 556 2l 350

Total 11 I 289 I 5

9 I 1000 60 100038 I 1000 I 13 1000

i I

I

I

Status Gizi Comoh

Dan hasil penimbangan BB menunjukkan bahwa rata-rata BB contoh untuk setiap kelompok usia lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata berat badan ideal Pada kelompok usia 12-24 rata-rata berat badan comoh adalah 91 kg dengan kisaran antara 75 kg-12 kg pada kelompok usia 25-36 bulan rata-rata berat badan contoh adalah 108 kg dengan kisaran antara 93 kg-13 kg (berat badan ideal 132 kg) dan pada kelompok usia 37shy46 bulan ratamiddot rata berat badan contoh adalah 1 17 kg dengan kisaran antara 92 kg-IS kg (berat badan ideal 152 kg) Rendahnya BB contoh

sangat menentukan status gizinya Persentase contoh yang berstatus gin rurang sebesar 53 8 pada contoh berusla 25-~6 bulan dan 395 contoh berusia 12-24 bulan sementara contoh yang berada pada usia 37-46 bulan sebagian cesar berstatus gizi buruk (556) Tabei 4) Kondisi status gizi kurang dan gin ouruk pada sebagian besar contoh disebabkan oleh rendahnya mutu dan jumlah konsumsi pangan yang dikonsumsi sehingga berakibat pada berat badan tubuh yang tidak ideaL Sebagaimana diungkapkan oleh Hardinsyah dan Martianto (1992) status gizi balita dipengaruhi oleh konsumsi pangan sebelumoya dan penyakit infeksi

Tabel 4 Sebaran Status Gizi rnenurut Kelompok Usia

Staius Gizi Balita 12-24

(n) ()

Kelompok Usia (bin) 25-J6

(n) () (0) gt36

i

()

Total

(n) I () Bail

Sedang Kurang Buruk

8 11 15 4

211289 395 105

I 2 I 154 4 308

I

7 538 0 00

2 0

L

5

221 i

00 222 556 1

12

15 124 i

9

200 25 0 ~O

l 50

Total 38 1000 13 1000 9 LOOO 60 I 1000 Rata-rata BB (kg)

91 to8 117 99

100

Media Gizi amp Keluarga Juli 2001 XXV (I) - 104

Hubungan Besar Keluarga dengan Tingkat Konsumsi Energi dan Protein

Tabel 5 menunjukkan bahwa baik pada responden yang berkategori keluarga besar maupun kecil sarna-sarna mempunyai tingkat konsumsi energi kurang (55 dan 575) Sebaliknya pada keluarga besar dan kecil sebagian besar memiliki tingkat konsumsi protein yang baik (70 dan 625) Jadi antara kategori keluarga kecil dan keluarga besar tidak berbeda dalarn hal tingkat konsumsi energi dan protein balita

Dari hasil analisis yang dilakukan dengan menggunakan Uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang nyata antara besar keJuarga dengan tingkat

konsumsi energi dan tingkat konsumsi protein (p=(l05)

Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Tingkat Konsumsi Energi dan Protein

Tabel 6 menunjukkan bahwa semakin rendah pendapatan keluarga maka tingkat konsumsi energi dan protein balita semakin berkurang Hal ini terlihat dari sebagian besar keuarga yang berpendapatan rendah memiliki balita dengan tingkat konsumsi energi kurang (800010) dan tingkat konsumsi protein juga kurang (667) Pada keluarga berpendapatan tinggi tingkat konsumsi energi balita cukup (422) dan sebagian besar memiliki tingkat konsumsi protein baik (90010)

Tabel 5 Sebaran Besar Keluarga menurut Tingkat Konsumsi Energi dan Protein Contoh

Tingkat Koosumsi

Bes8dCeluarga - - ~

Besar Ktcil (n) middot (~) (n) (1)

Energi Lebih

I Baik Cukup Kurang

0 2 7 11

00 100 350 550

2 2 13 23 -

50 50

325 575

Total 20 1000 40 1000 Protein

I BaikI Kurang

14 6

700 300

25 15

625 375

Total 20 1000 40 1000

Tabel 6 Sebaran Tingkat Pendapatan KeJuarga menurut Tingkat Konsumsi Energi dan Protein Contoh

PendapatmLper Kapit8Tingkat Rendall

I

1000 J5 1000

Troggi I SidangKonsumsi (n) () 1 (n) () (n)I (o~ i

IIEnem 00Lebih 2 105 I 0 0 00

Baik 2 105 2 80 0 00 iI I I 8 42-2 I 9 360 3 200CukUJl II i II Kurang 7 368 1 15 560 I 12 SOO I Total 1000 26

Protein Baik

J9I

18 I 900 I 16 640 5 333I

Kurang I I 100 i 10 I 360 I 10 I I 667 I1

i Total 19 1000 I 26 I 1000 I I 15 1000

10]

Media Gizi amp Kcluarga Juli 2001 XXV (I) - 104

Tingcat pendapatan merupakan faktor yang menentukan terhadap kuantitas dan kualitas makanan yang dikonsumsi Pendapatan yang rendah menyebabkan daya beli yang rendah pula sehingga tidak mampu membeli pangan dalam jumlah dan mutu yang diperlukan dan akhirnya berakibat buruk terhadap status gizi (Berg 1986)

Dari hasil analisis statistik dengan menggunakan Uji korelasi Spearman menunjukan adanya hubungan yang nyata antara pendapatan per kapita dengan tingkat konsumsi energi (p= 0000) dan tingkat konsumsi protein (p=O006) Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pendapatan keluarga maka semakin baik tingkat konsumsi energi dan protein dan sebaliknya

Hubungan Pengetahuan Gizi Tbu dan Tingkat Konsurnsi Energi dan Protein

Ibu dengan tingkat pengetahuan gizi sedang dan tinggi ternyata tingkat konsumsi energi balitanya cukup (394 dan 300) sedangkan ibu dengan tingkat pengetahuan gizi rendah (857) tingkat konsumsi energi balitanya kurang Ibu dengan pengetahuan gizi sedang dan tinggi temyata tingkat konsumsi protein balitanya baik (576 dan 900) sedangkan ibu dengan tingkat pengetahuan gizi rendah (714) tingkat konsumsi protein balitanya kurang (Tabel 7)

Dari hasil anaIisis statistik dengan menggunakan Uji Korelasi Spearmwl menunjukkan adanya bubungan yang nyata antara

pengetahuan glZ1 ibu dengan tingkat konsumsi energi (p=OOOO) dan tingicat konsurnsi protein balita (p=0036) Hal ini memberi arti semakin tinggi pengetahuan gizi ibu maka semakin tinggi tingkat konsumsi energi dan protein balita

Hubungan Tingkat Konsumsi Energi dan Protein dengan Status Gizi Balita

Tabel 8 menunjukkan bahwa semakin baik tingkat konsumsi energi semakin baik status gizi

balita demikian juga sebaliknya Sejumlah contoh yang memi1iki tingkat konsumsi energi baile memi1iki status gizi baik (50) contoh yang memiliki tingkat konsumsi energi kurang memiliki status gizi kurang (50) dan buruk (265) Dari hasil anali sis statistik dengan menggunakan Uji Korelasi 2pearman menunjukkan ada hubungan yang nyata antara tingkat konsumsi energi dengan status gizi balira (p=OOOO) ~- -

Sejumlah eontoh yang merniliki tingkat konsumsi protein baik memiJiki status giZl baik (308) dan sedang (282) sebaliknya conton yang memiJiki tingkat konsumsi proteIn k-urang memiliki status gizi kurang (429) dan buruk (381) (Tabel 9) Hasil analisis statistik dengan Uji Koreiasi Spearman menunjukan adanya hubungan yang nyata antara tingkat konsumsi protein dengan status gizi balita (p=O003) Hal ini memberi arti semakin tinggi tingkat konsumsi protein maka semakin baik status gizinya

Tabel 7 Sebaran Pengetahuan Gizi Ibu menurut Tingkat Konsumsi Energi danProtein Contoh

Pen Gizi lbu I ITingkat middot Tinggi Sedang Rendah I

(n) () I (n) I () I

f i (n) I () I Konsumsi I

J Energi I

ILebih i 2 100 0 00 I I) 00 Bruk i

I 2 i 100 2 I

I 61 I 0 00

I ICukup 6 300 13 394 I 143 I iKurang 10 I 500 18 545 I

~

IJ ~ 857 Total 20 1000 I 33 1 1000 ~

I 1000 Protein

Bruk I 18 900 i 19

i I 576

I

i I

L 286

-

Kurang ~Total 20 1000 33 1000 I 1000

shy2 100 14 424 5 714

102

Tabel 8 Sebaran Tingkat Konsumsi Energi menurut Status Gizi Balita

Tingkat Konsumsi Energi I Status Gizi CuJrunLebih Baik ~I Balita () (n) (0)() (n) (n) (10)In) 500 2 1000 2 6 300 2I Bail 59

0 00 500 72 350 6 176ISedang 0 0 0 0 00 7 350Kurang 17 500 0 0 0 00 00Buruk 1 0 0 9 265

1000 JOOO 4 20 1000 34 1000i Total 2

Tabel 9 Sebaran Tingkat Konsumsi Protein menurut Status Gizi Balita

TingkatKonsumsi Protein Status ltJiziBalita Baik ~

I ()(0) (0) () 12 308 0 00IBaik II 282Sedang 4 190

385 9 429I Kurang I 15 Buruk I i 26 8 381i

39 1000 21Total 1000

Menurut Martorell (J 995) konsumsi makanan merupakan salah satu faktor yang secara langsung berpengaruh terhadap status gizi seseorang Kekurangan konswnsi pangan dan gizi dalam waktu yang lama mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan anak terhambat Hardinsyah dan Martianto (1992) mengatakan bahwa gizi yang baik merupakan berhasilnya proses tumbuh kembang hams dimulai sejak dalam kandudiusahakan terus sepanjang rudupnya

kunci anak

ngan

bagi yang

dan

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

] Contoh dalam penelitian mi secara umum mempun)lll latar belakang status sosial ekonomi keluarga sebagai beniut usia ayah 26-30 tahun (383) usia ibu 20-25 tahun (483) pendidikan ayah dan ibu adalah SD yaitu ayab (55) dan ibu (71 7) besar

keluarga contoh tergolong keluarga ked (s 4 anggota keluarga) (667) pekerjaan ayah

sebagai buruh (750) sedangkan ibu sebagai ibu rumah tangga (983) pendapatan per kapita rata-rata Rp 848039 tergolong sedang (433)

2 Tingkat pengetahuan gizi ibu berkisar antara 366 - 90 dengan rata-rata 73 sebagian besar (550) tergolong pada kategori cukup

3 Rata-rata konsumsi energi balita sebesar 745

Kalon tingkat konsumsi energi 61 4 dan sebanyak 567 balita berada pada kategon kurang Rata-rata konsumsi protein balita sebesar 194 gr dan tingkat konsumsi protein sebesar 843 dan sebanyak 650 balita berada pada kategori baik

4 Secara umum balita berstatus gizi kurang sebanyak 40010 dan gizi buruk sebesar 15 Jika dikelompokkan menu rut usia maka pada usia 12-24 bulan sebanyak 395 berstatus gizi kurang usia 25-36 bulan sebanyak 538 berstatus gizi kurang dan pada usia 37 shy

46 bulan sebanyak 556 berstatus gizi buruk 5 Tingkat pendapatan dan pengetahuan gizi ibu

berhubungan nyata dengan tingkat konsumsi energi dan protein balita

6 Tingkat konsumsi energi dan protein berhubungan nyata dengan status gizi balita

103

Media Gizi amp Keluarga Juli 200 I XXV ll ) 96 - 104

I Mengingat masih kurang memadainya tingkat peogetahuan gizi ibu maka diharapkan adanya intervensi gizi berupa penyuluhan gizi kepada masyarakat diwilayah pehelitian oJeh

Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor bekerja sarna dengan instansi terkait lainnya

2 Perlunya Pemberian Makanan Tambahan bergizi melalui Posyandu dengan melibatkan peran serta masyarakat dan pihak swasta

3 Perlu dilakukan pemberdayaan ekonomi melalui peningkatan keterarnpilan pada ibu rumah tangga

DAFTAR PUSTAKA

Berg A 1986 Peranan Gizi dalam Pembangunan Nasional (Zahara Penterjemah) DN Cv Rajawali Jakarta

BPS 1998 Pola Konsumsi Rumahtangga Kabupaten Bogar Bappeda-BPS Bogor

1999 Statistik Kesejahteraan Rakyat Survey Sosial Ekonomi Nasional BPS Jakarta

Gibson R 1993 Nutritional Assessment A Laboratory Manual University of Guelph Oxford University New York

Hardinsyah dan D Briawan 1990 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB Bogor

_ __-- dan D Martianto 1992 Menaksir Angka Kecukupan Energi dan Protein sena Penilaian Mutu Gizi Konsumsi Pangan Wirasari Bogor

Khomsan A 2000 Tehnik Pengukuran Pengetahuan Gizi Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB Bogar

Martorel1 R 1995 Promoting Healthly Growth Rationale and Benefits Child Growth and Nutrition in Developing Country Priorities of Action Ed Pinstrup-Andersen D Pelletier H Aldennan Cornell University Press New York

Suhardjo 1996 Pengertian dan Kerangka Pikir Ketahanan Pangan Rumahtangga Laporan Lokakarya Ketahanan Pangan Departemen Pertanian RI-UNICEF

Singarimbun M dan S Effendi 1992 Metode Penelitian Survai LPJES Jakarta

104

Page 3: media GIZI KELUARGA - ikk.fema.ipb.ac.idikk.fema.ipb.ac.id/v2/images/karyailmiah/gizikurangbalita_rnn.pdf · Analisis Sikap Angka Ideal terhadap Produk Jus Jeruk \ ... Mengetahui

tttPUmr ---~ FAPERTi- ItJB-

KATAPENGANTAR

Media om dan Keluarga edisi Juli 2001 memuat berbagai hasil penelitian di bidang

pangan gizi dan keluarga Artikel pertama membahas status gizi wanita menopause Perubahan

honnonal yang teIjadi di sam menopause menyebabkan seoI$g wanita memerlukan konsumsi

kalsium lebih banyak Apakah konsumsi pangan mereka telah cukup memenuhi anjuran gizi Hal ini dibahas secara tuntas dalam artikel pertama Media Gizi dan Keluarga edisi kali ini

Artikel lain membahas kemungkinan pemanfaatan tepung talas untuk pembuatan

cookie Talas adalah pangan tradisional yang pemanfaatannya masih terbatas untuk itu talas

berpotensi sebagai substitusi tepung terigu

Krisis ekonomi telah membawa dampak pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

Sebuah studi telah dilakukan untnk mengkaji dampak ekonomi pada mmahtangga petani dalam

studi ini juga dibahas antisipasi untuk penanggulangan krisis ekonomi

Masih ada beberapa artikel basil penelitian lainnya yang semuanya akan memperkaya

wawasan pembaca Terima Kasih

II MEDIA GIZI DAN KELUARGA II

Tahun xxv No Juli 2001

halaman 1 Keragaman Konsumsi Pangan Aktivitas Fisik dan Status Gizi pada Wanita Menopause

Tina Rahmawati Emma S Wlfakusumah dan Budi Setiawan

ldentifikasi Faktor yang Berpengaruh terhadap Efektivitas Pemberian Makanan 2 Tambahan Anak Balita KEP di Kota Bogor Hartoyo Dwi Hastuti Dodik Briawan dan Lilik Noor Yuliati Il

Ketersediaan Biologis Mineral Seng dari Beberapa Jenis dan Cara Pemasakan Beras pada Tikus Percobaan Deni Elnovriza Rimbawan Emma S Wlfakusumah dan Dadang SukandaT 19

Studi Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kebiasaan Makan dan Status Gizi Lansia di Pedesaan dan Perkotaan Lina Herlina Emma S Wrrakusumah dan Lilik Noor Yuliati 33

Pemanfaatan Tepung Talas (Colocasia esculenta (L) Schott) sebagai Bahan Substitusi Tepung Terigu dalam Pembuatan Cookies Fuadini Therik Sri Anna Marliyati dan Lilik Noor Yuliati 45

6 Dampak Krisis Ekonomi terhadap Rumah Tangga Petani dan Antisipasi dalam Penanggulangannya Mewa Ariani Handewi PS Racbman Sri Hastuti dan Wahida 53

Analisis Sikap Angka Ideal terhadap Produk Jus Jeruk Ujang Sumarwan 61

8 Mempelajari Umur Simpan Beberapa SambaJ Tradisionallndonesia (Sambal Terasi Sambal Pece~ Sambal Rujak) Emma S Wirakusumah 68

vi Tingkat Konsumsi dan Status Gizi Penderits Sizoprenia Rawat lnap di Rumah Sakit Jiwa Palu Irawati V era Utip~ dan Amini Nasoetion 77

o Konsumsi dan Ketahanan Pangan Rurnahtangga Peserta Program Pemberdayaan Keluarga di Desa Cikaroya dan Ciwalen Kecamatan Warung Kondang Cianjur Jawa Barat Thomas Pahlevi Harefa Clara M Kusharto dan Retnaningsib 85

11 Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Kurang pada Balits Diah K Pranadj~ Retnaningsih dan Ruwiah 96

Media Gizi amp Keluarga Juli 200 I XXV ( I) - 104

ANALJSIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAll STATUS GlZl KURANG PADA BALITA

(Aalysis Factors that Related to Malnutrition of Children Under Five Years Old)

Diah K Pranadji I Retnaningsih I Ruwiah2

ABSTRACT The aim of the sllldy was to analye faclors that related to malnlltritioll of je ru~ _ children IInder five years old The study had been conducted from Jllly to Septemher 2000 at de1~shy

Pagelaran Ciomas Subdistrict Bogar West Java Province The subjects were 60 undenveighl pan=l children who were selected from three Posyandu The socioeconomic background of the family (Si-~ are as follows the age of fathers are between 20 to 30 years old (383) and mOlhers are per~

between 20 to 25 years old (186) The level of education ofmost fathers (55) and mothers ko~-J

(757) are elementary school The fami~y size of most sllbjects (66 7) is categorized a~ be7l smallfami~v ( -I people) Most fathers (75) work as lahorer and most mothers (985) are pe= housewives The average offamily income per capita per month is Rp 8-180390 which about gt

439 families are categorized as middle class The average of mltritional knowledge of K mothers is 73 and moSI of them (55) are categorized as sufficient The average of energy consumption ()f children under five years is 7-15 kcal and the level of energy adequacy is b shy61-I About 567 children IInder five years are categorized as IIndernourished The B ~

average ofprotein consumption of children IInder five years is 19-I g and the level ofprotein le adequacy is 8-13 Most children (65) are categorized as well flourished There are -10 ber-J

children under five years are underweight and 15 children are severe-underweight Aboul gu 395 children aged between 12 to 2J months and 538 children aged between 25 10 36 me =shymonths are underweight and 556 children aged 37 to -16 monlhs are severe-underweight bef The jaclors that related to malnutrition (level oj energy and protein adequacJ) of children ~-

under five years are family income level and nlltritional knowledge ofmotherS K~

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Susenas (BPS 1999) menunjukkan bahwa prevalensi KEP Nasional pada balita mencapai 3447 dirnana prevalensi status gizi buruk sebesar 8 II dan status gizi kurang sebesar 2636 Sementara di Provinsi Jawa Barat prevalensi status gizi buruk balita sebesar 6 16 dan status gizi kurang sebesar 2356 Sebanyak 54 anak berusia 6-17 bulan menderita gizi buruk dan sebanyak 162 diantaranya menderita gizi sangat buruk di Kabupaten Bogor Hal ini memberikan indikasi bahwa masalah gizi kurang dan buruk di Kabupaten Bogor masih memerlukan penanganan serius

1 Star Pcngajar Jurusan GMSK Faperta IPB 2 Alumnus Jurusan GMSK Fapcrta IPB

96

Ba

Sekitar delapan juta balita terancam kelangsungan turnbuh kemban~Tlya yang akan merugikan masa depan bangsa Jika mereka memasulci angkatan kerja 20 tahun yang akan datang diperlcirakan tidak memiliki daya saing yang sangat diperlukan di era globalisasi karena mereka terbarnbat kecerdasan dan produktivitasnya

Konsumsi pangan balita perlu mendapat perhatian peming karen a usia balita mentpakan masa pertumbuhan yang penting Pada masa ini pertumbuhan gigi tulang dan organ-organ vital lainnya berkembang dengan cepat Selain itu masa kanak-kanak juga merupakan masa pengenalan lingkungan dimana anak akan selalu aktif bergerak Oleh makanan yang dikonsumsi anak bukanlah sekedar untuk memenuhi energinya rnelainkan juga rnemenuhi

yang sehat karena iru

sebaiknya kebutuhan kebutuhan

tumbuh kembang memelihara daya tahan tubuh

dari berbagai serangan infeksi dan membangun persediaan zat gizi yang diperlukan untuk penumbuhannya kelak

Pendapatan dan besar keluarga merupakan faktor yang paling menentukan kualitas dan kuantitas pangan (Berg 1986) Tingkat pendapatan yang tinggi akan memberikan peluang yang lebih baik besar dalam pemilihan makanan yang baik dalam jumlah maupun Jerusnya Besar keluarga berhubungan erat dengan distribusi dalam jumlah maupun ragam pangan yang dikonsumsi anggota keluarga (Suhardjo 1996) Tingkat pendidikan dan pengetahuan gizi ibu berpengaruh terhadap konsurnsi pangan anggota keJuarga karena ibu berperan penting dalam pemilihan dan pengolahan bahan pangan

Prevalensi KEP balita di Desa Pagelaran Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor mencapai 2057 dimana 29~ diantaranya berstatus gizi buruk dan 1762 berstatus gizi kurang (Lap 0 ran Bulanan Puskesmas Pagelaran Juni 2000) Menilik beberapa faktor yang secara teoritis berhubungan erat dengan konsumsi dan status gizi balita maka penulis tertarik untuk menganalisis faktor-faktor apa sltua yang berhubungan dengan status gizi kurang yang banyak diderita oleh balita di Desa Pagelaran Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor Jawa Barat

Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi kurang pada balita

Sedangkan tujuan khususnya adalah 1 Mengetahui latar belakang status sosial

ekonorni keluarga balita yang meliputi usia dan pendidikan formal orangtua besar keluarga pendapatankapitaibulan keluarga dan pekerjaan orangtua

2 Mengetahui tingkat pengetahuan gizi ibu balita

3 Mengetahui tingkat konsumsi energJ dan protein baIita

4 Mengetahui status gizi balita 5 Menganalisis hubungan besar keluarga

tingkat pendapatan tingkat pengetahuan gizi ibu dengan tingkat konsumsi energi dan protein balita

Media Gizi amp Keluarga Juli 2001 XXV (I ) - 104

6 Menganalisis hubungan tingkat konsumsi energi dan protein dengan status gizi balita

METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Pagelaran Kecamatan CiOffiaS Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat selarna bulan Juli - September 2000

Cara Pengambilan Contoh

Pernilihan lokasi penelitian diJakukan secara purposif (Siogarimbun amp Effendi 1992) dimana desa yang dipilih adalah desa yang memiliki prevalensi KEP tertinggi di Wilayah Puskesmas Pagelaran yaitu sebesar 2057 Dari 12 Posyandu yang ada dipilih 3 Posyandu dengan prevalensi gizi kurang dan gizi buruk teninggi berdasarkan Laporan Bulanan Puskesmas Pagelaran pada Bulan Juni 2000 Penarikan contoh dilakukan secara purposif dengan memilih 20 balita usia 12 - lt60 bulan dengan status gizi terjelek dari setiap posyandu terpilih Dengan demikian jumlah contob adalah 60 balita Responden dalarn penelitian ini adalah ibu dari contoh

Jems dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder Jenis data primer meliputi identitas responden pengetahuan gizi ibu konsumsi pangan baIita status gizi balita dan tingkat pendapatan keluarga Pengambilan data primer dilaksanakan melalui wawancara langsung kepada responden dengan menggunalcan daftar pertanyaan (kuesioner) Data identitas responden meliputi (nama alamat usia pekerjaan jumlah keluarga dan pendidikan formal ibu) Data pengetahuan gizi ibu diperoleh berdasarkan jawaban ibu terhadap pertanyaan yang diberikan Data konsumsi pangan balita diperoleh melalui recall selama dua hari berturut-turut Data status gin balita diukur dengan menggunakan metode antropometri dengan menggunakan indeks berat badan menurut umur (BBu) Data tingkat

97

Media Gizi amp Keuarga Juli 2001 XXV (1) 96middot104

pendapatan keluarga diperoleh dari total pendapatan keuarga selama sebulan Sedangkan data sekunder yaitu keadaan umum wilayah yang meiputi lokasi dan geografi desa mata pencaharian sarana kesehatan dan sarana pendidikan diperoleh dari kantor desa setempat

Pengolahan dan Analisis Data

Data konsumsi pangan dikonversi menjadi konsumsi energi dan protein dengan rnenggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) (Hardinsyah amp Briawan 1990) Koosumsi energi dan protein selanjutnya dibandingkan dengan angka kecukupan gizi ratashyrata yang dianjurkan oleh Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi tabun 1998 Menurut Gibson (J 993) tingkat konsurnsi energi digolongkan dalam empat kategori Lebih (~ 100) Baik (85-100) Cukup (70-849) dan Kurang laquo 70) sedangkan untuk tingkat konsumsi protein dikeiompokkan menjadi dua yaitu Baik (~ 75) dan Kurang laquo75)

Menurut Khomsan (2000) tingkat pengetahuan gizi ibu dikelompokkan menjadi riga yakni Baik ( gt80) Cukup (60-80) dan Kurang laquo60) Sesuai dengan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) yang dianjurkan oleh BKKBN roaka besar keluarga dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu Keeil (s 4 orang) dan Besar (gt 4 orang) Peodapatan keluarga diperoleh dari total penghasilan keluarga dalam satu bulan dibagi dengan jumlah anggota keluarga Pendapatan keluarga (per kapita per bulan) dikelompokkan menjadi tiga golongan yaitu Tinggi (~Rp 10000000) Sedang (Rp 6000000 - Rp 9999999) dan Rendah laquo Rp 6000000) (BPS 1998)

Status gizi balita ditentukan berdasarkan BBIU sesuai dengan standar WHO-NCHS dan dihitung berdasarkan skor simpangan baku (zshyscore) dan dikeJompokkan menjadi empat kategori yaitu Baik (x 2 -I sd) Sedang (-2 sd x lt - Jsd) Kurang (-3 sd x lt -2sd) dan Buruk (x lt -3 sd) (Gibson 1993)

Untuk menganalisis hubungan antar variabel digunakan UJi Korelasi Spearman dengan dengan menggunaan sistem komputer pada program SPSS 100

98

RASIL DAN PEMBARASAi

Keadaan Umum Contoh dan Keluarga Comoh

Usia eontoh berkisar usia amara 12-46 bulan dengan persentase terbesar (633) berada pada kelompok usia 12-24 bulan 21 7 usia 25shy36 bulan dan 15 usia 37-46 bulan Usia ayah contoh berkisar antara 21 - 55 tahun dengan ratashyrata usia 31 tahun sedangkan usia ibu contoh berkisar antara 20 - 50 tabun dengan rata-rata usia 27 tabun Berdasarkan pengelomDokan usia yang dilakukan sebanyak 583 ayab dan 73 3 ibu contoh berada pada kelompok 20-30 tahun

Pendidikan formal orangtua contoh seoagian besar hanya tarnat SD yairu ayah sebesar 55 dan ibu sebesar 717 Rendahnya tingkat pendidikan ibu menyebabkan terbatasnya kemampuan untuk menerima informas~ terutama yang berkaitan dengan pol a pengasuhan makan anak yang pada akhimya akan berpengaruh terhadap starus gizi balita Sebagian besar (667) keluarga eontoh memiliki anggota keluarga kurang dari atau sarna dengan 4 orang atau dikategorikan sebagai keluarga keeiL Sebagian besar responden (717) memiliki anak ~ 20rang dan sisanya (283) memiliki anak lebih dari 2 orang -

Sebagian besar (750) ayah contoh beke~a sebagai buruh dengan tingkat pendapatan yang tidak tetap sedangkan sisanya sebagai pegawai swasta (8) ) pedagang (5 ) dan lain-lain (1225) yang meliputi pegawai negeri tukang ojek sopir dan guru ngaji Sebagian besar ibu eontoh bekerja sebagai ibu rumah tangga (983 ) dan hanya satu orang (1 7) bekerja yaitu sebagai pekerja pada salon kecantikan Karena sebagian besar ibu tidale bekerja maka pendapatan suami adalah satu-satunya surnber pendapatan keluarga untuk memenuhi seluruh kebutuban

Pendapatan per kapita per bulan keluarga contoh berkisar antara Rp 5000000 - Rp 20000000 dengan rata-rata Rp 84803 90 per kapita per bulan Sedangkan proporsi terbesar keluarga contoh (433) memiliki pendapatan per kapita yang tennasuk dalam kategori sedang dengan jumlah pendapatan perkapita berkisar antara Rp 6000000 - Rp 99 99900 Keluarga yang memiliki penghasilan tambaban hanya

sebesashytaIDbaheJ 200 OCmiddot~ bulan pendEi=l Bogo _

Kei

sebesar 0 dengan jumlah pengbasiJan tambahan berkisar amara Rp 5000000 - Rp 20000000 Rata-rata pendapatan per kapita per bulan keluarga lebib rendah dari raUl-rata pendapatan per kapita penduduk Kabupaten Bogor yang sebesar Rp 9433600 (BPS 1998)

Keikutsertaan dalam Kegiatan Posyandu

Sebagian besar responden (80010) telah ikut serta dalam kegiatan posyandu selama lebih 12 bulan dan ada 100 yang lt2 bulan karena baru pindah ke desa tersebut dan sisanya antara 7 - 12 bulan Sebagian besar responden (827) menyatakan bahwa alasan mengikuti kegiatan posyandu atas kesadaran sendiri sedangkan (183) atas saran Kepala DesaIKader Dalam 6 bulan terakhir sebagian besar responden (81 7) menyatakan selalu rutin (6 kali) membawa anaknya ke posyandu sedangkan yang menyatakan 5 kali sebesar 67 4 kali sebesar 50 dan I kali sebesar 33

PenyuJuhan gizi merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan pengetahuan gizi seseorang Dengan adanya penyuluhan gizi diharapkan para ibu balita mampu mendapatkan tambahan pengetahuan yang dapat diaplikasikan dalam memberikan makanan kepada balita sehingga jumlah balita yang mengalami lcurang gizi mampu untuk dikurangi Basil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden (600) menyatakan pemah mengikuti penyuluhan gizi di posyandu dan sisanya (400) tidak pemah mengikuti penyuluhan gizi di Posyandu Responden yang pernah mengikuti penyuluhan gizi di Posyandu menyatakan bahwa yang memberikan penyuluhan gizi tersebut adalah bidan (528 ) dan leader (41 6 ) Adapun materi penyuluhan gizi yang diberikan antara lain makanan bergizi pada anak (500 ) makanan sehat keluarga (222 ) gizi ibu dan anak (167 ) ASI dan rnakanan tambahan (83 ) dan pentingnya sayuran (28 )

Pengetahuan Gin lbu

Pengetahuan gizi ibu yang diteliti meliputi pengetahuan tentang ASI dan makanan tambahan makanan sehat pengolahan pangan status gizi penanggulaogan diare dan sanitasi lingkungan serta imunisasi dan posyandu Skor pengetahuan

Media Gizi amp Keluarga Juli 2001 XXV (1) - 104

gizi ibu berkisar antara 11 - 27 (366 - 90) dari total skor maksimum 30 Adapun rata-rata tingkat pengetahuan gizi ibu sebesar 73 0 Tabel 1 menjelaskan bahwa sebagian besar ibu (550) memiliki tingkat pengetahuan gizi cukup

Berdasarkan jawahan yang diberikan pertanyaan yang paling banyak tidak dapat dijawab responden dengan benar adalah tentang usia yang tepa untuk mendapatkan makanan tambahan pertama kali (717) cara mencuci sayur yang baik (61 7) selain AS bayi (usia 0 - 4 bulan) diberikan makanan tambahan (483) makanan sumber zat tenaga (400010) dan waktu pertama kali pemberian ASI (367)

Tabel 1 Sebaran Contoh menurut Tingkat Pengetahuan Gizi Ibu

Pengctahoan Gizi Jumlah 11) lYo)

Baik Cu1up Kunmg

20 33 7

333 55 0 11 7

Total 60 1000

Tingkat Konsumsi Energi dan Protein Balita

Secara umum rata-rata konsumsi energi balita adalah 745 Kalori dengan kisaran antara 402-1222 Kalori sedangkan rata-rata tingkat konsumsi energinya adalah 64 1 dengan kisaran antara 322-1359 Tabel 2 menunjukkan bahwa secara umum tingkat konsumsi energi contoh berada pada leategori kurang (567) dan presentase terbesar pada kelompok usia 36-46 bulan (778)

Secara umum rata-rata rata-raUl konsumsi protein balita adalah 194 gr dengan kisaran 85shy318 gr sedangkBD rata-rata tingkat konsumsi proteinnya adalah 843 dengan kisaran antara 371-151 3 Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar contoh (65) memiliki tingkat konsumsi protein baik terutama pada usia 12-24 bulan dan usia 25-36 bulan yakni 71 1 dan 61 5 Sebagian besar (556) balita usia 37-46 bulan memiliki tingkat konsumsi protein kurang Hal ini menunjukkan bahwa semakin bertambah usia tingkat konsurnsi protein sernakin menurun Bila kondisi ini dibiarkan akan berdampak pada pertumbuban fisik dan perkembangan kecerdasan anak

99

----

Media Gizi amp Kcluarga Juli ~OOI XXv ( ll middot96- 104

Tabel2 Sebaran Contoh menurut Tingkat Konsumsi Energi

Tillgkat Konsumsi

Energi

Usia (bin) Total

12- 24 I 25-36 37 -46 (n) (Yo) I (n) I () (n) I () (n) I ()

Lebih Baik Cukup Kurang

2 2 14 20

53 53

368 526

I

0 0_0 0 I

I 77 I I 5 385 I I

I I

7 538 7

I 0_0

II I I 111

I 718

2 ~

10 34

i gt3

I 67

333 567

Total 38 1000 13 I LOOO 9 1000 i 60 i 1000

J

-

Tabel 3 Sebaran Contoh menurut Tingkat Konsumsi Protein

~

Tingkat Usia Chin) I Total

Konsumsi 37-46 12 -24 I 25-36 I Protein (n)(n I () i (n) () () I (n) I () I

Baik 444 39 I 650461527 I 711 8 IKurang 385 5 556 2l 350

Total 11 I 289 I 5

9 I 1000 60 100038 I 1000 I 13 1000

i I

I

I

Status Gizi Comoh

Dan hasil penimbangan BB menunjukkan bahwa rata-rata BB contoh untuk setiap kelompok usia lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata berat badan ideal Pada kelompok usia 12-24 rata-rata berat badan comoh adalah 91 kg dengan kisaran antara 75 kg-12 kg pada kelompok usia 25-36 bulan rata-rata berat badan contoh adalah 108 kg dengan kisaran antara 93 kg-13 kg (berat badan ideal 132 kg) dan pada kelompok usia 37shy46 bulan ratamiddot rata berat badan contoh adalah 1 17 kg dengan kisaran antara 92 kg-IS kg (berat badan ideal 152 kg) Rendahnya BB contoh

sangat menentukan status gizinya Persentase contoh yang berstatus gin rurang sebesar 53 8 pada contoh berusla 25-~6 bulan dan 395 contoh berusia 12-24 bulan sementara contoh yang berada pada usia 37-46 bulan sebagian cesar berstatus gizi buruk (556) Tabei 4) Kondisi status gizi kurang dan gin ouruk pada sebagian besar contoh disebabkan oleh rendahnya mutu dan jumlah konsumsi pangan yang dikonsumsi sehingga berakibat pada berat badan tubuh yang tidak ideaL Sebagaimana diungkapkan oleh Hardinsyah dan Martianto (1992) status gizi balita dipengaruhi oleh konsumsi pangan sebelumoya dan penyakit infeksi

Tabel 4 Sebaran Status Gizi rnenurut Kelompok Usia

Staius Gizi Balita 12-24

(n) ()

Kelompok Usia (bin) 25-J6

(n) () (0) gt36

i

()

Total

(n) I () Bail

Sedang Kurang Buruk

8 11 15 4

211289 395 105

I 2 I 154 4 308

I

7 538 0 00

2 0

L

5

221 i

00 222 556 1

12

15 124 i

9

200 25 0 ~O

l 50

Total 38 1000 13 1000 9 LOOO 60 I 1000 Rata-rata BB (kg)

91 to8 117 99

100

Media Gizi amp Keluarga Juli 2001 XXV (I) - 104

Hubungan Besar Keluarga dengan Tingkat Konsumsi Energi dan Protein

Tabel 5 menunjukkan bahwa baik pada responden yang berkategori keluarga besar maupun kecil sarna-sarna mempunyai tingkat konsumsi energi kurang (55 dan 575) Sebaliknya pada keluarga besar dan kecil sebagian besar memiliki tingkat konsumsi protein yang baik (70 dan 625) Jadi antara kategori keluarga kecil dan keluarga besar tidak berbeda dalarn hal tingkat konsumsi energi dan protein balita

Dari hasil analisis yang dilakukan dengan menggunakan Uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang nyata antara besar keJuarga dengan tingkat

konsumsi energi dan tingkat konsumsi protein (p=(l05)

Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Tingkat Konsumsi Energi dan Protein

Tabel 6 menunjukkan bahwa semakin rendah pendapatan keluarga maka tingkat konsumsi energi dan protein balita semakin berkurang Hal ini terlihat dari sebagian besar keuarga yang berpendapatan rendah memiliki balita dengan tingkat konsumsi energi kurang (800010) dan tingkat konsumsi protein juga kurang (667) Pada keluarga berpendapatan tinggi tingkat konsumsi energi balita cukup (422) dan sebagian besar memiliki tingkat konsumsi protein baik (90010)

Tabel 5 Sebaran Besar Keluarga menurut Tingkat Konsumsi Energi dan Protein Contoh

Tingkat Koosumsi

Bes8dCeluarga - - ~

Besar Ktcil (n) middot (~) (n) (1)

Energi Lebih

I Baik Cukup Kurang

0 2 7 11

00 100 350 550

2 2 13 23 -

50 50

325 575

Total 20 1000 40 1000 Protein

I BaikI Kurang

14 6

700 300

25 15

625 375

Total 20 1000 40 1000

Tabel 6 Sebaran Tingkat Pendapatan KeJuarga menurut Tingkat Konsumsi Energi dan Protein Contoh

PendapatmLper Kapit8Tingkat Rendall

I

1000 J5 1000

Troggi I SidangKonsumsi (n) () 1 (n) () (n)I (o~ i

IIEnem 00Lebih 2 105 I 0 0 00

Baik 2 105 2 80 0 00 iI I I 8 42-2 I 9 360 3 200CukUJl II i II Kurang 7 368 1 15 560 I 12 SOO I Total 1000 26

Protein Baik

J9I

18 I 900 I 16 640 5 333I

Kurang I I 100 i 10 I 360 I 10 I I 667 I1

i Total 19 1000 I 26 I 1000 I I 15 1000

10]

Media Gizi amp Kcluarga Juli 2001 XXV (I) - 104

Tingcat pendapatan merupakan faktor yang menentukan terhadap kuantitas dan kualitas makanan yang dikonsumsi Pendapatan yang rendah menyebabkan daya beli yang rendah pula sehingga tidak mampu membeli pangan dalam jumlah dan mutu yang diperlukan dan akhirnya berakibat buruk terhadap status gizi (Berg 1986)

Dari hasil analisis statistik dengan menggunakan Uji korelasi Spearman menunjukan adanya hubungan yang nyata antara pendapatan per kapita dengan tingkat konsumsi energi (p= 0000) dan tingkat konsumsi protein (p=O006) Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pendapatan keluarga maka semakin baik tingkat konsumsi energi dan protein dan sebaliknya

Hubungan Pengetahuan Gizi Tbu dan Tingkat Konsurnsi Energi dan Protein

Ibu dengan tingkat pengetahuan gizi sedang dan tinggi ternyata tingkat konsumsi energi balitanya cukup (394 dan 300) sedangkan ibu dengan tingkat pengetahuan gizi rendah (857) tingkat konsumsi energi balitanya kurang Ibu dengan pengetahuan gizi sedang dan tinggi temyata tingkat konsumsi protein balitanya baik (576 dan 900) sedangkan ibu dengan tingkat pengetahuan gizi rendah (714) tingkat konsumsi protein balitanya kurang (Tabel 7)

Dari hasil anaIisis statistik dengan menggunakan Uji Korelasi Spearmwl menunjukkan adanya bubungan yang nyata antara

pengetahuan glZ1 ibu dengan tingkat konsumsi energi (p=OOOO) dan tingicat konsurnsi protein balita (p=0036) Hal ini memberi arti semakin tinggi pengetahuan gizi ibu maka semakin tinggi tingkat konsumsi energi dan protein balita

Hubungan Tingkat Konsumsi Energi dan Protein dengan Status Gizi Balita

Tabel 8 menunjukkan bahwa semakin baik tingkat konsumsi energi semakin baik status gizi

balita demikian juga sebaliknya Sejumlah contoh yang memi1iki tingkat konsumsi energi baile memi1iki status gizi baik (50) contoh yang memiliki tingkat konsumsi energi kurang memiliki status gizi kurang (50) dan buruk (265) Dari hasil anali sis statistik dengan menggunakan Uji Korelasi 2pearman menunjukkan ada hubungan yang nyata antara tingkat konsumsi energi dengan status gizi balira (p=OOOO) ~- -

Sejumlah eontoh yang merniliki tingkat konsumsi protein baik memiJiki status giZl baik (308) dan sedang (282) sebaliknya conton yang memiJiki tingkat konsumsi proteIn k-urang memiliki status gizi kurang (429) dan buruk (381) (Tabel 9) Hasil analisis statistik dengan Uji Koreiasi Spearman menunjukan adanya hubungan yang nyata antara tingkat konsumsi protein dengan status gizi balita (p=O003) Hal ini memberi arti semakin tinggi tingkat konsumsi protein maka semakin baik status gizinya

Tabel 7 Sebaran Pengetahuan Gizi Ibu menurut Tingkat Konsumsi Energi danProtein Contoh

Pen Gizi lbu I ITingkat middot Tinggi Sedang Rendah I

(n) () I (n) I () I

f i (n) I () I Konsumsi I

J Energi I

ILebih i 2 100 0 00 I I) 00 Bruk i

I 2 i 100 2 I

I 61 I 0 00

I ICukup 6 300 13 394 I 143 I iKurang 10 I 500 18 545 I

~

IJ ~ 857 Total 20 1000 I 33 1 1000 ~

I 1000 Protein

Bruk I 18 900 i 19

i I 576

I

i I

L 286

-

Kurang ~Total 20 1000 33 1000 I 1000

shy2 100 14 424 5 714

102

Tabel 8 Sebaran Tingkat Konsumsi Energi menurut Status Gizi Balita

Tingkat Konsumsi Energi I Status Gizi CuJrunLebih Baik ~I Balita () (n) (0)() (n) (n) (10)In) 500 2 1000 2 6 300 2I Bail 59

0 00 500 72 350 6 176ISedang 0 0 0 0 00 7 350Kurang 17 500 0 0 0 00 00Buruk 1 0 0 9 265

1000 JOOO 4 20 1000 34 1000i Total 2

Tabel 9 Sebaran Tingkat Konsumsi Protein menurut Status Gizi Balita

TingkatKonsumsi Protein Status ltJiziBalita Baik ~

I ()(0) (0) () 12 308 0 00IBaik II 282Sedang 4 190

385 9 429I Kurang I 15 Buruk I i 26 8 381i

39 1000 21Total 1000

Menurut Martorell (J 995) konsumsi makanan merupakan salah satu faktor yang secara langsung berpengaruh terhadap status gizi seseorang Kekurangan konswnsi pangan dan gizi dalam waktu yang lama mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan anak terhambat Hardinsyah dan Martianto (1992) mengatakan bahwa gizi yang baik merupakan berhasilnya proses tumbuh kembang hams dimulai sejak dalam kandudiusahakan terus sepanjang rudupnya

kunci anak

ngan

bagi yang

dan

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

] Contoh dalam penelitian mi secara umum mempun)lll latar belakang status sosial ekonomi keluarga sebagai beniut usia ayah 26-30 tahun (383) usia ibu 20-25 tahun (483) pendidikan ayah dan ibu adalah SD yaitu ayab (55) dan ibu (71 7) besar

keluarga contoh tergolong keluarga ked (s 4 anggota keluarga) (667) pekerjaan ayah

sebagai buruh (750) sedangkan ibu sebagai ibu rumah tangga (983) pendapatan per kapita rata-rata Rp 848039 tergolong sedang (433)

2 Tingkat pengetahuan gizi ibu berkisar antara 366 - 90 dengan rata-rata 73 sebagian besar (550) tergolong pada kategori cukup

3 Rata-rata konsumsi energi balita sebesar 745

Kalon tingkat konsumsi energi 61 4 dan sebanyak 567 balita berada pada kategon kurang Rata-rata konsumsi protein balita sebesar 194 gr dan tingkat konsumsi protein sebesar 843 dan sebanyak 650 balita berada pada kategori baik

4 Secara umum balita berstatus gizi kurang sebanyak 40010 dan gizi buruk sebesar 15 Jika dikelompokkan menu rut usia maka pada usia 12-24 bulan sebanyak 395 berstatus gizi kurang usia 25-36 bulan sebanyak 538 berstatus gizi kurang dan pada usia 37 shy

46 bulan sebanyak 556 berstatus gizi buruk 5 Tingkat pendapatan dan pengetahuan gizi ibu

berhubungan nyata dengan tingkat konsumsi energi dan protein balita

6 Tingkat konsumsi energi dan protein berhubungan nyata dengan status gizi balita

103

Media Gizi amp Keluarga Juli 200 I XXV ll ) 96 - 104

I Mengingat masih kurang memadainya tingkat peogetahuan gizi ibu maka diharapkan adanya intervensi gizi berupa penyuluhan gizi kepada masyarakat diwilayah pehelitian oJeh

Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor bekerja sarna dengan instansi terkait lainnya

2 Perlunya Pemberian Makanan Tambahan bergizi melalui Posyandu dengan melibatkan peran serta masyarakat dan pihak swasta

3 Perlu dilakukan pemberdayaan ekonomi melalui peningkatan keterarnpilan pada ibu rumah tangga

DAFTAR PUSTAKA

Berg A 1986 Peranan Gizi dalam Pembangunan Nasional (Zahara Penterjemah) DN Cv Rajawali Jakarta

BPS 1998 Pola Konsumsi Rumahtangga Kabupaten Bogar Bappeda-BPS Bogor

1999 Statistik Kesejahteraan Rakyat Survey Sosial Ekonomi Nasional BPS Jakarta

Gibson R 1993 Nutritional Assessment A Laboratory Manual University of Guelph Oxford University New York

Hardinsyah dan D Briawan 1990 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB Bogor

_ __-- dan D Martianto 1992 Menaksir Angka Kecukupan Energi dan Protein sena Penilaian Mutu Gizi Konsumsi Pangan Wirasari Bogor

Khomsan A 2000 Tehnik Pengukuran Pengetahuan Gizi Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB Bogar

Martorel1 R 1995 Promoting Healthly Growth Rationale and Benefits Child Growth and Nutrition in Developing Country Priorities of Action Ed Pinstrup-Andersen D Pelletier H Aldennan Cornell University Press New York

Suhardjo 1996 Pengertian dan Kerangka Pikir Ketahanan Pangan Rumahtangga Laporan Lokakarya Ketahanan Pangan Departemen Pertanian RI-UNICEF

Singarimbun M dan S Effendi 1992 Metode Penelitian Survai LPJES Jakarta

104

Page 4: media GIZI KELUARGA - ikk.fema.ipb.ac.idikk.fema.ipb.ac.id/v2/images/karyailmiah/gizikurangbalita_rnn.pdf · Analisis Sikap Angka Ideal terhadap Produk Jus Jeruk \ ... Mengetahui

II MEDIA GIZI DAN KELUARGA II

Tahun xxv No Juli 2001

halaman 1 Keragaman Konsumsi Pangan Aktivitas Fisik dan Status Gizi pada Wanita Menopause

Tina Rahmawati Emma S Wlfakusumah dan Budi Setiawan

ldentifikasi Faktor yang Berpengaruh terhadap Efektivitas Pemberian Makanan 2 Tambahan Anak Balita KEP di Kota Bogor Hartoyo Dwi Hastuti Dodik Briawan dan Lilik Noor Yuliati Il

Ketersediaan Biologis Mineral Seng dari Beberapa Jenis dan Cara Pemasakan Beras pada Tikus Percobaan Deni Elnovriza Rimbawan Emma S Wlfakusumah dan Dadang SukandaT 19

Studi Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kebiasaan Makan dan Status Gizi Lansia di Pedesaan dan Perkotaan Lina Herlina Emma S Wrrakusumah dan Lilik Noor Yuliati 33

Pemanfaatan Tepung Talas (Colocasia esculenta (L) Schott) sebagai Bahan Substitusi Tepung Terigu dalam Pembuatan Cookies Fuadini Therik Sri Anna Marliyati dan Lilik Noor Yuliati 45

6 Dampak Krisis Ekonomi terhadap Rumah Tangga Petani dan Antisipasi dalam Penanggulangannya Mewa Ariani Handewi PS Racbman Sri Hastuti dan Wahida 53

Analisis Sikap Angka Ideal terhadap Produk Jus Jeruk Ujang Sumarwan 61

8 Mempelajari Umur Simpan Beberapa SambaJ Tradisionallndonesia (Sambal Terasi Sambal Pece~ Sambal Rujak) Emma S Wirakusumah 68

vi Tingkat Konsumsi dan Status Gizi Penderits Sizoprenia Rawat lnap di Rumah Sakit Jiwa Palu Irawati V era Utip~ dan Amini Nasoetion 77

o Konsumsi dan Ketahanan Pangan Rurnahtangga Peserta Program Pemberdayaan Keluarga di Desa Cikaroya dan Ciwalen Kecamatan Warung Kondang Cianjur Jawa Barat Thomas Pahlevi Harefa Clara M Kusharto dan Retnaningsib 85

11 Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Kurang pada Balits Diah K Pranadj~ Retnaningsih dan Ruwiah 96

Media Gizi amp Keluarga Juli 200 I XXV ( I) - 104

ANALJSIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAll STATUS GlZl KURANG PADA BALITA

(Aalysis Factors that Related to Malnutrition of Children Under Five Years Old)

Diah K Pranadji I Retnaningsih I Ruwiah2

ABSTRACT The aim of the sllldy was to analye faclors that related to malnlltritioll of je ru~ _ children IInder five years old The study had been conducted from Jllly to Septemher 2000 at de1~shy

Pagelaran Ciomas Subdistrict Bogar West Java Province The subjects were 60 undenveighl pan=l children who were selected from three Posyandu The socioeconomic background of the family (Si-~ are as follows the age of fathers are between 20 to 30 years old (383) and mOlhers are per~

between 20 to 25 years old (186) The level of education ofmost fathers (55) and mothers ko~-J

(757) are elementary school The fami~y size of most sllbjects (66 7) is categorized a~ be7l smallfami~v ( -I people) Most fathers (75) work as lahorer and most mothers (985) are pe= housewives The average offamily income per capita per month is Rp 8-180390 which about gt

439 families are categorized as middle class The average of mltritional knowledge of K mothers is 73 and moSI of them (55) are categorized as sufficient The average of energy consumption ()f children under five years is 7-15 kcal and the level of energy adequacy is b shy61-I About 567 children IInder five years are categorized as IIndernourished The B ~

average ofprotein consumption of children IInder five years is 19-I g and the level ofprotein le adequacy is 8-13 Most children (65) are categorized as well flourished There are -10 ber-J

children under five years are underweight and 15 children are severe-underweight Aboul gu 395 children aged between 12 to 2J months and 538 children aged between 25 10 36 me =shymonths are underweight and 556 children aged 37 to -16 monlhs are severe-underweight bef The jaclors that related to malnutrition (level oj energy and protein adequacJ) of children ~-

under five years are family income level and nlltritional knowledge ofmotherS K~

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Susenas (BPS 1999) menunjukkan bahwa prevalensi KEP Nasional pada balita mencapai 3447 dirnana prevalensi status gizi buruk sebesar 8 II dan status gizi kurang sebesar 2636 Sementara di Provinsi Jawa Barat prevalensi status gizi buruk balita sebesar 6 16 dan status gizi kurang sebesar 2356 Sebanyak 54 anak berusia 6-17 bulan menderita gizi buruk dan sebanyak 162 diantaranya menderita gizi sangat buruk di Kabupaten Bogor Hal ini memberikan indikasi bahwa masalah gizi kurang dan buruk di Kabupaten Bogor masih memerlukan penanganan serius

1 Star Pcngajar Jurusan GMSK Faperta IPB 2 Alumnus Jurusan GMSK Fapcrta IPB

96

Ba

Sekitar delapan juta balita terancam kelangsungan turnbuh kemban~Tlya yang akan merugikan masa depan bangsa Jika mereka memasulci angkatan kerja 20 tahun yang akan datang diperlcirakan tidak memiliki daya saing yang sangat diperlukan di era globalisasi karena mereka terbarnbat kecerdasan dan produktivitasnya

Konsumsi pangan balita perlu mendapat perhatian peming karen a usia balita mentpakan masa pertumbuhan yang penting Pada masa ini pertumbuhan gigi tulang dan organ-organ vital lainnya berkembang dengan cepat Selain itu masa kanak-kanak juga merupakan masa pengenalan lingkungan dimana anak akan selalu aktif bergerak Oleh makanan yang dikonsumsi anak bukanlah sekedar untuk memenuhi energinya rnelainkan juga rnemenuhi

yang sehat karena iru

sebaiknya kebutuhan kebutuhan

tumbuh kembang memelihara daya tahan tubuh

dari berbagai serangan infeksi dan membangun persediaan zat gizi yang diperlukan untuk penumbuhannya kelak

Pendapatan dan besar keluarga merupakan faktor yang paling menentukan kualitas dan kuantitas pangan (Berg 1986) Tingkat pendapatan yang tinggi akan memberikan peluang yang lebih baik besar dalam pemilihan makanan yang baik dalam jumlah maupun Jerusnya Besar keluarga berhubungan erat dengan distribusi dalam jumlah maupun ragam pangan yang dikonsumsi anggota keluarga (Suhardjo 1996) Tingkat pendidikan dan pengetahuan gizi ibu berpengaruh terhadap konsurnsi pangan anggota keJuarga karena ibu berperan penting dalam pemilihan dan pengolahan bahan pangan

Prevalensi KEP balita di Desa Pagelaran Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor mencapai 2057 dimana 29~ diantaranya berstatus gizi buruk dan 1762 berstatus gizi kurang (Lap 0 ran Bulanan Puskesmas Pagelaran Juni 2000) Menilik beberapa faktor yang secara teoritis berhubungan erat dengan konsumsi dan status gizi balita maka penulis tertarik untuk menganalisis faktor-faktor apa sltua yang berhubungan dengan status gizi kurang yang banyak diderita oleh balita di Desa Pagelaran Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor Jawa Barat

Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi kurang pada balita

Sedangkan tujuan khususnya adalah 1 Mengetahui latar belakang status sosial

ekonorni keluarga balita yang meliputi usia dan pendidikan formal orangtua besar keluarga pendapatankapitaibulan keluarga dan pekerjaan orangtua

2 Mengetahui tingkat pengetahuan gizi ibu balita

3 Mengetahui tingkat konsumsi energJ dan protein baIita

4 Mengetahui status gizi balita 5 Menganalisis hubungan besar keluarga

tingkat pendapatan tingkat pengetahuan gizi ibu dengan tingkat konsumsi energi dan protein balita

Media Gizi amp Keluarga Juli 2001 XXV (I ) - 104

6 Menganalisis hubungan tingkat konsumsi energi dan protein dengan status gizi balita

METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Pagelaran Kecamatan CiOffiaS Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat selarna bulan Juli - September 2000

Cara Pengambilan Contoh

Pernilihan lokasi penelitian diJakukan secara purposif (Siogarimbun amp Effendi 1992) dimana desa yang dipilih adalah desa yang memiliki prevalensi KEP tertinggi di Wilayah Puskesmas Pagelaran yaitu sebesar 2057 Dari 12 Posyandu yang ada dipilih 3 Posyandu dengan prevalensi gizi kurang dan gizi buruk teninggi berdasarkan Laporan Bulanan Puskesmas Pagelaran pada Bulan Juni 2000 Penarikan contoh dilakukan secara purposif dengan memilih 20 balita usia 12 - lt60 bulan dengan status gizi terjelek dari setiap posyandu terpilih Dengan demikian jumlah contob adalah 60 balita Responden dalarn penelitian ini adalah ibu dari contoh

Jems dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder Jenis data primer meliputi identitas responden pengetahuan gizi ibu konsumsi pangan baIita status gizi balita dan tingkat pendapatan keluarga Pengambilan data primer dilaksanakan melalui wawancara langsung kepada responden dengan menggunalcan daftar pertanyaan (kuesioner) Data identitas responden meliputi (nama alamat usia pekerjaan jumlah keluarga dan pendidikan formal ibu) Data pengetahuan gizi ibu diperoleh berdasarkan jawaban ibu terhadap pertanyaan yang diberikan Data konsumsi pangan balita diperoleh melalui recall selama dua hari berturut-turut Data status gin balita diukur dengan menggunakan metode antropometri dengan menggunakan indeks berat badan menurut umur (BBu) Data tingkat

97

Media Gizi amp Keuarga Juli 2001 XXV (1) 96middot104

pendapatan keluarga diperoleh dari total pendapatan keuarga selama sebulan Sedangkan data sekunder yaitu keadaan umum wilayah yang meiputi lokasi dan geografi desa mata pencaharian sarana kesehatan dan sarana pendidikan diperoleh dari kantor desa setempat

Pengolahan dan Analisis Data

Data konsumsi pangan dikonversi menjadi konsumsi energi dan protein dengan rnenggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) (Hardinsyah amp Briawan 1990) Koosumsi energi dan protein selanjutnya dibandingkan dengan angka kecukupan gizi ratashyrata yang dianjurkan oleh Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi tabun 1998 Menurut Gibson (J 993) tingkat konsurnsi energi digolongkan dalam empat kategori Lebih (~ 100) Baik (85-100) Cukup (70-849) dan Kurang laquo 70) sedangkan untuk tingkat konsumsi protein dikeiompokkan menjadi dua yaitu Baik (~ 75) dan Kurang laquo75)

Menurut Khomsan (2000) tingkat pengetahuan gizi ibu dikelompokkan menjadi riga yakni Baik ( gt80) Cukup (60-80) dan Kurang laquo60) Sesuai dengan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) yang dianjurkan oleh BKKBN roaka besar keluarga dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu Keeil (s 4 orang) dan Besar (gt 4 orang) Peodapatan keluarga diperoleh dari total penghasilan keluarga dalam satu bulan dibagi dengan jumlah anggota keluarga Pendapatan keluarga (per kapita per bulan) dikelompokkan menjadi tiga golongan yaitu Tinggi (~Rp 10000000) Sedang (Rp 6000000 - Rp 9999999) dan Rendah laquo Rp 6000000) (BPS 1998)

Status gizi balita ditentukan berdasarkan BBIU sesuai dengan standar WHO-NCHS dan dihitung berdasarkan skor simpangan baku (zshyscore) dan dikeJompokkan menjadi empat kategori yaitu Baik (x 2 -I sd) Sedang (-2 sd x lt - Jsd) Kurang (-3 sd x lt -2sd) dan Buruk (x lt -3 sd) (Gibson 1993)

Untuk menganalisis hubungan antar variabel digunakan UJi Korelasi Spearman dengan dengan menggunaan sistem komputer pada program SPSS 100

98

RASIL DAN PEMBARASAi

Keadaan Umum Contoh dan Keluarga Comoh

Usia eontoh berkisar usia amara 12-46 bulan dengan persentase terbesar (633) berada pada kelompok usia 12-24 bulan 21 7 usia 25shy36 bulan dan 15 usia 37-46 bulan Usia ayah contoh berkisar antara 21 - 55 tahun dengan ratashyrata usia 31 tahun sedangkan usia ibu contoh berkisar antara 20 - 50 tabun dengan rata-rata usia 27 tabun Berdasarkan pengelomDokan usia yang dilakukan sebanyak 583 ayab dan 73 3 ibu contoh berada pada kelompok 20-30 tahun

Pendidikan formal orangtua contoh seoagian besar hanya tarnat SD yairu ayah sebesar 55 dan ibu sebesar 717 Rendahnya tingkat pendidikan ibu menyebabkan terbatasnya kemampuan untuk menerima informas~ terutama yang berkaitan dengan pol a pengasuhan makan anak yang pada akhimya akan berpengaruh terhadap starus gizi balita Sebagian besar (667) keluarga eontoh memiliki anggota keluarga kurang dari atau sarna dengan 4 orang atau dikategorikan sebagai keluarga keeiL Sebagian besar responden (717) memiliki anak ~ 20rang dan sisanya (283) memiliki anak lebih dari 2 orang -

Sebagian besar (750) ayah contoh beke~a sebagai buruh dengan tingkat pendapatan yang tidak tetap sedangkan sisanya sebagai pegawai swasta (8) ) pedagang (5 ) dan lain-lain (1225) yang meliputi pegawai negeri tukang ojek sopir dan guru ngaji Sebagian besar ibu eontoh bekerja sebagai ibu rumah tangga (983 ) dan hanya satu orang (1 7) bekerja yaitu sebagai pekerja pada salon kecantikan Karena sebagian besar ibu tidale bekerja maka pendapatan suami adalah satu-satunya surnber pendapatan keluarga untuk memenuhi seluruh kebutuban

Pendapatan per kapita per bulan keluarga contoh berkisar antara Rp 5000000 - Rp 20000000 dengan rata-rata Rp 84803 90 per kapita per bulan Sedangkan proporsi terbesar keluarga contoh (433) memiliki pendapatan per kapita yang tennasuk dalam kategori sedang dengan jumlah pendapatan perkapita berkisar antara Rp 6000000 - Rp 99 99900 Keluarga yang memiliki penghasilan tambaban hanya

sebesashytaIDbaheJ 200 OCmiddot~ bulan pendEi=l Bogo _

Kei

sebesar 0 dengan jumlah pengbasiJan tambahan berkisar amara Rp 5000000 - Rp 20000000 Rata-rata pendapatan per kapita per bulan keluarga lebib rendah dari raUl-rata pendapatan per kapita penduduk Kabupaten Bogor yang sebesar Rp 9433600 (BPS 1998)

Keikutsertaan dalam Kegiatan Posyandu

Sebagian besar responden (80010) telah ikut serta dalam kegiatan posyandu selama lebih 12 bulan dan ada 100 yang lt2 bulan karena baru pindah ke desa tersebut dan sisanya antara 7 - 12 bulan Sebagian besar responden (827) menyatakan bahwa alasan mengikuti kegiatan posyandu atas kesadaran sendiri sedangkan (183) atas saran Kepala DesaIKader Dalam 6 bulan terakhir sebagian besar responden (81 7) menyatakan selalu rutin (6 kali) membawa anaknya ke posyandu sedangkan yang menyatakan 5 kali sebesar 67 4 kali sebesar 50 dan I kali sebesar 33

PenyuJuhan gizi merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan pengetahuan gizi seseorang Dengan adanya penyuluhan gizi diharapkan para ibu balita mampu mendapatkan tambahan pengetahuan yang dapat diaplikasikan dalam memberikan makanan kepada balita sehingga jumlah balita yang mengalami lcurang gizi mampu untuk dikurangi Basil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden (600) menyatakan pemah mengikuti penyuluhan gizi di posyandu dan sisanya (400) tidak pemah mengikuti penyuluhan gizi di Posyandu Responden yang pernah mengikuti penyuluhan gizi di Posyandu menyatakan bahwa yang memberikan penyuluhan gizi tersebut adalah bidan (528 ) dan leader (41 6 ) Adapun materi penyuluhan gizi yang diberikan antara lain makanan bergizi pada anak (500 ) makanan sehat keluarga (222 ) gizi ibu dan anak (167 ) ASI dan rnakanan tambahan (83 ) dan pentingnya sayuran (28 )

Pengetahuan Gin lbu

Pengetahuan gizi ibu yang diteliti meliputi pengetahuan tentang ASI dan makanan tambahan makanan sehat pengolahan pangan status gizi penanggulaogan diare dan sanitasi lingkungan serta imunisasi dan posyandu Skor pengetahuan

Media Gizi amp Keluarga Juli 2001 XXV (1) - 104

gizi ibu berkisar antara 11 - 27 (366 - 90) dari total skor maksimum 30 Adapun rata-rata tingkat pengetahuan gizi ibu sebesar 73 0 Tabel 1 menjelaskan bahwa sebagian besar ibu (550) memiliki tingkat pengetahuan gizi cukup

Berdasarkan jawahan yang diberikan pertanyaan yang paling banyak tidak dapat dijawab responden dengan benar adalah tentang usia yang tepa untuk mendapatkan makanan tambahan pertama kali (717) cara mencuci sayur yang baik (61 7) selain AS bayi (usia 0 - 4 bulan) diberikan makanan tambahan (483) makanan sumber zat tenaga (400010) dan waktu pertama kali pemberian ASI (367)

Tabel 1 Sebaran Contoh menurut Tingkat Pengetahuan Gizi Ibu

Pengctahoan Gizi Jumlah 11) lYo)

Baik Cu1up Kunmg

20 33 7

333 55 0 11 7

Total 60 1000

Tingkat Konsumsi Energi dan Protein Balita

Secara umum rata-rata konsumsi energi balita adalah 745 Kalori dengan kisaran antara 402-1222 Kalori sedangkan rata-rata tingkat konsumsi energinya adalah 64 1 dengan kisaran antara 322-1359 Tabel 2 menunjukkan bahwa secara umum tingkat konsumsi energi contoh berada pada leategori kurang (567) dan presentase terbesar pada kelompok usia 36-46 bulan (778)

Secara umum rata-rata rata-raUl konsumsi protein balita adalah 194 gr dengan kisaran 85shy318 gr sedangkBD rata-rata tingkat konsumsi proteinnya adalah 843 dengan kisaran antara 371-151 3 Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar contoh (65) memiliki tingkat konsumsi protein baik terutama pada usia 12-24 bulan dan usia 25-36 bulan yakni 71 1 dan 61 5 Sebagian besar (556) balita usia 37-46 bulan memiliki tingkat konsumsi protein kurang Hal ini menunjukkan bahwa semakin bertambah usia tingkat konsurnsi protein sernakin menurun Bila kondisi ini dibiarkan akan berdampak pada pertumbuban fisik dan perkembangan kecerdasan anak

99

----

Media Gizi amp Kcluarga Juli ~OOI XXv ( ll middot96- 104

Tabel2 Sebaran Contoh menurut Tingkat Konsumsi Energi

Tillgkat Konsumsi

Energi

Usia (bin) Total

12- 24 I 25-36 37 -46 (n) (Yo) I (n) I () (n) I () (n) I ()

Lebih Baik Cukup Kurang

2 2 14 20

53 53

368 526

I

0 0_0 0 I

I 77 I I 5 385 I I

I I

7 538 7

I 0_0

II I I 111

I 718

2 ~

10 34

i gt3

I 67

333 567

Total 38 1000 13 I LOOO 9 1000 i 60 i 1000

J

-

Tabel 3 Sebaran Contoh menurut Tingkat Konsumsi Protein

~

Tingkat Usia Chin) I Total

Konsumsi 37-46 12 -24 I 25-36 I Protein (n)(n I () i (n) () () I (n) I () I

Baik 444 39 I 650461527 I 711 8 IKurang 385 5 556 2l 350

Total 11 I 289 I 5

9 I 1000 60 100038 I 1000 I 13 1000

i I

I

I

Status Gizi Comoh

Dan hasil penimbangan BB menunjukkan bahwa rata-rata BB contoh untuk setiap kelompok usia lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata berat badan ideal Pada kelompok usia 12-24 rata-rata berat badan comoh adalah 91 kg dengan kisaran antara 75 kg-12 kg pada kelompok usia 25-36 bulan rata-rata berat badan contoh adalah 108 kg dengan kisaran antara 93 kg-13 kg (berat badan ideal 132 kg) dan pada kelompok usia 37shy46 bulan ratamiddot rata berat badan contoh adalah 1 17 kg dengan kisaran antara 92 kg-IS kg (berat badan ideal 152 kg) Rendahnya BB contoh

sangat menentukan status gizinya Persentase contoh yang berstatus gin rurang sebesar 53 8 pada contoh berusla 25-~6 bulan dan 395 contoh berusia 12-24 bulan sementara contoh yang berada pada usia 37-46 bulan sebagian cesar berstatus gizi buruk (556) Tabei 4) Kondisi status gizi kurang dan gin ouruk pada sebagian besar contoh disebabkan oleh rendahnya mutu dan jumlah konsumsi pangan yang dikonsumsi sehingga berakibat pada berat badan tubuh yang tidak ideaL Sebagaimana diungkapkan oleh Hardinsyah dan Martianto (1992) status gizi balita dipengaruhi oleh konsumsi pangan sebelumoya dan penyakit infeksi

Tabel 4 Sebaran Status Gizi rnenurut Kelompok Usia

Staius Gizi Balita 12-24

(n) ()

Kelompok Usia (bin) 25-J6

(n) () (0) gt36

i

()

Total

(n) I () Bail

Sedang Kurang Buruk

8 11 15 4

211289 395 105

I 2 I 154 4 308

I

7 538 0 00

2 0

L

5

221 i

00 222 556 1

12

15 124 i

9

200 25 0 ~O

l 50

Total 38 1000 13 1000 9 LOOO 60 I 1000 Rata-rata BB (kg)

91 to8 117 99

100

Media Gizi amp Keluarga Juli 2001 XXV (I) - 104

Hubungan Besar Keluarga dengan Tingkat Konsumsi Energi dan Protein

Tabel 5 menunjukkan bahwa baik pada responden yang berkategori keluarga besar maupun kecil sarna-sarna mempunyai tingkat konsumsi energi kurang (55 dan 575) Sebaliknya pada keluarga besar dan kecil sebagian besar memiliki tingkat konsumsi protein yang baik (70 dan 625) Jadi antara kategori keluarga kecil dan keluarga besar tidak berbeda dalarn hal tingkat konsumsi energi dan protein balita

Dari hasil analisis yang dilakukan dengan menggunakan Uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang nyata antara besar keJuarga dengan tingkat

konsumsi energi dan tingkat konsumsi protein (p=(l05)

Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Tingkat Konsumsi Energi dan Protein

Tabel 6 menunjukkan bahwa semakin rendah pendapatan keluarga maka tingkat konsumsi energi dan protein balita semakin berkurang Hal ini terlihat dari sebagian besar keuarga yang berpendapatan rendah memiliki balita dengan tingkat konsumsi energi kurang (800010) dan tingkat konsumsi protein juga kurang (667) Pada keluarga berpendapatan tinggi tingkat konsumsi energi balita cukup (422) dan sebagian besar memiliki tingkat konsumsi protein baik (90010)

Tabel 5 Sebaran Besar Keluarga menurut Tingkat Konsumsi Energi dan Protein Contoh

Tingkat Koosumsi

Bes8dCeluarga - - ~

Besar Ktcil (n) middot (~) (n) (1)

Energi Lebih

I Baik Cukup Kurang

0 2 7 11

00 100 350 550

2 2 13 23 -

50 50

325 575

Total 20 1000 40 1000 Protein

I BaikI Kurang

14 6

700 300

25 15

625 375

Total 20 1000 40 1000

Tabel 6 Sebaran Tingkat Pendapatan KeJuarga menurut Tingkat Konsumsi Energi dan Protein Contoh

PendapatmLper Kapit8Tingkat Rendall

I

1000 J5 1000

Troggi I SidangKonsumsi (n) () 1 (n) () (n)I (o~ i

IIEnem 00Lebih 2 105 I 0 0 00

Baik 2 105 2 80 0 00 iI I I 8 42-2 I 9 360 3 200CukUJl II i II Kurang 7 368 1 15 560 I 12 SOO I Total 1000 26

Protein Baik

J9I

18 I 900 I 16 640 5 333I

Kurang I I 100 i 10 I 360 I 10 I I 667 I1

i Total 19 1000 I 26 I 1000 I I 15 1000

10]

Media Gizi amp Kcluarga Juli 2001 XXV (I) - 104

Tingcat pendapatan merupakan faktor yang menentukan terhadap kuantitas dan kualitas makanan yang dikonsumsi Pendapatan yang rendah menyebabkan daya beli yang rendah pula sehingga tidak mampu membeli pangan dalam jumlah dan mutu yang diperlukan dan akhirnya berakibat buruk terhadap status gizi (Berg 1986)

Dari hasil analisis statistik dengan menggunakan Uji korelasi Spearman menunjukan adanya hubungan yang nyata antara pendapatan per kapita dengan tingkat konsumsi energi (p= 0000) dan tingkat konsumsi protein (p=O006) Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pendapatan keluarga maka semakin baik tingkat konsumsi energi dan protein dan sebaliknya

Hubungan Pengetahuan Gizi Tbu dan Tingkat Konsurnsi Energi dan Protein

Ibu dengan tingkat pengetahuan gizi sedang dan tinggi ternyata tingkat konsumsi energi balitanya cukup (394 dan 300) sedangkan ibu dengan tingkat pengetahuan gizi rendah (857) tingkat konsumsi energi balitanya kurang Ibu dengan pengetahuan gizi sedang dan tinggi temyata tingkat konsumsi protein balitanya baik (576 dan 900) sedangkan ibu dengan tingkat pengetahuan gizi rendah (714) tingkat konsumsi protein balitanya kurang (Tabel 7)

Dari hasil anaIisis statistik dengan menggunakan Uji Korelasi Spearmwl menunjukkan adanya bubungan yang nyata antara

pengetahuan glZ1 ibu dengan tingkat konsumsi energi (p=OOOO) dan tingicat konsurnsi protein balita (p=0036) Hal ini memberi arti semakin tinggi pengetahuan gizi ibu maka semakin tinggi tingkat konsumsi energi dan protein balita

Hubungan Tingkat Konsumsi Energi dan Protein dengan Status Gizi Balita

Tabel 8 menunjukkan bahwa semakin baik tingkat konsumsi energi semakin baik status gizi

balita demikian juga sebaliknya Sejumlah contoh yang memi1iki tingkat konsumsi energi baile memi1iki status gizi baik (50) contoh yang memiliki tingkat konsumsi energi kurang memiliki status gizi kurang (50) dan buruk (265) Dari hasil anali sis statistik dengan menggunakan Uji Korelasi 2pearman menunjukkan ada hubungan yang nyata antara tingkat konsumsi energi dengan status gizi balira (p=OOOO) ~- -

Sejumlah eontoh yang merniliki tingkat konsumsi protein baik memiJiki status giZl baik (308) dan sedang (282) sebaliknya conton yang memiJiki tingkat konsumsi proteIn k-urang memiliki status gizi kurang (429) dan buruk (381) (Tabel 9) Hasil analisis statistik dengan Uji Koreiasi Spearman menunjukan adanya hubungan yang nyata antara tingkat konsumsi protein dengan status gizi balita (p=O003) Hal ini memberi arti semakin tinggi tingkat konsumsi protein maka semakin baik status gizinya

Tabel 7 Sebaran Pengetahuan Gizi Ibu menurut Tingkat Konsumsi Energi danProtein Contoh

Pen Gizi lbu I ITingkat middot Tinggi Sedang Rendah I

(n) () I (n) I () I

f i (n) I () I Konsumsi I

J Energi I

ILebih i 2 100 0 00 I I) 00 Bruk i

I 2 i 100 2 I

I 61 I 0 00

I ICukup 6 300 13 394 I 143 I iKurang 10 I 500 18 545 I

~

IJ ~ 857 Total 20 1000 I 33 1 1000 ~

I 1000 Protein

Bruk I 18 900 i 19

i I 576

I

i I

L 286

-

Kurang ~Total 20 1000 33 1000 I 1000

shy2 100 14 424 5 714

102

Tabel 8 Sebaran Tingkat Konsumsi Energi menurut Status Gizi Balita

Tingkat Konsumsi Energi I Status Gizi CuJrunLebih Baik ~I Balita () (n) (0)() (n) (n) (10)In) 500 2 1000 2 6 300 2I Bail 59

0 00 500 72 350 6 176ISedang 0 0 0 0 00 7 350Kurang 17 500 0 0 0 00 00Buruk 1 0 0 9 265

1000 JOOO 4 20 1000 34 1000i Total 2

Tabel 9 Sebaran Tingkat Konsumsi Protein menurut Status Gizi Balita

TingkatKonsumsi Protein Status ltJiziBalita Baik ~

I ()(0) (0) () 12 308 0 00IBaik II 282Sedang 4 190

385 9 429I Kurang I 15 Buruk I i 26 8 381i

39 1000 21Total 1000

Menurut Martorell (J 995) konsumsi makanan merupakan salah satu faktor yang secara langsung berpengaruh terhadap status gizi seseorang Kekurangan konswnsi pangan dan gizi dalam waktu yang lama mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan anak terhambat Hardinsyah dan Martianto (1992) mengatakan bahwa gizi yang baik merupakan berhasilnya proses tumbuh kembang hams dimulai sejak dalam kandudiusahakan terus sepanjang rudupnya

kunci anak

ngan

bagi yang

dan

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

] Contoh dalam penelitian mi secara umum mempun)lll latar belakang status sosial ekonomi keluarga sebagai beniut usia ayah 26-30 tahun (383) usia ibu 20-25 tahun (483) pendidikan ayah dan ibu adalah SD yaitu ayab (55) dan ibu (71 7) besar

keluarga contoh tergolong keluarga ked (s 4 anggota keluarga) (667) pekerjaan ayah

sebagai buruh (750) sedangkan ibu sebagai ibu rumah tangga (983) pendapatan per kapita rata-rata Rp 848039 tergolong sedang (433)

2 Tingkat pengetahuan gizi ibu berkisar antara 366 - 90 dengan rata-rata 73 sebagian besar (550) tergolong pada kategori cukup

3 Rata-rata konsumsi energi balita sebesar 745

Kalon tingkat konsumsi energi 61 4 dan sebanyak 567 balita berada pada kategon kurang Rata-rata konsumsi protein balita sebesar 194 gr dan tingkat konsumsi protein sebesar 843 dan sebanyak 650 balita berada pada kategori baik

4 Secara umum balita berstatus gizi kurang sebanyak 40010 dan gizi buruk sebesar 15 Jika dikelompokkan menu rut usia maka pada usia 12-24 bulan sebanyak 395 berstatus gizi kurang usia 25-36 bulan sebanyak 538 berstatus gizi kurang dan pada usia 37 shy

46 bulan sebanyak 556 berstatus gizi buruk 5 Tingkat pendapatan dan pengetahuan gizi ibu

berhubungan nyata dengan tingkat konsumsi energi dan protein balita

6 Tingkat konsumsi energi dan protein berhubungan nyata dengan status gizi balita

103

Media Gizi amp Keluarga Juli 200 I XXV ll ) 96 - 104

I Mengingat masih kurang memadainya tingkat peogetahuan gizi ibu maka diharapkan adanya intervensi gizi berupa penyuluhan gizi kepada masyarakat diwilayah pehelitian oJeh

Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor bekerja sarna dengan instansi terkait lainnya

2 Perlunya Pemberian Makanan Tambahan bergizi melalui Posyandu dengan melibatkan peran serta masyarakat dan pihak swasta

3 Perlu dilakukan pemberdayaan ekonomi melalui peningkatan keterarnpilan pada ibu rumah tangga

DAFTAR PUSTAKA

Berg A 1986 Peranan Gizi dalam Pembangunan Nasional (Zahara Penterjemah) DN Cv Rajawali Jakarta

BPS 1998 Pola Konsumsi Rumahtangga Kabupaten Bogar Bappeda-BPS Bogor

1999 Statistik Kesejahteraan Rakyat Survey Sosial Ekonomi Nasional BPS Jakarta

Gibson R 1993 Nutritional Assessment A Laboratory Manual University of Guelph Oxford University New York

Hardinsyah dan D Briawan 1990 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB Bogor

_ __-- dan D Martianto 1992 Menaksir Angka Kecukupan Energi dan Protein sena Penilaian Mutu Gizi Konsumsi Pangan Wirasari Bogor

Khomsan A 2000 Tehnik Pengukuran Pengetahuan Gizi Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB Bogar

Martorel1 R 1995 Promoting Healthly Growth Rationale and Benefits Child Growth and Nutrition in Developing Country Priorities of Action Ed Pinstrup-Andersen D Pelletier H Aldennan Cornell University Press New York

Suhardjo 1996 Pengertian dan Kerangka Pikir Ketahanan Pangan Rumahtangga Laporan Lokakarya Ketahanan Pangan Departemen Pertanian RI-UNICEF

Singarimbun M dan S Effendi 1992 Metode Penelitian Survai LPJES Jakarta

104

Page 5: media GIZI KELUARGA - ikk.fema.ipb.ac.idikk.fema.ipb.ac.id/v2/images/karyailmiah/gizikurangbalita_rnn.pdf · Analisis Sikap Angka Ideal terhadap Produk Jus Jeruk \ ... Mengetahui

Media Gizi amp Keluarga Juli 200 I XXV ( I) - 104

ANALJSIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAll STATUS GlZl KURANG PADA BALITA

(Aalysis Factors that Related to Malnutrition of Children Under Five Years Old)

Diah K Pranadji I Retnaningsih I Ruwiah2

ABSTRACT The aim of the sllldy was to analye faclors that related to malnlltritioll of je ru~ _ children IInder five years old The study had been conducted from Jllly to Septemher 2000 at de1~shy

Pagelaran Ciomas Subdistrict Bogar West Java Province The subjects were 60 undenveighl pan=l children who were selected from three Posyandu The socioeconomic background of the family (Si-~ are as follows the age of fathers are between 20 to 30 years old (383) and mOlhers are per~

between 20 to 25 years old (186) The level of education ofmost fathers (55) and mothers ko~-J

(757) are elementary school The fami~y size of most sllbjects (66 7) is categorized a~ be7l smallfami~v ( -I people) Most fathers (75) work as lahorer and most mothers (985) are pe= housewives The average offamily income per capita per month is Rp 8-180390 which about gt

439 families are categorized as middle class The average of mltritional knowledge of K mothers is 73 and moSI of them (55) are categorized as sufficient The average of energy consumption ()f children under five years is 7-15 kcal and the level of energy adequacy is b shy61-I About 567 children IInder five years are categorized as IIndernourished The B ~

average ofprotein consumption of children IInder five years is 19-I g and the level ofprotein le adequacy is 8-13 Most children (65) are categorized as well flourished There are -10 ber-J

children under five years are underweight and 15 children are severe-underweight Aboul gu 395 children aged between 12 to 2J months and 538 children aged between 25 10 36 me =shymonths are underweight and 556 children aged 37 to -16 monlhs are severe-underweight bef The jaclors that related to malnutrition (level oj energy and protein adequacJ) of children ~-

under five years are family income level and nlltritional knowledge ofmotherS K~

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Susenas (BPS 1999) menunjukkan bahwa prevalensi KEP Nasional pada balita mencapai 3447 dirnana prevalensi status gizi buruk sebesar 8 II dan status gizi kurang sebesar 2636 Sementara di Provinsi Jawa Barat prevalensi status gizi buruk balita sebesar 6 16 dan status gizi kurang sebesar 2356 Sebanyak 54 anak berusia 6-17 bulan menderita gizi buruk dan sebanyak 162 diantaranya menderita gizi sangat buruk di Kabupaten Bogor Hal ini memberikan indikasi bahwa masalah gizi kurang dan buruk di Kabupaten Bogor masih memerlukan penanganan serius

1 Star Pcngajar Jurusan GMSK Faperta IPB 2 Alumnus Jurusan GMSK Fapcrta IPB

96

Ba

Sekitar delapan juta balita terancam kelangsungan turnbuh kemban~Tlya yang akan merugikan masa depan bangsa Jika mereka memasulci angkatan kerja 20 tahun yang akan datang diperlcirakan tidak memiliki daya saing yang sangat diperlukan di era globalisasi karena mereka terbarnbat kecerdasan dan produktivitasnya

Konsumsi pangan balita perlu mendapat perhatian peming karen a usia balita mentpakan masa pertumbuhan yang penting Pada masa ini pertumbuhan gigi tulang dan organ-organ vital lainnya berkembang dengan cepat Selain itu masa kanak-kanak juga merupakan masa pengenalan lingkungan dimana anak akan selalu aktif bergerak Oleh makanan yang dikonsumsi anak bukanlah sekedar untuk memenuhi energinya rnelainkan juga rnemenuhi

yang sehat karena iru

sebaiknya kebutuhan kebutuhan

tumbuh kembang memelihara daya tahan tubuh

dari berbagai serangan infeksi dan membangun persediaan zat gizi yang diperlukan untuk penumbuhannya kelak

Pendapatan dan besar keluarga merupakan faktor yang paling menentukan kualitas dan kuantitas pangan (Berg 1986) Tingkat pendapatan yang tinggi akan memberikan peluang yang lebih baik besar dalam pemilihan makanan yang baik dalam jumlah maupun Jerusnya Besar keluarga berhubungan erat dengan distribusi dalam jumlah maupun ragam pangan yang dikonsumsi anggota keluarga (Suhardjo 1996) Tingkat pendidikan dan pengetahuan gizi ibu berpengaruh terhadap konsurnsi pangan anggota keJuarga karena ibu berperan penting dalam pemilihan dan pengolahan bahan pangan

Prevalensi KEP balita di Desa Pagelaran Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor mencapai 2057 dimana 29~ diantaranya berstatus gizi buruk dan 1762 berstatus gizi kurang (Lap 0 ran Bulanan Puskesmas Pagelaran Juni 2000) Menilik beberapa faktor yang secara teoritis berhubungan erat dengan konsumsi dan status gizi balita maka penulis tertarik untuk menganalisis faktor-faktor apa sltua yang berhubungan dengan status gizi kurang yang banyak diderita oleh balita di Desa Pagelaran Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor Jawa Barat

Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi kurang pada balita

Sedangkan tujuan khususnya adalah 1 Mengetahui latar belakang status sosial

ekonorni keluarga balita yang meliputi usia dan pendidikan formal orangtua besar keluarga pendapatankapitaibulan keluarga dan pekerjaan orangtua

2 Mengetahui tingkat pengetahuan gizi ibu balita

3 Mengetahui tingkat konsumsi energJ dan protein baIita

4 Mengetahui status gizi balita 5 Menganalisis hubungan besar keluarga

tingkat pendapatan tingkat pengetahuan gizi ibu dengan tingkat konsumsi energi dan protein balita

Media Gizi amp Keluarga Juli 2001 XXV (I ) - 104

6 Menganalisis hubungan tingkat konsumsi energi dan protein dengan status gizi balita

METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Pagelaran Kecamatan CiOffiaS Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat selarna bulan Juli - September 2000

Cara Pengambilan Contoh

Pernilihan lokasi penelitian diJakukan secara purposif (Siogarimbun amp Effendi 1992) dimana desa yang dipilih adalah desa yang memiliki prevalensi KEP tertinggi di Wilayah Puskesmas Pagelaran yaitu sebesar 2057 Dari 12 Posyandu yang ada dipilih 3 Posyandu dengan prevalensi gizi kurang dan gizi buruk teninggi berdasarkan Laporan Bulanan Puskesmas Pagelaran pada Bulan Juni 2000 Penarikan contoh dilakukan secara purposif dengan memilih 20 balita usia 12 - lt60 bulan dengan status gizi terjelek dari setiap posyandu terpilih Dengan demikian jumlah contob adalah 60 balita Responden dalarn penelitian ini adalah ibu dari contoh

Jems dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder Jenis data primer meliputi identitas responden pengetahuan gizi ibu konsumsi pangan baIita status gizi balita dan tingkat pendapatan keluarga Pengambilan data primer dilaksanakan melalui wawancara langsung kepada responden dengan menggunalcan daftar pertanyaan (kuesioner) Data identitas responden meliputi (nama alamat usia pekerjaan jumlah keluarga dan pendidikan formal ibu) Data pengetahuan gizi ibu diperoleh berdasarkan jawaban ibu terhadap pertanyaan yang diberikan Data konsumsi pangan balita diperoleh melalui recall selama dua hari berturut-turut Data status gin balita diukur dengan menggunakan metode antropometri dengan menggunakan indeks berat badan menurut umur (BBu) Data tingkat

97

Media Gizi amp Keuarga Juli 2001 XXV (1) 96middot104

pendapatan keluarga diperoleh dari total pendapatan keuarga selama sebulan Sedangkan data sekunder yaitu keadaan umum wilayah yang meiputi lokasi dan geografi desa mata pencaharian sarana kesehatan dan sarana pendidikan diperoleh dari kantor desa setempat

Pengolahan dan Analisis Data

Data konsumsi pangan dikonversi menjadi konsumsi energi dan protein dengan rnenggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) (Hardinsyah amp Briawan 1990) Koosumsi energi dan protein selanjutnya dibandingkan dengan angka kecukupan gizi ratashyrata yang dianjurkan oleh Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi tabun 1998 Menurut Gibson (J 993) tingkat konsurnsi energi digolongkan dalam empat kategori Lebih (~ 100) Baik (85-100) Cukup (70-849) dan Kurang laquo 70) sedangkan untuk tingkat konsumsi protein dikeiompokkan menjadi dua yaitu Baik (~ 75) dan Kurang laquo75)

Menurut Khomsan (2000) tingkat pengetahuan gizi ibu dikelompokkan menjadi riga yakni Baik ( gt80) Cukup (60-80) dan Kurang laquo60) Sesuai dengan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) yang dianjurkan oleh BKKBN roaka besar keluarga dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu Keeil (s 4 orang) dan Besar (gt 4 orang) Peodapatan keluarga diperoleh dari total penghasilan keluarga dalam satu bulan dibagi dengan jumlah anggota keluarga Pendapatan keluarga (per kapita per bulan) dikelompokkan menjadi tiga golongan yaitu Tinggi (~Rp 10000000) Sedang (Rp 6000000 - Rp 9999999) dan Rendah laquo Rp 6000000) (BPS 1998)

Status gizi balita ditentukan berdasarkan BBIU sesuai dengan standar WHO-NCHS dan dihitung berdasarkan skor simpangan baku (zshyscore) dan dikeJompokkan menjadi empat kategori yaitu Baik (x 2 -I sd) Sedang (-2 sd x lt - Jsd) Kurang (-3 sd x lt -2sd) dan Buruk (x lt -3 sd) (Gibson 1993)

Untuk menganalisis hubungan antar variabel digunakan UJi Korelasi Spearman dengan dengan menggunaan sistem komputer pada program SPSS 100

98

RASIL DAN PEMBARASAi

Keadaan Umum Contoh dan Keluarga Comoh

Usia eontoh berkisar usia amara 12-46 bulan dengan persentase terbesar (633) berada pada kelompok usia 12-24 bulan 21 7 usia 25shy36 bulan dan 15 usia 37-46 bulan Usia ayah contoh berkisar antara 21 - 55 tahun dengan ratashyrata usia 31 tahun sedangkan usia ibu contoh berkisar antara 20 - 50 tabun dengan rata-rata usia 27 tabun Berdasarkan pengelomDokan usia yang dilakukan sebanyak 583 ayab dan 73 3 ibu contoh berada pada kelompok 20-30 tahun

Pendidikan formal orangtua contoh seoagian besar hanya tarnat SD yairu ayah sebesar 55 dan ibu sebesar 717 Rendahnya tingkat pendidikan ibu menyebabkan terbatasnya kemampuan untuk menerima informas~ terutama yang berkaitan dengan pol a pengasuhan makan anak yang pada akhimya akan berpengaruh terhadap starus gizi balita Sebagian besar (667) keluarga eontoh memiliki anggota keluarga kurang dari atau sarna dengan 4 orang atau dikategorikan sebagai keluarga keeiL Sebagian besar responden (717) memiliki anak ~ 20rang dan sisanya (283) memiliki anak lebih dari 2 orang -

Sebagian besar (750) ayah contoh beke~a sebagai buruh dengan tingkat pendapatan yang tidak tetap sedangkan sisanya sebagai pegawai swasta (8) ) pedagang (5 ) dan lain-lain (1225) yang meliputi pegawai negeri tukang ojek sopir dan guru ngaji Sebagian besar ibu eontoh bekerja sebagai ibu rumah tangga (983 ) dan hanya satu orang (1 7) bekerja yaitu sebagai pekerja pada salon kecantikan Karena sebagian besar ibu tidale bekerja maka pendapatan suami adalah satu-satunya surnber pendapatan keluarga untuk memenuhi seluruh kebutuban

Pendapatan per kapita per bulan keluarga contoh berkisar antara Rp 5000000 - Rp 20000000 dengan rata-rata Rp 84803 90 per kapita per bulan Sedangkan proporsi terbesar keluarga contoh (433) memiliki pendapatan per kapita yang tennasuk dalam kategori sedang dengan jumlah pendapatan perkapita berkisar antara Rp 6000000 - Rp 99 99900 Keluarga yang memiliki penghasilan tambaban hanya

sebesashytaIDbaheJ 200 OCmiddot~ bulan pendEi=l Bogo _

Kei

sebesar 0 dengan jumlah pengbasiJan tambahan berkisar amara Rp 5000000 - Rp 20000000 Rata-rata pendapatan per kapita per bulan keluarga lebib rendah dari raUl-rata pendapatan per kapita penduduk Kabupaten Bogor yang sebesar Rp 9433600 (BPS 1998)

Keikutsertaan dalam Kegiatan Posyandu

Sebagian besar responden (80010) telah ikut serta dalam kegiatan posyandu selama lebih 12 bulan dan ada 100 yang lt2 bulan karena baru pindah ke desa tersebut dan sisanya antara 7 - 12 bulan Sebagian besar responden (827) menyatakan bahwa alasan mengikuti kegiatan posyandu atas kesadaran sendiri sedangkan (183) atas saran Kepala DesaIKader Dalam 6 bulan terakhir sebagian besar responden (81 7) menyatakan selalu rutin (6 kali) membawa anaknya ke posyandu sedangkan yang menyatakan 5 kali sebesar 67 4 kali sebesar 50 dan I kali sebesar 33

PenyuJuhan gizi merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan pengetahuan gizi seseorang Dengan adanya penyuluhan gizi diharapkan para ibu balita mampu mendapatkan tambahan pengetahuan yang dapat diaplikasikan dalam memberikan makanan kepada balita sehingga jumlah balita yang mengalami lcurang gizi mampu untuk dikurangi Basil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden (600) menyatakan pemah mengikuti penyuluhan gizi di posyandu dan sisanya (400) tidak pemah mengikuti penyuluhan gizi di Posyandu Responden yang pernah mengikuti penyuluhan gizi di Posyandu menyatakan bahwa yang memberikan penyuluhan gizi tersebut adalah bidan (528 ) dan leader (41 6 ) Adapun materi penyuluhan gizi yang diberikan antara lain makanan bergizi pada anak (500 ) makanan sehat keluarga (222 ) gizi ibu dan anak (167 ) ASI dan rnakanan tambahan (83 ) dan pentingnya sayuran (28 )

Pengetahuan Gin lbu

Pengetahuan gizi ibu yang diteliti meliputi pengetahuan tentang ASI dan makanan tambahan makanan sehat pengolahan pangan status gizi penanggulaogan diare dan sanitasi lingkungan serta imunisasi dan posyandu Skor pengetahuan

Media Gizi amp Keluarga Juli 2001 XXV (1) - 104

gizi ibu berkisar antara 11 - 27 (366 - 90) dari total skor maksimum 30 Adapun rata-rata tingkat pengetahuan gizi ibu sebesar 73 0 Tabel 1 menjelaskan bahwa sebagian besar ibu (550) memiliki tingkat pengetahuan gizi cukup

Berdasarkan jawahan yang diberikan pertanyaan yang paling banyak tidak dapat dijawab responden dengan benar adalah tentang usia yang tepa untuk mendapatkan makanan tambahan pertama kali (717) cara mencuci sayur yang baik (61 7) selain AS bayi (usia 0 - 4 bulan) diberikan makanan tambahan (483) makanan sumber zat tenaga (400010) dan waktu pertama kali pemberian ASI (367)

Tabel 1 Sebaran Contoh menurut Tingkat Pengetahuan Gizi Ibu

Pengctahoan Gizi Jumlah 11) lYo)

Baik Cu1up Kunmg

20 33 7

333 55 0 11 7

Total 60 1000

Tingkat Konsumsi Energi dan Protein Balita

Secara umum rata-rata konsumsi energi balita adalah 745 Kalori dengan kisaran antara 402-1222 Kalori sedangkan rata-rata tingkat konsumsi energinya adalah 64 1 dengan kisaran antara 322-1359 Tabel 2 menunjukkan bahwa secara umum tingkat konsumsi energi contoh berada pada leategori kurang (567) dan presentase terbesar pada kelompok usia 36-46 bulan (778)

Secara umum rata-rata rata-raUl konsumsi protein balita adalah 194 gr dengan kisaran 85shy318 gr sedangkBD rata-rata tingkat konsumsi proteinnya adalah 843 dengan kisaran antara 371-151 3 Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar contoh (65) memiliki tingkat konsumsi protein baik terutama pada usia 12-24 bulan dan usia 25-36 bulan yakni 71 1 dan 61 5 Sebagian besar (556) balita usia 37-46 bulan memiliki tingkat konsumsi protein kurang Hal ini menunjukkan bahwa semakin bertambah usia tingkat konsurnsi protein sernakin menurun Bila kondisi ini dibiarkan akan berdampak pada pertumbuban fisik dan perkembangan kecerdasan anak

99

----

Media Gizi amp Kcluarga Juli ~OOI XXv ( ll middot96- 104

Tabel2 Sebaran Contoh menurut Tingkat Konsumsi Energi

Tillgkat Konsumsi

Energi

Usia (bin) Total

12- 24 I 25-36 37 -46 (n) (Yo) I (n) I () (n) I () (n) I ()

Lebih Baik Cukup Kurang

2 2 14 20

53 53

368 526

I

0 0_0 0 I

I 77 I I 5 385 I I

I I

7 538 7

I 0_0

II I I 111

I 718

2 ~

10 34

i gt3

I 67

333 567

Total 38 1000 13 I LOOO 9 1000 i 60 i 1000

J

-

Tabel 3 Sebaran Contoh menurut Tingkat Konsumsi Protein

~

Tingkat Usia Chin) I Total

Konsumsi 37-46 12 -24 I 25-36 I Protein (n)(n I () i (n) () () I (n) I () I

Baik 444 39 I 650461527 I 711 8 IKurang 385 5 556 2l 350

Total 11 I 289 I 5

9 I 1000 60 100038 I 1000 I 13 1000

i I

I

I

Status Gizi Comoh

Dan hasil penimbangan BB menunjukkan bahwa rata-rata BB contoh untuk setiap kelompok usia lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata berat badan ideal Pada kelompok usia 12-24 rata-rata berat badan comoh adalah 91 kg dengan kisaran antara 75 kg-12 kg pada kelompok usia 25-36 bulan rata-rata berat badan contoh adalah 108 kg dengan kisaran antara 93 kg-13 kg (berat badan ideal 132 kg) dan pada kelompok usia 37shy46 bulan ratamiddot rata berat badan contoh adalah 1 17 kg dengan kisaran antara 92 kg-IS kg (berat badan ideal 152 kg) Rendahnya BB contoh

sangat menentukan status gizinya Persentase contoh yang berstatus gin rurang sebesar 53 8 pada contoh berusla 25-~6 bulan dan 395 contoh berusia 12-24 bulan sementara contoh yang berada pada usia 37-46 bulan sebagian cesar berstatus gizi buruk (556) Tabei 4) Kondisi status gizi kurang dan gin ouruk pada sebagian besar contoh disebabkan oleh rendahnya mutu dan jumlah konsumsi pangan yang dikonsumsi sehingga berakibat pada berat badan tubuh yang tidak ideaL Sebagaimana diungkapkan oleh Hardinsyah dan Martianto (1992) status gizi balita dipengaruhi oleh konsumsi pangan sebelumoya dan penyakit infeksi

Tabel 4 Sebaran Status Gizi rnenurut Kelompok Usia

Staius Gizi Balita 12-24

(n) ()

Kelompok Usia (bin) 25-J6

(n) () (0) gt36

i

()

Total

(n) I () Bail

Sedang Kurang Buruk

8 11 15 4

211289 395 105

I 2 I 154 4 308

I

7 538 0 00

2 0

L

5

221 i

00 222 556 1

12

15 124 i

9

200 25 0 ~O

l 50

Total 38 1000 13 1000 9 LOOO 60 I 1000 Rata-rata BB (kg)

91 to8 117 99

100

Media Gizi amp Keluarga Juli 2001 XXV (I) - 104

Hubungan Besar Keluarga dengan Tingkat Konsumsi Energi dan Protein

Tabel 5 menunjukkan bahwa baik pada responden yang berkategori keluarga besar maupun kecil sarna-sarna mempunyai tingkat konsumsi energi kurang (55 dan 575) Sebaliknya pada keluarga besar dan kecil sebagian besar memiliki tingkat konsumsi protein yang baik (70 dan 625) Jadi antara kategori keluarga kecil dan keluarga besar tidak berbeda dalarn hal tingkat konsumsi energi dan protein balita

Dari hasil analisis yang dilakukan dengan menggunakan Uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang nyata antara besar keJuarga dengan tingkat

konsumsi energi dan tingkat konsumsi protein (p=(l05)

Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Tingkat Konsumsi Energi dan Protein

Tabel 6 menunjukkan bahwa semakin rendah pendapatan keluarga maka tingkat konsumsi energi dan protein balita semakin berkurang Hal ini terlihat dari sebagian besar keuarga yang berpendapatan rendah memiliki balita dengan tingkat konsumsi energi kurang (800010) dan tingkat konsumsi protein juga kurang (667) Pada keluarga berpendapatan tinggi tingkat konsumsi energi balita cukup (422) dan sebagian besar memiliki tingkat konsumsi protein baik (90010)

Tabel 5 Sebaran Besar Keluarga menurut Tingkat Konsumsi Energi dan Protein Contoh

Tingkat Koosumsi

Bes8dCeluarga - - ~

Besar Ktcil (n) middot (~) (n) (1)

Energi Lebih

I Baik Cukup Kurang

0 2 7 11

00 100 350 550

2 2 13 23 -

50 50

325 575

Total 20 1000 40 1000 Protein

I BaikI Kurang

14 6

700 300

25 15

625 375

Total 20 1000 40 1000

Tabel 6 Sebaran Tingkat Pendapatan KeJuarga menurut Tingkat Konsumsi Energi dan Protein Contoh

PendapatmLper Kapit8Tingkat Rendall

I

1000 J5 1000

Troggi I SidangKonsumsi (n) () 1 (n) () (n)I (o~ i

IIEnem 00Lebih 2 105 I 0 0 00

Baik 2 105 2 80 0 00 iI I I 8 42-2 I 9 360 3 200CukUJl II i II Kurang 7 368 1 15 560 I 12 SOO I Total 1000 26

Protein Baik

J9I

18 I 900 I 16 640 5 333I

Kurang I I 100 i 10 I 360 I 10 I I 667 I1

i Total 19 1000 I 26 I 1000 I I 15 1000

10]

Media Gizi amp Kcluarga Juli 2001 XXV (I) - 104

Tingcat pendapatan merupakan faktor yang menentukan terhadap kuantitas dan kualitas makanan yang dikonsumsi Pendapatan yang rendah menyebabkan daya beli yang rendah pula sehingga tidak mampu membeli pangan dalam jumlah dan mutu yang diperlukan dan akhirnya berakibat buruk terhadap status gizi (Berg 1986)

Dari hasil analisis statistik dengan menggunakan Uji korelasi Spearman menunjukan adanya hubungan yang nyata antara pendapatan per kapita dengan tingkat konsumsi energi (p= 0000) dan tingkat konsumsi protein (p=O006) Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pendapatan keluarga maka semakin baik tingkat konsumsi energi dan protein dan sebaliknya

Hubungan Pengetahuan Gizi Tbu dan Tingkat Konsurnsi Energi dan Protein

Ibu dengan tingkat pengetahuan gizi sedang dan tinggi ternyata tingkat konsumsi energi balitanya cukup (394 dan 300) sedangkan ibu dengan tingkat pengetahuan gizi rendah (857) tingkat konsumsi energi balitanya kurang Ibu dengan pengetahuan gizi sedang dan tinggi temyata tingkat konsumsi protein balitanya baik (576 dan 900) sedangkan ibu dengan tingkat pengetahuan gizi rendah (714) tingkat konsumsi protein balitanya kurang (Tabel 7)

Dari hasil anaIisis statistik dengan menggunakan Uji Korelasi Spearmwl menunjukkan adanya bubungan yang nyata antara

pengetahuan glZ1 ibu dengan tingkat konsumsi energi (p=OOOO) dan tingicat konsurnsi protein balita (p=0036) Hal ini memberi arti semakin tinggi pengetahuan gizi ibu maka semakin tinggi tingkat konsumsi energi dan protein balita

Hubungan Tingkat Konsumsi Energi dan Protein dengan Status Gizi Balita

Tabel 8 menunjukkan bahwa semakin baik tingkat konsumsi energi semakin baik status gizi

balita demikian juga sebaliknya Sejumlah contoh yang memi1iki tingkat konsumsi energi baile memi1iki status gizi baik (50) contoh yang memiliki tingkat konsumsi energi kurang memiliki status gizi kurang (50) dan buruk (265) Dari hasil anali sis statistik dengan menggunakan Uji Korelasi 2pearman menunjukkan ada hubungan yang nyata antara tingkat konsumsi energi dengan status gizi balira (p=OOOO) ~- -

Sejumlah eontoh yang merniliki tingkat konsumsi protein baik memiJiki status giZl baik (308) dan sedang (282) sebaliknya conton yang memiJiki tingkat konsumsi proteIn k-urang memiliki status gizi kurang (429) dan buruk (381) (Tabel 9) Hasil analisis statistik dengan Uji Koreiasi Spearman menunjukan adanya hubungan yang nyata antara tingkat konsumsi protein dengan status gizi balita (p=O003) Hal ini memberi arti semakin tinggi tingkat konsumsi protein maka semakin baik status gizinya

Tabel 7 Sebaran Pengetahuan Gizi Ibu menurut Tingkat Konsumsi Energi danProtein Contoh

Pen Gizi lbu I ITingkat middot Tinggi Sedang Rendah I

(n) () I (n) I () I

f i (n) I () I Konsumsi I

J Energi I

ILebih i 2 100 0 00 I I) 00 Bruk i

I 2 i 100 2 I

I 61 I 0 00

I ICukup 6 300 13 394 I 143 I iKurang 10 I 500 18 545 I

~

IJ ~ 857 Total 20 1000 I 33 1 1000 ~

I 1000 Protein

Bruk I 18 900 i 19

i I 576

I

i I

L 286

-

Kurang ~Total 20 1000 33 1000 I 1000

shy2 100 14 424 5 714

102

Tabel 8 Sebaran Tingkat Konsumsi Energi menurut Status Gizi Balita

Tingkat Konsumsi Energi I Status Gizi CuJrunLebih Baik ~I Balita () (n) (0)() (n) (n) (10)In) 500 2 1000 2 6 300 2I Bail 59

0 00 500 72 350 6 176ISedang 0 0 0 0 00 7 350Kurang 17 500 0 0 0 00 00Buruk 1 0 0 9 265

1000 JOOO 4 20 1000 34 1000i Total 2

Tabel 9 Sebaran Tingkat Konsumsi Protein menurut Status Gizi Balita

TingkatKonsumsi Protein Status ltJiziBalita Baik ~

I ()(0) (0) () 12 308 0 00IBaik II 282Sedang 4 190

385 9 429I Kurang I 15 Buruk I i 26 8 381i

39 1000 21Total 1000

Menurut Martorell (J 995) konsumsi makanan merupakan salah satu faktor yang secara langsung berpengaruh terhadap status gizi seseorang Kekurangan konswnsi pangan dan gizi dalam waktu yang lama mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan anak terhambat Hardinsyah dan Martianto (1992) mengatakan bahwa gizi yang baik merupakan berhasilnya proses tumbuh kembang hams dimulai sejak dalam kandudiusahakan terus sepanjang rudupnya

kunci anak

ngan

bagi yang

dan

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

] Contoh dalam penelitian mi secara umum mempun)lll latar belakang status sosial ekonomi keluarga sebagai beniut usia ayah 26-30 tahun (383) usia ibu 20-25 tahun (483) pendidikan ayah dan ibu adalah SD yaitu ayab (55) dan ibu (71 7) besar

keluarga contoh tergolong keluarga ked (s 4 anggota keluarga) (667) pekerjaan ayah

sebagai buruh (750) sedangkan ibu sebagai ibu rumah tangga (983) pendapatan per kapita rata-rata Rp 848039 tergolong sedang (433)

2 Tingkat pengetahuan gizi ibu berkisar antara 366 - 90 dengan rata-rata 73 sebagian besar (550) tergolong pada kategori cukup

3 Rata-rata konsumsi energi balita sebesar 745

Kalon tingkat konsumsi energi 61 4 dan sebanyak 567 balita berada pada kategon kurang Rata-rata konsumsi protein balita sebesar 194 gr dan tingkat konsumsi protein sebesar 843 dan sebanyak 650 balita berada pada kategori baik

4 Secara umum balita berstatus gizi kurang sebanyak 40010 dan gizi buruk sebesar 15 Jika dikelompokkan menu rut usia maka pada usia 12-24 bulan sebanyak 395 berstatus gizi kurang usia 25-36 bulan sebanyak 538 berstatus gizi kurang dan pada usia 37 shy

46 bulan sebanyak 556 berstatus gizi buruk 5 Tingkat pendapatan dan pengetahuan gizi ibu

berhubungan nyata dengan tingkat konsumsi energi dan protein balita

6 Tingkat konsumsi energi dan protein berhubungan nyata dengan status gizi balita

103

Media Gizi amp Keluarga Juli 200 I XXV ll ) 96 - 104

I Mengingat masih kurang memadainya tingkat peogetahuan gizi ibu maka diharapkan adanya intervensi gizi berupa penyuluhan gizi kepada masyarakat diwilayah pehelitian oJeh

Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor bekerja sarna dengan instansi terkait lainnya

2 Perlunya Pemberian Makanan Tambahan bergizi melalui Posyandu dengan melibatkan peran serta masyarakat dan pihak swasta

3 Perlu dilakukan pemberdayaan ekonomi melalui peningkatan keterarnpilan pada ibu rumah tangga

DAFTAR PUSTAKA

Berg A 1986 Peranan Gizi dalam Pembangunan Nasional (Zahara Penterjemah) DN Cv Rajawali Jakarta

BPS 1998 Pola Konsumsi Rumahtangga Kabupaten Bogar Bappeda-BPS Bogor

1999 Statistik Kesejahteraan Rakyat Survey Sosial Ekonomi Nasional BPS Jakarta

Gibson R 1993 Nutritional Assessment A Laboratory Manual University of Guelph Oxford University New York

Hardinsyah dan D Briawan 1990 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB Bogor

_ __-- dan D Martianto 1992 Menaksir Angka Kecukupan Energi dan Protein sena Penilaian Mutu Gizi Konsumsi Pangan Wirasari Bogor

Khomsan A 2000 Tehnik Pengukuran Pengetahuan Gizi Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB Bogar

Martorel1 R 1995 Promoting Healthly Growth Rationale and Benefits Child Growth and Nutrition in Developing Country Priorities of Action Ed Pinstrup-Andersen D Pelletier H Aldennan Cornell University Press New York

Suhardjo 1996 Pengertian dan Kerangka Pikir Ketahanan Pangan Rumahtangga Laporan Lokakarya Ketahanan Pangan Departemen Pertanian RI-UNICEF

Singarimbun M dan S Effendi 1992 Metode Penelitian Survai LPJES Jakarta

104

Page 6: media GIZI KELUARGA - ikk.fema.ipb.ac.idikk.fema.ipb.ac.id/v2/images/karyailmiah/gizikurangbalita_rnn.pdf · Analisis Sikap Angka Ideal terhadap Produk Jus Jeruk \ ... Mengetahui

dari berbagai serangan infeksi dan membangun persediaan zat gizi yang diperlukan untuk penumbuhannya kelak

Pendapatan dan besar keluarga merupakan faktor yang paling menentukan kualitas dan kuantitas pangan (Berg 1986) Tingkat pendapatan yang tinggi akan memberikan peluang yang lebih baik besar dalam pemilihan makanan yang baik dalam jumlah maupun Jerusnya Besar keluarga berhubungan erat dengan distribusi dalam jumlah maupun ragam pangan yang dikonsumsi anggota keluarga (Suhardjo 1996) Tingkat pendidikan dan pengetahuan gizi ibu berpengaruh terhadap konsurnsi pangan anggota keJuarga karena ibu berperan penting dalam pemilihan dan pengolahan bahan pangan

Prevalensi KEP balita di Desa Pagelaran Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor mencapai 2057 dimana 29~ diantaranya berstatus gizi buruk dan 1762 berstatus gizi kurang (Lap 0 ran Bulanan Puskesmas Pagelaran Juni 2000) Menilik beberapa faktor yang secara teoritis berhubungan erat dengan konsumsi dan status gizi balita maka penulis tertarik untuk menganalisis faktor-faktor apa sltua yang berhubungan dengan status gizi kurang yang banyak diderita oleh balita di Desa Pagelaran Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor Jawa Barat

Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi kurang pada balita

Sedangkan tujuan khususnya adalah 1 Mengetahui latar belakang status sosial

ekonorni keluarga balita yang meliputi usia dan pendidikan formal orangtua besar keluarga pendapatankapitaibulan keluarga dan pekerjaan orangtua

2 Mengetahui tingkat pengetahuan gizi ibu balita

3 Mengetahui tingkat konsumsi energJ dan protein baIita

4 Mengetahui status gizi balita 5 Menganalisis hubungan besar keluarga

tingkat pendapatan tingkat pengetahuan gizi ibu dengan tingkat konsumsi energi dan protein balita

Media Gizi amp Keluarga Juli 2001 XXV (I ) - 104

6 Menganalisis hubungan tingkat konsumsi energi dan protein dengan status gizi balita

METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Pagelaran Kecamatan CiOffiaS Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat selarna bulan Juli - September 2000

Cara Pengambilan Contoh

Pernilihan lokasi penelitian diJakukan secara purposif (Siogarimbun amp Effendi 1992) dimana desa yang dipilih adalah desa yang memiliki prevalensi KEP tertinggi di Wilayah Puskesmas Pagelaran yaitu sebesar 2057 Dari 12 Posyandu yang ada dipilih 3 Posyandu dengan prevalensi gizi kurang dan gizi buruk teninggi berdasarkan Laporan Bulanan Puskesmas Pagelaran pada Bulan Juni 2000 Penarikan contoh dilakukan secara purposif dengan memilih 20 balita usia 12 - lt60 bulan dengan status gizi terjelek dari setiap posyandu terpilih Dengan demikian jumlah contob adalah 60 balita Responden dalarn penelitian ini adalah ibu dari contoh

Jems dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder Jenis data primer meliputi identitas responden pengetahuan gizi ibu konsumsi pangan baIita status gizi balita dan tingkat pendapatan keluarga Pengambilan data primer dilaksanakan melalui wawancara langsung kepada responden dengan menggunalcan daftar pertanyaan (kuesioner) Data identitas responden meliputi (nama alamat usia pekerjaan jumlah keluarga dan pendidikan formal ibu) Data pengetahuan gizi ibu diperoleh berdasarkan jawaban ibu terhadap pertanyaan yang diberikan Data konsumsi pangan balita diperoleh melalui recall selama dua hari berturut-turut Data status gin balita diukur dengan menggunakan metode antropometri dengan menggunakan indeks berat badan menurut umur (BBu) Data tingkat

97

Media Gizi amp Keuarga Juli 2001 XXV (1) 96middot104

pendapatan keluarga diperoleh dari total pendapatan keuarga selama sebulan Sedangkan data sekunder yaitu keadaan umum wilayah yang meiputi lokasi dan geografi desa mata pencaharian sarana kesehatan dan sarana pendidikan diperoleh dari kantor desa setempat

Pengolahan dan Analisis Data

Data konsumsi pangan dikonversi menjadi konsumsi energi dan protein dengan rnenggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) (Hardinsyah amp Briawan 1990) Koosumsi energi dan protein selanjutnya dibandingkan dengan angka kecukupan gizi ratashyrata yang dianjurkan oleh Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi tabun 1998 Menurut Gibson (J 993) tingkat konsurnsi energi digolongkan dalam empat kategori Lebih (~ 100) Baik (85-100) Cukup (70-849) dan Kurang laquo 70) sedangkan untuk tingkat konsumsi protein dikeiompokkan menjadi dua yaitu Baik (~ 75) dan Kurang laquo75)

Menurut Khomsan (2000) tingkat pengetahuan gizi ibu dikelompokkan menjadi riga yakni Baik ( gt80) Cukup (60-80) dan Kurang laquo60) Sesuai dengan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) yang dianjurkan oleh BKKBN roaka besar keluarga dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu Keeil (s 4 orang) dan Besar (gt 4 orang) Peodapatan keluarga diperoleh dari total penghasilan keluarga dalam satu bulan dibagi dengan jumlah anggota keluarga Pendapatan keluarga (per kapita per bulan) dikelompokkan menjadi tiga golongan yaitu Tinggi (~Rp 10000000) Sedang (Rp 6000000 - Rp 9999999) dan Rendah laquo Rp 6000000) (BPS 1998)

Status gizi balita ditentukan berdasarkan BBIU sesuai dengan standar WHO-NCHS dan dihitung berdasarkan skor simpangan baku (zshyscore) dan dikeJompokkan menjadi empat kategori yaitu Baik (x 2 -I sd) Sedang (-2 sd x lt - Jsd) Kurang (-3 sd x lt -2sd) dan Buruk (x lt -3 sd) (Gibson 1993)

Untuk menganalisis hubungan antar variabel digunakan UJi Korelasi Spearman dengan dengan menggunaan sistem komputer pada program SPSS 100

98

RASIL DAN PEMBARASAi

Keadaan Umum Contoh dan Keluarga Comoh

Usia eontoh berkisar usia amara 12-46 bulan dengan persentase terbesar (633) berada pada kelompok usia 12-24 bulan 21 7 usia 25shy36 bulan dan 15 usia 37-46 bulan Usia ayah contoh berkisar antara 21 - 55 tahun dengan ratashyrata usia 31 tahun sedangkan usia ibu contoh berkisar antara 20 - 50 tabun dengan rata-rata usia 27 tabun Berdasarkan pengelomDokan usia yang dilakukan sebanyak 583 ayab dan 73 3 ibu contoh berada pada kelompok 20-30 tahun

Pendidikan formal orangtua contoh seoagian besar hanya tarnat SD yairu ayah sebesar 55 dan ibu sebesar 717 Rendahnya tingkat pendidikan ibu menyebabkan terbatasnya kemampuan untuk menerima informas~ terutama yang berkaitan dengan pol a pengasuhan makan anak yang pada akhimya akan berpengaruh terhadap starus gizi balita Sebagian besar (667) keluarga eontoh memiliki anggota keluarga kurang dari atau sarna dengan 4 orang atau dikategorikan sebagai keluarga keeiL Sebagian besar responden (717) memiliki anak ~ 20rang dan sisanya (283) memiliki anak lebih dari 2 orang -

Sebagian besar (750) ayah contoh beke~a sebagai buruh dengan tingkat pendapatan yang tidak tetap sedangkan sisanya sebagai pegawai swasta (8) ) pedagang (5 ) dan lain-lain (1225) yang meliputi pegawai negeri tukang ojek sopir dan guru ngaji Sebagian besar ibu eontoh bekerja sebagai ibu rumah tangga (983 ) dan hanya satu orang (1 7) bekerja yaitu sebagai pekerja pada salon kecantikan Karena sebagian besar ibu tidale bekerja maka pendapatan suami adalah satu-satunya surnber pendapatan keluarga untuk memenuhi seluruh kebutuban

Pendapatan per kapita per bulan keluarga contoh berkisar antara Rp 5000000 - Rp 20000000 dengan rata-rata Rp 84803 90 per kapita per bulan Sedangkan proporsi terbesar keluarga contoh (433) memiliki pendapatan per kapita yang tennasuk dalam kategori sedang dengan jumlah pendapatan perkapita berkisar antara Rp 6000000 - Rp 99 99900 Keluarga yang memiliki penghasilan tambaban hanya

sebesashytaIDbaheJ 200 OCmiddot~ bulan pendEi=l Bogo _

Kei

sebesar 0 dengan jumlah pengbasiJan tambahan berkisar amara Rp 5000000 - Rp 20000000 Rata-rata pendapatan per kapita per bulan keluarga lebib rendah dari raUl-rata pendapatan per kapita penduduk Kabupaten Bogor yang sebesar Rp 9433600 (BPS 1998)

Keikutsertaan dalam Kegiatan Posyandu

Sebagian besar responden (80010) telah ikut serta dalam kegiatan posyandu selama lebih 12 bulan dan ada 100 yang lt2 bulan karena baru pindah ke desa tersebut dan sisanya antara 7 - 12 bulan Sebagian besar responden (827) menyatakan bahwa alasan mengikuti kegiatan posyandu atas kesadaran sendiri sedangkan (183) atas saran Kepala DesaIKader Dalam 6 bulan terakhir sebagian besar responden (81 7) menyatakan selalu rutin (6 kali) membawa anaknya ke posyandu sedangkan yang menyatakan 5 kali sebesar 67 4 kali sebesar 50 dan I kali sebesar 33

PenyuJuhan gizi merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan pengetahuan gizi seseorang Dengan adanya penyuluhan gizi diharapkan para ibu balita mampu mendapatkan tambahan pengetahuan yang dapat diaplikasikan dalam memberikan makanan kepada balita sehingga jumlah balita yang mengalami lcurang gizi mampu untuk dikurangi Basil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden (600) menyatakan pemah mengikuti penyuluhan gizi di posyandu dan sisanya (400) tidak pemah mengikuti penyuluhan gizi di Posyandu Responden yang pernah mengikuti penyuluhan gizi di Posyandu menyatakan bahwa yang memberikan penyuluhan gizi tersebut adalah bidan (528 ) dan leader (41 6 ) Adapun materi penyuluhan gizi yang diberikan antara lain makanan bergizi pada anak (500 ) makanan sehat keluarga (222 ) gizi ibu dan anak (167 ) ASI dan rnakanan tambahan (83 ) dan pentingnya sayuran (28 )

Pengetahuan Gin lbu

Pengetahuan gizi ibu yang diteliti meliputi pengetahuan tentang ASI dan makanan tambahan makanan sehat pengolahan pangan status gizi penanggulaogan diare dan sanitasi lingkungan serta imunisasi dan posyandu Skor pengetahuan

Media Gizi amp Keluarga Juli 2001 XXV (1) - 104

gizi ibu berkisar antara 11 - 27 (366 - 90) dari total skor maksimum 30 Adapun rata-rata tingkat pengetahuan gizi ibu sebesar 73 0 Tabel 1 menjelaskan bahwa sebagian besar ibu (550) memiliki tingkat pengetahuan gizi cukup

Berdasarkan jawahan yang diberikan pertanyaan yang paling banyak tidak dapat dijawab responden dengan benar adalah tentang usia yang tepa untuk mendapatkan makanan tambahan pertama kali (717) cara mencuci sayur yang baik (61 7) selain AS bayi (usia 0 - 4 bulan) diberikan makanan tambahan (483) makanan sumber zat tenaga (400010) dan waktu pertama kali pemberian ASI (367)

Tabel 1 Sebaran Contoh menurut Tingkat Pengetahuan Gizi Ibu

Pengctahoan Gizi Jumlah 11) lYo)

Baik Cu1up Kunmg

20 33 7

333 55 0 11 7

Total 60 1000

Tingkat Konsumsi Energi dan Protein Balita

Secara umum rata-rata konsumsi energi balita adalah 745 Kalori dengan kisaran antara 402-1222 Kalori sedangkan rata-rata tingkat konsumsi energinya adalah 64 1 dengan kisaran antara 322-1359 Tabel 2 menunjukkan bahwa secara umum tingkat konsumsi energi contoh berada pada leategori kurang (567) dan presentase terbesar pada kelompok usia 36-46 bulan (778)

Secara umum rata-rata rata-raUl konsumsi protein balita adalah 194 gr dengan kisaran 85shy318 gr sedangkBD rata-rata tingkat konsumsi proteinnya adalah 843 dengan kisaran antara 371-151 3 Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar contoh (65) memiliki tingkat konsumsi protein baik terutama pada usia 12-24 bulan dan usia 25-36 bulan yakni 71 1 dan 61 5 Sebagian besar (556) balita usia 37-46 bulan memiliki tingkat konsumsi protein kurang Hal ini menunjukkan bahwa semakin bertambah usia tingkat konsurnsi protein sernakin menurun Bila kondisi ini dibiarkan akan berdampak pada pertumbuban fisik dan perkembangan kecerdasan anak

99

----

Media Gizi amp Kcluarga Juli ~OOI XXv ( ll middot96- 104

Tabel2 Sebaran Contoh menurut Tingkat Konsumsi Energi

Tillgkat Konsumsi

Energi

Usia (bin) Total

12- 24 I 25-36 37 -46 (n) (Yo) I (n) I () (n) I () (n) I ()

Lebih Baik Cukup Kurang

2 2 14 20

53 53

368 526

I

0 0_0 0 I

I 77 I I 5 385 I I

I I

7 538 7

I 0_0

II I I 111

I 718

2 ~

10 34

i gt3

I 67

333 567

Total 38 1000 13 I LOOO 9 1000 i 60 i 1000

J

-

Tabel 3 Sebaran Contoh menurut Tingkat Konsumsi Protein

~

Tingkat Usia Chin) I Total

Konsumsi 37-46 12 -24 I 25-36 I Protein (n)(n I () i (n) () () I (n) I () I

Baik 444 39 I 650461527 I 711 8 IKurang 385 5 556 2l 350

Total 11 I 289 I 5

9 I 1000 60 100038 I 1000 I 13 1000

i I

I

I

Status Gizi Comoh

Dan hasil penimbangan BB menunjukkan bahwa rata-rata BB contoh untuk setiap kelompok usia lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata berat badan ideal Pada kelompok usia 12-24 rata-rata berat badan comoh adalah 91 kg dengan kisaran antara 75 kg-12 kg pada kelompok usia 25-36 bulan rata-rata berat badan contoh adalah 108 kg dengan kisaran antara 93 kg-13 kg (berat badan ideal 132 kg) dan pada kelompok usia 37shy46 bulan ratamiddot rata berat badan contoh adalah 1 17 kg dengan kisaran antara 92 kg-IS kg (berat badan ideal 152 kg) Rendahnya BB contoh

sangat menentukan status gizinya Persentase contoh yang berstatus gin rurang sebesar 53 8 pada contoh berusla 25-~6 bulan dan 395 contoh berusia 12-24 bulan sementara contoh yang berada pada usia 37-46 bulan sebagian cesar berstatus gizi buruk (556) Tabei 4) Kondisi status gizi kurang dan gin ouruk pada sebagian besar contoh disebabkan oleh rendahnya mutu dan jumlah konsumsi pangan yang dikonsumsi sehingga berakibat pada berat badan tubuh yang tidak ideaL Sebagaimana diungkapkan oleh Hardinsyah dan Martianto (1992) status gizi balita dipengaruhi oleh konsumsi pangan sebelumoya dan penyakit infeksi

Tabel 4 Sebaran Status Gizi rnenurut Kelompok Usia

Staius Gizi Balita 12-24

(n) ()

Kelompok Usia (bin) 25-J6

(n) () (0) gt36

i

()

Total

(n) I () Bail

Sedang Kurang Buruk

8 11 15 4

211289 395 105

I 2 I 154 4 308

I

7 538 0 00

2 0

L

5

221 i

00 222 556 1

12

15 124 i

9

200 25 0 ~O

l 50

Total 38 1000 13 1000 9 LOOO 60 I 1000 Rata-rata BB (kg)

91 to8 117 99

100

Media Gizi amp Keluarga Juli 2001 XXV (I) - 104

Hubungan Besar Keluarga dengan Tingkat Konsumsi Energi dan Protein

Tabel 5 menunjukkan bahwa baik pada responden yang berkategori keluarga besar maupun kecil sarna-sarna mempunyai tingkat konsumsi energi kurang (55 dan 575) Sebaliknya pada keluarga besar dan kecil sebagian besar memiliki tingkat konsumsi protein yang baik (70 dan 625) Jadi antara kategori keluarga kecil dan keluarga besar tidak berbeda dalarn hal tingkat konsumsi energi dan protein balita

Dari hasil analisis yang dilakukan dengan menggunakan Uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang nyata antara besar keJuarga dengan tingkat

konsumsi energi dan tingkat konsumsi protein (p=(l05)

Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Tingkat Konsumsi Energi dan Protein

Tabel 6 menunjukkan bahwa semakin rendah pendapatan keluarga maka tingkat konsumsi energi dan protein balita semakin berkurang Hal ini terlihat dari sebagian besar keuarga yang berpendapatan rendah memiliki balita dengan tingkat konsumsi energi kurang (800010) dan tingkat konsumsi protein juga kurang (667) Pada keluarga berpendapatan tinggi tingkat konsumsi energi balita cukup (422) dan sebagian besar memiliki tingkat konsumsi protein baik (90010)

Tabel 5 Sebaran Besar Keluarga menurut Tingkat Konsumsi Energi dan Protein Contoh

Tingkat Koosumsi

Bes8dCeluarga - - ~

Besar Ktcil (n) middot (~) (n) (1)

Energi Lebih

I Baik Cukup Kurang

0 2 7 11

00 100 350 550

2 2 13 23 -

50 50

325 575

Total 20 1000 40 1000 Protein

I BaikI Kurang

14 6

700 300

25 15

625 375

Total 20 1000 40 1000

Tabel 6 Sebaran Tingkat Pendapatan KeJuarga menurut Tingkat Konsumsi Energi dan Protein Contoh

PendapatmLper Kapit8Tingkat Rendall

I

1000 J5 1000

Troggi I SidangKonsumsi (n) () 1 (n) () (n)I (o~ i

IIEnem 00Lebih 2 105 I 0 0 00

Baik 2 105 2 80 0 00 iI I I 8 42-2 I 9 360 3 200CukUJl II i II Kurang 7 368 1 15 560 I 12 SOO I Total 1000 26

Protein Baik

J9I

18 I 900 I 16 640 5 333I

Kurang I I 100 i 10 I 360 I 10 I I 667 I1

i Total 19 1000 I 26 I 1000 I I 15 1000

10]

Media Gizi amp Kcluarga Juli 2001 XXV (I) - 104

Tingcat pendapatan merupakan faktor yang menentukan terhadap kuantitas dan kualitas makanan yang dikonsumsi Pendapatan yang rendah menyebabkan daya beli yang rendah pula sehingga tidak mampu membeli pangan dalam jumlah dan mutu yang diperlukan dan akhirnya berakibat buruk terhadap status gizi (Berg 1986)

Dari hasil analisis statistik dengan menggunakan Uji korelasi Spearman menunjukan adanya hubungan yang nyata antara pendapatan per kapita dengan tingkat konsumsi energi (p= 0000) dan tingkat konsumsi protein (p=O006) Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pendapatan keluarga maka semakin baik tingkat konsumsi energi dan protein dan sebaliknya

Hubungan Pengetahuan Gizi Tbu dan Tingkat Konsurnsi Energi dan Protein

Ibu dengan tingkat pengetahuan gizi sedang dan tinggi ternyata tingkat konsumsi energi balitanya cukup (394 dan 300) sedangkan ibu dengan tingkat pengetahuan gizi rendah (857) tingkat konsumsi energi balitanya kurang Ibu dengan pengetahuan gizi sedang dan tinggi temyata tingkat konsumsi protein balitanya baik (576 dan 900) sedangkan ibu dengan tingkat pengetahuan gizi rendah (714) tingkat konsumsi protein balitanya kurang (Tabel 7)

Dari hasil anaIisis statistik dengan menggunakan Uji Korelasi Spearmwl menunjukkan adanya bubungan yang nyata antara

pengetahuan glZ1 ibu dengan tingkat konsumsi energi (p=OOOO) dan tingicat konsurnsi protein balita (p=0036) Hal ini memberi arti semakin tinggi pengetahuan gizi ibu maka semakin tinggi tingkat konsumsi energi dan protein balita

Hubungan Tingkat Konsumsi Energi dan Protein dengan Status Gizi Balita

Tabel 8 menunjukkan bahwa semakin baik tingkat konsumsi energi semakin baik status gizi

balita demikian juga sebaliknya Sejumlah contoh yang memi1iki tingkat konsumsi energi baile memi1iki status gizi baik (50) contoh yang memiliki tingkat konsumsi energi kurang memiliki status gizi kurang (50) dan buruk (265) Dari hasil anali sis statistik dengan menggunakan Uji Korelasi 2pearman menunjukkan ada hubungan yang nyata antara tingkat konsumsi energi dengan status gizi balira (p=OOOO) ~- -

Sejumlah eontoh yang merniliki tingkat konsumsi protein baik memiJiki status giZl baik (308) dan sedang (282) sebaliknya conton yang memiJiki tingkat konsumsi proteIn k-urang memiliki status gizi kurang (429) dan buruk (381) (Tabel 9) Hasil analisis statistik dengan Uji Koreiasi Spearman menunjukan adanya hubungan yang nyata antara tingkat konsumsi protein dengan status gizi balita (p=O003) Hal ini memberi arti semakin tinggi tingkat konsumsi protein maka semakin baik status gizinya

Tabel 7 Sebaran Pengetahuan Gizi Ibu menurut Tingkat Konsumsi Energi danProtein Contoh

Pen Gizi lbu I ITingkat middot Tinggi Sedang Rendah I

(n) () I (n) I () I

f i (n) I () I Konsumsi I

J Energi I

ILebih i 2 100 0 00 I I) 00 Bruk i

I 2 i 100 2 I

I 61 I 0 00

I ICukup 6 300 13 394 I 143 I iKurang 10 I 500 18 545 I

~

IJ ~ 857 Total 20 1000 I 33 1 1000 ~

I 1000 Protein

Bruk I 18 900 i 19

i I 576

I

i I

L 286

-

Kurang ~Total 20 1000 33 1000 I 1000

shy2 100 14 424 5 714

102

Tabel 8 Sebaran Tingkat Konsumsi Energi menurut Status Gizi Balita

Tingkat Konsumsi Energi I Status Gizi CuJrunLebih Baik ~I Balita () (n) (0)() (n) (n) (10)In) 500 2 1000 2 6 300 2I Bail 59

0 00 500 72 350 6 176ISedang 0 0 0 0 00 7 350Kurang 17 500 0 0 0 00 00Buruk 1 0 0 9 265

1000 JOOO 4 20 1000 34 1000i Total 2

Tabel 9 Sebaran Tingkat Konsumsi Protein menurut Status Gizi Balita

TingkatKonsumsi Protein Status ltJiziBalita Baik ~

I ()(0) (0) () 12 308 0 00IBaik II 282Sedang 4 190

385 9 429I Kurang I 15 Buruk I i 26 8 381i

39 1000 21Total 1000

Menurut Martorell (J 995) konsumsi makanan merupakan salah satu faktor yang secara langsung berpengaruh terhadap status gizi seseorang Kekurangan konswnsi pangan dan gizi dalam waktu yang lama mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan anak terhambat Hardinsyah dan Martianto (1992) mengatakan bahwa gizi yang baik merupakan berhasilnya proses tumbuh kembang hams dimulai sejak dalam kandudiusahakan terus sepanjang rudupnya

kunci anak

ngan

bagi yang

dan

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

] Contoh dalam penelitian mi secara umum mempun)lll latar belakang status sosial ekonomi keluarga sebagai beniut usia ayah 26-30 tahun (383) usia ibu 20-25 tahun (483) pendidikan ayah dan ibu adalah SD yaitu ayab (55) dan ibu (71 7) besar

keluarga contoh tergolong keluarga ked (s 4 anggota keluarga) (667) pekerjaan ayah

sebagai buruh (750) sedangkan ibu sebagai ibu rumah tangga (983) pendapatan per kapita rata-rata Rp 848039 tergolong sedang (433)

2 Tingkat pengetahuan gizi ibu berkisar antara 366 - 90 dengan rata-rata 73 sebagian besar (550) tergolong pada kategori cukup

3 Rata-rata konsumsi energi balita sebesar 745

Kalon tingkat konsumsi energi 61 4 dan sebanyak 567 balita berada pada kategon kurang Rata-rata konsumsi protein balita sebesar 194 gr dan tingkat konsumsi protein sebesar 843 dan sebanyak 650 balita berada pada kategori baik

4 Secara umum balita berstatus gizi kurang sebanyak 40010 dan gizi buruk sebesar 15 Jika dikelompokkan menu rut usia maka pada usia 12-24 bulan sebanyak 395 berstatus gizi kurang usia 25-36 bulan sebanyak 538 berstatus gizi kurang dan pada usia 37 shy

46 bulan sebanyak 556 berstatus gizi buruk 5 Tingkat pendapatan dan pengetahuan gizi ibu

berhubungan nyata dengan tingkat konsumsi energi dan protein balita

6 Tingkat konsumsi energi dan protein berhubungan nyata dengan status gizi balita

103

Media Gizi amp Keluarga Juli 200 I XXV ll ) 96 - 104

I Mengingat masih kurang memadainya tingkat peogetahuan gizi ibu maka diharapkan adanya intervensi gizi berupa penyuluhan gizi kepada masyarakat diwilayah pehelitian oJeh

Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor bekerja sarna dengan instansi terkait lainnya

2 Perlunya Pemberian Makanan Tambahan bergizi melalui Posyandu dengan melibatkan peran serta masyarakat dan pihak swasta

3 Perlu dilakukan pemberdayaan ekonomi melalui peningkatan keterarnpilan pada ibu rumah tangga

DAFTAR PUSTAKA

Berg A 1986 Peranan Gizi dalam Pembangunan Nasional (Zahara Penterjemah) DN Cv Rajawali Jakarta

BPS 1998 Pola Konsumsi Rumahtangga Kabupaten Bogar Bappeda-BPS Bogor

1999 Statistik Kesejahteraan Rakyat Survey Sosial Ekonomi Nasional BPS Jakarta

Gibson R 1993 Nutritional Assessment A Laboratory Manual University of Guelph Oxford University New York

Hardinsyah dan D Briawan 1990 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB Bogor

_ __-- dan D Martianto 1992 Menaksir Angka Kecukupan Energi dan Protein sena Penilaian Mutu Gizi Konsumsi Pangan Wirasari Bogor

Khomsan A 2000 Tehnik Pengukuran Pengetahuan Gizi Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB Bogar

Martorel1 R 1995 Promoting Healthly Growth Rationale and Benefits Child Growth and Nutrition in Developing Country Priorities of Action Ed Pinstrup-Andersen D Pelletier H Aldennan Cornell University Press New York

Suhardjo 1996 Pengertian dan Kerangka Pikir Ketahanan Pangan Rumahtangga Laporan Lokakarya Ketahanan Pangan Departemen Pertanian RI-UNICEF

Singarimbun M dan S Effendi 1992 Metode Penelitian Survai LPJES Jakarta

104

Page 7: media GIZI KELUARGA - ikk.fema.ipb.ac.idikk.fema.ipb.ac.id/v2/images/karyailmiah/gizikurangbalita_rnn.pdf · Analisis Sikap Angka Ideal terhadap Produk Jus Jeruk \ ... Mengetahui

Media Gizi amp Keuarga Juli 2001 XXV (1) 96middot104

pendapatan keluarga diperoleh dari total pendapatan keuarga selama sebulan Sedangkan data sekunder yaitu keadaan umum wilayah yang meiputi lokasi dan geografi desa mata pencaharian sarana kesehatan dan sarana pendidikan diperoleh dari kantor desa setempat

Pengolahan dan Analisis Data

Data konsumsi pangan dikonversi menjadi konsumsi energi dan protein dengan rnenggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) (Hardinsyah amp Briawan 1990) Koosumsi energi dan protein selanjutnya dibandingkan dengan angka kecukupan gizi ratashyrata yang dianjurkan oleh Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi tabun 1998 Menurut Gibson (J 993) tingkat konsurnsi energi digolongkan dalam empat kategori Lebih (~ 100) Baik (85-100) Cukup (70-849) dan Kurang laquo 70) sedangkan untuk tingkat konsumsi protein dikeiompokkan menjadi dua yaitu Baik (~ 75) dan Kurang laquo75)

Menurut Khomsan (2000) tingkat pengetahuan gizi ibu dikelompokkan menjadi riga yakni Baik ( gt80) Cukup (60-80) dan Kurang laquo60) Sesuai dengan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) yang dianjurkan oleh BKKBN roaka besar keluarga dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu Keeil (s 4 orang) dan Besar (gt 4 orang) Peodapatan keluarga diperoleh dari total penghasilan keluarga dalam satu bulan dibagi dengan jumlah anggota keluarga Pendapatan keluarga (per kapita per bulan) dikelompokkan menjadi tiga golongan yaitu Tinggi (~Rp 10000000) Sedang (Rp 6000000 - Rp 9999999) dan Rendah laquo Rp 6000000) (BPS 1998)

Status gizi balita ditentukan berdasarkan BBIU sesuai dengan standar WHO-NCHS dan dihitung berdasarkan skor simpangan baku (zshyscore) dan dikeJompokkan menjadi empat kategori yaitu Baik (x 2 -I sd) Sedang (-2 sd x lt - Jsd) Kurang (-3 sd x lt -2sd) dan Buruk (x lt -3 sd) (Gibson 1993)

Untuk menganalisis hubungan antar variabel digunakan UJi Korelasi Spearman dengan dengan menggunaan sistem komputer pada program SPSS 100

98

RASIL DAN PEMBARASAi

Keadaan Umum Contoh dan Keluarga Comoh

Usia eontoh berkisar usia amara 12-46 bulan dengan persentase terbesar (633) berada pada kelompok usia 12-24 bulan 21 7 usia 25shy36 bulan dan 15 usia 37-46 bulan Usia ayah contoh berkisar antara 21 - 55 tahun dengan ratashyrata usia 31 tahun sedangkan usia ibu contoh berkisar antara 20 - 50 tabun dengan rata-rata usia 27 tabun Berdasarkan pengelomDokan usia yang dilakukan sebanyak 583 ayab dan 73 3 ibu contoh berada pada kelompok 20-30 tahun

Pendidikan formal orangtua contoh seoagian besar hanya tarnat SD yairu ayah sebesar 55 dan ibu sebesar 717 Rendahnya tingkat pendidikan ibu menyebabkan terbatasnya kemampuan untuk menerima informas~ terutama yang berkaitan dengan pol a pengasuhan makan anak yang pada akhimya akan berpengaruh terhadap starus gizi balita Sebagian besar (667) keluarga eontoh memiliki anggota keluarga kurang dari atau sarna dengan 4 orang atau dikategorikan sebagai keluarga keeiL Sebagian besar responden (717) memiliki anak ~ 20rang dan sisanya (283) memiliki anak lebih dari 2 orang -

Sebagian besar (750) ayah contoh beke~a sebagai buruh dengan tingkat pendapatan yang tidak tetap sedangkan sisanya sebagai pegawai swasta (8) ) pedagang (5 ) dan lain-lain (1225) yang meliputi pegawai negeri tukang ojek sopir dan guru ngaji Sebagian besar ibu eontoh bekerja sebagai ibu rumah tangga (983 ) dan hanya satu orang (1 7) bekerja yaitu sebagai pekerja pada salon kecantikan Karena sebagian besar ibu tidale bekerja maka pendapatan suami adalah satu-satunya surnber pendapatan keluarga untuk memenuhi seluruh kebutuban

Pendapatan per kapita per bulan keluarga contoh berkisar antara Rp 5000000 - Rp 20000000 dengan rata-rata Rp 84803 90 per kapita per bulan Sedangkan proporsi terbesar keluarga contoh (433) memiliki pendapatan per kapita yang tennasuk dalam kategori sedang dengan jumlah pendapatan perkapita berkisar antara Rp 6000000 - Rp 99 99900 Keluarga yang memiliki penghasilan tambaban hanya

sebesashytaIDbaheJ 200 OCmiddot~ bulan pendEi=l Bogo _

Kei

sebesar 0 dengan jumlah pengbasiJan tambahan berkisar amara Rp 5000000 - Rp 20000000 Rata-rata pendapatan per kapita per bulan keluarga lebib rendah dari raUl-rata pendapatan per kapita penduduk Kabupaten Bogor yang sebesar Rp 9433600 (BPS 1998)

Keikutsertaan dalam Kegiatan Posyandu

Sebagian besar responden (80010) telah ikut serta dalam kegiatan posyandu selama lebih 12 bulan dan ada 100 yang lt2 bulan karena baru pindah ke desa tersebut dan sisanya antara 7 - 12 bulan Sebagian besar responden (827) menyatakan bahwa alasan mengikuti kegiatan posyandu atas kesadaran sendiri sedangkan (183) atas saran Kepala DesaIKader Dalam 6 bulan terakhir sebagian besar responden (81 7) menyatakan selalu rutin (6 kali) membawa anaknya ke posyandu sedangkan yang menyatakan 5 kali sebesar 67 4 kali sebesar 50 dan I kali sebesar 33

PenyuJuhan gizi merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan pengetahuan gizi seseorang Dengan adanya penyuluhan gizi diharapkan para ibu balita mampu mendapatkan tambahan pengetahuan yang dapat diaplikasikan dalam memberikan makanan kepada balita sehingga jumlah balita yang mengalami lcurang gizi mampu untuk dikurangi Basil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden (600) menyatakan pemah mengikuti penyuluhan gizi di posyandu dan sisanya (400) tidak pemah mengikuti penyuluhan gizi di Posyandu Responden yang pernah mengikuti penyuluhan gizi di Posyandu menyatakan bahwa yang memberikan penyuluhan gizi tersebut adalah bidan (528 ) dan leader (41 6 ) Adapun materi penyuluhan gizi yang diberikan antara lain makanan bergizi pada anak (500 ) makanan sehat keluarga (222 ) gizi ibu dan anak (167 ) ASI dan rnakanan tambahan (83 ) dan pentingnya sayuran (28 )

Pengetahuan Gin lbu

Pengetahuan gizi ibu yang diteliti meliputi pengetahuan tentang ASI dan makanan tambahan makanan sehat pengolahan pangan status gizi penanggulaogan diare dan sanitasi lingkungan serta imunisasi dan posyandu Skor pengetahuan

Media Gizi amp Keluarga Juli 2001 XXV (1) - 104

gizi ibu berkisar antara 11 - 27 (366 - 90) dari total skor maksimum 30 Adapun rata-rata tingkat pengetahuan gizi ibu sebesar 73 0 Tabel 1 menjelaskan bahwa sebagian besar ibu (550) memiliki tingkat pengetahuan gizi cukup

Berdasarkan jawahan yang diberikan pertanyaan yang paling banyak tidak dapat dijawab responden dengan benar adalah tentang usia yang tepa untuk mendapatkan makanan tambahan pertama kali (717) cara mencuci sayur yang baik (61 7) selain AS bayi (usia 0 - 4 bulan) diberikan makanan tambahan (483) makanan sumber zat tenaga (400010) dan waktu pertama kali pemberian ASI (367)

Tabel 1 Sebaran Contoh menurut Tingkat Pengetahuan Gizi Ibu

Pengctahoan Gizi Jumlah 11) lYo)

Baik Cu1up Kunmg

20 33 7

333 55 0 11 7

Total 60 1000

Tingkat Konsumsi Energi dan Protein Balita

Secara umum rata-rata konsumsi energi balita adalah 745 Kalori dengan kisaran antara 402-1222 Kalori sedangkan rata-rata tingkat konsumsi energinya adalah 64 1 dengan kisaran antara 322-1359 Tabel 2 menunjukkan bahwa secara umum tingkat konsumsi energi contoh berada pada leategori kurang (567) dan presentase terbesar pada kelompok usia 36-46 bulan (778)

Secara umum rata-rata rata-raUl konsumsi protein balita adalah 194 gr dengan kisaran 85shy318 gr sedangkBD rata-rata tingkat konsumsi proteinnya adalah 843 dengan kisaran antara 371-151 3 Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar contoh (65) memiliki tingkat konsumsi protein baik terutama pada usia 12-24 bulan dan usia 25-36 bulan yakni 71 1 dan 61 5 Sebagian besar (556) balita usia 37-46 bulan memiliki tingkat konsumsi protein kurang Hal ini menunjukkan bahwa semakin bertambah usia tingkat konsurnsi protein sernakin menurun Bila kondisi ini dibiarkan akan berdampak pada pertumbuban fisik dan perkembangan kecerdasan anak

99

----

Media Gizi amp Kcluarga Juli ~OOI XXv ( ll middot96- 104

Tabel2 Sebaran Contoh menurut Tingkat Konsumsi Energi

Tillgkat Konsumsi

Energi

Usia (bin) Total

12- 24 I 25-36 37 -46 (n) (Yo) I (n) I () (n) I () (n) I ()

Lebih Baik Cukup Kurang

2 2 14 20

53 53

368 526

I

0 0_0 0 I

I 77 I I 5 385 I I

I I

7 538 7

I 0_0

II I I 111

I 718

2 ~

10 34

i gt3

I 67

333 567

Total 38 1000 13 I LOOO 9 1000 i 60 i 1000

J

-

Tabel 3 Sebaran Contoh menurut Tingkat Konsumsi Protein

~

Tingkat Usia Chin) I Total

Konsumsi 37-46 12 -24 I 25-36 I Protein (n)(n I () i (n) () () I (n) I () I

Baik 444 39 I 650461527 I 711 8 IKurang 385 5 556 2l 350

Total 11 I 289 I 5

9 I 1000 60 100038 I 1000 I 13 1000

i I

I

I

Status Gizi Comoh

Dan hasil penimbangan BB menunjukkan bahwa rata-rata BB contoh untuk setiap kelompok usia lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata berat badan ideal Pada kelompok usia 12-24 rata-rata berat badan comoh adalah 91 kg dengan kisaran antara 75 kg-12 kg pada kelompok usia 25-36 bulan rata-rata berat badan contoh adalah 108 kg dengan kisaran antara 93 kg-13 kg (berat badan ideal 132 kg) dan pada kelompok usia 37shy46 bulan ratamiddot rata berat badan contoh adalah 1 17 kg dengan kisaran antara 92 kg-IS kg (berat badan ideal 152 kg) Rendahnya BB contoh

sangat menentukan status gizinya Persentase contoh yang berstatus gin rurang sebesar 53 8 pada contoh berusla 25-~6 bulan dan 395 contoh berusia 12-24 bulan sementara contoh yang berada pada usia 37-46 bulan sebagian cesar berstatus gizi buruk (556) Tabei 4) Kondisi status gizi kurang dan gin ouruk pada sebagian besar contoh disebabkan oleh rendahnya mutu dan jumlah konsumsi pangan yang dikonsumsi sehingga berakibat pada berat badan tubuh yang tidak ideaL Sebagaimana diungkapkan oleh Hardinsyah dan Martianto (1992) status gizi balita dipengaruhi oleh konsumsi pangan sebelumoya dan penyakit infeksi

Tabel 4 Sebaran Status Gizi rnenurut Kelompok Usia

Staius Gizi Balita 12-24

(n) ()

Kelompok Usia (bin) 25-J6

(n) () (0) gt36

i

()

Total

(n) I () Bail

Sedang Kurang Buruk

8 11 15 4

211289 395 105

I 2 I 154 4 308

I

7 538 0 00

2 0

L

5

221 i

00 222 556 1

12

15 124 i

9

200 25 0 ~O

l 50

Total 38 1000 13 1000 9 LOOO 60 I 1000 Rata-rata BB (kg)

91 to8 117 99

100

Media Gizi amp Keluarga Juli 2001 XXV (I) - 104

Hubungan Besar Keluarga dengan Tingkat Konsumsi Energi dan Protein

Tabel 5 menunjukkan bahwa baik pada responden yang berkategori keluarga besar maupun kecil sarna-sarna mempunyai tingkat konsumsi energi kurang (55 dan 575) Sebaliknya pada keluarga besar dan kecil sebagian besar memiliki tingkat konsumsi protein yang baik (70 dan 625) Jadi antara kategori keluarga kecil dan keluarga besar tidak berbeda dalarn hal tingkat konsumsi energi dan protein balita

Dari hasil analisis yang dilakukan dengan menggunakan Uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang nyata antara besar keJuarga dengan tingkat

konsumsi energi dan tingkat konsumsi protein (p=(l05)

Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Tingkat Konsumsi Energi dan Protein

Tabel 6 menunjukkan bahwa semakin rendah pendapatan keluarga maka tingkat konsumsi energi dan protein balita semakin berkurang Hal ini terlihat dari sebagian besar keuarga yang berpendapatan rendah memiliki balita dengan tingkat konsumsi energi kurang (800010) dan tingkat konsumsi protein juga kurang (667) Pada keluarga berpendapatan tinggi tingkat konsumsi energi balita cukup (422) dan sebagian besar memiliki tingkat konsumsi protein baik (90010)

Tabel 5 Sebaran Besar Keluarga menurut Tingkat Konsumsi Energi dan Protein Contoh

Tingkat Koosumsi

Bes8dCeluarga - - ~

Besar Ktcil (n) middot (~) (n) (1)

Energi Lebih

I Baik Cukup Kurang

0 2 7 11

00 100 350 550

2 2 13 23 -

50 50

325 575

Total 20 1000 40 1000 Protein

I BaikI Kurang

14 6

700 300

25 15

625 375

Total 20 1000 40 1000

Tabel 6 Sebaran Tingkat Pendapatan KeJuarga menurut Tingkat Konsumsi Energi dan Protein Contoh

PendapatmLper Kapit8Tingkat Rendall

I

1000 J5 1000

Troggi I SidangKonsumsi (n) () 1 (n) () (n)I (o~ i

IIEnem 00Lebih 2 105 I 0 0 00

Baik 2 105 2 80 0 00 iI I I 8 42-2 I 9 360 3 200CukUJl II i II Kurang 7 368 1 15 560 I 12 SOO I Total 1000 26

Protein Baik

J9I

18 I 900 I 16 640 5 333I

Kurang I I 100 i 10 I 360 I 10 I I 667 I1

i Total 19 1000 I 26 I 1000 I I 15 1000

10]

Media Gizi amp Kcluarga Juli 2001 XXV (I) - 104

Tingcat pendapatan merupakan faktor yang menentukan terhadap kuantitas dan kualitas makanan yang dikonsumsi Pendapatan yang rendah menyebabkan daya beli yang rendah pula sehingga tidak mampu membeli pangan dalam jumlah dan mutu yang diperlukan dan akhirnya berakibat buruk terhadap status gizi (Berg 1986)

Dari hasil analisis statistik dengan menggunakan Uji korelasi Spearman menunjukan adanya hubungan yang nyata antara pendapatan per kapita dengan tingkat konsumsi energi (p= 0000) dan tingkat konsumsi protein (p=O006) Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pendapatan keluarga maka semakin baik tingkat konsumsi energi dan protein dan sebaliknya

Hubungan Pengetahuan Gizi Tbu dan Tingkat Konsurnsi Energi dan Protein

Ibu dengan tingkat pengetahuan gizi sedang dan tinggi ternyata tingkat konsumsi energi balitanya cukup (394 dan 300) sedangkan ibu dengan tingkat pengetahuan gizi rendah (857) tingkat konsumsi energi balitanya kurang Ibu dengan pengetahuan gizi sedang dan tinggi temyata tingkat konsumsi protein balitanya baik (576 dan 900) sedangkan ibu dengan tingkat pengetahuan gizi rendah (714) tingkat konsumsi protein balitanya kurang (Tabel 7)

Dari hasil anaIisis statistik dengan menggunakan Uji Korelasi Spearmwl menunjukkan adanya bubungan yang nyata antara

pengetahuan glZ1 ibu dengan tingkat konsumsi energi (p=OOOO) dan tingicat konsurnsi protein balita (p=0036) Hal ini memberi arti semakin tinggi pengetahuan gizi ibu maka semakin tinggi tingkat konsumsi energi dan protein balita

Hubungan Tingkat Konsumsi Energi dan Protein dengan Status Gizi Balita

Tabel 8 menunjukkan bahwa semakin baik tingkat konsumsi energi semakin baik status gizi

balita demikian juga sebaliknya Sejumlah contoh yang memi1iki tingkat konsumsi energi baile memi1iki status gizi baik (50) contoh yang memiliki tingkat konsumsi energi kurang memiliki status gizi kurang (50) dan buruk (265) Dari hasil anali sis statistik dengan menggunakan Uji Korelasi 2pearman menunjukkan ada hubungan yang nyata antara tingkat konsumsi energi dengan status gizi balira (p=OOOO) ~- -

Sejumlah eontoh yang merniliki tingkat konsumsi protein baik memiJiki status giZl baik (308) dan sedang (282) sebaliknya conton yang memiJiki tingkat konsumsi proteIn k-urang memiliki status gizi kurang (429) dan buruk (381) (Tabel 9) Hasil analisis statistik dengan Uji Koreiasi Spearman menunjukan adanya hubungan yang nyata antara tingkat konsumsi protein dengan status gizi balita (p=O003) Hal ini memberi arti semakin tinggi tingkat konsumsi protein maka semakin baik status gizinya

Tabel 7 Sebaran Pengetahuan Gizi Ibu menurut Tingkat Konsumsi Energi danProtein Contoh

Pen Gizi lbu I ITingkat middot Tinggi Sedang Rendah I

(n) () I (n) I () I

f i (n) I () I Konsumsi I

J Energi I

ILebih i 2 100 0 00 I I) 00 Bruk i

I 2 i 100 2 I

I 61 I 0 00

I ICukup 6 300 13 394 I 143 I iKurang 10 I 500 18 545 I

~

IJ ~ 857 Total 20 1000 I 33 1 1000 ~

I 1000 Protein

Bruk I 18 900 i 19

i I 576

I

i I

L 286

-

Kurang ~Total 20 1000 33 1000 I 1000

shy2 100 14 424 5 714

102

Tabel 8 Sebaran Tingkat Konsumsi Energi menurut Status Gizi Balita

Tingkat Konsumsi Energi I Status Gizi CuJrunLebih Baik ~I Balita () (n) (0)() (n) (n) (10)In) 500 2 1000 2 6 300 2I Bail 59

0 00 500 72 350 6 176ISedang 0 0 0 0 00 7 350Kurang 17 500 0 0 0 00 00Buruk 1 0 0 9 265

1000 JOOO 4 20 1000 34 1000i Total 2

Tabel 9 Sebaran Tingkat Konsumsi Protein menurut Status Gizi Balita

TingkatKonsumsi Protein Status ltJiziBalita Baik ~

I ()(0) (0) () 12 308 0 00IBaik II 282Sedang 4 190

385 9 429I Kurang I 15 Buruk I i 26 8 381i

39 1000 21Total 1000

Menurut Martorell (J 995) konsumsi makanan merupakan salah satu faktor yang secara langsung berpengaruh terhadap status gizi seseorang Kekurangan konswnsi pangan dan gizi dalam waktu yang lama mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan anak terhambat Hardinsyah dan Martianto (1992) mengatakan bahwa gizi yang baik merupakan berhasilnya proses tumbuh kembang hams dimulai sejak dalam kandudiusahakan terus sepanjang rudupnya

kunci anak

ngan

bagi yang

dan

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

] Contoh dalam penelitian mi secara umum mempun)lll latar belakang status sosial ekonomi keluarga sebagai beniut usia ayah 26-30 tahun (383) usia ibu 20-25 tahun (483) pendidikan ayah dan ibu adalah SD yaitu ayab (55) dan ibu (71 7) besar

keluarga contoh tergolong keluarga ked (s 4 anggota keluarga) (667) pekerjaan ayah

sebagai buruh (750) sedangkan ibu sebagai ibu rumah tangga (983) pendapatan per kapita rata-rata Rp 848039 tergolong sedang (433)

2 Tingkat pengetahuan gizi ibu berkisar antara 366 - 90 dengan rata-rata 73 sebagian besar (550) tergolong pada kategori cukup

3 Rata-rata konsumsi energi balita sebesar 745

Kalon tingkat konsumsi energi 61 4 dan sebanyak 567 balita berada pada kategon kurang Rata-rata konsumsi protein balita sebesar 194 gr dan tingkat konsumsi protein sebesar 843 dan sebanyak 650 balita berada pada kategori baik

4 Secara umum balita berstatus gizi kurang sebanyak 40010 dan gizi buruk sebesar 15 Jika dikelompokkan menu rut usia maka pada usia 12-24 bulan sebanyak 395 berstatus gizi kurang usia 25-36 bulan sebanyak 538 berstatus gizi kurang dan pada usia 37 shy

46 bulan sebanyak 556 berstatus gizi buruk 5 Tingkat pendapatan dan pengetahuan gizi ibu

berhubungan nyata dengan tingkat konsumsi energi dan protein balita

6 Tingkat konsumsi energi dan protein berhubungan nyata dengan status gizi balita

103

Media Gizi amp Keluarga Juli 200 I XXV ll ) 96 - 104

I Mengingat masih kurang memadainya tingkat peogetahuan gizi ibu maka diharapkan adanya intervensi gizi berupa penyuluhan gizi kepada masyarakat diwilayah pehelitian oJeh

Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor bekerja sarna dengan instansi terkait lainnya

2 Perlunya Pemberian Makanan Tambahan bergizi melalui Posyandu dengan melibatkan peran serta masyarakat dan pihak swasta

3 Perlu dilakukan pemberdayaan ekonomi melalui peningkatan keterarnpilan pada ibu rumah tangga

DAFTAR PUSTAKA

Berg A 1986 Peranan Gizi dalam Pembangunan Nasional (Zahara Penterjemah) DN Cv Rajawali Jakarta

BPS 1998 Pola Konsumsi Rumahtangga Kabupaten Bogar Bappeda-BPS Bogor

1999 Statistik Kesejahteraan Rakyat Survey Sosial Ekonomi Nasional BPS Jakarta

Gibson R 1993 Nutritional Assessment A Laboratory Manual University of Guelph Oxford University New York

Hardinsyah dan D Briawan 1990 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB Bogor

_ __-- dan D Martianto 1992 Menaksir Angka Kecukupan Energi dan Protein sena Penilaian Mutu Gizi Konsumsi Pangan Wirasari Bogor

Khomsan A 2000 Tehnik Pengukuran Pengetahuan Gizi Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB Bogar

Martorel1 R 1995 Promoting Healthly Growth Rationale and Benefits Child Growth and Nutrition in Developing Country Priorities of Action Ed Pinstrup-Andersen D Pelletier H Aldennan Cornell University Press New York

Suhardjo 1996 Pengertian dan Kerangka Pikir Ketahanan Pangan Rumahtangga Laporan Lokakarya Ketahanan Pangan Departemen Pertanian RI-UNICEF

Singarimbun M dan S Effendi 1992 Metode Penelitian Survai LPJES Jakarta

104

Page 8: media GIZI KELUARGA - ikk.fema.ipb.ac.idikk.fema.ipb.ac.id/v2/images/karyailmiah/gizikurangbalita_rnn.pdf · Analisis Sikap Angka Ideal terhadap Produk Jus Jeruk \ ... Mengetahui

sebesar 0 dengan jumlah pengbasiJan tambahan berkisar amara Rp 5000000 - Rp 20000000 Rata-rata pendapatan per kapita per bulan keluarga lebib rendah dari raUl-rata pendapatan per kapita penduduk Kabupaten Bogor yang sebesar Rp 9433600 (BPS 1998)

Keikutsertaan dalam Kegiatan Posyandu

Sebagian besar responden (80010) telah ikut serta dalam kegiatan posyandu selama lebih 12 bulan dan ada 100 yang lt2 bulan karena baru pindah ke desa tersebut dan sisanya antara 7 - 12 bulan Sebagian besar responden (827) menyatakan bahwa alasan mengikuti kegiatan posyandu atas kesadaran sendiri sedangkan (183) atas saran Kepala DesaIKader Dalam 6 bulan terakhir sebagian besar responden (81 7) menyatakan selalu rutin (6 kali) membawa anaknya ke posyandu sedangkan yang menyatakan 5 kali sebesar 67 4 kali sebesar 50 dan I kali sebesar 33

PenyuJuhan gizi merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan pengetahuan gizi seseorang Dengan adanya penyuluhan gizi diharapkan para ibu balita mampu mendapatkan tambahan pengetahuan yang dapat diaplikasikan dalam memberikan makanan kepada balita sehingga jumlah balita yang mengalami lcurang gizi mampu untuk dikurangi Basil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden (600) menyatakan pemah mengikuti penyuluhan gizi di posyandu dan sisanya (400) tidak pemah mengikuti penyuluhan gizi di Posyandu Responden yang pernah mengikuti penyuluhan gizi di Posyandu menyatakan bahwa yang memberikan penyuluhan gizi tersebut adalah bidan (528 ) dan leader (41 6 ) Adapun materi penyuluhan gizi yang diberikan antara lain makanan bergizi pada anak (500 ) makanan sehat keluarga (222 ) gizi ibu dan anak (167 ) ASI dan rnakanan tambahan (83 ) dan pentingnya sayuran (28 )

Pengetahuan Gin lbu

Pengetahuan gizi ibu yang diteliti meliputi pengetahuan tentang ASI dan makanan tambahan makanan sehat pengolahan pangan status gizi penanggulaogan diare dan sanitasi lingkungan serta imunisasi dan posyandu Skor pengetahuan

Media Gizi amp Keluarga Juli 2001 XXV (1) - 104

gizi ibu berkisar antara 11 - 27 (366 - 90) dari total skor maksimum 30 Adapun rata-rata tingkat pengetahuan gizi ibu sebesar 73 0 Tabel 1 menjelaskan bahwa sebagian besar ibu (550) memiliki tingkat pengetahuan gizi cukup

Berdasarkan jawahan yang diberikan pertanyaan yang paling banyak tidak dapat dijawab responden dengan benar adalah tentang usia yang tepa untuk mendapatkan makanan tambahan pertama kali (717) cara mencuci sayur yang baik (61 7) selain AS bayi (usia 0 - 4 bulan) diberikan makanan tambahan (483) makanan sumber zat tenaga (400010) dan waktu pertama kali pemberian ASI (367)

Tabel 1 Sebaran Contoh menurut Tingkat Pengetahuan Gizi Ibu

Pengctahoan Gizi Jumlah 11) lYo)

Baik Cu1up Kunmg

20 33 7

333 55 0 11 7

Total 60 1000

Tingkat Konsumsi Energi dan Protein Balita

Secara umum rata-rata konsumsi energi balita adalah 745 Kalori dengan kisaran antara 402-1222 Kalori sedangkan rata-rata tingkat konsumsi energinya adalah 64 1 dengan kisaran antara 322-1359 Tabel 2 menunjukkan bahwa secara umum tingkat konsumsi energi contoh berada pada leategori kurang (567) dan presentase terbesar pada kelompok usia 36-46 bulan (778)

Secara umum rata-rata rata-raUl konsumsi protein balita adalah 194 gr dengan kisaran 85shy318 gr sedangkBD rata-rata tingkat konsumsi proteinnya adalah 843 dengan kisaran antara 371-151 3 Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar contoh (65) memiliki tingkat konsumsi protein baik terutama pada usia 12-24 bulan dan usia 25-36 bulan yakni 71 1 dan 61 5 Sebagian besar (556) balita usia 37-46 bulan memiliki tingkat konsumsi protein kurang Hal ini menunjukkan bahwa semakin bertambah usia tingkat konsurnsi protein sernakin menurun Bila kondisi ini dibiarkan akan berdampak pada pertumbuban fisik dan perkembangan kecerdasan anak

99

----

Media Gizi amp Kcluarga Juli ~OOI XXv ( ll middot96- 104

Tabel2 Sebaran Contoh menurut Tingkat Konsumsi Energi

Tillgkat Konsumsi

Energi

Usia (bin) Total

12- 24 I 25-36 37 -46 (n) (Yo) I (n) I () (n) I () (n) I ()

Lebih Baik Cukup Kurang

2 2 14 20

53 53

368 526

I

0 0_0 0 I

I 77 I I 5 385 I I

I I

7 538 7

I 0_0

II I I 111

I 718

2 ~

10 34

i gt3

I 67

333 567

Total 38 1000 13 I LOOO 9 1000 i 60 i 1000

J

-

Tabel 3 Sebaran Contoh menurut Tingkat Konsumsi Protein

~

Tingkat Usia Chin) I Total

Konsumsi 37-46 12 -24 I 25-36 I Protein (n)(n I () i (n) () () I (n) I () I

Baik 444 39 I 650461527 I 711 8 IKurang 385 5 556 2l 350

Total 11 I 289 I 5

9 I 1000 60 100038 I 1000 I 13 1000

i I

I

I

Status Gizi Comoh

Dan hasil penimbangan BB menunjukkan bahwa rata-rata BB contoh untuk setiap kelompok usia lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata berat badan ideal Pada kelompok usia 12-24 rata-rata berat badan comoh adalah 91 kg dengan kisaran antara 75 kg-12 kg pada kelompok usia 25-36 bulan rata-rata berat badan contoh adalah 108 kg dengan kisaran antara 93 kg-13 kg (berat badan ideal 132 kg) dan pada kelompok usia 37shy46 bulan ratamiddot rata berat badan contoh adalah 1 17 kg dengan kisaran antara 92 kg-IS kg (berat badan ideal 152 kg) Rendahnya BB contoh

sangat menentukan status gizinya Persentase contoh yang berstatus gin rurang sebesar 53 8 pada contoh berusla 25-~6 bulan dan 395 contoh berusia 12-24 bulan sementara contoh yang berada pada usia 37-46 bulan sebagian cesar berstatus gizi buruk (556) Tabei 4) Kondisi status gizi kurang dan gin ouruk pada sebagian besar contoh disebabkan oleh rendahnya mutu dan jumlah konsumsi pangan yang dikonsumsi sehingga berakibat pada berat badan tubuh yang tidak ideaL Sebagaimana diungkapkan oleh Hardinsyah dan Martianto (1992) status gizi balita dipengaruhi oleh konsumsi pangan sebelumoya dan penyakit infeksi

Tabel 4 Sebaran Status Gizi rnenurut Kelompok Usia

Staius Gizi Balita 12-24

(n) ()

Kelompok Usia (bin) 25-J6

(n) () (0) gt36

i

()

Total

(n) I () Bail

Sedang Kurang Buruk

8 11 15 4

211289 395 105

I 2 I 154 4 308

I

7 538 0 00

2 0

L

5

221 i

00 222 556 1

12

15 124 i

9

200 25 0 ~O

l 50

Total 38 1000 13 1000 9 LOOO 60 I 1000 Rata-rata BB (kg)

91 to8 117 99

100

Media Gizi amp Keluarga Juli 2001 XXV (I) - 104

Hubungan Besar Keluarga dengan Tingkat Konsumsi Energi dan Protein

Tabel 5 menunjukkan bahwa baik pada responden yang berkategori keluarga besar maupun kecil sarna-sarna mempunyai tingkat konsumsi energi kurang (55 dan 575) Sebaliknya pada keluarga besar dan kecil sebagian besar memiliki tingkat konsumsi protein yang baik (70 dan 625) Jadi antara kategori keluarga kecil dan keluarga besar tidak berbeda dalarn hal tingkat konsumsi energi dan protein balita

Dari hasil analisis yang dilakukan dengan menggunakan Uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang nyata antara besar keJuarga dengan tingkat

konsumsi energi dan tingkat konsumsi protein (p=(l05)

Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Tingkat Konsumsi Energi dan Protein

Tabel 6 menunjukkan bahwa semakin rendah pendapatan keluarga maka tingkat konsumsi energi dan protein balita semakin berkurang Hal ini terlihat dari sebagian besar keuarga yang berpendapatan rendah memiliki balita dengan tingkat konsumsi energi kurang (800010) dan tingkat konsumsi protein juga kurang (667) Pada keluarga berpendapatan tinggi tingkat konsumsi energi balita cukup (422) dan sebagian besar memiliki tingkat konsumsi protein baik (90010)

Tabel 5 Sebaran Besar Keluarga menurut Tingkat Konsumsi Energi dan Protein Contoh

Tingkat Koosumsi

Bes8dCeluarga - - ~

Besar Ktcil (n) middot (~) (n) (1)

Energi Lebih

I Baik Cukup Kurang

0 2 7 11

00 100 350 550

2 2 13 23 -

50 50

325 575

Total 20 1000 40 1000 Protein

I BaikI Kurang

14 6

700 300

25 15

625 375

Total 20 1000 40 1000

Tabel 6 Sebaran Tingkat Pendapatan KeJuarga menurut Tingkat Konsumsi Energi dan Protein Contoh

PendapatmLper Kapit8Tingkat Rendall

I

1000 J5 1000

Troggi I SidangKonsumsi (n) () 1 (n) () (n)I (o~ i

IIEnem 00Lebih 2 105 I 0 0 00

Baik 2 105 2 80 0 00 iI I I 8 42-2 I 9 360 3 200CukUJl II i II Kurang 7 368 1 15 560 I 12 SOO I Total 1000 26

Protein Baik

J9I

18 I 900 I 16 640 5 333I

Kurang I I 100 i 10 I 360 I 10 I I 667 I1

i Total 19 1000 I 26 I 1000 I I 15 1000

10]

Media Gizi amp Kcluarga Juli 2001 XXV (I) - 104

Tingcat pendapatan merupakan faktor yang menentukan terhadap kuantitas dan kualitas makanan yang dikonsumsi Pendapatan yang rendah menyebabkan daya beli yang rendah pula sehingga tidak mampu membeli pangan dalam jumlah dan mutu yang diperlukan dan akhirnya berakibat buruk terhadap status gizi (Berg 1986)

Dari hasil analisis statistik dengan menggunakan Uji korelasi Spearman menunjukan adanya hubungan yang nyata antara pendapatan per kapita dengan tingkat konsumsi energi (p= 0000) dan tingkat konsumsi protein (p=O006) Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pendapatan keluarga maka semakin baik tingkat konsumsi energi dan protein dan sebaliknya

Hubungan Pengetahuan Gizi Tbu dan Tingkat Konsurnsi Energi dan Protein

Ibu dengan tingkat pengetahuan gizi sedang dan tinggi ternyata tingkat konsumsi energi balitanya cukup (394 dan 300) sedangkan ibu dengan tingkat pengetahuan gizi rendah (857) tingkat konsumsi energi balitanya kurang Ibu dengan pengetahuan gizi sedang dan tinggi temyata tingkat konsumsi protein balitanya baik (576 dan 900) sedangkan ibu dengan tingkat pengetahuan gizi rendah (714) tingkat konsumsi protein balitanya kurang (Tabel 7)

Dari hasil anaIisis statistik dengan menggunakan Uji Korelasi Spearmwl menunjukkan adanya bubungan yang nyata antara

pengetahuan glZ1 ibu dengan tingkat konsumsi energi (p=OOOO) dan tingicat konsurnsi protein balita (p=0036) Hal ini memberi arti semakin tinggi pengetahuan gizi ibu maka semakin tinggi tingkat konsumsi energi dan protein balita

Hubungan Tingkat Konsumsi Energi dan Protein dengan Status Gizi Balita

Tabel 8 menunjukkan bahwa semakin baik tingkat konsumsi energi semakin baik status gizi

balita demikian juga sebaliknya Sejumlah contoh yang memi1iki tingkat konsumsi energi baile memi1iki status gizi baik (50) contoh yang memiliki tingkat konsumsi energi kurang memiliki status gizi kurang (50) dan buruk (265) Dari hasil anali sis statistik dengan menggunakan Uji Korelasi 2pearman menunjukkan ada hubungan yang nyata antara tingkat konsumsi energi dengan status gizi balira (p=OOOO) ~- -

Sejumlah eontoh yang merniliki tingkat konsumsi protein baik memiJiki status giZl baik (308) dan sedang (282) sebaliknya conton yang memiJiki tingkat konsumsi proteIn k-urang memiliki status gizi kurang (429) dan buruk (381) (Tabel 9) Hasil analisis statistik dengan Uji Koreiasi Spearman menunjukan adanya hubungan yang nyata antara tingkat konsumsi protein dengan status gizi balita (p=O003) Hal ini memberi arti semakin tinggi tingkat konsumsi protein maka semakin baik status gizinya

Tabel 7 Sebaran Pengetahuan Gizi Ibu menurut Tingkat Konsumsi Energi danProtein Contoh

Pen Gizi lbu I ITingkat middot Tinggi Sedang Rendah I

(n) () I (n) I () I

f i (n) I () I Konsumsi I

J Energi I

ILebih i 2 100 0 00 I I) 00 Bruk i

I 2 i 100 2 I

I 61 I 0 00

I ICukup 6 300 13 394 I 143 I iKurang 10 I 500 18 545 I

~

IJ ~ 857 Total 20 1000 I 33 1 1000 ~

I 1000 Protein

Bruk I 18 900 i 19

i I 576

I

i I

L 286

-

Kurang ~Total 20 1000 33 1000 I 1000

shy2 100 14 424 5 714

102

Tabel 8 Sebaran Tingkat Konsumsi Energi menurut Status Gizi Balita

Tingkat Konsumsi Energi I Status Gizi CuJrunLebih Baik ~I Balita () (n) (0)() (n) (n) (10)In) 500 2 1000 2 6 300 2I Bail 59

0 00 500 72 350 6 176ISedang 0 0 0 0 00 7 350Kurang 17 500 0 0 0 00 00Buruk 1 0 0 9 265

1000 JOOO 4 20 1000 34 1000i Total 2

Tabel 9 Sebaran Tingkat Konsumsi Protein menurut Status Gizi Balita

TingkatKonsumsi Protein Status ltJiziBalita Baik ~

I ()(0) (0) () 12 308 0 00IBaik II 282Sedang 4 190

385 9 429I Kurang I 15 Buruk I i 26 8 381i

39 1000 21Total 1000

Menurut Martorell (J 995) konsumsi makanan merupakan salah satu faktor yang secara langsung berpengaruh terhadap status gizi seseorang Kekurangan konswnsi pangan dan gizi dalam waktu yang lama mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan anak terhambat Hardinsyah dan Martianto (1992) mengatakan bahwa gizi yang baik merupakan berhasilnya proses tumbuh kembang hams dimulai sejak dalam kandudiusahakan terus sepanjang rudupnya

kunci anak

ngan

bagi yang

dan

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

] Contoh dalam penelitian mi secara umum mempun)lll latar belakang status sosial ekonomi keluarga sebagai beniut usia ayah 26-30 tahun (383) usia ibu 20-25 tahun (483) pendidikan ayah dan ibu adalah SD yaitu ayab (55) dan ibu (71 7) besar

keluarga contoh tergolong keluarga ked (s 4 anggota keluarga) (667) pekerjaan ayah

sebagai buruh (750) sedangkan ibu sebagai ibu rumah tangga (983) pendapatan per kapita rata-rata Rp 848039 tergolong sedang (433)

2 Tingkat pengetahuan gizi ibu berkisar antara 366 - 90 dengan rata-rata 73 sebagian besar (550) tergolong pada kategori cukup

3 Rata-rata konsumsi energi balita sebesar 745

Kalon tingkat konsumsi energi 61 4 dan sebanyak 567 balita berada pada kategon kurang Rata-rata konsumsi protein balita sebesar 194 gr dan tingkat konsumsi protein sebesar 843 dan sebanyak 650 balita berada pada kategori baik

4 Secara umum balita berstatus gizi kurang sebanyak 40010 dan gizi buruk sebesar 15 Jika dikelompokkan menu rut usia maka pada usia 12-24 bulan sebanyak 395 berstatus gizi kurang usia 25-36 bulan sebanyak 538 berstatus gizi kurang dan pada usia 37 shy

46 bulan sebanyak 556 berstatus gizi buruk 5 Tingkat pendapatan dan pengetahuan gizi ibu

berhubungan nyata dengan tingkat konsumsi energi dan protein balita

6 Tingkat konsumsi energi dan protein berhubungan nyata dengan status gizi balita

103

Media Gizi amp Keluarga Juli 200 I XXV ll ) 96 - 104

I Mengingat masih kurang memadainya tingkat peogetahuan gizi ibu maka diharapkan adanya intervensi gizi berupa penyuluhan gizi kepada masyarakat diwilayah pehelitian oJeh

Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor bekerja sarna dengan instansi terkait lainnya

2 Perlunya Pemberian Makanan Tambahan bergizi melalui Posyandu dengan melibatkan peran serta masyarakat dan pihak swasta

3 Perlu dilakukan pemberdayaan ekonomi melalui peningkatan keterarnpilan pada ibu rumah tangga

DAFTAR PUSTAKA

Berg A 1986 Peranan Gizi dalam Pembangunan Nasional (Zahara Penterjemah) DN Cv Rajawali Jakarta

BPS 1998 Pola Konsumsi Rumahtangga Kabupaten Bogar Bappeda-BPS Bogor

1999 Statistik Kesejahteraan Rakyat Survey Sosial Ekonomi Nasional BPS Jakarta

Gibson R 1993 Nutritional Assessment A Laboratory Manual University of Guelph Oxford University New York

Hardinsyah dan D Briawan 1990 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB Bogor

_ __-- dan D Martianto 1992 Menaksir Angka Kecukupan Energi dan Protein sena Penilaian Mutu Gizi Konsumsi Pangan Wirasari Bogor

Khomsan A 2000 Tehnik Pengukuran Pengetahuan Gizi Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB Bogar

Martorel1 R 1995 Promoting Healthly Growth Rationale and Benefits Child Growth and Nutrition in Developing Country Priorities of Action Ed Pinstrup-Andersen D Pelletier H Aldennan Cornell University Press New York

Suhardjo 1996 Pengertian dan Kerangka Pikir Ketahanan Pangan Rumahtangga Laporan Lokakarya Ketahanan Pangan Departemen Pertanian RI-UNICEF

Singarimbun M dan S Effendi 1992 Metode Penelitian Survai LPJES Jakarta

104

Page 9: media GIZI KELUARGA - ikk.fema.ipb.ac.idikk.fema.ipb.ac.id/v2/images/karyailmiah/gizikurangbalita_rnn.pdf · Analisis Sikap Angka Ideal terhadap Produk Jus Jeruk \ ... Mengetahui

----

Media Gizi amp Kcluarga Juli ~OOI XXv ( ll middot96- 104

Tabel2 Sebaran Contoh menurut Tingkat Konsumsi Energi

Tillgkat Konsumsi

Energi

Usia (bin) Total

12- 24 I 25-36 37 -46 (n) (Yo) I (n) I () (n) I () (n) I ()

Lebih Baik Cukup Kurang

2 2 14 20

53 53

368 526

I

0 0_0 0 I

I 77 I I 5 385 I I

I I

7 538 7

I 0_0

II I I 111

I 718

2 ~

10 34

i gt3

I 67

333 567

Total 38 1000 13 I LOOO 9 1000 i 60 i 1000

J

-

Tabel 3 Sebaran Contoh menurut Tingkat Konsumsi Protein

~

Tingkat Usia Chin) I Total

Konsumsi 37-46 12 -24 I 25-36 I Protein (n)(n I () i (n) () () I (n) I () I

Baik 444 39 I 650461527 I 711 8 IKurang 385 5 556 2l 350

Total 11 I 289 I 5

9 I 1000 60 100038 I 1000 I 13 1000

i I

I

I

Status Gizi Comoh

Dan hasil penimbangan BB menunjukkan bahwa rata-rata BB contoh untuk setiap kelompok usia lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata berat badan ideal Pada kelompok usia 12-24 rata-rata berat badan comoh adalah 91 kg dengan kisaran antara 75 kg-12 kg pada kelompok usia 25-36 bulan rata-rata berat badan contoh adalah 108 kg dengan kisaran antara 93 kg-13 kg (berat badan ideal 132 kg) dan pada kelompok usia 37shy46 bulan ratamiddot rata berat badan contoh adalah 1 17 kg dengan kisaran antara 92 kg-IS kg (berat badan ideal 152 kg) Rendahnya BB contoh

sangat menentukan status gizinya Persentase contoh yang berstatus gin rurang sebesar 53 8 pada contoh berusla 25-~6 bulan dan 395 contoh berusia 12-24 bulan sementara contoh yang berada pada usia 37-46 bulan sebagian cesar berstatus gizi buruk (556) Tabei 4) Kondisi status gizi kurang dan gin ouruk pada sebagian besar contoh disebabkan oleh rendahnya mutu dan jumlah konsumsi pangan yang dikonsumsi sehingga berakibat pada berat badan tubuh yang tidak ideaL Sebagaimana diungkapkan oleh Hardinsyah dan Martianto (1992) status gizi balita dipengaruhi oleh konsumsi pangan sebelumoya dan penyakit infeksi

Tabel 4 Sebaran Status Gizi rnenurut Kelompok Usia

Staius Gizi Balita 12-24

(n) ()

Kelompok Usia (bin) 25-J6

(n) () (0) gt36

i

()

Total

(n) I () Bail

Sedang Kurang Buruk

8 11 15 4

211289 395 105

I 2 I 154 4 308

I

7 538 0 00

2 0

L

5

221 i

00 222 556 1

12

15 124 i

9

200 25 0 ~O

l 50

Total 38 1000 13 1000 9 LOOO 60 I 1000 Rata-rata BB (kg)

91 to8 117 99

100

Media Gizi amp Keluarga Juli 2001 XXV (I) - 104

Hubungan Besar Keluarga dengan Tingkat Konsumsi Energi dan Protein

Tabel 5 menunjukkan bahwa baik pada responden yang berkategori keluarga besar maupun kecil sarna-sarna mempunyai tingkat konsumsi energi kurang (55 dan 575) Sebaliknya pada keluarga besar dan kecil sebagian besar memiliki tingkat konsumsi protein yang baik (70 dan 625) Jadi antara kategori keluarga kecil dan keluarga besar tidak berbeda dalarn hal tingkat konsumsi energi dan protein balita

Dari hasil analisis yang dilakukan dengan menggunakan Uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang nyata antara besar keJuarga dengan tingkat

konsumsi energi dan tingkat konsumsi protein (p=(l05)

Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Tingkat Konsumsi Energi dan Protein

Tabel 6 menunjukkan bahwa semakin rendah pendapatan keluarga maka tingkat konsumsi energi dan protein balita semakin berkurang Hal ini terlihat dari sebagian besar keuarga yang berpendapatan rendah memiliki balita dengan tingkat konsumsi energi kurang (800010) dan tingkat konsumsi protein juga kurang (667) Pada keluarga berpendapatan tinggi tingkat konsumsi energi balita cukup (422) dan sebagian besar memiliki tingkat konsumsi protein baik (90010)

Tabel 5 Sebaran Besar Keluarga menurut Tingkat Konsumsi Energi dan Protein Contoh

Tingkat Koosumsi

Bes8dCeluarga - - ~

Besar Ktcil (n) middot (~) (n) (1)

Energi Lebih

I Baik Cukup Kurang

0 2 7 11

00 100 350 550

2 2 13 23 -

50 50

325 575

Total 20 1000 40 1000 Protein

I BaikI Kurang

14 6

700 300

25 15

625 375

Total 20 1000 40 1000

Tabel 6 Sebaran Tingkat Pendapatan KeJuarga menurut Tingkat Konsumsi Energi dan Protein Contoh

PendapatmLper Kapit8Tingkat Rendall

I

1000 J5 1000

Troggi I SidangKonsumsi (n) () 1 (n) () (n)I (o~ i

IIEnem 00Lebih 2 105 I 0 0 00

Baik 2 105 2 80 0 00 iI I I 8 42-2 I 9 360 3 200CukUJl II i II Kurang 7 368 1 15 560 I 12 SOO I Total 1000 26

Protein Baik

J9I

18 I 900 I 16 640 5 333I

Kurang I I 100 i 10 I 360 I 10 I I 667 I1

i Total 19 1000 I 26 I 1000 I I 15 1000

10]

Media Gizi amp Kcluarga Juli 2001 XXV (I) - 104

Tingcat pendapatan merupakan faktor yang menentukan terhadap kuantitas dan kualitas makanan yang dikonsumsi Pendapatan yang rendah menyebabkan daya beli yang rendah pula sehingga tidak mampu membeli pangan dalam jumlah dan mutu yang diperlukan dan akhirnya berakibat buruk terhadap status gizi (Berg 1986)

Dari hasil analisis statistik dengan menggunakan Uji korelasi Spearman menunjukan adanya hubungan yang nyata antara pendapatan per kapita dengan tingkat konsumsi energi (p= 0000) dan tingkat konsumsi protein (p=O006) Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pendapatan keluarga maka semakin baik tingkat konsumsi energi dan protein dan sebaliknya

Hubungan Pengetahuan Gizi Tbu dan Tingkat Konsurnsi Energi dan Protein

Ibu dengan tingkat pengetahuan gizi sedang dan tinggi ternyata tingkat konsumsi energi balitanya cukup (394 dan 300) sedangkan ibu dengan tingkat pengetahuan gizi rendah (857) tingkat konsumsi energi balitanya kurang Ibu dengan pengetahuan gizi sedang dan tinggi temyata tingkat konsumsi protein balitanya baik (576 dan 900) sedangkan ibu dengan tingkat pengetahuan gizi rendah (714) tingkat konsumsi protein balitanya kurang (Tabel 7)

Dari hasil anaIisis statistik dengan menggunakan Uji Korelasi Spearmwl menunjukkan adanya bubungan yang nyata antara

pengetahuan glZ1 ibu dengan tingkat konsumsi energi (p=OOOO) dan tingicat konsurnsi protein balita (p=0036) Hal ini memberi arti semakin tinggi pengetahuan gizi ibu maka semakin tinggi tingkat konsumsi energi dan protein balita

Hubungan Tingkat Konsumsi Energi dan Protein dengan Status Gizi Balita

Tabel 8 menunjukkan bahwa semakin baik tingkat konsumsi energi semakin baik status gizi

balita demikian juga sebaliknya Sejumlah contoh yang memi1iki tingkat konsumsi energi baile memi1iki status gizi baik (50) contoh yang memiliki tingkat konsumsi energi kurang memiliki status gizi kurang (50) dan buruk (265) Dari hasil anali sis statistik dengan menggunakan Uji Korelasi 2pearman menunjukkan ada hubungan yang nyata antara tingkat konsumsi energi dengan status gizi balira (p=OOOO) ~- -

Sejumlah eontoh yang merniliki tingkat konsumsi protein baik memiJiki status giZl baik (308) dan sedang (282) sebaliknya conton yang memiJiki tingkat konsumsi proteIn k-urang memiliki status gizi kurang (429) dan buruk (381) (Tabel 9) Hasil analisis statistik dengan Uji Koreiasi Spearman menunjukan adanya hubungan yang nyata antara tingkat konsumsi protein dengan status gizi balita (p=O003) Hal ini memberi arti semakin tinggi tingkat konsumsi protein maka semakin baik status gizinya

Tabel 7 Sebaran Pengetahuan Gizi Ibu menurut Tingkat Konsumsi Energi danProtein Contoh

Pen Gizi lbu I ITingkat middot Tinggi Sedang Rendah I

(n) () I (n) I () I

f i (n) I () I Konsumsi I

J Energi I

ILebih i 2 100 0 00 I I) 00 Bruk i

I 2 i 100 2 I

I 61 I 0 00

I ICukup 6 300 13 394 I 143 I iKurang 10 I 500 18 545 I

~

IJ ~ 857 Total 20 1000 I 33 1 1000 ~

I 1000 Protein

Bruk I 18 900 i 19

i I 576

I

i I

L 286

-

Kurang ~Total 20 1000 33 1000 I 1000

shy2 100 14 424 5 714

102

Tabel 8 Sebaran Tingkat Konsumsi Energi menurut Status Gizi Balita

Tingkat Konsumsi Energi I Status Gizi CuJrunLebih Baik ~I Balita () (n) (0)() (n) (n) (10)In) 500 2 1000 2 6 300 2I Bail 59

0 00 500 72 350 6 176ISedang 0 0 0 0 00 7 350Kurang 17 500 0 0 0 00 00Buruk 1 0 0 9 265

1000 JOOO 4 20 1000 34 1000i Total 2

Tabel 9 Sebaran Tingkat Konsumsi Protein menurut Status Gizi Balita

TingkatKonsumsi Protein Status ltJiziBalita Baik ~

I ()(0) (0) () 12 308 0 00IBaik II 282Sedang 4 190

385 9 429I Kurang I 15 Buruk I i 26 8 381i

39 1000 21Total 1000

Menurut Martorell (J 995) konsumsi makanan merupakan salah satu faktor yang secara langsung berpengaruh terhadap status gizi seseorang Kekurangan konswnsi pangan dan gizi dalam waktu yang lama mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan anak terhambat Hardinsyah dan Martianto (1992) mengatakan bahwa gizi yang baik merupakan berhasilnya proses tumbuh kembang hams dimulai sejak dalam kandudiusahakan terus sepanjang rudupnya

kunci anak

ngan

bagi yang

dan

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

] Contoh dalam penelitian mi secara umum mempun)lll latar belakang status sosial ekonomi keluarga sebagai beniut usia ayah 26-30 tahun (383) usia ibu 20-25 tahun (483) pendidikan ayah dan ibu adalah SD yaitu ayab (55) dan ibu (71 7) besar

keluarga contoh tergolong keluarga ked (s 4 anggota keluarga) (667) pekerjaan ayah

sebagai buruh (750) sedangkan ibu sebagai ibu rumah tangga (983) pendapatan per kapita rata-rata Rp 848039 tergolong sedang (433)

2 Tingkat pengetahuan gizi ibu berkisar antara 366 - 90 dengan rata-rata 73 sebagian besar (550) tergolong pada kategori cukup

3 Rata-rata konsumsi energi balita sebesar 745

Kalon tingkat konsumsi energi 61 4 dan sebanyak 567 balita berada pada kategon kurang Rata-rata konsumsi protein balita sebesar 194 gr dan tingkat konsumsi protein sebesar 843 dan sebanyak 650 balita berada pada kategori baik

4 Secara umum balita berstatus gizi kurang sebanyak 40010 dan gizi buruk sebesar 15 Jika dikelompokkan menu rut usia maka pada usia 12-24 bulan sebanyak 395 berstatus gizi kurang usia 25-36 bulan sebanyak 538 berstatus gizi kurang dan pada usia 37 shy

46 bulan sebanyak 556 berstatus gizi buruk 5 Tingkat pendapatan dan pengetahuan gizi ibu

berhubungan nyata dengan tingkat konsumsi energi dan protein balita

6 Tingkat konsumsi energi dan protein berhubungan nyata dengan status gizi balita

103

Media Gizi amp Keluarga Juli 200 I XXV ll ) 96 - 104

I Mengingat masih kurang memadainya tingkat peogetahuan gizi ibu maka diharapkan adanya intervensi gizi berupa penyuluhan gizi kepada masyarakat diwilayah pehelitian oJeh

Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor bekerja sarna dengan instansi terkait lainnya

2 Perlunya Pemberian Makanan Tambahan bergizi melalui Posyandu dengan melibatkan peran serta masyarakat dan pihak swasta

3 Perlu dilakukan pemberdayaan ekonomi melalui peningkatan keterarnpilan pada ibu rumah tangga

DAFTAR PUSTAKA

Berg A 1986 Peranan Gizi dalam Pembangunan Nasional (Zahara Penterjemah) DN Cv Rajawali Jakarta

BPS 1998 Pola Konsumsi Rumahtangga Kabupaten Bogar Bappeda-BPS Bogor

1999 Statistik Kesejahteraan Rakyat Survey Sosial Ekonomi Nasional BPS Jakarta

Gibson R 1993 Nutritional Assessment A Laboratory Manual University of Guelph Oxford University New York

Hardinsyah dan D Briawan 1990 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB Bogor

_ __-- dan D Martianto 1992 Menaksir Angka Kecukupan Energi dan Protein sena Penilaian Mutu Gizi Konsumsi Pangan Wirasari Bogor

Khomsan A 2000 Tehnik Pengukuran Pengetahuan Gizi Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB Bogar

Martorel1 R 1995 Promoting Healthly Growth Rationale and Benefits Child Growth and Nutrition in Developing Country Priorities of Action Ed Pinstrup-Andersen D Pelletier H Aldennan Cornell University Press New York

Suhardjo 1996 Pengertian dan Kerangka Pikir Ketahanan Pangan Rumahtangga Laporan Lokakarya Ketahanan Pangan Departemen Pertanian RI-UNICEF

Singarimbun M dan S Effendi 1992 Metode Penelitian Survai LPJES Jakarta

104

Page 10: media GIZI KELUARGA - ikk.fema.ipb.ac.idikk.fema.ipb.ac.id/v2/images/karyailmiah/gizikurangbalita_rnn.pdf · Analisis Sikap Angka Ideal terhadap Produk Jus Jeruk \ ... Mengetahui

Media Gizi amp Keluarga Juli 2001 XXV (I) - 104

Hubungan Besar Keluarga dengan Tingkat Konsumsi Energi dan Protein

Tabel 5 menunjukkan bahwa baik pada responden yang berkategori keluarga besar maupun kecil sarna-sarna mempunyai tingkat konsumsi energi kurang (55 dan 575) Sebaliknya pada keluarga besar dan kecil sebagian besar memiliki tingkat konsumsi protein yang baik (70 dan 625) Jadi antara kategori keluarga kecil dan keluarga besar tidak berbeda dalarn hal tingkat konsumsi energi dan protein balita

Dari hasil analisis yang dilakukan dengan menggunakan Uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang nyata antara besar keJuarga dengan tingkat

konsumsi energi dan tingkat konsumsi protein (p=(l05)

Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Tingkat Konsumsi Energi dan Protein

Tabel 6 menunjukkan bahwa semakin rendah pendapatan keluarga maka tingkat konsumsi energi dan protein balita semakin berkurang Hal ini terlihat dari sebagian besar keuarga yang berpendapatan rendah memiliki balita dengan tingkat konsumsi energi kurang (800010) dan tingkat konsumsi protein juga kurang (667) Pada keluarga berpendapatan tinggi tingkat konsumsi energi balita cukup (422) dan sebagian besar memiliki tingkat konsumsi protein baik (90010)

Tabel 5 Sebaran Besar Keluarga menurut Tingkat Konsumsi Energi dan Protein Contoh

Tingkat Koosumsi

Bes8dCeluarga - - ~

Besar Ktcil (n) middot (~) (n) (1)

Energi Lebih

I Baik Cukup Kurang

0 2 7 11

00 100 350 550

2 2 13 23 -

50 50

325 575

Total 20 1000 40 1000 Protein

I BaikI Kurang

14 6

700 300

25 15

625 375

Total 20 1000 40 1000

Tabel 6 Sebaran Tingkat Pendapatan KeJuarga menurut Tingkat Konsumsi Energi dan Protein Contoh

PendapatmLper Kapit8Tingkat Rendall

I

1000 J5 1000

Troggi I SidangKonsumsi (n) () 1 (n) () (n)I (o~ i

IIEnem 00Lebih 2 105 I 0 0 00

Baik 2 105 2 80 0 00 iI I I 8 42-2 I 9 360 3 200CukUJl II i II Kurang 7 368 1 15 560 I 12 SOO I Total 1000 26

Protein Baik

J9I

18 I 900 I 16 640 5 333I

Kurang I I 100 i 10 I 360 I 10 I I 667 I1

i Total 19 1000 I 26 I 1000 I I 15 1000

10]

Media Gizi amp Kcluarga Juli 2001 XXV (I) - 104

Tingcat pendapatan merupakan faktor yang menentukan terhadap kuantitas dan kualitas makanan yang dikonsumsi Pendapatan yang rendah menyebabkan daya beli yang rendah pula sehingga tidak mampu membeli pangan dalam jumlah dan mutu yang diperlukan dan akhirnya berakibat buruk terhadap status gizi (Berg 1986)

Dari hasil analisis statistik dengan menggunakan Uji korelasi Spearman menunjukan adanya hubungan yang nyata antara pendapatan per kapita dengan tingkat konsumsi energi (p= 0000) dan tingkat konsumsi protein (p=O006) Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pendapatan keluarga maka semakin baik tingkat konsumsi energi dan protein dan sebaliknya

Hubungan Pengetahuan Gizi Tbu dan Tingkat Konsurnsi Energi dan Protein

Ibu dengan tingkat pengetahuan gizi sedang dan tinggi ternyata tingkat konsumsi energi balitanya cukup (394 dan 300) sedangkan ibu dengan tingkat pengetahuan gizi rendah (857) tingkat konsumsi energi balitanya kurang Ibu dengan pengetahuan gizi sedang dan tinggi temyata tingkat konsumsi protein balitanya baik (576 dan 900) sedangkan ibu dengan tingkat pengetahuan gizi rendah (714) tingkat konsumsi protein balitanya kurang (Tabel 7)

Dari hasil anaIisis statistik dengan menggunakan Uji Korelasi Spearmwl menunjukkan adanya bubungan yang nyata antara

pengetahuan glZ1 ibu dengan tingkat konsumsi energi (p=OOOO) dan tingicat konsurnsi protein balita (p=0036) Hal ini memberi arti semakin tinggi pengetahuan gizi ibu maka semakin tinggi tingkat konsumsi energi dan protein balita

Hubungan Tingkat Konsumsi Energi dan Protein dengan Status Gizi Balita

Tabel 8 menunjukkan bahwa semakin baik tingkat konsumsi energi semakin baik status gizi

balita demikian juga sebaliknya Sejumlah contoh yang memi1iki tingkat konsumsi energi baile memi1iki status gizi baik (50) contoh yang memiliki tingkat konsumsi energi kurang memiliki status gizi kurang (50) dan buruk (265) Dari hasil anali sis statistik dengan menggunakan Uji Korelasi 2pearman menunjukkan ada hubungan yang nyata antara tingkat konsumsi energi dengan status gizi balira (p=OOOO) ~- -

Sejumlah eontoh yang merniliki tingkat konsumsi protein baik memiJiki status giZl baik (308) dan sedang (282) sebaliknya conton yang memiJiki tingkat konsumsi proteIn k-urang memiliki status gizi kurang (429) dan buruk (381) (Tabel 9) Hasil analisis statistik dengan Uji Koreiasi Spearman menunjukan adanya hubungan yang nyata antara tingkat konsumsi protein dengan status gizi balita (p=O003) Hal ini memberi arti semakin tinggi tingkat konsumsi protein maka semakin baik status gizinya

Tabel 7 Sebaran Pengetahuan Gizi Ibu menurut Tingkat Konsumsi Energi danProtein Contoh

Pen Gizi lbu I ITingkat middot Tinggi Sedang Rendah I

(n) () I (n) I () I

f i (n) I () I Konsumsi I

J Energi I

ILebih i 2 100 0 00 I I) 00 Bruk i

I 2 i 100 2 I

I 61 I 0 00

I ICukup 6 300 13 394 I 143 I iKurang 10 I 500 18 545 I

~

IJ ~ 857 Total 20 1000 I 33 1 1000 ~

I 1000 Protein

Bruk I 18 900 i 19

i I 576

I

i I

L 286

-

Kurang ~Total 20 1000 33 1000 I 1000

shy2 100 14 424 5 714

102

Tabel 8 Sebaran Tingkat Konsumsi Energi menurut Status Gizi Balita

Tingkat Konsumsi Energi I Status Gizi CuJrunLebih Baik ~I Balita () (n) (0)() (n) (n) (10)In) 500 2 1000 2 6 300 2I Bail 59

0 00 500 72 350 6 176ISedang 0 0 0 0 00 7 350Kurang 17 500 0 0 0 00 00Buruk 1 0 0 9 265

1000 JOOO 4 20 1000 34 1000i Total 2

Tabel 9 Sebaran Tingkat Konsumsi Protein menurut Status Gizi Balita

TingkatKonsumsi Protein Status ltJiziBalita Baik ~

I ()(0) (0) () 12 308 0 00IBaik II 282Sedang 4 190

385 9 429I Kurang I 15 Buruk I i 26 8 381i

39 1000 21Total 1000

Menurut Martorell (J 995) konsumsi makanan merupakan salah satu faktor yang secara langsung berpengaruh terhadap status gizi seseorang Kekurangan konswnsi pangan dan gizi dalam waktu yang lama mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan anak terhambat Hardinsyah dan Martianto (1992) mengatakan bahwa gizi yang baik merupakan berhasilnya proses tumbuh kembang hams dimulai sejak dalam kandudiusahakan terus sepanjang rudupnya

kunci anak

ngan

bagi yang

dan

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

] Contoh dalam penelitian mi secara umum mempun)lll latar belakang status sosial ekonomi keluarga sebagai beniut usia ayah 26-30 tahun (383) usia ibu 20-25 tahun (483) pendidikan ayah dan ibu adalah SD yaitu ayab (55) dan ibu (71 7) besar

keluarga contoh tergolong keluarga ked (s 4 anggota keluarga) (667) pekerjaan ayah

sebagai buruh (750) sedangkan ibu sebagai ibu rumah tangga (983) pendapatan per kapita rata-rata Rp 848039 tergolong sedang (433)

2 Tingkat pengetahuan gizi ibu berkisar antara 366 - 90 dengan rata-rata 73 sebagian besar (550) tergolong pada kategori cukup

3 Rata-rata konsumsi energi balita sebesar 745

Kalon tingkat konsumsi energi 61 4 dan sebanyak 567 balita berada pada kategon kurang Rata-rata konsumsi protein balita sebesar 194 gr dan tingkat konsumsi protein sebesar 843 dan sebanyak 650 balita berada pada kategori baik

4 Secara umum balita berstatus gizi kurang sebanyak 40010 dan gizi buruk sebesar 15 Jika dikelompokkan menu rut usia maka pada usia 12-24 bulan sebanyak 395 berstatus gizi kurang usia 25-36 bulan sebanyak 538 berstatus gizi kurang dan pada usia 37 shy

46 bulan sebanyak 556 berstatus gizi buruk 5 Tingkat pendapatan dan pengetahuan gizi ibu

berhubungan nyata dengan tingkat konsumsi energi dan protein balita

6 Tingkat konsumsi energi dan protein berhubungan nyata dengan status gizi balita

103

Media Gizi amp Keluarga Juli 200 I XXV ll ) 96 - 104

I Mengingat masih kurang memadainya tingkat peogetahuan gizi ibu maka diharapkan adanya intervensi gizi berupa penyuluhan gizi kepada masyarakat diwilayah pehelitian oJeh

Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor bekerja sarna dengan instansi terkait lainnya

2 Perlunya Pemberian Makanan Tambahan bergizi melalui Posyandu dengan melibatkan peran serta masyarakat dan pihak swasta

3 Perlu dilakukan pemberdayaan ekonomi melalui peningkatan keterarnpilan pada ibu rumah tangga

DAFTAR PUSTAKA

Berg A 1986 Peranan Gizi dalam Pembangunan Nasional (Zahara Penterjemah) DN Cv Rajawali Jakarta

BPS 1998 Pola Konsumsi Rumahtangga Kabupaten Bogar Bappeda-BPS Bogor

1999 Statistik Kesejahteraan Rakyat Survey Sosial Ekonomi Nasional BPS Jakarta

Gibson R 1993 Nutritional Assessment A Laboratory Manual University of Guelph Oxford University New York

Hardinsyah dan D Briawan 1990 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB Bogor

_ __-- dan D Martianto 1992 Menaksir Angka Kecukupan Energi dan Protein sena Penilaian Mutu Gizi Konsumsi Pangan Wirasari Bogor

Khomsan A 2000 Tehnik Pengukuran Pengetahuan Gizi Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB Bogar

Martorel1 R 1995 Promoting Healthly Growth Rationale and Benefits Child Growth and Nutrition in Developing Country Priorities of Action Ed Pinstrup-Andersen D Pelletier H Aldennan Cornell University Press New York

Suhardjo 1996 Pengertian dan Kerangka Pikir Ketahanan Pangan Rumahtangga Laporan Lokakarya Ketahanan Pangan Departemen Pertanian RI-UNICEF

Singarimbun M dan S Effendi 1992 Metode Penelitian Survai LPJES Jakarta

104

Page 11: media GIZI KELUARGA - ikk.fema.ipb.ac.idikk.fema.ipb.ac.id/v2/images/karyailmiah/gizikurangbalita_rnn.pdf · Analisis Sikap Angka Ideal terhadap Produk Jus Jeruk \ ... Mengetahui

Media Gizi amp Kcluarga Juli 2001 XXV (I) - 104

Tingcat pendapatan merupakan faktor yang menentukan terhadap kuantitas dan kualitas makanan yang dikonsumsi Pendapatan yang rendah menyebabkan daya beli yang rendah pula sehingga tidak mampu membeli pangan dalam jumlah dan mutu yang diperlukan dan akhirnya berakibat buruk terhadap status gizi (Berg 1986)

Dari hasil analisis statistik dengan menggunakan Uji korelasi Spearman menunjukan adanya hubungan yang nyata antara pendapatan per kapita dengan tingkat konsumsi energi (p= 0000) dan tingkat konsumsi protein (p=O006) Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pendapatan keluarga maka semakin baik tingkat konsumsi energi dan protein dan sebaliknya

Hubungan Pengetahuan Gizi Tbu dan Tingkat Konsurnsi Energi dan Protein

Ibu dengan tingkat pengetahuan gizi sedang dan tinggi ternyata tingkat konsumsi energi balitanya cukup (394 dan 300) sedangkan ibu dengan tingkat pengetahuan gizi rendah (857) tingkat konsumsi energi balitanya kurang Ibu dengan pengetahuan gizi sedang dan tinggi temyata tingkat konsumsi protein balitanya baik (576 dan 900) sedangkan ibu dengan tingkat pengetahuan gizi rendah (714) tingkat konsumsi protein balitanya kurang (Tabel 7)

Dari hasil anaIisis statistik dengan menggunakan Uji Korelasi Spearmwl menunjukkan adanya bubungan yang nyata antara

pengetahuan glZ1 ibu dengan tingkat konsumsi energi (p=OOOO) dan tingicat konsurnsi protein balita (p=0036) Hal ini memberi arti semakin tinggi pengetahuan gizi ibu maka semakin tinggi tingkat konsumsi energi dan protein balita

Hubungan Tingkat Konsumsi Energi dan Protein dengan Status Gizi Balita

Tabel 8 menunjukkan bahwa semakin baik tingkat konsumsi energi semakin baik status gizi

balita demikian juga sebaliknya Sejumlah contoh yang memi1iki tingkat konsumsi energi baile memi1iki status gizi baik (50) contoh yang memiliki tingkat konsumsi energi kurang memiliki status gizi kurang (50) dan buruk (265) Dari hasil anali sis statistik dengan menggunakan Uji Korelasi 2pearman menunjukkan ada hubungan yang nyata antara tingkat konsumsi energi dengan status gizi balira (p=OOOO) ~- -

Sejumlah eontoh yang merniliki tingkat konsumsi protein baik memiJiki status giZl baik (308) dan sedang (282) sebaliknya conton yang memiJiki tingkat konsumsi proteIn k-urang memiliki status gizi kurang (429) dan buruk (381) (Tabel 9) Hasil analisis statistik dengan Uji Koreiasi Spearman menunjukan adanya hubungan yang nyata antara tingkat konsumsi protein dengan status gizi balita (p=O003) Hal ini memberi arti semakin tinggi tingkat konsumsi protein maka semakin baik status gizinya

Tabel 7 Sebaran Pengetahuan Gizi Ibu menurut Tingkat Konsumsi Energi danProtein Contoh

Pen Gizi lbu I ITingkat middot Tinggi Sedang Rendah I

(n) () I (n) I () I

f i (n) I () I Konsumsi I

J Energi I

ILebih i 2 100 0 00 I I) 00 Bruk i

I 2 i 100 2 I

I 61 I 0 00

I ICukup 6 300 13 394 I 143 I iKurang 10 I 500 18 545 I

~

IJ ~ 857 Total 20 1000 I 33 1 1000 ~

I 1000 Protein

Bruk I 18 900 i 19

i I 576

I

i I

L 286

-

Kurang ~Total 20 1000 33 1000 I 1000

shy2 100 14 424 5 714

102

Tabel 8 Sebaran Tingkat Konsumsi Energi menurut Status Gizi Balita

Tingkat Konsumsi Energi I Status Gizi CuJrunLebih Baik ~I Balita () (n) (0)() (n) (n) (10)In) 500 2 1000 2 6 300 2I Bail 59

0 00 500 72 350 6 176ISedang 0 0 0 0 00 7 350Kurang 17 500 0 0 0 00 00Buruk 1 0 0 9 265

1000 JOOO 4 20 1000 34 1000i Total 2

Tabel 9 Sebaran Tingkat Konsumsi Protein menurut Status Gizi Balita

TingkatKonsumsi Protein Status ltJiziBalita Baik ~

I ()(0) (0) () 12 308 0 00IBaik II 282Sedang 4 190

385 9 429I Kurang I 15 Buruk I i 26 8 381i

39 1000 21Total 1000

Menurut Martorell (J 995) konsumsi makanan merupakan salah satu faktor yang secara langsung berpengaruh terhadap status gizi seseorang Kekurangan konswnsi pangan dan gizi dalam waktu yang lama mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan anak terhambat Hardinsyah dan Martianto (1992) mengatakan bahwa gizi yang baik merupakan berhasilnya proses tumbuh kembang hams dimulai sejak dalam kandudiusahakan terus sepanjang rudupnya

kunci anak

ngan

bagi yang

dan

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

] Contoh dalam penelitian mi secara umum mempun)lll latar belakang status sosial ekonomi keluarga sebagai beniut usia ayah 26-30 tahun (383) usia ibu 20-25 tahun (483) pendidikan ayah dan ibu adalah SD yaitu ayab (55) dan ibu (71 7) besar

keluarga contoh tergolong keluarga ked (s 4 anggota keluarga) (667) pekerjaan ayah

sebagai buruh (750) sedangkan ibu sebagai ibu rumah tangga (983) pendapatan per kapita rata-rata Rp 848039 tergolong sedang (433)

2 Tingkat pengetahuan gizi ibu berkisar antara 366 - 90 dengan rata-rata 73 sebagian besar (550) tergolong pada kategori cukup

3 Rata-rata konsumsi energi balita sebesar 745

Kalon tingkat konsumsi energi 61 4 dan sebanyak 567 balita berada pada kategon kurang Rata-rata konsumsi protein balita sebesar 194 gr dan tingkat konsumsi protein sebesar 843 dan sebanyak 650 balita berada pada kategori baik

4 Secara umum balita berstatus gizi kurang sebanyak 40010 dan gizi buruk sebesar 15 Jika dikelompokkan menu rut usia maka pada usia 12-24 bulan sebanyak 395 berstatus gizi kurang usia 25-36 bulan sebanyak 538 berstatus gizi kurang dan pada usia 37 shy

46 bulan sebanyak 556 berstatus gizi buruk 5 Tingkat pendapatan dan pengetahuan gizi ibu

berhubungan nyata dengan tingkat konsumsi energi dan protein balita

6 Tingkat konsumsi energi dan protein berhubungan nyata dengan status gizi balita

103

Media Gizi amp Keluarga Juli 200 I XXV ll ) 96 - 104

I Mengingat masih kurang memadainya tingkat peogetahuan gizi ibu maka diharapkan adanya intervensi gizi berupa penyuluhan gizi kepada masyarakat diwilayah pehelitian oJeh

Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor bekerja sarna dengan instansi terkait lainnya

2 Perlunya Pemberian Makanan Tambahan bergizi melalui Posyandu dengan melibatkan peran serta masyarakat dan pihak swasta

3 Perlu dilakukan pemberdayaan ekonomi melalui peningkatan keterarnpilan pada ibu rumah tangga

DAFTAR PUSTAKA

Berg A 1986 Peranan Gizi dalam Pembangunan Nasional (Zahara Penterjemah) DN Cv Rajawali Jakarta

BPS 1998 Pola Konsumsi Rumahtangga Kabupaten Bogar Bappeda-BPS Bogor

1999 Statistik Kesejahteraan Rakyat Survey Sosial Ekonomi Nasional BPS Jakarta

Gibson R 1993 Nutritional Assessment A Laboratory Manual University of Guelph Oxford University New York

Hardinsyah dan D Briawan 1990 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB Bogor

_ __-- dan D Martianto 1992 Menaksir Angka Kecukupan Energi dan Protein sena Penilaian Mutu Gizi Konsumsi Pangan Wirasari Bogor

Khomsan A 2000 Tehnik Pengukuran Pengetahuan Gizi Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB Bogar

Martorel1 R 1995 Promoting Healthly Growth Rationale and Benefits Child Growth and Nutrition in Developing Country Priorities of Action Ed Pinstrup-Andersen D Pelletier H Aldennan Cornell University Press New York

Suhardjo 1996 Pengertian dan Kerangka Pikir Ketahanan Pangan Rumahtangga Laporan Lokakarya Ketahanan Pangan Departemen Pertanian RI-UNICEF

Singarimbun M dan S Effendi 1992 Metode Penelitian Survai LPJES Jakarta

104

Page 12: media GIZI KELUARGA - ikk.fema.ipb.ac.idikk.fema.ipb.ac.id/v2/images/karyailmiah/gizikurangbalita_rnn.pdf · Analisis Sikap Angka Ideal terhadap Produk Jus Jeruk \ ... Mengetahui

Tabel 8 Sebaran Tingkat Konsumsi Energi menurut Status Gizi Balita

Tingkat Konsumsi Energi I Status Gizi CuJrunLebih Baik ~I Balita () (n) (0)() (n) (n) (10)In) 500 2 1000 2 6 300 2I Bail 59

0 00 500 72 350 6 176ISedang 0 0 0 0 00 7 350Kurang 17 500 0 0 0 00 00Buruk 1 0 0 9 265

1000 JOOO 4 20 1000 34 1000i Total 2

Tabel 9 Sebaran Tingkat Konsumsi Protein menurut Status Gizi Balita

TingkatKonsumsi Protein Status ltJiziBalita Baik ~

I ()(0) (0) () 12 308 0 00IBaik II 282Sedang 4 190

385 9 429I Kurang I 15 Buruk I i 26 8 381i

39 1000 21Total 1000

Menurut Martorell (J 995) konsumsi makanan merupakan salah satu faktor yang secara langsung berpengaruh terhadap status gizi seseorang Kekurangan konswnsi pangan dan gizi dalam waktu yang lama mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan anak terhambat Hardinsyah dan Martianto (1992) mengatakan bahwa gizi yang baik merupakan berhasilnya proses tumbuh kembang hams dimulai sejak dalam kandudiusahakan terus sepanjang rudupnya

kunci anak

ngan

bagi yang

dan

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

] Contoh dalam penelitian mi secara umum mempun)lll latar belakang status sosial ekonomi keluarga sebagai beniut usia ayah 26-30 tahun (383) usia ibu 20-25 tahun (483) pendidikan ayah dan ibu adalah SD yaitu ayab (55) dan ibu (71 7) besar

keluarga contoh tergolong keluarga ked (s 4 anggota keluarga) (667) pekerjaan ayah

sebagai buruh (750) sedangkan ibu sebagai ibu rumah tangga (983) pendapatan per kapita rata-rata Rp 848039 tergolong sedang (433)

2 Tingkat pengetahuan gizi ibu berkisar antara 366 - 90 dengan rata-rata 73 sebagian besar (550) tergolong pada kategori cukup

3 Rata-rata konsumsi energi balita sebesar 745

Kalon tingkat konsumsi energi 61 4 dan sebanyak 567 balita berada pada kategon kurang Rata-rata konsumsi protein balita sebesar 194 gr dan tingkat konsumsi protein sebesar 843 dan sebanyak 650 balita berada pada kategori baik

4 Secara umum balita berstatus gizi kurang sebanyak 40010 dan gizi buruk sebesar 15 Jika dikelompokkan menu rut usia maka pada usia 12-24 bulan sebanyak 395 berstatus gizi kurang usia 25-36 bulan sebanyak 538 berstatus gizi kurang dan pada usia 37 shy

46 bulan sebanyak 556 berstatus gizi buruk 5 Tingkat pendapatan dan pengetahuan gizi ibu

berhubungan nyata dengan tingkat konsumsi energi dan protein balita

6 Tingkat konsumsi energi dan protein berhubungan nyata dengan status gizi balita

103

Media Gizi amp Keluarga Juli 200 I XXV ll ) 96 - 104

I Mengingat masih kurang memadainya tingkat peogetahuan gizi ibu maka diharapkan adanya intervensi gizi berupa penyuluhan gizi kepada masyarakat diwilayah pehelitian oJeh

Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor bekerja sarna dengan instansi terkait lainnya

2 Perlunya Pemberian Makanan Tambahan bergizi melalui Posyandu dengan melibatkan peran serta masyarakat dan pihak swasta

3 Perlu dilakukan pemberdayaan ekonomi melalui peningkatan keterarnpilan pada ibu rumah tangga

DAFTAR PUSTAKA

Berg A 1986 Peranan Gizi dalam Pembangunan Nasional (Zahara Penterjemah) DN Cv Rajawali Jakarta

BPS 1998 Pola Konsumsi Rumahtangga Kabupaten Bogar Bappeda-BPS Bogor

1999 Statistik Kesejahteraan Rakyat Survey Sosial Ekonomi Nasional BPS Jakarta

Gibson R 1993 Nutritional Assessment A Laboratory Manual University of Guelph Oxford University New York

Hardinsyah dan D Briawan 1990 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB Bogor

_ __-- dan D Martianto 1992 Menaksir Angka Kecukupan Energi dan Protein sena Penilaian Mutu Gizi Konsumsi Pangan Wirasari Bogor

Khomsan A 2000 Tehnik Pengukuran Pengetahuan Gizi Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB Bogar

Martorel1 R 1995 Promoting Healthly Growth Rationale and Benefits Child Growth and Nutrition in Developing Country Priorities of Action Ed Pinstrup-Andersen D Pelletier H Aldennan Cornell University Press New York

Suhardjo 1996 Pengertian dan Kerangka Pikir Ketahanan Pangan Rumahtangga Laporan Lokakarya Ketahanan Pangan Departemen Pertanian RI-UNICEF

Singarimbun M dan S Effendi 1992 Metode Penelitian Survai LPJES Jakarta

104

Page 13: media GIZI KELUARGA - ikk.fema.ipb.ac.idikk.fema.ipb.ac.id/v2/images/karyailmiah/gizikurangbalita_rnn.pdf · Analisis Sikap Angka Ideal terhadap Produk Jus Jeruk \ ... Mengetahui

Media Gizi amp Keluarga Juli 200 I XXV ll ) 96 - 104

I Mengingat masih kurang memadainya tingkat peogetahuan gizi ibu maka diharapkan adanya intervensi gizi berupa penyuluhan gizi kepada masyarakat diwilayah pehelitian oJeh

Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor bekerja sarna dengan instansi terkait lainnya

2 Perlunya Pemberian Makanan Tambahan bergizi melalui Posyandu dengan melibatkan peran serta masyarakat dan pihak swasta

3 Perlu dilakukan pemberdayaan ekonomi melalui peningkatan keterarnpilan pada ibu rumah tangga

DAFTAR PUSTAKA

Berg A 1986 Peranan Gizi dalam Pembangunan Nasional (Zahara Penterjemah) DN Cv Rajawali Jakarta

BPS 1998 Pola Konsumsi Rumahtangga Kabupaten Bogar Bappeda-BPS Bogor

1999 Statistik Kesejahteraan Rakyat Survey Sosial Ekonomi Nasional BPS Jakarta

Gibson R 1993 Nutritional Assessment A Laboratory Manual University of Guelph Oxford University New York

Hardinsyah dan D Briawan 1990 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB Bogor

_ __-- dan D Martianto 1992 Menaksir Angka Kecukupan Energi dan Protein sena Penilaian Mutu Gizi Konsumsi Pangan Wirasari Bogor

Khomsan A 2000 Tehnik Pengukuran Pengetahuan Gizi Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB Bogar

Martorel1 R 1995 Promoting Healthly Growth Rationale and Benefits Child Growth and Nutrition in Developing Country Priorities of Action Ed Pinstrup-Andersen D Pelletier H Aldennan Cornell University Press New York

Suhardjo 1996 Pengertian dan Kerangka Pikir Ketahanan Pangan Rumahtangga Laporan Lokakarya Ketahanan Pangan Departemen Pertanian RI-UNICEF

Singarimbun M dan S Effendi 1992 Metode Penelitian Survai LPJES Jakarta

104