mata merah visus normal

52
BAB I PENDAHULUAN Mata merah merupakan keluhan penderita yang sering kita dengar. Keluhan ini timbul akibat ada perubahan warna bola mata yang sebelumnya putih menjadi merah. Pada mata normal sklera terlihat berwarna putih karena sklera dapat terlihat melalui bagian konjungtiva dan kapsul Tenon dan tembus sinar. Hiperemia konjungtiva terjadi akibat bertambahnya asupan pembuluh darah ataupun berkurangnya pengeluaran darah. Mata terlihat merah akibat melebarnya pembuluh darah konjungtiva yang terjadi pada peradangan mata akut, seperti : konjungtivitis, keratitis, atau iridosiklitis. Pada keratitis, pleksus arteri konjungtiva permukaan melebar. Sedangkan mata merah pada konjungtiva akibat pelebaran pembuluh arteri konjungtiva posterior dan arteri siliar anterior atau episklera. Pada konjungtiva terdapat pembuluh darah: Arteri konjungtiva posterior, memperdarahi konjungtiva bulbi 1

Upload: selena-talakua

Post on 10-Dec-2015

37 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

mata merah visus normal

TRANSCRIPT

Page 1: mata merah visus normal

BAB I

PENDAHULUAN

Mata merah merupakan keluhan penderita yang sering kita dengar. Keluhan ini

timbul akibat ada perubahan warna bola mata yang sebelumnya putih menjadi merah.

Pada mata normal sklera terlihat berwarna putih karena sklera dapat terlihat melalui

bagian konjungtiva dan kapsul Tenon dan tembus sinar. Hiperemia konjungtiva terjadi

akibat bertambahnya asupan pembuluh darah ataupun berkurangnya pengeluaran darah.

Mata terlihat merah akibat melebarnya pembuluh darah konjungtiva yang terjadi

pada peradangan mata akut, seperti : konjungtivitis, keratitis, atau iridosiklitis. Pada

keratitis, pleksus arteri konjungtiva permukaan melebar. Sedangkan mata merah pada

konjungtiva akibat pelebaran pembuluh arteri konjungtiva posterior dan arteri siliar

anterior atau episklera.

Pada konjungtiva terdapat pembuluh darah:

Arteri konjungtiva posterior, memperdarahi konjungtiva bulbi

Arteri siliar anterior atau episklera, yang memberikan cabang:

o Arteri episklera masuk ke dalam bola mata dan dengan arteri siliar

posterior longus bergabung membentuk arteri sirkular mayor atau pleksus

siliar, yang memperdarahi iris dan badan siliar.

o Arteri perikornea, yang memperdarahi kornea

Selain melebarnya pembuluh darah, mata merah juga dapat terjadi akibat

pecahnya salah satu dari kedua pembuluh darah diatas dan darah tertimbun di bawah

jaringan konjungtiva. Keadaan ini disebut sebagai perdarahan subkonjungtiva.

1

Page 2: mata merah visus normal

ANATOMI DAN FISIOLOGI MATA

Anatomi Kelopak Mata

Kelopak atau palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata, serta

mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk film air mata didepan kornea.

Palpebra merupakan alat menutup mata yang berguna untuk melindungi bola mata

terhadap trauma, trauma sinar dan pengeringan bola mata.

Kelopak mempunyai lapis kulit yang tipis pada bagian depan sedang pada bagian

belakang ditutupi selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva tarsal.

Gangguan penutupan kelopak akan mengakibatkan keringnya permukaan mata

sehingga terjadi keratitis et lagoftalmos.

Pada kelopak mata terdapat bagian-bagian :

Kelenjar seperti : kelenjar sebasea, kelenjar moll atau kelenjar keringat, kelenjar

zeis pada pangkal rambut, kelenjar meibom pada tarsus.

Otot seperti : M.orbikularis okuli yang berjalan melingkar didalam kelopak atas

dan bawah, dan terletak dibawah kulit kelopak. Pada dekat tepi margo palpebra

terdapat otot orbikularis okuli yang disebut sebagai M.Rioland, M.Orbikularis

berfungsi menutup bola mata yang dipersarafi N.Fasial. M.Levator palpebra,

yang berorgio pada annulus foramen orbita dan berinsersi M.Levator palpebra

terlihat sebagai sulkus (lipatan) palpebra. Otot ini dipersarafi oleh N.III yang

berfungsi untuk mengangkat kelopak mata atau membuka mata.

Didalam kelopak terdapat tarsus yang merupakan jaringan Ikat dengan kelenjar

di dalamnya atau kelenjar meibom yang bermuara pada margo palpebra.

2

Page 3: mata merah visus normal

Septum orbita yang merupakan jaringan fibrosis berasal dari rima orbita

merupakan pembatas isi orbita dengan kelopak depan.

Tarsus ditahan oleh septum orbita yang melekat pada rima orbita pada seluruh

lingkaran pembukaan rongga orbita. Tarsus (terdiri atas jaringan ikat yang

merupakan jaringan penyokong kelopak dengan kelenjar meibom (40 buah di

kelopak atas dan 20 pada kelopak bawah).

Pembuluh darah yang memperdarahinya adalah arteri palpebra.

Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal Nervus V,

sedangkan kelopak bawah oleh cabang ke II saraf ke V.

Anatomi Sistem Lakrimal

Sistem lakrimal terdiri atas 2 bagian, yaitu :

- Sitem produksi atau glandula lakrimal. Glandula lakrimal terletak ditemporo

antero Superior rongga orbita.

- Sistem ekskresi, yang terdiri atas pungtum lakrimal,kanalikuli lakrimal, sakus

lakrimal dan duktus nasolakrimal. Sakus lakrimal terletak di bagian nasal depan

rongga orbita. Air mata dari duktus lakrimal akan mengalir kedalam rongga

hidung di dalam meatus inferior.

Film air mata berguna untuk kesehatan mata. Air mata akan masuk kedalam sakus

lakrimal melalui pungtum lakrimal. Pungtum lakrimal tidak menyinggung bola mata,

maka air mata akan keluar melalui margo palpebra yang disebut epifora.

3

Page 4: mata merah visus normal

Anatomi Konjungtiva

Konjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan kelopak bagian

belakang. Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel Goblet

yang bersifat membsahi bola mata yaitu kornea.

Konjungtiva terdiri atas 3 bagian, yaitu :

1. Konjungtiva tarsal yang menutupi tarsus, konjungtiva tarsal sukar di gerakan dari

tarsus.

2. Konjungtiva bulbi yang menutupi sclera dan mudah digerakan dari sklera di

bawahnya.

3. Konjungtiva fornises atau forniks konjungtiva yang merupakan tempat peralihan

konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi, sehingga bola mata mudah

bergerak.

Anatomi Bola Mata

Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. Bola mata dibagian

depan (kornea) mempunyai kelengkungan yang lebih tajam sehingga terdapat bentuk

dengan 2 kelengkungan yang berbeda.

4

Page 5: mata merah visus normal

Bola mata di bungkus oleh 3 lapis jaringan, yaitu :

1. Sklera merupakan jaringan ikat kenyal memberikan bentuk pada mata,dan

bagian luar yang melindungi bola mata. Bagian depan disebut kornea yang

memudahkan sinar masuk ke dalam bola mata.

2. Jaringan uvea merupakan jaringan vaskuler. Jaringan sklera dan uvea dibatasi

oleh ruang yang mudah dimasuki darah bila terjadi perdarahan pada ruda paksa

di sebut juga perdarahan suprakoroid. Jaringan uvea terdiri atas iris, badan sillier

dan koroid.

3. Lapis ketiga bola mata adalah retina yang mempunyai susunan 10 lapis. Retina

dapat terlepas dari koroid yang disebut ablasi retina.

KORNEA

Kornea (latin cornum= seperti tanduk ) adalah selaput bening mata, bagian

selaput mata yang tembus cahaya, merupakan lapis jaringan yang menutup bola mata

sebelah depan terdiri atas lapis :

1. Epitel

Tebalnya 50µm, terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling

tumpang tindih, yaitu sel basal, sel polygonal, sel gepeng.

Sel basal sering terlihat mitosis sel.

Sel basal berikatan erat dengan sel basal disampingnya dan sel polygonal

didepannya melalui dermosom dan macula okluden, ikatan ini menghambat

pengaliran air, elektrolit dan glukosa yang merupakan barrier.

Sel basal menghasilkan membrane basal yang melekat erat. Bila terjadi

gangguan akan mengakibatkan erosi rekuren.

5

Page 6: mata merah visus normal

Epitel berasal dari ectoderm permukaan.

2. Membran Bowman

Terlatak dibawah membrane basal epitel kornea yang merupakan kolagen

yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan

stroma.

Lapis ini tidak mempunyai daya regenerasi

3. Stroma

Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen. Pada permukaan terlihat

seperti anyaman yang teratur. Keratosit merupakansel stroma kornae yang

merupakan fibroblast

4. Membrane Descement

Merupakan membrane aselular dan merupakan batas belakang stroma kornea

yang dihasilkan sel endotel dan merupakan membrane basalnya.

Bersifat sangat elastic dan berkembang terus seumur hidup.

5. Endotel

Berasal dari mesotelium, melekat pada membrane descement melalui

hemidesmosom dan zonula okluden.

Sumber – sumber nutrisi untuk kornea adalah pembuluh – pembuluh darah

limbus, humour aquaeus dan air mata. Kornea superficial juga mendapatkan oksigen

sebagian besar dari atmosfer. Saraf-saraf sensorik kornea didapat dari percabangan

pertama (oftalmika) dari nervus kranialis V (trigeminus). Transparansi kornea

disebabkan oleh strukturnya yang seragam, avaskularitasnya dan deturgensinya.

6

Page 7: mata merah visus normal

UVEA

Uvea terdiri dari iris, korpus silier dan khoroid. Bagian ini adalah lapisan

vascular . tengah mata dan dilindungi oleh kornea dan sclera

IRIS

Merupakan lanjutan dari badan siliar kedepan dan merupakan diafagma

yang membagi bola mata menjadi dua segmen anterior dan segmen posterior.

Berbentuk sirkular yang ditengah- tengahnya berlubang yang disebut pupil.

Secara histology iris terdiri dari stroma yang jarang dan diantaranya

terdapat lekukan –lekukan yang berjalan radier yang disebut kripta. Di dalam

stroma terdapat sel pigmen yang bercabang, banyak pembulluh darah dan serat

saraf . dipermukaan anterior ditutup oleh endotel terkecuali kripta, dimana

pembuluh darah dalam stroma dapat berhubunganb langsung dengan cairan coa,

yang memungkinkan cepatnya terjadi pengaliran makanan ke coa dan

sebaliknya.

Di bagian posterior dilapisi oleh dua epitel yang mrupakan lanjutan dari

epitel pigmen retina. Permukaan depan iris warnanya sangat bervariasi

tergantung pada sel pigmen yang bercabang yang terdapat didalam stroma.

Jaringan otot iris tersusun longgar dengan otot polos yang melingkar

pupil (m. Sfingter pupil ) terletak di dalam stroma dekat pupil dan di atur oleh

saraf parasimpatis (N. III) dan yang berjalan radial dari akar iris ke pupil

(m. dilatator pupillae) terletak di bagian posterior stroma dan diatur oleh saraf

simpatis.

Iris menipis didekat perlekatannya di badan siliar dan menebal didekat

pupil. Pembuluh darah disekitar pupil disebut sirkulus minor dan yang berada

dekat badan siliar disebut sirkulus mayor. Iris dipersarafi oleh nervus nasosiliar

cabang dari saraf cranial III yang bersifat simpatis untuk midriasis dan

parasimpatis untuk miosis.

7

Page 8: mata merah visus normal

Pupil bekerja sebagai apertura yang didapat didalam kamera. Dalam

keadaan radang, didapatkan iris menebal dan pupil mengecil. Dalam keadaan

normal pupil sentral bulat, isokor (sama kanan dan kiri), reaksi cahaya langsung

dan tidak langsung positif. Reaksi pupil ada tiga, yaitu reaksi cahaya langsung

dan tidak langsung, reaksi terhadap titik dekat, dan terhadap obat-obatan.

BADAN SILIAR

Berbentuk segitiga terdiri dari dua bagian, yaitu :

- pars korona, pada bagian anterior bergerigi panjangnya kira-kira 2mm

- pars plana, yang posterior tidak bergerigi, panjangnya 4mm

Badan siliar dimulai dari pangkal iris ke belakang sampai koroid terdiri

atas otot siliar dan prosesus siliar. Otot siliar berfungsi untuk akomodasi. Jika

otot ini berkontraksi ai menarik prosesus siliar dan koroid kedapan dan ke dalam,

mengendorkan zonula zinni sehingga lensa menjadi lebih cembung.

Radang pada badan siliar akan mengakibatkan melebarnya pembuluh

darah di daerah limbus yang akan mengakibatkan mata merah yang merupakan

gambaran khas peradangan intraokular.

Prosesus siliar menghasilkancairan mata yaitu, akueous humour yang

mengisi coa. Yang berfungsi memberi makanan untuk kornea dan lensa. Pada

peradangan akibat hiperemi yang aktif, maka pembentukan cairan mata

bertambah sehingga dapat menyebabkan tekanan intraokuler meninggi dan

timbullah glukoma sekunder. Bila peradangan hebat dan merusak sebagian badan

siliar maka produksi akueous humour berkurang, tekanan berkurang dan berakhir

sebagai atrofi bulbi okuli.

KOROID

8

Page 9: mata merah visus normal

Koroid merupakan suatu membran yang berwarna cokelat tua, yang

terletak diantara sklera dengan retina terbentang dari ora serata sampai ke papil

saraf optik.

Koroid terdri dari beberapa lapisan yaitu :

- lapisan epitel pigmen

- membran bruch (lamina vitrea)

- koriokapiler

- pembuluh darah sedang

- pembuluh darah besar

- suprakoroid

lapisan suprakoroid terdiri dari lapisan protropoblas yang mengandung

nukleus. Membran bruch merupakan membran yang tidak berstruktur. Pembuluh

darah besar kebanyakan terdiri dari pembuluh balik yhang kemudian bergabung

menjadi 4 vena vortikosa, yang keluar dari tiap kuadran posterior bola mata yang

menembus sklera.

Pembuluh darah arteri berasal dari arteri siliais brevis yang mengandung

serat elastis dan khromatofor. Koroid melekat erat pada pinggir N.II dan berakhir

di oraserata.

LENSA

Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular tak berwarna dan hampir

transparan sempurna. Tebalnya kira-kira 4mm dan diameternya 9mm. Dibelakang iris.

Lensa digantung oleh zonula, yang menghubungkannya dengan korpus silier. Disebelah

anterior lensa terdapat humor aquaeus, disebelah posteriornya vitreus. Kapsul lensa

9

Page 10: mata merah visus normal

adalah suatu membran yang semi permiabel ( sedikit lebih permeabel dari pada dinding

kapiler) yang akan memperoleh air dan elektrolit masuk.

Lensa ditahan ditempatnya oleh ligamentum yang dikenal sebagai zonula (zonula

zinnii), yang tersusun dari banyak fibril dari permukaan korpus siliare dan menyisip ke

dalam ekuator lensa.

Secara fisiologik lensa mempunyai sifat tertentu :

kenyal atau lentur karena memegang peranan terpenting dalam akomodasi untuk

menjadi cembung.

Jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan

Terletak ditempatnya.

Keadaan patologik lensa ini dapat berupa :

Tidak kenyal pada orang dewasa yang akan mengakibatkan presbiopia

Keruh atau apa yang disebut katarak

Tidak berada ditempat atau subluksasi dan dislokasi.

RETINA

Retina adalah selapis lembar tipis jaringan saraf yang semi transparan. Retina

merupakan reseptor yang menerima rangsangan cahaya.

Retina berbatas dengan koroid dengan sel pigmen epitel retina, dan terdiri atas lapisan :

Membrana limitans interna

Lapisan serat saraf yang mengandung akson –akson sel ganglion yang berjalan

menuju kenervus optikus,

10

Page 11: mata merah visus normal

Lapisan sel ganglion

Lapisan pleksiformis dalam, yang mengandung sambungan-sambungan sel

ganglion dengan sel amakrin dan sel bipolar

Lapisan inti dalam badan sel bipolar, amakrin dan sel horizontal

Lapisan pleskiformis luar, yang mengandung sambungan-sambungan sel bipolar

dan sel horizontal dengan fotoreseptor

Lapisan inti luar sel fotoreseptor

Membran limitans eksterna

Lapisan fotoreseptor segmen dalam dan luar batang dan kerucut

Epitelium pigmen retina

Warna retina biasanya jingga dan kadana – kadang pucat pada anemia dan iskemia

dan merah pada hiperemia.

Pembuluh darah di dalam retina merupakan percabangan arteri oftalmika, arteri

retina sentral masuk retina melalui papil saraf optik yang akan memberikan nutrisi pada

retina dalam.

Lapisan luar retina atau sel kerucut dan batang mendapat nutrisi dari koroid.

Untuk melihat fungsi retina maka dilakukan pemeriksaan subyektif retina seperti :

Tajam penglihatan

Penglihatan warna

Lapang pandang

Pemeriksaan obyektif adalah :

Elektroretino – gram (ERG)

11

Page 12: mata merah visus normal

Elektrookulogram (EOG)

Visual Evoked Respons (VER)

SARAF OPTIK

Saraf optik yang keluar dari polus posterior bola mata membawa 2 jenis serabut

saraf yaitu : saraf penglihatan dan serabut pupilomotor. Kelainan saraf optik

menggambarkan gangguan yan diakibtakan tekanan langsung atau tidak langsung

terhadap saraf optik ataupun perubahan toksik dan anoksik yang mempengaruhi

penyaluran aliran listrik.

SKLERA

Bagian putih bola mata yang bersama-sama dengan kornea merupakan

pembungkus dan pelindung isi bola mata. Sklera berjalan dari papil saraf optik sampai

kornea.

Sklera anterior ditutupi oleh 3 lapis jaringan ikat vaskular, sklera mempunyai

kekakuan tertantu sehingga mempengaruhi pengukuran tekanan bola mata. Walau pun

sklera kaku dan tipisnya 1mm ia masih tahan terhadap kontusio trauma tumpul.

Kekakuan sklera dapat meninggi pada pasien diabetes melitus, atau merendah pada

eksoftalmos goiter, miotika dan maminum air banyak.

RONGGA ORBITA

12

Page 13: mata merah visus normal

Rongga orbita adalah rongga yang berisi bola mata dan terdapat 7 tulang yang

membentuk dinding orbita yaitu :

Lakrimal

Etmoid

Sfenoid

Frontal

Dasar orbita yang terutama terdiri atas tulang maksila, bersama – sama tulang

palatinum dan zigomatikus.

Rongga orbita yang berbentuk piramid ini terletak pada keua sisi rongga hidung.

Dinding lateral orbita membentuk sudut 45°dengan dinding medialnya.

Dinding orbita terdiri atas tulang – tulang :

1. Atap atau superior : os. Frontal

2. Lateral : os. Frontal, os. Zigomatik, ala magna os. Sfenoid

3. Inferior : os. Zigomatik, os. Maksila, os.palatina

4. Nasal : os. Maksila, os. Lakrimal, os.etmoid

Foramen optik terletak pada apeks rongga orbita, dilalui oleh saraf optik, arteri,

vena, dan saraf simpatik yang berasal dari pleksus karotid.

Fisura orbita superior di sudut orbita atas temporal dilalui oleh saraf lakimal (V),

saraf frontal (V), saraf troklear (IV), saraf okulomotor (III), saraf nasosiliar (V), abdusen

(VI), dan arteri vena oftalmik.

Fisura orbita inferior terlatak didasar tengah temporal orbita dilalui oleh saraf

infra-orbita dan zigomatik dan arteri infra orbita.

13

Page 14: mata merah visus normal

Fosa lakrimal terletak disebelah temporal atas tempat duduknya kelenjar

lakrimal.

OTOT PENGGERAK MATA

Otot ini menggerakkan mata dengan fungsi ganda dan untuk pergerakkan mata

tergantung pda letak dan umbu penglihatan sewaktu aksi otot.

Otot penggerak mata terdiri atas 6 otot yaitu :

1. Oblik inferior, aksi primer -ekstorsi dalam abduksi

Sekunder - elevasi dalam aduksi

- abduksi dalam elevasi

2. Oblik superior, aksi primer - intorsi pada abduksi

Sekunder - depresi dalam aduksi

- abduksi dalam depresi

3. Rektus inferior, aksi primer - depresi pada abduksi

Skunder - ekstorsi pada abduksi

- aduksi pada depresi

4. Rektus lateral, aksi - abduksi

5. Rektus medius, aksi - aduksi

6. Rektus superior, aksi primer - elevasi dalam abduksi

Sekunder - intorsi dalam aduksi

14

Page 15: mata merah visus normal

- aduksi dalam elevasi

1. Otot Oblik inferior

Oblik inferior mempunyai origo pada fosa lakrimal tulang lakrimal, berinsersi

pada sklera posterir 2mm dari kedudukan makula, dipersarafi saraf okulomotor,

bekarja untuk menggerakkan mata keatas, abduksi dan eksiklotorsi.

2. Otot Oblik Superior

Oblik superior berorigo pada anulus Zinn dan ala parva tulang sfenoid diatas

foramen optik, berjalan menuju troklea dan dikatrol balik dan kemudian berjalan

diatas otot rektus superior, yang kemudian berinsersi pada sklera dibagian

temporal belakang bola mata. Oblik superior dipersarafi saraf ke IV atau saraf

troklear yang keluar dari bagian dorsal susunan saraf pusat. Oblik superior

merupakan otot penggerak mata yang terpanjang dan tertipis

3. Otot Rektus Inferior

Rektus inferior mempunyai origo pada anulus Zinn, berjalan antara oblik inferior

dan bola mata atau sklera dan insersi 6mm di belakang limbus yang pada

persilangan dengan oblik inferior diikat kuat oleh ligamen Lockwood. Rektus

inferior dipersarafi oleh n.III

Fungsi menggerakkan mata - depresi (gerak primer)

- eksiklotorsi (gerak sekunder)

- aduksi (gerak sekunder)

Rektus inferior membentuk sudut 23° dengan sumbu penglihatan.

4. Otot Rektus Lateral

15

Page 16: mata merah visus normal

Rektus lateral mempunyai origo pada anulus Zinn diatas dan di bawah foramen

optik. Rektus lateral dipersarafi oleh N.VI dengan menggerakan mata terutama

abduksi

5. Otot Rektus Medius

Rektus medius mempunyai origo pada anulus Zinn dan pembungkus dura saraf

optik yang sering memberikan rasa sakit pada pergerakkan mata bila terdapat

neuritis retrobulbar, dan berinsersi 5mm dibelakang limbus. Rektus medius

merupakan otot mata yang paling tebal dengan tendon terpendek.

6. Otot Rektus Superior

Otot superior mempunyai origo pada anulus Zinn dekat fisura orbita superior

beserta lapis dura saraf optik yang akan memberikan rasa sakit pada pergerakkan

bola mata bila terdapat neuritis retrobulbar. Otot ini berinsersi 7mm di belakang

limbus dan dipersarafi cabang superir N.III.

Fungsinya mengerakkan mata

- elevasi, terutama bila mata melihat ke lateral

- Aduksi , terutama bila tidak melihat ke lateral dan Insiklotorsi

BAB II

16

Page 17: mata merah visus normal

PEMBAHASAN

MATA MERAH VISUS NORMAL

A. MATA MERAH DENGAN PENGLIHATAN NORMAL DAN TIDAK KOTOR

ATAU SEKRET

PTERIGIUM

Gambar 1. Tampak jaringan fibrovaskuler konjungtiva.

Definisi

Pterygium merupakan suatu pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva yang

bersifat degeneratif dan invasif. Biasanya terletak di celah kelopak dan sering meluas ke

daerah pupil Puncaknya terletak dikornea dan dasarnya dibagian perifer.

Penyebab

Penyebab pasti dari pterygium tidak diketahui. Tetapi, faktor penyebab yang paling

umum adalah :

1. Terkena paparan sinar matahari yang berlebihan

2. Bekerja di luar rumah

17

Page 18: mata merah visus normal

3. Paparan berlebihan pada lingkungan yang keras seperti debu, kotoran, panas,

angin, kekeringan dan asap.

Epidemiologi

Umum terjadi pada usia 20-30 tahun dan di daerah yang beriklim tropis.

Gambar 2. Pterigium

Gejala

Gejala pterygium bervariasi dari orang ke orang. Pada beberapa orang,

pterigyum akan tetap kecil dan tidak mempengaruhi penglihatan. Pterygium ini

diperhatikan karena alasan kosmetik. Pada orang yang lain, pterygium akan tumbuh

cepat dan dapat meyebabkan kaburnya penglihatan. Pterygium tidak menimbulkan rasa

sakit.

Gejalanya termasuk :

1. Mata merah

2. Mata kering

3. Iritasi

4. Keluar air mata (berair)

5. Sensasi seperti ada sesuatu dimata

18

Page 19: mata merah visus normal

6. Penglihatan yang kabur

Penatalaksanaan

Tidak diperlukan pengobatan karena bersifat rekuren terutama pada pasien yang

masih muda. Bila pterygium meradang dapat diberikan steroid atau tetes mata

dekongestan. Pengobatan pterygium adalah bersifat konservatif atau dilakukan

pembedahan bila terjadi gangguan penglihatan akibat terjadi astgigmatisme ireguler atau

pterygium yang telah menutupi media penglihatan. Tindakan pembedahan kombinasi

autograph konjungtiva dan eksisi adalah suatu tindakan bedah plastic yang dilakukan

bila pterygium telah mengganggu penglihatan dan mengurangi risiko kekambuhan.

Pencegahan

Secara umum, lindungi mata dari paparan langsung sinar matahari, debu, dan angin,

misalnya dengan memakai kacamata hitam.

PSEUDOPTERIGIUM

Gambar 3. Pseudopterigium

Pseudopterigium merupakan perlekatan konjungtiva dengan kornea yang cacat.

Sering pseudopterigium ini terjadai pada proses penyembuhan tukak kornea, sehingga

19

Page 20: mata merah visus normal

konjungtiva menutupi kornea. Letak pseudopterygium ini pada daerah konjungtiva yang

terdekat dengan proses kornea sebelumnya.

PTERIGIUM PSEUDOPTERIGIUM

1. Lokasi Selalu di fisura palpebra Sembarang lokasi

2.Progresifitas Bisa progresif atau stasioner Selalu stasioner

3.Riwayat peny. Ulkus kornea (-) Ulkus kornea (+)

4.Tes sondase Negatif Positif

Pseudopterygium tidak memerlukan pengobatan, serta pembedahan, kecuali

sangat mengganggu visus, atau alasan kosmetik.

20

Page 21: mata merah visus normal

PINGUEKULA

Definisi

Pinguekula merupaka benjolan pada konjungtiva bulbi yang merupakan

degenerasi hialin jaringan submukosa konjungtiva.

Pinguecula sangat umum terjadi, tidak berbahaya, biasanya bilateral (mengenai

kedua mata). Pinguecula biasanya tampak pada konjungtiva bulbar berdekatan dengan

limbus nasal (di tepi/pinggir hidung) atau limbus temporal. Terdapat lapisan berwarna

kuning-putih (yellow-white deposits), tak berbentuk (amorphous) .

Patogenesis

Patogenesis belum jelas, tetapi umumnya diterima, bahwa rangsangan luar

mempunyai peranan pada timbulnya pinguekula. Sebagai rangsangan luar antara lain

adalah panas, debu, sinar matahari, udara kering.

Pengobatan

Biasanya tidak diperlukan,jika terjadi inflamasi/ radang akut yang disebut

pinguekulitis, maka diberikan anti radang

Pencegahan

Mencegah rangsangan luar sangat dianjurkan

Gambar 4. Pinguekula

21

Page 22: mata merah visus normal

HEMATOMA SUBKONJUNGTIVA

Hematoma subkonjungtiva dapat terjadi pada keadaan dimana pembuluh darah

rapuh (umur, hipertensi, arteriosklerosis, konjungtivitis hemorraghik, pemakaian

antikoagulan, batuk rejan). Perdarahan subkonjungtiva dapat juga terjadi akibat trauma

langsung atau tidak langsung, yang kadang menutupi perforasi jaringan bola mata yang

terjadi. Pada fraktur basis cranii akan terlihat hematoma kaca mata karena berbentuk

kacamata yang berwarna biru pada mata.

Besaranya perdarahan subkonjungtiva ini dapat kecil atau luas di seluruh

subkonjungtiva. Warna merah pada konjungtiva pasien memberikan rasa was-was

sehingga pasien akan segera minta pertolongan pada dokter. Warna merah akan menjadi

hitam setelah beberapa lama, seperti pada hematoma umumya.

Biasanya tidak perlu pengobatan karena akan diserap dengan spontan dalam

waktu 1-3 minggu5.

EPISKLERITIS – SKLERITIS

Episkleritis

Merupakan reaksi radang jaringan ikat vaskular yang terletak anatara

konjungtiva dan permukaan sklera. Radang episklera dan sklera mungkin disebabkan

reaksi hipersensitivitas terhadap penyakit sistemik seperti TB, Reumathoid artritis, SLE,

dan lainnya. Merupakan reaksi toksik, alergi atau merupakan bagian dari infeksi. Dapat

saja kelainan ini terjadi secara spontan dan idiopatik.

Episkleritis umumnya mengenai satu mata dan terutama perempuan usia pertengahan

dengan bawaan penyakit rematik.

Keluhannya dapat berupa :

1. mata terasa kering

22

Page 23: mata merah visus normal

2. rasa sakit yang ringan

3. mengganjal

4. konjungtiva yang kemotik.

Bentuk radang yang terjadi pada episkleritis mempunyai gambaran khas, yaitu

berupa benjolan setempat dengan batas tegas dan warna merah ungu di bawah

konjungtiva. Bila benjolan ini ditekan dengan kapas atau ditekan pada kelopak di atas

benjolan, akan memberikan rasa sakit yang menjalar ke sekitar mata. Pada episkleritis

bila dilakukan pengangkatan konjungtiva di atasnya, maka akan mudah terangkat atau

dilepas dari pembuluh darah yang meradang. Perjalanan penyakit ini mulai dengan

episode akut dan terdapat riwayat berulang dan dapat berminggu atau berbulan bulan.

Terlihat mata merah satu sektor yang disebabkan melebarnya pembuluh darah di

bawah konjungtiva. Pembuluh darah ini mengecil bila diberi fenil efrin 2,5% topikal.

Pengobatan yang diberikan adalah vasokonstriktor, pada keadaan yang berat

diberi kortikosteroid tetes mata atau sistemik atau salisilat.

Pada episkleritis jarang terlibat kornea dan uvea, penglihatan normal, dapat sembuh

sempurna atau bersifat residif yang menyerang tempat yang sama ataupun berbeda-beda

dengan lama sakit umumnya berlangsung 4-5 minggu. Penyulit yang dapat timbul

adalah terjadinya peradangan lebih dalam pada sklera yang disebut skleritis.

Gambar 5. Episkleritis

23

Page 24: mata merah visus normal

Skleritis

Adalah reaksi radang yang mempengaruhi bagian luar berwarna putih yang

melapisi mata.Penyakit ini biasanya disebabkan kelainan atau penyakit sistemik.

Skleritis dibedakan menjadi :

1. Skleritis anterior diffus

Radang sklera disertai kongesti pembuluh darah episklera dan sklera, umumnya

mengenai sebagian sklera anterior, peradangan sklera lebih luas, tanpa nodul.

2. Skleritis nodular

Nodul pada skleritis noduler tidak dapat digerakkan dari dasarnya, berwarna

merah, berbeda dengan nodul pada episkleritis yang dapat digerakkan.

3. Skleritis nekrotik

Jenis skleritis yang menyebabkan kerusakan sklera yang berat.

Gambar 6. Skleritis

Gejala

- Kemerahan pada sklera dan konjungtiva

- Terdapat perasaan sakit yang berat yang dapat menyebar ke dahi, alis dan dagu

yang kadang membangunkan sewaktu tidur akibat sakitnya yang sering kambuh.

24

Page 25: mata merah visus normal

- Fotofobia

- Mata berair

- Penglihatan menurun

Pengobatan

Pada skleritis dapat diberikan suatu steroid atau salisilat. Apabila ada penyakit

yang mendasari, maka penyakit tersebut perlu diobati.

B. MATA MERAH DENGAN PENGLIHATAN NORMAL DAN TIDAK KOTOR

ATAU SEKRET

KONJUNGTIVITIS

Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva / radang selaput lendir yang

menutupi belakang kelopak dan bola mata, dalam bentuk akut maupun kronis.

Konjunctivitis dapat disebabkan bakteri, virus, klamidia, alergi, toksik, dan berkaitan

dengan penyakit sistemik .

VIRUS BAKTERI ALERGI

GATAL Minimal Minimal Berat

HIPEREMI Menyeluruh Menyeluruh Menyeluruh

LAKRIMASI + + + +

EKSUDAT

(SEKRET)

Minimal

(serous,

mukous)

Banyak (muko-

purulen/purulen)

Minimal

(berserbut,lengket

putih)

25

Page 26: mata merah visus normal

ADENOPATI + Jarang -

SEL-SEL Monosit PMN Eosinofil

      Gambaran klinis yang terlihat pada konjungtivitis dapat berupa hiperemi konjungtiva

bulbi (injeksi konjungtiva), lakrimasi, eksudat dengan sekret yang lebih nyata di pagi

hari, pseodoptosis akibat kelopak membengkak, kemosis, hipertrofi papil, folikel,

membrane, pseudomembran, granulasi, flikten, mata merasa seperti ada benda asing, dan

adenopati preaurikular. Biasanya sebagai reaksi konjungtivitis akibat virus berupa

terbentuknya folikel pada konjungtiva. 

Jenis Konjungtivitis dapat ditinjau dari penyebabnya dan dapat pula ditinjau dari

gambaran klinisnya yaitu :

1. Konjungtivitis Kataral

2. Konjungtivitis Purulen, Mukopurulen

3. Konjuntivitis Membran

4. Konjungtivitis Folikular

5. Konjungtivitis Vernal

6. Konjungtivitis Flikten

Konjungtivitis Kataral

26

Page 27: mata merah visus normal

Etiologi

Biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri, antara lain stafilokok aureus,

Pneumokok, Diplobasil Morax Axenfeld dan basil Koch Weeks.

Bisa juga disebabkan oleh virus, misalnya Morbili, atau bahan kimia seperti

bahan kimia basa (keratokonjungtivitis) atau bahan kimia yang lain dapat pula

menyebabkan tanda-tanda konjungtivitis kataral. Herpes Zoster Oftalmik dapat pula

disertai konjungtivitis.

Gambaran Klinis

Injeksi konjungtiva, hiperemi konjungtiva tarsal, tanpa folikel, tanpa cobble-

stone, tanpa flikten, terdapat sekret baik serous, mukus, mukopurulen (tergantung

penyebabnya). Dapat disertai blefaritis atau obstruksi duktus lakrimal.

Pengobatan

Pengobatan Konjungtivitis Kataral tergantung kepada penyebabnya. Apabila

penyebabnya karena inf. bakteri maka dapat diberikan antibiotik, seperti : tetrasiklin,

kloromisetin, dan lain-lain. Pada infeksi virus dianjurkan pemakaian sulfasetamid atau

obat anti-virus.

Konjungtivitis Purulen, Mukopurulen

27

Page 28: mata merah visus normal

Etiologi

Pada orang dewasa disebabkan oleh infeksi gonokok, pada bayi (terutama yang

berumur di bawah 2 minggu) bila dijumpai konjungtivitis purulen, perlu dipikirkan dua

kemungkinan penyebab, yaitu infeksi golongan Neisseria (gonokok atau meningokok)

dan golongan klamidia (klamidia okulogenital)

Gambaran Klinis

Gambaran konjungtiva tarsal hiperemi seperti pada konjungtivitis kataral.

Konjungtivitis Purulen ditandai sekret purulen seperti nanah, kadang disertai adanya

pseudomembran sebagai massa putih di konjungtiva tarsal.

Pengobatan

Pengobatan konjungtivitis purulen harus intensif. Penderita harus dirawat

diruang isolasi. Mata harus selalu dibersihkan dari sekret sebelum pengobatan.

Antibiotik lokal dan sistemik

AB sistemik pd dewasa :

Cefriaxone IM 1 g/hr selama 5 hr + irigasi saline atau Penisilin G 10 juta

IU/IV/hr selama 5 hr + irigasi

AB sistemik pd neonatus :

28

Page 29: mata merah visus normal

Cefotaxime 25 mg/kgBB tiap 8-12 jam selama 7 hr atau Penisilin G 100.000

IU/kgBB/hr dibagi dl 4 dosis selama 7 hr + irigasi saline

Konjungtivitis Membran

Etiologi

Konjungtivitis Membran dapat disebabkan oleh infeksi Streptokok hemolitik dan

infeksi difteria. Konjungtivitis Pseudomembran disebabkan oleh infeksi yang hiperakut,

serta infeksi pneumokok.

Gambaran Klinis

Penyakit ini ditandai dengan adanya membran/selaput berupa masa putih pada

konjungtiva tarsal dan kadang juga menutupi konjungtiva bulbi. Massa ini ada dua jenis,

yaitu membran dan pseudomembran.

Pengobatan

Tergantung pada penyebabnya. Apabila penyebabnya infeksi Streptokok B

hemolitik, diberikan antibiotik yang sensitif. Pada infeksi difteria, diberi salep mata

penisillin tiap jam dan injeksi penisillin sesuai umur, pada anak-anak diberikan penisillin

dengan dosis 50.000 unit/KgBB, pada orang dewasa diberi injeksi penisillin 2 hari

masing-masing 1.2 juta unit. Untuk mencegah gangguan jantung oleh toksin difteria,

perlu diberikan antitoksin difteria 20.000 unit 2 hari berturut-turut.

Konjungtivitis Folikular

29

Page 30: mata merah visus normal

Dikenal beberapa jenis konjungtivitis follikular, yaitu konjungtivitis viral,

konjungtivitis klamidia, konjungtivitis follikular toksik dan konjungtivitis follikular

yang tidak diketahui penyebabnya.

Jenis Konjungtivitis Follikular

1. Kerato-Konjungtivitis Epidemi

Etiologi

Infeksi Adenovirus type 8,19,29,37 masa inkubasi 8-9 hari

Gambaran Klinis

Dapat mengenai anak-anak dan dewasa. Gejala radang mata timbul akut

dan selalu pada satu mata terlebih dahulu. Kelenjar pre-aurikuler dapat

membesar dan nyeri tekan, kelopak mata membengkak, konjungtiva tarsal

hiperemi, konjungtiva bulbi kemosis. Terdapat pendarahan subkonjungtiva. Pada

akhir minggu pertama perjalanan penyakit, baru timbul gejala di kornea. Pada

kornea terdapat infiltrat bulat kecil, superfisial, subepitel.

Gejala-gejala subyektif berupa mata berair, silau dan seperti ada pasir.

Gejala radang akut mereda dalam tiga minggu, tetapi kelainan kornea dapat

menetap berminggu-minggu, berbulan-berbulan bahkan bertahun-tahun setelah

sembuhnya penyakit.

Pengobatan

Tidak terdapat pengobatan yang spesifik, dianjurkan pemberian obat

lokal sulfasetamid atau antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder.

2. Demam Faringo-Konjungtiva

30

Page 31: mata merah visus normal

Etiologi

Penyebab paling sering adalah adenovirus tipe 3,4 dan 7

Gambaran Klinis

Lebih sering pada anak daripada orang dewasa. Terdapat demam,

disamping tanda-tanda konjungtivitis follikular akut dan faringitis akut. Kelenjar

pre-aurikuler dapat membesar. Lebih sering mengenai dua mata, kelopak mata

membengkak.

Dua minggu sesudah perjalanan penyakit dapat timbul kelainan kornea,

yaitu terdapat infiltrat bulat kecil superfisial. Faringitis timbul beberapa hari

setelah timbulnya konjungtivitis follikular akut.

Pengobatan

Tidak ada pengobatan yang spesifik

3. Konjungtivitis Hemorraghik Akut

Etiologi

Penyebabnya adalah Entero-virus 70, masa inkubasinya 1-2 hari

Gambaran Klinis

Timbulnya akut, disertai gejala subjektif seperti ada pasir, berair dan

diikuti rasa gatal, biasanya dimulai pada satu mata dan untuk beberapa jam atau

31

Page 32: mata merah visus normal

satu dua hari kemudian diikuti peradangan akut mata yang lain. Penyakit ini

berlangsung 5-10 hari, terkadang sampai dua minggu.

Pengobatan

Tidak dikenal obat yang spesifik, tetapi dianjurkan pemberian tetes mata

sulfasetamid atau antibiotik.

4. Konjungtivitis New Castle

Etiologi

Virus New Castle, masa inkubasi 1-2 hari. Konjungtivitis ini biasanya

mengenai orang-orang yang berhubungan dengan unggas, penyakit ini jarang

dijumpai.

Gambaran Klinis

Gambaran Klinik : kelopak mata bengkak, konjungtiva tarsal hiperemi

dan hiperplasi, tampak folikel-folikel kecil yang terdapat lebih banyak pada

konjungtiva tarsal inferior. Pada konjungtiva tarsal dapat ditemukan perdarahan

dan pada konjungtiviis ini biasanya disertai pembesaran kelenjar pre-aurikular,

nyeri tekan. Sering unilateral

Gejala subjektif : seperti perasaan ada benda asing, berair, silau dan rasa

sakit.

Pengobatan

Tidak ada pengobatan yang efektif, tetapi dapat diberi antibiotik untuk

mencegah infeksi sekunder.

5. Inclusion Konjungtivitis

32

Page 33: mata merah visus normal

Etiologi

Klamidia okulo-genital, masa inkubasi 4-12 hari

Gambaran Klinis

Gambaran kliniknya adalah konjungtivitis follikular akut dan gambaran

ini terdapat pada orang dewasa dan didapatkan sekret mukopurulen, sedang pada

bayi gambaran kliniknya adalah suatu konjungtivitis purulen yang juga disebut

Inclusion blenorrhoe.

Pengobatan

Diberikan tetrasiklin sistemik, dapat pula diberikan sulfonamid atau eritromisin

6. Trachoma

Etiologi

Klamidia trakomatis

Gambaran Klinis

Gambaran klinik terdapat empat stadium :

1. Stadium Insipiens atau permulaan

Folikel imatur kecil-kecil pada konjungtiva tarsal superior, pada kornea di

daerah limbus superior terdapat keratitis pungtata epitel dan subepitel.

Kelainan kornea akan lebih jelas apabila diperiksa dengan menggunakan tes

flurosein, dimana akan terlihat titik-titik hijau pada defek kornea.

2. Stadium akut (trakoma nyata)

Terdapat folikel-folikel di konjungtiva tarsal superior, beberapa folikel matur

berwarna abu-abu

33

Page 34: mata merah visus normal

3. Stadium sikatriks

Sikatriks konjungtiva pada folikel konjungtiva tarsal superior yang terlihat

seperti garis putih halus. Pannus pada kornea lebih nyata.

4. Stadium penyembuhan

trakoma inaktif, folikel, sikatriks meluas tanpa peradangan

Pengobatan

Pemberian salep derivat tetrasiklin 3-4 kali sehari selama dua bulan.

Apabila perlu dapat diberikan juga sulfonamid oral.

Konjungtivitis Vernal

Etiologi

Kemungkinan suatu konjungtivitis atopik

Gambaran Klinis

Gejala subyektif yang menonjol adalah rasa sangat gatal pada mata, terutama bila

berada dilapangan terbuka yang panas terik.

Pada pemeriksaan dapat ditemukan konjungtivitis dengan tanda khas adanya

cobble-stone di konjungtiva tarsalis superior, yang biasanya terdapat pada kedua mata,

tetapi bisa juga pada satu mata. Sekret mata pada dasarnya mukoid dan menjadi

mukopurulen apabila terdapat infeksi sekunder.

Pengobatan

Kortikosteroid tetes atau salep mata.

34

Page 35: mata merah visus normal

Konjungtivitis Flikten

Etiologi

• Disebabkan oleh karena alergi terhadap bakteri atau antigen tertentu

(hipersensitivitas tipe IV).

• Gizi buruk dan sanitasi yg jelek merupakan faktor predisposisi

• Lebih sering ditemukan pd anak-anak

Gejala

Adanya flikten yang umumnya dijumpai di limbus. Selain di limbus, flikten

dapat juga dijumpai di konjungtiva bulbi, konjungtiva taarsal dan kornea. Penyakit ini

dapat mengenai dua mata dan dapat pula mengenai satu mata. Dan sifatnya sering

kambuh

Apabila flikten timbul di kornea dan sering kambuh, dapat berakibat gangguan

penglihatan. Apabila peradangannya berat, maka dapat terjadi lakrimasi yang terus

menerus sampai berakibat eksema kulit. Keluhan lain adalah rasa seperti berpasir dan

silau.

Pengobatan

Usahakan mencari penyebab primernya

Diberikan Kortikosteroid tetes mata/salep

Kombinasi antibiotik + kortikosteroid dianjurkan mengingat kemunginan

terdapat infeksi bakteri sekunder.

35

Page 36: mata merah visus normal

KONJUNGTIVITIS SIKA

Konjungtivitis sika atau konjungtivitis dry eyes adalah suatu keadaan keringnya

permukaan konjungtiva akibat berkurangnya sekresi kelenjar lakrimal.

Etiologi

Terjadi pada penyakit-penyakit yang menyebabkan defisiensi komponen lemak

air mata, kelenjar air mata, musin, akibat penguapan berlebihan atau karena parut kornea

atau hilangnya mikrovili kornea. Bila terjadi bersama atritis rheumatoid dan penyakit

autoimun lain, disebut sebagai sindrom sjogren.

Manifestasi Klinis

Gatal, mata seperti berpasir, silau, dan kadang-kadang penglihatan kabur.

Terdapat gejala sekresi mucus yang berlebihan, sukar menggerakkan kelopak mata, mata

tampak kering, dan terdapat erosi kornea. Pada pemeriksaan tedapat edema konjungtiva

bulbi, hiperemis, menebal dan kusam. Kadang tedapat benang mucus kekuning-

kuningan pada forniks konjungtiva bawah. Keluhan berkurang bila mata dipejamkan.

Komplikasi

Ulkus kornea, infeksi sekunder oleh bakteri, parut kornea, dan noevaskularisasi

kornea.

Penatalaksanaan

Diberikan air mata buatan seumur hidup dan diobati penyakit yang

mendasarinya. Sebaiknya diberikan air mata buatan tanpa zat pengawet kerena bersifat

toksik bagi kornea dan dapat menyebabkan reaksi idiosinkrasi. Dapat dilakukan terapi

bedah untuk mengurangi drainase air mata melalui oklusi pungtum dengan plug silicon.

36

Page 37: mata merah visus normal

BAB III

KESIMPULAN

37

Page 38: mata merah visus normal

Mata akan terlihat merah bila bagian putih mata atau sklera yang ditutup

konjungtiva menjadi merah. Pada mata normal, sklera berwarna putih karena dapat

terlihat melalui bagian konjungtiva. Hiperemia konjungtiva terajadi akibat bertambahnya

asupan pembuluh darah ataupun berkurangnya pengeluaran darah seperti pada

pembendungan pembuluh darah.

Mata merah akibat melebarnya pembuluh darah konjungtiva yang terjadi pada

peradangan mata akut, misalnya konjungtivitis, keratitis, atau iridosiklitis. Pada keratitis,

pleksus arteri perikornea yang lebih dalam akan melebar pada iritis dan glaukoma akut

kongestif. Pada konjungtivitis dimana pembuluh darah superfisial yang melebar, maka

bila diberi efinefrin topikal terjadi vasokonstriksi sehingga mata akan menjadi putih.

Pada konjungtiva terdapat pembuluh darah:

Arteri konjungtiva posterior, memperdarahi konjungtiva bulbi

Arteri siliar anterior atau episklera, yang memberikan cabang:

o Arteri episklera masuk ke dalam bola mata dan dengan arteri siliar

posterior longus bergabung membentuk arteri sirkular mayor atau pleksus

siliar, yang memperdarahi iris dan badan siliar.

o Arteri perikornea, yang memperdarahi kornea.

Melebarnya pembuluh darah konjungtiva atau injeksi konjungtiva ini dapat

terjadi akibat pengaruh mekanis, alergis atau infeksi pada jaringan konjungtiva.

38