materi buku ajar tetes mata 1
DESCRIPTION
materi kuliah konselingTRANSCRIPT
KONSELING DAN SWAMEDIKASI PEMBERIAN OBAT
MELALUI MULUT, MATA DAN TELINGA
A. Konseling Pasien
Berbagai kepustakaan mengemukakan bahwa konseling merupakan bagian dari
bimbingan, baik sebagai pelayanan maupun sebagai teknik. Konseling merupakan inti kegiatan
bimbingan secara keseluruhan dan lebih berkenaan dengan masalah individu secara pribadi.
Mortensen (1964) mengatakan, “Counseling is the heart of the guidance program”. Ruth Strang
(1958) menyatakan, “Guidance is broader : Counseling is a most important tool of guidance”.
Jadi konseling merupakan inti dan alat yang paling penting dalam keseluruhan sistem dan
kegiatan bimbingan.
Mortensen (1964) mendefinisikan konseling sebagai suatu proses antar-pribadi, dimana
satu orang dibantu oleh satu orang lainnya untuk meningkatkan pemahaman dan kecakapan
menemukan masalahnya terutama dalam pemberian obat. Jones (1970) menyebutkan bahwa
konseling sebagai suatu hubungan professional antara seorang konselor dengan klien.
Selanjutnya hubungan ini bersifat individual atau seorang, meskipun kadang melibatkan lebih
dari dua orang dan dirancang membantu klien memahami dan memperjelas pandangan terhadap
ruang lingkup hidupnya sehingga dapat memperjelas pandangan terhadap ruang lingkup
hidupnya sehingga dapat membuat pilihan yang bermakna bagi dirinya. Pengertian tersebut
hampir sama dengan yang dikemukakan oleh Brammer dan Shotrom (1982) yang menekankan
konseling sebagai suatu perencanaan yang lebih rasional, pemecahan masalah, pembuatan
keputusan intensionalitas, pencegahan terhadap munculnya masalah penyesuaian diri, dan
memberi dukungan dalam menghadapi tekanan-tekanan situasional dalam kehidupan sehari-hari
bagi orang normal.
Dalam konseling terjadi hubungan antara konselor dengan klien melalui wawancara.
Karakteristik hubungan konseling menurut Shotrom dan Brammer (1960) ditandai dengan :
- Hubungan yang bersifat unik dan umum
Unik dalam hal : sikap dan perilaku konselor dank klien, struktur yang terencana dan bersifat
terapeutik, adanya penerimaan klien secara penuh oleh konselor.
Umum dalam hal : karakteristik hubungan yang juga terdapat dalam berbagai bentuk situasi
hubungan antar manusia seperti kesamaan, keakraban.
1. Adanya keseimbangan objektivitas dan subjektivitas
Objektif dalam hal : aspek hubungan yang bersifat kognitif, ilmiah, objektif, dimana klien
dipandang secara objektif.
Subjektif dalam hal : kehangatan dan perpaduan antara konselor dan klien
2. Adanya keseimbangan unsur kognitif dan afektif
Kognitif dalam hal : proses pemindahan informasi, pemberian nasehat/penafsiran
Afektif dalam hal : aspek ekspresi perasaan dan sikap
3. Adanya keseimbangan antara kesamar-samaran dan kejelasan
Dalam situasi tertentu konselor memberikan rangsangan yang bersifat tersamar, sedangkan
dalam situasi lain konselor memberikan rangsangan yang jelas.
4. Adanya keseimbangan tanggungjawab
Tanggungjawab tidak seluruhnya ada pada konselor tapi juga pada klien.
Cavanagh (1982) mengatakan konseling menunjuk suatu hubungan antara pemberi
bantuan yang terlatih dengan seseorang yang mencari bantuan, dimana keterampilan pemberi
bantuan dan suasana yang dibuatnya membantu orang lain belajar untuk berhubungan dengan
dirinya sendiri dan orang lain dalam cara-cara yang lebih tumbuh dan produktif. Selanjutnya
dikatakan bahwa pengertian ini mengandung 7 unsur pokok, yaitu :
1. Kkonselor adalah seorang professional.
2. Interaksi hubungan yang bersifat membantu. Minimal terdapat saling pengertian,
kepercayaan dan kerjasama.
3. Konselor professional memerlukan kualitas pengetahuan, keterampilan, dan kepribadian
yang bersifat membantu.
4. Konselor membantu klien untuk belajar. Hal ini menunjukkan bahwa konseling pada
hakikatnya merupakan suatu proses belajar dimana akan terjadi suatu perubahan perilaku.
5. Dalam konseling klien belajar untuk berhubungan dengan dirinya sendiri dan orang lain, hal
ini berarti konselor membantu klien berhubungan dengan dirinya secara lebih baik, sehingga
lebih terintegrasi dan mengurangi konflik. Belajar berhubungan dengan orang lain juga
penting karena pada dasarnya kebutuhan dasar psikologis hanya dapat terpenuhi melalui
hubungan antar pribadi.
6. Klien belajar untuk berhubungan dalam cara-cara tumbuh dan produktif. Ada 3 makna
dalam hal ini, yaitu : orang tumbuh dalam kompetensi intra dan interpersonal; konseling
ditujukan untuk pertumbuhan kepribadian dan bukan semata-mata menghilangkan symptom
(gejala); konseling tidak melulu bagi orang yang menghadapi gangguan psikologis tapi juga
bagi yang mereka yang tergolong normal.
7. Konseling terjadi karena adanya kebutuhan klien akan bantuan.
Kottler dan Brown (1985), menjelaskan konseling merupakan suatu proses yang
dirancang untuk merangsang berpikir ide dapat mengendap, berkembang dan tumbuh kearah
suatu konsepsi pribadi.
Dalam suatu managemen penyakit konseling adalah bagian integral yang memegang
peranan penting. Contohnya adalah konseling penggunaan obat yang dilakukan secara
swamedikasi (yaitu melakukan pengobatan sendiri berkaitan masalah penyakit dialami).
Umumnya konseling bertujuan agar setiap pasien dapat menerima kondisi penyakitnya secara
wajar, bukan mengangapnya hukuman tetapi lebih kepada suatu kondisi medis yang memerlukan
penanganan agar tidak berdampak negatif terhadap kehidupannya sehari-hari.
Secara khusus konseling pasien bertujuan :
1. Membangun hubungan yang wajar dengan pasien, sehingga memudahkan dalam menggali
informasi, pemenuhan perawatan dan peningkatan managemen harian.
2. Memberikan informasi dan pendidikan tentang penyakit, misal prevalensi, transmisi,
rekurensi, pencegahan infeksi, pilihan terapi dan fasilitas pendukung.
3. Meminimalkan dampak psikologis, yang umumnya timbul pada penyakitnya
4. Mengetahui saat yang tepat untuk merujuk pada terapi psikologis intensif
5. Membantu proses memberitahu kondisi pasien pada kerabat/pasangan pasien.
Syarat-syarat konseling yang baik :
1. Persiapkan kondisi lingkungan yang tepat
2. Sejumlah faktor lingkungan dapat memberikan kontribusi bagi keberhasilan konseling :
3. Pastikan setting ruangan nyaman, tidak bersifat konfrontasi (misalnya : kursi yang nyaman
dengan posisi yang komunikatif dan bukannya saling berhadapan terhalang meja)
4. Sebaiknya menunda diskusi yang bersifat mendetail selama sebelum pasien sepenuhnya
merasa siap
5. Minimalisir kemungkinan adanya gangguan
6. Hindari (tunda) mencatat selama melakukan konseling
7. Berikan waktu pada pasien untuk dapat mengkomunikasikan perasaannya tanpa harus
dipaksa
8. Situasi santai tetapi formal
9. Memiliki sikap yang tepat, jadilah pendengar yang baik dan tunjukkan sikap empati; keahlian
ini adalah hal yang esensial untuk menghasilkan konseling yang efektif. Pasien perlu
memandang dokter sebagai seorang yang kompeten, terpercaya, dan professional serta peduli
terhadap dirinya. Cobalah untuk menempatkan posisi kita pada posisi pasien sehingga dapat
membangun empati. Pertimbangkan saat konsultasi sebagai suatu kesempatan untuk
menggali isu yang relevan baik medis dan psikologis sehingga pasien memiliki kesempatan
untuk terlibat langsung dalam keputusan managemen menggunakan obat.
10. Menyediakan informasi yang benar
Berikan penjelasan singkat tentang masalah pada penggunaan terapi obat (misal : penyebab
penyakit, pilihan terapi, prognosis dsb); Untuk menjelaskan prognosis yang buruk, berhati-
hatilah dalam memberikan penjelasan. Jangan memberikan janji yang menyesatkan, namun
gunakan bahasa yang komunikatif, kesiapan pasien untuk menerima, jika belum siap tunggu
sampai siap, kalau perlu keluarganya yang diberitahu dahulu.
11. Penjelasan untuk terapi obat harus betul-betul jelas
Kapan harus diminum, berapa kapsul/ tablet yang harus diminum. Jangan lupa menjelaskan
kalau terjadi akibat yang tidak diinginkan setelah minum obat, harap segera datang kembali.
Selain itu jangan lupa tanyakan pada pasien, apakah pasien tersebut alergi terhadap suatu
obat. Kalau pasien tidak tahu, jangan dilupakan peringatan untuk datang kembali bila terjadi
sesuatu setelah minum obat. Penjelasan juga berlaku untuk segala hal yang boleh dan tidak
boleh dilakukan oleh pasien selama dalam pengobatan atau pengawasan dokter.
12. Mengatakan dan melakukan hal yang tepat. Tunjukkan sikap peduli, berusaha untuk
membangun kepercayaan pasien; berikan pertanyaan terbuka (open question) dan tidak
bersifat menghakimi; Berhati-hati, jangan membuatbahasa tubuh yang member kesan
negative; Usahakan untuk mencari tahu sejauh mana pengetahuan/persepsi pasien tentang
penyakit/obat/pilihan terapi. Perhatikan latar belakang dan usia pasien, gunakan bahasa yang
sederhana, sedapat mungkin menghindari istilah kedokteran, kecuali jika istilah tersebut
sudah popular di masyarakat. Berikan kesempatan untuk bertanya jika ada hal yang dianggap
kurang jelas.
13. Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian : Ada orang tertentu yang tidak mampu untuk
menerima informasi dalam jumlah banyak dikarenakan stress yang dialaminya, untuk kasus
seperti ini seringkali lebih baik untuk menjadwal ulang konseling sampai mereka siap.
Pandangan dan prasangka pribadi dokter dapat berdampak negative terhadap managemen
pasien. Bahkan jika dokter berkata benar namun bahasa tubuhnya mengatakan sebaliknya,
hal tersebut dapat mengikis pesan yang ingin disampaikan. Saat memberikan
informasi/nasehat usahakan untuk tidak memberikan pernyataan positif dengan memakai
kata „tetapi‟. Nada suara lembut tetapi berwibawa, berikan penjelasan tanpa berkesan
menggurui.
B. Manfaat dan Tujuan Konseling
Manfaat dari Konseling yaitu :
1. Bagi Pasien :
a. Menjamin keamanan dan efektifitas pengobatan
b. Mendapatkan penjelasan tambahan mengenai penyakitnya
c. Membantu dalam merawat atau perawatan kesehatan sendiri
d. Membantu pemecahan masalah terapi dalam situasi tertentu
e. Menurunkan kesalahan penggunaan obat
f. Meningkatkan kepatuhan dalam menjalankan terpai.
g. Menghindari reaksi obat yang tidak diinginkan
h. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi biaya kesehatan
2. Bagi Farmasis
a. Menjaga citra profesi sebagai bagian dari tim pelayan kesehatan.
b. Mewujudkan bentuk pelayanan asuhan kefarmasian sebagai tanggung jawab profesi
Farmasis
c. Menghindari Farmasis dari tuntutan karena kesalahan pengguanaan obat (Medicatiaon
Error)
d. Suatu pelayanan tambahan untuk menarik pelanggan sehingga menjadi upaya dalam
memasarkan jasa pelayanan.
Tujuan dari konseling pada pelayanan farmasi adalah :
a. Membina hubungan/komunikai farmasis dengan pasien dan membangun kepercayaan
pasien kepada farmasis.
b. Memberikan informasi yang sesuai kondisi dan masalah pasien.
c. Membantu pasien menggunakan obat sesuai tujuan terapi dengan memberikan
cara/metode yang memudahkan pasien menggunakan obat dengan benar.
C. Tahapan Proses Konseling
Tahapan-tahapan proses konseling meliputi yaitu :
Kegiatan konseling meliputi beberapa hal yaitu :
1. Persiapan dalam melakukan konseling
Tujuan : pendekatan dan membangun kepercayaan
2. Tahap konseling
a. Pembukaan
1) Memperkenalkan diri
2) Menjelaskan tujuan konseling, mengapa dan berapa lama ?
3) Sapa pasien dengan ramah
4) Perkenal diri anda
5) Jelaskan tujuan konseling
6) Informasikan lama waktu yang dibutuhkan
b. Diskusi untuk mengumpulkan informasi dan identifikasi masalah
c. Diskusi untuk mencegah atau memecahkan masalah dan mempelajarinya
d. Memastikan pasien telah memahami informasi yang diperoleh
e. Menutup diskusi
f. Follow up diskusi
3. Aspek Konseling yang harus disampaikan :
a. Deskripsi dan kekuatan obat
b. Jadwal dan cara penggunaan
c. Mekanisme kerja obat
d. Dampak gaya hidup
e. Penyimpanan
f. Efek potensial yang tidak diinginkan
4. Masalah dalam konseling yaitu :
a. Faktor penyakit
b. Faktor terapi
c. Faktor pasien
d. Faktor komunikasi
D. Hal-hal yang harus disiapkan dalam memberikan pelayanan Konseling pada
pasien
Sebelum memberikan konseling ada beberap hal yang harus diketahui oleh seorang
farmasis agar tujuan konseling tercapai. Hal yang Perlu diperhatikan adalah latar belakang pasien
(database pasien ) seperti biodata, riwayat penyakit, riwayat pengobatan, alergi, riwayat keluarga
,sosial dan ekonomi. Hal lain yang pelu diperhatikan adalah membuat daftar masalah
yang dihadapi pasien ( terutama masalah yang berkaitan dengan obat ). Setelah kedua hal
tersebut dilakukan barudapat memberikan konseling berdasarkan masalah yang sudah di susun
kemudian dapat dilihat dari perubahan sikap pasien apakah konseling yang telah diberikan sudah
tepat atau belum.
E. Kendala dalam pemberian obat dan konseling
Berbagai kendala dalam memberikan konseling dapat terjadi pada prosespengobatan dan
pemberian konseling. Kendala yang berasal dari pasien antara lain adalah perasaan marah, malu,
sedih, takut, ragu-ragu. Hal ini dapat diatasi dengan bersikap empati, mencari sumber timbulnya
masalah tersebut, tetap bersikap terbuka dan siap membantu. Untuk kendala yang berasal dari
latar belakang pendidikan, budaya dan bahasa Kendala dapat diatasi dengan menggunakan istilah
sederhana dan dapat dipahami, berhati-hati dalam menyampaikan hal yang sensitif, atau
menggunakan penterjemah.Untuk kendala yang berasal dari fisik dan mental dapat diatsai
dengan upaya menggunakan alat bantu yang sesuai atau melibatkan orang yang merawatnya.
Sedangkan kendala yang berasal dari tenaga farmasi dapat berupa mendominasi percakapan.
Menunjukkan sikap yang tidak memberikan perhatian dan tidak mendengarkan apa yang pasien
sampaikan, cara berbicara yang tidak sesuai (terlalu keras, sering mengulang suatu kata ),
menggunakan istilah yang terlalu teknis yang tidak dipahami pasien, sikap dan gerakan badan
yang tidak sesuai yang dapat mengganggu konsentrasi pasien, sedikit atau terlalu banyak
melakukan kontak mata dengan pasien. Bila ini terjadi pada upaya mengatasinya adalah dengan
memberikan pasien kesempatan untuk menyampaikan masalahnya dengan bebas, menunjukan
kepada pasien bahwa apa yang disampaikannya didengarkan dan diperhatikan melalui sesekali
anggukan kepala, kata dan sikap badan yang cenderung ke arah pasien. Menyesuaikan volume
suara dan mengurangi kebiasaan mengeluarkan kata-kata yang mengesankan gugup dan tidak
siap, menghindari pemakaian istilah yang tidak dipahami oleh pasien, tidak menyilangkan kedua
tangan dan menghindari gerakan berulang yang tidak pada tempatnya dan menjaga kontak mata
dengan pasien.
Selain kendala tersebut diatas terdapat kendala lain yang kadang kurang diperhatikan
oleh tenaga farmasi, kendala tersebut adalah lingkungan pada saat konseling
dilakukan. Tempat yang terbuka, suasana yang bising, sering adanya interupsi,
adanya partisi (kaca counter ) dapat mempengaruhi pasien dalam menerima konseling. Hal ini
harus diperhatikanoleh tenaga farmasi dalam memberikan konseling. Adanya tempat
khusus ataupun tidak menerima telepon atau tamu lain dapat memberikan rasa privasi dan
nyaman kepada pasien. Itulah sekilas pandangan tentang pelayan konseling pasien, diharapkan
dengan melakukan pelayanan konseling secara benar dan konsisten akan meningkatkan peran
dan citra tenaga farmasi di masyarakat.
F. Modal Untuk Melaksanakan Konseling Bagi Pasien
1. Menguasai ilmu
Kalau kita menguasai ilmu yang akan disampaikan, maka komuniksi lancar dan
meyakinkn maka pasen akan puas dan pecaya, ini meupakan kunci utama. Kalu pasien sudah
percaya maka mereka akan patuh.
2. Kemampuan berkomunikasi
Kemampuan berkomunikasi penting, karena teknik berbicara akan sangat berpengaruh
pada keberhasilan komunikasi
G. Metode Konseling
Beberapa metode Konseling yaitu :
1. Three Prime Questions
a) Bagaimana penjelasan farmasis tentang obat anda ?
b) Bagaimana penjelasan farmasis cara pakai obat anda ?
c) Bagaimana penjelasan farmasis tentang harapan setelah minum/memakai Obat Anda ?
2. Final Verification
a) Meminta pasien untuk mengulang instruksi
b) Yakin bahwa pesan tidak ada terlewat
c) Koreksi bila ada salah informasi
3. Show and tell
a) Melakukan cerita
b) Melakukan peragaan
c) Melalui gambar, tayangan
K. Komponen konseling
d) Enam komponen konseling minimal yaitu:
e) a. Nama obat, jumlahnya dan indikasinya
f) b. Aturan pakai, cara dan lama pemakaian
g) c. Interaksi obat
h) d. Efek samping obat
i) e. Pengaruh terhadap pola hidup, pola makan
f. Cara penyimpanan
1. Pengenalan/ pembuka
1. Tujuan : pendekatan dan membangun kepercayaan
2. Teknik :
a. Memperkenalkan diri
b. Menjelaskan tujuan konseling, mengapa dan berapa lama ?
Contoh Pengenalan/ pembukaan :
a. Sapa pasien dengan ramah
b. Perkenal diri anda
c. Jelaskan tujuan konseling
d. Informasikan lama waktu yang dibutuhkan
2. Penilaian Awal/Identifikasi
Tujuan : menilai pengetahuan pasien dan kebutuhan informasi yang harus dipenuhi.
Perhatikan apakah pasien baru/lama dan peresepan baru/lama/OTC
3. Teknik :Three Prime Questions
4. Contoh:
5. Pasien mendapat obat antihipertensi
Pasien baru: Apakah sudah mendapatkan informasi tentang: nama obat, kegunaan dan
cara penggunaan inhaler.. ?
Pasien Lama: Apakah ada masalah tentang cara penggunaan inhaler, kepatuhan..?
3. Pemberian Informasi
Tujuan: Mendorong perubahan sikap/prilaku agar memahami dan mengikuti regimen
terapi.
Teknik :Show & Tell
6. Contoh Pemberian informasi
7. Berikan informasi pokok tentang:
8. Nama obat dan bentuk sediaan
9. Kegunaan inhaler
10. Cara menggunakan inhaler
11. Cara penyimpanan (suhu<30 c="" cahaya="" span="" terlindung="">
12. Gunakan sarana: Poster, contoh inhaler
13. Cara Penggunaan Inhaler Information Sheet ?
14. a. Mengeluarkan dahak / lendir(bila ada)
15. b. Latihan nafas
16. c. Periksa alat / wadah
17. d. Tahap penggunaan:
18. 1) Kocok dulu dan buka penutup.
19. 2) Tarik dan keluarkan nafas.
20. 3) Pasang alat dimulut.
21. 4) Ambil nafas pelan-dalam dan tekan alat
22. 5) Tutup mulut,tahan nafas 5-10 detik,alat dilepas.
23. 6) Keluarkan nafas lewat hidung,bila ada dosis ke-2, beri jarak 5 mnt.
24. 7) Cuci mulut atau berkumur.
25. 4. Verifikasi
26. Tujuan :
27. a. Untuk memastikan apakah pasien memahami informasi yang sudah disampaikan.
28. b. Mengulang hal-hal penting.
29. Tehnik : fill in the gaps
30. Contoh Penilaian akhir/ Verifikasi yaitu:
31. Bertanya tentang pemahaman informasi yang disampaikan.
32. Meminta pasien untuk menceritakan dan memperagakan ulang cara penggunaan.
33. 5. Tindak lanjut
34. Tujuan :
35. a. Mengikuti perkembangan pasien
36. b. Monitoring keberhasilan pengobatan.
37. Tehnik :
38. a. Membuat patient medication record(PMR)
39. b. Komunikasi melalui telepon.
40. Contoh Penutup / Tindak lanjut:
41. Ingatkan waktu untuk kontrol
42. Berikan salam dan ucapkan “semoga lekas sembuh”
43. Lakukan pencatatan pada kartu konseling/ PMR.
44.
45.
C. SWAMEDIKASI OBAT YANG MELALUI MULUT
D. SWAMEDIKASI OBAT YANG MELALUI MATA
E. SWAMEDIKASI OBAT YANG MELALUI TELINGA
\
Daftar Pustaka
Australian Herpes Management Forum. Guidelines for Clinicians Counseling & Communication
Skill for Patient With Genital Herpes
Berger, B. Effective Patient Counseling. US Pharmacist Publication.
Surya, HM.2003. Psikologi Konseling. Jakarta, CV. Pustaka Bani Quraisy
A. Pengertian Konseling
Konseling berasal dari kata counsel yang artinya saran, melakukan diskusi dan pertukaran
pendapat. Konseling adalah suatu kegiatan bertemu dan berdiskusinya seseorang yang
membutuhkan (klien) dan seseorang yang memberikan (konselor) dukungan dan dorongan
sedemikian rupa sehingga klien memperoleh keyakinan akan kemampuannya dalam pemecahan
masalah. Konseling pasien merupakan bagian tidak terpisahkan dalam elemen kunci dari
pelayanan kefarmasian, karena Apoteker sekarang ini tidak hanya melakukan kegiatan
compounding dan dispensing aja, tetapi juga harus berinteraksi dengan pasien dan tenaga
kesehatan lainnya dimana dijelaskan dalam konsep Pharmaceutical Care.
Dapat disimpulkan bahwa pelayanan konseling pasien adalah suatu pelayanan kefarmasian
yang mempunyai tanggung jawab etika serta medikasi legal untuk memberikan informasi dan
edukasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan obat. Kegiatan konseling dapat diberikan atas
inisiatif langsung dari Apoteker mengingat perlunya pemberian konseling karena pemakaian
obat-obat dengan cara penanganan khusus, obat-obat yang membutuhkan terapi jangka panjang
sehingga perlu memastikan untuk kepatuhan pasien meminum obat. Konseling yang diberikan
atas inisiatif langsung dari Apoteker disebut konseling aktif. Selain konseling aktif dapat juga
konseling terjadi jika pasien datang untuk berkonsultasi pada apoteker untuk mendapatkan
penjelasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan obat dan pengobatan, bentuk
konseling seperti ini disebut konseling pasif.
Konseling obat adalah suatu prosesyang memberikan kesempatan kepada pasien untuk
mengeksplorasikan diri yang dapat mengarah pada peningkatan pengetahuan, pemahaman dan
kesadaran tentang penggunaan obat yang benar.
B. Manfaat dan Tujuan Konseling
Manfaat dari Konseling yaitu :
1. Bagi Pasien :
a. Menjamin keamanan dan efektifitas pengobatan
b. Mendapatkan penjelasan tambahan mengenai penyakitnya
c. Membantu dalam merawat atau perawatan kesehatan sendiri
d. Membantu pemecahan masalah terapi dalam situasi tertentu
e. Menurunkan kesalahan penggunaan obat
f. Meningkatkan kepatuhan dalam menjalankan terpai.
g. Menghindari reaksi obat yang tidak diinginkan
h. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi biaya kesehatan
2. Bagi Farmasis
a. Menjaga citra profesi sebagai bagian dari tim pelayan kesehatan.
b. Mewujudkan bentuk pelayanan asuhan kefarmasian sebagai tanggung jawab profesi Farmasis
c. Menghindari Farmasis dari tuntutan karena kesalahan pengguanaan obat (Medicatiaon Error)
d. Suatu pelayanan tambahan untuk menarik pelanggan sehingga menjadi upaya dalam
memasarkan jasa pelayanan.
Tujuan dari konseling pada pelayanan farmasi adalah :
1. Membian hubungan/komunikai farmasis dengan pasien dan membangun kepercayaan pasien
kepada farmasis.
2. Memberikan informasi yang sesuai kondisi dan masalah pasien.
3. Membantu pasien menggunakan obat sesuai tujuan terapi dengan memberikan cara/metode yang
memudahkan pasien menggunakan obat dengan benar.
C. Prinsip Konseling
Prinsip dasar konseling adalah terjadinya kemitraan atau korelasi antara pasien dengan Apoteker
sehingga terjadi perubahan perilaku pasien secara sukarela. Pendekatan Apoteker dalam
pelayanan konseling mengalami perubahan modela pendekatan "Medical Model" menjadi
pendekatan "Helping Model". Hal-Hal yang perlu diperhatikan oleh apoteker tertera dalam Tabel
1.
"Mengerti kebutuhan, keinginan, dan pilihan dari pasien"
1) Menentukan Kebutuhan
Konseling tidak terjadi bila pasien datang tanpa ia sadari apa yang dibutuhkannya.
Seringkali pasien datang tanpa dapat mengungkapkan kebutuhannya, walaupun sebetulnya ada
sesuatu yang dibutuhkan. Oleh karena itu dilakukan pendekatan awal dengan mengemukakan
pertanyaan terbuka dan mendengar dengan baik dan hati-hati.
2) Perasaan
Farmasis harus dapat mengerti dan menerima perasaan pasien (berempati). Farmasis harus
mengetahui dan mengerti perasaan pasien (bagaimana perasaan menjadi orang sakit) sehingga
dapat berinteraksi dan menolong dengan lebih efektif. Beberapa bentuk perasaan atau emosi
pasien dan cara penanganannya adalah sebagai berikut :
a) Frustasi yaitu membantu menumbuhkan rasa keberanian pasien untuk mencari alternatif jalan
lain yang lebih tepat dan meminimalkan rasa ketidaknyamanan dari aktifitas hariannya yang
tertunda.
b) Takut dan cemas yaitu membantu menjernihkan situasi apa yang sebenarnya ditakutinya dan
membuat pasien menerima keadaan dengan keberanian yang ada dalam dirinya.
c) Marah yaitu mencoba ikut terbawa suasana marahnya, dan jangan juga begitu saja menerima
kemarahannya tetapi mencari tahu kenapa pasien marah dengan jalan mendengarkan dan
berempati.
d) Depresi yaitu Usahakan membiarkan pasien mengekspresikan penderitaannya, membiarkan
privasinya, tetapi dengarkan jika pasien ingin bicara
e) Hilang kepercayaan diri
f) Merasa bersalah
D. Sasaran Konseling a. Konseling Pasien Rawat Jalan
b. Konseling Pasien Rawat Inap
E. Kegiatan Konseling Kegiatan konseling meliputi beberapa hal yaitu :
a. Persiapan dalam melakukan konseling
b. Tahap konseling
Pembukaan
Diskusi untuk mengumpulkan informasi dan identifikasi masalah
Diskusi untuk mencegah atau memecahkan masalah dan mempelajarinya
Memastikan pasien telah memahami informasi yang diperoleh
Menutup diskusi
Follow up diskusi
Aspek Konseling yang harus disampaikan :
a. Deskripsi dan kekuatan obat
b. Jadwal dan cara penggunaan
c. Mekanisme kerja obat
d. Dampak gaya hidup
e. Penyimpanan
f. Efek potensial yang tidak diinginkan
Masalah dalam konseling yaitu :
a. Faktor penyakit
b. Faktor terapi
c. Faktor pasien
d. Faktor komunikasi
F. Hal-hal yang harus disiapkan dalam memberikan pelayanan Konseling pada
pasien Sebelum memberikan konseling ada beberap hal yang harus diketahui oleh seorang
apoteker agar tujuan konseling tercapai .Hal yang Perlu diperhatikan adalah latar belakang
pasien (database pasien ) seperti biodata, riwayat penyakit, riwayat pengobatan, alergi, riwayat
keluarga ,sosial dan ekonomi.Hal kedua yang pelu diperhatikan adalah membuat daftar
masalah yang dihadapi pasien( terutama masalah yang berkaitan dengan obat ). Setelah
kedua hal tersebut dilakukan barudapat memberikan konseling berdasarkan masalah yang sudah
di susun kemudian dapat dilihatdari perubahan sikap pasien apakah konseling yang telah
diberikan sudah tepat atau belum.
G. Kendala dalam pemberian obat dan konseling Berbagai kendala dalam memberikan konseling dapat terjadi pada prosespengobatan dan
pemberian konseling. Kendala yang berasal dari pasien antara lain adalahperasaan marah, malu,
sedih, takut, ragu-ragu. Hal ini dapat diatasi dengan bersikap empathy,mencari sumber timbulnya
masalah tersebut, tetap bersikap terbuka dan siap membantu.Untuk kendala yang berasal dari
Latarbelakang pendidikan, budaya dan bahasa Kendala dapat d i a t as i dengan
Menggunakan i s t i l ah sederhana dan dapa t d ipahami , Berha t i -ha t i da l am
menyampaikan hal yang sensitif , atau Menggunakan penterjemah.Untuk kendala yang berasal
dari f isik dan mental dapat diatsai dengan upaya menggunakanalat bantu yang sesuai atau
Melibatkan orang yang merawatnya.Sedangkan Kendala yang berasal dari tenaga farmasi dapat
berupa m endominasi percakapan,Menunjukkan sikap yang tidak memberikan perhatian
dan tidak mendengarkan apa yangpasien sampaikan, cara berbicara yang tidak sesuai
(terlalu keras , sering mengulang suatukata ), Menggunakan istilah yang terlalu teknis yang
tidak dipahami pasien, sikap dan gerakanbadan yang tidak sesuai yang dapat mengganggu
konsentrasi pasien, sedikit atau terlalubanyak melakukan kontak mata dengan pasien.Bila
ini terjadi pada upaya mengatasinya adalah dengan Memberikan pasien
kesempatanuntuk menyampaikan masalahnya dengan bebas, menunjukan kepada pasien bahwa
apa yangdisampaikannya didengarkan dan diperhatikan melalui sesekali anggukan kepala, kata
ya dansikap badan yang cenderung ke arah pasien, Menyesuaikan volume suara dan
mengurangikebiasaan mengeluarkan kata-kata yang mengesankan gugup dan tidak
siap, menghindaripemakaian istilah yang tidak dipahami oleh pasien, tidak
menyilangkan kedua tangan danmenghindari gerakan berufang yang tidakk pada tempatnya
dan Menjaga kontak mata dengan pasien.
Selain kendala - kendala tersebut diatas terdapat kendala lain yang kadang kurang
diperhatikanoleh tenaga farmasi . kendala tersebut adalah lingkungan pada saat
konseling dilakukan. Tempat yang terbuka, suasana yang bising, sering adanya
interupsi, adanya partisi (kacakounter ) dapat mempengaruhi pasien dalam menerima
konseling. Hal ini harus diperhatikanoleh tenaga farmasi dalam memberikan konseling.
Adanya tempat khusus ataupun tidakmenerima telepon atau tamu lain dapat memberikan
rasa privasi dan nyaman kepada pasien .Itulah sekilas pandangan tentang pelayan konseling
pasien , diharapkan dengan melakukanpelayanan konseling secara benar dan konsisten akan
meningkatkan peran dan citra tenagafarmasi di masyarakat luas
H. Modal Untuk Melaksanakan Konseling Bagi Pasien 1. MENGUASAI ILMU
Kalau kita menguasai ilmu yang akn kita sampaikan, maka kita akan dapat berbicr lacr,
meyakinkn sehingga pasen akan puas dan pecaya, ini meupakan kunci utama. Kalu psien sudah
percaya maka mereka akan patuh.
2. KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI
Ini penting, karena teknik berbicara akan sangat berpengaruh pada keberhasilan komunikasi
I. Metode Konseling Beberapa metode Konseling yaitu :
1. Three Prime Questions
Bagaimana Penjelasan Dokter ttg Obat Anda ?
Bagaimana Penjelasan Dokter ttg Cara Pakai Obat Anda ?
Bagaimana Penjelasan Dokter ttg Harapan setelah minum/memakai Obat Anda ?
2. Final Verification
Meminta Pasien utk Mengulang Instruksi
Yakin Bahwa pesan tidak ada terlewat
Koreksi bila ada Salah Informasi
3. Show and Tell
Melakukan Cerita
Melakukan Peragaan
Melalui Gambar, Tayangan
J. Tahapan Proses Konseling
Tahapan-tahapan proses konseling meliputi yaitu :
1. Pengenalan/ pembuka
Tujuan : pendekatan dan membangun kepercayaan
Teknik :
a. Memperkenalkan diri
b. Menjelaskan tujuan konseling, mengapa dan berapa lama ?
Contoh Pengenalan/ pembukaan :
a. Sapa pasien dengan ramah
b. Perkenal diri anda
c. Jelaskan tujuan konseling
d. Informasikan lama waktu yang dibutuhkan
“selamat pagi, saya Tanti, Apoteker disisni ( perkenalkan diri ). Saya ingin menanyakan
beberapa pertanyaan singkat tentang obat-obatan yang baru Anda peroleh (subjyek yang akan
ditanyakan ). Hanya butuh waktu beberapa menit saja (waktu yang dibutuhkan ). Informasi yang
Anda berikan nanti akan sangat membantu kita untuk mengenali masalah yang mungkin timbul
dari obat-oabt yang baru anda terima ini. (tujuan/iuran)
2. Penilaian Awal/Identifikasi
Tujuan : menilai pengetahuan pasien dan kebutuhan informasi yang harus dipenuhi.
Perhatikan apakah pasien baru/lama dan peresepan baru/lama/OTC
Teknik :Three Prime Questions
Contoh:
Pasien mendapat obat antihipertensi
Ny. Jamilah: “Dokterbilang, sayamemerlukanobatini, tapisayamerasabaik-baiksaja,
mungkinsayabenar-benartidakmembutuhkannya?”
Tn.Jamil: “Saya tahu TD saya tinggi dan harus minum obat secara teratur, tapi jadwal saya sibuk
dan sering lupa…?”
Pasien baru: Apakah sudah mendapatkan informasi tentang: nama obat, kegunaan dan cara
penggunaan inhaler.. ?
Pasien Lama: Apakah ada masalah tentang cara penggunaan inhaler, kepatuhan..?
3. Pemberian Informasi
Tujuan: Mendorong perubahan sikap/prilaku agar memahami dan mengikuti regimen terapi.
Tehnik :Show & Tell
Contoh Pemberian informasi
Berikan informasi pokok tentang:
Nama obat dan bentuk sediaan
Kegunaan inhaler
Cara menggunakan inhaler
Cara penyimpanan (suhu<30 c="" cahaya="" span="" terlindung="">
Gunakan sarana: Poster, contoh inhaler
Cara Penggunaan Inhaler Information Sheet ?
a. Mengeluarkan dahak / lendir(bila ada)
b. Latihan nafas
c. Periksa alat / wadah
d. Tahap penggunaan:
1) Kocok dulu dan buka penutup.
2) Tarik dan keluarkan nafas.
3) Pasang alat dimulut.
4) Ambil nafas pelan-dalam dan tekan alat
5) Tutup mulut,tahan nafas 5-10 detik,alat dilepas.
6) Keluarkan nafas lewat hidung,bila ada dosis ke-2, beri jarak 5 mnt.
7) Cuci mulut atau berkumur.
4. Verifikasi
Tujuan :
a. Untuk memastikan apakah pasien memahami informasi yang sudah disampaikan.
b. Mengulang hal-hal penting.
Tehnik : fill in the gaps
Contoh Penilaian akhir/ Verifikasi yaitu:
Bertanya tentang pemahaman informasi yang disampaikan.
Meminta pasien untuk menceritakan dan memperagakan ulang cara penggunaan.
5. Tindak lanjut
Tujuan :
a. Mengikuti perkembangan pasien
b. Monitoring keberhasilan pengobatan.
Tehnik :
a. Membuat patient medication record(PMR)
b. Komunikasi melalui telepon.
Contoh Penutup / Tindak lanjut:
Ingatkan waktu untuk kontrol
Berikan salam dan ucapkan “semoga lekas sembuh”
Lakukan pencatatan pada kartu konseling/ PMR.
K. Komponen konseling Enam komponen konseling minimal yaitu:
a. Nama obat, jumlahnya dan indikasinya
b. Aturan pakai, cara dan lama pemakaian
c. Interaksi obat
d. Efek samping obat
e. Pengaruh terhadap pola hidup, pola makan
f. Cara penyimpanan
2.1 Definisi pemberian obat per oral
Pemberian obat per oral merupakan cara yang paling banyak dipakai karena ini
merupakan cara yang paling mudah, murah, aman, dan nyaman bagi pasien. Berbagai bentuk
obat dapat di berikan secara oral baik dalam bentuk tablet, sirup, kapsul atau puyer. Untuk
membantu absorbsi , maka pemberian obat per oral dapat di sertai dengan pemberian setengah
gelas air atau cairan yang lain.
Beberapa jenis obat dapat mengakibatkan iritasi lambung dan menyebabkan muntah
(mislanya garam besi dan Salisilat). Untuk mencegah hal ini, obat di persiapkan dalam bentuk
kapsul yang diharapkan tetap utuh dalam suasana asam di lambung, tetapi menjadi hancur pada
suasana netral atau basa di usus. Dalam memberikan obat jenis ini, bungkus kapsul tidak boleh di
buka, obat tidak boleh dikunyah dan pasien di beritahu untuk tidak minum antasaid atau susu
sekurang-kurangnya satu jam setelah minum obat.
Apabila obat dikemas dalam bentuk sirup, maka pemberian harus di lakukan dengan cara
yang paling nyaman khususnya untuk obat yang pahit atau rasanya tidak enak. Pasien dapat di
beri minuman dingin (es) sebelum minum sirup tersebut. Sesudah minum sirup pasien dapat di
beri minum, pencuci mulut atau kembang gula.
2.2 Tempat pemberian obat
Tempat pemberian obat adalah oral / melaui mulut .
2.3 Persiapan alat pemberian obat melalui oral
a. kartu pesanan harus di periksa secara hati-hati tentang pesanan obatnya. Sebelum
mengambil/mengeluarkan obat, perawat harus mencocokan kartu pesanan obat dengan label
pada botol kemasan obat. Setiap label harus dibaca tiga kali untuk menyakinkan obat yang di
berikan:
1. Pada saat botol obat di ambil dari almari.
2. Pada mencocokan pada dengan kartu pesanan obat.
3. Pada saat di kembalikan.
b. Obat dalam bentuk cair di tuangkan menjauhi sisi table, sejajar dengan mata pada permukaan
datar. Sebelum mengembalikan obat kedalam almari atau lemari es, perawat harus mengusap
bibir botol sehingga obat tidak lengket atau merusak label.
c. Tablet dan kapsul di keluarkan dari botolnya pada tutupnya kemudian pada mangkok yang
dialasi kertas untuk diberikan pada pasien. Kapsul dan tablet tidak boleh di peggang.(pagliaro.
Pagliaro, 1986, Pharmacologic Aspects Of Nursing, The Cv Mosby Co,St Louis)
2.4 Persiapan tempat pemberian obat melalui oral.
a. Bekerja sebaiknya dari sebelah kanan pasien
b. Meletakkan alat sedemikian rupa sehingga mudah bekerja
2.5 Pesiapan pasien dalam pemberian obat melalui oral
a. Menjelaskan tujuan pemberian
b. Menjelaskan langkah yang akan dilakukan
2.6 Cara kerja pemberian obat melalui oral.
Peralatan :
a. Baki berisi obat- obatan atau kereta sorong obat- obat (tergantung sarana yang ada)
b. Kartu rencana pengobatan
c. Cangkir disposable untuk tempat obat
d. Martil dan lumping penggerus (bila diperlukan).
Tahap kerja :
a. Siapan peralatan dan cuci tangan
b. Kaji kemammpuan pasien untuk dapat minum obat per oral (kemapuan menelan, mual dan
muntah, akan dilakuakn penghisapan caiaran lambung, atau tidak boleh makan/ minum).
c. Periksa kembali order pengobatan (nama pasien,nama dan dosis obat, waktu dan cara
pemberian). Bila ada keragu- raguan laporkan ke perawat jaga atau dokter.
d. Ambil obat sesuai yang diperlukan (Baca order pengobatan dan ambil obat di almari, rak atau
lemari es sesuai yang di perlukan).
e. Siapkan obat- obatan yang akan diberikan (gunakan teknik asptik, jangan menyentuh obat dan
cocokkan dengan order pengobatan)
f. Berikan obat pada waktu dan cara yang benar yaitu dengan cara :
Yakin bahwa tidak pada pasien yang salah
Atur posisi pasien duduk bila mungkin
Berikan cairan/ aiar yang cukup untuk membantu menelan, bila sulit menelan anjurkan pasien
meletakkan obat di lidah bagian belakang, kemudian pasien dianjurkan minum.
Bila obat mempunyai rasa tidak enak, beri pasien berapa butir es batu untuk diisap sebelumnya,
atau berikan obat dengan menggunakan lumatan apael atau pisang.
Tetap bersama pasien sampai obat ditelan.
Catat tindakkan yang telah dilakukan meliputi nama dan dosis obat yang diberikan, setiap
keluhan dan hasil pengkajian pada pasien. Bila obat tidak dapat masuk, catat secara jelas dan
tulis tanda tangan anda dengan jelas.
Kemudian semua peralatan yang dipakai dengan tepat dan benar kemudian cuci tangan.
Lakukan evaluasi mengenai efek obat pada pasien kurang lebih 30 menit sewaktu pemberian.
2.7 Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemberian obat melalui oral.
a. Pemberiannya obatnya adalah melalui mulut.
b. Mudah dan aman pemakaiannya, lazim dan praktis dalam memberikannya.
c. Tidak semua obat dapat diberikan per-oral, contohnya adalah : obat yang bersifat merangsang
(emetin, aminofilin) atau yang diuraikan oleh getah lambung (benzilpenisilin, insulin dan
oksitoksin).
d. Pemberian obat oral ini dapat terjadi inaktivasi oleh hati sebelum diedarkan ke tempat kerjanya.
e. Dapat juga untuk mencapai efek lokal yang diinginkan dan dikehendaki contohnya adalah : obat
cacing, obat diagnostik untuk pemotretan lambung - usus (pemeriksaan diagnostik).
f. Baik sekali untuk mengobati infeksi usus
g. Bentuk sediaan oral diantaranya yaitu : Tablet, Kapsul, Obat hisap, Sirup dan Tetesan. -
- See more at: http://portgas911.blogspot.com/2014/03/makalah-pemberian-obat-secara-
oral_11.html#sthash.BoH5kGQ3.dpuf
Petunjuk cara penggunaan tetes mata yang baik dan benar
1. Cuci tangan menggunakan air dan sabun
.
2. Periksa ujung penetes dan yakinkan bahwa
ujung penetes tidak rusak
3 Hindari menyentuh ujung penetes dengan
tangan atau benda apapun, tetes mata dan
penetetes harus tetap bersih.
4 Condongkan kepala kebelakang, tarik
kebawah kelopak mata dengan jari telunjuk
sehingga kantong kelopak mata terbuka.
5 Pegang botol tetes mata (ujung bawah),
dekatkan dengan mata tanpa menyentuh ke
mata.
6 Tekan botol tetes bagain bawah dengan
lembut sehingga memberikan jumlah tetesan
yang sesuai jatuh ke dalam kelopak mata .
7. Pejamkan mata secara perlahan selama 2
sampai 3 menit dan tundukkan kepala seolah-
olah melihat ke lantai. Lap cairan berlebih
dari wajah dengan tisu
8. Pasang kembali dan kencangkan tutup segera.
Jangan menghapus atau bilas ujung penetes.
Petunjuk cara penggunaan salep mata yang baik dan benar
9. Cuci tangan untuk menghilangkan bau dan
obat yang melekat pada tangan.
1. Cuci tangan menggunakan air dan sabun
.
2 Hindari menyentuh ujung tube dengan tangan
atau benda apapun, salep mata dan wadah
harus tetap bersih.
4 Pegang tube bagian bawah dengan ibu jari dan
jari telunjuk, dekatkan dengan mata tanpa
menyentuh ke mata. Tekan tube bagain bawah
dengan lembut sehingga memberikan olesan
salep yang sesuai ke dalam kelopak mata
bawah
5. Condongkan kepala kedepan dan pejamkan mata
secara perlahan selama 1 sampai 2 menit.
Lap kelebihan salep di kelopak mata dan bulu
mata dengan lap atau tissu bersih.
3 Condongkan kepala kebelakang, tarik
kebawah kelopak mata dengan jari telunjuk
sehingga kantong kelopak mata terbuka .
7. Cuci tangan untuk menghilangkan bau dan
obat yang melekat pada tangan.
6. Lap dengan tissue bersih ujung tube dan tutup
Petunjuk cara penggunaan tetes telinga yang baik dan benar
1. Cuci tangan menggunakan air dan sabun
2. Bersihkan telinga dengan tissue atau lap basah,
biarkan hingga kering.
3. Periksa ujung penetes dan yakinkan bahwa
ujung penetes tidak rusak
4. Hangatkan wadah botol tetes hingga mendekati suhu
tubuh dengan memegang wadah pada telapak tangan
beberapa menit
5. jika sediaan suspensi berawan, sebaiknya botol dikocok
selama kurang lebih 10 detik
6. Miringkan telinga atau baring. Tarik telinga ke
belakang dan ke atas, sementara untuk anak tarik
telinga ke belakang dan ke bawah untuk membuaka
lubang telinga.
7. Dekatkan tetes ke lubang telinga jangan menyentuh,
teteskan tetes telinga sesuai jumlah yang dianjurkan.
8. Tekan dengan lembut pada flat yang berada di atas
lubang telinga untuk memudahkan tetesan masuk ke
dalam lubang telinga.
9. Biarkan selama 60 detik dalam posisi miring, kemudian
tegakkan telinga pada posisi semula.
10. Pasang kembali dan kencangkan tutup
segera. Jangan menghapus atau bilas ujung
penetes.
11. Cuci tangan untuk menghilangkan bau dan
obat yang melekat pada tangan.
Pemberian obat per oral
Pemberian obat per oral merupakan cara yang paling banyak dipakai karena ini merupakan cara
yang paling mudah, murah, aman, dan nyaman bagi pasien. Berbagai bentuk obat dapat di
berikan secara oral baik dalam bentuk tablet, sirup, kapsul atau puyer. Untuk membantu absorbsi
, maka pemberian obat per oral dapat di sertai dengan pemberian setengah gelas air atau cairan
yang lain.
Kelemahan dari pemberian obat per oral adalah pada aksinya yang lambat sehingga cara ini tidak
dapat di pakai pada keadaan gawat. Obat yang di berikan per oral biasanya membutuhkan waktu
30 sampai dengan 45 menit sebelum di absorbsi dan efek puncaknya di capai setelah 1 sampai
dengan 1 ½ jam. Rasa dan bau obat yang tida enak sering mengganggu pasien. Cara per oral
tidak dapat di pakai pada pasien yang mengalami mual-mual, muntah, semi koma, pasien yang
akan menjalani pangisapan cairan lambung serta pada pasien yang mempunyai gangguan
menelan.
Beberapa jenis obat dapat mengakibatkan iritasi lambung dan menyebabkan muntah (mislanya
garam besi dan Salisilat). Untuk mencegah hal ini, obat di persiapkan dalam bentuk kapsul yang
diharapkan tetap utuh dalam suasana asam di lambung, tetapi menjadi hancur pada suasana netral
atau basa di usus. Dalam memberikan obat jenis ini, bungkus kapsul tidak boleh di buka, obat
tidak boleh dikunyah dan pasien di beritahu untuk tidak minum antasaid atau susu sekurang-
kurangnya satu jam setelah minum obat.
Apabila obat dikemas dalam bentuk sirup, maka pemberian harus di lakukan dengan cara yang
paling nyaman khususnya untuk obat yang pahit atau rasanya tidak enak. Pasien dapat di beri
minuman dingin (es) sebelum minum sirup tersebut. Sesudah minum sirup pasien dapat di beri
minum, pencuci mulut atau kembang gula.
Persiapan Pemberian obat per oral.
1. A. kartu pesanan harus di periksa secara hati-hati tentang pesanan obatnya. Sebelum
mengambil/mengeluarkan obat, perawat harus mencocokan kartu pesanan obat dengan
label pada botol kemasan obat. Setiap label harus dibaca tiga kali untuk menyakinkan
obat yang di berikan:
2. Pada saat botol obat di ambil dari almari.
3. Pada mencocokan pada dengan kartu pesanan obat.
4. Pada saat di kembalikan.
1. B. Obat dalam bentuk cair di tuangkan menjauhi sisi table, sejajar dengan mata
pada permukaan datar. Sebelum mengembalikan obat kedalam almari atau lemari
es, perawat harus mengusap bibir botol sehingga obat tidak lengket atau merusak
label.
2. C. Tablet dan kapsul di keluarkan dari botolnya pada tutupnya kemudian pada
mangkok yang dialasi kertas untuk diberikan pada pasien. Kapsul dan tablet tidak
boleh di peggang.(pagliaro. Pagliaro, 1986, Pharmacologic Aspects Of Nursing,
The Cv Mosby Co,St Louis)
Cara pemberian obat per oral
Peralatan :
1. Baki berisi obat-obatan atau kereta sorong obat-obat (tergantung sarana yang ada)
2. Kartu rencana pengobatan
3. Cangkir disposable untuk tempat obat
4. Martil dan lumping penggerus (bila di perlukan)
Tahap Kerja :
1. Siapkan peralatan dan cuci tangan
2. Kaji kemampuan pasien untuk dapat minum obat per oral (kemampuan menelan, mual
dan muntah, atau tidak boleh makan dan minum).
3. Periksa kembali order pengobatan (nama pasien, nama dan dosis obat,waktu dan cara
pemberian). Bila ada keraguan-keraguan laporkan keperawat jaga atau dokter.
4. Ambil obat sesuai yang di perlukan (baca order pengobatan dan ambil di almari, rak atau
lemari es sesuai yang di perlukan).
5. Siapkan obat-obatan yang akan diberikan (gunakan teknik aseptik, jangan menyentuh
obat dan cocokan dengan order pengobatan)
6. Berikan obat pada waktu dan cara yang benar yaitu dengan cara:
Yakin bahwa tidak pada pasien yang salah
Atur posisi pasien duduk bila mungkin
Kaji tanda-tanda vital pasien
Berikan cairan/air yang cukup untuk membantu menelan, bila sulit menelan anjurkan
pasien meletakan obat di lidah bagian belakang, kemudian pasien di anjurkan minum.
Bila obat mempunyai rasa tidak enak, beri pasien beberapa butir es batu untuk di isap
sebelumnya, atau berikan obat dengan menggunakan lumatan apel atau pisang.
Tetap bersama pasien sampai obat di telan.
1. Catat tindakan yang telah dilakukan meliputi nama dan dosis obat yang di berikan, setiap
keluhan dan hasil pengkajian pada pasien. Bila obat tidak dapat masuk, catat secara jelas
dan tulis tanda tangan anda dengan jelas. Kembalikan semua perlatan yang di pakai
dengan tepat kemudian cuci tangan.
2. Lakukan evaluasi mengenai efek obat pada pasien kurang lebih 30 menit setelah waktu
pemberian.
MATA, MULUT, DAN TELINGA
GANGGUAN TIDUR, DROWSINESS DAN FATIQUE SERTA LAYANAN PADA PASIEN
DIABETES
NOMOR BUKU NO. 19
PEMBERIAN OBAT SECARA ORAL
Pengertian
Memberikan obat melalui mulut.
Tujuan
Menyedian obat yang memiliki efek lokal atau sistemik melalui saluran gastrointestinal.
Menghidari pemberian obat yang dapat menyebabkan kerusakan kulit dan jaringan.
Menghindari pemberian obat yang dapat menyebabkan nyeri.
Fokus perhatian
Alergi terhadap obat, kemampuna klien untuk menlan obat, adanya muntah dan diare yang dapat
mengganggu absorbsi obat, efek samping obat, interaksi obat,kebutuha pembelajaran mengenai
obat yang diberikan.
Persiapan alat
Baki berisi obat-obat atau kereta dorong obat (bergantung pada sarana yang ada)
Kartu atua buku rencana pengobatan
Mangkuk sekali pakai untuk tempat obat
Pemotong obat (jika diperlukan)
Martil dan lupang penggerus (jika diperlukan)
Gelas pengukur (jika diperlukan )
Gelas dan air minum
Sedotan
Sendok
Pipet
Spuit sesui ukuran mulut anak-anak
Prosedur pelaksanaan
1. Sipkan peralatan dan cuci tangan .
2. Kaji kemampuan klien untuk dapat minum obat per oral (kemampuan menelan, mual atau
muntah, adanya program NPO/tahan makan dan minum, akan dilakukan pengisapan lmbung
titak terdapatnya bunyi usus)
3. Periksa kembali order pengobatan(nama klien, nama dan dosis obat, waktu dan cara pemberian),
periksa tanggal kedaluwarsa obat ada keraguan pada order pengobatan, laporkan pada perawata
berwenagn atau dokter sesui dengan kebijakn masing-masing institusi.
4. Ambil obat sesui keperluan (baca order pengobatan dan ambil obat di almari, rak atau lemari es
sesui yang diperlukan).
5. Siapkan obat-obat yang akan diberikan . siapkan jumlah obat yang sesui dengna dosis yang
diperlukan tanpa mengotaminasi obat (gunakan teknik aseptic untuk menjaga kebersihan obat).
Tablet atau kapsul
Tuangakn tablet atau kapsul dengan takaran sesuai kebutuhan ke dalam mangkuk sekali pakai
tanpa mententuh obat.
Gunakan alat pemotong tablet (jika perlu) untuk membagi obat sesui dengna dosis yang
diperlukan. Buang bagian tablet yang tidak digunakna atau sesui dengna kebijakan institusi
masing-masing.
Jika klien mengalami kesulitan untuk menelan, gurus obat menjadi bubuk dengan menggunakna
martil dan lumping penggerus. Setelah itu, campurkan dengna meggunakan air atau makanan .
Cek dengan bagian farmasi sebelum menggerus obat. Beberapa obat tidak boleh digerus karena
mempengaruhi daya kerjanya.
Obat dalam bentuk cair
Putar/bolek-balik obat agar tercampur rata sebelum dituangkan. Buang obat jika telah berubah
warna atau menjadi lebih keruh.
Buka penutup botol dan letakkan menghadp ke atas.
Menghindari kontaminasi pada tutup botol bagian dalam.
Pegang botol obat sehingga sisi labelnya akan berada pada telapak tangan anda kemudian
tungkan obat jauh dari label.mencegah label menjadi rusak akibat tumpahn cairan obat sehingga
label tidak dapat dibaca dengan tepat.
Tuangkan obat dengan takaran sesai dengan takaran sesui kebutuhan ke dalam mangkuk obat
berskala.
Sebelum menutup botol, usap bagian bibir botol dengan kertas tisu.
Mencegah tutup botol sulit dibuka kembali akibat cairan obat yang mongering pada tutup botol.
Jika jumlah obat yang diberikan hanya sedikit (kurang dari 5 ml ), gunakan spuit steril tanpa
jarum untuk mengambilnya dari botol.
6. Berikan obat pada waktu dan dengna cara yang benar:
Identifikasi klien dengna tepat.
Jelaskan tujuan dan daya kerja obat dengan dengan bahasa yang dapat dipahami oleh klien.
Atur pada posisi duduk. Jika tidak memungkinkan , atur posisi lateral.
Posisi ini membantu mempermudah untuk menelan dan mencegah aspirasi.
Kaji tanda-tanda vital jika diperlukan (pada obat-obat tertentu):
- Ukur nadi sebelum pemberian digitalis, ukur tensi sebelum pemberian obat penurun tensi, ukur
frekuensi pernapasan sebelum pemberina narkotik.
- Jika hasilnya di atas atau di bawah normal, laporkan kepada dokter yang bersangkutan.
Beri klien air yang cukup untuk menelan obat jika sulit menelan, anjurkan klien meletakkan
obat di lidah bagian belakan kemudian anjurkan minum.
Stimulasi lidah bagian belakang akan menimbulkan reflex menelan.
Jika rasa obat tidak enak, minta klien untuk mengisap beberapa butir es batu sebelum minum
obat atau beikan obat dengan dicampur jus apel, pisang, atau air gula.
Jika klien mengatakan obat yang ada berikan berbeda dengan obat yang dibeikan pada hari-hari
sebelumnya, obat jangan anda berikan terlebih dahulu sebelum anda mengecek ulang pada buku
catatan obat\.
Tetap bersama klien sampai obat ditelan habis.
7. Catat obat yang telah diberikan, meliputi nama dan dosis obat, setiap keluhan , dan tanda tangan
anda. Jika obat tidak dapat masuk atau dimuntahkan, catat secara jelas alasannya dan tindakan
perawatan yang sudah dilakukan sesui ketentuan institusi.
8. Kembalikan peralatan yang dipakai dengan tepat dan benar.
9. Lakukan evaluasi mengenai efek obat pada klien (biasanya 30 menit setelah pemberian obat).
Pemberian obat kepada bayi dan anak-anak
pilih sarana yang tepat untuk mengukur dan memberikan obat pada bayi dan anak-anak.
(mangkuk plastic sekali pakai, pipet tetes, sendok, spuit plastic tanpa jarum, atau spuit
tuberkulin).
Cairkan obat oral dengan sedikit air.
Agar mudah ditelan. Jika menggunakan air yang banyak, anak mungkin akan menolak untuk
meminum seluruh obat yang dibeikan dan meminum hanya sebagian.
Gerus obat yang berbentuk padat/tablet dan campurkan dengna zat lain yang dapat mengubah
rasa pahit, misalnya madu, pemanis buatan.
Posisikan bayi setengah duduk dan berikan obat pelan-pelan
Mencegah aspirasi.
Jika menggunakan spuit, letakkan spuit sepanjang sisi lidah bayi.
Posisi ini mencegah gagging (reflex muntah) dan mengeluarkan kembali obat yang diberikan.
Dapatkan informasi yang bermanfaat dari orang tua anak mengenai bagiamana memberiakn
obat yang paling baik pada anak yang bersangkutan.
Jika anak tidak kooperatif selama pemberian obat, lakukan langkah-langkah berikut.
- Letakan anak di atas pangkuan anda dengna tangan kanan di belakang tubuh anda.
- Pegang erat tangan kiri anak dengan tangan kiri anda.
- Amankan kepala anak dengan lengan kiri dan tubuh anda.
Setelah obat diminum, ikuti dengna memberikan minum air atau minuman lain yang dapat
menghilangkan rasa obat yang tersisa.
Lakukan higinene oral setelah anak-anak minum obat disertai pemanis
Pemanis yang tersisa di mulut dapat menyebabkan anak berisiko tinggi mengalami karies dentis.
MEMBERIKAN OBAT SECARA SUBLINGUAL
Pengertian
Pemberian obat dengan cara meletakkannya dibawah lidah sampai diabsorbsi ke dalam
pembuluh darah.
Tujuan
Memperoleh efek local dan sistemik.
Memperoleh aksi kerja obat yang lebih cepat dibandingkan secara oral.
Menghidari kerusakan obat oleh hepar.
Prosedur pelaksanaan
Secara umum persiapan dan langkah-langkah sama dengan pemberian obat secara oral. Hal yang
perlu diperhatikan adalah klien perlu diberi penjelasan untuk meletakkna obat dibawah lidah,
obat tidak boleh ditelahn, dan biarkan berada di bawah lidah sampai habis di absorbs seluruhnya.
Catatan
Obata yang biasa diberikan dengan cara sublingual adalah nitrogliserin, suatu obat
yasodilator yang digunakan pada penyakit jantung angina pectoris.
PEMBERIAN OBAT SECARA BUKAL
Pengertian
Pemberian obat dengan cara meletakkannya di antara gusi dengna membrane mukosa pipi.
Tujuan
Memperoleh efek local dan sistemik.
Memperoleh aksi kerja obat yang lebih cepat dibandingkan secara oral
Menghindari kerusakan obat oleh hepar.
Prosedru pelaksanaan
Secara umum sama dengna pemberian obat dengan cara oral. Akan tetapi, klien perlu diberi
penjelasan bahwa obat harus diletakkan di antara gusi dan selaput mukosa pipi sampai seluruh
obat habis diabsorbsi.
Oral atau melalui mulut: Hal ini biasanya berarti menelan pil dengan segelas air. Hal
ini harus dilakukan hanya jika orang itu terjaga dan waspada dan tidak beresiko tersedak
pil atau air.
Sublingual: Ini berarti bahwa pil diletakkan di bawah lidah di mana ia akan larut dan
diserap ke aliran darah. Orang tersebut tidak boleh minum atau makan apapun sampai
obat itu hilang.
Bukal: Ini berarti bahwa obat dapat ditempatkan di dalam mulut antara salah satu pipi
dan gusi di dekatnya di mana ia akan larut dan diserap ke aliran darah. Biasanya, obat-
obatan yang dapat diambil sublingually juga bisa diambil oral. Orang tersebut tidak boleh
minum atau makan apapun sampai obat itu hilang.
Minum pil secara oral biasanya lebih mudah bagi kebanyakan orang. Namun, mungkin sulit
untuk memberikan obat cara ini untuk anak bayi atau muda, orang yang terlalu mengantuk atau
tidak mampu bekerja sama, seseorang yang tidak bisa menjaga obat dalam mulut mereka
(misalnya seseorang yang telah drools atau muntah ), atau orang yang mengalami kejang terlalu
banyak. Dalam situasi ini, berbicara dengan dokter Anda tentang bentuk rektal dari obat seperti
Diastat.
Khusus pesanan diperlukan dari dokter Anda
Nama obat.
Dosis setiap pil dan berapa banyak untuk mengambil pada dosis masing-masing.
Ketika harus diberikan - misalnya setelah sejumlah serangan atau setelah kelompok
kejang yang terakhir periode waktu tertentu.
Seberapa sering itu dapat diambil dan berapa banyak dalam satu hari.
Saat-saat itu TIDAK harus diambil.
Cara untuk mengambil itu - menelan, sublingual atau bukal.
Pemberian Obat pada Mata
2.1 Pemberian Obat pada Mata
2.1.1 Pengertian, Jenis-Jenis Dan Tujuan
Cara memberikan obat pada mata dengan tetes mata atau salep mata obat tetes mata. Obat
yang biasa digunakan oleh klien ialah tetes mata dan salep, meliputi preparat yang biasa dibeli
bebas , misalnya air mata buatan dan vasokonstrikstor (misalnya visine, dsb). Namun banyak
klien menerima resep obat-obatan oftalmic untuk kondisi mata seperti glaukoma dan untuk terapi
setelah suatu prosddur, misalnya ekstraksi katarak. Persentase besar klien yang menerima obat
mata ialah klien lanjut usia. Masalah yang berhubungan dengan usia termasuk penglihatan yang
buruk, tremor tangan dan kesulitan dalam memegang atau menggunakan botol obat,
mempengaruhi kemudahan lansia menggunakan obat mata secara mandiri. Perawat atau bidan
memberi penjelasan kepada klien dan anggota keluarga tentang teknik yang digunakan dalam
pemberian obat mata. (Donnelly. 1987) menganjurkan untuk memperlihatkan klien setiap
langkah prosedur pemberian obat tetes mata untuk meningkatkan kepatuhan klien. 1
Obat mata dapat digolongkan menjadi
a. Obat mata golongan antiseptik dan antiinfeksi
b. Obat mata golongan kortikosteroid
c. Obat mata lainnya1
Tujuan pemberian obat pada mata diantaranya:
digunakan untuk persiapan pemeriksaan struktur internal mata dengan cara mendilatasi pupil,
untuk pengukuran refraksi lensa dengan cara melemahkan otot lensa,
digunakan untuk menghilangkan iritasi mata.
Obat mata golongan antiseptik dan antiinfeksi digunakan pada gangguan mata karena adanya
infeksi oleh mikroba, masuknya benda asing ke dalam kornea mata atau kornea mata yang luka/
ulkus.
Obat mata kortikosteroid digunakan untuk radang atau alergi mata atau juga bengkak yang bisa
disebabkan oleh alergi itu sendiri atau oleh virus. Karena infeksi mata oleh virus itu resisten
terhadap pengobatan biasanya digunakan obat mata golongan kortikosteroid untuk
menghilangkan gejalanya saja. Kalaupun dengan antiseptik hal itu menghindari infksi sekunder.
Gabungan antiseptik dengan kortikosteroid digunakan untuk masalah mata yang disebabkan
oleh mikroba dan dengan keluhan bengkak/ radang juga gatal atau alergi.
Digunakan untuk keluhan mata karena habis operasi.
Prinsip pemberian obat mata
1. Kornea mata banyak disuplai serabut nyeri sehingga menjadi sangat sensitif terhadap apapun
yang diberikan ke kornea. Oleh karena itu, perawat atau bidan menghindari obat mata apapun
secara langsung ke kornea.
2. Resiko penularan infeksi dari satu mata ke mata lain sangatlah tinggi. Perawat atau bidan
menghindari menyentuh kelopak mata atau struktur mata yang lain dengan alat tetes mata atau
tube salep.
3. Perawat atau bidan menggunakan obat mata hana untuk mata yang terinfeksi. 1
2.1.2 Indikasi dan kontra indikasi pemberian obat pada mata
Indikasi
Biasanya obat tetes mata digunakan dengan indikasi sebagai berikur
meredakan sementara mata merah akibat iritasi ringan yang dapat disebabkan oleh debu,
sengatan sinar matahari, pemakaian lensa kontak, alergi atau sehabis berenang.
antiseptik dan antiinfeksi.
radang atau alergi mata.
Kontraindikasi
Obat tetes mata yang mengandungnafazolin hidroksida tidak boleh digunakan pada penderita
glaukoma atau penyakit mata lainnya yang hebat, bayi dan anak. Kecuali dalam pegawasan dan
nasehat dokter.
2.1.4 Persiapan Alat dan Bahan
Alat dan Bahan:
1. Obat dalam tempatnya dengan penetes steril atau berupa salep.
2. Pipet.
3. Pinset anatomi dalam tempatnya.
4. Korentang dalam tempatnya.
5. Plestier.
6. Kain kasa.
7. Kertas tisu.
8. Balutan.
9. Sarung tangan.
10. Air hangat/kapas pelembab.
a. tetes atau salep mata
1. botol obat dengan tetes mata steril atau tube salep.
2. Patch dan plester mata (bila perlu).
3. Kartu, format, atau huruf cetak nama obat.
4. Bola kapas atau tisu.
5. Wadah cuci berisi air hangat atau lap.
6. Sarung tangan sekali pakai.
b. cakram intraokuler
1. cakram obat.
2. Kartu, format, atau huruf cetak nama obat.
3. Sarung tangan sekali pakai. 1
SWAMEDIKASI
Definisi
Swamedikasi, atau pengobatan sendiri adalah perilaku untuk mengatasi sakit ringan
sebelum mencari pertolongan ke petugas atau fasilitas kesehatan. Lebih dari 60% dari anggota
masyarakat melakukan swamedikasi, dan 80% di antaranya mengandalkan obat modern.
Swamedikasi adalah Pengobatan diri sendiri yaitu penggunaan obat-obatan atau
menenangkan diri bentuk perilaku untuk mengobati penyakit yang dirasakan atau nyata.
Pengobatan diri sendiri sering disebut dalam konteks orang mengobati diri sendiri, untuk
meringankan penderitaan mereka sendiri atau sakit. Dasar hukumnya permekes
No.919/MENKES/PER/X/1993, secara sederhana swamedikasi adalah upaya seseorang dalam
mengobati gejala sakit atau penyakit tanpa berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu. Namun
bukan berarti asal mengobati, justru pasien harus mencari informasi obat yang sesuai dengan
penyakitnya dan apoteker-lah yang bisa berperan di sini. Apoteker bisa memberikan informasi
obat yang objektif dan rasional. Swamedikasi boleh dilakukan untuk kondisi penyakit yang
ringan, umum dan tidak akut. Setidaknya ada lima komponen informasi yang yang diperlukan
untuk swamedikasi yang tepat menggunakan obat modern, yaitu pengetahuan tentang kandungan
aktif obat (isinya apa?), indikasi (untuk mengobati apa?), dosage (seberapa banyak? seberapa
sering?), effek samping, dan kontra indikasi (siapa/ kondisi apa yang tidak boleh minum obat
itu?).
Kriteria obat yang digunakan
Sesuai permenkes No.919/MENKES/PER/X/1993, kriteria obat yang dapat diserahkan tanpa
resep:
1. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak di bawah usia 2 tahun
dan orang tua di atas 65 tahun.
2. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan risiko pada kelanjutan penyakit.
3. Penggunaannya tidak memerlukan cara atau alat khusus yang harus dilakukan oleh tenaga
kesehatan
4. Penggunaannya tidak memerlukan cara atau alat khusus yang harus dilakukan oleh tenaga
kesehatan
5. Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia
6. Obat dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat dipertanggungjawabkan untuk
pengobatan sendiri
Jenis obat yang digunakan
1. Tanpa resep dokter :
- obat bebas tak terbatas : tanda lingkaran hitam, dasar hijau
- obat bebas terbatas : tanda lingkaran hitam, dasar biru
2. Obat Wajib Apotek (OWA) Merupakan obat keras tanpa resep dokter, tanda: lingkaran hitam,
dasar merah
3. suplemen makanan
Seseorang melakukan swamedikasi karena:
Berdasar pengalamannya atau keluarga
Menggunakan sisa obat orang lain
Menggunakan kopi resep
Menggunakan obat OTR dari apotek atau toko obat
Syarat suatu obat swamedikasi :
Obat harus aman,kualitas dan efektif,
Obat yang digunakan harus punya indikasi, dosis, bentuk sediaan yang tepat,
Obat yang diserahkan harus disertai informasi yang jelas dan lengkap.
Faktor yang menyebabkan meningkatnya swamedikasi :
Perkembangan teknologi farmasi yang inovatif
Jenis atau merek obat yang beredar telah diketahui atau dikenal masyarakat luas
Berubahnya peraturan tentang obat atau farmasi
Kesadaran masyarakat akan pentingnya arti sehat
Pengaruh informasi atau iklan
Kemudahan mendapatkan obat
Mahalnya biaya kesehatan
Dampak positifnya :
Pencegahan maupun pengobatan yang lebih dini
Biaya yang lebih terjangkau dan cepat
Dampak negatifnya :
Pengobatan yg kurang rasional
Hal-hal yang harus diketahui sebelum melakukan pengobatan sendiri :
Apakah masalah kesehatan anda memerlukan pemeriksaan dokter .
Apakah anda memerlukan Obat .
Konsultasikan dgn Apoteker tentang obat yg dpt diperoleh tanpa resep dokter, untuk mengatasi
masalah kesehatan anda.
Aturan pemakaiannya, perlu diperhatikan :
Bagaimana cara memakainya
Berapa jumlah yang digunakan sekali pakai
Berapa kali sehari
Berapa lama pemakaiannya
Waktu pemakaian
Manfaat
Swamedikasi bermanfaat dalam pengobatan penyakit atau nyeri ringan, hanya jika dilakukan
dengan benar dan rasional, berdasarkan pengetahuan yang cukup tentang obat yang digunakan
dan kemampuan nengenali penyakit atau gejala yang timbul. Swamedikasi secara serampangan
bukan hanya suatu pemborosan, namun juga berbahaya.