matematika 3 sipil

201

Click here to load reader

Upload: cody-velez

Post on 12-Aug-2015

116 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: MATEMATIKA 3 SIPIL

INVERS MATRIKS

SISTEM PERSAMAAN

LINIER

MATRIKS

VEKTOR & SKALAR

DIFERENSIAL VEKTOR

DETERMINAN

INTEGRAL VEKTOR

TEOREMA GREEN & STOKES

TRANSFORMASI LINIER

MATEMATIKA III

GRADIEN, DIVERGENSI &

CURL

Page 2: MATEMATIKA 3 SIPIL

MATRIKSMATRIKS

Page 3: MATEMATIKA 3 SIPIL

DEFINISIDEFINISI MATRIKSMATRIKS

Bentuk umumA=(aij) ,i= 1,2,...m J=1,2,...m a11 a12……a1n baris 1 a21 a22…..a2n baris 2 Am1 am2…amn baris m 

Kolom n Kolom 2 Kolom 1

Matriks di atas mempunyai m buah baris dan n buah kolom maka dikatakan ukuran matriks tersebut adalah (mxn).

Matriks adalah himpunan skalar (bilangan riil/kompleks) yang disusun secara empat persegi panjang (menurut baris dan kolom)

Page 4: MATEMATIKA 3 SIPIL

Kesamaan dua matriksKesamaan dua matriks

1 2 4

2 1 3A =

1 2 4

2 1 3B =

1 2 2

2 1 3C =

2 1 2

2 1 3D =

1 2 4

2 2 2E =

x 2 4

2 2 2F =

2 2 2

4 5 6

9 0 7

G = H =

? ? ?

? ? ?

? ? ?

A = B

C ≠ D

E = F jika x = 1

G = H2 2 2

4 5 6

9 0 7

Dua buah matriks A=(aDua buah matriks A=(a ijij) dan B=(b) dan B=(bijij) dikatakan sama A=B, jika ukurannya ) dikatakan sama A=B, jika ukurannya sama (mxn) dan berlaku asama (mxn) dan berlaku a ijij=b=bijij..

  

Page 5: MATEMATIKA 3 SIPIL

Contoh penjumlahan matriks:Contoh penjumlahan matriks:

Operasi pada Matriks

1. Penjumlahan / Pengurangan Syarat = kedua matriks tersebut berukuran sama

A + B 1 2

6 3

2 4

6 3 A = B =

+ = 3 6

+ = 6 12

Page 6: MATEMATIKA 3 SIPIL

PENGURANGAN MATRIKSPENGURANGAN MATRIKS

A - B 1 2

6 3

2 4

6 3 A = B =

- = -1 -2

- = 00

Page 7: MATEMATIKA 3 SIPIL

2. Perkalian scalar terhadap matriks Jika λ suatu scalar dari A=(aij) maka λ A diperoleh dengan mengalikan semua elemen matriks A dengan λ

Contoh:

1/2-03/2

7/22/32A

2

1

3-09

219123A maka

1-03

734A

Page 8: MATEMATIKA 3 SIPIL

3. Perkalian Matriks3. Perkalian MatriksDua buah matriks A&B dapat dikalikan jika:Dua buah matriks A&B dapat dikalikan jika:

Jumlah kolom matriks pertama (A) sama dengan jumlah Jumlah kolom matriks pertama (A) sama dengan jumlah baris matriks kedua (B).baris matriks kedua (B).

Misal. A(mxp) dan B(nxp), C=AxB maka C(mxp).Misal. A(mxp) dan B(nxp), C=AxB maka C(mxp).

CBApxmpxnnxm

A=(aij) dengan i=1,2,3,…,m dan j=1,2,3,…,n

B=(bjk) dengan j=1,2,3,…,n dan k=1,2,3,…,p

C=(cik) dengan i=1,2,3,…,m dan k=1,2,3,…,p

Maka :A x B = (aij) x (bjk)=(cik)

Page 9: MATEMATIKA 3 SIPIL

Contoh:Contoh:

1 3

5 0

0

1 2 A

B

2

4

1

2 1 0

= =

A x B =

-4

4

x + x + x = 9

1 3

5 0

2

4

1 3

5 0

2

4

0

1 2

1

2 1 0

-4

4

x + x + x = 16

x + x + x = 3

1 2 3

0 4 5

x x x

x x x

x x x

+

+

++

+

+ =

=

=

13

8

14

1

4

0

-4

2

1

1 2 3

0 4 5

0

1

2

0

1

2

Page 10: MATEMATIKA 3 SIPIL
Page 11: MATEMATIKA 3 SIPIL

TransposeTranspose

Definisi:Transpose mariks A adalah matriks AT dimana kolom-kolomnya adalah baris-baris dari A, baris-barisnya adalah kolom-kolom dari A.

4 2 6 7

5 3 -9 7

A = AT = A’ =

4 5

2 3

6 -9

7 7

Jika A adalah matriks m x n, maka matriks transpose AT

berukuran ……

[AT]ij = [A]ji n x m

Page 12: MATEMATIKA 3 SIPIL

Sifat-sifat transpose Sifat-sifat transpose matriksmatriks

A AT (AT)T

(AT )T = A

1.Transpose dari A transpose adalah A:

4 2 6 7

5 3 -9 7

4 5

2 3

6 -9

7 7

4 5

2 3

6 -9

7 7

= A

Contoh:

Page 13: MATEMATIKA 3 SIPIL

Sifat-sifat transpose Sifat-sifat transpose matriksmatriks2. (A+B)2. (A+B)T = T = AAT T + B+ BT T

A+B

(A+B)T

T

BT

B

T

A

T

AT

=

=

+

+

Page 14: MATEMATIKA 3 SIPIL

Sifat-sifat transpose Sifat-sifat transpose matriksmatriks3. (kA)3. (kA)TT = k(A) = k(A) T T untuk skalar k untuk skalar k

kA

(kA)T = k(A)T

A

T T

k

Page 15: MATEMATIKA 3 SIPIL

Sifat-sifat transpose Sifat-sifat transpose matriksmatriks

4. (AB)4. (AB)TT = B = BTT A ATT

(AB)T

AB

T T

AB

T

=

AB = BTAT

Page 16: MATEMATIKA 3 SIPIL

Jenis Matriks KhususJenis Matriks Khusus

1. Matriks bujur sangkar1. Matriks bujur sangkar

Adalah suatu matriks dengan Adalah suatu matriks dengan banyaknya baris sama dengan banyaknya baris sama dengan banyaknya kolombanyaknya kolom

Contoh:

elemen diagonal utama

3x3 2x2

012

1-31

210

, 21

02

Page 17: MATEMATIKA 3 SIPIL

2. Matriks Nol2. Matriks Nol

Adalah matriks yang semua elemennya nolAdalah matriks yang semua elemennya nol

2x2 3x32x2 3x3

3. Matriks Diagonal3. Matriks Diagonal

Adalah matriks yang semua elemen diluar diagonal utama Adalah matriks yang semua elemen diluar diagonal utama adalah noladalah nol

Contoh:Contoh:

400

020

001

000

000

00

00

Page 18: MATEMATIKA 3 SIPIL

4. Matriks Identitas4. Matriks Identitas

Adalah matriks diagonal yang elemen diagonal utamanya Adalah matriks diagonal yang elemen diagonal utamanya semua=1semua=1

Contoh:Contoh:

5. Matriks Skalar5. Matriks Skalar

Adalah matriks diagonal dengan semua elemen diagonal Adalah matriks diagonal dengan semua elemen diagonal utama=Kutama=K

Contoh:Contoh:

6. Matriks Segitiga Bawah6. Matriks Segitiga Bawah

Adalah matriks bujur sangkar yang semua elemen diatas Adalah matriks bujur sangkar yang semua elemen diatas diagonal utama=0diagonal utama=0

Contoh:Contoh:

3I

100

010

001

200

020

002

311

022

001

Page 19: MATEMATIKA 3 SIPIL

7. Matriks Segitiga Atas7. Matriks Segitiga Atas

Adalah matriks bujur sangkar yang semua elemen dibawah Adalah matriks bujur sangkar yang semua elemen dibawah diagonal utama=0diagonal utama=0

Contoh:Contoh:

8. Matriks Simetris8. Matriks Simetris

Adalah matriks yang transfosenya sama dengan dirinya Adalah matriks yang transfosenya sama dengan dirinya sendiri.(A=Asendiri.(A=ATT).).

Contoh:Contoh:

340

412

021

A

340

412

021

A T

Page 20: MATEMATIKA 3 SIPIL

9. Matriks Anti Simetris9. Matriks Anti Simetris

Adalah matriks yang transfosenya adalah negatifnya.Adalah matriks yang transfosenya adalah negatifnya.

Contoh:Contoh:

10. Matriks Hermitian10. Matriks Hermitian

Adalah matriks yang transfose hermitiannya sama dengan Adalah matriks yang transfose hermitiannya sama dengan dirinya sendiridirinya sendiri

Contoh:Contoh:

0142

1031-

43-01

211-0

A ,

0142

103-1

4-301-

2-1-10

A T

42

23A ,

42

23A T

i

i

i

i

Page 21: MATEMATIKA 3 SIPIL

11. Matriks Invers11. Matriks Invers

Misal A(nxn), B(nxn) dan berlaku AB=BA=I maka Misal A(nxn), B(nxn) dan berlaku AB=BA=I maka dikatakan B dikatakan B

invers dari A→B=Ainvers dari A→B=A-1-1 atau A invers dari B→A=B atau A invers dari B→A=B-1-1

Contoh:Contoh:

12. Matriks Komutatif12. Matriks Komutatif

Jika A dan B matriks-matriks bujur sangkar dan berlaku Jika A dan B matriks-matriks bujur sangkar dan berlaku

AB=BA, maka A dan B dikatakan berkomutatif satu sama AB=BA, maka A dan B dikatakan berkomutatif satu sama lain.lain.

Contoh:Contoh:

IBxAAxB

101

011

32-6

B ,

421

331

321

A

75

57

31

13

21

12AxB

75

57

21

12

31

13BxA

31

13B ,

21

12A

Page 22: MATEMATIKA 3 SIPIL

Transformasi ElementerTransformasi Elementer

Yang di maksud Transformasi Elementer pada matriks Yang di maksud Transformasi Elementer pada matriks adalah operasi sbb:adalah operasi sbb:

1. B1. Bijij : Pergantian baris ke i dengan baris ke j: Pergantian baris ke i dengan baris ke j

2. K2. Kijij : Pergantian kolom ke i dengan kolom ke j: Pergantian kolom ke i dengan kolom ke j

3. Bi3. Bi((λλ) ) : Elemen-elemen baris ke i masing-masing : Elemen-elemen baris ke i masing-masing dikalikan dikalikan dengan skalar dengan skalar λ≠λ≠00

4. Ki4. Ki((λλ)) : Elemen-elemen kolom ke j masing-masing : Elemen-elemen kolom ke j masing-masing

dikalikan dengan skalar dikalikan dengan skalar λ≠λ≠00

5. Bij5. Bij((λλ)) : Elemen-elemen baris ke i masing-masing di : Elemen-elemen baris ke i masing-masing di

tambah dengan tambah dengan λλ kali baris ke j kali baris ke j

6. Kij6. Kij((λλ)) : Elemen-elemen kolom ke i masing-masing di : Elemen-elemen kolom ke i masing-masing di

tambah dengan tambah dengan λλ kali kolom ke j kali kolom ke j

Page 23: MATEMATIKA 3 SIPIL

Contoh:Contoh:

Di ketahui matriksDi ketahui matriks , maka: , maka:

103

112

413

B

Page 24: MATEMATIKA 3 SIPIL

Matriks EkivalenMatriks Ekivalen  

Dua matriks A dan B dikatakan ekivalen(ADua matriks A dan B dikatakan ekivalen(A ~B) jika matriks ~B) jika matriks yang satu dapat di peroleh dari matriks yang lain dengan yang satu dapat di peroleh dari matriks yang lain dengan transformasi baris dan atau kolom.transformasi baris dan atau kolom.

Contoh:Contoh:

B1203

1315B

1315

1203

K2303

1215K

2314

1203A

~12

~

)1(42

~

)1(12

1203

1315Bdan

2314

1203A

Adalah ekivalen karena:

Page 25: MATEMATIKA 3 SIPIL

Setiap matriks yang bukan matriks nol dapat Setiap matriks yang bukan matriks nol dapat di di

rubah menjadi matriks eselon dengan rubah menjadi matriks eselon dengan

menggunakan “Transformasi Elementer”.menggunakan “Transformasi Elementer”.

Matriks eselon yang memenuhi bahwa Matriks eselon yang memenuhi bahwa elemen-elemen-

Elemen yang sekolom dengan setiap elemen Elemen yang sekolom dengan setiap elemen

tidak nol terkiri semuanya nol (kecuali tidak nol terkiri semuanya nol (kecuali elemen 1 elemen 1

terkirinya) disebut terkirinya) disebut Matriks EselonMatriks Eselon

Matriks EselonMatriks Eselon

Page 26: MATEMATIKA 3 SIPIL

Kondisi-kondisi matriks bentuk eselon Kondisi-kondisi matriks bentuk eselon baris dan eselon baris tereduksi:baris dan eselon baris tereduksi:

• Elemen pertama yang tidak nol adalah 1 (satu utama)

• Satu utama baris berikutnya berada lebih kanan dari baris sebelumnya

• Baris nol berada di paling bawah

• Elemen di atas satu utama nol semua

1 0 2 4 0 1 3 6 0 0 1 0

1 0 2 40 0 1 60 1 0 0

1 0 2 4 0 1 3 6 0 0 1 0

0 1 6 0 0 10 0 0 1 0 60 0 0 0 1 50 0 0 0 0 0

1 0 2 40 0 0 00 1 6 0

1 0 2 40 1 6 00 0 0 0

1 0 2 4 0 3 1 6 0 0 1 0

1 0 2 40 0 1 60 0 0 1

Ya Tidak

Page 27: MATEMATIKA 3 SIPIL

Matriks dalam bentuk eselon baris Matriks dalam bentuk eselon baris (eb) dan eselon baris tereduksi (eb) dan eselon baris tereduksi (ebt)(ebt)Matriks yang memenuhi kondisi 1, 2, 3 disebut Matriks yang memenuhi kondisi 1, 2, 3 disebut

matriks berbentuk matriks berbentuk eselon bariseselon baris. .

Jika matriks memenuhi kondisi 1, 2, 3, 4, maka Jika matriks memenuhi kondisi 1, 2, 3, 4, maka matriks dalam bentuk matriks dalam bentuk eselon baris tereduksieselon baris tereduksi. .

**

* **

**

1 utamaSembarang nilai

Nol

**

* **

*

eselon baris. eselon baris tereduksi

Page 28: MATEMATIKA 3 SIPIL

Rank MatriksRank Matriks

Setiap matriks dapat dijadikan Setiap matriks dapat dijadikan matriks eselon atau eselon matriks eselon atau eselon tereduksi dengan menggunakan tereduksi dengan menggunakan transformasi elementer.transformasi elementer.

Jumlah elemen satu terkiri pada Jumlah elemen satu terkiri pada matriks eselon atau jumlah baris matriks eselon atau jumlah baris yang tidak sama dengan nol (tidak yang tidak sama dengan nol (tidak dapat di nolkan) pada matriks dapat di nolkan) pada matriks eselon disebut eselon disebut Rank MatriksRank Matriks..

Page 29: MATEMATIKA 3 SIPIL

462

231

321~

)1(21H

~

)2(31H

220

110

321~

)2(32H

000

110

321

Contoh :Contoh :

Tentukan rank matriks di bawah ini :Tentukan rank matriks di bawah ini :

Jawab :Jawab :

22

matrik eselonmatrik eselon

Jadi rank matriks diatas adalah 2Jadi rank matriks diatas adalah 2

462

231

321

Page 30: MATEMATIKA 3 SIPIL

Sistem Persamaan Sistem Persamaan linierlinier

Page 31: MATEMATIKA 3 SIPIL

Persamaan linierPersamaan linierDefinisiDefinisiN buah variable xN buah variable x11, x, x22, …, xn yang dinyatakan dalam bentuk:, …, xn yang dinyatakan dalam bentuk:

aa11xx1 1 + a+ a22xx22+…+ a+…+ ann x xnn=b=b

disebut persamaan linier, dengan adisebut persamaan linier, dengan a11, a, a22, … ,a, … ,ann dan b adalah konstanta- dan b adalah konstanta-

konstanta riil.konstanta riil.

Sekumpulan nilai/ harga sebanyak n yang disubtitusikan ke n variable : Sekumpulan nilai/ harga sebanyak n yang disubtitusikan ke n variable :

aa11=k=k11, x, x22=k=k22 … x … xnn=k=knn sedemikian sehingga persamaan tersebut sedemikian sehingga persamaan tersebut

terpenuhi, maka himpunan nilai tersebut (kterpenuhi, maka himpunan nilai tersebut (k11, k, k22, … k, … knn) disebut ) disebut

himpunan penyelesaian (solusi set).himpunan penyelesaian (solusi set).

ContohContoh

22x1 x1 + x+ x2 2 + 3+ 3x3x3=5=5

xx11=1; x=1; x22=0; x=0; x33=1=1 (1,0,1) solusi (1,0,1) solusi

xx11=0; x=0; x22=5; x=5; x33=0=0 (0,5,0) solusi (0,5,0) solusi

xx11=2; x =1; x=2; x =1; x33=0=0 (2,1,0) solusi (2,1,0) solusi

suatu persamaan linier bisa mempunyai solusi >1.suatu persamaan linier bisa mempunyai solusi >1.

Page 32: MATEMATIKA 3 SIPIL

DefinisiDefinisi

Sebuah himpunan berhingga dari persamaan-Sebuah himpunan berhingga dari persamaan-persamaan linier didalam n variable: xpersamaan linier didalam n variable: x11, x, x22, …, x, …, xnn disebut sistem persamaan linier. disebut sistem persamaan linier.

Sistem persamaan linier yang tidak mempunyai solusi Sistem persamaan linier yang tidak mempunyai solusi

disebut inconsisten. Sedangkan sistem persamaan disebut inconsisten. Sedangkan sistem persamaan linier yang mempunyai paling sedikit sebuah solusi linier yang mempunyai paling sedikit sebuah solusi disebut consisten.disebut consisten.

Misal ada 2 persamaan dengan 2 variabel.Misal ada 2 persamaan dengan 2 variabel. PP11: a: a11xx11+ a+ a22xx22=b=b11 (a (a1, 1, aa22≠0)≠0) PP22: a: a11xx11+ a+ a22xx22=b=b22 (c (c1, 1, cc22≠0)≠0)

Page 33: MATEMATIKA 3 SIPIL

Jika kedua persamaan tersebut dinyatakan Jika kedua persamaan tersebut dinyatakan dalam grafik, maka:dalam grafik, maka:

U2

X1

U2

X1

U2

X1

P1

P2

Inconsisten

P1P2

P2

Konsisten

Page 34: MATEMATIKA 3 SIPIL

Penyajian SPL dengan persamaan Penyajian SPL dengan persamaan matriksmatriks

a11x1 + a12x2 + a13x3 +…+a1nxn = b1

a21x1 + a22x2 + a23x3 +…+a2nxn = b2

:

am1x1 + an2x2 + an3x3 + …+annxn = bm

x = b =

matriks koefisien

SPL umum:

a11 a12 a13 a1n

a21 a22 a23 a2n

:

am1 am2 am3 amn

x1

x2

:

xm

b1

b2

:

bm

A =

Ax = b

Page 35: MATEMATIKA 3 SIPIL

Penyajian SPL sebagai matriks Penyajian SPL sebagai matriks augmentedaugmented

a11x1 + a12x2 + a13x3 +… + a1nxn = b1

a21x1 + a22x2 + a23x3 +… + a2nxn = b2

:am1x1 + am2x2 + am3x3 + … + amnxn =

bm

matriks augmented

a11 a12 a13 … a1n b1

a21 a22 a23 … a2n b2

:

.

am1 am2 am3 … amn bm

Page 36: MATEMATIKA 3 SIPIL

SUSUNAN PERSAMAAN LINIER

HOMOGENAX=0

NON HOMOGENAX=B, B≠0

SELALU ADA JAWAB TAK PUNYA JAWABR(a)≠r(A,B)

MEMPUNYAI JAWAB

JAWAB HANYA JAWAB TRIVIAL

(NOL);R=N

SELAIN JAWAB TRIVIAL, ADA JUGA JAWAB NONTRIVIAL R<N

JAWAB UNIK(TUNGGAL)

R=N

BANYAK JAWAB

R<N

Untuk menyelesaikan persamaan linier menggunakan metode ”Gauss. Untuk menyelesaikan persamaan linier menggunakan metode ”Gauss. Jordan” yaitu: merubah matriks Jordan” yaitu: merubah matriks augmented augmented (A|B) menjadi matriks eselon (A|B) menjadi matriks eselon terreduksi dengan cara melakukan transformasi elementer.terreduksi dengan cara melakukan transformasi elementer.

Page 37: MATEMATIKA 3 SIPIL

Bentuk umum:Bentuk umum: Ax = B, dimana B≠0 Ax = B, dimana B≠0

Sistem Persamaan linier non homogen akan mempunyai jawab bila :Sistem Persamaan linier non homogen akan mempunyai jawab bila :

Rank(A) = Rank(A|B)Rank(A) = Rank(A|B)

Contoh ;Contoh ;

1. carilah titik persekutuan garis. -3x+6y = -9 dengan garis. x-2y = 31. carilah titik persekutuan garis. -3x+6y = -9 dengan garis. x-2y = 3

Jawab: Jawab:

-3x+6y=-9-3x+6y=-9

x-2y=3x-2y=3

Dalam bentuk matriks=Dalam bentuk matriks=

0:00

3:21B

9:63

3:21B

3:21

9:63-B)|(A

BxA 3

9

21

63

~

(3)21

~12

atauy

x

R(a)=r(A|B)=1 r<nJumlah variabel=2 1<2

Jadi jawabnya tidak tunggal.

Sistem Persamaan Linier Non Homogen

Page 38: MATEMATIKA 3 SIPIL

2. Selesaikan sistem persamaan linier non 2. Selesaikan sistem persamaan linier non homogenhomogen

Di bawah ini :Di bawah ini :

Jawab :Jawab :

ContohContoh

4 2x 4x 2x

3 x 3x 4x

1 2x x 3x

2 x 2x x

321

321

321

321

B xA

4

3

1

2

x

x

x

242

134

213

121

3

2

1

4242

3134

1213

2121~

)3(21B

~

)4(31B

~

)2(41B

0000

55110

5550

2121~

)5/1(2B

0000

55110

1110

2121

Page 39: MATEMATIKA 3 SIPIL

~

)5/1(2B

0000

55110

1110

2121~

)2(12B

)11(32B

0000

6600

1110

0101~

)6/1(3B

0000

1100

1110

0101~

)1(13B

)1(23B

0000

1100

0010

1001

Rank (A) = R (A|B) = 3 =banyaknya variabelRank (A) = R (A|B) = 3 =banyaknya variabel

Jadi jawabnya tunggalJadi jawabnya tunggal

Matriks lengkap di atas menyatakan:Matriks lengkap di atas menyatakan:

Sehingga sebagai penyelesaiannya : Sehingga sebagai penyelesaiannya :

1 x 1 x 0x 0x

0 xatau 0 0x x 0x

1 x 1 0x 0x x

3321

2321

1321

1

0

1

x

x

x

x

3

2

1

Page 40: MATEMATIKA 3 SIPIL

Sistem Persamaan Linier HomogenSistem Persamaan Linier Homogen

  bentuk umum: Ax = 0, yaitu:bentuk umum: Ax = 0, yaitu:

aa11 11 xx1 1 + a+ a12 12 xx2 2 + ... a+ ... a1n 1n xxn n = 0= 0

aa21 21 xx2 2 + a+ a22 22 xx2 2 + ... a+ ... a2n 2n xxn n = 0= 0

aam1 m1 xxmm+a+am2 m2 xxm m + ... a+ ... amn mn xxn n = 0= 0

Atau=Atau=

0

0

0

2

1

2

22221

11211

nmnmmn

n

n

x

x

x

aaa

aaa

aaa

Matriks A berukuran (m x n)Matriks x berukuran (n x 1)Matriks o berukuran (m x 1)Karena matriks lengkapnya (A|Õ) maka akan selalu berlaku rank (A)=rank (A|Õ). Sehingga sistem persamaan linier homogen selalu mempunyai jawab (konsisten).

Page 41: MATEMATIKA 3 SIPIL

ContohContoh1. Selesaikan sistem persamaan linier dibawah ini :1. Selesaikan sistem persamaan linier dibawah ini :

Jawab :Jawab :

Sehingga solusinya :Sehingga solusinya :

Yaitu solusi trivial atau Yaitu solusi trivial atau

0 x 2x x

0 2x x x

0 x x x

321

321

321

0

0

0

x

x

x

121

211

111

atau

3

2

1

0121

0211

0111

0)|(A~

)1(21B

)1(31B

0010

0100

0111~23B

0100

0010

0111 ~

)1(12B

)1(13B

0100

0010

0001

0 x 0x 0x

0 0x x 0x

0 0x 0x x

321

321

321

0 x, 0 x, 0 x 321

0 x

Page 42: MATEMATIKA 3 SIPIL

2. Selesaikan sistem persamaan linier di 2. Selesaikan sistem persamaan linier di bawah ini :bawah ini :

Jawab :Jawab :

0 x x2x

0 4x 2x 3x x

0 x x x x

431

4321

4321

0

0

0

x

x

x

x

1102

4231

1111

atau

4

3

2

1

01102

04231

01111

0)|A(~

)1(21B

)2(31B

03120

03120

01111~

)1(32B

Page 43: MATEMATIKA 3 SIPIL

Rank (A) = (A|0) = 2< n Rank (A) = (A|0) = 2< n = 4= 4

jadi solusinya tidak jadi solusinya tidak tunggaltunggal

(banyak)(banyak)

00000

03120

01111~

)2/1(2B

00000

02/32/110

01111~

)1(12B

00000

02/32/110

02/12/101

0 x2

3 x

2

1 x 0x

0 x2

1 x

2

1 0x x

4321

4321

432

431

x2

3 x

2

1 x

x2

1 x

2

1x

Page 44: MATEMATIKA 3 SIPIL

Dimana : xDimana : x33 dan x dan x44 bebas. bebas.

Sehingga :Sehingga :

Berlaku untuk setiap bilangan riil a & bBerlaku untuk setiap bilangan riil a & b

b 2

3 a

2

1- x

b 2

1 a

2

1- didapat x

b dan x a untuk x

2

1

43

1

0

3/2-

1/2

b

0

1

1/2-

1/2-

a

b0a

0ba

3/2b-1/2a-

1/2b1/2a-

x

x

x

x

x

4

3

2

1

Page 45: MATEMATIKA 3 SIPIL

DeterminanDeterminan

Page 46: MATEMATIKA 3 SIPIL

DeterminanDeterminanSetiap matriks bujur sangkar A yang Setiap matriks bujur sangkar A yang

berukuran berukuran

(nxn) dapat dikaitkan dengan suatu skalar (nxn) dapat dikaitkan dengan suatu skalar yang yang

disebut determinan matriks tersebut dan disebut determinan matriks tersebut dan ditulis ditulis

dengan det(A) atau |A|.dengan det(A) atau |A|.

Untuk menghitung determinan ordo n terlebih Untuk menghitung determinan ordo n terlebih

dahulu diberikan cara menghitung determinan dahulu diberikan cara menghitung determinan

ordo 2ordo 2

Page 47: MATEMATIKA 3 SIPIL

Menghitung determinanMenghitung determinan

3 1

4 2

1 2

2 4

2 1 3

3 1 2

Det(A) = (3) (-2) – (1)(4) = -10

Det(B) = (1)(4) – (2)(2) = 0

Det(C) = tidak didefinisikan

A =

B =

C =

Hitunglah determinan matriks berikut ini:

Page 48: MATEMATIKA 3 SIPIL

Aturan SarrusAturan SarrusAA11 = =

Det(ADet(A11) = (a) = (a1111.a.a22)22) – (a – (a1212.a.a2121) )

AA2 2 ==

Det(ADet(A22) = a) = a1111.a.a2222.a.a3333 + a + a1212.a.a2323.a.a3131 + a + a1313.a.a2121.a.a3232 – – (a(a1313.a.a2222.a.a3131 + a + a1111.a.a2323.a.a3232 + a + a1212.a.a2121.a.a3333))

2221

1211

aa

aa

11 12 13

21 22 23

31 32 33

a a a

a a a

a a a

2221

1211

aa

aa

11 12 13

21 22 23

31 32 33

a a a

a a a

a a a

a11 a12

a21 a22

a31 a32

+-

+++- - -

Page 49: MATEMATIKA 3 SIPIL

Aturan Sarrus (lanjt)Aturan Sarrus (lanjt)

M = M =

K = K =

Pertanyaan: Apakah Pertanyaan: Apakah metode di atasmetode di atas dapat diterapkan pada dapat diterapkan pada matriks 4x4, 5x5 dst?matriks 4x4, 5x5 dst?

3 1

4 2

3 2 2

1 2 3

4 4 5

3 2

1 2

4 4- - - + ++

Det(M) = 3.-2 – (1.4) = -10

Det(K) = 3.2.5+2.3.4+2.1.4- (2.2.4 + 3.3.4 + 2.1.5) = 30 + 24 +8 – (16+36+10) = 62 – 62 = 0

Page 50: MATEMATIKA 3 SIPIL

Untuk keperluan menghitung ordo n dengan n≥3 perlu lebih dahulu definisikan pengertian minor dan kofaktor sbb :

Minor Mij adalah determinan matriks A dihapus baris ke i

kolom ke j. Kofaktor C13 adalah (-1)i+j Mij

A =

a11 a12…….a1j ……a1n

a21 a22 ……a2j…….a2n : : : :ai1 ai2 ……aij…….. ain

: : : :an1 an2……anj……. ann

Mij= det

a11 a12…….a1j ……a1n

a21 a22 ……a2j…….a2n : : : :ai1 ai2 ……aij…….. ain

: : : :an1 an2……anj……. ann

Cij =(-1)i+j Mij

MENGHITUNG DETERMINAN DENGAN KOFAKTOR

Page 51: MATEMATIKA 3 SIPIL

Definisi determinan matriks Definisi determinan matriks dengan kofaktordengan kofaktor

n

ij iji=1

a Cn

ij ijj=1

a C

Definisi: Determinan matriks A (dengan ekspansi baris ke i, atau ekspansi kolom ke j) adalah :

A=

Mij det matriks yang diperoleh dengan menghapus baris ke i kolom ke j matriks A.

Cij=(-1)i+jMij

Det(A) = =

a11 a12…….a1j ……a1n

a21 a22 ……a2j…….a2n : : : :ai1 ai2 ……aij…….. ain

: : : :an1 an2……anj……. ann

Page 52: MATEMATIKA 3 SIPIL

Contoh: Minor dan kofaktorContoh: Minor dan kofaktor

Minor Mij adalah determinan matriks A dihapus baris ke i kolom ke j. Kofaktor C13 adalah (-1)i+j Mij

A = M13 = det

Cij = (-1)i+jMij

C13 = (-1)1+3M13

a21 a22

a31 a32

A = M13 = det

C13 = (-1)1+3M13

a21 a22

a31 a32

11 12 13

21 22 23

31 32 33

a a a

a a a

a a a

11 12 13

21 22 23

31 32 33

a a a

a a a

a a a

Page 53: MATEMATIKA 3 SIPIL

Contoh:Contoh:Hitunglah semua minor dan kofaktor matriks berikut ini:Hitunglah semua minor dan kofaktor matriks berikut ini:

3 0 0 1 2 0 4 4 5

M11=

C22=

M13=

C23=

C32=

M12=

C31=

C21= + - + - + - + - +

C33=

Det 2 0

4 5

= 10

Det 1 0

4 5

= 5

Det 1 2

4 4

= -4

0

15

-12

0

0

6

?

?

?

?

?

?

C11= (-1)1+1 10 = 10C12= (-1)1+2 5 = -5

C13= (-1)1+3 -4 = -4

Page 54: MATEMATIKA 3 SIPIL

Menghitung determinan dengan Menghitung determinan dengan ekspansi baris/kolomekspansi baris/kolom

AA = =

(1 1) (1 2) 1 311 22 33 23 32 12 21 33 23 31 13 21 32 22 31( 1) ( ) ( 1) ( ) ( 1) ( )a a a a a a a a a a a a a a a Det(A) =

Det(A) =

Det(A) =

11 12 13

21 22 23

31 32 33

a a a

a a a

a a a

11 22 33 11 23 32 12 21 33 12 23 31 13 21 32 13 22 31a a a a a a a a a a a a a a a a a a

11 11 12 12 13 13a C a C a C

21 21 22 22 23 23a C a C a C

Det(A) =

C11 C12 C13

Ekspansi baris

pertamaEkspansi baris kedua

Page 55: MATEMATIKA 3 SIPIL

MenghitungMenghitung determinan dengan ekspansi determinan dengan ekspansi baris/kolombaris/kolom

AA = =

Det(A) =

11 12 13

21 22 23

31 32 33

a a a

a a a

a a a

11 11 12 12 13 13a C a C a C

=

=

21 21 22 22 23 23a C a C a C

21 21 22 22 23 23a C a C a C

11 11 21 21 31 31a C a C a C

21 21 22 22 23 23a C a C a C

21 21 22 22 23 23a C a C a C

=

=

=

ekspansi baris pertamaekspansi baris keduaekspansi baris ketigaekspansi kolom pertama

?

?

Page 56: MATEMATIKA 3 SIPIL

Contoh:Contoh:3 0 0 1 2 0 4 4 5

C11= 10

C22= 15

C13= -4 C23= -12

C32= 0 C12= -5

C31= 0

C33= 6

C21= 0

Determinan A dengan ekspansi baris ketiga:Det(A) = 4x0 + 4x0 + 5x6 = 30

Determinan A dengan ekspansi kolom ketiga:Det(A) = 5x6 = 30

ada 9 (= 3x3) kofaktor

Page 57: MATEMATIKA 3 SIPIL

Determinan matriks 4x4 dengan Determinan matriks 4x4 dengan kofaktorkofaktor

11 11 12 12 13 13 14 14a C +a C +a C +a C

1

n

ij ijj

a C

31 31 32 32 33 33 34 34a C +a C +a C +a C

11 12 13

21 22 23

41 42 43

a a a

a a a

a a a

A= M34= det C34=(-1)3+4M34

Ada berapa banyak kofaktor? Ada 16 kofaktor Cij, i, j = 1, 2, 3, 4

Det(A) = ekspansi baris pertama

ekspansi ………=

Ada ……. cara menghitung determinan A dengan kofaktor

8 baris ke tiga

11 12 13 14

21 22 23 24

31 32 33 34

41 42 43 44

a a a a

a a a a

a a a a

a a a a

Page 58: MATEMATIKA 3 SIPIL

Menghitung determinan matriks 4x4 Menghitung determinan matriks 4x4 dengan kofaktordengan kofaktor matriks 4x4matriks 4x4 berikut: berikut:

Ekspansi baris 1:Ekspansi baris 1:

11418.130.170.156.1)( ADet

4113

3124

2311

1111

A

1414131312121111 ....)( CaCaCaCaADet

413

312

231

11

C

2100

770

231 210

77 56)7014(

413

314

231

12

C

1080

5110

231

108

511

70)40110(

433

324

211

13

C

1060

560

211

106

56

303060

133

124

311

14

C

860

1160

311

86

116

18)6648(

Page 59: MATEMATIKA 3 SIPIL

SIFAT - SIFAT SIFAT - SIFAT DETERMINANDETERMINANSifat 1Sifat 1

det(Adet(Att) = det(A)) = det(A)Contoh :Contoh :

det(A) = 7 det(Adet(A) = 7 det(Att) = ) = 77

Sifat 2Sifat 2Jika matriks B adalah hasil dari matriks A Jika matriks B adalah hasil dari matriks A

dengan menukarkan dua baris sebarang, makadengan menukarkan dua baris sebarang, maka

det(B) = - det(A)det(B) = - det(A)

34

25A

32

45tA

Page 60: MATEMATIKA 3 SIPIL

ContohContohDiberikan matriksDiberikan matriks

maka det(A) = 6.maka det(A) = 6.

JikaJika , maka det(B) = -det(A) = - , maka det(B) = -det(A) = -6.6.

213

312

321

A

213

321

312

B

Page 61: MATEMATIKA 3 SIPIL

Sifat 3Sifat 3

Jika matriks B diperoleh dari matriks A Jika matriks B diperoleh dari matriks A dengan mengalikan bil.real k dengan satu dengan mengalikan bil.real k dengan satu baris (kolom) dari matriks A, makabaris (kolom) dari matriks A, maka

det(B) = k.det(A)det(B) = k.det(A)

Contoh:Contoh:Diberikan matriks Diberikan matriks dgn det(A) = 12dgn det(A) = 12

Jika Jika det(B) = 2.det(A) = 2.12 = det(B) = 2.det(A) = 2.12 = 2424

011

624

321

A

011

312

321

2B

Page 62: MATEMATIKA 3 SIPIL

Sifat Sifat 44

Jika matriks B diperoleh dari matriks A Jika matriks B diperoleh dari matriks A dgn mengalikan satu baris(kolom) dari A dgn mengalikan satu baris(kolom) dari A dgn bil.real sebarang kemudian dgn bil.real sebarang kemudian menambahkannya ke baris (kolom) lain, menambahkannya ke baris (kolom) lain, makamaka

det(B) = det(A)det(B) = det(A)

Contoh :Contoh :

Diberikan matriks Diberikan matriks , det(A) = , det(A) = 12.12.

Jika Jika , maka det(B) = det(A) = , maka det(B) = det(A) = 1212

011

624

321

A

310

624

321

B

Page 63: MATEMATIKA 3 SIPIL

Sifat 5Sifat 5

Jika suatu matriks terdiri dari dua baris Jika suatu matriks terdiri dari dua baris (kolom) yang elemen – elemennya (kolom) yang elemen – elemennya sama, maka determinannya adalah nol.sama, maka determinannya adalah nol.

ContohContoh

Matriks Matriks mpy determinan nol. mpy determinan nol.

Sifat 6Sifat 6

Jika suatu matriks terdiri dari satu baris Jika suatu matriks terdiri dari satu baris (kolom) dengan elemen nol, maka (kolom) dengan elemen nol, maka determinannya adalah nol.determinannya adalah nol.

111

320

111

A

Page 64: MATEMATIKA 3 SIPIL

Sifat 7Sifat 7Jika matriks A=[aJika matriks A=[aijij], 1], 1 i i n, 1 n, 1 j j n, n, adalah matriks segitiga atas (bawah) adalah matriks segitiga atas (bawah) makamaka

det(A) = adet(A) = a1111.a.a2222. . … .a… .annnn

Contoh :Contoh :

Diberikan matriksDiberikan matriks makamaka

det(A) = 1.(-2).2 = -4det(A) = 1.(-2).2 = -4

200

120

321

A

Page 65: MATEMATIKA 3 SIPIL

Sifat 8Sifat 8 Jika matriks A dan B dapat Jika matriks A dan B dapat dikalikan,makadikalikan,maka

det(AB) = det(A).det(B)det(AB) = det(A).det(B)

Sifat 9Sifat 9 Jika matriks Jika matriks AA invertible, maka invertible, maka

det(det(AA-1-1) = ) = )det(

1

A

Page 66: MATEMATIKA 3 SIPIL

Determinan matriks sederhanaDeterminan matriks sederhana

a11 a12…a1j …a1n

0 a22 …a2j…a2n : : : :0 0 …aij….ain

: : :0 0… 0 .... ann

a11 0 …0 … 0

0 a22 …0 … 0 : : :0 0 …aij

… 0: : :0 0… 0 .... ann

Matriks diagonal

Determinan matriks segitiga sama dengan hasil kali entri diagonal

utama.

A=Det(A) = a11a22a33…ann

Setiap hasil kali elementer pasti memuat entri dari baris terakhir (yaitu 0), kecuali a11a22a33…ann.

Det(B) = a11a22a33…ann

B=

Matriks segitiga

Page 67: MATEMATIKA 3 SIPIL

Determinan matriks dengan Determinan matriks dengan baris/kolom nolbaris/kolom nol

Pertanyaan: apakah matriks yang tidak mempunyai inverse determinannya no?

Matriks dengan baris / kolom nol

A= Det(A) = 0

Setiap hasil kali elementer pasti memuat entri dari baris terakhir (yaitu 0). Jadi semua hasil kali elementer adalah nol.

Det(B) =0

B=

a11 a12…….a1j ……a1n

a21 a22 ……a2j…….a2n : : : :ai1 ai2 ……aij…….. ain

: : : :0 0…… 0……. 0

a11 0…….a1j ……a1n

a21 0……a2j…….a2n : : : :ai1 0……aij…….. ain

: : : :an1 0……anj……. ann

Page 68: MATEMATIKA 3 SIPIL

Contoh :Contoh :Hitunglah dengan cepat nilai determinan matriks berikut ini:Hitunglah dengan cepat nilai determinan matriks berikut ini:

12 27 56 11

13 1 23 90

11 35 11 41

0 0 0 0

B

14 98 0 42

15 11 0 54

70 42 0 31

82 74 0 66

K

41 10 14

41 10 14

0 9 1

M

19 0 0

0 0 0

0 0 18

D

Det(D) =0

Det(B) =0

Det(K) =0

Det(M) =0

Page 69: MATEMATIKA 3 SIPIL

Determinan dan operasi Determinan dan operasi baris elementerbaris elementer

Page 70: MATEMATIKA 3 SIPIL

Pengaruh tukar baris pada nilai Pengaruh tukar baris pada nilai determinandeterminan

1 3A'

2 4

3 3 6

B' 2 0 1

1 4 2

1 4 2

B 2 0 1

3 3 6

1 3A

2 4

Det(B) = 45

Det(A) = -2

R1 R2

Det(A’) = 2

Det(B’) = -45

R1 R3

menukar dua baris tanda dari setiap hasil kali elementer

bertanda berubah determinannya (-1) kali determinan

semula.

det(X’) = -det(X)X X’ dengan tukar baris

Page 71: MATEMATIKA 3 SIPIL

Pengaruh perkalian baris dengan skalar Pengaruh perkalian baris dengan skalar pada nilai determinanpada nilai determinan

1 3A'

20 40

1 4 2

B' 2 0 1

1 1 2

1 4 2

B 2 0 1

3 3 6

1 3A

2 4

Det(B) = 45

Det(A) = -2

R2 10 R2

Det(A’) = -20

Det(B’) = 15 = 1/3 det(B)

R3 1/3 R3

satu baris dikalikan dengan konstanta k setiap hasil kali

elementer bertandanya dikalikan k determinannya adalah

k kali determinan matriks semula.

det(X’) = kdet(X)X X’ dengan mengalikan baris dengan k

Page 72: MATEMATIKA 3 SIPIL

Pengaruh jumlahan baris dengan Pengaruh jumlahan baris dengan kelipatan baris lain pada nilai determinankelipatan baris lain pada nilai determinan

1 3A'

4 10

1 4 2

B' 3 1 3

3 3 6

1 4 2

B 2 0 1

3 3 6

1 3A

2 4

Det(B) = 45

Det(A) = -2

R2 R2 + 2R1

Det(A’) = -2

Det(B’) = 45 = det(B)

R2 R2 +1/3 R3

Penjumlahan baris dengan kelipatan baris yang lain tidak

mengubah hasil kali elementer bertanda, jadi nilai

determinannya tidak berubah.det(X’) =

det(X)X X’ dengan menjumlahkan brs dengan kelipatan baris lain:

Page 73: MATEMATIKA 3 SIPIL

Pengaruh operasi baris elementer Pengaruh operasi baris elementer pada nilai determinan pada nilai determinan Kesimpulan:Kesimpulan:

menukar dua baris menukar dua baris tanda dari setiap hasil kali elementer tanda dari setiap hasil kali elementer

bertanda berubah bertanda berubah determinannya (-1) kali determinan determinannya (-1) kali determinan

semula.semula.

satu baris dikalikan dengan konstanta k satu baris dikalikan dengan konstanta k setiap hasil kali setiap hasil kali

elementer bertandanya dikalikan k elementer bertandanya dikalikan k determinannya adlah determinannya adlah

k kali determinan matriks semula.k kali determinan matriks semula.

Penjumlahan baris dengan kelipatan baris yang lain tidak Penjumlahan baris dengan kelipatan baris yang lain tidak

mengubah hasil kali elementer bertanda, jadi nilai mengubah hasil kali elementer bertanda, jadi nilai

determinannya tidak berubah.determinannya tidak berubah.

Page 74: MATEMATIKA 3 SIPIL

Menghitung determinan dengan Menghitung determinan dengan operasi baris elementer (OBE)operasi baris elementer (OBE)

Det(I) = 1

A mempunyai inverse

A I

Det(A)r kali tukar baris

s kali perkalian baris dengan skalar (k1, k2, k3, …, ks),

t kali jumlahkan baris dengan kelipatan baris lain

Det(I) = (-1)r k1 k2 k3 … ks det(A) 1 = (-1)r k1 k2 k3 … ks det(A)Det(A) = (-1)r / (k1 k2 k3 … ks)

Bentuk ebt A

A mempunyai inverse maka det(A) ≠ 0

Page 75: MATEMATIKA 3 SIPIL

Menghitung determinan dengan Menghitung determinan dengan operasi baris elementeroperasi baris elementer

Det(A’) = 0

A TIDAK mempunyai inverse

A

Det(A)r kali tukar baris

s kali perkalian baris dengan skalar (k1, k2, k3, …, ks),

t kali jumlahkan baris dengan kelipatan baris lain

Det(A’) = (-1)r k1 k2 k3 … ks det(A) 0 = (-1)r k1 k2 k3 … ks det(A)

Det(A) = 0

0 0 … 0

A TIDAK mempunyai inverse

Bentuk ebt A Mempunyai

baris nol

Page 76: MATEMATIKA 3 SIPIL

Contoh: menghitung determinan Contoh: menghitung determinan dengan operasi baris elementerdengan operasi baris elementer

B2 =

R2 ¼ * R2

R1 R2

B2 direduksi menjadi matriks identitas dengan2 kali tukar baris, sekali mengalikan dengan konstanta ¼

Det(B2) = (-1) 2 1/( ¼ )

= (+1) . 1/(1/4) = 1/( ¼ ) = 4

0 4 0

0 0 1

1 0 0

R2 R3

1 0 0

0 1 0

0 0 1

1 0 0

0 4 0

0 0 1

0 4 0

1 0 0

0 0 1

I

Page 77: MATEMATIKA 3 SIPIL

Aplikasi determinan: Aplikasi determinan: Aturan CramerAturan Cramer

Aplikasi determinan untuk Aplikasi determinan untuk menyelesaiakan Sistem menyelesaiakan Sistem

Persamaan LinierPersamaan Linier

Page 78: MATEMATIKA 3 SIPIL

Metode-metode Penyelesaian Metode-metode Penyelesaian SPLSPL

A-1 A x = b

Sebutkan metode-metode penyelesaian SPL yang kamu ketahui! Jawab:

• Metode Eliminasi Substitusi

• Metode Geometris

• Eliminasi Gauss-Jordan

Diberikan SPL Ax = b, dengan A matriks persegi. Jika A mempunyai inverse, maka SPL dapat diselesaikan dengan menggunakan A-1 dan menggunakan determinan (Aturan Cramer).

Dengan menggunakan inverse SPL sbb:Kalikan kedua ruas dengan A-1

A-1

I x = A-1bPenyelesaian SPL

Page 79: MATEMATIKA 3 SIPIL

Penyajian SPL dengan persamaan Penyajian SPL dengan persamaan matriksmatriks

a11x1 + a12x2 + a13x3 +… + a1nxn = b1

a21x1 + a22x2 + a23x3 +…+ a2nxn = b2

:

an1x1 + an2x2 + an3x3 + …+ annxn = bn

x = b =

matriks koefisien

SPL

a11 a12 a13 … a1n

a21 a22 a23 … a2n

:

an1 an2 an3 … ann

x1

x2

:

xn

b1

b2

:

bn

A =

Ax = b

Page 80: MATEMATIKA 3 SIPIL

Aturan CramerAturan Cramer

x = b =

a11 a12 … a1j … a1n

a21 a22 … a2j … a2n

:

an1 an2 … anj … ann

x1

x2

:

xn

b1

b2

:

bn

A =

b1 a12 … a1j … a1n

b2 a22 … a2j … a2n

:

bn an2 … anj … ann

A1 =

a11 a12 … b1 … a1n

a21 a22 … b2 … a2n

:

an1 an2 … bn … ann

Det(Aj) =

Penyelesaian SPL:

xj = det(Aj)/ det(A)

j = 1, 2, …, n

Page 81: MATEMATIKA 3 SIPIL

Contoh:Contoh:x + y + z =2

2x - y - z =1

x - y + 2z =-3

SPL

SPL dalam persamaan matriks

1 1 22 -1 -11 -1 2

x

yz

1

1-3

=

A1=

A2=

1 1 21 -1 -1

-3 -1 2

1 1 22 1 -11 -3 2

A3=

1 1 12 -1 11 -1 -3

A

X = det(A1)/det(A) =-10/(-10) = 1

y = det(A2)/det(A) =-20/(-10) = 2

z = det(A3)/det(A) = 10/(-10) = -1

Det(A1) = -10

Det(A2) = -20

Det(A3) = 10

Det(A) = 10

Page 82: MATEMATIKA 3 SIPIL

Kapan Aturan Cramer bisa diterapkan Kapan Aturan Cramer bisa diterapkan

Kapan Aturan Cramer bisa diterapkan?Kapan Aturan Cramer bisa diterapkan?Karena menggunakan determinan matriks koefisien Karena menggunakan determinan matriks koefisien sebagai pembagi, maka Aturan Cramer dapat diterapkan sebagai pembagi, maka Aturan Cramer dapat diterapkan jika matriks koefisiennya persegi dan determinannya tidak jika matriks koefisiennya persegi dan determinannya tidak nol (atau matriks koefisien mempunyai inverse.nol (atau matriks koefisien mempunyai inverse.

xj = det(Aj)/ det(A) j = 1, 2, …, n

SPL: Ax = b

Dengan Aturan Cramer, penyelesaian dapat diperoleh dengan rumus berikut ini

Page 83: MATEMATIKA 3 SIPIL

Invers matriksInvers matriks

Page 84: MATEMATIKA 3 SIPIL

INVERS MATRIKSINVERS MATRIKS• Definisi :Definisi :

Jika A dan B adalah sebarang matriks Jika A dan B adalah sebarang matriks bujur sangkar sedemikian sehingga bujur sangkar sedemikian sehingga AB=BA=I. Maka B merupakan invers dari AB=BA=I. Maka B merupakan invers dari A atau AA atau A-1-1 dan sebaliknya. Matriks yang dan sebaliknya. Matriks yang mempunyai invers disebut invertible atau mempunyai invers disebut invertible atau non singular.non singular.

• Untuk mendapatkan AUntuk mendapatkan A-1-1, dapat dilakukan , dapat dilakukan dengan cara : dengan cara : 1. Metode Matriks Adjoint / Determinan1. Metode Matriks Adjoint / Determinan2. Metode Operasi Baris Elementer (OBE) 2. Metode Operasi Baris Elementer (OBE)

atau Operasi Kolom Elementer (OKE)atau Operasi Kolom Elementer (OKE)

Page 85: MATEMATIKA 3 SIPIL

Mencari Invers dengan Matriks Adjoint

Ingat kembali sifat matriks adjoint, yaitu :A adj(A) = adj(A) A = |A| I

Jika |A| ≠ 0, maka :

A = A = I

||

)(

A

Aadj

||

)(

A

Aadj

||

)(

A

Aadj

Menurut definisi matriks invers :

A A-1 = A-1 A = I

Ini berarti bahwa :

A-1 = dengan |A| ≠ 0

Page 86: MATEMATIKA 3 SIPIL

Carilah invers dari A =

dc

ba

Solusi :C11 = M11 = d

C12 = - M12 = - c

C21 = - M21 = - b

C22 = M22 = a

adj(A) =

2212

2111

CC

CC=

ac

bd

| A | = ad – bc

A-1 = ||

)(

A

Aadj=

ac

bd

bcad 1

Page 87: MATEMATIKA 3 SIPIL

Carilah invers dari A =

321

231

442

Solusi : C11 = M11 = - 5

C12 = - M12 = 1

C13 = M13 = 1

C21 = - M21 = 4

C22 = M22 = - 2

C23 = - M23 = 0

C31 = M31 = - 4

C32 = - M32 = 0

C33 = M33 = 2

adj(A) =

332313

322212

312111

CCC

CCC

CCC

=

201

021

445

|A| = a11C11 + a12C12 + a13C13 = (2)(-5) + (4)(1) + (4)(1) = - 2

A-1 = ||

)(

A

Aadj=

2

1

201

021

445

=

10

01

22

21

21

25

Page 88: MATEMATIKA 3 SIPIL

Mencari invers dengan OBE

Jika A matriks persegi non singular, dengan OBE terhadap A dapatdireduksi menjadi bentuk normal I sedemikian hingga :

P A = I

dengan P hasil penggandaan matriks elementer (baris).

Selanjutnya, P A = IP-1 P A = P-1 II A = P-1

A = P-1

Ini berarti A-1 = P

Dengan demikian hasil penggandaan matriks elementer (baris) ini padahakekatnya adalah invers dari matriks A.

Teknis pencarian invers dengan OBE :

(A | I) ~ (I | A-1)

Page 89: MATEMATIKA 3 SIPIL

Mencari invers dengan OKE

Jika A matriks persegi non singular, dengan OKE terhadap A dapatdireduksi menjadi bentuk normal I sedemikian hingga :

A Q = I

dengan Q hasil penggandaan matriks elementer (kolom).

Selanjutnya, A Q = IA Q Q-1 = I Q-1

A I = Q-1

A = Q-1

Ini berarti A-1 = Q

Dengan demikian hasil penggandaan matriks elementer (kolom) ini padahakekatnya adalah invers dari matriks A.

Teknis pencarian invers dengan OKE :

~

I

A

1A

I

Page 90: MATEMATIKA 3 SIPIL

Carilah invers dari B =

321

231

442dengan melakukan OBE !

Solusi :

(B | I) =

100321

010231

001442 H13

001442

010231

100321 H21(1)

201200

110110

100321

H31(2)

H1(-1)

H3(-1/2)

10100

110110

100321

21

H13(-3)

H23(1)

10100

01010

20021

21

21

23 H12(-2)

10100

01010

22001

21

21

25

= (I | B-1)

Jadi B-1 =

10

01

22

21

21

25

~ ~ ~

~~

Page 91: MATEMATIKA 3 SIPIL

Carilah invers dari B =

321

231

442dengan melakukan OKE !

Solusi :

I

B=

100

010

001321

231

442K21(-2)

K31(-2)

100

010

221101

011

002K12(-1)

100

011

223101

010

002K13(-1)

101

011

225100

010

002K1(1/2)

10

01

22100

010

001

21

21

25

K3(-1)

10

01

22100

010

001

21

21

25

=

1B

I

~ ~ ~ ~

~

Jadi B-1 =

10

01

22

21

21

25

Page 92: MATEMATIKA 3 SIPIL

Sifat-sifat Matriks Invers

(1) Matriks invers (jika ada) adalah tunggal (uniqe)

Andaikan B dan C adalah invers dari matriks A, maka berlaku :AB = BA = I, dan jugaAC = CA = ITetapi untuk : BAC = B(AC) = BI = B ....................(*)

BAC = (BA)C = IC = C .....................(**)Dari (*) dan (**) haruslah B = C.

(2) Invers dari matriks invers adalah matriks itu sendiri.

Andaikan matriks C = A-1, berarti berlaku :AC = CA = I (*)Tetapi juga berlaku C C-1 = C-1 C = I (**)Dari (*) dan (**) berarti :C-1 = A(A-1)-1 = A.

Page 93: MATEMATIKA 3 SIPIL

Sifat-sifat Matriks Invers

(3) Matriks invers bersifat nonsingular (determinannya tidak nol )

det (A A-1) = det (A) det (A-1)det (I) = det (A) det (A-1)1 = det (A) det (A-1) ; karena det (A) 0 , maka :

det (A-1) =

ini berarti bahwa det (A-1) adalah tidak nol dan kebalikan dari det (A).)det(

1

A

(4) Jika A dan B masing-masing adalah matriks persegi berdimensi n, dan berturut-turut A-1 dan B-1 adalah invers dari A dan B, maka berlaku hubungan : (AB)-1 = B-1 A-1

(AB) (AB)-1 = (AB)-1 (AB) = I (*)di sisi lain :(AB) (B-1 A-1) = A(BB-1) A-1 = A I A-1 = A A-1 = I(B-1 A-1) (AB) = B-1(A-1A) B = B-1 I B = B-1 B = I (**)

Menurut sifat (1) di atas matriks invers bersifat uniqe (tunggal), karena itu dari (*) dan (**) dapatlah disimpulkan bahwa (AB)-1 = B-1 A-1 .

Page 94: MATEMATIKA 3 SIPIL

Sifat-sifat Matriks Invers

(5) Jika matriks persegi A berdimensi n adalah non singular, maka berlaku (AT)-1 = (A-1)T .

Menurut sifat determinan : AT = A 0, oleh sebab itu (AT)-1 ada, dan haruslah :(AT)-1 AT = AT (AT)-1 = I (*)Di sisi lain menurut sifat transpose matriks :(A A-1)T= (A-1)T AT

IT= (A-1)T AT

(A-1)T AT = I, hubungan ini berarti bahwa (A-1)T adalah juga invers dari AT. Padahal invers matriks bersifat tunggal, oleh karena itu memperhatikan (*),haruslah :(A-1)T = (AT)-1 .

Page 95: MATEMATIKA 3 SIPIL

Vektor dan SkalarVektor dan Skalar

Page 96: MATEMATIKA 3 SIPIL

VektorVektor adalah Besaran yang mempunyai besar adalah Besaran yang mempunyai besar dan arah.dan arah.Contoh :Contoh :• Kecepatan, momentum, berat, percepatan, Kecepatan, momentum, berat, percepatan,

gaya dan lain-laingaya dan lain-lain

SkalarSkalar adalah besaran yang mempunyai besar adalah besaran yang mempunyai besar tapi tanpa arah.tapi tanpa arah.Contoh :Contoh :• Volume, massa, panjang, waktu dan lain-lainVolume, massa, panjang, waktu dan lain-lain

Vektor dan Skalar

Page 97: MATEMATIKA 3 SIPIL

Penyajian VektorPenyajian Vektor• Ekor panah disebut ttk pangkalEkor panah disebut ttk pangkal

• Arah panah menentukan Arah panah menentukan

arah vektorarah vektor

• Panjang panah menentukanPanjang panah menentukan

arah vektorarah vektor

• Ujung panah disebutUjung panah disebut

ttk ujungttk ujung

• Maka vektor v =Maka vektor v =

VV = AB = AB

Page 98: MATEMATIKA 3 SIPIL

98

Aljabar VektorAljabar Vektor

1. Vektor-vektor yang panjang dan 1. Vektor-vektor yang panjang dan arahnya samaarahnya sama

vv = = ww = = zz

Page 99: MATEMATIKA 3 SIPIL

2. Vektor negatif Adalah vektor yang 2. Vektor negatif Adalah vektor yang besarnya sama tetapi arahnya besarnya sama tetapi arahnya terbalik/berlawananterbalik/berlawanan

Page 100: MATEMATIKA 3 SIPIL

3. Vektor Nol Vektor yang panjangnya nol Dinyatakan dengan O

4. Penjumlahan Vektor

+

Page 101: MATEMATIKA 3 SIPIL

5. Jika v adalah suatu vektor tak nol dan k adalah suatu bilangan real tak nol (skalar), maka hasil kali kv didefinisikan sebagai vektor yang panjangnya (k*panjang v)dan yang arahnya sama dengan arah v jika k>0 dan berlawanan arah dengan v jika k< 0

Page 102: MATEMATIKA 3 SIPIL

Jika a, b dan c adalah vektor-vektor serta m dan n Jika a, b dan c adalah vektor-vektor serta m dan n adalah skalar, maka :adalah skalar, maka :1. a + b = b + a 1. a + b = b + a ; Hukum Komutatif ; Hukum Komutatif untuk penjumlahanuntuk penjumlahan2. a + (b+c) = (a+b)+c ; Hukum Assosiatif 2. a + (b+c) = (a+b)+c ; Hukum Assosiatif

untuk untuk penjumlahanpenjumlahan3. ma = am ; Hukum Komutatif untuk 3. ma = am ; Hukum Komutatif untuk perkalian perkalian 4. m(na) = (mn)a ; Hukum Asosiatif untuk 4. m(na) = (mn)a ; Hukum Asosiatif untuk perkalianperkalian5. (m+n) a = ma + na ; Hukum Distributif5. (m+n) a = ma + na ; Hukum Distributif6. m (a + b) = ma + mb ; Hukum Distributif6. m (a + b) = ma + mb ; Hukum Distributif

Hukum Aljabar Vektor

Page 103: MATEMATIKA 3 SIPIL

1.1. Vektor dalam bidangVektor dalam bidang

OP = a (sepanjang OX) + b (sepanjang OY)OP = a (sepanjang OX) + b (sepanjang OY)

Jika i sebagai vektor satuan dalam arah oxJika i sebagai vektor satuan dalam arah ox

j sebagai vektor satuan dalam arah OYj sebagai vektor satuan dalam arah OY

maka : a = ai dan b = bjmaka : a = ai dan b = bj

Dengan demikian vektor OP = dapat ditulis Dengan demikian vektor OP = dapat ditulis sebagai :sebagai :

R = ai + bjR = ai + bj

y

xo

rp

Ѳa

b

Komponen-Komponen Vektor

Page 104: MATEMATIKA 3 SIPIL

2. Vektor dalam ruang2. Vektor dalam ruang Vektor OP dalam ruang atau dalam sistem koordinat OX, OY, Vektor OP dalam ruang atau dalam sistem koordinat OX, OY,

OZ dapat dilihat pada gambar berikut:OZ dapat dilihat pada gambar berikut:

Misal : OP = ai + bj + ck, maka : |r | = panjang vektor OP =OP = a² + b² + c²

x

y

p

z

o

b

c

a

r

Page 105: MATEMATIKA 3 SIPIL

HASIL KALI TITIK DAN SILANGHASIL KALI TITIK DAN SILANG

1. Hasil kali titik1. Hasil kali titik

Hasil kali titik (skalar) dua vektor A dan B Hasil kali titik (skalar) dua vektor A dan B

didefinisikan : didefinisikan :

A A B = B = AA BB cos cos dengan : dengan : AA dan dan BB masing-masing panjang vektor A masing-masing panjang vektor A

dan Bdan B adalah sudut antara vektor A dan B ( 0 adalah sudut antara vektor A dan B ( 0

) )

Page 106: MATEMATIKA 3 SIPIL

Hukum-hukum yang berlaku pada perkalian skalar

1. A B = B A2. A (B+C) = A B + A C3. m (A B) = (mA) B = A (mB) , m adalah

skalar4. i i = j j = k k = 1 , i j = j k = k i = 05. Jika A = a1 i + a2 j + a3 k dan B = b1 i +

b2 j + b3 k maka A B = a1 b1 +a2 b2 + a3 b36. Jika A B = 0 dan A , B bukan vektor nol,

maka A dan B tegak lurus.

Page 107: MATEMATIKA 3 SIPIL

Hasil kali silang (vektor) dari A dan B adalah vektor C yang arahnya tegak Hasil kali silang (vektor) dari A dan B adalah vektor C yang arahnya tegak lurus vektor A dan B dengan mengikuti kaidah tangan kanan yang lurus vektor A dan B dengan mengikuti kaidah tangan kanan yang didefinisikan sebagai berikut :didefinisikan sebagai berikut :

A x B = A x B = AABB sin sin u u dengan :dengan :

- - adalah sudut antara A dan B ( 0 adalah sudut antara A dan B ( 0 ) )

- u adalah vektor satuan yang menunjukkan - u adalah vektor satuan yang menunjukkan

arah dari Carah dari C

2. Hasil Kali Silang

Page 108: MATEMATIKA 3 SIPIL

Hukum-hukum yang berlaku pada perkalian

silang (vektor) :1. A x B = - B x A

2. A x (B+C) = A x B + A x C

3. m (A x B) = (mA) x B = A x (mB) = (A x B)m, m adalah skalar

4. i x i = j x j = k x k = 0 , i x j = k , j x k = i , k x i = j

5. jika A = a1 i + a2 j + a3 k dan B = b1 i + b2 j + b3 k , maka :

= (a2b3 - b2a3) i - (a1b3 - b1a3) j + (a1b2 - b1a2) k

6. Besarnya A x B = luas jajaran genjang dengan sisinya vektor A dan B

7. Jika A x B = 0 dan A = B 0 maka A dan B sejajar.

321

321

bbb

aaa

kji

BA x

Page 109: MATEMATIKA 3 SIPIL

ContohContohDiketahui Vektor A = 2i – 3j + k Diketahui Vektor A = 2i – 3j + k

B = – i + 4j + 5kB = – i + 4j + 5k

Maka :Maka :

1. A + B = (2 – 1) i + (–3 + 4) j + (1 + 5) k1. A + B = (2 – 1) i + (–3 + 4) j + (1 + 5) k

= i + j + 6k= i + j + 6k

2. A – B = (2 + 1) i + (–3 – 4) j + (1 – 5) k2. A – B = (2 + 1) i + (–3 – 4) j + (1 – 5) k

= 3i – 7j – 4k= 3i – 7j – 4k

3. A . B = (2)(-1) + (-3)(4) + (1)(5)3. A . B = (2)(-1) + (-3)(4) + (1)(5)

= -2 – 12 + 5 = -9= -2 – 12 + 5 = -9

Page 110: MATEMATIKA 3 SIPIL

4. 4.

= { (-3)(5) – (1)(4) }i – { (2)(5) – (1)(-= { (-3)(5) – (1)(4) }i – { (2)(5) – (1)(-1) }j 1) }j

+ { (2)(4) – (-1)(-3) }k+ { (2)(4) – (-1)(-3) }k

= (-15 – 4)i – (10 + 1)j + (8 – 3)k= (-15 – 4)i – (10 + 1)j + (8 – 3)k

= -19i – 11j + 5k= -19i – 11j + 5k

541-

13-2

kji

BA x

Page 111: MATEMATIKA 3 SIPIL

Hasil Kali Tripel dari Vektor A, B dan CHasil Kali Tripel dari Vektor A, B dan C

Hasil kali titik dan silang dari 3 buah Hasil kali titik dan silang dari 3 buah vektor A, B, dan C vektor A, B, dan C

dapat berbentuk :dapat berbentuk :

a. (A a. (A B) B) xx C C berupa vektorberupa vektor

b. A b. A (B (B xx C) C) berupa berupa skalarskalar

c. A c. A xx (B (B xx C) C) berupa berupa vektorvektor

Page 112: MATEMATIKA 3 SIPIL

Hasil Kali Tripel SkalarHasil Kali Tripel Skalar

xx

y

Ѳ = Sudut antara = Sudut antara dan

B & A B x A

C

C

B

A

B x A

Hasil kali tripel skalar dari vektor A,B & C adalah

Dimana = Luas jajaran genjang

= Tinggi paralelepipidum

jadi = merupakan volume paralelepipidum

cos|C|sin |B | | A|

cos |C||B x A| C).B x A(

sin |B | | A| cos|C|

C).B x A(

Ø

Page 113: MATEMATIKA 3 SIPIL

JikaJika

Karena perkalian skalar bersifat komutatif, Karena perkalian skalar bersifat komutatif, maka :maka :

Menurut sifat determinan, diperoleh :Menurut sifat determinan, diperoleh :

Hasil kali tripel skalar memenuhi hukum : Hasil kali tripel skalar memenuhi hukum :

maka ,k c j c i c C

k b j b i b B

k a j a i a A

321

321

321

321

321

321

ccc

bbb

aaa

(BxC) .A

C . BA x C x B .A

B) (A x . C A) x (C . B C) x (B .A

sebidang Cdan B , A

vektor- vektorjika hanya & jika 0 C) x (B .A

Page 114: MATEMATIKA 3 SIPIL

Hasil Kali Tripel VektorHasil Kali Tripel VektorHasil kali tripel vektor dapat dinyatakan :Hasil kali tripel vektor dapat dinyatakan :

Untuk membuktikan pernyataan tersebut digunakan Untuk membuktikan pernyataan tersebut digunakan

Perhitungan sebagai berikut =Perhitungan sebagai berikut =

A B) . C( - B )A . C( C x )B x A(

C )B . A( - B )C . A( )C x B( x A

maka ,k c j c i c C

k b j b i b B

k a j a i a A Misalkan

321

321

321

122131132332

321

321

321321

cb cbcb - cbcb - cb

aaa

kji

ccc

bbb

kji

xk) a j a i(a )C x B( x A

Page 115: MATEMATIKA 3 SIPIL

Medan SkalarMedan Skalar Ø Ø adalah jika pada tiap-tiap adalah jika pada tiap-tiap titik (x,y,z) dari suatu daerah R dalam ruang titik (x,y,z) dari suatu daerah R dalam ruang dikaitkan sebuah bilangan atau skalar dikaitkan sebuah bilangan atau skalar Ø Ø (x,y,z).(x,y,z).

contoh:contoh:

1. Temperatur pada setiap titik didalam 1. Temperatur pada setiap titik didalam atau di atas atau di atas

permukaan bumi pada suatu saat tertentu permukaan bumi pada suatu saat tertentu

mendefinisikan sebuah medan skalar.mendefinisikan sebuah medan skalar.

2. Ø (x,y,z) = x2. Ø (x,y,z) = x33 y - z y - z33 mendefinisikan sebua mendefinisikan sebua medan medan

skalar. skalar.

Medan Skalar

Page 116: MATEMATIKA 3 SIPIL

Medan Vektor U adalah jika pada tiap-tiap titik Medan Vektor U adalah jika pada tiap-tiap titik (x,y,z) dar suatu daerah R dalam ruang dikaitkan (x,y,z) dar suatu daerah R dalam ruang dikaitkan sebuah vektor V(x,y,z).sebuah vektor V(x,y,z).

Contoh:Contoh:

1. Jika kecepatan pada setiap titik (x,y,z) dalam 1. Jika kecepatan pada setiap titik (x,y,z) dalam

sebuah fluida yang sedang bergerak diketahui sebuah fluida yang sedang bergerak diketahui

pada suatu saat tertentu, maka sebuah medan pada suatu saat tertentu, maka sebuah medan

vektor terdefinisi.vektor terdefinisi.

2. 2.

medefinisikan sebuah medan vektormedefinisikan sebuah medan vektor

Medan Vektor

k z x jz2y iy x z)y,V(x, 232

Page 117: MATEMATIKA 3 SIPIL

Diferensial VektorDiferensial Vektor

Page 118: MATEMATIKA 3 SIPIL

DIFERENSIAL VEKTORDIFERENSIAL VEKTOR  

Fungsi VektorFungsi VektorJika untuk setiap nilai skalar t dikaitkan dengan suatu vektor Jika untuk setiap nilai skalar t dikaitkan dengan suatu vektor V, maka V dinamakan suatu fungsi dari t dan dinyatakan V, maka V dinamakan suatu fungsi dari t dan dinyatakan dengan V(t). dengan V(t). Dalam tiga dimensi kita menulis :Dalam tiga dimensi kita menulis :

  V(t) = VV(t) = Vxx(t) i + V(t) i + Vyy(y) j + V(y) j + Vzz(t) k(t) k

  Suatu vektor fungsi t secara grafik dilukiskan sebagai Suatu vektor fungsi t secara grafik dilukiskan sebagai lengkung dalam ruang, yaitu :lengkung dalam ruang, yaitu :

   z

xy

y

t2

P(R, Y, Z)

t1

Page 119: MATEMATIKA 3 SIPIL

Turunan Fungsi VektorTurunan Fungsi Vektor

Turunan dari vektor fungsi V = V(t) didefinisikan Turunan dari vektor fungsi V = V(t) didefinisikan

sebagai limit :sebagai limit :

  

Dalam gambar berikut dapat dijelaskan sbb :Dalam gambar berikut dapat dijelaskan sbb :

  

o

V (t+

Δt) ΔV

P1

dt

vd

P(x,y,z))(tv

t

v lim

t

(t)v- t)(tv lim

dt

vd

0t

0t

Page 120: MATEMATIKA 3 SIPIL

dV/dt = dVdV/dt = dVxx/dt i + dV/dt i + dVyy/dt j + dV/dt j + dVzz/dt k/dt k

  

Rumus Diferensial :Rumus Diferensial :

1.1.d(A+B)/dt = dA/dt + dB/dtd(A+B)/dt = dA/dt + dB/dt

2.2.d(Ad(AB)/dt = dA/dt B)/dt = dA/dt B + A B + A dB/dt dB/dt

3.3.d(Ad(AxxB)/dt = dA/dt B)/dt = dA/dt xx B + A B + A xx dB/dt dB/dt

4.4.d(d(A)/dt = dA/dt A)/dt = dA/dt + + dA/dt dA/dt

5.5.d(Ad(ABxC)/dt = dA/dt BxC)/dt = dA/dt BxC + A BxC + A dB/dt x C + A dB/dt x C + A B x dC/dt B x dC/dt

6.6.d(Ax(BxC))/dt = dA/dt x (BxC) + A x (dB/dt x C) + A x (B x d(Ax(BxC))/dt = dA/dt x (BxC) + A x (dB/dt x C) + A x (B x dC/dt)dC/dt)

Jika lim V/t = dV/dt ada , maka limitnya akan berupa sebuah vektor yang searah dengan garis singgung pada kurva ruang di (x,y,z) dan dinyatakan sebagai :

Page 121: MATEMATIKA 3 SIPIL

Contoh :Contoh :

Bila sebuah partikel bergerak sepanjang sebuah kurva yang Bila sebuah partikel bergerak sepanjang sebuah kurva yang persamaan parameternya adalah : persamaan parameternya adalah :

x = ex = e-t-t , y = 2 cos 3t dan z = 2 sin 3t dalam t waktu, maka , y = 2 cos 3t dan z = 2 sin 3t dalam t waktu, maka ::

1.1.tentukan kecepatan dan percepatan pada setiap saat !tentukan kecepatan dan percepatan pada setiap saat !

2.2.hitung besar kecepatan dan percepatan pada waktu t = 0 !hitung besar kecepatan dan percepatan pada waktu t = 0 !

Jawab :a. Vektor posisi r dari partikel adalah : r = x i + y j + z k

r = e-t i + 2 cos 3t j + 2 sin 3t k Kecepatan V = dr/dt = -e-t i – 6 sin 3t j + 6 cos 3t k Percepatan a = dV/dt = e-t i - 18 cos 3t j – 18 sin 3t k b. Untuk t = 0 maka V = -i + 6k V = (-1)2 + 62 = 37 dan a = i – 18 j a = (1)2 + (-18)2 = 325

Page 122: MATEMATIKA 3 SIPIL

Turunan Parsial VektorTurunan Parsial Vektor

Jika sebuah vektor yang bergantung lebih dari pada satu Jika sebuah vektor yang bergantung lebih dari pada satu variabel skalar, misal variabel skalar, misal x,yx,y dan dan zz yang ditulis : yang ditulis :

Turunan parsial terhadap Turunan parsial terhadap x,y x,y dandan z z jika limitnya ada, jika limitnya ada, didefinisikan:didefinisikan:

A A x y z ( , , )

A

A

x

A x x y z A x y z

xx

lim( , , ) ( , , )

0

A

y

A x y y z A x y z

yy

lim( , , ) ( , , )

0

A

z

A x y z z A x y z

zz

lim( , , ) ( , , )

0

Page 123: MATEMATIKA 3 SIPIL

Untuk turunan yang lebih tinggi didefinisikan sbb.:Untuk turunan yang lebih tinggi didefinisikan sbb.:

2

2

2

2

2

2

A

x x

A

x

A

y y

A

y

A

z z

A

z

, ,

2 2A

x y x

A

y

A

y x y

A

x

,

3

3

2

2

3 2A

z z

A

z

A

x y z x

A

y zdst

, ,.........., .

Page 124: MATEMATIKA 3 SIPIL

Aturan-aturan untuk turunan parsial dari vektor-vektor mirip Aturan-aturan untuk turunan parsial dari vektor-vektor mirip dengan yang dipergunakan dalam kalkulus elementer dari dengan yang dipergunakan dalam kalkulus elementer dari fungsi-fungsi skalar.fungsi-fungsi skalar.

Jadi jika dan adalah fungsi-fungsi dari x,y dan z, maka :Jadi jika dan adalah fungsi-fungsi dari x,y dan z, maka :

1. 1.

2.2.

3.3.

Contoh:Contoh:

1. Jika A=(2x1. Jika A=(2x22y-xy-x44)i + (e)i + (exyxy – y sin x)j + (x – y sin x)j + (x22cos y)kcos y)k

tentukan : tentukan :

A B

2

2

2

2

2

2xA B

A

xB A

B

x( , )

2

2

2

2

2

2xA B

A

xB A

B

x( , )

2

2 2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2y xA B

y xA B

y

A

xB A

B

x( , ) ( )

A

x

A

y

A

x

A

y

A

x y

A

y x, , , , ,

2

2

2

2

2 2

Page 125: MATEMATIKA 3 SIPIL

Contoh:Contoh: Jika A=(2xJika A=(2x22y-xy-x44)i + (e)i + (exyxy – y sin x)j + (x – y sin x)j + (x22cos y)kcos y)k

tentukan : tentukan :

jawab :jawab :

A

x

A

y

A

x

A

y

A

x y

A

y x, , , , ,

2

2

2

2

2 2

ky cos2x j x)cosy e(y i )4x -(4xy xy3 x

A

ky sin x- j sin x) e(x i 2x 2xy2 y

A

ky cos 2 j sin x)y e(y i )12x -(4y xy222

2

x

A

ky cos x- j e x 2xy22

2

y

A

ky sin 2x - j x)cos exy (e i4x xyxy2

yx

A

ky sin 2x j x)cos e xy (e i4x xyxy2

xy

A

Page 126: MATEMATIKA 3 SIPIL

Gradien, Divergensi & Gradien, Divergensi & CurlCurl

Page 127: MATEMATIKA 3 SIPIL

Gradien, Divergensi dan CurlGradien, Divergensi dan Curl

GradienGradienMis.Mis. (x,y,z) terdefinisi & differensiabel pada (x,y,z) terdefinisi & differensiabel pada tiap-tiap titik (x,y,z) dalam suatu daerah tiap-tiap titik (x,y,z) dalam suatu daerah tertentu dari ruang, maka gradien tertentu dari ruang, maka gradien , , didefinisikan sebagai berikut:didefinisikan sebagai berikut:

  Grad. Grad. = =

  Komponen dari Komponen dari dalam arah sebuah dalam arah sebuah vektor satuan a diberikan oleh vektor satuan a diberikan oleh ..aa dan dan disebut turunan arah dari disebut turunan arah dari pada arah pada arah aa..Secara fisis, ini adalah laju perubahan Secara fisis, ini adalah laju perubahan pada (x,y,z) dalam arah pada (x,y,z) dalam arah aa..

  

x

iy

jz

k

Page 128: MATEMATIKA 3 SIPIL

contohcontohJika , carilah (atau grad )pada Jika , carilah (atau grad )pada

titiktitik

(1,-2,-1).(1,-2,-1).

Jawab :Jawab :

232 zy -y 3x z)y,(x,

)zy -y (3x k) z

j y

i x

( 232

)zy -y (3x z

k )zy -y (3x y

j )zy -y (3x x

i 232232232

k z2y - j )zy3(3x ixy 6 3222

k 12)2( j })1()2(3 {3(1) i )2)(1(6 3222

k 16 - 9j - 12i-

Page 129: MATEMATIKA 3 SIPIL

Carilah vektor satuan yang tegak lurus terhadap Carilah vektor satuan yang tegak lurus terhadap permukaan permukaan

xx22y + 2xz = 4 pada titik (2,-2,3)y + 2xz = 4 pada titik (2,-2,3)

Jawab:Jawab:

(x(x22y + 2xz - 4 = (2xy + 2z)i + (xy + 2xz - 4 = (2xy + 2z)i + (x22)j + (2x)k)j + (2x)k

= ( -2i + 4j + 4k) pada us (2,-2,3)= ( -2i + 4j + 4k) pada us (2,-2,3)

Maka vektor satuan terhadap permukaan atas :Maka vektor satuan terhadap permukaan atas :

= =

  

Contoh :Contoh :

Jika Jika (x,yz) = 3x (x,yz) = 3x22y-yy-y22zz22, contoh , contoh (grad (grad ) pada titik (1,-2,-1)) pada titik (1,-2,-1)

Jawab:Jawab:

= =

= (6xy)i + (3x= (6xy)i + (3x22 – 3y – 3y22zz22)j – (2y)j – (2y33z)kz)k

= -12 i – 9 j – 16 k.= -12 i – 9 j – 16 k.

2 4 4

2 4 4

1

3

2

3

2

32 2 2

i j ki j k

( )

x

iy

jz

k x y y z

3 2 3 2

Page 130: MATEMATIKA 3 SIPIL

Cari lah sudut antara pemukaan xCari lah sudut antara pemukaan x22 + y + y22 + z + z22 = 9 = 9

Dan z = xDan z = x22 +y +y22 – 3, pada titik (2,-1,2) – 3, pada titik (2,-1,2)

Jawab :Jawab :Normal terhadap xNormal terhadap x22 + y + y22 + z + z22 = 9 di (2,-1,2) = 9 di (2,-1,2)

adalah : adalah : xx11 = = (x (x22 + y + y22 + z + z22) = 2x i + 2y j + ) = 2x i + 2y j + 2z k = 4i – 2j +4k2z k = 4i – 2j +4k

Normal terhadap xNormal terhadap x22 + y + y22 – z = 3 di (2,-1,2) – z = 3 di (2,-1,2) adalah : adalah : xx22 = = (x (x22 + y + y22 – z) = 2x i + 2y j – k = – z) = 2x i + 2y j – k = 4i – 2j – k 4i – 2j – k

0

222222

21

21

54 0,5819 cosax jadi

0,5819 63

218

216

4- 4 16

(-1) (-2) 4 . 4 (-2) 4

k)- 2j - (4i . 4k) 2j - (4i

|x| . |x|

)x( . )x( cos

Page 131: MATEMATIKA 3 SIPIL

DivergensiDivergensi

Misal V(x,y,z) = VMisal V(x,y,z) = V11 i + V i + V22 j + V j + V33 k terdefinisi dan k terdefinisi dan

diferensiabel pada daerah tertentu dari ruang.diferensiabel pada daerah tertentu dari ruang.

Maka divergensi V di tulis atau div.V di Maka divergensi V di tulis atau div.V di

definisikan oleh :definisikan oleh :

V.

z

V

y

V

x

V

)k V jV iV ( )k z

jy

ix

( V.

321

321

Page 132: MATEMATIKA 3 SIPIL

Tentukan konstanta a sehingga Tentukan konstanta a sehingga vektor : V = (x +3y) i + vektor : V = (x +3y) i + (y – 2z) j + (x + az) k adalah (y – 2z) j + (x + az) k adalah solenoidal jawab :solenoidal jawab :

sebuah vektor adalah soleoidal jika sebuah vektor adalah soleoidal jika divergensinya nol. divergensinya nol.

2- a apabila 0 2 a V . maka

a 2 a 1 1

ay) x (z

2z) y (y

3y) x (x

V .

Contoh :

Page 133: MATEMATIKA 3 SIPIL

CurlCurlJika V(x,y,z) adalah sebuah Jika V(x,y,z) adalah sebuah xx dan vektor deferensiabel, dan vektor deferensiabel, maka Curl atau rotasi dari V ditulis : Curl V atau Rot V, maka Curl atau rotasi dari V ditulis : Curl V atau Rot V, didefinisikan oleh :didefinisikan oleh :

==

==

==

xv

xi

yj

zk V i V j V k

1 2 3

i j k

v v vx y z

1 2 3

y z x z x y

v vi

v vj

v vk

2 3 1 3 1 2

ky

v

x

vj

z

v

x

vi

z

v

y

v

121323

Page 134: MATEMATIKA 3 SIPIL

ContohContoh Jika V = w x r, buktikan wJika V = w x r, buktikan w

dimana w = sebuah vektor konstantadimana w = sebuah vektor konstanta

jawab :jawab :

misal w = wmisal w = w11 i + w i + w22 j + w j + w33 k k

r = x i + y j + z k , maka :r = x i + y j + z k , maka :

V curl2

1

zyx

www

kji

x r) x (wx xV V curl 321

k )x w-y (w j )z w-x (w i y) w- z(wx 211332

x w-y wz w-x wy w- zwzyx

kji

211332

Page 135: MATEMATIKA 3 SIPIL

ContohContoh Jika V = w x r, buktikan wJika V = w x r, buktikan w

dimana w = sebuah vektor konstantadimana w = sebuah vektor konstanta

jawab :jawab :

misal w = wmisal w = w11 i + w i + w22 j + w j + w33 k k

r = x i + y j + z k , maka :r = x i + y j + z k , maka :

V curl2

1

zyx

www

kji

x r) x (wx xV V curl 321

k )x w-y (w j )z w-x (w i y) w- z(wx 211332

x w-y wz w-x wy w- zwzyx

kji

211332

Page 136: MATEMATIKA 3 SIPIL

Saat ini menunjukan bahwa curl dari Saat ini menunjukan bahwa curl dari sebuah sebuah

medan vektor mempunyai hubungan medan vektor mempunyai hubungan dengan dengan

sifat-sifat rotasi dari medan.sifat-sifat rotasi dari medan.

2w k)w j w i(w 2 321

V curl 2

1 V x

2

1 wmaka

Page 137: MATEMATIKA 3 SIPIL

Carilah turunan berarah dari :Carilah turunan berarah dari :

= x= x22yz + 4xzyz + 4xz22

Pada titik (1,-2,-1) dalam arah Pada titik (1,-2,-1) dalam arah 2i – j – 2k2i – j – 2k

Jawab:Jawab:

= = ((xx22yz + 4xzyz + 4xz22))

= (= (2xyz + 4z2xyz + 4z22) ) ii + ( + (xx22z)jz)j + ( + (xx22yy + + xzxz)k)k

dititik (1,-2,-1) maka :dititik (1,-2,-1) maka :

= = 8i – j – 10k8i – j – 10k

Vektor satuan dalam arah Vektor satuan dalam arah 2i – j –2k2i – j –2k adalah : adalah :

maka turunan berarah yang dikehendaki adalah :maka turunan berarah yang dikehendaki adalah :

= (= (8i – j – 10k8i – j – 10k))

==

Ai j k

i i k

2 2

2 1 2

2

3

1

3

2

32 2 2( ) ( )

A16

3

1

3

20

3

37

3

23

13

23i j k

Page 138: MATEMATIKA 3 SIPIL

Mis. V(x,y,z)= VMis. V(x,y,z)= V11i + Vi + V22j + Vj + V33k terdefinisi dan diferensiabel pada daerah k terdefinisi dan diferensiabel pada daerah tertentu dari ruang. Maka divergensi V ditulis tertentu dari ruang. Maka divergensi V ditulis .V atau div. V didevinisikan .V atau div. V didevinisikan oleh :oleh :

  Jika A dan B adalah fungsi-fungsi vektor yang dideferensiabel dan Jika A dan B adalah fungsi-fungsi vektor yang dideferensiabel dan dan dan fungsi-fungsi SKALAR dari kedudukan (x,y,z) yang diferensiabel, maka :fungsi-fungsi SKALAR dari kedudukan (x,y,z) yang diferensiabel, maka :

  1.1. ((++) = ) = ++2.2. .(A+B) = .(A+B) = .A + .A + .B.B3.3. x(A+B) = x(A+B) = xA + xA + xBxB4.4. .(.(A) = (A) = ().A + ).A + .A).A)5.5. x(x(A) = (A) = ()xA + )xA + ((.A).A)6.6. .(AxB) = B.( .(AxB) = B.( xA) – A.( xA) – A.( xB)xB)7.7. x(AxB) = (B.x(AxB) = (B.)A – B()A – B(.A) – (A. .A) – (A. )B + A()B + A(.B).B)8.8. (A.B) = (B. (A.B) = (B. )A + (A. )A + (A. )B + Bx()B + Bx(xA) + Ax(xA) + Ax(xB)xB)

9.9. .(.() = ) =

dimana , dimana , disebut operator laplace disebut operator laplace

10. 10. x(x(..) = 0, curl dari gradien ) = 0, curl dari gradien adalah Nol adalah Nol 11. 11. .(.(xA) = 0 , Difergen dari curl A adalah NolxA) = 0 , Difergen dari curl A adalah Nol12. 12. x(x(xA) = xA) = ((-A)- -A)- 22A A

22

2

2

2

2

2

x y z

22

2

2

2

2

2

x y z

Page 139: MATEMATIKA 3 SIPIL

Integral vektorIntegral vektor

Page 140: MATEMATIKA 3 SIPIL

Integral vektorIntegral vektorIntegral biasa dari vektorIntegral biasa dari vektorMis. R(t)=rMis. R(t)=r11 (t)I + r (t)I + r22 (t) j + r (t) j + r33 (t) k sebuah vektor (t) k sebuah vektor

yang tergantung pada variabel skalar t, dimana ryang tergantung pada variabel skalar t, dimana r11 (t), (t), rr22 (t) + r (t) + r33 (t) kontinu dalam internal yang (t) kontinu dalam internal yang ditentukan, maka:ditentukan, maka:

disebut integral tak tentu dari R(t). Bila terdapat disebut integral tak tentu dari R(t). Bila terdapat sebuah vektor s(t) sehingga R(t)= , maka:sebuah vektor s(t) sehingga R(t)= , maka:

dimana c adalah dimana c adalah konstanta sembarang. Integral tertentu dari R(t) konstanta sembarang. Integral tertentu dari R(t) dari t=a ke t=b didefinisikan sebagai berikut:dari t=a ke t=b didefinisikan sebagai berikut:

dttRkdttRjdttRidttr )()()()( 321

dt

tsd ))((

ctsdttsdt

ddttR )()(()(

)()()]())(()( asbstsdttsdt

ddttR b

a

b

a

Page 141: MATEMATIKA 3 SIPIL

Contoh:Contoh:1.1. Jika R(t)=(t-tJika R(t)=(t-t2)2) ) i+2t ) i+2t33 j-3k. j-3k.

carilah:carilah:

a.a.

b. b.

2. Percepatan sebuah partikel pada setiap saat t ≥ 0 2. Percepatan sebuah partikel pada setiap saat t ≥ 0 diberikan oleh: a=12 cos 2t i-8 sin 2t j+16t k diberikan oleh: a=12 cos 2t i-8 sin 2t j+16t k

jika kecepatan v dan pergeseran r adalah nol pada jika kecepatan v dan pergeseran r adalah nol pada t=0, carilah v dan r pada setiap saat.t=0, carilah v dan r pada setiap saat.

3. Jika A(t)=t i- t3. Jika A(t)=t i- t22 j+(t-1)k j+(t-1)k

B(t)=2tB(t)=2t22 i+6tk i+6tk

Hitunglah:Hitunglah:

a. B.a. B.

dttR )(

2

1

)( dttR

2

0

.BdtA dt 2

0Axb

Page 142: MATEMATIKA 3 SIPIL

INTEGRAL GARISINTEGRAL GARIS

   Di dalam integral Garis kita akan mengintegralkan Di dalam integral Garis kita akan mengintegralkan

sepanjang kurva C di dalam ruang (Bidang) dan yang di sepanjang kurva C di dalam ruang (Bidang) dan yang di Integralkan akan merupakan fungsi yang terdefinisi Integralkan akan merupakan fungsi yang terdefinisi pada setiap sisi dari C.pada setiap sisi dari C.

Integral Garis yang lazim adalah panjang Busur, yang Integral Garis yang lazim adalah panjang Busur, yang dinyatakan dengan :dinyatakan dengan :

Jika C adalah kurva tertutup (kurva yang memotong Jika C adalah kurva tertutup (kurva yang memotong dirinya sendiri), maka integral mengelilingi C yang dirinya sendiri), maka integral mengelilingi C yang sering ditunjukkan oleh:sering ditunjukkan oleh:

dsc

c

ds

Page 143: MATEMATIKA 3 SIPIL

Contoh : 1.Hitunglah (xy2dx + x2y dy), dengan C adalah Busur Parabola y = x2 dari (-1,1) sampai (0,0) Jawab:

  (xy2dx + x2y dy) :  

=  

= =

c

xy x y dy dx dx2 2

1

0

. /

x x x x x dx. . .4 2 2

1

0

2

x x x x x dx. . .5 5 2

1

0

2 2 3

3

6

1

25 6

1

0

1

0

x dx x

]

Page 144: MATEMATIKA 3 SIPIL

2. Hitunglah , dengan C adalah 2. Hitunglah , dengan C adalah segitiga dengan ujung-ujung (1,0), (1,1) dan (0,0)segitiga dengan ujung-ujung (1,0), (1,1) dan (0,0)

Jawab: Jawab:

sebagai parameter dapat digunakan variabel X, sebagai parameter dapat digunakan variabel X, integral C terdiri atas 3 potong garis sehingga. integral C terdiri atas 3 potong garis sehingga. Membentuk 3 integral, yaitu =Membentuk 3 integral, yaitu =

)( 22 dyxdy x

y

x(0,0)

(1,1)

IIIII

y=x

I (1,0)

y=xdy=dx

Page 145: MATEMATIKA 3 SIPIL

3

1

3

210

3

2

3

22

)(

10.)(

00.0)(

22

0

13

0

1

2

0

1

20

1

22)0,0(

)1,1(

2

1

0

1

0

1

1

22)1,1(

)0,1(

2

1

0

1

0

22)0,1(

)0,0(

2

dyxdxyjadi

xdxx

dyxdxydyxdxy

ydyydyxdxy

xdxdyxdxyI.

II.

III.

Page 146: MATEMATIKA 3 SIPIL

Integral Garis Sebagai Integral Integral Garis Sebagai Integral VektorVektor

  

Mis. Mis. rr(t)i + y(t)j + z(t)k, dimana (t)i + y(t)j + z(t)k, dimana rr(t) adalah vektor posisi dari ((t) adalah vektor posisi dari (xx,y,z) ,y,z) mendefinisikan sebuah kurva yang menghubungkan titik-titik Pmendefinisikan sebuah kurva yang menghubungkan titik-titik P11 dan dan PP22..

Mis. A(Mis. A(xx,y,z) = A,y,z) = A11ii + A + A22jj + A + A33kk sebuah fungsi vektor dari posisi yang sebuah fungsi vektor dari posisi yang didefinisikan dan kontinu sepanjang C, maka didefinisikan dan kontinu sepanjang C, maka integeral garisintegeral garis sepanjang C dan Psepanjang C dan P11 ke P ke P22, ditulis sebagai :, ditulis sebagai :

  

Jika A adalah gaya F pada sebuah partikel yang bergerak sepanjang C, Jika A adalah gaya F pada sebuah partikel yang bergerak sepanjang C, maka integeral garis ini menyatakan usaha yang dilakukan oleh gaya.maka integeral garis ini menyatakan usaha yang dilakukan oleh gaya.

  

Jika C adalah kurva tertutup, maka integeral yang mengelilingi C Jika C adalah kurva tertutup, maka integeral yang mengelilingi C ditunjukan oleh :ditunjukan oleh :

A dr A dr A dx A dy A dzccP

P

1 2 3

1

2

dzadyadxAdrA 321

Page 147: MATEMATIKA 3 SIPIL

Contoh:Contoh:1. Carilah usaha total yang dilakukan untuk menggerakan sebuah 1. Carilah usaha total yang dilakukan untuk menggerakan sebuah

partikel dalam medan gaya yang diberikan oleh F = 3partikel dalam medan gaya yang diberikan oleh F = 3xxyi – 5 zj + yi – 5 zj + 10 10 xxk sepanjang kurva x = tk sepanjang kurva x = t22 + 1, y = t + 1, y = t22, z = t, z = t33 dari t = I hingga t dari t = I hingga t = 2= 2

Jawab :Jawab :

Usaha total = Usaha total =

= 3= 3xxy dx – 5z dy + 10y dx – 5z dy + 10xx dz dz

==

= =

c

drf .

c

)()1(10)2()(5)1()2()1(3 3223222

1

2 tdttdttdttt

2

1

2345 303)30121012( dttttt

Page 148: MATEMATIKA 3 SIPIL

2. Carilah usaha yang dilakukan dalam menggerakkan sebuah 2. Carilah usaha yang dilakukan dalam menggerakkan sebuah partikel dalam medan gaya F=3xpartikel dalam medan gaya F=3x22 i+(2xz-y)j+zk sepanjang i+(2xz-y)j+zk sepanjang

(a). Garis lurus (0, 0, 0) ke (2, 1, 3)(a). Garis lurus (0, 0, 0) ke (2, 1, 3)

(b). Kurva ruang x=2t(b). Kurva ruang x=2t22 ,y=t ,y=t , z=4t , z=4t22 -t dari t=0 ke t=1 -t dari t=0 ke t=1

(c). Kurva yang didefinisikan oleh:(c). Kurva yang didefinisikan oleh:

xx22 = 4y, 3x = 4y, 3x33 =8z dari x=0 ke x=2 =8z dari x=0 ke x=2

Jawab:Jawab:

(a).gaus lurus yang menghubungkan (0, 0, 0) dan (2, 1, 3) (a).gaus lurus yang menghubungkan (0, 0, 0) dan (2, 1, 3) dalamdalam

bentuk parameter diberikan oleh: x=2t, y=t dan z=3tbentuk parameter diberikan oleh: x=2t, y=t dan z=3t

F=3xF=3x22 i + (2xz-y 2j+zk i + (2xz-y 2j+zk

=12t=12t22 i+ (12t i+ (12t22 – t)j+3 z k – t)j+3 z k

dr=dx i+dy.j + d z k =(2i + j + 3k) dtdr=dx i+dy.j + d z k =(2i + j + 3k) dt

Page 149: MATEMATIKA 3 SIPIL

16412)412(

)836(

)81224

}3)3()12(2)12{(.

10

23

1

0

2

21

0

2

21

0

2

tt

attt

dittt

dittttdrFc

Page 150: MATEMATIKA 3 SIPIL

(b).(b).

1,1344

30

5

88

)44

30

5

88(

)1230848(

)8)(4()28(4)12{(.

)18( i 4

d

)4()28(12

)2(3

10

3456

2341

0

5

1231

0

44

2344

2

tttt

dttttt

ttttttttdrF

dttkdtjtdt

zkdyjidxdr

kttjtttit

zkjyxzixF

c

Page 151: MATEMATIKA 3 SIPIL

(c).(c).

162

1

2

188)

3264.6

51(

)864

513(

8

9.

8

3

2).

58

3..2(,3(.

8

9,

8

383

2,

44

20

463

35

2

0

2

232

32

0

2

233

22

xxx

dxx

xx

dxxxdxxx

xxdxxdrF

dxxdzxzzx

dxx

dyx

yyx

c x

Page 152: MATEMATIKA 3 SIPIL

Ketidaktergantungan Integeral Garis Pada Ketidaktergantungan Integeral Garis Pada LintasanLintasan

  Jika fungsi P(Jika fungsi P(xx,y,z) dan Q(,y,z) dan Q(xx,y,z) dan R(,y,z) dan R(xx,y,z) didefinisikan dan ,y,z) didefinisikan dan kontinu dalam Domain D.kontinu dalam Domain D.

Integeral garis Integeral garis P dx + Q dy + R dz dikatakan tidak tergantung P dx + Q dy + R dz dikatakan tidak tergantung pada lintasan di D, jika untuk setiap pasang titik – titik ujung A dan pada lintasan di D, jika untuk setiap pasang titik – titik ujung A dan B di D, nilai integeral garisnya adalah :B di D, nilai integeral garisnya adalah :

  

sama untuk semua lintasan C dari A dan B. Nilai integeral hanya sama untuk semua lintasan C dari A dan B. Nilai integeral hanya

tergantung pada pemilihan A dan B, tetapi tidak pada jenis tergantung pada pemilihan A dan B, tetapi tidak pada jenis lintasan yang menghubungkan titik A dan B, seperti yang lintasan yang menghubungkan titik A dan B, seperti yang ditunjukan pada gambar dibawah ini:ditunjukan pada gambar dibawah ini:

Nilai integeral pada lintasan c1, c2 dan c3 adalah sama. Nilai integeral pada lintasan c1, c2 dan c3 adalah sama.

P dx Q dy R dzA

B

A

BC1

C2

C3

D

Page 153: MATEMATIKA 3 SIPIL

TeoremaTeoremaJika A=Jika A=ΔΦΔΦ Pada semua titik dalam suatu daerah J dari Pada semua titik dalam suatu daerah J dari ruang, yang didefinisikan oleh : aruang, yang didefinisikan oleh : a11 , ≤, x ≤ a , ≤, x ≤ a2 2 b b11 ≤ y ≤ ≤ y ≤ bb22 , c , c11 ≤ z ≤ c ≤ z ≤ c22 , dimana , dimana ΦΦ (x,y,z) berharga tunggal dan (x,y,z) berharga tunggal dan memiliki turunan-turunan yang kontinu dalam R, maka:memiliki turunan-turunan yang kontinu dalam R, maka:

1. =tidak tergantung pada lintasan C dalam 1. =tidak tergantung pada lintasan C dalam R R yang menghubungkan p yang menghubungkan p11 dan p dan p22

2. mengelilingi setiap kurva tertutup C dalam 2. mengelilingi setiap kurva tertutup C dalam R.R.

Dalam hal demikian A disebut sebuah medan vektor Dalam hal demikian A disebut sebuah medan vektor konservatif dan konservatif dan ΦΦ adalah potensial skalarnya. adalah potensial skalarnya.

jadi sebuah medan vektor A adalah konservatif jika dan jadi sebuah medan vektor A adalah konservatif jika dan hanya jika hanya jika ΔΔxA=0, atau juga ekivalen dengan A=xA=0, atau juga ekivalen dengan A=ΔΦΔΦ. .

2

1

.p

p

drA

0. c

drA

Page 154: MATEMATIKA 3 SIPIL

Contoh:Contoh:1.1. Diketahui F=( 2xy+zDiketahui F=( 2xy+z3 3 ) i + x ) i + x2 2 j+3x z j+3x z22 k k

a. tunjukan bahwa F sebuah medan gaya konservatifa. tunjukan bahwa F sebuah medan gaya konservatif

b.carilah potensial skalarb.carilah potensial skalar

c.carilah usaha yang dilakukan dalam menggerakan c.carilah usaha yang dilakukan dalam menggerakan sebuah benda dalam . Medan ini dari (1, -2, 1) ke (3, 1, 4).sebuah benda dalam . Medan ini dari (1, -2, 1) ke (3, 1, 4).

Jawab:Jawab:

a. a. syarat perlu dan cukup agar sebuah daya konservatif syarat perlu dan cukup agar sebuah daya konservatif adalah adalah

Curl F=Curl F=ΔΔxf=0xf=0

0Fk bahwa terbukti

0)22()33(

322

2

2

2

2

2 22

223

kxxjzzoi

xzxzxYzyx

kji

DxF

Page 155: MATEMATIKA 3 SIPIL

b.b.

integrasikan (1), (2), dan (3), diperoleh masing-masingintegrasikan (1), (2), dan (3), diperoleh masing-masing

Dengan memilih F(y,z)=0, G(x,z)=xzDengan memilih F(y,z)=0, G(x,z)=xz33 dan H(x,y) =x dan H(x,y) =x22 y, y, maka diperoleh:maka diperoleh:

Φ=xΦ=x22 y +x z y +x z33 dengan tambahan sembarang konstanta. dengan tambahan sembarang konstanta.

223

223

32

2(3).

2

2(2). 2

2

2 (1).

3)2(2

2

2

2

2

2

xzz

xy

zxyk

kxzJxizxykz

Jy

ix

F

),(

),(

),(

3

2

32

yxHxz

zxGyx

zyFxzyx

Page 156: MATEMATIKA 3 SIPIL

c.c.

2021201

)12()64,39(

F.dr

:adalah dilakukan yang usaha

2

2

2

2

2

2

..

)4,1,3(

)1,2,1(321

2

p2

p1

2

1

zxyx

d

ddzz

dyy

dxx

drdrF

pp

p

p

Page 157: MATEMATIKA 3 SIPIL

Contoh:Contoh: Jika A = ( 4 x y – 3 k 2 z 2 ) i + 2 x 2 j – 2 x 3 z k Buktikan bahwa tidak tergantung lintasan c yang menghubungkan dua titik. Jawab : Jika tidak tergantung lintasan , maka A adalah medan konservatif.

Kalau A medan konservatif , maka akan berlaku x A = 0.

x A =

= i ( 0 ) – j ( - 6x 2 z + 6 x 2 z ) + k ( 4 x – 4 x ) = 0

c

drA

c

drA

zxxzxxyzyx

kji

3222 2234

Page 158: MATEMATIKA 3 SIPIL

INTEGRAL LUASINTEGRAL LUASMisalkan S sebuah permukaan bersisi dua , seperti terlihat Misalkan S sebuah permukaan bersisi dua , seperti terlihat

dalam gambar di bawah ini:dalam gambar di bawah ini:

Jika S merupakan permukaan tertutup , Mis , permukaan bola , maka vektor normal disembarang titik S mempunyai dua arah.Arah positif adalah arah keluar Bola dan negatif merupakan arah ke dalam bola.Sebuah vektor satuan di sembarang titik S disebut satuan normal positif jika arahnya keatas.Vektor ds yang besarnya sama dengan d s dan arahnya samadengan , dinyatakan oleh hubungan : d = d s

z

x

y

R

s

ds

n

_

n

Page 159: MATEMATIKA 3 SIPIL

Integral luas:Integral luas:

A . d = A . n d s A . d = A . n d s

adalah sebuah contoh integral luas yang disebut Flux dari A adalah sebuah contoh integral luas yang disebut Flux dari A terhadap S.terhadap S.

   integral permukaan lainnya:integral permukaan lainnya:

d s , d s , d s , A x ds dengan d s , A x ds dengan adalah adalah skalar.skalar.

  

Untuk menghitung integral permukaan akan lebih sederhana Untuk menghitung integral permukaan akan lebih sederhana dengan memproyeksikan s pada salah satu bidang koordinat.dengan memproyeksikan s pada salah satu bidang koordinat.

S

s S

S

S

S

n

Jika s diproyeksikan pada bidang x y , maka : A . d s = A . Jika s diproyeksikan pada bidang x z , maka : A . d s = A . Jika s diproyeksiakn pada bidang yz , maka : A . d s = A .

S

n S

n|.| kn

dydx

S

n S

n|.| jn

dzdx

S

n S

n|.| in

dzdy

Page 160: MATEMATIKA 3 SIPIL

1. Hitunglah A . n ds , dimana A = z i + x j – 3 y 1. Hitunglah A . n ds , dimana A = z i + x j – 3 y 22 z k dan S z k dan S adalah permukaan selinder adalah permukaan selinder xx 22 + y + y 22 = 16 yang terdapat = 16 yang terdapat dalam oktan pertamaa antara z = 0 dan z = 5.dalam oktan pertamaa antara z = 0 dan z = 5.

Jawab :Jawab :

Proyeksikan Proyeksikan SS pada bidang pada bidang xxz seperti terlihat pada gambar z seperti terlihat pada gambar dibawah ini..dibawah ini..

.4).

4(.

)(4

1)

4).(3(.

16 ,.4.4.2

22

)2()2(

22

|.|

.

22)(

2

22

22

_

22

yJ

yjxiJN

xyxzyjxi

zkyxjziNA

yxkarenayjxiyixi

yx

yixin

yjxiyx

jn

dzdxnAdsnA

s s

x4

0 4

y

z

5

nds

dxdz

Page 161: MATEMATIKA 3 SIPIL

Batas integeralBatas integeral

xx = 0 hingga = 0 hingga xx = 4 (km. y = 0 ) = 4 (km. y = 0 )

z = 0 hingga z = 5z = 0 hingga z = 5

  

  

==

==

= =

A ndx dz

n j

xz xy

ydx dz

s

4

4

0

4

0

5

xz xy

ydx dz

xz x

xdx dz

( )

16 20

4

0

5

0

4

0

5

( ) ( )] z x x dz z dz161

24 82 2

0

5

0

4

0

5

2 8 50 40 902

0

5z z ]

Page 162: MATEMATIKA 3 SIPIL

Integral VolumeIntegral VolumeUntegeral volume atau integeral ruang sebuah volume V yang Untegeral volume atau integeral ruang sebuah volume V yang

ditutup oleh permukaan tertutup dan ruang dinyatakan :ditutup oleh permukaan tertutup dan ruang dinyatakan :

  

  contoh:contoh:

Misalkan Misalkan = 45 = 45 xx22y dan v menyatakan ruang tertutup yang dibatasi y dan v menyatakan ruang tertutup yang dibatasi oleh bidang-bidang oleh bidang-bidang xx = 0, = 0,

y = 0, z = 0 dan 4y = 0, z = 0 dan 4xx + 2y + z = 8 + 2y + z = 8

hitunglah : hitunglah :

Jawab:Jawab:

Batas Integeral:Batas Integeral:

z = 0 hingga z = 8-4z = 0 hingga z = 8-4xx-2y-2y

y = 0 hingga y = 4-2y = 0 hingga y = 4-2xx (z = 0) (z = 0)

xx = 0 hingga = 0 hingga xx = 2 (z = 0, y = 0) = 2 (z = 0, y = 0)

A dv atau dvvv

dvv

dv x y dz dy dxx

45 2

0

z

(0,08) 8

(2,0, 0)

xy

(0,4,0)

4

2

Page 163: MATEMATIKA 3 SIPIL

45 2

0

8 4 2

0

4 2

0

2

x y dz dy dxx yx

= = 45

=  =

=

=

x yz dydz x y x y dydxx y

xx2

0

8 4 2 2

0

4 2

0

2

0

4 2

0

2

45 4 2

] (8 )

45 2 4 22 2 2

0

4 2

0

2

( ( ) )x x y x y dy dxx

45 2 22

32 2 2 2

0

4 2

0

2

( ( )( )]x x y x y dxx

45 2 2 4 2 451

34 22 3

0

22

0

23( ( )( ) ( )x x x dx x x dx

452

34 2 4 2 1283 2 2

0

2x x x x( ) ( ) ]

Page 164: MATEMATIKA 3 SIPIL

Teorema Green & StokesTeorema Green & Stokes

Page 165: MATEMATIKA 3 SIPIL

TEOREMA GREEN, STOKES DAN DIVERGENSITEOREMA GREEN, STOKES DAN DIVERGENSI

  

1. Teorema Green Dalam Bidang1. Teorema Green Dalam Bidang

Jika R adalah suatu daerah tertutup dalam bidang Jika R adalah suatu daerah tertutup dalam bidang xyxy yang dibatasi oleh kurva tertutup C dan jika M yang dibatasi oleh kurva tertutup C dan jika M dan N adalaj fungsi-fungsi kontinu dari x dan y dan N adalaj fungsi-fungsi kontinu dari x dan y yang memiliki turunan-turunan kontinu dalam R, yang memiliki turunan-turunan kontinu dalam R, makamaka

dimana C dilintasi dalam arah positif (berlawanan dimana C dilintasi dalam arah positif (berlawanan arah putaran jarum jam). Bila tidak ada pernyataan arah putaran jarum jam). Bila tidak ada pernyataan lain, kita akan selalu menganggap berarti bahwa lain, kita akan selalu menganggap berarti bahwa integeralnya dimaksud dalam arah positif.integeralnya dimaksud dalam arah positif.

M dx NdyN

x

M

ydx dy

RC

Page 166: MATEMATIKA 3 SIPIL

Contoh :Contoh :

1. Hitunglah (1. Hitunglah (xxy + yy + y22)dx + )dx + xx22dy, dimana C adalah dy, dimana C adalah kurva tertutup dari daerah yang dibatasi oleh y = kurva tertutup dari daerah yang dibatasi oleh y = xx dan y = dan y = xx22 dengan dengan menggunakan dengan dengan menggunakan teorema Green dalam bidang.teorema Green dalam bidang.Jawab:

=

=

M

y yxy y x y ( )2 2

N

x xx x ( )2 2

N

x

M

ydx dy x x y dy dx

x

x

R

( ( ))2 2

20

1

( ) ( )]x y dy dx xy y dxx

x

x

x 2 2

0

1

0

1

2

2

1

5

1

4

1

5

1

4

1

205 4

0

1x x

]

Page 167: MATEMATIKA 3 SIPIL

Cara lain / cara biasaSepanjang y = x2, integeral garisnya adalah =

Sepanjang y = x dari (1,1) hingga (0,0)

=

maka integral lintasannya

=

( )( ) ( )( )x x x dx x x dx2 4

0

12 2 ( )3

19

203 4

0

1

x x dx

( )( )x x x dx x dx x dx 2 2

0

12

1

0

3 1

19

201

1

20

Page 168: MATEMATIKA 3 SIPIL

2. Teorema Stokes2. Teorema Stokes

Jika S adalah suatu permukaan terbuka bersisi dua yang Jika S adalah suatu permukaan terbuka bersisi dua yang dibatasi oleh sebuah kurva tertutup C yang tidak dibatasi oleh sebuah kurva tertutup C yang tidak memotong dirinya curva tertutup sederhana , maka jika A memotong dirinya curva tertutup sederhana , maka jika A memiliki turunan memiliki turunan

– –turunan kontinu,turunan kontinu,

dimana c dilintasi dalam arah positif.dimana c dilintasi dalam arah positif.

Arah dari c disebut positif jika seseorang pengamat Arah dari c disebut positif jika seseorang pengamat berjalan pada daerah batas dan s dalam arah ini berjalan pada daerah batas dan s dalam arah ini dengan kepalanya menunjuk pada arah normal dengan kepalanya menunjuk pada arah normal positif terhadap. S , maka ia mendapatkan positif terhadap. S , maka ia mendapatkan permukaan disebelah kirinya.permukaan disebelah kirinya.

A dr A ds A n dsssc

( ) ( )

Contoh:Periksalah kebenaran teorema stokes untuk A=(2x-y)i-yx2j-y2zk, diamana S adalah separuh dari permukaan bola : x2 + y2+ z2 = 1 bagian atas dan C batasnya.

Page 169: MATEMATIKA 3 SIPIL

Jawab :Jawab :

Batas Batas CC dari S adalah sebuah lingkaran dalam bidang dari S adalah sebuah lingkaran dalam bidang xyxy yang yang berjari-jari satu dan berpusat di titik asal . Mis. berjari-jari satu dan berpusat di titik asal . Mis. xx = cos t, = cos t, yy = sin t, = sin t, zz = 0, 0<t<2 = 0, 0<t<2 adalah persamaan – persamaan parameter dari C, adalah persamaan – persamaan parameter dari C, maka :maka :

  = =

dengan menggunakan teorema stokesdengan menggunakan teorema stokes

= (-2yz + 2yz)i – oj + k = k= (-2yz + 2yz)i – oj + k = k

S diperoyeksikan pada bidang S diperoyeksikan pada bidang xyxy sehingga diperoleh : sehingga diperoleh :

= = xxi + yj + zk.i + yj + zk.

n . k = (n . k = (xi + yj + zkxi + yj + zk) . k = z) . k = z

(( x A) . n = k . ( x A) . n = k . (xxi + yj + zk) = zi + yj + zk) = z

==

A dr x y dx yz dy y z dzcc

( )2 2 2( cos sin )( sin )2

0

2

t t t dt

A

i j k

x y zx y yz y z

2 2 2

( ) ( ) A n ds A n

dy dx

n ks s

nxi yj zk

x y z

0 2 2 2

2 2 2 2

4 1 2

0

1

x dx

Page 170: MATEMATIKA 3 SIPIL

3. Teorema Divergen Gauss3. Teorema Divergen Gauss

Teorema divergensi yang disebut pula teorema green dalam ruang Teorema divergensi yang disebut pula teorema green dalam ruang menyatakan bahwa: “ jika V volume yang dibatasi oleh suatu permukaan menyatakan bahwa: “ jika V volume yang dibatasi oleh suatu permukaan tertutup S dan A sebuah vektor yang adalah fungsi dari kedudukan dengan tertutup S dan A sebuah vektor yang adalah fungsi dari kedudukan dengan turunan – turunan yang kontinu, makaturunan – turunan yang kontinu, maka

dimana n adalah normal positif dari S yang mengarah keluar dan dimana n adalah normal positif dari S yang mengarah keluar dan membentuk sudut dengan sumbu-sumbu positif membentuk sudut dengan sumbu-sumbu positif xx, y dan z, yaitu : , y dan z, yaitu :

Contoh :Contoh :

Tunjukanlah kebenaran dari teorema divergensi untuk A = (2Tunjukanlah kebenaran dari teorema divergensi untuk A = (2xx – z)i + – z)i + xx22 yj – yj – xxzz22k terhadap daerah yang dibatasi oleh k terhadap daerah yang dibatasi oleh xx = 0, = 0, xx = 1, = 1, y y = 0, = 0, y y = 1, = 1, z z = 0, = 0, z z = 1. = 1.

Mula-mula di hitung : , dengan S adalah permukaan-permukaan Mula-mula di hitung : , dengan S adalah permukaan-permukaan kubus.kubus.

A dv A n ds A dsSSV

, ,

n i j k cos cos cos

A n ds

Page 171: MATEMATIKA 3 SIPIL

Contoh:Contoh:1. Hitunglah 1. Hitunglah

1

0

1

0

10z

1

0

1

0

2

1

0

1

0

1

0

v

2

2

2

3 )2( | 2

)4()4(

)()()4(dV .

dengan-sama dimintakan yang integral,divergensi teoremadari

1.z 0,z 1,y 0,y 1, x0,x

oleh dibatasi yang kubuspermukaan adalah Sdan 4 dim,dS .

x yx y

v x y z

v

s

dxdyydxdyyzz

dYdZyzdVyz

dVyzz

yy

xzx

F

yzkjyxziFananF

Page 172: MATEMATIKA 3 SIPIL

Transformasi Transformasi LinierLinier

Page 173: MATEMATIKA 3 SIPIL

Transformasi LinierTransformasi LinierMisal dalam ruang vektor V atas field F ada vektor-vektor Misal dalam ruang vektor V atas field F ada vektor-vektor

dan dan

sedemikian sehingga mempunyai hubungansedemikian sehingga mempunyai hubungan

= A , yaitu:= A , yaitu:

Hubungan = A merupakan suatu pemetaan atau Hubungan = A merupakan suatu pemetaan atau

transformasi Yang mematakan vektor ke vektor . transformasi Yang mematakan vektor ke vektor . Matriks Matriks

A disebut A disebut MATRIKS TRANSFORMASI MATRIKS TRANSFORMASI vektor di sebut vektor di sebut

““peta/bayangan” vektorpeta/bayangan” vektor

x y

y x

n

2

1

nnn2n1

2n2221

1n1211

n

2

1

x

x

aaa

aaa

aaa

y

y

y

x

xy

x

x yy

Page 174: MATEMATIKA 3 SIPIL

ContohContoh

Diketahui transformasi linier =Diketahui transformasi linier =

vektor di petakan kevektor di petakan ke

vektor di petakan kevektor di petakan ke

vektor di petakan kevektor di petakan ke

vektor di petakan kevektor di petakan ke

y x43

21

2

3x1

17

7

2

3

43

21y1

5

1x2

23

11

5

1

43

21y2

7

4)xx( 21

40

18)yy( 21

4

6x 2

34

14

Page 175: MATEMATIKA 3 SIPIL

Transformasi linier non Singular Transformasi linier non Singular

Jika A matriks non singular, maka persamaan Jika A matriks non singular, maka persamaan linierlinier

akan akan mempunyai jawab tunggal, akan akan mempunyai jawab tunggal, sehinggasehingga

untuk setiap satu vektor mempunyai satu peta untuk setiap satu vektor mempunyai satu peta ke ke

vektorvektor

pada transformasi linier non singular , jikapada transformasi linier non singular , jika

linier independen, maka petanyalinier independen, maka petanya

linier independen.linier independen.

y xA x

.y

xA y

n21 x,.....,x,x

n21` y,....,y,y

Page 176: MATEMATIKA 3 SIPIL

Pada transformasi linier non singular Pada transformasi linier non singular karena karena

A mempunyai invers AA mempunyai invers A-1-1 , maka dapat dibuat , maka dapat dibuat

transformasi linier baru atautransformasi linier baru atau

yang merupakan transformasi linier non singular yang merupakan transformasi linier non singular

juga dan disebut juga dan disebut transformasi Liniertransformasi Linier dari dari

transformasitransformasi

Jadi: memetakan vektor-vektor basis Jadi: memetakan vektor-vektor basis

ke kolom-kolom A.ke kolom-kolom A.

memetakan kolom-kolom A ke memetakan kolom-kolom A ke

vektor-vektor basisvektor-vektor basis

,xA y

.1_

yAx

xA y xA y n21 e,...,e,e:E

y Ax -1n21 e,...,e,e:E

x-1-1 A A y A

Page 177: MATEMATIKA 3 SIPIL

ContohContohDalam ruang vektor RDalam ruang vektor R22 , carilah transformasi linier , carilah transformasi linier

Yang memetakan: basis W: wYang memetakan: basis W: w11 : ke : ke

Basis Basis

Jawab:Jawab:

Transformasi yang di nyatakan:Transformasi yang di nyatakan:

memetekan wmemetekan w11 ke e ke e11 dan dan

memetakan wmemetakan w22 ke e ke e2 2

4

3 w;

3

22

1

0e ;

0

1 eE; 21

23

34

23

34

1

1w

43

32)w,(ww 1-

21

x wy -1

x 23

34-y

Page 178: MATEMATIKA 3 SIPIL

Product TranspormasiProduct TranspormasiMisal. Dalam ruang vektor v terjadi Misal. Dalam ruang vektor v terjadi transformasi linier sebagai berikut:transformasi linier sebagai berikut:

Transformasi Transformasi

Transformasi Transformasi

Transformasi Transformasi

Maka : Transformasi Maka : Transformasi

TransformasiTransformasi

____

y ke x memetakan ,xAy ____

z ke ymemetakan ,yBz ____

w ke zmemetakan ,zCw ____

z ke xmemetakan ,XBAz __

zCw ___

w ke xmemetakan ,xCBA

X Y Z WA B C

CB

BA

CBA

Page 179: MATEMATIKA 3 SIPIL

Jadi berdasarkan hal tersebut diatas, dapat dicari Jadi berdasarkan hal tersebut diatas, dapat dicari transportasi linier non singular yang memetakan transportasi linier non singular yang memetakan basis U= ubasis U= u11 ,u ,u22 , … u , … un n ke basiske basis

W= wW= w11 ,w ,w22 , … w , … wn n yaitu dengan menggunakan yaitu dengan menggunakan bentukan basis E, sebagai berikut:bentukan basis E, sebagai berikut:

Jadi transformasi linier , akan Jadi transformasi linier , akan memetakan basis U ke basis W.memetakan basis U ke basis W.

U1

U2

:

Un

e1

e2

:

en

w1

w2

:

wn

u-1w

wu-1

_1

_

xwuy

Page 180: MATEMATIKA 3 SIPIL

Contoh:Contoh:

Carilah transformasi linier non singular yang Carilah transformasi linier non singular yang memetakan basis:memetakan basis:

Jawab:Jawab:

3

2,

2

1w: wbasic ke

2

3,

1

12121 wuau

u1

u2

e1

e2

w1

w2

u-1

wwu-1

Page 181: MATEMATIKA 3 SIPIL

Jadi transformasi : Jadi transformasi :

memetakan basis U ke basis Wmemetakan basis U ke basis W

31

10

11

32

32

21

32

21),(

11

32

21

31),(

1

_

2

_

1_

2

_

uw

www

auuu

,31

10yatau

___1

_

xxwuy

Page 182: MATEMATIKA 3 SIPIL

Nilai dan Vektor Nilai dan Vektor EigenEigen

Page 183: MATEMATIKA 3 SIPIL

Mengingat kembali: perkalian Mengingat kembali: perkalian matriksmatriks• Diberikan matriks Diberikan matriks AA2x22x2 dan vektor-vektor dan vektor-vektor uu, , vv, dan , dan ww

• Hitunglah Hitunglah AAuu, , AAww, , AAv. v. Manakah dari hasil kali tersebut yang Manakah dari hasil kali tersebut yang hasilnya adalah vektor yang sejajar dengan vektor semulahasilnya adalah vektor yang sejajar dengan vektor semula

2 0 1 0 5

4 1 4 4 4A v w u

hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh hh

2 0 5 10

4 1 4 24

untuksemua

Au k u

k R

2 0 1 2 12 2

4 1 4 8 4Av v

2 0 0 01.

4 1 4 4Aw w

hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh

v dan Av sejajar Jawab:

w dan Aw sejajar

u dan Au TIDAK sejajar

Page 184: MATEMATIKA 3 SIPIL

Mengingat kembali: SPL homogen dan Mengingat kembali: SPL homogen dan determinandeterminan

1.1. AA adalah matriks adalah matriks nnxxnn dan SPL dan SPL AxAx = 0 = 0 mempunyai penyelesaian trivial saja. Apa mempunyai penyelesaian trivial saja. Apa kesimpulanm tentang kesimpulanm tentang AA??

2. 2. AA adalah matriks nxn dan SPL adalah matriks nxn dan SPL AxAx = 0 = 0 mempunyai penyelesaian TIDAK trivial. Apa mempunyai penyelesaian TIDAK trivial. Apa kesimpulanmu tentang kesimpulanmu tentang A A dan det(dan det(AA)?)?

Jawaban:

A mempunyai inverse. Det(A) ≠ 0

Jawaban: A tidak mempunyai inverse. Det(A) = 0

Page 185: MATEMATIKA 3 SIPIL

Ax

Perkalian vektor dengan matriksPerkalian vektor dengan matriks

A x = xλ

x

Ax

x

x dan Ax sejajar

Page 186: MATEMATIKA 3 SIPIL

Perkalian vektor dengan Perkalian vektor dengan matriksmatriks

y

x

14

y

x

y

x

28

04

1

4

= 22 0

4 1

1

4

2 0

4 1

0

4

=10

4

2 0

4 1

5

4

=

10

24

5

4

k

54

1024

Au = 2u

Av = v Aw ≠ kw

Page 187: MATEMATIKA 3 SIPIL

Definisi: Nilai dan Vektor Definisi: Nilai dan Vektor EigenEigenDefinisi:Definisi:

Diberikan matriks Diberikan matriks AA nxnnxn, vektor tak nol , vektor tak nol v v didi RRnn disebut disebut vektor eigen dari vektor eigen dari AA jika terdapat skalar sedemikian jika terdapat skalar sedemikian hingga hingga

AAvv = = λλvv..

λλ disebut nilai eigen, disebut nilai eigen, xx adalah vektor eigen dari adalah vektor eigen dari A A yang yang

bersesuaian dengan bersesuaian dengan λλ . .

Syarat perlu: Syarat perlu: v ≠ 0v ≠ 0

(1) λ ≥ 1 (2) 0 ≤ λ ≤ 1

(3) -1 ≤ λ ≤ 0

(4) λ ≤ - 1

Page 188: MATEMATIKA 3 SIPIL

Masalah Vektor EigenMasalah Vektor EigenDiberikan matriks persegi Diberikan matriks persegi A,A,

Temukan semua vektor tidak nol x sedemikian hingga Ax adalah kelipatan skalar x (Ax sejajar

dengan x).

atau

Temukan semua vektor tak nol x sedemikian hingga Ax = λx untuk suatu skalar λ

A x sejajar x

A x = xλ

Page 189: MATEMATIKA 3 SIPIL

Masalah Nilai EigenMasalah Nilai EigenDiberikan matriks persegi Diberikan matriks persegi A.A.

A =

Temukan semua skalar λ sedemikian hingga Ax = λx untuk suatu vektor tak nol x.

atau

Temukan semua vektor skalar λ sedemikian hingga persamaan

Ax = λx mempunyai penyelesaian tak nol

x λ x

x vektor tak nol

Ax = λx

Page 190: MATEMATIKA 3 SIPIL

Pernyataan-pernyataan Pernyataan-pernyataan ekuivalenekuivalen

Jika Jika AA matriks persegi matriks persegi nnxxnn, maka kalimat-kalimat berikut , maka kalimat-kalimat berikut ekuivalenekuivalen

1.1. nilai eigen nilai eigen AA

2. 2. terdapat vektor tak nol terdapat vektor tak nol x x sedemikian hingga sedemikian hingga AAxx = = xx

3.3. SPL (SPL (A – A – II))xx = = 0 0 mempuyai solusi tidak nol (non-trivial)mempuyai solusi tidak nol (non-trivial)

4. 4. adalah penyelesaian persamaan det( adalah penyelesaian persamaan det(A – A – II) = 0) = 0

Mencari nilai eigen A sama saja mencari penyelesaian persamaan det(I-A) = 0

Page 191: MATEMATIKA 3 SIPIL

Persamaan KarakteristikPersamaan KarakteristikJika diuraikan, Jika diuraikan, det((det((A - A - λλII) ) merupakan suku banyak berderajat merupakan suku banyak berderajat nn dalam dalam λλ, , p(p(λλ ) = ) = λλⁿn + + ccnn-1-1λλnn-1-1 +c +cnn-2-2 λ λnn-2-2 + …+ + …+ cc11λλ+ c+ c00 suku suku banyak karakteristikbanyak karakteristik

Persamaan detPersamaan det((((A - A - λλII) = ) = λλⁿn + + ccnn-1-1λλn-1n-1 +c +cnn-2-2 λ λnn-2-2 + …+ + …+ cc11λλ+ c+ c00 = = 0 0 disebut disebut persamaan karakteristikpersamaan karakteristik

Persamaan dengan derajat n mempunyai paling banyak n penyelesaian, jadi matriks nxn paling banyak mempunyai n nilai eigen.

A-λIdet λⁿ + cn-1λn-1 +cn-2 λn-2 + …+ c1λ+ c0

λIA -

= = 0

•persamaan karakteristik

A-λI=

Page 192: MATEMATIKA 3 SIPIL

Contoh Contoh

Mencari semua nilai eigen Mencari semua nilai eigen A=A=2 0

4 1

Mencari semua penyelesaian persamaan

Mencari penyelesaian persamaan karakteristik

Nilai eigen A adalah 1

2

2,

1

det2 - λ 0

= 04 1 - λ

( )( ) = 0

2 - λ

1 - λ4

0

2 - λ1 - λ

Page 193: MATEMATIKA 3 SIPIL

Prosedur: menentukan nilai Prosedur: menentukan nilai eigeneigenDiberikan matriks persegi Diberikan matriks persegi AA. . Nilai-nilai eigen Nilai-nilai eigen AA dapat diperoleh sebagai berikut: dapat diperoleh sebagai berikut:1.1. Tentukan persamaan karakteristik det((Tentukan persamaan karakteristik det((A - A - λλII) = 0) = 0 tuliskan tuliskan AA dan matriks yang elemen diagonal dan matriks yang elemen diagonal utamanya dikurangi utamanya dikurangi λλ

2.2.(Jika diperlukan) uraikan persamaan karakteristik (Jika diperlukan) uraikan persamaan karakteristik ke ke

dalam persamaan sukubanyak karakteristik:dalam persamaan sukubanyak karakteristik: λλⁿn + + ccnn-1-1λλnn-1-1 +c +cnn-2-2 λ λnn-2-2 + …+ + …+ cc11λλ+ c+ c00 = = 00

• Selesaikan persamaan yang diperoleh pada Selesaikan persamaan yang diperoleh pada langkah di langkah di

atas. Nilai-nilai eigen merupakan penyelesaian atas. Nilai-nilai eigen merupakan penyelesaian persamaan tersebut.persamaan tersebut.

Page 194: MATEMATIKA 3 SIPIL

Contoh: Menentukan nilai Contoh: Menentukan nilai eigeneigenDiberikan matriks persegi Diberikan matriks persegi

1.1.Tentukan persamaan karakteristik det(Tentukan persamaan karakteristik det(A - A - λλII) = 0) = 0

22. Ubahlah persamaan karakteristik ke dalam persamaan . Ubahlah persamaan karakteristik ke dalam persamaan sukubanyak karakteristik:sukubanyak karakteristik:

3. 3. Selesaikan persamaan di atas untuk memperoleh nilai-nilai Selesaikan persamaan di atas untuk memperoleh nilai-nilai eigen eigen

1 1 1

0 3 3

2 1 1

A

2

1 1 1

det( ) det 0 3 3

2 1 1

(1 ) (3 ) 6 2(3 ) 3(1 )

A I

2(1 ) (3 ) (3 ) 0

2(1 ) (3 ) 6 2(3 ) 3(1 ) 0

( 2)(3 ) 0 Nilai-nilai eigen A:

λ1 = 0 λ2 = 2 λ3 = 3

Nilai-nilai eigen A:λ1 = 0

λ2 = 2 λ3 = 3

Page 195: MATEMATIKA 3 SIPIL

Nilai eigen matriks Nilai eigen matriks diagonal diagonal Diberikan matriks diagonal Diberikan matriks diagonal

2 0 0 0

0 5 0 0

0 0 6 0

0 0 0 1

A

2 0 0 0

0 5 0 0

0 0 6 0

0 0 0 1

A I

Nilai-nilai eigen matriks diagonal adalah elemen diagonal utamanya.

•Persamaan karakteristik:•Nilai-nilai eigen 2, 6, 5, 1 (merupakan entri diagonal utama)

(2 )(5 )(6 )(1 ) 0

Page 196: MATEMATIKA 3 SIPIL

Bagaimana menentukan apakah suatu skalar Bagaimana menentukan apakah suatu skalar merupakan nilai eigen?merupakan nilai eigen?

Tentukan apakah 2, 0, 4 merupakan nilai eigen Tentukan apakah 2, 0, 4 merupakan nilai eigen AA..

Jawab:Jawab:

Bentuk det(Bentuk det(AA--λλI) untuk I) untuk λλ = 2, 0, 4. Jika = 2, 0, 4. Jika det(det(AA--λλI) ≠ 0, maka merupakan nilai I) ≠ 0, maka merupakan nilai eigen, kalau = 0, maka bukan nilai eigen. Kunci: 2, 4 nilai eigen eigen, kalau = 0, maka bukan nilai eigen. Kunci: 2, 4 nilai eigen AA, 0 , 0 bukan nilai eigen bukan nilai eigen AA..

2 adalah nilai eigen 2 adalah nilai eigen AA

0 bukan nilai eigen 0 bukan nilai eigen AA

4 nilai eigen 4 nilai eigen AA

2 2 0

0 4 0

0 1 0

A

2 2 2 0

det( 2 ) det 0 4 2 0 0

0 1 0 2

A I

2 4 2 0

det( 4 ) det 0 4 4 0 0

0 1 0 4

A I

2 0 2 0

det( 0 ) det 0 4 0 0 8 0

0 1 0 0

A I

Page 197: MATEMATIKA 3 SIPIL

Kelipatan skalar vektor Kelipatan skalar vektor eigeneigen• Diberikan A. Diketahui bahwa x adalah vektor eigen Diberikan A. Diketahui bahwa x adalah vektor eigen AA yang yang

bersesuaian dengan nilai eigen 2. Selidiki apakah 1/2bersesuaian dengan nilai eigen 2. Selidiki apakah 1/2xx, 10, 10x, x, 55x x juga juga vektor-vektor eigen vektor-vektor eigen AA1 1 1

0 3 3 ,

2 1 1

A

1 1 1 4 8

0 3 3 6 12 2

2 1 1 2 4

Ax x

1 1 1 40 80

(10 ) 0 3 3 60 120 2(10 )

2 1 1 20 40

A x x

12

2

3

1

x

4

6

2

x

20

5 30

10

x

40

10 60

20

x

Ax = 2 x A(10x) = 2 (10x)

A =x λ x

A =(10)

λ (10)

xx

Page 198: MATEMATIKA 3 SIPIL

Kelipatan skalar vektor Kelipatan skalar vektor eigeneigen1 1 1

0 3 3 ,

2 1 1

A

1 1 1 4 8

0 3 3 6 12 2

2 1 1 2 4

Ax x

1 12 2

1 1 1 2 4

( ) 0 3 3 3 6 2( )

2 1 1 1 2

A x x

12

2

3

1

x

4

6

2

x

Ax = 2 x A(1/2 x) = 2 (1/2 x)

A =x λ x

Kelipatan skalar (tak nol) dari vektor eigen adalah vektor eigen terhadap

nilai eigen yang sama

A =(1/2)

λ (1/2)

xx

Page 199: MATEMATIKA 3 SIPIL

Menentukan semua vektor Menentukan semua vektor eigen Eeigen Eλλ Diberikan vektor matriks Diberikan vektor matriks AA dan salah satu nilai eigennya, misalnya dan salah satu nilai eigennya, misalnya λλ. Tentukan . Tentukan

semua vektor eigen yang bersesuaian dengan semua vektor eigen yang bersesuaian dengan λλ..

Vektor-vektor eigen Vektor-vektor eigen AA yang bersesuaian dengan yang bersesuaian dengan λλ = 3 dapat diperoleh dengan = 3 dapat diperoleh dengan menyelesaikan SPL (menyelesaikan SPL (AA - - λλ I) I)x = 0x = 0. Vektor eigen adalah anggota Null(. Vektor eigen adalah anggota Null(AA - - λλ I I))

Null(A - λ I)

Null(A - λ I)-{0}

Himpunan semua penyelesaian SPL (A - λ

I)x = 0

Himpunan semua vektor eigen bersesuaian

dengan λ 0

Page 200: MATEMATIKA 3 SIPIL

Ruang EigenRuang Eigen

0

Ruang penyelesaian SPL (A - λ I)x = 0

Null(A - λ I)x

Ruang Eigen Eλ

Ruang eigen A yang bersesuaian dengan λ terdiri atas semua vektor eigen yang bersesuaian dengan λ dan vektor nol

Null(A - λ I) = Eλ

Menentukan Eλ sama dengan menentukan himpunan penyelesaian SPL

(A - λ I)x = 0

Page 201: MATEMATIKA 3 SIPIL

Menentukan ruang eigen EMenentukan ruang eigen Eλλ

• Diberikan vektor matriks Diberikan vektor matriks AA dan salah satu nilai eigennya, misalnya dan salah satu nilai eigennya, misalnya λλ = = 3. Tentukan semua vektor eigen yang bersesuaian dengan 3. Tentukan semua vektor eigen yang bersesuaian dengan λλ = 3. = 3.

1 2 3

3

1 2 3

2 0

3 0

2 2 0

x x x

x

x x x

1

2

3

2

0

x a

x a

x

1

2 ,

0

a a R

1

2

3

1 3 1 1 0

( 3 ) 0 3 3 3 0

2 1 1 3 0

x

A I x x

x

SPL (A - 3 I)x = 0

Penyelesaian

Himpunan vektor eigen A bersesuaian dengan λ =3 :

Himpunan penyelesaian

1

2 , 0,

0

a a a R

1 3 1 1

0 3 3 3

2 1 1 3

A I

1 1 1

0 3 3

2 1 1

A