materi_sanitasi_makanan_minuman_untuk_panduan_kelompok_ke-3_4_
TRANSCRIPT
SANITASI MAKANAN & MINUMAN
1. KONSEP DASAR MAKANAN
Makanan adalah kebutuhan pokok manusia yang dibutuhkan setiap saat dan
memerlukan pengelolaan yang baik dan benar agar bermanfaat bagi tubuh. Menurut
WHO, yang dimaksud makanan adalah : “Food include all substances, whether in a
natural state or in a manufactured or preparedform, wich are part of human diet”.
Batasan makanan tersebut tidak termasuk air, obat-obatan dan substansi-substansi
yang diperlukan untuk tujuan pengobatan.
Makanan yang dikonsumsi hendaknya memenuhi kriteria bahwa makanan tersebut
layak untuk dimakan dan tidak menimbulkan penyakit, diantaranya :
a) Berada dalam derajat kematangan yang dikehendaki
b) Bebas dari pencemaran di setiap tahap produksi dan penanganan
selanjutnya.
c) Bebas dari perubahan fisik, kimia yang tidak dikehendaki, sebagai akibat dari
pengaruh enzym, aktifitas mikroba, hewan pengerat, serangga, parasit dan
kerusakan-kerusakan karena tekanan, pemasakan dan pengeringan.
d) Bebas dari mikroorganisme dan parasit yang menimbulkan penyakit yang
dihantarkan oleh makanan (food borne illness).
Higiene dan Sanitasi
2. KONSEP HIGIENE & SANITASI
Pengertian higiene menurut Depkes adalah upaya kesehatan dengan cara
memelihara dan melindungi kebersihan individu subyeknya. Misalnya mencuci
tangan untuk melindungi kebersihan tangan, cuci piring untuk melindungi kebersihan
piring, membuang bagian makanan yang rusak untuk melindungi keutuhan makanan
secara keseluruhan.
Sanitasi makanan adalah salah satu usaha pencegahan yang menitik beratkan
kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dan minuman dari
segala bahaya yang dapat menganggu atau memasak kesehatan, mulai dari
sebelum makanan diproduksi, selama dalam proses pengolahan, penyimpanan,
pengangkutan, sampai pada saat dimana makanan dan minuman tersebut siap
untuk dikonsumsikan kepada masyarakat atau konsumen. Sanitasi makanan ini
bertujuan untuk menjamin keamanan dan kemurnian makanan, mencegah
konsumen dari penyakit, mencegah penjualan makanan yang akan merugikan
pembeli. mengurangi kerusakan / pemborosan makanan.
Sasaran higene sanitasi makanan dan minuman adalah restoran, rumah makan,
jasa boga dan makanan jajanan (diolah oleh pengrajin makanan di tempat penjualan
dan atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain yang
disajikan jasa boga, rumah makan/restoran, dan hotel).
3. UPAYA SANITASI MAKANAN & MINUMAN
1) Keadaan bahan makanan
Semua jenis bahan makanan perlu mendapat perhatian secara fisik serta
kesegarannya terjamin, terutama bahan-bahan makanan yang mudah
membusuk atau rusak seperti daging, ikan, susu, telor, makanan dalam
kaleng, buah, dsb. Baham makanan yang baik kadang kala tidak mudah kita
temui, karena jaringan perjalanan makanan yang begirtu panjangdan melalui
jarngan perdagangan yang begitu luas. Salah satu upaya mendapatkan
bahan makanan yang baika dalah menghindari penggunaan bahan makanan
yang berasal dari sumber tidak jelas (liar) karena kurang dapat dipertanggung
jawabkan secara kualitasnya.
Jenis bahan makanan diklasifikasikan menjadi :
a) Makanan mentah (segar)
Makanan yg perlu pengolahan sebelum dihidangkan. Contoh : Daging,
beras, ubi, kentang, sayuran, dll
b) Makanan terolah (pabrikan)
Makanan yg sudah dapat langsung dimakan tapi digunakan utk proses
pengolahan makanan lebih lanjut. Contoh : Tahu, tempe, kecap, ikan
kaleng, kornet, dll
c) Makanan siap santap
Makanan yg langsung dimakan. Contoh : Nasi rames, soto mie, bakso,
ayam goreng, dll
2) Cara penyimpanan bahan makanan
Tidak semua bahan makanan yang tersedia langsung dikonsumsi oleh
masyarakat. Bahan makanan yang digunakan dalam proses produksi, baik
bahan baku, bahan tambahan maupun bahan penolong,harus disimpan
dengan cara penyimpanan yang baik karena kesalahan dalam penyimpanan
dapat berakibat penurunan mutu dan keamanan makanan (Depkes RI, 2004).
Bahan makanan yang tidak segera diolah terutama untuk katering dan
penyelenggaraan makanan RS perlu penyimpanan yang baik, mengingat sifat
bahan makanan yang berbeda-beda dan dapat membusuk, sehingga
kualitasnya dapat terjaga. Tujuan penyimpanan bahan makanan adalah agar
bahan makanan tidak mudah rusak dan kehilangan nilai gizinya.
Cara penyimpanan makanan dapat diklasifikasikan berdasarkan suhu, yaitu :
a) Cooling : Penyimpanan sejuk dengan suhu 10ºC – 15ºC
Minuman, buah, sayuran
b) Chilling : Penyimpanan dingin dengan suhu 4ºC – 10ºC
Bahan makanan berprotein yang akan segera diolah
c) Freezing : Penyimpanan dingin sekali dengan suhu 0ºC – 4 ºC
Bahan berprotein mudah rusak untuk jangka waktu 24 jam
d) Frozen : Penyimpanan beku dengan suhu < 0ºC
Bahan berprotein mudah rusak untuk jangka waktu > 24 jam
e) Suhu kamar : Penyimpanan dengan suhu 25ºC
Bhn biji-bijian, umbi kering, makanan kering.
Cara penyimpanan yang memenuhi syarat hgiene sanitasi makanan adalah
sebagai berikut :
a) Semua bahan makanan dibersihkan terlebih dahulu sebelum disimpan,
yang dapat dilakukan dengan cara mencuci.
b) Setelah dikeringkan kemudian dibungkus dengan pembungkus yang
bersih dan disimpan dalam ruangan yang bersuhu rendah.
c) Penyimpanan harus dilakukan ditempat khusus (gudang) yang bersih dan
memenuhi syarat.
d) Setiap bahan makanan ditempatkan secara terpisah menurut jenisnya,
dalam wadah (container) masing-masing. Wadah dapat berupa bak,
kantong plastik atau lemari yang berbeda
e) Barang-barang agar disusun dengan baik sehingga mudah diambil, tidak
memberi kesempatan serangga atau tikus untuk bersarang, terhindar dari
lalat/tikus dan untuk produk yang mudah busuk atau rusak agar disimpan
pada suhu yang dingin.
f) Penyimpanan didalam lemari es:
Bahan mentah harus terpisah dari makanan siap santap
Makanan yang berbau tajam harus ditutup dalam kantong plastik
yang rapat dan dipisahkan dari makanan lain, kalau mungin dalam
lemari yang berbeda, kalau tidak letaknya harus berjauhan.
Makanan yang disimpan tidak lebih dari 2 atau 3 hari harus sudah
dipergunakan
Lemari tidak boleh terlalu sering dibuka, maka dianjurkn lemari untuk
keperluan sehari-hari dipisahkan dengan lemari untuk keperluan
penyimpanan makanan
g) Penyimpanan makanan kering:
Suhu cukup sejuk, udara kering dengan ventilasi yang baik
Ruangan bersih, kering, lantai dan dinding tidak lembab
Rak-rak berjarak minimal 15 cm dari dinding lantai dan 60 cm dari
langit-langit
Rak mudah dibersihkan dan dipindahkan
Penempanan dan pengambilan barang diatur dengan sistem FIFO
(firs in first out) artinya makanan yang masuk terlebih dahulu harus
dikeluarkan lebih dulu
3) Proses pengolahan
Pengolahan makanan adalah proses pengubahan bentuk dari bahan mentah
menjadi makanan siap santap.
Semua kegiatan pengolahan makanan harus dilakukan dengan cara
terlindung dari kontak langsung dengan tubuh.
Pada proses / cara pengolahan makanan ada tiga hal yang perlu mendapat
perhatian Yaitu :
a) Tempat pengolahan makanan
Tempat pengolahan makanan adalah suatu tempat dimana makanan
diolah, tempat pengolahan ini sering disebut dapur. Dapur mempunyai
peranan yang penting dalam proses pengolahan makanan, karena itu
kebersihan dapur dan lingkungan sekitarnya harus selalu terjaga dan
diperhatikan. Dapur yang baik harus memenuhi persyaratan sanitasi.
Memenuhi standar dan persyaratan hygiene sanitasi, yaitu :
Ventilasi cukup baik agar asap dan udara panas dapat keluar dengan
sempurna
Lantai, dinding dan ruangan bersih dan terpelihara
Meja percikan bersih, permukaan kuat/tahan goresan
Tungku dilengkapi alat penangkap asap/ pembuang asap
Ruangan bebas lalat dan tikus
b) Tenaga pengolah makanan / Penjamah Makanan
Penjamah makanan menurut Depkes RI (2006) adalah orang yang secara
langsung berhubungan dengan makanan dan peralatan mulai dari tahap
persiapan, pembersihan, pengolahan pengangkutan sampai penyajian.
Dalam proses pengolahan makanan, peran dari penjamah makanan
sangatlah besar peranannya. Penjamah makanan ini mempunyai peluang
untuk menularkan penyakit. Banyak infeksi yang ditularkan melalui
penjamah makanan, antara lain Staphylococcus aureus ditularkan melalui
hidung dan tenggorokan, kuman Clostridium perfringens, Streptococcus,
Salmonella dapat ditularkan melalui kulit. Oleh sebab itu penjamah
makanan harus selalu dalam keadan sehat dan terampil.
c) Cara pengolahan makanan
Cara pengolahan yang baik adalah tidak terjadinya kerusakan-kerusakan
makanan sebagai akibat cara pengolahan yang salah dan mengikui kaidah
atau prinsip-prinsip higiene dan sanitasi yang baik atau disebut GMP
(good manufacturing practice). Peralatan makanan yang digunakan untuk
proses harus dipastikan dalam kondisi bersih, tidak rusak, dan tidak
mengandung zat-zat yang berbahaya. Harus segera dibersihkan, segera
setelah proses pengolahan selesai dilakukan. Jangan mencampur alat
untuk makanan masak dan bahan mentah. Alat bersih diletakkan pada
tempat masing-masing sehingga mudah dicari.
Syarat-syarat Pengolahan Makanan :
a) Jenis bahan yang digunakan, baik bahan tambahan maupun bahan
penolong serta persyaratan mutunya.
b) Jumlah bahan untuk satu kali pengolahan
c) Langkah-langkah yang perlu diperhatikan selama proses pengolahan
dengan mengingat faktor waktu, suhu, kelembaban, tekanan dan
sebagainya, sehingga tidak mengakibatkan pembusukan, kerusakan
dan pencemaran.
d) Dahulukan memasak makanan yang tahan lama seperti goreng-
gorenganan yang kering
e) Makanan yang rawan seperti kaldu, kuah, dsb dimasak pada waktu
akhir masak
f) Simpan bahan makanan yang belum waktunya dimasak dalam lemari
es
g) Simpan makanan matang yang belum waktunya dihidangkan dalam
keadaan panas
h) Uap makanan jangan sampai mencair dan masuk ke dalam makanan
karena akan menyebabkan kontaminasi ulang
i) Makanan masak tidak boleh dijamah dengan tangan telanjang
j) Untuk mencicipi makanan gunakan sendok khusus yang selalu dicuci
4) Cara pengangkutan makanan yang telah masak
Pengangkutan makan dari tempat pengolahan ke tempat penyajian atau
penyimpanan perlu mendapat perhatian agar tidak terjadi kontaminasi baik
dari serangga, debu maupun bakteri. Wadah yang dipergunakan harus utuh,
kuat dan tidak berkarat atau bocor. Pengangkutan untuk waktu yang lama
harus diatur shunya dalam keadaan panas 60 C atau tetap dingin 4 C. (lebih
lengkap, klik disini)
5) Cara penyimpanan makanan masak
Penyimpanan makanan masak dapat digolongkan menjadi dua, yaitu tempat
penyimpanan makanan pada suhu biasa dan tempat penyimpanan pada suhu
dingin. Makanan yang mudah membusuk sebaiknya disimpan pada suhu
dingin yaitu < 40C. Untuk makanan yang disajikan lebih dari 6 jam, disimpan
dalam suhu -5 s/d -10C.
6) Cara pengemasan dan penyajian makanan masak
a) Pengemasan Makanan
Pengemasan merupakan suatu cara atau perlakuan pengamanan
terhadap makanan atau bahan pangan, agar makanan atau bahan pangan
baik yang belum diolah maupun yang telah mengalami pengolahan, dapat
sampai ke tangan konsumen dengan “selamat”, secara kuantitas maupun
kualitas.
Tujuan pengemasan, antara lain :
Membuat umur simpan bahan pangan menjadi panjang.
Menyelamatkan produksi bahan pangan yang berlimpah.
Mencegah rusaknya nutrisi/gizi bahan pangan.
Menjaga dan menjamin tingkat kesehatan bahan pangan.
Memudahkan distribusi/ pengangkutan bahan pangan.
Mendukung perkembangan makanan siap saji.
Menambah estetika dan nilai jual bahan pangan.
Persyaratan Kemasan antara lain :
Memiliki permeabilitas (kemampuan melewatkan) udara yang
sesuai dengan jenis bahan pangan yang akan dikemas.
Harus bersifat tidak beracun dan inert (tidak bereaksi dengan
bahan pangan).
Harus kedap air.
Tahan panas.
Mudah dikerjakan secara masinal dan harganya relatif murah.
Dibuat semenarik mungkin, punya ciri khas
Memuat informasi yang jelas & jujur
Menarik (desain, warna, bentuk), dengan komposisi yang imbang
Ukuran & material bahan sesuai kebutuhan
Pemberian label pada kemasan sesuai dengan ketentuan : Setiap
keterangan atau pernyataan mengenai pangan yang berbentuk
gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang
disertakan pada pangan, dimasukkan ke dalam, ditempelkan pada,
atau merupakan bagian kemasan pangan (Peraturan Pemerintah
RI Nomor 69 Tahun 1999)
Keterangan yang tertera dalam label kemasan,antara lain :
Merek
Nama Produk
Tanggal produksi & kadaluarsa
Komposisi
Berat bersih
Metode penyimpanan & penyajian
Saran penyajian
Produsen & Alamat
Sertifikasi
Hal-hal istimewa yang menjadikan produk menjadi unggul (contoh:
Tanpa MSG, Tanpa pengawet, Tanpa formalin, dll)
b) Penyajian Makanan
Penyajian merupakan rangkaian akhir perjalanan makanan. Merupakan
makanan siap santap yang laik santap (uji organoleptik dan uji biologis).
Saat penyajian makanan yang perlu diperhatikan adalah agar makanan
tersebut terhindar dari pencemaran, peralatan yang digunakan dalam
kondisi baik dan bersih, petugas yang menyajikan harus sopan serta
senantiasa menjaga kesehatan dan kebersihan pakaiannya.
Prinsip-prinsip dalam penyajian makanan :
1. Prinsip Wadah
Setiap jenis makanan ditempatkan dalam wadah terpisah dan
diusahakan tertutup terutama wadah yang berada tidak satu level
dengan wadah lainnya
Tujuan :
Menghindari kontaminasi silang
Bila satu tercemar yang lain dapat diamankan
Memperpanjang masa saji makanan sesuai dengan tingkat
kerawanan makanan
2. Prinsip Kadar Air
Makanan yang mengandung kadar air tinggi (kuah, soto, sup) baru
dicampur menjelang dihidangkan.
Tujuan : Mencegah makanan agar tidak mudah rusak/ basi
3. Prinsip Edible Part
Setiap bahan yang disajikan merupakan bahan makanan yang dapat
dimakan. Hindari pemakaian bahan yang membahyakan kesehatan
(stekker besi, tusuk gigi, bunga plastik)
Tujuan : Mencegah kecelakaan/ gangguan akibat salah makan
4. Prinsip Pemisah
Makanan yang ditempatkan dalam satu wadah (doos/rantang) harus
dipisah masing-masing jenis makanan agar tidak campur aduk.
Tujuan : Mencegah kontaminasi silang
5. Prinsip Panas
Makanan yang harus disajikan panas diusahakan tetap dalam
keadaan panas. Sebelum ditempatkan dalam alat saji panas (food
warmer) suhu makanan harus > 60. Alat terbaik adalah bin mary (bak
penyaji panas)
Tujuan : Mencegah pertumbuhan bakteri dan meningkatkan selera
6. Prinsip Bersih
Setiap peralatan yang digunakan harus bersih dan baik (wadah &
tutupnya, doos, piring, gelas, mangkuk, dll)
Bersih : dicuci secara hygienis
Baik : utuh, tidak rusak, cacat, bekas pakai
Tujuan : Mencegah penularan penyakit dan memberikan penampilan
yang estetis
7. Prinsip Handling
Setiap penanganan makanan / alat makan tidak kontak langsung
dengan anggota tubuh terutama tangan dan bibir
Tujuan :
Mencegah pencemaran dari tubuh
Memberikan penampilan sopan dan baik
8. Prinsip Tepat
Tepat Menu : Sesuai pesanan konsumen (macam, jumlah, cara
penyajian)
Tepat Waktu : Sesuai dengan waktu penyajian
Penyajian tunggal : hanya satu peristiwa makan saja (makan
siang)
Penyajian berangkai : penyajian terus menerus (karyawan
perusahaan : makan pagi, snack, makan siang, sesuai jadwal
yang telah disusun)
Tepat Tata Hidang : Cara penyajian sesuai pesanan (Pesan
prasmanan harus dihidangkan secara prasmanan)
Tepat Volume : Makanan disajikan sesuai jumlahnya dengan
pesanan
Perlu disediakan cadangan makanan untuk menjaga kemungkinan
kekurangan (citra perusahaan)
Pengusaha dapat memperhitungkan harga atas kemungkinan
tersebut sebesar 10%
Tujuan : Menjaga citra dan profesionalisme perusahaan
4. BAHAN TAMBAHAN MAKANAN (BTM)
Merupakan bahan yang ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi
sifat atau bentuk pangan. Tujuan penggunaan bahan tambahan pangan adalah
dapat meningkatkan atau mempertahankan nilai gizi dan kualitas daya simpan,
membuat bahan pangan lebih mudah dihidangkan, serta memepermudah
preparasi bahan pangan (Cahyadi, 2009).
BTM harus digunakan secukupnya. Dimana batas menggunakan "secukupnya"
adalah penggunaan yang sesuai dengan cara produksi yang baik, yang
maksudnya jumlah yang ditambahkan pada makanan tidak melebihi jumlah wajar
yang diperlukan sesuai dengan tujuan penggunaan bahan tambahan makanan
tersebut.
Bahan Tambahan Makanan (BTM) boleh digunakan, bila :
a) Dimaksudkan untuk mencapai masing-masing tujuan penggunaan dan
pengolahan
b) Tidak digunakan untuk menyembunyikan penggunaan bahan yang salah atau
tidak memenuhi persyaratan
c) Tidak digunakan untuk menyembunyikan cara kerja yang bertentangan
dengan cara produksi yang baik untuk pangan
d) Tidak digunakan untuk menyembunyikan kerusakan bahan pangan
Macam-macam penggolongan BTM :
a) Pengatur keasaman : Mengasamkan, menetralkan dan mempertahankan
derajat keasaman makanan
Tujuan : memperbaiki dan mempertahankan keasaman makanan sehingga
mempunyai rasa yang diinginkan/lebih stabil
Contoh : As laktat, as sitrat, as malat : pengasam pada jelly dan marmelade,
Na bicarbonat, na karbonat, na hidroksida : penetral pada mentega dan
coklat,
b) Pemanis buatan : Menyebabkan rasa manis pada makanan, yang hampir
tidak/tidak mempunyai nilai gizi. Digunakan pada makanan diet
Contoh : Sakarin, siklamat sebagai pemanis buatan pada jenis makanan
tertentu
c) Pewarna : Memperbaiki atau memberi warna pada makanan agar lebih
menarik. Pewarna alam/sintetik
Contoh : Karmin, ponceau 4R, eritrosin memberi warna merah, Biru berlian,
indigotin : biru, Klorofil, hijau FCF, hijau S : hijau, Kurkumin, karoten, kuning
FCF, kuning kuinolin, tartazin : kuning, Karamel : coklat
d) Penyedap rasa dan aroma, penguat rasa : Memberikan, menambahkan,
mempertegas rasa dan aroma. Biasanya diperdagangkan dlm bentuk
campuran. Aroma dan rasa tertentu (permen, minuman ringan, kue, biskuit).
Penguat rasa (produk daging)
e) Pemutih dan pematang tepung : Mempercepat pemutihan dan/ pematangan
tepung shg dpt memperbaiki mutu pematangannya
Contoh : As askorbat : 200 mg/kg tepung, Kalium bromat : 150 mg/kg tepung
f) Pengemulsi, pemantap, pengental : Membantu terbentuknya/
memantapkan sistem dispersi yg homogen pd makanan
Fungsi : memantapkan emulsi dari lemak dan air sehingga terbentuk produk
tetap stabil, tidak meleleh, tidak terpisah antara bagian lemak dan air.
Makanan yang sering ditambah : es krim, es puter, saus sardin, jam, jelly,
sirup, dll
Contoh : Agar (sardin : 20 g/kg, es krim, es puter : 10 g/kg, keju : 8 g/kg),
Dekstrin (es krim, es puter : 30 g/kg, yoghurt : 10 g/kg)
g) Pengeras : Memperkeras atau mencegah melunaknya makanan
Contoh : Kalsium glukonat, mengeraskan buah dan sayur dlm kaleng (tomat
kalengan : 450 mg/kg, buah kalengan : 350 mg/kg, acar ketimun : 250 mg/kg),
Calcium klorida (ape, sayur kalengan : 260 mg/kg)
h) Squestran : Mengikat ion logam dlm makanan shg memantapkan warna dan
tekstur makanan, mendegah perubahan warna makanan
Contoh : As fosfat : kepiting kalengan : 5 g/kg, lemak, minyak : 100 mg/kg,
Kalsium dinatrium edeta (EDETA), udang kalengan 250 mg/kg, jamur
kalengan 200 mg/kg, potongan kentang goreng beku 100 mg/kg
Bahan tambahan yang dilarang diproduksi, diimpor, digunakan sebagai BTM
karena berbahaya :
Asam borat dan senyawanya (borax)
As salisilat dan garamnya
Dietilpirokarbonat
Dulsin
Kalium klorat
Kloramphenicol
Minyak nabati yg dibrominasi
Nitrofurazon
Formalin