merah dengan visus menurun print

25
KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr. Wb. Puji syukur penyusun panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah memberikan karunia-Nya dan nikmat kesehatan yang tiada hentinya sehingga penulis dapat menyelesaikan Refreshing yang berjudul “ Mata Merah Dengan Visus MenurunRefreshing ini disusun dalam rangka meningkatkan pengetahuan sekaligus memenuhi tugas kepaniteraan dokter muda Stase Mata Rumah Sakit Islam Pondok Kopi. Pada kesempatan ini, penyusun ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Dr. Hj. Ratna Mahyudin, Sp.A, Sp.M 2. Orang tua yang selalu mendukung baik secara moril dan materi dan selalu mendoakan keberhasilan penyusun 3. Teman-teman sejawat atas dukungan dan kerjasamanya Semoga dengan adanya Refreshing ini dapat menambah ilmu pengetahuan bagi penyusun dan berguna bagi penyusun maupun peserta didik lainnya. Penyusun menyadari bahwa Refreshing ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penyusun sangat membutuhkan saran dan kritik untuk membangun Refreshing yang lebih baik dimasa yang akan datang. Terimakasih Wassalamualaikum Wr. Wb. Jakarta, 28 Februari 2015 Penyusun 1

Upload: agungkurniawan

Post on 17-Jan-2016

229 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

free

TRANSCRIPT

Page 1: Merah Dengan Visus Menurun Print

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur penyusun panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah memberikan karunia-Nya dan nikmat kesehatan yang tiada hentinya sehingga penulis dapat menyelesaikan Refreshing yang berjudul “ Mata Merah Dengan Visus Menurun”

Refreshing ini disusun dalam rangka meningkatkan pengetahuan sekaligus memenuhi tugas kepaniteraan dokter muda Stase Mata Rumah Sakit Islam Pondok Kopi. Pada kesempatan ini, penyusun ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :1. Dr. Hj. Ratna Mahyudin, Sp.A, Sp.M2. Orang tua yang selalu mendukung baik secara moril dan materi dan selalu mendoakan

keberhasilan penyusun3. Teman-teman sejawat atas dukungan dan kerjasamanya

Semoga dengan adanya Refreshing ini dapat menambah ilmu pengetahuan bagi penyusun dan berguna bagi penyusun maupun peserta didik lainnya.

Penyusun menyadari bahwa Refreshing ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penyusun sangat membutuhkan saran dan kritik untuk membangun Refreshing yang lebih baik dimasa yang akan datang. Terimakasih

Wassalamualaikum Wr. Wb. Jakarta, 28 Februari 2015

Penyusun

1

Page 2: Merah Dengan Visus Menurun Print

MATA MERAH DENGAN VISUS MENURUN

I. KERATITIS

Kornea dapat mengalami peradangan (keratitis) dengan atau tanpa adanya

komponen infektif. Hal ini diikuti perbaikan jaringan , dengan pembentukan luka

dan pembuluh darah, yang berakibat pengapuran kornea dan astigmatisma, sehingga

terjadi penurunan visus. Keratitis dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti

kekurangan air mata, keracunan obat, alergi terhadap suatu jenis obat topikal dan

reaksi konjungtivitis kronis. Keratitis memberikan gejala silau, mata merah, dan

sensasi seperti kelilipan.

Keratitis adalah infeksi pada kornea yang biasanya diklasifikasikan menurut

lapisan kornea yang terkena; yaitu keratitis superfisialis apabila mengenai lapisan

epitel atau Bowman dan keratitis profunda atau keratitis interstisialis (atau disebut

juga keratitis parenkimatosa) yang mengenai lapisan stroma).

1. Keratitis Pungtata

Merupakakan keratitis pada kelenjar Bowman dengan adanya inflitrat berbentuk

bercak halus pada permukaan kornea yang dapat disebabkan oleh berbagai

penyakit infeksi virus antara lain virus herpes, herpes zoster, dan vaksinia,

trakoma, radiasi, dan mata kering. Keratitis pungtata biasanya bilateral dan

berjalan kronis tanpa terlihat kelainan konjungtiva.

a. Keratitis Superfisialis

Merupakakan keratitis superfisial dengan adanya inflitrat berbentuk bintik-

bintik putih pada permukaan kornea. Terjadi pada kornea superfisial, dan

hijau saat pewarnaan fluoresen. Penyebabnya di antaralain adalah

blefaritis, keratopati, dan keracunan obat topikal.

Pasien akan mengeluh sakit, silau, mata merah, dan merasa kelilipan.

Pengobatan yang bisa diberikan adalah air mata buatan, tobramisisn tetes

mata, dan siklopegik.

2

Page 3: Merah Dengan Visus Menurun Print

b. Keratitis pungtata subepitel

Terjadi di daerah kelenjar bowman. Biasanya bilateral dan kronis, nampak

kelainan konjungtiva.

2. Keratitis Marginalis

Merupakan infiltrat yang tertimbun pada tepi kornea sejajar dengan limbus. Bila

tidak diobati dapat menyebabkan tukak pada kornea. Penyakit ini dapat terjadi

berulang dengan adanya Streptococcus pneumonia, Hemophilus aegepty,

Moraxella lacunata, dan Esrichia. Biasanya penderita akan mengeluh sakit

seperti kelilipan, keluar banyak air mata, sakit, sengan fotofobia berat.

Pengobatan yang dapat diberikan berupa vitamin B dan C dosis tinggi.

3. Keratitis Interstisial

Keratitis ini terjadi pada jaringan kornea lebih dalam, merupakan keratitis

nonsupuratif profunda yang disertai dengan neovaskularisasi. Pasien biasanya

akan mengeluhkan fotofobia, keluar banyak air mata, dan penurunan visus.

Kelainan ini biasanya bilateral.

Pada kornea keruh, sehingga iris susah dilihat. Terdapat injeksi siliar disertai

pembuluh darah ke arah dalam sehingga memberikan gambaran merah pucat

“salmon patch”. Pada keratitis akibat sifilis akan ditemukan trias Hutchinson,

sadlenose, dan serologik positif terhadap sifilis.

Pengobatan yang dapat diberikan berupa tetes mata atropin untuk mencegah

sinekia.

4. Keratitis bakterial

Keratitis yang disebabkan oleh bakteri, dapat berupa bakteri gram negatif atau

gram positif. Terapi antibitotik yang diberikan untuk bakteri gram negatif

adalah tobramisin 15mg/ml, gentamisin 15mg/ml, polimiksin. Antibiotik untuk

gram positif antaralain cefazolin 50mg/ml, vancomycin , dan basitrasin. Selain

itu siklopegik diberikan untuk istirahat mata.

3

Page 4: Merah Dengan Visus Menurun Print

5. Keratitis Jamur

Pasien biasanya akan mengeluh sakit mata hebat, berair, dan silau. Gejala yang

bisa didapatkan pada pasien adalah infiltrat yang berhifa dan satelit. Disetai juga

adanya cincin endotel dengan plak yang tampak bercabang. Diagnosis dibuat

dengan preparat KOH10% menunjukkan adanya hifa. Pengobatan yang

diberikan adalah gentamisin setiap 1-2 jam.

6. Keratitis Herpes Simpleks

Virus herpes simpleks merupakan parasit intraselular obligat, dapat ditemukan

pada mukosa rongga hidung, rongga mulut, dan mata.

Bentuk infeksi keratitis herpes simpleks dibagi dalam 2 bentuk yaitu epitelial

dan stromal. Pada yang epithelial akan mengakibatkan kerusakan sel epitel dan

membentuk ulkus kornea superfisialis. Pada yang stromal terjadi reaksi

imunologik tubuh terhadap virus yang menyerang reaksi antigen-antibodi yang

menarik sel radang ke dalam stroma. Sel radang ini mengeluarkan bahan

proteolitik untuk merusak virus tetapi juga akan merusak jaringan stromal di

sekitarnya. Pengobatan pada yang epitelial ditujukan terhadap virusnya sedang

pada yang stromal ditujukan untuk menyerang virus dan reaksi radangnya.

a. Tipe epitel

Gambaran klinis infeksi primer herpes simpleks pada mata biasanya berupa

konjungtivitis folikulasris akut disertai blefaritis vesikuler yang ulseratif,

serta pembengkakan kelenjar limfa regional. Kebanyakan penderita juga

disertai keratitis epitelial dan dapat mengenai troma tetapi jarang. Pada

dasarnya infeksi primer ini dapat sembuh sendiri, akan tetapi pada keadaan

tertentu di mana daya tahan tubuh sangat lemah akan menjadi parah dan

menyerang stroma.

Gambaran khas pada kornea adalah bentuk dendrit, akan tetapi dapat juga

bentuk lain. Secara subjektif, keratitis herpes simpleks epitelial kadang tidak

dikeluhkan oleh penderita, keluhan mungkin karena kelopak yang sedikit

membengkak atau mata berair yang bila sering diusap menyebabkan lecet

kulit palpabra. Secara objektif didapatkan iritasi yang ringan, sedikit merah,

berair, dan unilateral.

4

Page 5: Merah Dengan Visus Menurun Print

b. Tipe stromal

Pada serangan berulang, kornea menjadi target utama dan menimbulkan

keratitis stroma yang dapat disertai dengan uveitis. Gambaran pada kornea

adalah lesi disiformis tetapi dapat juga bentuk-bentuk lain yang tidak

spesifik dan lazim disebut keratitis meta-herpetika. Pada keadaan ini

penderita datang dengan keluhan silau, mata berair, penglihatan kabur dan

pada pemeriksaan didapatkan injeksi konjungtiva dan silier, penderita

menutup matanya karena silau, dan pada kornea didapatkan infiltrat stroma

yang dapat disertai uveitis dan hipopion.

Pada keratitis epitel/dendritik dapat diberikan trifuldin per 2 jam atau

antiviral oral 5x400mg/hari. Pada keratitis stromal

7. Keratokonjungtivitis Epidemi

Keratitis yang terbentuk pada keratokonjungtivitis epidemi adalah akibat

reaksi peradangan kornea dan konjungtiva yang disebabkan oleh reaksi

alergi terhadap adenovirus tipe 9, 19 atau 37. Penyakit ini timbul sebagai

suatu epidemi, bersifat bilateral.

Keluhan umum demam, gangguan saluran nafas, penglihatan menurun,

merasa seperti ada benda asing, berair, kadang disertai nyeri.

Pengobatan pada saat akut sebaiknya diberikan kompres dingin, cairan air

mata dan pengobatan penunjang lainnya.

Bila terdapat kekeruhan pada kornea yang menyebabkan penurunan visus

yang berat dapat diberikan steroid tetes mata 3 kali/hari.

8. Keratitis Dimmer/Numularis

Ditandai dengan infiltrat bundar berkelompok dan tepinya berbatas tegas.

Keratitis ini berjalan lambat, sering kali unilateral dan pada umumnya

didapatkan pada petani yang bekerja di sawah.

Secara subjektif, pasien mengeluh silau.

Secara objektif, mata yang terserang tampak merah karena injeksi siliar,

disertai lakrimasi.

Pemberian kortikosteroid lokal memberikan hasil yang baik yaitu hilangnya

tanda-tanda radang dan lakrimasi tetapi penyerapan infiltrat terjadi dalam

waktu yang lama, dapat 1-2 tahun

5

Page 6: Merah Dengan Visus Menurun Print

9. Keratitis Filamentosa

Keratitis yang disertai adanya filamen mukoid dan deskuamasi sel epitel pada

permukaan kornea, gambaran khusus berupa filamen epitel halus.

Penyebabnya tidak diketahui. Kelainan ini ditemukan pada gejala sindrom mana

kering, diabetes militus, pasca bedah katarak, dan keracunan kornea oleh obat

tertentu.

Gejalanya rasa kelilipan, sakit, mata merah, silau, blefarospasme, dan epifora.

Pengobatan dengan larutasn hipertonik NaCl 5%, air mata hiperteonik.

10. Keratitis Herpes Zoster

Disebabkan oleh virus varicella-zoster. Virus ini dapat menyerang saraf kranial

V, VII, dan VIII. Pada nervus trigeminus, bila yang terserang antara pons dan

ganglion Gasseri, maka akan terjadi gangguan pada ketiga cabang N V.

Biasanya yang terganggu adalah cabang oftalmik.

Bila cabang oftalmik yang terkena, maka terjadi pembengkakan kulit di daerah

dahi, alis, dan kelopak mata disertai kemerahan yang dapat disertai vesikel,

dapat mengalami supurasi, yang bila pecah akan menimbulkan sikatriks.

Bila cabang nasosiliar yang terkena, maka akan timbul vesikel di daerah hidung

dan kornea terancam. Kedua erupsi kulit tidak melewati garis median.

Biasanya penderita herpes zoster oftalmik pernah mengalami penyakit varisela

beberapa waktu sebelumnya. Dapat terjadi demam atau malaise dan rasa nyeri

yang biasanya berkurang setelah timbulnya erupsi kulit, tetapi kadang-kadang

rasa nyeri ini dapat berlangsung berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.

Secara subjektif, biasanya penderita datang dengan rasa nyeri disertai edema

kulit yang tampak kemerahan pada daerah dahi, alis, dan kelopak atas serta

sudah disertai dengan vesikel.

Secara objektif, tampak erupsi kulit pada daerah yang dipersarafi cabang

oftalmik nervus trigeminus. Erupsi ini unilateral dan tidak melewati garis

median. Palpebra tampak menyempit apabila kelopak atas mengaami

pembengkakan. Nyeri disertai erupsi kulit yang tidak melewati garis median

adalah khas untuk infeksi oleh herpes zoster.biasanya juga pembengkakan

kelenjar pre-aurikler regional yang sesuai dengan sisi cabang oftalmik N V yang

terkena.

6

Page 7: Merah Dengan Visus Menurun Print

Pemberian asiklovir oral maupun topikal tampak menjanjikan; bila disertai

infeksi sekunder bakterial dapat diberikan antibiotik. Dapat diberikan pula obat-

obatan yang meningkatkan sistem imunitas tubuh, obat-obatan neurotropik,

serta dapat dibantu dengan vitamin C dosis tinggi.

Pada mata, pengobatan yang bersifat simtomatik adalah tetes metil selulose,

siklopegia.

Pemberian kortikosteroid oral maupun topikal merupkan kontraindikasi karena

dapat meningkatkan aktivitas virus, memperpanjang perjalanan klinik penyakit,

serta memicu infeksi bakteri atau jamur.

8. Keratitis Flikten

Merupakan reaksi imunologi terhadap stafilokokus aureus, koksidiodes imiitis

serta bakteri patogen lainnya. Terdapat hiperemia konjungtiva, dan memberikan

kesan kurangnya air mata. Secara subjektif, penderita biasanya datang karena

ada benjolan putih kemerahan di pinggiran mata yang hitam. Apabila jaringan

kornea terkena, maka mata berair, silau, dan dapat disertai rasa sakit dan

penglihatan kabur.

Terdapat benjolan putih kekuningan pada daerah limbus yang dikelilingi daerah

konjungtiva yang hiperemis.Bila kornea terkena, dapat ditemukan keratitis

dengan gambaran yang bermacam-macam; yaitu infiltrat dan neovaskularisasi.

Gambaran yang khas adalah terbentuknya papula atau pustula pada kornea atau

konjungtiva karena itu penyakit ini biasanya disebut kerato –konjungtivits

flikten.

Pada tukak dapat diberikan antibiotik topikal atau oral.

9. Keratitis Sika

Keratitis Sika adalah keratitis yang pada dasarnya diakibatkan oleh kurangnya

sekresi kelenjar lakrimal dan atau sel globet. Secara objektif, pada tingkat dry-

eye, kejernihan permukaan konjungtiva dan kornea hilang, tes schirmer

berkurang, tear-film kornea mudah pecah, tear break-up time berkurang, sukar

menggerakan kelopak mata. Kelainan kornea dapat berupa erosi kornea,

keratitis filamentosa, atau pungtata. Pada kerusakan kornea yang lebih lanjut

dapat terjadi ulkus kornea dengan segala komplikasinya. Apabila yang kurang

7

Page 8: Merah Dengan Visus Menurun Print

adalah komponen air dari air mata, diberikan air mata tiruan; sedangkan bila

komponen lemaknya yang berkurang maka diberikan lensa kontak.

10. Keratitis lagoftalmus

Keratitis yang terjadi akibat adanya lagoftalmus dimana kelopak mata tidak

dapat menutup sempurna, sehingga kornea menjadi kering, mudah terkena

trauma dan infeksi. Lagoftalmus dapat disebabkan tarikan jaringan parut pada

tepi kelopak, dan dapat dikarenakan parese Nervus VII. Pengobatan keratitis

lagoftalmus adalah dengan mengatasi kausa dan air mata buatan. Untuk

mencegah infeksi sekunder diberikan salep mata.

11. Keratitis neuroparalitik

Akibat kelainan saraf trigeminus, sehingga terjadi kekeruhan kornea

yang tidak sensitif disertai kekeringan kornea. Pasien akan mengeluh tajam

penglihatan menurun, silau dan tidak nyeri. Mata akan memberikan gejala

jarang berkedip karena hilangnya refleks mengedip, injeksi siliar, permukaan

kornea keruh, infiltrat dan vesikel pada kornea. Dapat terlihat terbentuknya

deskuamasi epitel seluruh permukaan kornea yang dimulai pada bagian tengah

dan meninggalkan sedikit lapisan epitel kornea yang sehat di dekat limbus.

Pengobatan diberikan dengan air mata buatan dan salep untuk menjaga kornea

tetap basah.

II. ULKUS KORNEA

Ulserasi kornea dapat meluas ke dua arah yaitu melebar dan mendalam. Ulkus yang

kecil dan superfisial akan lebih cepat sembuh, kornea dapat jernih kembali.

Pada ulkus yang menghancurkan membran Bowman dan stroma, akan menimbulkan

sikatriks kornea.

Gejala Subjektif sama seperti gejala keratitis. Gejala Objektif berupa injeksi siliar,

hilangnya sebagaian jaringan kornea, dan adanya infiltrat. Pada kasus yang lebih berat

dapat terjadi iritis disertai hipopion.

8

Page 9: Merah Dengan Visus Menurun Print

1. Tukak karena Bakteri

Tukak streptokokus

Gambaran tukak kornea khas, tukak yang menjalar dari tepi ke arah tengah

kornea (serpinginous). Tukak berwarna kuning keabu-abuan berbentuk cakram.

Tukak cepat menjalar ke dalam dan menyebabkan perforasi kornea, karena

eksotoksin yang dihasilkan oleh Streptokokus Pneumonia.

Pengobatan dengan Sefazolin, Basitrasin dalam bentuk tetes, injeksi

subkojungtiva, dan intravena.

Tukak stafilokokus

Pada awalnya berupa tukak yang berwarna putih kekuningan disertai infiltrat

secara adekuat, akan terjadi abses kornea yang disertai edema stroma dan

infiltrasi sel lekosit. Walaupun terdapat hipopion tukak seringkali indolen yaitu

reaksi radangnya minimal. Tukak kornea marginal biasanya bebas kuman dan

disebabkan oleh reaksi hipersensitifitas terhadap Stafilokokus Aureus.

Tukak Pseudomonas

Biasanya dimulai dengan tukak kecil di bagian sentral kornea dengan infiltrat

berwarna keabu-abuan disertai edema epitel dan stroma. Trauma kecil ini

dengan cepat melebar dan mendalam serta menimbulkan perforasi kornea.

Tukak mengeluarkan discharge kental berwarna kuning kehijauan.

Pengobatan diberikan Gentamaisin, tobramisin, karbensilin yang diberikan

secara lokal subkonjungtiva serta intravena.

2. Tukak Virus

Tukak kornea oleh virus herpes simpleks cukup sering dijumpai. Bentuk khas

dendrit dapat diikuiti oleh vesikel-vesikel kecil di lapisan epitel yang bila pecah

akan menimbulkan tukak. Tukak dapat juga terjadi pada bentuk diiform bila

mengalami nekrosis di bagian sentral.

3. Tukak Jamur

Tukak kornea oleh jamur akhir-akhir ini banyak ditemukan, hal ini dimungkinan

oleh penggunaan antibiotik secara berlebihan dalam waktu yang lama atau

pemakaian kortikosteroid jangka panjang, Fusarium dan sefalosporim

menginfeksi kornea setelah suatu trauma yang disertai lecet epitel.

9

Page 10: Merah Dengan Visus Menurun Print

Pengobatan obat anti jamur dengan spektrum luas. Apabila memungkinkan

dilakukan pemeriksaan laboratorium dan tes sensitivitas untuk dapat memilih

obat jamur yang spesifik.

III. UVEITIS

Peradangan uvea biasanya unilateral, dapat disebabkan oleh efek langsung

suatu infeksi atau merupakan fenomena alergi terhadap antigen dari luar atau

antigen dari dalam.

Radang iris dan badan siliar menyebabkan rusaknya Blood Aqueous Barrier

sehingga terjadi peningkatan protein, fibrin, dan sel-sel radang dalam humor

akuos yang tampak pada penyinaran miring menggunakan sentolop atau akan

lebi jelas bila menggunakan slit lamp, berkas sinar yang disebut fler.

Fibrin dimaksudkan untuk menghambat gerakan kuman akan tetapi justru

mengakibatkan perlekatan-perlekatan misalnya perlekatan iris pada permukaan

lensa (sinekia posterior).

Sel-sel radang yang terdiri atas limfosit, makrofag, sel plasma dapat

membentuk presipitat keratik yaitu sel-sel radang yang menempel pada

permukaan endotel kornea. Apabila presipitat keratik ini besar, berminyak

disebut mutton fat keratic precipitate. Akumulasi sel-sel radang dapat pula

terjadi pada tepi pupil disebut Koeppe nodules, bila di permukaan iris disebut

Busacca nodules, yang bisa ditemukan juga pada permukaan lensa dan sudut

bilik mata depan.

Pada iridosiklitis yang berat sel radang dapat sedemikian banyak hingga

menimbulkan hipopion.

Uveitis Anterior

Uveitis anterior adalah peradangan mengenai iris dan jaringan badan siliar

(iridosiklitis) biasanyan unilateral dengan onset akut. Keluhan pasien pada

awalnya dapat berupa sakit di mata, sakit kepala, fotofobia, dan lakrimasi.

Sakit mata lebih nyata pada iridosiklitis akut daripada iridosiklitis kronik dan

sangat hebat bila disertai dengan keratitis. Sakit terbatas di daerah periorbita

dan mata serta bertambah sakitnya bila dihadapkan pada cahaya dan tekanan.

10

Page 11: Merah Dengan Visus Menurun Print

Pada uveitis anterior supuratif dapat disertai gejala umum sepertii panas,

gelisah, menggigil, dan sebagainya.

Dari pemeriksaan akan didapatkan Terdapat injeksi siliar, presipitat keratik,

fler serta sel dalam bilik mata depan serta endapan fibrin pada pupil yang

dapat menyebabkan sinekia posterior.

Pengobatan Iridosiklitis adalah tetes mata sulfas atropin 1 %, prinsipnya untuk

membuat pupil selebar-lebarnya dan tetap tinggal lebar selama 2 minggu, tetes

mata steroid 4-6 x sehari tergantung pada beratnya penyakit, kortikosteroid

oral diberikan apabila pemberian lkal dipertimbangkan tidak cukup, antibiotik

diberikan apabila mikro-organisme penyebab diketahui.

Uveitis anterior akut dibedakan dalam bentun nongranulomatosa dan

granulomatosa. Nongranulomatosa akut disertai nyeri, fotofobia, penglihatan

buram, keratik presipitat kecil, pupil mengecil, sering terjadi kekambuhan.

Penyebab dapat oleh trauma, diare kronis, penyakit Reiter, herpes simpleks,

pasca bedah, infeksi adenovirus, influenza, dan klamidia. Nongranulomatosa

kronis dapat disebabkan oleh artritis rheumatoid. Granulomatosa akut tidak

nyeri, fotofobia ringan, buram, keratik presipitat besar (mutton fat), benjolan

Koeppe (penimbunan sel pada tepi pupil) atau benjolan Busacca (penimbunan

sel pada permukaan iris), terjadi akibat sarkoiditis, sifilis, tuberculosis, virus,

jamur, atau parasit.

Uveitis Posterior

Gejala berupa penglihatan buram terutama bila mengenai daerah sentral

makula, bintik terang (floater), vitreous keruh, mata jarang menjadi merah,

tidak sakit, fotofobia, infiltrat dalam retina dan koroid, edema papil dan

perdarahan retina.

Biasa disebabkan oleh trauma, pasca bedah, infeksi melalui sebaran darah

seperti TBC, sifilis, toksoplasma, juga penyakit autoimun.

IV. GLAUKOMA AKUT

Mata merah dengan penglihatan turun mendadak merupakan glaukoma sudut

tertutup. Glaukoma sudut tertutup akut ditandai dengan tekanan intraokular yang

meningkat secara mendadak, dan terjadi pada usia lebih dari 40 tahun dengan

11

Page 12: Merah Dengan Visus Menurun Print

sudut bilik mata sempit. Gejala rasa sakit hebat di mata dan di kepala, perasaan

mual dan muntah. Pada pemeriksaan, ditemukan bengkak palpebra, visus menurun

(kadang sampai 1/~), konjungtiva : Injeksi siliar, kornea : edema, COA : dangkal

atau sedang, pupil : middilatasi / iridoplegi, Iris : sinekia (-), lensa : glaukoma

flicken, tekanan intraokular sangat tinggi, media refraksi keruh, funduskopi : papil

hiperemis.

Terapi :

Glaukoma sudut tertutup merupakan keadaan darurat bedah mata.

Pemberian obat-obatan untuk menurunkan TIO pre-operasi :

Pengobatan

Harus diingat bahwa kasus glaukoma akut adalah masalah pembedahan.

Pemberian obat hanya untuk tindakan darurat agar segera dirujuk ke rumah

sakit yang memiliki fasilitas pembedahan mata.

Pengobatan dengan obat :

Miotik : pilokarpin 2-4 % tetes mata yang diteteskan setiap menit 1 tetes

selama 5 menit, kemudian disusul 1 tetes tiap jam sampai 6 jam. Hasilnya

adalah liosis dan karenanya melepaskan iris dari jaringan trabekulum. Sudut

mata depan akan terbuka.

Carbonic Anhidrase Inhibitor : asetazolamid @ 250 mg, 2tablet sekaligus,

kemudian disusul tiap 4 jam 1 tablet sampai 24 jam. Kerja obat ini adalah

dengan mengurangi pembentukan akuos humor.

Obat hiperosmotik :

larutan gliserin, 50% yang diberikan oral. Dosis 1-1.5 gram/kg BB (0.7-1.5

cc/kgBB). Untuk praktisnya dapat dipakai 1 cc/kgBB. Obat ini harus diminum

sekaligus.

Mannitol 20% yang diberikan per infus ± 60 tetes/menit.

Kerja obat hiperosmotik adalah mempertinggi daya osmosis plasma.

Morfin : injeksi 10-15 mg mengurangi sakit dan mengecilkan pupil.

12

Page 13: Merah Dengan Visus Menurun Print

V. ENDOFTALMITIS

Endoftalmitis merupakan peradangan berat dalam bola mata, biasanya akibat

infeksi setelah trauma atau bedah, atau endogen akibat sepsis. Pasien biasanya

mengeluhan nyeri dan mata merah. Berbentuk radang supuratif di dalam rongga

mata dan struktur di dalam nya. Peradangan supuratif di dalam bola mata akan

memberikan abses di dalam badan kaca. Penyebab endoftalmitis supuratif adalah

kuman dan jamur yang masuk bersama trauma tembus (eksogen) atau sistemik

melalui peredaran darah (endogen).

Endoftalmitis eksogen dapat terjadi akibat trauma tembus atau infeksi sekunder

pada tinclakan pembedahan yang membuka bola mata.

Endoftalmitis endogen terjadi akibat penyebaran bekteri, jamur, ataupun parasit

dari fokus infeksi di dalam tubuh. Bakteri yang sering merupakan penyebab

adalah stafilokok, streptokok, pneumokok, pseudomonas dan basil sublitis. Jamur

yang sering mengakibatkan endoftalmitis supuratif adalah aktinomises, aspergilus,

fitomikosis sportrikum dan kokidioides. Peradangan yang disebabkan bakteri

akan memberikan gambaran klinik rasa sakit yang sangat, kelopak merah dan

bengkak, kelopak sukar dibuka, konjungtiva kemotik dan merah, komea keruh,

bilik mata depan keruh yang kadang-kadang disertai dengan hipopion. Kekeruhan

ataupun abses di dalam badan kaca, keadaan ini akan memberikan refleks pupil

berwama putih sehingga gambaran seperti retinoblastoma atau

pseucloretinoblastoma. Endoftalmitis yang disebabkan jamur masa inkubasi

lambat kadang-kadang sampai 14 hari setelah infeksi dengan gejala mata

merah dan sakit. Di dalam badan kaca ditemukan masa putih abu-abu,

hipopion ringan, bentuk abses satelit di dalam badan kaca, dengan proyeksi

sinar yang baik. Endoftalmitis diobati dengan antibiotika melalui periokular

atau subkonjungtiva.

Dari hasil pemeriksaan akan ditemukan

- visus sangat menurun (1/300 sampai 1/~)

- sekret (+/-)

- konjungtiva bulbi /; hiperemis, injeksi siliaris, injeksi konjungtiva,

kemosis

- kornea : keruh

- COA : hipopion

- Pupil, iris dan lensa biasanya sulit dinilai

13

Page 14: Merah Dengan Visus Menurun Print

- Funduskopi sulit dinilai

- TIO meningkat

Pengobatan yang dapat diberikan berupa Antibiotik topikal dan sistemik

ampisilin 2 gram/hari dan kloramfenikol 3 gram/hari. Antibiotik yang sesuai

untuk kausa bila kuman adalah stafilokok, basitrasin (topikal), metisilin

(subkojuntiva dan IV). Sedang bila pnemokokus, streptokokus dan

stafilokokus - penisilin G (top, subkonj dan IV). Neiseria - penisilin G (top.

Subkonj. dan IV). Pseudomonas diobati dengan gentamisin; tobramisin dan

karbesilin (top. Subkonj. dan IV). Batang gram negatif. dengan gentamisin;

tobramisin dan karbesilin (top. subkonj. dan IV). Batang gram negatif lain -

gentamisin (top. subkonj. dan IV).

Sikloplegik diberikan 3 kali sehari tetes mata. Kortikosteroid dapat diberikan

dengan hati-hati. Apabila pengobatan gagal dilakukan eviserasi. Enukleasi

dilakukan bila mata telah tenang dan ftisis bulbi. Penyebabnya jamur

cliberikan amfoterisin B150 mikro gram sub - konjungtiva.

Penyulit endoftamitis adalah bila proses peradangan mengenai ketiga lapisan

mata (retina koroid dan sklera) dan badan kaca maka akan mengakibatkan

panoftalmitis. Prognosis endoftamitis dan panoftalmitis sangat buruk

terutama bila disebabkan jamur atau parasit.

VI. Panoftalmitis

Panoftalmitis merupakan peradangan seluruh bola mata termasuk sklera dan

kapsul tenon sehingga bila mata merupakan rongga abses. Infeksi ke dalam

bola mata dapat melalui peredaran darah (endogen), atau perforasi bola mata

(eksogen), dan akibat tukak kornea perforasi.

Panoftalmitis akan memberikan gejala kemunduran tajam penglihatan yang

berat disertai rasa sakit, mata menonjol, edema kelopak, konjungtiva

kemotik, kornea keruh, bilik mata depan dengan hipopion, dan refleks putih

di dalam fundus dan okuli.

Pengobatan panoftalmitis adalah denga antibiotika dosis tinggi dan bila

gejala radang sangat berat, dilakukan segera eviserasi bola mata.

14

Page 15: Merah Dengan Visus Menurun Print

VII. Oftalmika Simpatika

Merupakan uveitis granulomatosa bilateral dengan penglihatan menurun dengan

mata merah. Penyebabnya akibat trauma tembus atau bedah mata intraokular, terjadi

5 hari sampai 60 tahun dan 90% terjadi dalam 1 tahun. Penyebabnya tidak diketahui,

tetapi berhubungan dengan sel-sel perpigmen di uvea. Gejala dini adalah gangguan

binokular akomodasi atau tanda radang ringan uvea anterior ataupun posterior,

disertai rasa sakit, fotofobia pada kedua mata.

Pada bilik mata depan terdapat reaksi intraokular berat berupa ‘mutton fat’ deposit

pada dataran belakang kornea, nodul kecil berpigmen pada lapisan epitel pigmen

retina, dan uvea menipis. Iris terdapat nodul inflitrasi, sinekia posterior perifer,

neovaskularisasi iris, oklusi pupil, katarak, ablasi retina eksudatif, dan papilitis.

Pengobatan dengan enukleasi mata yang buta sebelum mata tersebut menimbulkan

reaksi simpatis. Pengobatan dengan steroid topical, periokular steroid injeksi, steroid

sistemik, sikloplegik, bila steroid tidak efektif diberi obat anti depresi.

15

Page 16: Merah Dengan Visus Menurun Print

DAFTAR PUSTAKA

1. American Academy of Ophthalmology. External Eye Disease and Cornea. San

Fransisco 2008-2009. p. 179-90

2. Roderick B. Kornea. In: Vaughan & Asbury. Oftalmologi Umum Edisi 17. Jakarta :

EGC. 2009. p. 125-49.

3. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata edisi–2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2002. p.113–116

4. Mansjoer, Arif M. 2001. Kapita Selekta edisi-3 jilid-1. Jakarta: Media Aesculapius

FKUI. Hal: 56

5. Thygeson P. "Superficial Punctate Keratitis". Journal of the American Medical

Association.1997. 144:1544-1549. Available at : http://webeye. ophth.uiowa.edu/

dept/service/cornea/cornea.htm (accessed: Juli 2011)

6. Reed, KK. 2007. Thygeson's SPK photos. Nova Southeastern University College of

Optometry 3200 South University Drive Ft. Lauderdale, Florida. Available at:

http://www.fechter.com/Thygesons.htm. (accessed: Juli 2011)

16