bab ii tinjuan pustaka a. tetes matarepository.ump.ac.id/2848/3/bab ii.pdf · tetes mata adalah...

13
BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Tetes Mata Tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau suspensi digunakan pada mata dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata disekitar kelopak mata atau bola mata (FI.III, 1979). Tetes mata digunakan untuk menghasilkan efek diagnostik dan terapeutik lokal dan yang lain untuk merealisasikan kerja farmakologis yang terjadi setelah berlangsungnya penetrasi bahan obat, dalam jaringan yang umumnya terdapat disekitar mata (Voight, 1994). Pembuatan tetes mata membutuhkan perhatian khusus dalam hal toksisitas bahan obat, sterlilisasi dan kemasan yang tepat. Beberapa tetes mata perlu hipertonik untuk meningkatkan daya serap dan menyediakan kadar bahan aktif yang cukup tinggi untuk menghasilkan efek obat yang cepat dan efektif. Apabila tetes mata seperti ini digunakan dalam jumlah kecil, pengenceran dengan air mata cepat terjadi sehingga rasa perih akibat hipertonisitas hanya sementara, tetapi penyesuaian isotonisitas oleh pengenceran dengan air mata tidak berarti, jika digunakan larutan hipertonik dalam jumlah besar sebagai koliria untuk membasahi mata. Jadi yang paling penting adalah tetes mata harus mendekati isotonik (Puspitasari, 2009). Bahan obat yang digunakan pada mata adalah farmaka pelebar pupil (midriatika), seperti atropine, skopolamin, fenilefrin, dan epiefrin sedangkan bahan dengan kerja penyempit pupil (miotika) seperti pilokarpin, fisostigmin, neostigmin dan paraixon. Untuk melawan proses infeksi digunakan antibiotika disamping garam perak untuk mengobati rasa nyeri digunakan anastetika lokal. Mata merupakan organ yang paling peka dari manusia. Oleh karena itu sediaan obat mata mensyaratkan kualitas yang lebih tajam (Puspitasari, 2009). Beberapa syarat tetes mata adalah jernih, steril, isotonik, isohidris, dan stabilitas. Pemberian etiket pada sediaan tetes mata harus tertera tidak boleh digunakan lebih dari 1 bulan setelah tutup dibuka (Puspitasari, 2009). 4 Uji Stabilitas Kadar..., Novi Riyani, Fakultas Farmasi, UMP, 2014

Upload: hoangdan

Post on 30-Aug-2018

235 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Tetes Matarepository.ump.ac.id/2848/3/BAB II.pdf · Tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau suspensi digunakan ... dari kortison dan hidrokortison

4

BAB II

TINJUAN PUSTAKA

A. Tetes Mata

Tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau suspensi digunakan

pada mata dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata disekitar

kelopak mata atau bola mata (FI.III, 1979). Tetes mata digunakan untuk

menghasilkan efek diagnostik dan terapeutik lokal dan yang lain untuk

merealisasikan kerja farmakologis yang terjadi setelah berlangsungnya

penetrasi bahan obat, dalam jaringan yang umumnya terdapat disekitar mata

(Voight, 1994).

Pembuatan tetes mata membutuhkan perhatian khusus dalam hal toksisitas

bahan obat, sterlilisasi dan kemasan yang tepat. Beberapa tetes mata perlu

hipertonik untuk meningkatkan daya serap dan menyediakan kadar bahan aktif

yang cukup tinggi untuk menghasilkan efek obat yang cepat dan efektif.

Apabila tetes mata seperti ini digunakan dalam jumlah kecil, pengenceran

dengan air mata cepat terjadi sehingga rasa perih akibat hipertonisitas hanya

sementara, tetapi penyesuaian isotonisitas oleh pengenceran dengan air mata

tidak berarti, jika digunakan larutan hipertonik dalam jumlah besar sebagai

koliria untuk membasahi mata. Jadi yang paling penting adalah tetes mata

harus mendekati isotonik (Puspitasari, 2009).

Bahan obat yang digunakan pada mata adalah farmaka pelebar pupil

(midriatika), seperti atropine, skopolamin, fenilefrin, dan epiefrin sedangkan

bahan dengan kerja penyempit pupil (miotika) seperti pilokarpin, fisostigmin,

neostigmin dan paraixon. Untuk melawan proses infeksi digunakan antibiotika

disamping garam perak untuk mengobati rasa nyeri digunakan anastetika

lokal. Mata merupakan organ yang paling peka dari manusia. Oleh karena itu

sediaan obat mata mensyaratkan kualitas yang lebih tajam (Puspitasari, 2009).

Beberapa syarat tetes mata adalah jernih, steril, isotonik, isohidris, dan

stabilitas. Pemberian etiket pada sediaan tetes mata harus tertera tidak boleh

digunakan lebih dari 1 bulan setelah tutup dibuka (Puspitasari, 2009).

4

Uji Stabilitas Kadar..., Novi Riyani, Fakultas Farmasi, UMP, 2014

Page 2: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Tetes Matarepository.ump.ac.id/2848/3/BAB II.pdf · Tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau suspensi digunakan ... dari kortison dan hidrokortison

5

Guna mengurangi iritasi perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut ini :

1. Penyesuain pH dengan cairan air mata

2. Penyesuaian isotonis dengan air mata

3. Viskositas cairan air mata

Viskositas diperlukan agar larutan obat tidak cepat dihilangkan oleh air

mata serta dapat memperpanjang lama kontak dengan kornea, dengan

demikian dapat mencapai hasil terapi yang besar.

Surfaktan sering digunakan dalam tetes mata, karena mempunyai fungsi

pembasah atau zat penetrasi. Efek samping surfaktan ialah :

1. Menaikkan kelarutan, hingga menaikkan kadar dari obat kontak dengan

mata

2. Menaikkan penetrasi kedalam kornea dan jaringan lain

3. Memperlama tetapnya obat dalam konjungtiva, pada pengenceran obat

oleh air mata (Puspitasari, 2009).

B. Stabilitas Obat

Efek terapeutik suatu obat tergantung dari banyak faktor antara lain cara

dan bentuk pemberian, efek fisikokimiawi yang menentukan reabsorbsi,

biotransformasi, dan ekskresinya dalam tubuh. Selain itu, faktor individu serta

kondisi fisiologi pengguna juga sangat berpengaruh. Hal yang juga penting

adalah stabilitas dari obat itu sendiri. Suatu obat akan memberikan efek

teraupetik yang baik jika obat tersebut dalam keadaan baik.

(Luawo et al, 2012)

Stabilitas obat yang baik mempengaruhi mutu obat, sediaan farmasi yang

bermutu adalah sediaan farmasi yang memenuhi kriteria aman, efektif, efisien,

stabil dan nyaman. Untuk memenuhi kriteria tersebut, obat diformulasikan

dalam bentuk sediaan tertentu sehingga dapat mencapai tempat aksinya,

memberikan efek samping yang minimal, stabilitas sediaan yang optimal serta

nyaman dalam pemakaian, mutu semua obat yang boleh beredar harus

terjamin baik dan diharapkan obat akan sampai ke pasien dalam keadaan baik.

Uji Stabilitas Kadar..., Novi Riyani, Fakultas Farmasi, UMP, 2014

Page 3: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Tetes Matarepository.ump.ac.id/2848/3/BAB II.pdf · Tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau suspensi digunakan ... dari kortison dan hidrokortison

6

Penyimpanan obat yang kurang baik merupakan salah satu masalah dalam

upaya peningkatan mutu obat (Luawo et al, 2012).

Kestabilan suatu zat merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam

membuat formulasi suatu sediaan farmasi. Hal ini penting mengingat suatu

obat atau sediaan farmasi biasanya diproduksi dalam jumlah yang besar dan

memerlukan waktu yang lama sampai ketangan pasien yang

membutuhkannya. Obat yang disimpan dalam jangka waktu yang lama dapat

mengalami penguraian dan mengakibatkan hasil urai dari zat tersebut bersifat

toksik sehingga dapat membahayakan dan dampak negatif bagi jiwa pasien

(Luawo et al, 2012).

Uji stabilitas dimaksudkan untuk menjamin kualitas produk yang telah

diluluskan dan beredar di pasaran. Uji stabilitas yang dilakukan bermanfaat

untuk mengetahui pengaruh faktor lingkungan seperti suhu dan kelembaban

terhadap parameter–parameter stabilitas produk seperti kadar zat aktif.

(Luawo et al, 2012).

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kestabilan suatu zat antara lain

adalah panas, cahaya, kelembaban, oksigan, pH, mikroorganisme, dan lain-

lain digunakan dalam formula sediaan obat tersebut (Anief, 2005).

Stabilitas suatu obat adalah suatu pengertian yang mencakup masalah

kadar obat yang berkhasiat. Bila suau obat stabil artinya dalam waktu relatif

lama, obat akan berada dalam keadaan semula, tidak berubah atau bila

berubah masih dalam batas yang diperbolehkan oleh persyaratan tertentu.

C. Kloramfenikol

Rumus struktrur :

Uji Stabilitas Kadar..., Novi Riyani, Fakultas Farmasi, UMP, 2014

Page 4: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Tetes Matarepository.ump.ac.id/2848/3/BAB II.pdf · Tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau suspensi digunakan ... dari kortison dan hidrokortison

7

Gambar 1. Struktur Kloramfenikol (Shadoul et al, 2011)

Nama Kimia : D-treo-(-)-2,2-Dikloro-N-[β-hidroksi-α-(hidroksimetil)-

p-nitrofenetil]asetamida [56-75-7]

Rumus Molekul : C11H12CI2N2O5

Berat Molekul : 323,13

Pemerian : Hablur halus berbentuk jarum atau lempeng

memanjang; putih hingga putih kelabu atau putih

kekuningan; larutan praktis netral terhadap lakmus p;

stabil dalam larutan netral atau larutan agak asam.

Kelarutan : Sukar larut dalam air; mudah larut dalam etanol; dalam

propilen glikol; dalam aseton dan dalam etil asetat.

(FI.IV, 1995).

Kloramfenikol merupakan antibiotika yang diisolasi pertama kali dari

Sreptomyces venezuelae. Kloramfenikol bekerja dengan jalan menghambat

sintesis protein kuman dan yang dihambat ialah enzim peptidil transferase

berperan membentuk ikatan-ikatan peptide pada proses sintesis protein

kuman. Kloramfenikol aktif terhadap sejumlah organisme gram positif dan

gram negatif. Kloramfenikol merupakan suatu antibiotik spektrum luas yang

aktif, tidak hanya terhadap bakteri, tetapi juga terhadap mikroorganisme lain

seperti risketsia (Musharraf and Sultana, 2012).

Kloramfenikol digunakan sebagai pengobatan infeksi-infeksi yang parah

seperti tifus atau demam. Kloramfenikol kadang-kadang juga digunakan

secara topikal untuk pengobatan infeksi mata (Katzung, 2006).

Kloramfenikol mempunyai dua atom karbon asimetrik pada rantai

asilamido propandiol. Kloramfenikol sangat stabil dalam kondisi bahan dasar

dan bentuk sediaan padat. Dalam larutan secara lambat mengalami berbagai

reaksi hidrolitik dan reaksi yang diiunduksi oleh cahaya. Laju reaksi tersebut,

tergantung pada pH, panas, dan cahaya. Reaksi hidrolitik termasuk hidrolisis

umum terkatalis asam-basa pada amida, memberikan 1-(p-nitrofenil)- 2-

amino-propan- 1,3-diol dan asam diklorosoasetat dan hidrolisis dalam suasana

Uji Stabilitas Kadar..., Novi Riyani, Fakultas Farmasi, UMP, 2014

Page 5: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Tetes Matarepository.ump.ac.id/2848/3/BAB II.pdf · Tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau suspensi digunakan ... dari kortison dan hidrokortison

8

alkalis ( diatas pH 7) gugus α- kloro membentuk turunan α, α-dihidroksi yang

cocok (Wilson dan Gisvold’s, 1982).

Gambar 2. Mekanisme degradasi Kloramfenikol (Syah, 2006 ; Abachi et al, 2010)

Kloramfenikol adalah salah satu antibiotik yang secara kimiawi diketahui

paling stabil dalam segala hal pemakaian. Kloramfenikol memiliki stabilitas

yang sangat baik pada suhu kamar dan kisaran pH 2 sampai 7, stabilitas

maksimumnya dicapai pada pH 6. Pada suh kamar 25o C dan pH 6, memiliki

waktu paruh hamper 3 tahun.

C. Deksametason Sodium Fosfat

Rumus struktur :

Gambar 3. Struktur Deksametason Sodium Fosfat (Shadoul et al, 2011)

Rumus molekul : C22H28FNaO8P

Berat molekul : 516,41

Nama kimia : 9-Fluoro 11β, 17,21-trihidroksi-16α- metil pregna-1,4-

diena-3,20-dion 21-dihidrogen fosfat)[2392-39-4]

Pemerian : serbuk hablur, putih atau agak kuning, tidak berbau atau

agak berbau etanol; sangat higroskopis.

Kelarutan : mudah larut dalam air; sukar larut dalam etanol; sangat

sukar larut dalam dioksan; tidak larut dalam kloroform

dan dalam eter (FI.IV,1995).

Uji Stabilitas Kadar..., Novi Riyani, Fakultas Farmasi, UMP, 2014

Page 6: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Tetes Matarepository.ump.ac.id/2848/3/BAB II.pdf · Tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau suspensi digunakan ... dari kortison dan hidrokortison

9

Deksametason sodium fosfat sangat higroskopik, dan memiliki stabilitas

pH 7,0-8,5. Deksametason sodium fosfat merupakan ester anorganik dari

deksametason yang larut dalam air (FI.IV, 1995).

Dalam pemanasan kering atau dengan hydrogen peroxide deksametason

sodium fosfat dapat terdegradasi menjadi 6β-hydroxydexamethashone dan 17-

oxodexamethasone, pada kondisi asam dapat terdegradasi menjadi

deksametason-21-asam oic, pada kondisi basa dapat terdegradasi menjadi 6β-

hydroxydexamethashone. Hasil produk degradasi sifatnya lebih polar

dibandingkan dengan sifat induk itu sendiri (Seid et al, 2012)

Deksametason sodium fosfat, seperti kortikosteroid lainnya yang memiliki

efek anti inflamasi, anti alergi dengan pencegahan pelepasan histamin.

Deksametason sodium fosfat merupakan salah satu kortikosteroid sintetis

terampuh. Kemampuannya dalam menaggulangi peradangan dan alergi kurang

lebih 5-14 kali lebih ampuh dari pada prednisolon dan 25-75 kali lebih ampuh

dari kortison dan hidrokortison (Shadoul et al, 2011).

Deksametason sodium fosfat dapat digunakan dalam mengobati alergi

okular yang signifikan, uveitis anterior, dan penyakit radang mata terkait

dengan beberapa infeksi okular dan peradangan pasca operasi, kornea dan

bedah intraokular (Hosain et al, 2011).

D. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi(KCKT)

Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) atau High Pressure Liquid

Chromatography (HPLC) merupakan salah satu metode kimia dan

fisikokimia. KCKT termasuk metode analisis terbaru yaitu suatu tekhnik

kromatografi dengan fase gerak cairan dan fase diam cairan atau padat.

Banyak kelebihan metode ini jika dibandingkan dengan metode

lainnya, kelebihan itu antara lain:

1. Mampu memisahkan molekul-molekul dari suatu campuran

2. Mudah melaksanakannya

3. Kecepatan analisis dan kepekaan yang tinggi

4. Resolusi yang baik

Uji Stabilitas Kadar..., Novi Riyani, Fakultas Farmasi, UMP, 2014

Page 7: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Tetes Matarepository.ump.ac.id/2848/3/BAB II.pdf · Tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau suspensi digunakan ... dari kortison dan hidrokortison

10

5. Dapat digunakan bermacam-macam detektor

6. Kolom dapat digunakan kembali

7. Mudah melakukan "sample recovery"

Keterbatasan metode KCKT adalah untuk identifikasi senyawa, kecuali

jika KCKT dihubungkan dengan spektrometer massa (MS). Keterbatasan

lainnya adalah jika sampelnya sangat kompleks, maka resolusi yang baik sulit

diperoleh.

Komponen-komponen penting dari KCKT dapat dilihat pada gambar

dibawah ini :

Gambar 4. Skema alat KCKT (Putra, 2004)

a. Pompa (Pump)

Fase gerak dalam KCKT adalah suatu cairan yang bergerak melalui

kolom. Ada dua tipe pompa yang digunakan, yaitu kinerja konstan

(constant pressure) dan pemindahan konstan (constant displacement).

Pemindahan konstan dapat dibagi menjadi dua, yaitu: pompa

reciprocating dan pompa syringe. Pompa reciprocating menghasilkan

suatu aliran yang berdenyut teratur, oleh karena itu membutuhkan peredam

pulsa atau peredam elektronik untuk, menghasilkan garis dasar (base line)

detektor yang stabil, bila detektor sensitif terhadapan aliran. Keuntungan

utamanya ialah ukuran reservoir tidak terbatas. Pompa syringe

memberikan aliran yang tidak berdenyut, tetapi reservoirnya terbatas

(Putra, 2004).

Uji Stabilitas Kadar..., Novi Riyani, Fakultas Farmasi, UMP, 2014

Page 8: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Tetes Matarepository.ump.ac.id/2848/3/BAB II.pdf · Tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau suspensi digunakan ... dari kortison dan hidrokortison

11

b. Injektor

Sampel yang akan dimasukkan ke bagian ujung kolom, harus dengan

disturbansi yang minimum dari material kolom. Ada dua model umum

yaitu Stopped Flow dan Solvent Flowing. Ada tiga tipe dasar injektor yang

dapat digunakan :

1. Stop-Flow: Aliran dihentikan, injeksi dilakukan pada kinerja atmosfir,

sistem tertutup, dan aliran dilanjutkan lagi. Teknik ini bisa digunakan

karena difusi di dalam cairan kecil dan resolusi tidak dipengaruhi.

2. Septum: Septum yang digunakan pada KCKT sama dengan yang

digunakan pada kromtografi gas. Injektor ini dapat digunakan pada

kinerja sampai 60 -70 atmosfir. Tetapi septum ini tidak tahan dengan

semua pelarut-pelarut kromatografi cair. Partikel kecil dari septum

yang terkoyak (akibat jarum injektor) dapat menyebabkan

penyumbatan.

3. Loop Valve: Tipe injektor ini umumnya digunakan untuk menginjeksi

volume lebih besar dari 10 µ dan dilakukan dengan cara automatis

(dengan menggunakan adaptor yang sesuai, volume yang lebih kecil

dapat diinjeksian secara manual). Pada posisi load, sampel diisi

kedalam loop pada kinerja atmosfir, bila valve difungsikan, maka

sampel masuk ke dalam kolom (Putra, 2004).

c. Kolom (Column)

Kolom adalah jantung kromatografi. Berhasil atau gagalnya suatu

analisis tergantung pada pemilihan kolom dan kondisi percobaan yang

sesuai. Kolom dapat dibagi menjadi dua kelompok:

1. Kolom analitik : Diameter dalam 2 -6 mm. Panjang kolom tergantung

pada jenis material pengisi kolom. Untuk kemasan pellicular, panjang

yang digunakan adalah 50 -100 cm. Untuk kemasan poros

mikropartikulat, 10 -30 cm. Dewasa ini ada yang 5 cm.

2. Kolom preparatif: umumnya memiliki diameter 6 mm atau lebih

besar dan panjang kolom 25 -100 cm.

Uji Stabilitas Kadar..., Novi Riyani, Fakultas Farmasi, UMP, 2014

Page 9: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Tetes Matarepository.ump.ac.id/2848/3/BAB II.pdf · Tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau suspensi digunakan ... dari kortison dan hidrokortison

12

Kolom umumnya dibuat dari stainlesteel dan biasanya

dioperasikan pada temperatur kamar, tetapi bisa juga digunakan

temperatur lebih tinggi, terutama untuk kromatografi penukar ion dan

kromatografi eksklusi. Pengepakan kolom tergantung pada model

KCKT yang digunakan Liquid Solid Chromatography (LSC), Liquid

Liquid Chromatography (LLC), Ion Exchange Chromatography

(IEC), Exclution Chromatography (EC) (Putra, 2004).

d. Detektor (Detector)

Suatu detektor dibutuhkan untuk mendeteksi adanya komponen sampel

di dalam kolom (analisis kualitatif) dan menghitung kadamya (analisis

kuantitatif). Detektor yang baik memiliki sensitifitas yang tinggi,

gangguan (noise) yang rendah, kisar respons linier yang luas, dan memberi

respon untuk semua tipe senyawa. Suatu kepekaan yang rendah terhadap

aliran dan fluktuasi temperatur sangat diinginkan, tetapi tidak selalu dapat

diperoleh.

Detektor KCKT yang umum digunakan adalah detektor UV 254 nm.

Variabel panjang gelombang dapat digunakan untuk mendeteksi banyak

senyawa dengan range yang lebih luas. Detektor indeks refraksi juga

digunakan secara luas, terutama pada kromatografi eksklusi, tetapi

umumnya kurang sensitif jika dibandingkan dengan detektor UV.

Detektor-detektor lainnya antara lain:

1. Detektor Fluorometer 4. Detektor Spektrofotometer Massa

2. Detektor lonisasi nyala 5. Detektor Refraksi lndeks

3. Detektor Elektrokimia 6. Detektor Reaksi Kimia (Putra, 2004)

e. Sistem Elusi

Sistem pompa kromatografi cair kinerja tinggi sudah diprogram untuk

dapat melakukan elusi dengan satu atau lebih macam pelarut. Dikenal dua

sistem pompa pada Kromatografi Cair Kinerja Tinggi yaitu :

Uji Stabilitas Kadar..., Novi Riyani, Fakultas Farmasi, UMP, 2014

Page 10: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Tetes Matarepository.ump.ac.id/2848/3/BAB II.pdf · Tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau suspensi digunakan ... dari kortison dan hidrokortison

13

1. Sistem elusi isokratik

Pada sistem ini elusi dilakukan dengan satu macam larutan

pengembang atau lebih dari satu macam larutan pengembang (pelarut

pengembang campur) dengan tetap, misalnya metanol-air = 50:50 v/v.

2. Sistem elusi gradien

Pada sistem ini elusi dilakukan dengan pelarut pengembang

campur perbandingannya berubah dalam waktu tertentu, misanya

metanol-air = 40:60 v/v, dengan kenaikkan kadar metanol 8% setiap

menit (Mulja dan Suherman, 1995).

f. Fasa gerak

Di dalam kromatografi cair komposisi dari solven atau fase gerak

adalah salah satu dari variabel yang mempengaruhi pemisahan. Terdapat

variasi yang sangat luas pada solven yang digunakan untuk KCKT, tetapi

ada beberapa sifat umum yang sangat disukai, yaitu rasa gerak harus :

1. Murni, tidak terdapat kontaminan

2. Tdak bereaksi dengan wadah (packing)

3. Sesuai dengan defektor

4. Melarutkan sampel

5. Memiliki visikositas rendah

6. Bila diperlukan, memudahkan "sample recovery"

7. Diperdagangan dapat diperoleh dengan harga murah (reasonable price)

Umumnya, semua solven yang sudah digunakan langsung dibuang

karena prosedur pemumiannya kembali sangat membosankan dan mahal

biayanya. Dari semua persyaratan di atas, persyaratan 1 sampai 4

merupakan yang sangat penting.

Menghilangkan gas (gelembung udara) dari solven, terutama untuk

KCKT yang menggunakan pompa bolak balik (reciprocating pump)

sangat diperlukan terutama bila detektor tidak tahan kinerja sampai 100

psi. Udara yang terlarut yang tidak dikeluarkan akan menyebabkan

gangguan yang besar di dalam detektor sehingga data yang diperoleh

tidak dapat digunakan (the data may be useless). Menghilangkan gas

Uji Stabilitas Kadar..., Novi Riyani, Fakultas Farmasi, UMP, 2014

Page 11: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Tetes Matarepository.ump.ac.id/2848/3/BAB II.pdf · Tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau suspensi digunakan ... dari kortison dan hidrokortison

14

(degassing) juga sangat baik bila menggunakan kolom yang sangat

sensitif terhadap udara (Putra, 2004).

E. Validasi Metode Analisis

Validasi metode adalah suatu proses yang menunjukkan bahwa prosedur

analitik telah sesuai dengan penggunaan yang dikehendaki. Validasi dilakukan

untuk menjamin bahwa metode analisis yang dilakukan akurat, spesifik,

reprodusibel, dan tahan pada kisaran analit yang akan dianalisis. Parameter

analisis yang ditentukan pada validasi adalah akurasi, presisi, spesifikasi, limit

deteksi, limit kuantitasi, linieritas dan rentang kadar dan ketahanan (Harmita,

2004).

1. Linieritas

Linearitas suatu metode merupakan ukuran seberapa baik kurva

kalibrasi yang menghubungkan antara respon (y) dengan konsentrasi (x).

Metode ini dapat diukur dengan melakukan pengukuran tunggal pada

konsentrasi yang berbeda-beda. Data yang diperoleh selanjutnya diproses

dengan metode kuadrat terkecil, untuk selanjutnya dapat ditentukan nilai

kemiringan (slope), intersep, dan koefisien korelasinya (Ganjar dan

Rohman, 2007).

Penentuan linieritas suatu prosedur analisis dilakukan dengan

perlakuan dari hasil uji yang diperoleh pada analisis sampel yang

mengandung analit dalam rentang konsentrasi yang dituntut oleh prosedur.

Perlakuan tersebut pada umumnya adalah perhitungan garis regresi

(Satiadarma, 2004).

2. Batas Deteksi dan Batas Kuntitasi

Batas deteksi (limit of detection) didefinisikan sebagai konsentrasi analit

terendah dalam sampel yang masih dapat terdeteksi. Batas deteksi dapat

dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Batas deteksi =

Uji Stabilitas Kadar..., Novi Riyani, Fakultas Farmasi, UMP, 2014

Page 12: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Tetes Matarepository.ump.ac.id/2848/3/BAB II.pdf · Tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau suspensi digunakan ... dari kortison dan hidrokortison

15

Batas kuantitasi (limit of quantitation) didefinisikan sebagai

konsentrasi analit terendah dalam sampel yang dapat ditentukan dengan

presisi dan akurasi yang dapat diterima pada kondisi operasional metode

yang digunakan.

Batas Kuantitasi =

3. Ketelitian (precision)

Presisi dari suatu metode analisis adalah derajat kesesuaian diantara

masing-masing hasil uji, jika prosedur analisis diterapkan berulang kali

pada sejumlah cuplikan yang diambil dari sampel homogen. Presisi juga

diartikan sebagai ukuran keterulangan metode analisis dan biasanya

diekspresikan sebagai standar deviasi relatif (RSD). Pengujian pada

presisi biasanya dilakukan replikasi sebanyak 6-15 pada sampel tunggal

untuk tiap-tiap konsentrasi. Nilai RSD antara 1-2% biasanya

dipersyaratkan untuk senyawa-senyawa aktif dalam jumlah yang banyak,

sedangkan untuk senyawa-senyawa dengan kadar sekelumit, RSD

berkisar antara 5-15% ( Gandjar dan Rohman, 2007).

4. Akurasi

Akurasi (kecermatan) adalah ukuran yang menunjukkan derajat

kedekatan hasil analisis dengan kadar analit sebenarnya. Akurasi

dinyatakan sebagai persen perolehan kembali (% recovery) analit yang

ditambahkan dan dapat ditentukan melalui dua cara, yaitu metode simulasi

(spiked placebo recovery) dan metode penambahan bahan baku (standard

addition method). Dalam metode simulasi, sejumlah analit bahan murni

(senyawa pembanding) ditambahkan ke dalam campuran bahan pembawa

sediaan farmasi lalu campuran tersebut dianalisis dan hasilnya

dibandingkan dengan kadar analit yang ditambahkan (kadar yang

sebenarnya). Dalam metode penambahan baku, sampel dianalisis lalu

sejumlah tertentu analit yang diperiksa ditambahkan ke dalam sampel

dicampur dan dianalisis lagi. Selisih kedua hasil dibandingkan dengan

kadar yang sebenarnya.

Uji Stabilitas Kadar..., Novi Riyani, Fakultas Farmasi, UMP, 2014

Page 13: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Tetes Matarepository.ump.ac.id/2848/3/BAB II.pdf · Tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau suspensi digunakan ... dari kortison dan hidrokortison

16

Persen perolehan kembali ditentukan sebagai rasio antara hasil yang

diperoleh dari analisis dengan hasil sebenarnya yang dihitung secara

teoritis. Hal yang penting untuk diperhatikan adalah metode kuantitasi

yang digunakan dalam penentuan akurasi harus sama dengan metode

kuantitasi yang digunakan untuk menganalisis sampel dalam penelitian

(Harmita, 2004).

% Perolehan Kembali = x 100%

Keterangan :

A = konsentrasi sampel yang diperoleh setelah penambahan baku

B = konsentrasi sampel sebelum penambahan baku

C = konsentrasi baku yang ditambahka

Uji Stabilitas Kadar..., Novi Riyani, Fakultas Farmasi, UMP, 2014