masuk islam - · pdf filenama sblmnya: ida bagus surya ... •kepus pungsed, putusnya...
TRANSCRIPT
Nama : Julaibib.
Nama sblmnya: Ida Bagus Surya
Masuk Agama Islam: 26 – 08 – 2010
Di Masjid An Nur Sidoarjo
Tempt, tgl lahir: Kuta,20-12-1970
Alamat :Perum Pondok Mutiara
Blok U/14, Sidoarjo
Tlp: - (031)81215999 - Flexy
- 081217634999 - Simpati
- 087854285999 – Xl
Akun Fb: Julaibib Saja
MASUK ISLAM ?IKUTI SEMUA ATURAN ISLAM
(KAAFFAH)
QS.Al Baqarah :208
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.
QS.Al Baqarah :208
KAFFAH = menyeluruhMinimal KAAFFAH meliputi 5 aspek, yaitu:1. Aspek Ideologi (rukun iman)2. Aspek Ritual (rukun islam)3. Aspek Intelektual (belajar terus memahami Islam
jangan menjadi muslim yang statis)4. Aspek konsekuensi (wajib harus dikerjakan)5. Aspek pengalaman spiritual
Istilah SEMBAHYANG,
menurut Ajaran Hindu
Sembahyang intinya adalah iman atau
percaya sehingga semua tingkah laku
atau perbuatan, pikiran dan ucapan
sebagai perwujudan dalam bentuk
“bhakti” hakekatnya bersumber pada
unsur iman (sraddha).
Menurut kitab Atharwa Weda XI.1.1,
unsur iman atau sraddha dalam agama
hindu meliputi: Satya, Rta, Tapa, Diksa,
Brahma dan Yadnya .
Dari ke enam unsur diatas, dua ajaran terakhir
termasuk ajaran “sembahyang”.
Sembahyang terdiri atas dua kata, yaitu;
Sembah yang berarti menakupkan kedua belah
telapak tangan , yang dilakukan dengan cara-cara
tertentu ( sujud/sungkem) dengan tujuan untuk
menyampaikan penghormatan, perasaan hati atau
pikiran, baik dengan ucapan kata-kata maupun
tanpa ucapan, misalnya hanya sikap pikiran.
Hyang yaitu yang dihormati atau dimuliakan
sebagai obyek dalam pemujaan, yaitu Ida Sang
Hyang Widhi, yang berhak menerima penghormatan
.
Didalam bahasa sehari-hari, orang Bali sering juga menyebut kata
sembahyang dengan sebutan:
Muspa, karena dalam persembahyangan itu lazim juga dilakukan
dengan jalan persembahan bunga (puspa).
Mebakti, dinamakan demikian karena inti persembahan itu adalah
untuk memperlihatkan rasa bakti (bhakti) atau hormat setulus-
tulusnya dengan cara mencakupkan kedua belah tangan atau cara
lain yang dapat diartikan sama sebagai penyerahan diri setulus
hati kepada yang dihormati atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Maturan, yang artinya menyampaikan persembahan dengan
mempersembahkan apa saja yang merupakan hasil karya sesuai
menurut kemampuan dengan perasaan tulus ikhlas, seperti buah,
kue, minuman dll.
Didalam Bhagawadgita, yoga atau Samadhi dinyatakan sebagai
salah satu bentuk persembahyangan yang dapat pula dilakukan
oleh orang yang menganut ajaran sanatha dharma (hindu).
Berdasarkan pengertian itu maka “sandhya” juga diartikan sama
dengan sembahyang. Karena itu kata “tri sandhya” dapat pula
diartikan dengan melakukan “sembahyang tiga kali”.
Sembahyang atau yajna mempunyai fungsi dan kedudukan sangatpenting dalam kehidupan umat Hindu.Ini ditegaskan oleh kitabWeda Smrti sebagai berikut;“wedoditam swakam karma nityam kuryadatandritah,Taddhi kurwanyathasakti prapnoti paranam gatim”(Manawa Dharmasastra IV, 14)Hendaknya tanpa kenal lelah melakukan yajna yang ditentukanuntuknya dalam Weda, karena ia yang melaksanakan semua itumenurut kemampuan mencapai kedudukan kejiwaan paling tinggi.
Dengan menggariskan ketentuan yang ditegaskan adanya penyesuaiankemampuan menurut kemampuan atau relative tidaklah mutlak untukmelakukan yajna melebihi kemampuan karena dengan melebihikemampuan berarti bertentangan pula dengan Weda.
P e n j o r
* Penjor adalah salah satu
sarana Upakara dalam
merayakan hari raya
Galungan .
• Adalah merupakan symbol
Gunung Agung yang
telah memberikan
keselamatan dan
kesejahteraan umat
manusia.
• Umat Hindu meyakini
bahwa tempat yang tinggi
seperti gunung Agung
adalah rumahNya Sang –
Hyang Widhi .
Tujuan dipasangnya
Penjor adalah sebagai
persembahan rasa syukur
umat Hindu kepada Ida
Sang Hyang Widhi atas
segala berkah dan
rahmatNya kepada umat
manusia .
Bahan penjor adalah se –
batang bambu yang ujungnya
melengkung, dihiasi dengan
busung (janur) serta dedaunan
lainnya (plawa) & batang tebu
.
Bambu merupakan symbol
kekuatan Hyang Brahma .
Busung (janur) merupakan
symbol kekuatan Hyang –
Mahadewa .
Dedaunan (plawa) merupakan
symbol kekuatan Hyang
Sangkara .
Batang tebu symbol kekuatan
Hyang Sambu .
Perlengkapan lainnya adalah
Pala bungkah, pala gantung,
pala wija yang merupakan
symbol kekuatan Hyang - Wishnu .
Kelapa, yang merupakan
symbol kekuatan Hyang
Rudra
Pada ujung penjor
digantungkan Sampian
dan kain putih.
Sampian merupakan
symbol kekuatan
Hyang Surya .
Kain putih merupakan
symbol kekuatan
Hyang Iswara .
POKOK-POKOK KEIMANAN
DALAM AJARAN AGAMA HINDU
Dibagi dalam 5 bagian yang disebut dengan
PANCA SRADHA yaitu :
1. Percaya adanya Ida Sang Hyang Widhi
2. Percaya adanya ATMAN (Roh/leluhur)
3. Percaya adanya Hukum KARMA PHALA
4. Percaya adanya PUNARBHAWA
(REINKARNASI)
5. Percaya adanya MOKSA
1. Percaya adanya Ida Sang Hyang Widhi .
‘’ Sa esa eka ekavrdeka eva ”
Atharvaveda IV. I. I
“ Sang Hyang Widhi adalah satu, dan hanya
tunggal (Esa) “
“ Upo te badve badvani yadi vasi nyarbudam “
Atharvaveda XIII.13.4.45
“ Sang Hyang Widhi memiliki bentuk yang tak
terkira jumlahnya “
“ So-aryama sa varunah, sa rudrah, sa
mahadevah “ Atharvaveda XIII.4.4
“ Sang Hyang Widhi punya nama yang banyak ,
adalah Aryaman, Varuna, Rudra dan Mahadewa “
“ Venas tat pasyat, paramam guha yat “
Atharvaveda II. 1.1
“ Orang bijak memvisualisasikan Sang Hyang Widhi “
2. PERCAYA ADANYA ATMAN (ROH LELUHUR)
Atman adalah percikan kecil dari Pararatman (Sang
Hyang Widhi / Brahman) .
Atman didalam badan manusia disebut JIWATMAN
yang menyebabkan manusia itu hidup .
“ Amartyo martyan avivesa “
Rgveda VIII.48.12
“ Sang Hyang Widhi yang abadi, ada didalam
tubuh manusia “
3. PERCAYA ADANYA HUKUM KARMA PALA
Didalam Weda disebutkan “ Karma Phala ngarah
ika palaning gawa hala hayu” yang artinya :
Karma Phala adalah akibat dari baik buruknya
suatu perbuatan atau Karma .
“ Svaih sa evair mumurat “ Rgveda VIII. 97.3
“ Orang mati karena perbuatannya sendiri “
“ Martisah santo, amrtatvam anasuh “
Rgveda I. 110. 4
“ Para umat, meskipun fana, menjadi kekal berkat
perbuatan yang luhur “
4. PERCAYA ADANYA PUNARBHAWA / SAMSARA
(REINKARNASI)
PUNARBHAWA berarti kelahiran yang berulang –
ulang, yang disebut juga dengan PENITISAN
KEMBALI (REINKARNASI) atau SAMSARA .
“ Jivo mrtasya carati svadhabhih “
Atharvaveda IX.10.18
“ Kelahiran kembali menurut tindakan orang itu
sendiri “
“ Pumar sah somas tanvam dadatu “
Rgveda X. 59. 7
Semoga Sang Hyang Widhi memberikan kami
tubuh manusia yang lain “
5. PERCAYA ADANYA MOKSA
Sebagaimana tujuan agama Hindu yang tersirat
didalam Weda, yakni :
“ MOKSARTAM JAGADHTAYA CA ITI DHARMA “
“ Maka Moksa merupakan tujuan yang tertinggi “
Moksa adalah kebebasan dari keterikatan benda –
benda yang bersifat duniawi & terlepasnya
ATMAN dari pengaruh Maya, serta bersatu
kembali dengan sumberNYA, yaitu BRAHMAN &
mencapai kebenaran tertinggi, mengalami
kesadaran & kebahagiaan yang kekal abadi.
KONSEP KETUHANAN DALAM AGAMA HINDU
Konsep keTuhanan dalam agama Hindu biasa
disebut dengan TRI MURTI, yaitu 3 kekuatan
Brahman dalam menciptakan, memelihara &
melebur alam beserta isinya .
1. BRAHMA, sebagai
Pencipta
Senjata : Busur
Simbol : Ang
SARASWATI
2. WISHNU, sebagai
Pemelihara
Senjata : Cakram
Simbol : Ung
3. SYIWA, sebagai
Penghancur
Senjata : Trisula
Simbol : Mang
Apabila simbol ke 3 dewa
tersebut digabungkan, maka
akan menjadi AUM yang dibaca
OM yang merupakan simbol suci
agama Hindu .
Upacara didalam agama Hindu disebut YAJNA
Maksud & tujuan diadakannya Yajna adalah
untuk menghaturkan bhakti suci dengan
perwujudan yang disebut dengan PANCA YAJNA
1. DEWA YAJNA, Upacara suci yang dipersembahkan
kepada Ida Sang Hyang Widhi beserta
manifestasiNya
2. Pitra Yajna, Upacara suci dengan
tulus ikhlas yg ditujukan kepada Roh
Leluhur.
3. Rsi YAJNA, Upacara suci yang ditujukan
untuk orang-orang suci umat Hindu .
(yang sudah mati)
DASAR-DASARNYA ADALAH ANTARA LAIN :
“ ud iratam avara ut parasa un madnyamahpitarah somyasah, asum ya iyur avrka rtajnas teno ‘vantu pitaro havesu “
( Rig Veda X. 15.1 )
Artinya :
Semoga persembahan kami ini yang ditujukan
kepada para leluhur yang telah mendahului kami,
mereka yang telah menjadi pendahulu kami yang
telah pergi kealam roh, kepada mereka yang
telah berada dialam roh, kepada mereka yang
berada di dua alam, bertujuan untuk bertempat
tinggal bersama orang yang penuh limpahan .
“ Aham n pitrn suvidatam avitsi
napatam ca vikramapam ca visnoh
bharhso ye svadhaya sutasya
bhajanta pitvasta ihagamistab “
Rigveda X. 15. 3
“ Kami memperoleh berlimpah anugrah dari para
leluhur, kakek, dan Sang Hyang Vishnu, mereka
yang duduk bertebaran akan ikut serta dalam
acara pemerasan minuman dengan persembahan
kepada yg telah mati, datanglah kemari dengan
penuh kegembiraan “
“ Barhisadah pitara uti arvag
ima vo havya cakrma jusadhvam
ta a gata avasa samtamena
atha nah sam yor arapo dadhata “
Rgveda X. 15. 4
“ Wahai para leluhur yg duduk bertebaran,
datanglah kemari dgn pertolongan .
Upacara persembahan ini kami persembahkan
untuk anda, semoga anda berbahagia.
Datanglah dengan pertolongan bermanfaat,
karuniailah kami kesehatan, rahmat dan
bebaskan dari kepedihan “
“ Barhisadah pitara uty arvag ima vo havyacakrma jusadhvam, ta a gatavasa samtamenathanah sam yor arapo dadatha “
( Rig Veda X.15.4 )
Yang artinya :
Para leluhur, lindungilah kami yang ada
dihadapanMU ini, kami telah membuat
persembahan ini untukMU, maka terima dan
hadirlah bersama berkah perlindunganMU dan
berikanlah kami kesehatan dan kebahagiaan
serta ampunilah dosa-dosa kami .
“ acya janu daksinato nisyademam yajnam abhigrnita visve, ma himsista pitarah kena cin no yadva agah purusata karama “
( Rig Veda X.15.6 )
Artinya :
Setelah duduk dibagian kanan dengan lutut
terlipat, maka Anda semua terimalah
persembahan ini. Janganlah memberikan cobaan
kepada kami atas segala kesalahan yang
mungkin kami lakukan terhadap Anda, kami
sebagai makhluk yang tidak sempurna .
Dalam Kitab Manawa Dharma Sastra
Weda Smerti, Cetakan I dan II th 1983
yang berbunyi :
“ Termashurlah upacara untuk orang
mati yg dinamai upacara suci kepada
leluhur dan dilakukan pada bulan
penanggal pertama( hari ke 3, 7, 40, 100
dan 1000) kalau seorang rajin melakukan
upacara tersebut, pahala dari upacara
untuk orang mati itu yang dilakukan
sesuai dengan hukum Smarta akan
mencapai dirinya selalu”.
4. BHUTA YAJNA, Upacara suci yang
ditujukan kepada para bhuta & segala
makhluk yang lebih rendah derajatnya dari
manusia
5. MANUSA YAJNA, upacara suci yang
ditujukan untuk pemeliharaan umat manusia
MANUSA YAJNA
Adalah korban suci untuk memelihara
hidup dan membersihkan lahir bathin
manusia dari sejak terbentuknya janin
didalam kandungan, sampai pada akhir
hidup manusia .
Pembersihan lahir dan bathin itu dapat
menghindarkan manusia dari jalan yang
sesat .
Maka dikenal-lah urutan upacara untuk
manusia sbb :
•MAGEDONG – GEDONGAN, saat usia kandungan 7 bulan
( kalender Bali 1 bln = 35 hari ) .
•JATASAMSKARA , upacara Kelahiran .
•MENANAM ARI – ARI .
•KEPUS PUNGSED, putusnya tali pusar si bayi .
•NGERORASIN , pada saat usia si bayi 12 hari .
•TUTUG KAMBUHAN/ A BULAN PITUNG DINA/MACOLONGAN ,
pada saat usia si bayi 42 hari .
•TUTUG SAMBUTAN / NELU BULANIN & MAPETIK , pada saat
usia si bayi 105 hari ( 3 bln ) .
•SATU OTON / OTONAN , saat si bayi berusia 210 hari ( 6 bln
pawukon ) .
•MENEK BAJANG , saat si anak telah menginjak remaja, yang
ditandai Menstruasi pertama bagi perempuan .
•METATAH / MESANGI , upacara potong gigi .
•PAWIWAHAN , upacara perkawinan .
MAGEDONG – GEDONGAN
Tujuan upacara ini adalah : Memohon kehadapan
Ida Sang Hyang Widi agar bayi yang ada dalam
kandungan itu diberkahi kebersihannya, baik
secara lahir maupun bathin .
Demikian pula si Ibu beserta bayinya ada dalam
keadaan selamat, kemudian setelah lahir &
dewasa dapat berguna dimasyarakat serta dapat
memenuhi harapan orang tuanya .
Pelaksanaan upacara ini adalah ketika kehamilan
berusia 7 bulan Bali ( 1 bln = 35 hari ), atau kira–
kira 8 bulan Masehi & dicari agar bertepatan
dengan hari Purnama .
Rangkaian Upacara diawali dengan upacara Melukat
( Pensucian ) di Kelebutan yaitu Sumber air alami yang
dianggap suci, kemudian dilanjutkan dengan Melukat di
Griya ( Rumah ) yang dilakukan oleh Sulinggih .
Sore harinya upacara dilaksanakan dirumah
yang dipuput oleh Pemangku pelaksana upacara
tersebut.
Terakhir, pasangan suami – istri akan duduk
berdampingan untuk mendengarkan Kekawin
(Kidung-Suci ) yang berisi tentang petuah &
nasehat untuk si Ibu beserta suaminya .
Dalam petuah tersebut banyak hal yang berisi
tentang larangan juga saran untuk pasangan
suami –
istri tersebut, misalnya suami tidak boleh bicara
kasar atau berbuat kasar pada istri, suami tidak
boleh membangunkan istri dengan tiba – tiba &
berbagai hal lainnya .
Jatasamskara / melahirkan
Maksud & tujuan dilaksanakannya upacara ini
adalah : Sebagai cetusan rasa gembira & terima
kasih serta hangayu bagia dari kedua orang-tua
atas kelahiran sibayi kedunia & mendoakan agar
bayi tetap sehat serta selamat,walaupun
disadari bahwa hal tersebu akan menambah
beban baginya
Kebahagiaannya terutama disebabkan
beberapa hal antara lain :
- Adanya keturunan yang diharapkan akan
dapat melan jutkan tugas – tugasnya
terhadap leluhur & masyarakat .
- Hutang kepada orang – tua terutama berupa
kelahiran dapat dibayar .
Prosesi penanaman ari-ari
Setelah terlebih dahulu dibersihkan,
ari – ari dibungkus dengan kain putih
.
Kemudian dimasukkan kedalam Payuh Tanah.
Payuh tanah ini juga dibungkus dengan
kain putih.
Jika yg lahir laki-laki ditanam disebelah
kanan pintu, jika perempuan di tanam
disebelah kiri .
Diatas timbunan tanah tersebut
diletakkan Batu pipih &
ditancapkan pohon Pandan
Wong .
Diatas Batu pipih tersebut
disajikan nasi kepelan dengan
alas don dadap, sedikit lauk –
pauk, garam & arang, lalu
disiram air hangat . Kemudian
tancapkan pula kelangsah &
Sanggah Cucuk
( hiasi dengan bunga warna
merah), serta Baleman & Lampu
minyak ( tiap malam lampu di –
nyalakan selama 42 hari ) .
KEPUS PUNGSED
Makna & tujuan
diadakannya upacara ini
adalah :
Untuk membersihkan
jiwa & raga si bayi .
Dengan lepasnya tali
pusar, secara jasmaniah
sibayi sudah dianggap
bersih & secara rohaniah
sibayi sudah terbebas dari
pengaruh SANG – CATUR
SANAK .
NGERORASIN
Upacara ini dilaksanakan tepat saat bayi
telah berumur 12 hari .
Makna & tujuan upacara ini secara umum
adalah :
Untuk melakukan pembersihan
terhadap ibu & bayinya.
Sebelum diadakan upacara ini, sang ibu
tidak diperkenankan memasuki daerah
Suci, seperti masuk kesanggah kamulan
dll
TUTUG KAMBUHAN /MACOLONGAN
Upacara ini dilaksanakan pada saat bayi ber -
usia 42 hari .
Makna & tujuan diadakan upacara ini adalah :
- Membersihkan jiwa raga sang bayi & ibunya
dari segala noda & kotoran .
- Berterima kasih kepada “ Nyama Bajang “ si
bayi atas ban – tuannya menjaga sibayi
sewaktu masih dalam kandungan.
- Memohon agar mereka ( Nyama Bajang )
kembali ketempat asalnya masing2 .
Tutug Nyambutin / Nelu Bulanin
Upacara ini dilaksanakan pada saat bayi berusia
105 hari (3 bln).
Tujuan diadakannya upacara ini adalah :
- Mempersiapkan anak untuk waspada akan
pengaruh2 Niskala
- Bayi sudah menjadi manusia, boleh diberi
nama & kakinya
boleh mulai menginjak tanah .
- Mengucapkan rasa terima kasih kepada
kekuatan2 Ida Sang Hyang Widi .
OTONAN
Upacara ini dilaksanakan pada saat bayi
berusia 210 HARI (6 bln).
Tujuan diadakannya upacara ini adalah :
Untuk menebus kesalahan2 & keburukan2
yang terdahulu, sehingga dalam kehidupan
yang sekarang akan mendapat kan
kehidupan yang lebih baik .
Mulai saat ini si bayi sudah boleh
memakai perhiasan .
PEMOTONGAN RAMBUT
Si anak sudah boleh memakai perhiasan
( untuk perempuan )
METATAH/MESANGI
PAWIWAHAN
Perkawinan atau Wiwaha dalam agama
Hindu adalah Yajna dan perbuatan
Dharma .
Wiwaha merupakan momentum awal dari
GRAHASTA ASHRAM, yaitu tahapan
kehidupan berrumah tangga, dalam adat
Hindu di Bali merupakan upaya untuk
mewuudkan suatu kehidupan yang
disebut YATHA SAKTI KAYIKA DHARMA
yang artinya dengan kemampuan sendiri
melaksanakan Dharma .
Pawiwahan / Perkawinan adat menurut orang Bali , pada
hakekatnya adalah :
Upacara persaksian kehadapan Ida Sang Hyang
Widhi Wasa dan kepada masyarakat bahwa kedua
orang yang bersangkutan telah mengikatkan
dirinya sebagai suami – istri .
SIMBOL-SIMBOL HINDU
DALAM ADAT JAWA
Upacara Magedong Gedongan/Pawiwahan diawali
dengan dimandikannya Ibu yang mengandung
dengan Suaminya (Melukat/pensucian).
PEMOTONGAN RAMBUT SAAT
UPACARA OTONAN
KEMBAR MAYANG
Sebagai simbol Sang Brahma
dan simbol Kehidupan
Upacara suci yg ditujukan kepada roh
orang-orang suci umat Hindu
( Rsi YAJNA )
TAWUR AGUNG
Penggunaan Payung saat
pemberangkatan jenazah menuju
makam di Jawa .
RSI YAJNA
KENAPA BUKAN KEDUA TOKOH INI YANG
PANTAS DISEBUT SEBAGAI WALI ???
Arisan di Kuburan
KERUKUNAN BERAGAMA
???
ALLAH SWT telah menyuruh kita,
agar berISLAM secara keseluruhan,
tidak setengah-setengah:
Tidak setengah ISLAM . . . .
setengah HINDU.