materi

16
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP) Mata Kuliah : Kode Mata Ajaran : Waktu : Pertemuan : A. Tujuan Instruksional 1. Umum : Setelah mengikuti perkuliahan, mahasiswa mampu memahami dan melaksanakan tindakan pengelolaan sistem drainase dengan kateter dan pelepasan kateter 2. Khusus : Setelah selesai mengikuti perkuliahan mahasiswa dapat: a. Menjelaskan anatomi dan fisiologi sistem perkemihan b. Menyebutkan pengertian pengelolaan sistem drainase dengan kateter dan pelepasan kateter c. Menyebutkan tujuan tindakan pengelolaan sistem drainase dengan kateter dan pelepasan kateter d. Menjelaskan dan melaksanakan prosedur tindakan pengelolaan sistem drainase dengan kateter dan pelepasan kateter 1

Upload: natalia-chris-montolalu

Post on 20-Dec-2015

217 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Pengelolaan System Drainase Dengan Kateter

TRANSCRIPT

Page 1: Materi

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

(SAP)

Mata Kuliah :

Kode Mata Ajaran :

Waktu :

Pertemuan :

A. Tujuan Instruksional

1. Umum :

Setelah mengikuti perkuliahan, mahasiswa mampu memahami dan melaksanakan

tindakan pengelolaan sistem drainase dengan kateter dan pelepasan kateter

2. Khusus :

Setelah selesai mengikuti perkuliahan mahasiswa dapat:

a. Menjelaskan anatomi dan fisiologi sistem perkemihan

b. Menyebutkan pengertian pengelolaan sistem drainase dengan kateter dan pelepasan

kateter

c. Menyebutkan tujuan tindakan pengelolaan sistem drainase dengan kateter dan

pelepasan kateter

d. Menjelaskan dan melaksanakan prosedur tindakan pengelolaan sistem drainase

dengan kateter dan pelepasan kateter

B. Pokok Bahasan : Irigasi Kandung Kemih

C. Sub Pokok Bahasan :

1. Anatomi dan fisiologi sistem perkemihan

2. Pengertian tindakan pengelolaan sistem drainase dengan kateter dan pelepasan kateter

3. Tujuan tindakan pengelolaan sistem drainase dengan kateter dan pelepasan kateter

4. Prosedur tindakan pengelolaan sistem drainase dengan kateter dan pelepasan kateter

1

Page 2: Materi

D. Media : LCD, Laptop, Papan tulis

E. Metode : Ceramah dan Tanya jawab

F. Kegiatan Pembelajaran

Tahap Kegiatan Kegiatan

Mahasiswa

Media

pengajaran

Pendahuluan Menjelaskan tujuan pembelajaran Mendengarkan

Memperhatikan

-

Penyajian 1. Menjelaskan anatomi dan fisiologi

sistem perkemihan

2. Menjelaskan pengertian

tindakan pengelolaan sistem

drainase dengan kateter dan

pelepasan kateter

3. Menjelaskan tujuan tindakan

pengelolaan sistem drainase

dengan kateter dan pelepasan

kateter

4. Menjelaskan prosedur tindakan

pengelolaan sistem drainase

dengan kateter dan pelepasan

kateter

LCD, Leptop,

papan tulis.

Penutup 1. Memberi rangkuman materi yang

sudah diberikan

2. Memberi kesempatan bertanya.

3. Memberikan penilaian

2

Page 3: Materi

G. Evaluasi

1. Evaluasi dilakukan selama proses belajar mengajar berlansung.

2. Essay.

H. Sumber :

1. Potter and Pery. 2005. Fundamental keperawatan: Konsep, proses dan praktik. EGC.

Jakarta

2. Pearce C. Evelyn. 2007. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Gramedia. Jakarta

3. Potter,dkk. 2008. Buku Saku Ketrampilan dan Prosedur Dasar. EGC. Jakarta

4. Kusyati Eni dkk. 2006. Ketrampilan Dan Prosedur Laboratorium: Keperawatan Dasar. EGC. Jakarta

3

Page 4: Materi

A. Anatomi dan Fisiologi Sistem Perkemihan

Sistem perkemihan terdiri atas ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra.

1. Ginjal

Ginjal merupakan sepasang organ berbentuk kacang buncis, berwarna coklat agak

kemerahan, yang terdapat di kedua sisi kolumna vertebral posterior terhadap peritoneum

dan terletak pada otot pinggang bagian dalam. Ginjal terbentang dari vertebra torakalis

kedua belas sampai vertebra lumbalis ketiga. Dalam kondisi normal, ginjal kiri lebih

tinggi 1,5 sampai 2 cm dari ginjal kanan karena posisi anatomi hati. Setiap ginjal secara

khas berukuran 12 cm x 7 cm dan memiliki berat 120 sampai 150 gram. Sebuah kelenjar

adrenal terletak di kutub superior setiap ginjal, tetapi tidak berhubungan secara langsung

dengan proses eliminasi urine. Setiap ginjal dilapisi oleh sebuah kapsul yang kokoh dan

dikelilingi oleh lapisan lemak.

Produk buangan (limbah) dari hasil metabolism yang terkumpul di dalam darah

difiltrasi di ginjal. Darah sampai ke setiap ginjal melalui arteri renalis (ginjal) yang

merupakan percabangan dari aorta abdominalis. Arteri renalis memasuki ginjal melalui

hilum. Sekitar 20% sampai 25% curah jantung bersirkulasi setiap hari melalui ginjal.

Setiap ginjal berisi 1 juta nefron. Nefron, yang merupakan unit fungsional ginjal,

membentuk urine. Nefron tersusun atas glomerulus, kapsul Bowman, tubulus kontortus

proksimal, ansa henle, tubulus distal, duktus pengumpul.

Darah masuk ke nefron melalui arteriola eferen. Sekelompok pembuluh darah ini

membentuk jaringan kapiler glomerulus, yang merupakan tempat pertama filtrasi darah

dan tempat awal pembentukan urine. Kapiler glomerulus memiliki pori-pori sehingga

dapat memfiltrasi air dan substansi, seperti glukosa, asam amino, urea, kreatinine, dan

elektrolit-elektrolit utama ke dalam kapsul Bowman. Dalam kondisi normal, protein yang

berukuran besar dan sel-sel darah tidak difiltrasi melalui glomerulus. Apabila di dalam

urine terdapat protein yang berukuran besar (proteinuria), maka hal ini merupakan tanda

adanya cedera pada glomerulus. Glomerulus memfiltrasi sekitar 125 ml filtrate per menit.

Pada awalnya jumlah filtrate mendekati jumlah plasma darah dikurangi protein yang

berukuran besar.

4

Page 5: Materi

Tidak semua filtrate glomerulus diekskresi sebagai urine. Setelah filtrat

meninggalkan glomerulus, filtrat masuk ke sistem tubulus dan duktus pengumpul, yang

merupakan tempat air dan substansi, seperti glukosa, asam amino, asam urat, dan ion-ion

natrium serta kalium direabsorpsi kembali ke dalam plasma secara selektif. Substansi

yang lain seperti ion hydrogen, kalium (disertai aldosteron), dan ammonia disekresi

kembali ke tubulus, tempat hilangnya substansi tersebut di dalam urine. Sekitar 99%

filtrat direabsorpsi ke dalam plasma, dengan 1% sisanya diekskresikan sebagai urine.

Dengan demikian, ginjal memainkan peranan penting dalam keseimbangan cairan dan

elektrolit. Walaupun haluaran urine tergantung pada asupan, haluran urine normal orang

dewasa dalam 24 jam adalah sekitar 1500 sampai 1600 ml. haluaran urine sebanyak 60

ml per jam pada umumnya adalah normal. Haluaran urine kurang dari 30 ml per jam

dapat mengindikasikan adanya perubahan pada ginjal. Ginjal juga menghasilkan

beberapa hormon penting untuk memproduksi sel darah merah (SDM), pengaturan

tekanan darah.

Ginjal bertanggung jawab untuk mempertahankan volume normal SDM. Ginjal

memproduksi eritropoietin, sebuah hormon yang terutama dilepaskan dari sel-sel

glomerulus khusus, yang dapat merasakan adanya penurunan oksigenasi sel darah merah

(hipoksia lokal). Setelah dilepaskan dari ginjal, fungsi eritropoietin di dalam sumsum

tulang adalah untuk menstimulasi eritropoiesis (produksi dan pematangan SDM) dengan

merubah sel induk tertentu menjadi eritroblast (McCance dan Huether, 1994).

Eritropoietin juga memperpanjang umur hidup SDM yang telah matang. Klien yang

mengalamui perubahan kronis tidak dapat memproduksi hormon ini dalam jumlah yang

cukup, sehingga klien tersebut akan rentan terserang anemia.

Renin adalah hormon lain yang diproduksi oleh ginjal. Fungsi utama hormon ini

adalah untuk mengatur aliran darah pada waktu terjadinya iskemia ginjal (penurunan

suplai darah). Renin disintesis dan dilepaskan dari sel jukstaglomerulus, yang berada di

aparatus jukstaglomerulus ginjal.

Fungsi renin adalah sebagai enzim yang mengubah angiotensinogen (suatu substansi

yang disintesis oleh hati) menjadi angiotensin I. Begitu angiotensin I bersirkulasi di

dalam paru-paru, angiotensin I dirubah menjadi angiotensin II dan angiotensin III

mengeluarkan efek yang serupa namun derajatnya lebih rendah. Efek gabungan dari

5

Page 6: Materi

mekanisme ini adalah peningkatan tekanan darah dan aliran darah ginjal (McCane dan

Huether, 1994).

Ginjal juga berperan penting dalam pengaturan kalsium dan fosfat. Ginjal

bertanggung jawab untuk memproduksi substansi yang mengubah vitamin D menjadi

vitamin D dalam bentuk aktif. Klien yang mengalami perubahan kronis pada fungsi

ginjalnya tidak membuat metabolit vitamin D dalam bentuk aktif yang cukup. Dengan

demikian, klien ini akan rentan terserang penyakit demineralisasi tulang karena adanya

gangguan absorpsi kalsium, kecuali terdapat persediaan vitamin D dalam bentuk aktif.

2. Ureter

Urine meninggalkan tubulus dan memasuki duktus pengumpul yang akan

mentranspor urine ke pelvis renalis. Sebuah rute keluar pertama pembuangan urine.

Ureter merupakan struktur tubular yang memiliki panjang 25 sampai 30 cm dan

berdiameter 1,25 cm pada orang dewasa. Ureter membentang pada posisi retroperitoneum

untuk memasuki kandung kemih di dalam rongga panggul (pelvis) pada sambungan

uretrovesikalis. Urine yang keluar dari ureter ke kandung kemih umumnya steril.

Dinding ureter dibentuk dari tiga lapisan jaringan. Lapisan bagian dalam merupakan

membran mukosa yang berlanjut sampai lapisan pelvis renalis dan kandung kemih.

Lapisan tengah terdiri dari serabut otot polos yang mentranspor urine melalui ureter

dengan gerakan peristaltik yang distimulasi oleh distensi urine di kandung kemih.

Lapisan luar ureter adalah jaringan penyambung fibrosa yang menyokong ureter.

Gerakan peristaltis menyebabkan urine masuk ke dalam kandung kemih dalam

bentuk semburan, bukan dalam bentuk aliran yang tetap. Ureter masuk ke dalam dinding

posterior kandung kemih dengan posisi miring. Pengaturan ini dalam kondisi normal

mencegah refluks urine dari kandung kemih ke dalam ureter selama mikturisi (proses

berkemih) dengan menekan ureter pada sambungan uretrovesikalis (sambungan ureter

dengan kandung kemih). Adanya obstruksi di dalam salah satu ureter, seperti batu ginjal

(kalkulus renalis), menimbulkan gerakan peristaltis yang kuat yang mencoba

mendorong obstruksi ke dalam kandung kemih. Gerakan peristaltis yang kuat ini

menimbulkan nyeri yang sering disebut sebagai kolik ginjal.

6

Page 7: Materi

3. Kandung kemih

Kandung kemih merupakan suatu organ cekung yang dapat berdistensi dan tersusun

atas jaringan otot serta merupakan wadah tempat urine dan merupakan organ ekskresi.

Apabila kosong, kandung kemih berada di dalam rongga panggul di belakang simfisis

pubis. Pada pria, kandung kemih terletak pada rektum bagian posterior dan pada wanita

kandung kemih terletak pada dinding anterior uterus dan uterus vagina.

Bentuk kandung kemih berubah saat ia terisi dengan urine. Dinding kandung kemih

dapat mengembang. Tekanan di dalam kandung kemih biasanya rendah, bahkan saat

sebagian kandung kemih penuh, suatu faktor yang melindungi kandung kemih dari

infeksi. Kandung kemih dapat menampung sekitar 600 ml urine, walaupun pengeluaran

urine normal sekitar 300 ml

Dalam keadaan penuhm kandung kemih membesar dan membentang sampai ke atas

simfisis. Kandung kemih yang mengalami distensi maksimal dapat mencapai umbilikus.

Pada wanita hamil, janin mendorong kandung kemih, menimbulkan suatu perasaan penuh

dan mengurangi daya tampung kandung kemih. Hal ini dapat terjadi baik pada trimester

pertama ataupun trimester ketiga.

Trigonum (suatu daerah segitiga yang halus pada permukaan bagian dalam kandung

kemih) merupakan dasar kandung kemih. Sebuah lubang terdapat pada setiap sudut

segitiga. Dua lubang untuk ureter serta satu lubang untuk uretra.

Dinding kandung kemih memiliki empat lapisan: lapisan mukosa di dalam, sebuah

lapisan submukosa pada jaringan penyambung, sebuah lapisan otot, dan sebuah lapisan

serosa di bagian luar. Lapisan otot memiliki berkas-berkas serabut otot yang membentuk

otot destrusor. Serabut saraf parasimpatis menstimulasi otot destrusor selama proses

perkemihan. Sfingter uretra interna, yang tersusun atas kumpulan otot yang berbentuk

seperti cincin, berada pada dasar kandung kemih tempat sfingter tersebut bergabung

dengan uretra. Sfingter mencegah urine keluar dari kandung kemih dan berada di bawah

kontrol volunteer (kontrol otot yang disadari)

7

Page 8: Materi

4. Uretra

Urine keluar dari kandung kemih melalui uretra dan keluar dari tubuh melalui meatus

uretra. Dalam kondisi normal, aliran urine yang mengalami turbulansi membuat urine

bebas dari bakteri. Membrane mukosa melapisi uretra, dan kelenjar uretra mensekresi

lender ke dalam saluran uretra. Lender dianggap bersifat bakteriostatis dan membentuk

plak mukosa untuk mencegah masuknya bakteri. Lapisan otot polos yang tebal

mengelilingi uretra.

Uretra pada wanita memiliki panjang sekitar 4 sampai 6,5 cm. sfingter uretra

eksterna, yang terletak di sekitar setengah bagian bawah uretra, memungkinkan aliran

volunteer urine. Panjang uretra yang pendek pada wanita menjadi faktor predisposisi

untuk mengalami infeksi. Bakteri dapat dengan mudah masuk ke dalam uretra dari daerah

perineum. Uretra pada pria, yang merupakan saluran perkemihan dan jalan keluar serta

sekresi dari organ reproduksi, memiliki panjang 20 cm. uretra pda pria ini terdiri dari tiga

bagian, yaitu: uretra prostatic, uretra membranosa, dan uretra penil atau uretra kavernosa.

Pada wanita, meatus urinarius (lubang) terletak di antara labia manora, di atas vagina

dan di bawah klitoris. Pada pria, meatus terletak pada ujung distal penis

8

Page 9: Materi

B. Pengelolaan System Drainase Dengan Kateter

Pengertian

Perawatan slang yang terbuat dari berbagai bahan yang dimasukan ke dalam saluran kemih

sampai kandung kemih untuk memungkinkan aliran (drainase) urine.

Tujuan

Memperlancar aliran urine

Mencegah terjadinya infeksi

Mencegah terjadinya aliran balik

Prosedur Pelaksanaan

1. Jangan melepaskan sambungan kateter kecuali jika akan dibilas (mencegah masuknya

bakteri)

2. Ambil urin untuk pemeriksaan dari slang yang ditusuk dengan jarum suntik. Bersikan

dulu slang yang akan ditusuk dengan desinfektan (mempertahankan bagian yang

tertutup dan mencegah masuknya kuman)

3. Jangan sekali-kali meninggikan kantong penampung urine lebih tinggi dari rongga yang

sedang didrainase, eratkan kantong pada rangka tempat tidur jika pasien tidur terlentang

dan pada daerahdi bawah dengkul bila pasien ambulatory. (mencegah urine masuk

kembali ke kandung kemih, tersedia kantong yang dilengkapi katup agar tidak bisa

kembali.

4. Kantong penggumpul urine tidak boleh diletakan diatas lantai. (mencegah kontaminasi

pada system)

5. Amati slang untuk mengatahui adanya lipatan dan kebocoran. (penyumbatan

memungkinkan terjadinya urine mengalir kembali ke kandung kemih)

6. Kosongkan kantong pengumpul ke dalam takaran urine dan takaran tersebut harus

dibersikan secara teratur. (mencegah kontaminasi system drainase)

7. Periksa kultur urine secara sering dan berkala pada pasien yang terpasang kateter

dower. (menyajikan data perubahan jumlah dan jenis mikroorganisme yang terdapat

dalam urine sebelum timbul gejala)

9

Page 10: Materi

8. Perhatikan system penampung setiap hari apakah terdapat sedimen atau bocor. (ganti

jika terdapat sedimen atau bocor)

C. Pelepasan Kateter

Pengertian

Melepaskan drainase urine pada pasien yang terpasang kateter.

Tujuan

Melatih pasien untuk buang air kecil (BAK) normal tanpa menggunakan kateter.

Persiapan Alat Dan Bahan

Satu pasang sarung tangan/ handscoen steril

Pinset

Spuit

Betadine

Bengkok/ nierbeken 2 buah

Plester

Alcohol

Lidi kapas

Prosedur Pelaksanaan

1. Beri tahu pasien

2. Pasang sampiran atau penutup jendela

3. Bawa alat ke dekat pasien

4. Cuci tangan

5. Buka plester dengan menggunakan alcohol

6. Pakai sarung tangan

7. Keluarkan isi balon kateter dengan spuit

8. Tarik kateter dan anjurkan pasien untuk menarik napas panjang, kemudian buang

kateter pada bengkok.

10

Page 11: Materi

9. Oleskan area prepusium (meatus uretra) dengan betadine.

10. Lepas sarung tangan dan bereskan alat.

11. Cuci tangan.

12. Dokumentasikan tindakan.

PERHATIKAN :

Pasien yang akan dilepas kateter sebaiknya melakukan latihan berkemih.

Sebelum menarik kateter, kosongkan kantong pengumpul urine terlebih dahulu.

11