medan perang si pemimpi

6
Medan Perang Sang Pemimpi Karya: Rifat Abhirama Berjalan... Tanpa henti... Penuh peluh... Tanpa keluh... Masih jauh, Sangatlah jauh Tak tahu harus sampai kapan berjalan Bukannya tanpa tujuan, tapi sangatlah berarti Walau raga sudah lelah Lelah untuk meradang ‘Si Penentang’ Walau ‘Si Penentang’ tak putus asa Berusaha menghentikan langkahmu Kamu harus tetap berjalan Menggapai tujuan yang ada Karna inilah yang kamu mau Tak boleh ada yang mengganggu Terutama ‘Si Penentang’

Upload: rifatabhirama

Post on 05-Feb-2016

213 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Poetry

TRANSCRIPT

Page 1: Medan Perang Si Pemimpi

Medan Perang Sang Pemimpi Karya: Rifat Abhirama

Berjalan...

Tanpa henti...

Penuh peluh...

Tanpa keluh...

Masih jauh,

Sangatlah jauh

Tak tahu harus sampai kapan berjalan

Bukannya tanpa tujuan, tapi sangatlah berarti

Walau raga sudah lelah

Lelah untuk meradang ‘Si Penentang’

Walau ‘Si Penentang’ tak putus asa

Berusaha menghentikan langkahmu

Kamu harus tetap berjalan

Menggapai tujuan yang ada

Karna inilah yang kamu mau

Tak boleh ada yang mengganggu

Terutama ‘Si Penentang’

Ayo kawan!

Page 2: Medan Perang Si Pemimpi

Angkat pedangmu

Kenakan baju zirahmu

Jangan lupa dengan tamengnya

Dan juga rasa sakitnya

Rasa sakit peninggalan ‘Si Penentang’

Yang sudah menggerogoti hidupmu

Bertahun-tahun hidup dalam kegelapan

Tidakkah engkau malu?

Lihatlah imbalannya

Namamu akan dikenang

Orang-orang memujimu

Dan Tuhan mengucapkan selamat padamu

Mari kawan!

Bergabunglah bersamaku

Melawan ‘Si Penentang’

Jangan takut! Tuhan besertamu

Kamu membela yang benar

Ayo kawan!

Bersiap siagalah

Page 3: Medan Perang Si Pemimpi

Tarik pedangmu dari tempat persembunyiannya

Gendang penyemangat sudah ditabuh

Terompet perang sudah ditiup

Derap kavaleri ‘Si Penentang’ mulai terdengar

Berlari kencang dengan terengah-engah

Mencetuskan api dari kakinya

Menerbangkan butir-butir debu ke arahmu

Ini sudah dimulai!

Dengar!

Ketika pedang ‘Si Penentang’ menusukmu dari belakang

Hingga darah segar bercucuran

Menandakan kamu sudah hampir kalah

Belum, belum kalah

Hanya hampir

Kamu masih punya kesempatan

Walau terrlihat kecil

Kita harus gunakan itu

Ketika ‘Si Penentang’ lengah

Ketika ia menjatuhkan pedangnya

Ketika itulah saatnya kita bangkit dan membalas

Page 4: Medan Perang Si Pemimpi

Merampas pedangnya

Dan menusuknya dari belakang

Hai kawanku!

Lihatlah! Kamu sudah melakukannya

Melakukan yang seharusnya sudah kamu lakukan dari dulu

Melawan ketakutanmu

Melawan kebatilan

Melawan kegelapan

Melawan ‘Si Penentang’

Ya... Seperti inilah perasaannya

Perasaan orang-orang yang berhasil menggapai mimipnya

Mimpi yang tadinya terlihat tidak mungkin

Hingga akhirnya mimpi itu terlihat nyata

Ingatlah, ketika kamu berperang membela kebenaran

Kamu tidak sendirian

Tuhan besertamu, mengamatimu dan menolongmu

Semua itu mudah bagi-Nya

Kawanku!

Ada hal yang sudah kita pelajari

Page 5: Medan Perang Si Pemimpi

Tak terharga nilainya

Tak terbayarkan dengan apapun

Sekalipun kamu membayarnya dengan zamrud

Yaitu...

Kamu pasti bisa menggapai mimpimu

Walau terlihat sulit

Karena kamu membela yang benar

Dan yang terpenting,

Karena Tuhan besertamu