materi khutbah jum'at, 12 agustus 2016 mensyukuri nikmat

13
Materi Khutbah Jum'at, 12 Agustus 2016 Mensyukuri Nikmat Kemerdekaan َ نَ مَ هْ فَ أَ ، وِ ةّ ِ ّ رُ لحْ اِ وَ أِ لَ ْ مِ تْ سِ ْ اَ وِ مَْ سِ ْ اَ وِ انَ مِْ ْ اَ ةَ مْ عِا نَ نَ مَ عْ نَ أْ يِ ذّ الِِّ ُ دْ مَ حْ لَ اَ َ ، وَِ دِْ مَ لعْ اَ وِ نِْ ّ الدِ مْ وُ ُ ْ نِ ا مَ ةَ حِ الّ الصَ الَ مْ َ مْ اَ وَ ةَ مْ ِ رَ كْ الَ قَْ خَ مْ ااَنَ دَ شْ رَ أَ ا وَ نَ لَ نّ ِ ةَ امَِ مْ الِ مْ وَ ِ الَ وْ هَ أْ نِ ا مَ هِ اَ نْ ِ جْ نُ تًَ ادَ هَ شُ هَ لَ نْ ِ رَ شَ ُ هَ دْ حَ وُ ّ ِ إَ لهِ إَ ْ نَ أُ دَ هْ شَ أُ لْ وُ سَ رَ وُ هُ دْ َ اً دّ مَ حُ مّ نَ أُ دَ هْ شَ أَ و ِ ةّ ِ رَ لْ اُ رَْ خَ وِ ةّ مُ مْ اُ عِ افَ شُ هْ جَ َ وِ اتَ حِ الّ الصَ نْ وُ َ مْ عَ َ نِْ ذّ الِ هِ اَ حْ صَ أَ وِ هِ ى آلَ َ َ وٍ دّ مَ حُ ى مَ َ ْ نِ ارَ َ وْ مِ ّ َ سَ وِ ّ لَ صّ مُ هّ لَ اُ دْ عَ اّ مَ أِ اتّ ِ هْ منَ لْ اَ نْ وُِ نَ ت: ِ سْ فَ نَ وْ مُ كْ ِ صْ وُ ! أِ َ ادَِ اََ فَ واُ مّ وا اتُ نَ امَ ءَ نِْ ذّ الَ هاْ َ اأَ : ىَ الَ عَ تُ َ الَمَ فَ نْ وُ حِ ْ فُ تْ مُ كّ َ عَ لِ هِ تَ اَ طَ وِ ىَ وْ مَ تِ ْ َ نْ وُ مِْ سْ مْ مُ نتَ أَ وّ ِ إّ نُ تْ وُ مَ تَ َ وِ هِاتَ مُ تّ كَ حHadirin Jama‟ah Jum‟ah Yang Dirahmati Allah Marilah pada siang hari ini kita senantiasa meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT dengan menjalankan semua perintah-perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya. Dan hendaknya kita selalu bersyukur kepada Allah SWT atas segala nikmat yang telah diberikan kepada kita semua dalam menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara ini. Salah satu nikmat dan rahmat yang diberikan Allah kepada manusia adalah nikmat Kemerdekaan. Hal ini merupakan nikmat yang tidak bisa diukur dengan harta benda. Banyak orang bersedia mengorbankan apapun demi mendapatkan hak untuk merdeka. Merupakan fakta sejarah yang tidak dapat dipungkiri bahwa peran dan kontribusi para ulama, dan para pahlawan muslim begitu besar dan menentukan dalam perjuangan melawan penjajah, meraih kemerdekaan. Kontribusi mereka yang sangat bernilai di mata bangsa ini harus dijadikan semangat mengukir prestasi. Saatnya kita menjadikan momentum kemerdekaan ini untuk meneladani perjuangan para ulama dan pahlawan negeri ini, meneruskan perjuangan mereka dan membawa kemerdekaan ini menuju kemerdekaan yang totalitas dalam segala arti dan bentuknya. 71 tahun yang lalu bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya, ini semua merupakan nikmat serta berkah dari Allah SWT, yang harus disyukuri. Sebagaimana ditegaskan dalam Pembukaan Undang- Undang Dasar 1945 yang berbunyi; “Atas berkat Rahmat Allah Yang Maha Kuasa, dan didorong oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya”. Jadi jelas, bahwa kemerdekaan yang hingga saat ini kita rasakan dan beberapa hari yang lalu kita peringati, adalah berkat Rahmat Allah Kemerdekaan adalah nikmat yang sangat besar yang diberikan Allah kepada Negara kita. Karena dengan adanya kemerdekaan, kita masih bisa menghirup udara segar sampai saat ini. Andaikan belum merdeka, entah apakah kita masih hidup atau sudah mati terkena lemparan granat atau tembakan para penjajah. Dengan kemerdekaan pula kita bisa beribadah dengan tenang dengan khusyuk tanpa rasa khawatir akan adanya bombardir pesawat penjajah. Dengan kemerdekaan pula kita bisa bercengkerama dengan keluarga, dengan istri ataupun anak-anak kita. Sungguh, kemerdekaan adalah nikmat yang luar biasa yang diberikan Allah kepada Negara kita. Ini Bukan pemberian Belanda atau pun Jepang. Hadirin jamaah jum‟ah rahimakumullah Kemerdekaan Indonesia telah berumur 70 tahun, tentu ini bukan umur yang muda dalam bentangan sejarah. Tetapi patut disayangkan, kemerdekaan yang diraih dari penjajahan Belanda selama 350 tahun ditambah 3,5 tahun oleh Jepang dahulu, Kini masih sebatas baru dikenang, belum sepenuhnya disyukuri oleh mayoritas anak bangsa. 70 tahun Indonesia merdeka bukanlah waktu yang pendek, sesuai umur rata-rata manusia. Namun kemerdekaan hakiki bangsa ini masih belum menjadi bukti. Memperingati kemerdekaan bukan sekadar perayaan seremonial saja, juga bukan sekadar semarak warna-warni bendera dan umbul-umbul, juga tidak sekadar aneka lomba yang kurang mendidik. Kita bisa lihat, banyak masyarakat, khususnya kaum muda yang memaknai kemerdekaan hanya sebatas penciptaan suasana ramai, meriah, dan gebyar dengan hura-hura dan foya-foya. Sebaliknya, semangat juang yang terkandung di dalamnya nyaris terlupakan. Oleh karena itu, kita harus tetap mengawasi dan juga mengisi kemerdekaan ini dengan sebaik-baiknya sesuai dengan apa yang telah Allah syari’atkan dan perjuangan dalam mengisi kemerdekaan belum pernah berhenti. Karena kita telah keluar dari penjajah satu, kita akan menghadapi penjajah yang lain. Bung Karno pernah mengatakan “Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.” Hari kemerdekaan Indonesia ke-70 menarik untuk kita renungkan. Sebuah kemerdekaan tidak mungkin diraih tanpa adanya kemenangan, kemenangan mustahil didapat tanpa adanya perjuangan, perjuangan

Upload: others

Post on 24-Nov-2021

39 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Materi Khutbah Jum'at, 12 Agustus 2016 Mensyukuri Nikmat

Materi Khutbah Jum'at, 12 Agustus 2016

Mensyukuri Nikmat Kemerdekaan

ة، وأفهمن مان والسلم والستملل أوالحر الذي أنعمنا نعمة ال د، و الحمد لل ن والعم وم الد الحة ا من مال الص مة والأ ن لنا وأرشدنا الأخلق الكرنا ها من أهوال وم المامة ن له شهاد تنج ده ورسول أشهد أن ل إله إل الله وحده ل شر دا ر الرة . وأشهد أن محم ة وخ ه شافع الأم

الحات وج ن عمون الص ى آله وأصحاه الذ د و ى محم م وارن ا عد الهم صل وس :تنون المنهات . أمكم ونفس اد الله ! أوص ن ءامنوا اتموا الله فا حون . فمال الله تعالى: اأها الذ ته لعكم تف تموى الله وطا مون س حك تماته ول تموتن إل وأنتم م

Hadirin Jama‟ah Jum‟ah Yang Dirahmati Allah

Marilah pada siang hari ini kita senantiasa meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah

SWT dengan menjalankan semua perintah-perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya.

Dan hendaknya kita selalu bersyukur kepada Allah SWT atas segala nikmat yang telah diberikan kepada

kita semua dalam menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara ini.

Salah satu nikmat dan rahmat yang diberikan Allah kepada manusia adalah nikmat Kemerdekaan. Hal ini

merupakan nikmat yang tidak bisa diukur dengan harta benda. Banyak orang bersedia mengorbankan

apapun demi mendapatkan hak untuk merdeka.

Merupakan fakta sejarah yang tidak dapat dipungkiri bahwa peran dan kontribusi para ulama, dan para

pahlawan muslim begitu besar dan menentukan dalam perjuangan melawan penjajah, meraih

kemerdekaan. Kontribusi mereka yang sangat bernilai di mata bangsa ini harus dijadikan semangat

mengukir prestasi. Saatnya kita menjadikan momentum kemerdekaan ini untuk meneladani perjuangan

para ulama dan pahlawan negeri ini, meneruskan perjuangan mereka dan membawa kemerdekaan ini

menuju kemerdekaan yang totalitas dalam segala arti dan bentuknya.

71 tahun yang lalu bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya, ini semua merupakan nikmat

serta berkah dari Allah SWT, yang harus disyukuri. Sebagaimana ditegaskan dalam Pembukaan Undang-

Undang Dasar 1945 yang berbunyi; “Atas berkat Rahmat Allah Yang Maha Kuasa, dan didorong oleh

keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan

dengan ini kemerdekaannya”. Jadi jelas, bahwa kemerdekaan yang hingga saat ini kita rasakan dan

beberapa hari yang lalu kita peringati, adalah berkat Rahmat Allah

Kemerdekaan adalah nikmat yang sangat besar yang diberikan Allah kepada Negara kita. Karena dengan

adanya kemerdekaan, kita masih bisa menghirup udara segar sampai saat ini. Andaikan belum merdeka,

entah apakah kita masih hidup atau sudah mati terkena lemparan granat atau tembakan para penjajah.

Dengan kemerdekaan pula kita bisa beribadah dengan tenang dengan khusyuk tanpa rasa khawatir akan

adanya bombardir pesawat penjajah. Dengan kemerdekaan pula kita bisa bercengkerama

dengan keluarga, dengan istri ataupun anak-anak kita. Sungguh, kemerdekaan adalah nikmat yang luar

biasa yang diberikan Allah kepada Negara kita. Ini Bukan pemberian Belanda atau pun Jepang.

Hadirin jamaah jum‟ah rahimakumullah

Kemerdekaan Indonesia telah berumur 70 tahun, tentu ini bukan umur yang muda dalam bentangan

sejarah. Tetapi patut disayangkan, kemerdekaan yang diraih dari penjajahan Belanda selama 350 tahun

ditambah 3,5 tahun oleh Jepang dahulu, Kini masih sebatas baru dikenang, belum sepenuhnya disyukuri

oleh mayoritas anak bangsa.

70 tahun Indonesia merdeka bukanlah waktu yang pendek, sesuai umur rata-rata manusia. Namun

kemerdekaan hakiki bangsa ini masih belum menjadi bukti. Memperingati kemerdekaan bukan sekadar

perayaan seremonial saja, juga bukan sekadar semarak warna-warni bendera dan umbul-umbul, juga tidak

sekadar aneka lomba yang kurang mendidik.

Kita bisa lihat, banyak masyarakat, khususnya kaum muda yang memaknai kemerdekaan hanya sebatas

penciptaan suasana ramai, meriah, dan gebyar dengan hura-hura dan foya-foya. Sebaliknya, semangat

juang yang terkandung di dalamnya nyaris terlupakan.

Oleh karena itu, kita harus tetap mengawasi dan juga mengisi kemerdekaan ini dengan sebaik-baiknya

sesuai dengan apa yang telah Allah syari’atkan dan perjuangan dalam mengisi kemerdekaan belum

pernah berhenti. Karena kita telah keluar dari penjajah satu, kita akan menghadapi penjajah yang lain.

Bung Karno pernah mengatakan “Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi

perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.”

Hari kemerdekaan Indonesia ke-70 menarik untuk kita renungkan. Sebuah kemerdekaan tidak mungkin

diraih tanpa adanya kemenangan, kemenangan mustahil didapat tanpa adanya perjuangan, perjuangan

Page 2: Materi Khutbah Jum'at, 12 Agustus 2016 Mensyukuri Nikmat

tidak akan berarti tanpa adanya kebersamaan dan persaudaraan, persaudaraan tidak mungkin tercapai

tanpa ketulusan, dan ketulusan tidak akan berfaedah tanpa didasari ilmu. Allah SWT berfirman:

ه ىمغ ٱىمـحعى إن ٱلل م ظبيىب دى دا فىب ىى ٱىره ج

“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan

kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang

berbuat baik.” (Al-Ankabut: 70)

Ma‟asyiral muslimin rahimakumullah

Kemerdekaan Indonesia yang begitu susah payah diraih, ternyata sering dimaknai sebatas romantisme

sejarah semata. Karena hari ini kita lihat dan rasakan, 70 tahun hanyalah peralihan dari satu penjajahan

kepada berbagai penjajahan lainnya. Betapa tidak, dahulu para pahlawan kita hanyalah menghadapi

penjajahan militer. Tetapi sekarang, bangsa Indonesia menghadapi multi penjajahan, dari penjajahan

ekonomi, budaya, moral, sampai pemikiran. Bahkan bentuk penjajahan seperti ini lebih besar bahayanya

daripada penjajahan militer, karena bahaya yang ditimbulkan jauh lebih komplek dan berdaya rusak

tinggi. Bukan fisik yang dirusak, tetapi pola pikir. Itulah yang dinamakan ghazwul fikri (perang

pemikiran).

Dalam masalah ekonomi, sampai hari ini kita belum bisa melepaskan krisis dan ketergantungan kepada

utang luar negeri. Bidang budaya, identitas keislaman dan ketimuran bangsa Indonesia terlebur dengan

budaya Barat. Dalam bidang moral, mulai anak TK sampai mahasiswa, masyarakat sampai pejabat, tidak

jarang kita saksikan pemandangan biasa dari tradisi tawuran korupsi, pornografi, pornoaksi, bahkan

bangga menjadi lesbi, waria, dan wanita tuna susila. Maka benarlah apa yang disabdakan Rasulullah

SAW:

نم شمبن إل اىري بؼدي شس ػي ا فئو ل أح ا زبنم اصبس مى حخى حيق

“Bersabarlah kalian, maka sesungguhnya tidak akan datang kepada kalian sebuah zaman, kecuali zaman

tersebut lebih rusak dari sebelumnya, sampai kalian menemui Tuhan kalian.”(HR. Bukhari).

Dalam memaknai kemerdekaan ini, marilah kita memposisikan diri sebagai hamba Allah yang taat dan

beradab, bersuka ria tanpa harus lupa dari semangat kemerdekaan hakiki. Oleh karena itu, sejatinya

seorang muslim seharusnya mensyukuri nikmat kemerdekaan bukan sekadar mengenang kemerdekaan.

Kemerdekaan adalah kenikmatan dari Allah. Setiap nikmat itu menjadi pembuka atau penutup pintu

nikmat lainnya. Kita sering menginginkan nikmat, padahal rahasia yang bisa mengundang nikmat adalah

syukur atas nikmat yang ada. Kalau sekadar mengenang, hanya membuat kita terlena dengan romantisme

sejarah, sedang bersyukur merupakan gairah pengundang kenikmatan yang lebih besar.

ىئه شنسحم لأشدونم

“Jika kalian bersyukur, niscaya Aku akan menambah (kenikmatan tersebut) kepada kalian.” (Ibrahim: 7)

Maka menjadi pilihan bagi kita, apakah kita akan mengikuti zaman dengan warna kemaksiatan dan

menjadi budak zaman? Atau justru mewarnai zaman dengan warna keshalihan dan menjadi manusia

merdeka yang terbebas dari nafsu dunia, yang hanya menghambakan kepada Allah Taala? Itulah sejatinya

tugas manusia sebagai khalifah di muka bumi ini, untuk mewarisi bumi dan memakmurkannya dengan

aturan dan celupan Allah

صبغت الله مه أحعه مه الله صبغت وحه ى ػببدن

“Celupan (agama) Allah. Siapa yang lebih baik celupannya daripada Allah? Dan kepada–Nya kami

menyembah.” (Al-Baqarah: 138)

Ma‟asyiral Muslimin Rahimakumullah

Perjuangan panjang para pendahulu bangsa ini yang notabene mayoritas kaum muslimin, berjuang

melawan penjajah, di bawah teriakan takbir mereka melawan kaum kafir, di bawah bendera Laa Ilaaha

Illallah mereka berkorban jiwa dan raga, banyak dari mereka yang menjadi syuhada’. Sehingga Allah

SWT memberikan nikmat kemerdekaan kepada bangsa ini.

Umat Islam yang berjumlah mayoritas di negeri ini sudah seharusnya mengisi kemerdekaan dengan

sebaik-baiknya. Mensyukuri kedaulatan dengan pembangunan dan persatuan. Ini menjadi bukti

penghargaan kepada para pendahulu bangsa ini, sekaligus agar Allah SWT menambah nikmat-nikmatnya

kepada bangsa ini. Bukankah Allah SWT pasti menambah nikmat-Nya bagi siapa saja yang bersyukur?

Dengan tegas Allah SWT telah memberi arahan kepada bangsa ini bagaimana seharusnya mengisi

kemerdekaan dan mensyukuri nikmat kepemimpinan. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Hajj ayat 41:

ا ػه و أمسا بٱىمؼسف ة م ا ٱىص ءاح ة ي م ف ٱلأزض أقبما ٱىصى ن قبت ٱلأمز ٱىره إن م ػ لل ٱىمىنس

Page 3: Materi Khutbah Jum'at, 12 Agustus 2016 Mensyukuri Nikmat

”(yaitu) orang-orang yang jika kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka

mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma‟ruf dan mencegah dari perbuatan yang

mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.”

Kalimat ”Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi” bisa berarti suatu bentuk kemerdekaan dari

penjajahan. Ada empat strategi yang harus dilaksanakan dalam mengisi kemerdekaan ini:

Pertama, iqamatus shalah (mendirikan shalat) Mendirikan shalat dalam rangka membangun moralitas dan akhlaq mulia.

Suatu bangsa atau institusi akan dapat langgeng ketika memiliki moralitas dan kredibilitas yang tinggi.

Kunci membangun moralitas terletak pada pelaksanaan ibadah shalat, dan ketaatan kepada Allah SWT.

Sebagaimana firman Allah SWT.

اىم ى ػه اىفحشبء لة حى ىنس إن اىص

”Sesungguhnya shalat mampu mencegah dari perbuatan keji dan munkar”. (Al Ankabut: 45)

Kedua, itauz zakah, menunaikan zakat sebagai bentuk kepedulian sosial Agama Allah tidaklah hanya mengurusi masalah rohani dan akhirat saja, namun juga sangat

memperhatikan keseimbangan kehidupan sosial bermasyarakat. Itu dibuktikan dengan anjuran di banyak

tempat di Al Qur’an, penyebutan perintah shalat selalu diiringi dengan perintah berzakat.

Zakat, atau mengeluarkan harta yang kita punya untuk diberikan kepada orang yang berhak menerimanya

adalah dalam rangka membersihkan harta kita dari yang tidak halal atau yang masih samar-samar. Zakat

juga sebagai upaya untuk mengerem nafsu bakhil dalam diri seseorang, karena kecendrungan seseorang

itu cinta terhadap harta dan dunia. Zakat juga sebagai symbol sosial kepedulian seseorang kepada sesama.

Ketiga, Amar makruf nahi munkar, jaminan kepastian dan penegakan hukum Jabatan dan kekuasaan mendorong seseorang untuk menyimpang dan menyalahgunakan jabatan. Banyak

contoh dalam sejarah, Firaun misalkan yang berupaya untuk melanggengkan kekuasaannya dengan segala

cara, karena tidak ada perimbangan kontrol dari masyarakatnya.

Tingkatan amar makruf dan nahi mungkar sudah diatur dalam agama. Yaitu dengan pendekatan

kekuasaan atau tangan, bagi yang berwenang. Dengan lisan atau nasihat bagi siapa pun yang bisa mampu

memberikan nasihat. Jika keduanya tidak bisa dilakukan, maka dengan pengingkaran dalam hati. Inilah

selemah-lemah iman seseorang.

Dalam konteks jaminan kepastian dan penegakan hukum, pernah ditegaskan Rasulullah saw, ketika ada

usaha dari para sahabat untuk minta keringanan hukuman bagi seorang wanita bangsawan yang berzina.

Namun dengan tegas Rasul menolak dan mengatakan, ”Ketahuilah, penyebab kehancuran umat

terdahulu, adalah karena ketika orang kaya mencuri, maka tidak ditegakkan hukuman. Namun kalau

yang mencuri itu rakyat kecil, seketika itu hukuman ditegakkan dengan seberat-beratnya. Ketahuilah,

seandainya Fatimah putri Muhammad mencuri, pasti aku sendiri yang akan memotong tangannya.”

Seseorang sama di mata hukum. Hukum tidak bisa dibeli dan digadaikan.

Keempat, Mengembalikan urusan kepada Allah semata Ketika usaha untuk membangun moralitas dan akhlakul karimah lewat pelaksanaan ibadah shalat. Dan

menumbuhkan kepedulian sosial yang dibuktikan dengan mengeluarkan zakat. Serta proses amar makruf

dan nahi munkar sudah dijalankan dengan seimbang, maka selebihnya kita serahkan urusan kehidupan

kepada kehendak Allah SWT. Karena Dia-lah yang akan mengatur urusan seluruh manusia. Dan Allah

SWT pasti menepati janji–Nya, yaitu akan menolong orang yang mengikuti kehendak–Nya. Allah SWT

berfirman:

مو ػيى الل إ م ف الأمس فئذا ػصمج فخ ز شب ه ي م ن الله حب اىمخ

”Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan

tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal

kepada–Nya.” (Ali Imran: 15)

Jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Sesungguhnya Islam lahir membawa misi kemerdekaan dan kebebasan serta ingin mengantarkan segenap

manusia kembali kepada fitrah mereka yang suci. Misi kemerdekaan dan kebebasan yang diperjuangkan

oleh Islam merupakan inti dari ideologi yang benar yaitu “Tahrirul „Ibad Min „Ibaadatil „Ibaad ilaa

„Ibaadati Rabbil „Ibad “, membebaskan manusia dari penghambaan, belenggu, dari ketergantungan

kepada sesama manusia menuju penghambaan dan pengabdian yang totalitas kepada Tuhan sang pencipta

makhluk sealam jagad ini.

Page 4: Materi Khutbah Jum'at, 12 Agustus 2016 Mensyukuri Nikmat

Kesyukuran yang tertinggi bagi kita bukan hanya bangsa ini telah meraih kemerdekaan, tetapi kesyukuran

kita selaku umat Islam adalah bahwa kita tidak sekadar menjadi penonton di dalam mengisi kemerdekaan

ini, tapi semampu mungkin menjadi pemain dan ikut ambil bagian sesuai dengan bidangnya masing-

masing, sesuai dengan segmentasi masing-masing untuk menjadi orang-orang yang bisa menorehkan tinta

emas dan menuliskan sejarah kegemilangan bangsa ini di masa yang akan datang, sehingga kita akan

dikenang sebagai sebuah kebaikan yang Insya Allah jika itu diteruskan oleh generasi yang akan datang,

maka kita akan meraih pahala yang tidak putus-putus meskipun kita sudah menghadap Allah kelak.

Dengan semangat kemerdekaan, marilah kita menyukuri kemerdekaan ini dengan mempertahankan

keutuhan jati diri dan bangsa ini dengan nilai-nilai akhlaq yang luhur dan nilai-nilai Islam yang tinggi,

hanya dengan itu, kita bisa meraih kejayaan di masa yang akan datang. Mudah-mudahan Allah SWT

berkenan meneruskan sejarah bangsa ini sehingga bangsa ini akan menjadi sebuah “Baldatun

Thayyibatun Warabbun Ghafuur“ sebuah negara dan bangsa yang meraih maghfirah Allah SWT dalam

waktu yang bersamaan juga meraih kesejahteraan dan kedamaian selama-lamanya. كر ال ه من الآات والذ اكم ما ف وإ م، ونفعن ولكم ف المرآن العظ ن فاستغفروه إنه هو الغف ارن الله ل م مس ولكم ول هذا وأستغفر الله ل م . ألول لول ور حك

م ح الرKedua Khutbah

ف الهدى والنور، الذي لال ز الغفور، الذي جعل ف السلم الحن حانه وتعالى حمد من نالحمد لله العز ا إل متاع الغرور{، نحمده س تر، }وما الحا الدن ظر فا

ست دار ممر، وأشهد أن ل إله إل الله م أن الدنا ل ن المساويء وازدجر، و مار وحددها، وهو اق ل فوت وهو ح وكف ك وأحكامها، ولدر الأ ل خك الخلستعداد ل ر الموت والفناء، وال ده ورسوله، أمر تذك دا ى آله الط موت، وأشهد أن محم ن و د خاتم الأناء والممرس ى محم والجزاء . صى الله ن وم الع

ا عد ن . أم ه الأخار أجمع :وأصحامالكم وغفر لكم ذ ح لكم أ ولولوا لول سددا * ص اأها الذن آمنوا اتموا الل ورسوله فمد فاز فوزا ظمانوكم ومن طع الل

موا ت ه وس ن ءامنوا صوا الذ ، ا أها ى الن ن إن الله وملكته صون هم ال د وار ى آل محم د و ى محم ما . الهم صل وسم وارن سن االخفاء ن و ن اجمع ن سار أصحاب ن و ثمان و مر و ن سدنا اى كر و اشد ن الر ن ومن تعهم إحسان الى وم الد ن وتاعى التاع لتاع

ن و م مس ن والمإمنات الأحاء منهم والأموات الهم اغفر ل مات والمإمن المسلا معصوما لنا من عده تفر الهم اجعل جمعنا هذا جمعا مرحوما، واجعل تفر

لعفاف والغنىالهم إنا نسؤلن الهدى والتمى وامل ا، و ا خاشعا من نا صادلا خالصا، و الهم إنا نسؤلن أن ترزق كل منا لسانا صادلا ذاكرا، ول مانا راسخا ثاتا، وم ما نافعا رافعا، وإ ا، و رزلا صالحا زاك

حلل طا واسعا، ا ذا الجلل والكرام ، و ى الحك متهم هم صفوفهم، وأجمع ك د ال ن، ووح م ز السلم والمس .ن لعادن أجمعن اكسر شوكة الظالمن، واكتب السلم والأم الهم أ

طاننا وأده الحك وأد ه الحك ا رب الع ز س ن الهم رنا احفظ أوطاننا وأ المن لن نا من الذاكر ضن المدرار، واجع والأسحار الهم رنا اسمنا من ف ن لن العش ل والنهار، المستغفر ف ال

، وارن لنا ف ثمارن رات الأر نا من ركات السماء وأخرج لنا من خ نا وكل أرزالنا ا ذا الجل الهم أنزل .ل والكرام ا وزروتنا، وهب لنا من لدنن رحمة، إنن أنت الوهاب .رنا ل تزغ لونا عد إذ هد

ن رنا ظمنا أنفسنا وإن لم تغفر لنا وترحمنا لنكونن من الخاسرذاب النار رنا آتن .ا ف الدنا حسنة وف الآخر حسنة ولنا

ن الفحشاء والم تاء ذى المرى ونهى اد الله ! إن الله ؤمر العدل والحسان وإ ى نعمه زدكم نكر والغ عظكم لعكم تذكرون ، فاذكروالله ذكركم, واشكروا .ولذكرالله أكر

لة أقيموا الص

Page 5: Materi Khutbah Jum'at, 12 Agustus 2016 Mensyukuri Nikmat

Materi Khutbah Jumat, 28 Oktober 2016

PENTINGNYA WAKTU

اء، هم – سل والأن اده الر ك ولدر الأشاء، واصطفى من ك الخ حانه وتعالى ما هو له أهل من الحمد لله الذي خ نتؤسى ونمتدي، وهداهم نهتدي، أحمده س

ه فل هادي له، الحمد وأثن ه، من هده الله فل مضل له ومن ض ه، وأومن ه وأتوكل دا نا محم ن له، وأشهد أن سدنا ون أشهد أن ل إله إل الله وحده ل شرده ور ن، وجعل ر مإمن ن, هدى ونورا ل ه ره المرآن الم عده، أنزل ن, سوله ل ن اء والمرس ى سار الأن ه و ى الله وسم ن، ص عالم سالته رحمة لكم و وآل كل اد الله أوص ا عد، فا ن . أم ن لهم إحسان إلى وم الد ة والتاع حا حون والص ته لعكم تف تموى الله وطا نفس

Ma’asyirol Muslimin Rahimakumullah Setiap orang yang beriman pasti menyadari bahwa kehidupan di muka bumi ini bukanlah tanpa batasan

waktu. Setiap orang menjalani kehidupan sesuai “kontraknya” masing-masing dalam batas waktu yang

telah ditetapkan oleh Allah SWT. Umur manusia berbeda satu dengan lainnya, begitu pun amal dan

perbuatannya. Setiap mukmin akan menyadari bahwa ia tidak akan selamanya hidup dan tinggal di dunia

ini. Bahwa keberadaannya di alam ini hakikatnya sedang menempuh proses perjalanan panjang menuju

kehidupan akhirat yang kekal dan hakiki. Sikap yang demikian sungguh sangat berbeda dan bertolak

belakang dengan sikap orang-orang yang hakikatnya tidak beriman. Sebagaimana hal ini disinggung

dalam firman Allah SWT:

أبقى س اخسة خ بو حؤثسن اىحبة اىدوب.

“Akan tetapi kalian (orang-orang yang ingkar) justeru lebih memilih kehidupan dunia. Padahal sungguh

kehidupan akhirat itu jauh lebih baik dan kekal. (QS. al-A‟la: 16-17).

Hadirin Jama‟ah Jum‟at yang dimuliakan Allah,

Ada beberapa hal yang sering manusia lupakan, di antaranya pertanyaan: Kenapa manusia diciptakan?

Apa kepentingan dan tugas mereka dalam kehidupan ini? Sering sekali manusia melupakan pertanyaan-

pertanyaan ini sehingga mereka hidup dalam penuh kelalaian, hidup hanya dipergunakan untuk

bersenang-senang, makan, minum, dan kesenangan-kesenangan lain yang bersifat dunia. Mereka sama

sekali tidak memikirkan tentang proses kejadian dirinya. Sehingga ketika ajal menjemputnya,

penyesalanlah yang menghinggapinya di mana saat itu penyesalan sudah tidak berarti lagi.

Dari sinilah perlunya iman yang kuat dalam diri kita supaya kita dapat berhati-hati dengan waktu. Pandai-

pandailah memanfaatkannya. Ingatlah! Hari-hari kita jangan dilewati begitu saja tanpa hal yang

bermanfaat dan bernilai positif. Sesaat demi sesaat, semua berlalu begitu cepatnya. Begitulah, diri kita

berpindah dari pagi ke petang dan dari petang hingga pagi kembali. Apakah kita pernah

bermuhasabah (introspeksi) terhadap diri kita sendiri? Sehingga kita bisa melihat lembaran-lembaran

hari-hari kita dengan amal apa kita membukanya dan dengan amal apa pula kita menutupnya?

Ada sebuah pepatah berbunyi “Time is money”,“al-waktu ka al-saif”. Waktu adalah uang, waktu adalah

pedang, waktu adalah perjalanan yang tidak akan pernah kembali. Itulah ungkapan yang sering kita

dengar untuk menghargai waktu. Waktu adalah kehidupan. Tidak ada yang lebih berharga dalam

kehidupan ini setelah iman selain “waktu”. Waktu adalah benda yang paling berharga dalam kehidupan

seorang muslim. Ia tidak dapat ditukar oleh apapun. Ia juga tidak dapat kembali jika sudah pergi.

Sungguh sangat merugi orang yang menyia-nyiakan waktunya.

Firman Allah:

اىؼصس، إن الإوعبن ىف بس ا ببىص اص ح ا ببىحق اص ح بىحبث ػميا اىص ا ه آمى خعس، إل اىر .

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang

beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati dalam kebenaran dan nasehat menasehati

dalam kesabaran.(Q.S Al-„Ashr:1-3).

Dalam Islam, waktu bukan hanya sekadar lebih berharga dari pada emas. Atau seperti pepatah Inggris

yang menyatakan time is money. Lebih dari itu, waktu dalam Islam adalah “kehidupan”, al-waqtu huwa

al-hayah, demikian kata AS-Syahid Hasan Al-Banna.

Ma’asyirol Muslimin Rahimakumullah Dalam peribahasa orang barat “the time is money”, waktu adalah uang. Orang-orang arab sendiri

mengibaratkan “al-waqtu kas-saif”, waktu itu ibarat pedang.

Nampaknya dari pengibaratan waktu di atas, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa waktu adalah

sesuatu yang sangat berharga. Orang-orang barat yang selalu mengejar kehidupan duniawi mengibaratkan

waktu adalah uang karena mereka merasa jika kehilangan satu detik saja maka uang akan melayang.

Page 6: Materi Khutbah Jum'at, 12 Agustus 2016 Mensyukuri Nikmat

Sedangkan orang arab yang memang dari sebelum Islam datang pun sudah amat suka bersyair, maka

lahirlah peribahasa waktu yang diibaratkan seperti pedang. Satu sisi pedang bisa menyelamatkan nyawa

seseorang, tapi di lain waktu ia bisa sangat berbahaya bahkan bisa mengakibatkan kematian itu sendiri.

Adapun pepatah yang mengatakan bahwa waktu lebih berharga daripada uang, karena sejatinya uang

adalah harta dunia yang bisa dicari. Sedangkan waktu adalah karunia Allah SWT yang tidak bisa dicari

bahkan untuk mengembalikan satu detik yang telah kita lewati pun adalah sesuatu yang sangat mustahil

bisa terjadi.

Kehidupan duniawi memang dihiasi berbagai kesenangan, sehingga dengan kesenangan yang bersifat

sementara tersebut membuat manusia sering terlena dan lupa waktu. Bahkan tidak jarang banyak waktu

yang terbuang hanya untuk menikmati kehidupan duniawi semata tanpa berpikir bahwa dirinya kelak

akan menghadap ke hadirat Sang Maha Pencipta untuk mempertanggung jawabkan semua amalan

perbuatannya selama hidup di dunia. Maka kenapa kita harus terlena dengan kehidupan dunia?

Ingatlah, kematian adalah suatu peristiwa yang pasti terjadi pada semua makhluk hidup sebagai tanda

habisnya masa kontrak di dunia.

Firman Allah surat Ali-Imran ayat 185.

ث مو وفط ذائقت اىم

“ Setiap makhluk (berjiwa) pasti mengalami kematian.” (Q.S Ali Imron : 185)

Dunia ini adalah tempat berbuat dan berbuat, tempat untuk berusaha dan bekerja, tempat untuk

melakukan perbuatan baik dan meninggalkan perbuatan jahat. Tempat untuk mencari bekal untuk

kehidupan akhirat kelak. Firman Allah:

أحعه ممب أحعه الل ل حىط وصبل مه اىدوب خسة اىداز ا ابخغ فمب آحبك الل ل حبغ اىفعبف ف الأ ل ل حب إى زض إن الل

اىمفعده

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan

janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang

lain) sebagaimana Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di

(muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Q.S Al

Qashash : 77)

Hadirin sidang Jamaah Jumat yang dimuliakan oleh Allah SWT Supaya manusia termotivasi untuk bisa memanfaatkan waktunya dengan sebaik-baiknya, ada tiga

pertanyaan mendasar mengenai keberadaan dan tujuan manusia di dunia ini dan pertanyaan itu berlaku

sepanjang masa. Tiga pertanyaan tersebut akan membekas dalam hati manusia jika ia menjawabnya

dengan penuh perenungan.

Pertanyaan pertama, darimana kita berasal? Pertanyaan ini adalah merupakan simpul akidah, yang

menurut kaum materialis mereka tidak mempercayainya. Mereka menganggap bahwa dunia dan isinya ini

muncul dengan sendirinya. Sedangkan bagi orang yang beriman, pertanyaan ini akan memberi atsar yang

kuat baginya. Pertanyaan ini akan mengingatkannya bahwa dia hanyalah makhluk yang tidak sempurna,

makhluk yang hina yang tidak pantas untuk menyombongkan diri. Makhluk yang tidak mampu apa-apa

kecuali Allah yang menghendakinya.

Pertanyaan kedua, untuk apa kita diciptakan? Pertanyaan ini merupakan pertanyaan yang wajib dijawab

oleh setiap orang setelah mengetahui bahwa ia di dunia ini hanyalah makhluk bagi Allah dan makhluk

yang dipelihara oleh Allah Sang Pemelihara alam ini. Yaitu melalui penjabaran: untuk apa manusia

diciptakan? Kenapa manusia diberi keistimewaan yang lebih dibanding makhluk yang lain? Dan apa

kepentingan mereka di atas bumi ini? Perlu diketahui, bahwa manusia diciptakan di dunia ini dengan

berbagai kelebihannya, bukan hanya sekedar untuk memenuhi hawa nafsu belaka, tapi Allah jadikan

manusia di muka bumi ini adalah sebagai khalifah, sebagaimana firman-Nya:

إذ قبه زبل ىيملئنت إو جبػو ف الأزض خيفت قبىا أحجؼو فب مه فعد فب عفل اىدمبء وحه وعبح بحمدك وقدض ىل قبه إو

أػيم مب ل حؼيمن

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan

seorang khalifah di muka bumi.” mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di

bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami

senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Allah berfirman:

“Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kalian ketahui.” (Al Baqarah : 30)

Page 7: Materi Khutbah Jum'at, 12 Agustus 2016 Mensyukuri Nikmat

Hal pertama yang harus diketahui manusia sebagai khalifah di muka bumi adalah mengenal Allah dengan

benar dan menyembah-Nya dengan sebenar-benar penyembahan. Karena manusia diciptakan di muka

bumi sebagai khalifah adalah untuk beribadah hanya kepada Allah. Sebagaimana ditegaskan dalam

Firman Nya:

الوط إل ىؼبدن مب خيقج اىجه

”Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.(Q.S Adz-

Dzariyat 56)

Pertanyaan Ketiga, kemanakah tujuan kita? Pertanyaan ketiga ini bagi kaum materialis, mereka

memberikan suatu jawaban. Tetapi hal itu justru menurunkan martabat kemuliaan manusia menempati

kedudukan binatang.

Mengenai tempat kembali manusia setelah menjalani kehidupan bermasyarakat, dengan sederhana sekali

mereka mengatakan: secara mutlak manusia akan hancur dan binasa. Mereka dilipat oleh bumi

sebagaimana penguburan bermilyar binatang dan makhluk lainnya di dalam perut bumi. Jasad ini akan

kembali ke unsur-unsur penciptaannya yang pertama. Jadi, mereka akan kembali menjadi debu yang

diterbangkan oleh angin.

Begitulah cerita kehidupan manusia menurut mereka. Tiada keabadian dan pembalasan, tiada perbedaan

antara yang berbuat baik dan yang berlaku jahat. Berbeda dengan orang mukmin, tentu mereka sudah

mengerti ke mana tujuan mereka pergi. Mereka menyadari bahwa dunia ini hanya sesaat.

Dari tiga pertanyaan di atas, jika seseorang bisa merenungkannya dengan penuh penghayatan, maka ia

akan menjadi seseorang yang rajin dan bisa memanfaatkan waktunya dengan baik. Sehingga tidak akan

timbul penyesalan di kemudian hari.

Hadirin sidang jama’ah jumat yang berbahagia, Salah satu yang sering dilalaikan oleh manusia adalah waktu luang. Di mana manusia memiliki jeda

dalam rumitnya aktivitas sehari-sehari. Orang sesibuk apapun bekerja baik di kantor, sekolah, pabrik,

pasar, ladang, sawah dan sebagainya, pastilah mempunyai waktu luang di tengah-tengah kesibukannya.

Dan dari waktu luangnyalah manusia membangun kerangka sejati mengenai dirinya.

Orang-orang yang tidak punya kegiatan dalam hidupnya berpotensi sekali untuk melakukan pergunjingan

dan gosip. Kosong tanpa kegiatan sama saja dengan mobil yang didorong. Jalan sendiri di sebuah jalan

menurun. Jadilah mobil itu menabrak ke sana ke mari tanpa tujuan. Manakala suatu hari kita mengalami

kekosongan dalam hidup, bersiap-siaplah untuk menyambut datangnya kesedihan, kesusahan, dan

ketakutan. Sesungguhnya kekosongan kita akan membuka semua arsip masa lalu, masa kini, dan masa

depan dari panggung kehidupan sehingga kita berada dalam kondisi yang rumit.

Maka dari itu, mari kita isi kekosongan yang mematikan ini dengan melakukan kegiatan yang

membuahkan hasil dan bermanfa’at. Kekosongan itu ibarat seorang pencopet yang sedang menunggu

mangsanya. Begitu kita mengalami kekosongan, maka saat itu juga kita akan diserang gempuran ilusi dari

angan-angan dan saat itulah akan hilang seluruh diri kita.

Oleh karena itu, marilah kita bangkit mulai dari sekarang untuk mengisi kehidupan ini dengan berbagai

kegiatan positif. Seperti ibadah, membaca, bertasbih, menelaah sebuah buku, menulis, merapikan meja

kerja, atau memberi hal yang berguna bagi orang lain. Maka insya Allah kebahagiaan akan kita peroleh.

Apa yang harus dilakukan? Membaca merupakan salah satu jawabannya. Baik itu membaca Alquran,

kitab-kitab hadits, buku-buku ilmu pengetahuan dan motivasi, sampai membaca situasi kehidupan di

sekeliling kita. Sehingga dengan begitu, waktu luang tidak akan terlewati dengan percuma.

Mari renungkan, orang-orang yang telah mendahului kita begitu antusiasnya terhadap buku dan begitu

efektifnya mereka memanfaatkan waktu. Maka sudah sepantasnya kita yang hidup di dunia serba modern

ini di mana buku-buku sudah tersebar merata bahkan di internet pun dengan mudah kita bisa mengakses

berbagai ilmu pengetahuan. Maka patutkah kita berdiam diri membiarkan waktu luang kita berlalu begitu

saja? نن ظهرن ، ورفعنا لن ذكرن ، فإن مع العسر سرا ، إن مع العسر س ألم نشرح لن صدرن ، ووضعنا را ، فإذا فرغت فانصب ، وإلى رن وزرن ، الذي أنم

. فارغب م, ونفعن ولكم ف المرآن العظ ومنكم تلوته إنه هو الس ارن الله ل م, وتمل من كر الحك ات والذ ه من الآ هذا واستغفر الله وإاكم ما ف م . ألول لول ع الع م

ولكم فاستغفروه، إنه هو الغف م ل م العظ ح .ور الرKedua: Khutbah

مه وامتنانه . أشهد أن ل إله إل الله ى توف ى إحسانه، والشكر له ى إلى رض الحمد لله ده ورسوله الدا دا ن له، وأشهد أن محم وانه . الهم صل وحده ل شرا عد را . أم ما كث ه وسم تس ى آله وأصحا د و :ى سدنا محم

موا أن الله أمركم ا نهاكم . وا م ما أمر وانتهوا فا أها الناس, اتموا الله ف نفسه وثمنى ملآكته مدسه، ولال تعالى : إن الله وملآكته صون ؤ ه مر دأ ف ى الن ما ه وسموا تس ن آمنوا صوا .آأها الذ

Page 8: Materi Khutbah Jum'at, 12 Agustus 2016 Mensyukuri Nikmat

د و ى محم كر الهم صل ن أ اشد ن الخفاء الر الهم ن، وار ن وملآكتن الممر آن ورس ن ى أن حاة والتاع ن مة الص و ثمان و مر و ون لهم إحسان إلى ن وتاع التاع احم نا معهم رحمتن اأرحم الر ن، وار .وم الد

مات الأحآء منهم والأموات، إ ن والمس م ن والمإمنات والمس مإمن وات الهم اغفر ل ب الد ب مج ع لر .نن سمن ا د ادن الموح ن وانصر رن والمشرك ن وأذل الش م ز السلم والمس ماتن إلى الهم أ ل ك ن وأ دآء الد دآنا وأ ر أ ن ودم م ن واخذل من خذل المس ص لمخ

ن وم ا .لدلزل والمحن وسوء الفتنة ما ظهر منها وما نا اللء والواء والز ة ا رب العالم الهم ادفع آم ن م دان المس ر ال ن سا ة و سا خآص ن دنا إندون .ن طن

ذاب النار .رنا آتنا ف الدنا حسنة وف الآخر حسنة ولنا ن الفحشآء والمن تآء ذي المرى ونهى اد الله! إن الله ؤمر العدل والحسان وإ ى نعم م ذكركم واشكروه ه كر والغ عظكم لعكم تذكرون، واذكروا الله العظ

ه عطكم، ولذكر الله أكر ز .دكم واسوه من فض !!!الصلة أقيموا

Page 9: Materi Khutbah Jum'at, 12 Agustus 2016 Mensyukuri Nikmat

Materi Khutbah Jum’at, 16 Desember 2016

Hikmah di Balik Musibah

الأ سل وأخر، وأ الحمد لل ك النسان ثم أماته ثم ألر، وأرسل الر م كر، خك الكون ودر، خ ه العظات والعر، فهدى وأحل وأمر، ونهى وحر م ف نزل المرآن الكر م: والعصر * إن وزجر، فمال ف ح حممن الر م، سم الله الر ج طان الر وذ الله من الش الحات سور العصر: أ موا الص نسان لف خسر * إل الذن آمنوا و ال

ر . وتواصوا الحك وتواصوا الصز جنده، وهزم الأحزاب ده، وأ ده، ونصر ن أشهد أن ل إله إل الله وحده، صدق و ن الخوف والجوع ونمص م ء م ونكم ش حانه: ولن وحده، وهو المال س

ارن نفس والثمرات الأموال والأ وشر الص الكوثر، ر الشر، وصاحب الحو ده ورسوله وهو خ دا وأشهد أن محمى ى من صاحه وأزره وولر، و ر، و ى آله المطه ه و كل أثر، إلى وم المحشر .صى الله ن لهم إحسان ف ع التا

كم وإاي تموى الله، فاتموا الله حك تماته ول تموتن إل اد الله، أوص ا عد؛ مون .أم س وأنتم م

Jamaah jum‟at rahimakumullah…

Pertama dan tidak henti-hantinya, kami selaku khatib mengajak pada Jamaah sekalian termasuk diri kami

sendiri untuk memanjatkan puji syukur yang tiada terhingga kepada Allah SWT, karena Dia telah

memberi kita karunia dan nikmat yang sangat besar. Karunia dan nikmat itu ialah umur yang panjang,

kesehatan yang baik, dan kesempatan yang lapang sehingga kita semua bisa hadir di sini untuk

mendirikan shalat Jumat berjamaah pada hari ini. Semoga seluruh amal ibadah jumat kita maupun ibadah

lainnya diterima disisi Allah Taala dan mendapatkan Ridha-Nya. Amin.

Oleh sebab itu maka kiranya sebagai salah satu bentuk rasa syukur kita terhadap semua nikmat Allah ini

tidak bosan-bosannya pula, khatib menyerukan agar tidak ada jemaah yang sampai tertidur atau berbicara

satu sama lainnya ketika khutbah Jumat sedang dibacakan, hal ini agar kita semua bisa mengambil

hikmah dan pelajaran lain yang bermanfaat. Rasa kantuk memang merupakan fitrah sebagaimana juga

rasa lapar dan dahaga namun seyogyanya semua bentuk kefitrahan ini tidak menjadi penghalang kita dari

mendengarkan firman-firman Tuhan yang akan disampaikan.

أوصخا ىؼينم حسحمن إذا قسا اىقسآن فبظخمؼا ى

Dan apabila dibacakan Al-Qur‟an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang

agar kamu mendapat rahmat (Al-A’raf: 204)

Shalawat dan salam kita sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW beserta para keluarganya.

Keselamatan semoga juga tercurah atas para sahabat dan umat beliau dahulu, sekarang dan yang akan

datang.

Jamaah umat rahimakumullah…

Tidak terasa, sudah 24 hari kita berada di tahun 2014. Jika dalam 1 hari ada 24 jam, maka 24 hari berarti

sama dengan 576 jam atau 34.560 menit sudah kita lewati. Subhanallah. Selama masa waktu itu, hal

positif apa yang sudah kita lakukan dan hal negatif apa saja yang sudah kita perbuat? Mari kita tanya pada

diri kita masing-masing, dalam tempo 24 hari tersebut, manakah yang paling sering kita lakukan,

kebaikankah? Atau justru keburukan?

مه اىشطبن اىسجمأػذ ببلله

ح ا ببىحق اص ح بىحبث ػميا اىص وعبن ىف خعس * إل اىره آمىا اىؼصس * إن الإ بس ا ببىص اص

Allah bersumpah Demi waktu, sesungguhnya, manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali

orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat-menasihati supaya mentaati

kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran(Al-Ashr: 1-3)

Sekali lagi kita tanya diri kita dan biarkan hati kita yang menjawabnya: benarkah dalam 24 hari yang lalu

kita selalu ada dalam keimanan? Konsistenkah kita dalam melakukan keimanan yang sering kita sebut-

sebut di mulut kita dan kita pamer-pamerkan pada orang lain itu selama 24 hari yang lalu? Biarkan hati

kecil kita yang menjawabnya, berapa kali kita meninggalkan shalat Subuh, Zhuhur, Ashar, Maghrib

ataupun Isya?

Berapa kali dalam waktu 24 hari yang sudah kita lewati itu, kita melakukan shalat dengan rasa malas dan

terpaksa? Berapa kali pula dalam waktu 24 hari itu, kita salah dalam membaca tajwid dalam shalat-shalat

kita karena terburu-buru? Berapa kali dalam waktu 24 hari itu, kita membaca bacaan sholat dengan tartil,

tenang dan dihayati?

Jamaah shalat Jumat yang dirahmati oleh Allah, itu baru sedikit saja dari sekian banyak pertanyaan yang

bisa digali pada kata iman dalam surah al-Ashr dalam rangka introspeksi diri kita untuk 24 hari di bulan

Januari 2014 yang baru saja kita lalui.

Page 10: Materi Khutbah Jum'at, 12 Agustus 2016 Mensyukuri Nikmat

Belum lagi mengenai amal shalih, amal shalih apa yang sudah kita perbuat selama 24 hari itu? Benarkah

amal shalih atau cuma minta dianggap shaleh atau justru amal sayyiah alias amal buruk saja yang kita

perbuat sepanjang 24 hari tersebut? Dan seterusnya dan sebagainya.

Bagaimana dengan waktu yang sudah kita habiskan 1 tahun sebelumnya? Apa saja yang kita perbuat

selama tahun 2013 kemarin?

Dalam 1 tahun ada 12 bulan, 52 minggu, 365 hari, 8.760 jam, 525.600 menit dan 31.536.000 detik. Ada

berapa jamkah total kita berbuat baik selama kurun waktu tersebut?

Jamaah jum‟at rahimakumullah…

Rata-rata umur manusia saat ini meninggal dunia antara 60 s/d 70 tahun, Jikapun ada yang lebih dari itu

masih hidup maka merupakan suatu bonus umur dari Allah. Sekarang kita samakan saja rata-rata

manusia meninggal plus minus di usia 65 tahun.

Kita mulai baligh, yaitu awal dari seorang anak manusia mulai di perhitungkan amal baik atau buruknya

selama hidup umumnya bagi laki-laki adalah 15 tahun dan wanita 12 tahun.

Sekarang, mari kita mencari waktu yang ada atau tersisa bagi kita untuk beribadah pada Allah. Kita

gunakan saja rumus sederhana : Umur rata-rata kematian – Awal Baligh

Jika rata-rata umur seseorang meninggal pada usia 65 tahun dikurang 15 tahun saat awal ia baligh maka

waktu yang tersisa adalah 50 tahun. Apa dan bagaimana perilaku kita selama 50 tahun masa hidup itu?

Jika kita kalikan lagi angka 50 tahun dengan 365 hari/tahunnya maka diperoleh angka 18.250 hari. Nah

angka 18.250 hari ini dikurang dengan waktu tidur kita selama 8 jam anggap saja. Maka 18.250 hari

dikali dengan 8 jam = 146.000 jam atau sekitar 16 tahun lebih 7 bulan atau kita bulatkan menjadi 17

tahun.

Jadi dalam rentang waktu kita mulai baligh di usia 15 tahun sampai usia kita meninggal di 65 tahun, ada

waktu 17 tahun yang hanya digunakan untuk tidur saja. Angka ini belum ditambah dengan jumlah jam

yang sering kita pakai pula untuk tidur siang misalnya. Subhanallah.

Dalam 50 tahun waktu hidup kita pasca baligh yang habis dipakai aktivitas adalah 18.250 hari x 12 jam

(yaitu waktu di mana siang hari biasanya kita kerja, sekolah, kuliah, berdagang, memasak dan

sebagainya) maka diperoleh angka 219.000 Jam atau = 25 tahun

Belum lagi dikurangi dengan waktu kita yang biasanya digunakan untuk bersantai, istirahat sambil

menonton televisi, bercanda sesama teman dan sejenisnya plus minus 4 jam.

Maka total dalam 50 tahun waktu yang dipakai untuk rileksasi tadi adalah 18.250 hari x 4 jam= 73.000

Jam atau selama 8 tahun.

Alhasil, jamaah Jumat sekalian, selama 50 tahun masa hidup kita pasca baligh, ada angka 17 tahun

lamanya kita tidur + 25 tahun untuk beraktivitas di siang hari + 8 tahun untuk sekedar rileksasi dan

mencari hiburan diperolehlah angka 50 tahun.

Jadi umur kita 50 tahun setelah dipotong masa baligh impas saja. Lalu jika usia 50 tahun ini tidak diisi

dengan banyak hal yang positif, hal-hal yang bersifat ibadah pada Allah, maka manusia benar-benar

berada dalam kerugian seperti firman Allah di dalam surat Al-Ashr.

Subhanallah, firman Allah bisa dibuktikan secara matematika. Sangat ilmiah sekali.

Tidak salah sebenarnya ketika kita berargumen bahwa kita saat ini sedang sekolah dan mencari ilmu,

bukankah itu juga ibadah? Tidak salah pula ketika ada yang berkata kita bekerja untuk menafkahi anak

istri dan ini pun ibadah. Dan argumen-argumen lain sejenis itu.

Tapi sekarang, apakah benar niat kita ketika sekolah, bekerja, memasak, melahirkan, mengajar dan

melakukan berbagai profesi lainnya itu sudah diniatkan untuk ibadah ?

Bukankah kita sendiri sering berkata: saya sekolah agar pintar, dapat ijazah dengan angka yang bagus di

sana, lalu saya bisa bekerja dan dapat posisi bagus pula di perusahaan tertentu, Nikah punya anak cucu.

Bukankah niat seperti ini yang justru sering terlintas dalam pikiran kita?

Mana niat ibadahnya? Makanya, tidak usah heran bila sekarang ini banyak terjadi korupsi di mana-mana,

penggunaan narkoba oleh siapa saja serta hal-hal buruk lainnya. Niat kita sudah bukan pada titik ibadah

lagi. Kita sekolah untuk dapat ijazah, kita bekerja untuk mencari harta, kita mempunyai jabatan untuk

dipandang orang lain, kita memakai kendaraan agar dihormati oleh orang lain dan bahkan kita shalat,

zakat serta berhaji pun agar dianggap orang hebat dan alim.

Na‟udzubillahi mindzalik.

Jamaah Jumat rahimakumullah..

Page 11: Materi Khutbah Jum'at, 12 Agustus 2016 Mensyukuri Nikmat

Mari kita jujur pada diri kita sendiri, seberapa seringkah kita membaca bismillah saat hendak berangkat

kerja ke kantor, berjalan menuju sekolah atau pasar?

Jawabnya secara umum pasti kita pernah membaca basmalah di waktu-waktu tersebut, tapi sesekali, tidak

setiap kali. Itulah fenomena diri kita sendiri yang selalu dipengaruhi oleh unsur fujuraha, yaitu sifat jahat

yang sering mendominasi hidup kita sehari-hari. Sewaktu mendengar ceramah atau khutbah, air mata kita

berlinang, tetapi ketika kaki kita melangkah keluar dari tempat ceramah itu, kita silau dengan gemerlap

dunia.

Maka jangan heran bila banjir besar melanda Jakarta, jangan heran bila peperangan di Timur Tengah

seakan tidak pernah berhenti. Jangan heran banyak doa-doa kita yang tidak terkabulkan. Jangan heran bila

semakin banyak para penyesat bermunculan. Ternyata kita sendiri ikut menjadi penyebabnya. Kita sering

lalai dalam menggunakan waktu yang ada.

Seringkali kita merasa cukup dengan hanya mengerjakan shalat 5 waktu, kita beranggapan dengan

mengerjakan shalat-shalat tersebut maka pahala kita bertumpuk. Pernahkah kita berpikir bahwa shalat

yang sudah kita kerjakan pasti diterima di sisi Allah? Pernahkah kita berpikir bagaimana bila shalat-shalat

kita selama ini tidak satupun yang diterima-Nya?

Sekali lagi, sudah berapa kalikah kita shalat secara terburu-buru sehingga tidak jelas apa yang dibaca?

Berapa seringkah kita shalat diakhir waktu? Berapa seringkah kita shalat dengan rasa malas, ujub ataupun

terpaksa?

Jamaah Jumat rahimakumullah..

Rasanya tidak hanya sekali dua kali bencana terjadi di negeri ini. Mulai dari banjir bandang, semburan

lumpur, tanah longsor, gunung meletus, Kebakaran, gempa bumi, sampai tsunami. Semuanya silih

berganti melanda negeri ini.

Mengapa bencana demi bencana senantiasa melanda? Para ilmuwan barangkali memiliki alasan-alasan

ilmiah yang bisa menjelaskan rawannya negeri kita akan bencana. Namun apapun itu, kita harus percaya

bahwa semua bencana tersebut tidak terlepas dari kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hanya dengan

izin Allah sajalah semua bisa terjadi.

Menyikapi terjadinya berbagai macam bencana, janganlah sekali-kali kita berburuk sangka kepada Allah.

Dia tidak akan sekali-kali berbuat zhalim kepada hamba-hamba-Nya. Setiap yang Allah kehendaki pasti

penuh dengan hikmah dan kebijaksanaan. Apalagi terhadap hamba-hamba-Nya yang mukmin, Allah pasti

selalu memberikan yang terbaik, meski seringkali hal tersebut dianggap tidak menyenangkan.

الل ؼيم شس ىنم ئب ا ش ػعى أن ححب س ىنم خ ئب ا ش ػعى أن حنس أوخم ل حؼيمن

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai

sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak Mengetahui. (Al-Baqarah:

216)

Sebaliknya, yang harus senantiasa kita lakukan setiap kali ditimpa bencana adalah bersabar. Allah

Subhanahu wa Taala berfirman,

اىثمساث الأوفط اه ه الأم وقص م اىجع ف ه اىخ ء م ونم بش ىىبي ببسه بشس اىص 511

زاجؼن إوب إى صبت قبىا إوب لل م م 516 اىره إذا أصببخ

زحمت م ب ه ز اث م م صي ئل ػي خدن أى م اىم ئل أى 511

Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepada kalian, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan

harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu)

orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: ’Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun

(Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali)’. Mereka itulah yang

mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang

mendapat petunjuk.” (Al-Baqarah: 155-157)

Ketika bencana telah terjadi, salah satu hal penting yang harus kita lakukan adalah melakukan introspeksi

diri. Bagaimanapun juga, segala macam bencana tidak terlepas dari tingkah pola kita juga. Dalam hal ini,

kita hendaknya memahami bencana sebagai peringatan dari Allah Subhanahu wa Taala.

Karena itu, marilah kita semua tanpa kecuali menghitung diri. Sudah seberapa taatkah kita kepada Allah?

Apakah kita selama ini telah menaati aturan-aturan Allah? Ataukah sebaliknya kita gemar menerjang

larangan-larangan-Nya?

Marilah kita semua kembali kepada Allah, bertaubat kepada-Nya. Marilah kita sesali segala perbuatan

buruk yang selama ini kita lakukan, dan kita berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Jangan sampai kita

malah berbuat sebaliknya, yakni melakukan kesalahan demi kesalahan tanpa henti, seolah-olah tidak peka

Page 12: Materi Khutbah Jum'at, 12 Agustus 2016 Mensyukuri Nikmat

dengan peringatan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kita tentunya amat menyayangkan tindakan sebagian

orang yang ketika bencana hendak menimpa atau telah menimpa, mereka justru melakukan ritual syirik

dengan alasan untuk menolak bala. Padahal semestinya bencana justru menjadi peringatan dan

menjadikan kita semua kembali kepada Allah.

Di samping sebagai peringatan, bencana juga hendaknya kita pahami sebagai ujian. Sebagaimana yang

telah Allah firmankan dalam QS Al-Baqarah ayat 155 di atas, Dia memang akan menurunkan berbagai

macam ujian kepada kita dalam kehidupan ini, salah satunya dalam bentuk bencana yang menyebabkan

rasa takut, berkurangnya jiwa, dan sekaligus harta benda. Dengan ujian itu, Allah hendak melihat apakah

kita bisa bersabar ataukah tidak.

Jamaah Jumat rahimakumullah…

Ketika suatu bencana melanda, jangan sampai kita yang tidak terkena bencana merasa bahwa kita selamat

karena kita lebih baik daripada mereka yang dilanda bencana. Kita harus selalu merasa khawatir kalau-

kalau Allah justru memberikan istidraj kepada kita, yakni menunda siksa atas diri kita karena Allah ingin

menyempurnakan siksa tersebut kelak di akhirat. Tidakkah kita lihat betapa banyak para pelaku

kemaksiatan dan kejahatan yang justru hidup dengan enak dan bergelimang kemewahan? Itulah istidraj

yang harus senantiasa kita waspadai.

Ketika terjadi bencana alam, paling tidak ada tiga analisa yang sering diajukan untuk mencari penyebab

terjadinya bencana tersebut. Pertama, azab dari Allah karena banyak dosa yang dilakukan. Kedua,

sebagai ujian dari Tuhan. Ketiga, Sunnatullah dalam arti gejala alam atau hukum alam yang biasa terjadi.

Untuk kasus Indonesia ketiga analisa tersebut semuanya mempunyai kemungkinan yang sama besarnya.

Jika bencana dikaitkan dengan dosa-dosa bangsa ini bisa saja benar, sebab kemaksiatan sudah menjadi

kebanggaan baik di tingkat pemimpin (struktural maupun kultural) maupun sebagian rakyatnya, perintah

atau ajaran agama banyak yang tidak diindahkan, orang-orang miskin diterlantarkan. Maka ingatlah

firman Allah:

ب سوب ه فدم ب اىق ب فحق ػي ب ففعقا ف يل قست أمسوب مخسف إذا أزفوب أن و حدمسا

“Jika Kami menghendaki menghancurkan suatu negeri, Kami perintahkan orang-orang yang hidup

mewah (berkedudukan untuk taat kepada Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan daiam negeri

tersebut, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian kami

hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya”. (Al-Isra’: 16)

Apabila dikaitkan dengan ujian, bisa jadi sebagai ujian kepada bangsa ini, khususnya kaum muslimin agar

semakin kuat dan teguh keimanannya dan berani untuk menampakkan identitasnya. Sebagaimana firman

Allah:

م ل فخىن أحعب اىىبض أن خسما أن قىا آمىب

“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka akan dibiarkan begitu saja mengatakan: Kami telah

beriman‟, sedang mereka tidak diuji lagi?”(Al-Ankabut: 2)

Akan tetapi, jika dikaitkan dengan gejala alam pun besar kemungkinannya, karena bumi Nusantara

memang berada di bagian bumi yang rawan bencana seperti gempa, tsunami dan letusan gunung.

Bahkan, secara keseluruhan bumi yang ditempati manusia ini rawan akan terjadinya bencana, sebab

hukum alam yang telah ditetapkan Allah SWT atas bumi ini dengan berbagai hikmah yang terkandung di

dalamnya. Seperti pergerakan gunung dengan berbagai konsekuensinya.

مه ابث إبمم بمب ف وفؼى م، ىنم ف اىقسآن اىؼظ ىعبئس ببزك الله ى ىنم م ى أظخغفس الله اىؼظ را ى ه ق م. أق اىرمس اىحن

م . ز اىسح اىغف ي إو اىمعيمبث فبظخغفس ه اىمعيم ———————————————

Khutbah Kedua:

حمدا كث ن له . ارغامالمن جحده وكفر . واش الحمدلل م را كما امر . واشهدان لاله اللله وحده لشر ده ورسوله سدالنس والشر . الهم صل وس دا دنا محم هدان سن نظر واذن خر ى سدنا مح ى اله وصحه مااتصت د و م

ى ا عد : فاا هاالناس !! اتموالله تعالى . وذروالفواحش ماظهروماطن . وحافظوا ة ام ة وحضور الجمعة والجما ا ه نفسه . الط موا أن الله امركم ؤمر دأف . وا ما: ان الله وملكته صون وثنى ملكة لدسه . فمال تعالى ولم زل لال ن آمنواصوا ى ا هاالذ هى الن د . كماص ى ال سدنا محم د و دنا محم ى س م ما . الهم صل وس مواتس د وس دمج ن انن حم م . ف العالم راه ى ال سدنا ا م و راه ى سدنا ا ت

ن سار أصحاب ن الهم و ثمان و مر و دنا اى كر و ن س اشد ن الخفاءالر ن ومن تعهم إحسان الى وم وار ن وتاعى التاع ن التاع ن و ن اجمعن الد

ن والمإمنات الأحاء منهم والموات رحمتن الهم اغ مات والمإمن ن والمس م مس لزل والمحن . فر ل نا والز ناالغلء والواء والز اواهب العطات . الهم ادفع ة ارب العالم وسوءالفتن ام ن م ن سارلدالمس ة و ن دنا هذاخاص ذاب النار ماظهرمنها وماطن نااتنافى الدنا حسنة وفى الخر حسنة ولنا ن . ر

عباداالله ان االله يأمربال عدل والاحسان وايتاءذى القربى وينهى عن الفحشاء والمنكر والبغى يعظكم لعلكم تذكرون فاذكرواالله العظيم يذكركم واشكروه على نعمه يزدكم. ولذكراالله اكبر

!!! أقيموا الصلة

Page 13: Materi Khutbah Jum'at, 12 Agustus 2016 Mensyukuri Nikmat