gambaranhubunganinterpersonalantar istri dalam...
TRANSCRIPT
GAMBARANHUBUNGANINTERPERSONALANTAR
ISTRI DALAM PERKAWINAN POLIGAMI
Skripsi di: 1jukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar
Sarjana Psikologi
O/e/1.
NONI fl/JARLINI
100070020158 I .. ~~···-·~----~ / w~~s~~~1-~·-·-- ____ ·::~::~~./
FAKUL TAS PSIKOLOGll
- UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1428 H / 2007 M
GAMBARANHUBUNGANINTERPERSONAL ANTAR ISTRI DALAM PERKAWINAN POLIGAMI
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat
Memperoleh gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Prof. Ha Yasun M.Si NIP. 130 51146
Oleh:
NONI MARLIN! NIM. 100070020158
Di Bawah Bimbingan
P1711 . 0 S<~m. M.Si /~
FAKULTAS PSIKOLOGll UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1428 H / 2007 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yan9 berjudul GAMBARAN HUBUNGAN INTERPERSONAL ANTAR ISTRI OALAM PERKAWINAN POLIGAMI telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negri Syarif HidayatulJ;;,h ,lakarta pada tanggal 18 september 2007. sripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi
Jakarta, 18 septernber 2007
Ketua M ryangkap Anggota,
PengLji I
Ora.Net NIP.150
1
Pemb :mbing I i
Sidang Munaqasyah
Anggota:
Sekretaris meia gkap Anggota, /,,,.-:
)~~ ~ Ora. Zahro(un N" avah M.Si NIP. 150 238. 7 3
Prof. m an Yasun, M.Si NJ . 130 351 146
MOTTO
Perbedaan antara orang yang sukses dian yang gagal
terletak pada keberanian menuangkan ide dan bertindak
sesuai perhitungan. Bukan pada perbedaan kemampuan atau
ide yang lebih baik
Often the difference between a successful person and the failure Is not that one has better abilities or ideas But the courage one has to bet on one's ideas To take a calculated risk-and to act
Seringkali perbedaan antara orang yang sukses dan y1Jng gagal Bukanlah bahwa ia memiliki kemampuan atau ide yang lebih baik Tetapi bahwa seseorang itu memiliki keberanian untuk menuangkan ide Mengambil resiko yang telah diperhitungkan -dan berbuat
- Maxwell Maltx (1899-1975) -
PERSEMBAHAN
ABSTRAKSI
A) Fakultas Psikologi B) September 2007
C) Noni Marlini D) Gambaran Hubungan Interpersonal antar istri dalam perkawinan
poligami E) Xv+ 97 F) Bentuk pernikahan yang sering diperbincangkan dalam masyarakat
salah satunya adalah poligami karena mengandung pandangan yang l<ontroversial. Poligami adalah ikatan perkawinan dalam hal mana suami mengawini lebih dari satu orang istri clalam waktu yang sama (Mulia, 2004) Setiap perkawinan baik monogami maupun poligami tidak selalu berjalan mulus tanpa menghadapi masalah perkawinan apapun. Suatu saat setiap perkawinan kemungkinan akan dihadapkan pada suatu masalah. Bentuk perkawinan poligami adalah suatu bentuk keluarga yang lebih besar, segala hak dan kewajiban dalam perkawinan harus dijalankan untuk dua keluarga atau lebih. Dengan ini diperkirakan bahwa masalah yang akan timbul dalam perkawinan akan lebih banyak . semua berebut untuk memperoleh kebutuhan hidup berkeluarga berupa makanan, pakaian, tempat tinggal dan nafkah lainnya. Problem psikologis lain yang mungkin rhuncul dalam keluarga poligami adalah bentuk konflik internal dalam keluarga, baik antara sesama istri, antara ibu tin dan anak tiri atau diantara anak-anak yang berlainan ibu. Adanya fenomena perkawinan poligami yang ada di beberapa daerah di Indonesia seperti istri-istri yang dapat hidup rukun satu sama lain dalam rumah yang berbeda bahkan ada yang dalam satu rumah dan saling berbagi tugas, ada yang saling tidak mengenal, namun ada yang sering ribut satu sama lain. Banyak suami p•3laku poligami mengklaim bahwa keluarganya dalam keadaan baik-baik saja bahkan mereka mengatakan bahwa istri-istrinya dapat hidup rukun berdampingan dan sating berbagi. Atas dasar inilah peneliti ingin membuktikan apakah benar bahwa terjadi hubunnan interpersonal yang baik antara istri-istri yang dipoligami.
Kerangka teoritis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori poligami ; hubungan interpersonal ; faktor -faktor penyebab terjadinya
atau putusnya hubungan interpersonal antar istri clalam perkawinan poligami. Metode yang digunakan dalam penelitian ini studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Karena yang digambarkan clengan data cleskiptif. lnstrumen yang digunakan adalah wawancara dan observasi. Sedangkan responden yang diambil adalah istri pertama, keclua, ketiga dan keempat dari perkawinan poligami. Peneliti melihat begitu banyak masalah yang terjadi antar istri dalam perkawinan poligami. Jumlah responden dalam penelitian ini aclalah 4 O!"ang yang tercliri dari 2 orang istri pertama, clan clua orang istri keclua.
Hasil penelitian ini menemukan bahwa dimensi hubungan yang terjacli pacla keempat subjek diwamai oleh konflik dan ketegangan. Subjek mengakui aclanya konflik yang timbul dalam diri dan rumah tangganya. Seiring waktu mereka mulai dapat menyesuaikanJiri clan berhubungan baik clengan istri lain dari suaminya walaupun tetap saja sesekali timbul konflik.
Penulis menyarankan bagi istri yang dipoligami henclaknya menyesuaikan cliri dan menerima pemikahannya, clan clapat berhubu'gan baik clengan istri lain clari suaminya S•::>hingga tercipta rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan rohrnah. Bagi suami yang melakukan poligami henclaknya memikirkan clan membicarakan terlebih clahulu kepada istri terdahulu, clan memp.ertimbangkan baik clan buruknya ketika memilih keluarga yang lebih besar berbentuk poligami
G) Bahan Bacaan: 40 (1985-2007)
KAT A PEN GANT AR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, terima kasih atas karuniamu kepada hambamu yang lemah ini sehingga penulisan skripsi ini dapal lerselesaikan, walaupun masih banyak kekurangan dan banyak kendala dalam penyelesaiannya. Skripsi ini di lulis unluk memenuhi salah salu syaral unluk mendapalkan gelar Sarjana Psikologi.
Skripsi ini lidak akan dapal lerselesaikan bila lidai< mendapalkan bantuan dari banyak pihak, baik berupa maleri maupun non maleri, maka dari ilu penulis merasa berkewajiban unluk menghalurkan terima kasih kepad yang sedalam-dalamnya alas kebaikannya, semoga Allah SWT memberikan segala rahman dan rahiim-Nya bagi kila semua.
1. Pertama -lama, saya halurkan lerima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Abah dan Mamak saya yang dengan segala kelerbalasan selalu berusaha memberikan yang lerbaik bagi kami anak-anaknya. Saya menyadari sekuat dan sebanyak kebaikan yang saya berikan sepanjang umur saya lakkan dapal membalas kasih saying yanq lelah mereka limpahkan.
2. Kepada Dekan Fakullas Psikologi UIN Syarif Hidayatu/lah Jakarta, lbu Dra. Hj. Netty Hartali, M.Si., Wakil Dekan Bidang Akademik, lbu Dra. Hj. Zahrolun Nihayah, M.Si. dan lbu Ora. Agustyawati, M. Phil. Sne, sebagai pembimbing akademik serta seluruh dosen pengajar dan slaf akademik Fakullas Psikologi alas bimbingan dan banluannya selama proses perkuliahan dan penyelesaian skripsi ini.
3. Bapak Prof. Hamdan Yasun, M.Si, sebagai pembimbing 1, alas bimbingan dan waktunya serta ilmunya hingga terwujudnya skripsi ini, dan Bapak Gazi Saloom, M.Si, sebagai pembimbing 2 yang lelat1 menyediakan waklunya pagi, siang dan malam hari agar penulis dapal berkonsullasi.
4. Kakak-kakakku lercinla, Aa Olah dan Teleh, Yu Lin dan K'Sup, Aa Budi serta adikku lercinta Wahyu Ningsih, "makasih alas dukungan dan transferannya selama ini". Tidak lupa pada ponakan-ponakanku yang nggemesin, "yang rajin belajamya, jangan nonlon lv terus yaa" ...
5. lbu dan Ayah di Cimanggis, makasih alas kebaikannya selama ini, memperlakukanku seperti anak sendiri serta makasih alas rekomendasi respondennya. K'Ema dan K' Imam Soeyoeli, "maaf kalau selama ini selalu ngerepolin". Bual D'Naila yang pinter "ngga boleh nakal yaaa .. "
6. Terima kasihku luk a'Buya yang lelah memberiku semangal unluk lerus belajar dan selalu memberikan molivasi dan perhatian sejak pertama -berkenalan lerulama dalam penulisan skripsi ini. Pengalaman bersamamu beberapa tahun ini membualku belajar banyak hal dan membuatku semakin yakin bahwa Allah akan memberikan kita yang lerbaik bila kita ikhlas, lawakkal, tetap dan terus berusaha keras untuk menggapai cita dan cinla yang kita inginkan
7. Bual warga wisma sakinah (Bu Olin, Husna, Ila, Neng, Ocen, Ratna, Jendra, ldhul, Evi so, Colim, Dede, Evi Linda, Nani dan Dilla) masakannya enak-enak lho! Terus masak bual sahur dan buka yaa . ., makasih atas kebersamaannya dan kekeluargaannya serta Umi makasih dah mo nganterin malem-malem. Buat eks penghuni Wisma sakinah Betty (makasih atas persahabatannya), Maya (yang tabah yaa ... ) dan Ana (makasih atas suport, lelpon serta smsnya).
Ciputal, 13 September 2007
DAFTAR ISi
Halaman Judul ............................. . Halaman persetujuan .. . Halaman pengesahan ............... . Mo~ .............................................................. . Persembahan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ....................................... . Abstraksi ..................... .................................... . ............. . Kata Pengantar. .. ... . ......... ...... ..... .. ... . ... . ..... . ............ . Daftar lsi .. . .. ...... .. .. .. .... .. . ... . ... . .. .... . ......... . Daftar Ta be I.......... . .............. . Daftar Skema....... ............ . ............. .
ii iii iv v vi
viii x
xii xiii
BAB I PENDAHULUAN .... ........... ... . ...... .................... . ..................... 1-14
1.1. Latar belakang masalah ................................ . 1.2. I dentifikasi masalah . 1.3. Pembatasan dan perumusan masalah ..
1.3.1. Pembatasan masalah 1.3.2. Perumusan masalah .....
1.4. Tujuan dan manfaat penelitian 1.4.1. Tujuan Penelitian ....... . ......... . 1.4.2. Manfaat Penelitian ................. .
1.5. Sistematika Penulisan..... . ........... .
BAB II KAJIAN TEORI. .... ............................ .
1 11 12 12 12 13 13 13 14
. ..... 15-47
2.1. Deskripsi Teori........... .................... ... ......................... 15 2.1.1. Hubungan interpersonal. . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . .. .. .. . . . .. . . . . . . . . . . . . .. . 15 2.1.2. Tahap-tahap dalam hubungan interpersonal........ .............. 16 2.1.3. Motif yang melatarbelakangi terjadinya hubungan interpersonal 22 2.1.4. Faktor-faktor yang memepengaruhi hubungan interpersonal... 24 2.1.5. Hubungan antar pribadi . .... ................................. ...................... 26 2.1.6. Perkawinan ........................................... ............................. ....... 28 2.1. 7. Poligami ........ .... . .. . .. .. . . . . . . . . ... .. ... ..... .. . .. . .. .. . .. . . . .. . .... . .. . .. .. . . . . .. . 29
2.1. 7 .1. Pengertian Poligami ................... .. .. . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . .. . . . .. . . . . 30 2.1.7.2. Alasan Berpoligami di masyarakat................................ 32 2.1.7.3. Nabi dan Poligami......................................................... 34 2.1. 7.4. Karakteristik keluarga poligami. ..... .... .. .. . ... ............. .. . .. . 36
2.1.8. Sifat perempuan terhadap perkawinan ............... ...................... 39 2.1. 9. I mplikasi perkawinan poligami ...... ... .. . .. . .. .. . .. . . . . .. .. . . . .. . .. . . . .. . ... . . . 41
2.2. Kerangka berpikir................................................................................ 45
BAB Ill METODOLOGI PENELITIAN ..................................................... .48-61
3.1. Jenis penelitian .................. ................. .. .. ................ ....... ........... ......... 48 3.1.1. Pendekatan penelitian...... .. . . . . . . . . . .. ... .. . .. .. . ........ .. . .. .. . .. . . . . .. .. . . . . . . . 48 3.1.2. Metode Penelitian ....... ...... ............... .................... .. ...... .. .. ......... 50
3.2. Pengambilan sampel .... ...... .. ........ ......... .. .. .................... .. .................... 51 3.2.1. Subjek penelitian . ...... ....... ... .. ... . . ................ .. ......... .. ....... . 51 . 3.2.2. Karakteristik subjek............. .......... ..... ............. . ... .. .... .......... 52 3.2.3. Tekhnik pengambilan sampel.... ............................................... 52 3.2.4. Jumlah subjek................................ ............................. .......... 53
3.3. Tekhnik pengumpulan data............. ..................................... .... 54 3.3.1.Metode dan lnstrumen penelitian. ................................ 54
1. Wawancara....... .. .. .. .... .. ... ............. ... ...... .. .. ..... . . .. 54 2. Observasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . .. . . . . . . . . . . . . . .. .. . . . . . . .. 56
3.3.2. lnstrumen pengumpulan data. ....................................... 56 3.3.3. Analisa Data............ .......... .. ............. ...... ...... .. 57
3.4. Tahapan penelitian ............ ............... ............................... ............. 58 3.4.1. Ta hap persiapan penelitian . . . . . . . . .. .. . .. . . . . . . . . . .. .. . . . . . . .. . . . . . . . . . .. . . . . .. . 59 3.4.2. Ta hap pelaksanaan penelitian ..... .. ..................... ... .. ........... ....... 60 3.4.3. Tahap pengolahan data........ .......................................... 60 3.4.4. Tahap analisa dan interpretasi data................... ...................... 61
BAB IV HASIL PENELITIAN ............... . . ......................................... 62~1
4.1. Gambaran um um subjek penelitian .... .. ........... ...... .. .. ... ........ .... .......... 62 4.2. Gamba ran dan analisa kasus ....... ......... ........ ........ ........ ........... .. ...... .. . 63
4.2.1. Kasus SM ............................................ .'.............. ...................... 63 4.2.2. Kasus F ........ ........... ............ .. .. .. ...... .. ............ . ... ..... .. ... ... ..... .... 70 4.2.3. Kasus SJ ..... .. .......... ........ .... .. .. ......................... .................. ....... 78 4.2.4. Kasus NS............................. ...... ... .. .. .............................. . ....... 84
4.3. Analisis perbandingan antar kasus .. ........... ...... .......... .. .............. .. .... .. . 89
BAB V PENUTUP .................................................................................... 92-97
5.1. Kesimpulan ...... ........... .. ...... .. ........ ...... .. ... . ..... .. ........... ..... ........... ...... .. . 92 5.2. Diskusi ..... ... .. ... .. . ... .. ............ .... .... .. . . ...... ............. ... .. ..... 93 5.3. Saran........................ ........ ........ .... .......... .. ......... ................ ...... .. ......... 95
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL TABEL Halaman 1. Tabel gambaran umun subjek penelitian ............................. 63 2. Tabel analisis perbandingan antar kasus .............................. 89
DAFT AR SKEMA SKEMA I. Skema kerangka berpikir ....................................................... . 2. Skema gambaran Hubungan Interpersonal pada kasus SM .. 3. Skema gambaran Hubungan Interpersonal pada kasus F ..... 4. Skema gambaran Hubungan Interpersonal pada kasus QA .. 5. Skema gambaran Hubungan Interpersonal pada kasus R ......
Halaman 47 70 78 83 88
BABI
PENDAHULUAN
1.1. Latar Aelak;;.,ng
ls:am diyakini sebagai agarna yang menebar rahmat lif-'alamin (rahmat
bagi alsm se'llesta), dan salah satu rahmat yang dibawanya adalah ajaran
tentang perkawinan. /\l-Our'an memberikan tuntunan kepacla manusia
bagaimana seharusnya menialani perl<awinan yang dapat menjadi jembatan
yang rnengant&rkan ma11u3ia, laki-laki d8n perempuan, menuju kehidupan
sakina/1, Mawaddah dan Rahmat yang d:ridi1ai Allah. Untuk itu, Islam
merumuskan sejumlah ketentuan yang r.arus dipedomani, meliputi tata cara
seleks1 C'l'.on suami atau istri, peminangan, penentuan mahar, cara ijab-
kabul, hubungan su2mi istri, serta pengaturan keluar;;ia
lsla'11 datang menghapus segala bentuk perkawinan yang bertentangan
denga1~ pesari moral Islam. lsl&m hanya rnembenarkan perkawin8n antara
laki--laki dan perempL.an yang keduanya '.idak terhalang menikah secara
syar'i (tur<an mahro;n), baik l<arena hubungan darah maup·.;n :,emencla.
2
Perkawinan dalam Islam merupakan suatu akad atau transaksi. Hal itu
terlihat adanya unsu: !jab dan qabul. Sebagai suatu ~kad atau transaksi,
perkawrnan seme.>tinya mel,batkan dua pihak yang setara sehingga
mencapai satu kata yang sepakat. Setiap perkawinan mengandung
serarigl;aian perjanjian diantara dua pihak, yakn: suami dan istri. Allah
mene9askan dalam 1\l-quran bahwa suami hanya mempunyai dua pilihan
terhad&p istrinya yaitu memperlakukan istri dengan baik at"L!
rnencera'kannya. Sabagaimana dilul<iskan dalam Al-Quran ·
Artinya:
Maka perlakukanlah merekalistri) dengan Gara yang ma'ruf, atau
ceraikanlah me. ·eka dengan cara yang ma 'ruf (pula), (QS Al-Baqarah, 231)
Perkawinan merupakan suatu bentc•k hubungan manusia yang agung,
yang harus dipenuhi segala syarat dan ru'<unnya. la menuntut adanya
tanggung jawab iimbal balik yang wajib dilal<.sanakan oleh kedua belar1 pihak,
suami maupun is:r; sesuai ajaran Islam.
Aturan yang menguatkan perkawinan di Indonesia terdapat dalam
Undang-Undang P-:erkawinan No.1 Tahun 1974 Bab 1 Pasal 1 yang
berbunyi·
"perkawinan »dalah ikatan /ahir batin antara laki-laki dar.1 perempuan sebagai suam'-istri dengan tujuan rr.ei71bentuk keluarga (romah tangga) yang bahagia oan kel<a/ berdasarl<an l<etuhanan yang maha Esa".
3
Dari definisi <..Ii atas dapat disimpulkan bahwa tujuan perkawinan adalah
untuk mendapatkan keturunan yang diakui baik secara scsial maupun oleh
ajaran agama rJalam naungan cinta kasih dan suasana kebahagiaan yang
b&rsifat kekal Penelitian yang dilakukan terhadap lebih dari 2000 subjek
berusia 18 hirgga 9U tahun menunjukkan bahwa seseorangr yang menikah
cenderunn untul\ mer,jndi lebih bahagia daripada seseorang yang tidak
menikah (Papalia, 2001 ).
Mahligai perkav1inan merupakan bagian dari peristiwa penting dalam
kehidupan seseorang karena di saat itulnh pasangan pria dan wanita
meletakkan ikrar untuk menjalani sebuah "kehidupan banJ" dan dari
perkawin3n itu le'lirlail anak-anak yang kemudian membentuk satu keluarga.
Keluarga merupakan Viiadah yang besar peranannya dalam membentuk
pola das2ir kepribadian anak. Dengan perkataan lain, bagaimana individu
terbentuk umumnva sangat dipengaruhi olt:h lingkungan kBluarga dimana ia
di!Jesarkan (Harlock, 1981).
rv1e,alui atmosfir yang baik -secara fisik maupun psikologis- di dalam
ke'uarga, seorang c:r1ak besar kemungkinan akan tumbuh menjadi individu
dewasa yang memiliki kualitas kepribadian yang baik. Sebaliknya keluarga
yang tid<,k harmonis, be:sar kemungkinan tidcik dapat menc:iptakan suasana
yang baik bagi perkembangan seorang anak (Pincus, '1£172.).
Se1<ilas uraian di alas dapat menjelaskan betapa pef1.;aw1nan
merupakan lembaga yang sedemikian penting. Nam>Jn menurut Strong
("1983), dewasa ini PBrkawinan mulai menurun kualitasnya. Salah satu
ir.dikasi dari hal tersebut dapat dite1usuri melalui angka perceraian atau
masalah perkawinan yang tak dapat ci atasi dan pada akhimya
4
rnenyebabkan perceraian, karena perselisihan suami istri yang terus menerus
(Pengadilan Tinggi Agama, Departemen Agama, 1999). Munculnya
permasalahan yang iebih banyak disebc.bkan oleh masalcih-masalah
psikologis maupun perselisihan yang terus menerus diantara pasangan
suami-istri rnencerminka.>1 kurang atau tidak adanya kebahagiaan dalam
menjalani kehidupan perkawinan mereka.
Meskipun hampi: setiap suam1 istri berharap perkawinan menjadi
"surga" •:icilam kehid:Jpannya, namun kondisi ini tidak selalu !"nc;c!ah untuk
aiwujudl,an. Dalam kehidupan perkciwinan hampir selalu timb·u1 masalah
karena perkawir>an itu melibatkan hubungan antar manusia dan sebagian
besar situasi yarig melibatkan hubungan antar manusia, selalu akan timbul
masalah. Eksistensi perkawinan dalam lslaM memang sakral dan agung,
akan tetapi ada baberapa jenis perkawinan dalam Islam yang masih
kon\roversial. Diar>tara perkawinan itu adalah niKah mut'ah, nikah sirri, dan
poligami, aisebul kontrversial karena umat Islam ada yang setuju dan
mempraklBkannya sementcira sebagian lain menolaknya.
5
Bentuk perr.ikahan yang sering diperbincangkan dalam masyarakat
salah satunya adal&h poligami karena m&ngandung pandangan yang
kontroversial. MereKa yarg menyetujui p0ligami pada umumnya memberikan
alasan dari sisi ag2ma yan9 memb01ehkan sednngkan yang tidak menyetujui
menganggap bahwc. poligami c.d2ial1 ben\u'' diskrin•ii1asi terhadap
oerernpuan. Po:i9ami adalah ikatan pukawinan dalam hal mana suami
mengawini lebil1 dari s3lu orang istri dalarn waktu yang sama (Siti Musdah,
2004)
Banyak orn,·,g salah paham tentang poligami, mereka rnengira poligami
itu baru dikenal $elela'l Islam. ,Padahal berabad-abad sebelum Islam
6
diwahyukan, masyarakat manusia di berbagai belahan dunia telah rnengenal
dan mempraktekf:an poligami. Poligami dipraktekkan secara luas di kalangan
masyGrakat Yunani, Persia, dan Mesir kuno. Di jazirah Arab sendiri jauh
sabelJm Islam, rnasyarakatrya telah mempraktekkan poligarni, bahkan
poligami yang tak tertatas. Sejuml<.h riwayat menceritakan bahwa rata-rata
remimpin suku ketika itu memiliki puluhan istri, bahkan tidak sedikit kepala
suk•J mempunyai istri sampai ratusan Perempuan pada saat itu,
diperlakukan seperti barang yang clapat ditukar bahkan diperjualbelik;:;n 101li
Musdah, 2004)
Dalil .1aqli satu-satunya yang selalu dijadikan pembenaran bagi
kebolehan berpoligami di set,agian kalangan umat Islam diambil dari surat
An-Nisa ayat 3:
Dan jika kamu takut !id<..k akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yat:m (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanitawanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga, atau em pat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-!Judak yang kamu miliki. Yang der.1ikian itu acfa/ah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya. (QS. 4:3)
Secara dha11ir ayeit terse but memer:ntahkan ur.tuk berlaku adil, dan
apabila t'dak mampu maka hendaknya ia 'idak berpoligami atau mengawini
7
hamba sahaya saja agar terhindar dari berbuat dzalim.Ayat ini meletakkan
poliga 1n1 pada konteks perlin-:lungan terhadap anak yatim piatu dan janda
korban perang.
Poligami mempunyai beberapa syarat yang harus dipatuhi oleh seorang
suami yang akan melekukan poligami, dan syarat ulamanya adalah berlaku
adil pada para istrinya. Sebagaimana d1tegaskan al-Quran, berlaku adil
sangat sulit dilakukan (al-Nisa: 129)
,.. .J,.. ,. ,.. " ~ ,.. .J"
ko>-~ l~yi.i; 015' .illl c>\' ifaj 1;._u 0lJ , , ,
Artinya:
Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil diantam isteri-isteri(mu), wa/aupun l:amu sar.gat ingin berbuat demikian, karena itujanganlah kamu terlalu cenc!erung (kepa.'Ja yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan kamu biarkan yang lain terkatung-katung. Dan jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri (dari kecurangan), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. 4:129)
Wacana poligami sampsi kini masih terus bergulir dan telah menjadi
perdebatan ycing makin hangat. Berbagai kontroversi yang mengemuka
dalarn diskusi tentang polig2.mi saat ini telah menyebabkan terjadinya proses
tarik ul•.T antara kep'mtingan lain di luamya yang sarat dengan ideologi
patriarkhi (Farici<., dalarn Jumal Perempuan 22, 2002).
8
Majalah Fem1na No. 27/XXX tahun 2802, melakukan suvei terhadap
200 -esponden dengan perincian 84% perempuan, 16% laki-laki berusia 19-
54 tahun dengan frekuensi tertinggi (63%) pada usia 25-35 tahun.
Berdasarkan jawaban angket, kebanyakan responden mene>ntang poligami.
Pendapat m>.:ireka antara lain tidak mungkin seorang laki-laki berpoligami
dapat berlaku adil, merusak komitmen sel'.inrJQa istri pertama terdzolimi,
poligami merupa:,an lambang egoisme laki-laki, perempuan berhak sebagai
istri tunggal, bodoh jika bersedia menjadi istr: ka dua, poligami tidak baik
untuk perkembangan jiw.3 anak. Sedar.gl<an kalangan yang propoligami
dalam survey tersebut berpendapal anta~a lain poligami dapat dilakukan
dengan syarat mut'sk yang harus dipenul'li, mempunyai win-win solution bagi
suami, poligar1i yang dilakukan tidak cii bawah tangan, ada izin dari istri
pe1ama dan daripada selingkuh lebih baik menikah.selain it.J kalangan yang
mendukung poligami merL:pakan bentuk perkawinan yang diperbolehkan oleh
lebih dari tiga pe-empcit kebudayaan dunia (termasuk budaya Indonesia).
Setiap perl<awinan baik monogami maupun poligami ticlak selalu
berjalan mulus tanpa menghadapi masalah ;::ierkawinan apapun. Suatu saat
setiap perkawinan kemungkinan akan dihadapkan pada suati.J masalah.
Bentuk perkawinan poligami adalah suatu bentuk keluarga yang lebih besar,
segala hEk dan kewajiban dalam perkawinan harus dijalankan untuk dua
kalurn·ga atau lebih ['3ngan ini diperkirakan bahwa masalah yang akan
9
timbul dalam perKawinan akan lebili banyak . semua beret•ut untuk
memper:ileh keoutul1an hidup berkeluarga berupa makanan, pakaian, tempat
tinggal dan nafkah lainnya. Problem psikologis lain yang mungkin muncul
dalam kEduarga poligami adalah benluk konflik internal dalam keluarga, baik
antara sesama istri, antara ibu tiri dan anak tiri atau diantara anak-anak yang
berlainan ibu. Keluarga dapat berusaha menyAlamatkan masa depan anak
anak dengan car a membiarkan mereka tumbuh dalam rasa aman, percaya
diri dan ,erhind<1r d3n konflik-konflik keluarga yang rnenimbulkan trauma.
Adanya fenomena perkawinan poligami yang ada di tleberapa daerah di
lndones1c. seperti istri-istri yerg dapat hidup rukun satu sama lain dalam
rumah yang berbeda bahkan ada yang dalam satu rumah clan saling berbagi
tugas, ada ya:1g saling tidal< mengenal, narr.un ada yang si~ring ribut satu
sama lair. Seperti dikatakan Rini Purwati ( dalam Apiko, 2003), beliau salah
seorang istri dari Puspo Wardoyo pengusaha terkenal pemilik Restauran
"Ayam Bakar Wong Solo". Beliau mengatakan baii•Na " Sebagai istri paling
senior saya selaiu ber11saha untuk dekat dengan istri-istri yang lain. Saya
berusat.a agar c;ntara saya dan mereka tidak terjadi koriflik. lni saya lakukan
dengan ter!ebih dahulu mempeiajari dan memahami karakter mereka. Bila
ada konflik di antara mereka, saya harus bersikap netral sehigga tidak
terkesan rnemihak kepada salah satunya. Dengan demik,an, dalam kondisi-
10
kondisi tertentu, saya bisa menjembatani hcirapan-ha1apan para istri dengan
harapan-harapan suami"
Banynk sL.ami pelaku poligami mengklaim bahwa keluarganya dalam
keadaan baik-baik saja bahkan mereka mengatakan bahwa istri-istrinya
dapat h1dup rukun berdampingan dan saling berbagi. Atas Jasar inilah
peneliti ingin membuktikan apakah benar bahwa te~adi hubungan
interpersonal yang baik antara istri-istri yang dipoligami.
Mal<a dengan lacar belakang pemil<iran tersebut, penulis ingin mencari
jawabanya dengan melakukan reneliti2n ilmiah, yang dalam hal in' di
tw:ngkan dalari judul skripsi. "Gambaran Hubungan Interpersonal para
lstri dalam Perkawinan Poligami".
1.2. klentifikasi masalah
Untui< lebih memud~1hkan penulis dnlam meneliti m8salah ini maka dibuat
1dentifikasi masalah penelitian seb2gai berikut:
1. Apa saja pen yet ab terjadinya konflik antar istri dalarn perkawinan
poligami?
2. Bagaimanakah gambaran karakteristik perilaku istri yang suaminya
berpoligami?
3. Bagc;1mana.<ah hubungan interpersonal c'ntar istri dalam perkawinan
poligami?
1.3. Pembatasaan Masalah dan r>erumusan masalah
1.3.1. Pembatasan masalah
Agar masalah yang diteliti lebih terarnh maka penulis membatasi
masalah set>agai ber1kut:
1. Poliga'lli a!Jalah seorang suami yang mempunyai istri lebih dari
Satu p:::.da saat yang bersamaan
11
2. Hubungan Interpersonal adalah hubungan yang terjadi di dalam
dua individu, melibatkan seluruh <'ikap dan perilaku masing-masing
(Sarwono, 1999: 193), meliouti: Perkenalan, keakraban, Kontrol,
respon, nada emosion2:I, kesamaan dan penghar~1aan
'3 Subjek penelitian ini adalah istri-istri dalam perkawian poligami
1.3.2. Perumusc.n masalah
Agar penel:t;an ini lebih terarah dan tidak meluas, maka permasalahan
yang akan dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana Hubungan
interpersonal para istri da!am perkawinan poligami?
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1. Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian yang telah dilakukan ini adalah rnengetahui
bagaimana hubungan interpersonal yan9 terjadi ant:ir istri-istri dalam
perk3winan poligami.
1.4.2. Manfaat penelitian
1. Secara t&oritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat rnemperkaya
khasanar ilmu pengetahuan kl1ususnya di biclang psikologi sosial
dan dapat dipakai sebag:c,i pedoman di dalam penelitian lebih
lanjut ten.·tama untuk rnengkaji variabel-variabel lain yang
berkaiian dengan poligami dar. hubungan interpersonal.
2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat
bagi istri-istri dalam perkaw1nan poligami serta ba9i para suam•
yang memiliki istri lel:,ih r1ar: sc;tu, agar dapat memperhatikan
12
Bab IV
Bab V
14
: HASIL PENELITIAN, memuat gambarnn umum subjek
penelitien, gambarar dan einalisa kssus, serta analisis antar
kasus.
: PENlffUP, memuat kesimpulan, diskusi dan saran
8AB II
KAJIAN PUST AKJ~
2.1 Deskripsi Teoritik
2.1.1. Hubungan interpersonal
Kelley, et.all., (1983) mendifinisikan hubungan sebagai sesuatu yang
terjadi bila dua orang saling mempengaruhi satu sama lain dan yang satu
bergantung pada orang lain (dalam Sears.et.all, 1999). Hubungan yang
terjadi antara dua orang atau lebih memiliki arti yang mendalam, dengan
adanya orang lain kita dapat merasakan bahwa betapa orang lain sangat
menyayangi, memperhatikan dan menghargai kita, dengan orang lain pula
kita dapat mengekspresikan diri dalam berbagai bentuk sehingga kebutuhan
afiliasi sangat terpenuhi. Kelley (1983) juga menambahlcan bahwa faktor
faktor yang berperan dalam suatu hubungan, yaitu keyakinan, perasaan, dan
perilaku.
Ketiganya sangat berperan dalam hubungan interpersonal lebih-lebih
untuk meningkatkan hubungan interpersonal agar dapat be~alan dengan
baik, apabila seseorang yakin dalam hatinya bahwa orang lain yang ada
dihadapannya adalah orang baik maka timbul perasaan yang positif terhadap
16
orang lain itu; kemudian dimanifestasikan dalam perilaku yang baik pula,
tetapi dapat saja sebaliknya bila dalam dirinya yakin bahwa orang yang ada
dihadapannya kurang baik maka akan tumbuh perasaan yang negatif dan
yang akan terwujud adalah perilaku yang tidak akademis.
2.1.2. Tahap-tahap dalam hubungan interpersonal
Rakhmat (2007) menyatakan bahwa ada tiga tahap dalam hubungan
interpersonal, yaitu;
1. Tahap pembentukan hubungan interpersonal
Tahap ini disebut sebagai tahap perkenalan (aqquaintance Process).
Padas tahap ini akan diuraikkan prosesnya secara rinci dan focus kita
ialah pada proses penyampaian dan penerimaan informasi dalam
pembentukan hubungan. Dalam karyanya Steve Duck (dalam Rakhmat,
2007) menulis;
" ... acquaintance is a communication process whem by an individual ·=nsm11s rconsc1ous1VJ or convevs (sometimes unintentionally)
information about his personality structure and conten to potential friends, using subtly different means at different stages of the friendship's development.' ( ... Perkenalan adalah proses komunikasi di mana individu mengirimkan (secara sadar) atau menyampaikan (kadang-kadang tidak sengaja) informasi tentang struktur dan isi kepribadiannya kEipada bakal sahabatnya, dengan menggunakan cara-cara yang agak berbeda pada bermacam-macam tahap perkembangan persahabatan.")
17
Beberapa peneliti menemukan hal-hal menarik dari proses
perkenalan. Fase pertama, "fase kontak yang permulaan", ditandai
dengan usaha kedua belah pihak untuk menangkap informasi dari reaksi
kawannya. Masing-masing pihak berusaha meng(Jali secepatnya
identitas, sikap, dan nilai pihak yang lain. Bila mereka merasa ada
kesamaan, mulailah dilakukan proses mengungkapkan diri. Bila mereka
merasa berbeda maka mereka akan berusaha menyembunyikan dirinya
dan hubungan interpersonal mungkin diakhiri. Menurut William Brooks
dan Philip Emmert (dalam Rakhmat, 2007) kesan pertama sangat
menentukan, karena itu hal-hal yang pertama kelitiatan menjadi sangat
penting. Para psikolog sosial menemukan bahwa penampilan fisik, apa
yang diungkapkan pertama, apa yang dilakukan pertama menjadi
penentu yang penting terhadap pembentukan citra pertama tentang
orang itu.
2. Tahap peneguhan hubungan interpersonal
Hubugan interpersonal tidaklah bersifat statis, tetapi selalu
berubah-ubah. Untuk memelihara dan memperteguh hubungan
interpersonal diperlukan tindakan-tindakan untuk mengendalikan
keseimbangan (equilibrium). Ada empat faktor yang penting dalam
memelihara keseimbangan yaitu;
18
a. Keakraban, merupakan pemenuhan kebutuhan akan kasih
sayang. Hubungan interpersonal akan terpelihara apabila kedua
belah pihak sepakat akan keakraban yang diperlukan.
b. Kontrol, merupakan kesepakatan tentang siapa yang mengontrol
siapa. Kontrol disini untuk menghindari te1·jadinya konflik,karena
pada umumnya masing-masing individu ingin berkuasa, atau
tidak ada pihak yang mau mengalah.
c. Respon yang tepat, atau ketepatan respon, artinya respon A
harus diikuti oleh respon B yang sesuai. Misalnya, dalam
percakapan; pertanyaan harus disambut clengan jawaban,
lelucon dengan tertawa.
d. Nada emosi yang tepat, atau keserasian suasana emosional
ketika berlangsungnya komunikasi.
3. Pemutusan Hubungan Interpersonal
R.D. Nye (1973) dalam bukunya Conflict among Humans (dalam
Rakhmat 2007) menyebutkan lima sumber konflii{;
a. Kompetisi, salah satu pihak berusaha memperoleh sesuatu
dengan me11gorba11ka11 orang lain; misalnya menunjukkan
kelebihan tertentu dengan merendahkan orang lain.
b. Dominasi, salah satu pihak berusaha mengendalikan pihak lain
sehingga orang itu memsa hak-haknya dilanggar.
c. Kegaga/an, masing-masing berusaha menyalahkan orang lain
apabila tujuan bersama tidak tercapai.
19
d. Provokasi, salah satu pihak terus menerus berbuat sesuatu yang
dia ketahui menyinggung perasaan yang lain.
e. Perbedaan nilai, Kedua pihak kedua pihak tidak sepakat tentang
nilai-nilai yang mereka anut.
Model interdependensi antara dua orang yang dikembangkan oleh
Levinger dan Snoek (1972) seperti dikutip oleh David O.Sears dalam
bukunya yang berjudul psikologi sosia/ (1999), sebagai berikut:
1. Titik yang disebut zero contact, tahap ini menerangkan bahwa dua
orang yang berada dalam kondisi saling bergantung dan terus
mengalami peningkatan, akan tetapi sebenarnya kedua orang itu tidak
menyadari kehadiran satu sama lain. Mereka sarnpai pada tahap
menyadari bila salah satu mulai merasakan atau mempelajari sesuatu
tentang yang lain, tetapi belum terjadi kontak lan9sung, tahap
menyadari ini dapat bersifat sepihak atau dua pihak. Fungsi tahap ini
dapat menjadi amat penting, bila kita memperoleh kesan yang baik
tentang seseorang mungkin kita akan berinisiatif untuk berinteraksi
dengannya, atau dapat terjadi sebaliknya.
20
2. Tahap yang disebut kontak permukaan (dasar), disini kedua orang
tersebut mulai berinteraksi, mungkin melalui percakapan atau surat
menyurat. Kontak dasar ini merupakan awal dari interdependensi dan
bahkan dari suatu hubungan.
3. Bila derajat interdependensi bertambah maka tal1ap selanjutnya
adalah mutualitas (kesalingan), menurut Levinger dan Snoek,
mutualitas merupakan suatu kontinum interdependensi, mulai dari
yang intensitasnya kurang kuat sampai pada intensitas yang kuat.
Suatu hubungan dapat di sebut hubungan yang Hrat bila di dalamnya
terdapat interdependensi yang kuat. Semua hubungan yang erat
memiliki beberapa ciri khas (Kelley et al., 1972). Perla ma, ada
frekuensi interaksi-interaksi yang kerap untuk waktu yang relatif
panjang. Kedua, hubungan yang erat melibatkan bermacam-macam
bentuk kegiatan atau peristiwa. Ketiga, saling pengaruh yang kuat
mewarnai hubungan kedua orang tersebut. Selanjutnya, dua orang
yang memiliki interpendensi yang kuat mempunyai potensi untuk
saling membangkitkan emosi yang kuat pula. F'e1·sahabatan
merupakan sumber perasaan-perasaan positif seperti cinta, kasih
sayang, dan perhatian. Akan tetapi, diakui juga bahwa emosi-emosi
yang kuat seperti marah, cemburu, dan putus asa seringkali muncul
dalam hubungan yang erat. (Lihat Garn bar 1)
- Zero contact 0 (dua orang yang belum mempunyai hubungan)
- - .
-p 0
()-() - Menyadari Sikap atau kesan satu pihak
p 0
a) - Kontak permukaan Sikap atau kesan dua pihak
- Mutualitas (Suatu konnnum)
Perpotongan minor
Perpotongan moderat
Perpotongan mayor
Gambar 1. Suatu model interdepedensi berpasangan. (dikutip dari Levinger dan Snoek, 1972 dalam Sears,1999)
p 0
CT) p 0
()) ,o 0
CD) p ()
Sementara itu, Pearson (1983) mengemukakan te:·jadinya suatu
hubungan interpersonal melalui 4 tahap (dalam Enita, 1991), yaitu:
1. Attention (tahap perhatian), melibatkan secara sepintas dan sederhana
21
beberapa detik pertama pada apa yang kita lihat atau clengar dari orang Jain.
Pada tahap awal ini kita sudah membuat keputusan apakah akan
23
penelitian datang dari jenis motivasi tersendiri yang disebut motivasi
berkawan (friendship motivation) (McAdams & Losoff, seperti dikutip
sarwono, 1999) yang timbulnya disebabkan oleh ·1) kebutuhan untuk
mengurangi kecemasan atau ketidakpastian, 2) mendapat
rangsangan yang positif, 3)mendapat dukungan emosional, dan 4)
mendapat perhatian untuk dapat bertahan hidup.
2. Di dalam berhubungan dengan orang lain, seseorang tidak hanya
terpengaruh dalam proses pemenuhan-pemenut1an hidupnya,
namun hubungan manusia tersebut dapat juga menimbulkan efek
dalam segi afeksi. Apabila dalam berhubungan clengan orang lain,
terdapat proses saling membantu atau mutualist1k dalam proses
pemenuhan kebutuhan, maka diri indiviclu yang bersangkutan akan
tumbuh perasaan senang. Pengalaman positif yang menumbuhkan
perasaan menyenangkan ini makin memacu seseorang untuk lebih
meningkatkan kemauan berhubungan dengan orang lain.
Sebaliknya pengalaman negatif yang terus terulang akan
menyebabkan orang merasa tidak senang dengan situasi sosial
sehingga ia cenderung menarik cliri dari pergaulan sosial.
3. Kebutuhan stimulasi sosial ini muncul karena sifat manusia cepat
bosan terhadap situai-situasi monoton, lewat keluasan hubungan
sosial akan mendapatkan variasi aktivitas yang luas pula sehingga
kehidupan yang dihadapi akal lebih dinamis.
24
2.1.4. Faktor-faktor yang memepengaruhi hubungan interpersonal
Ada banyak faktor yang memepengaruhi jumlah, tipe, '.Jan kualitas
hubungan antar manusia. Read on (1987 dalam Sarwono, 2001)
menyebutkan status sosial-ekonomi, usia dan jenis kelamin sebagai faktor
yang mempengaruhi cara sebuah hubungan dijalin, serta cara dan frekuensi
interaksi dalam hubungan tersebut sementara itu, Heider (dalam Sarwono,
200 1 ) ~-=ne:ar:-;;k3n fa'~tor-faktor yang membentuk sebuah hubungan
diantaranya adalah: faktor kesamaan (similarity), kedekatan (proximity),
saling melengkapi (complementa1y) dan faktor pengalarnan (latar belakang)
masa lalu.
Kalley juga menyebutkan bahwa faktor-faktor yang berperan dalam
suatu hubungan yaitu keyakinan, perasaan (afek) dan perilaku (dalam Sears,
1999). Ketiganya sangat berperan dalam hubungan interpersonal, terutama
untuk meningkatkan hubungan interpersonal agar dapat berjalan dengan
baik, apabila seseorang yakin dalam hatinya bahwa orang lain yang ada di
hadapannya adalah orang baik maka akan timbul perasaan positif terhadap
orang itu; kemudian dimanifestasikan dalam perilaku yang baik pula, tetapi
dapat saja sebaliknya bila dalam dirinya yakin bahwa orang yang ada di
hadapannya kurang baik maka akan tumbuh perasaan yang negatif dan yang
akan terwujud adalah perilaku yang tidak harmonis.
26
2.1.5. Hubungan antar pribadi
Hubungan yang terjadi diantara dua individu, melibatkan seluruh sikap
dan perilaku masing-masing. Hubungan dengan orang yang belum dikenal
atau sudah saling mengenal sama-sama membutuhkan pola interaksi antar
pribadi yang sehat, karena sama-sama mempelajari pribadi lawan bicaranya.
Hubungan dengan orang lain di mulai dari komunikasi yang efektif, Zajonk
(1965) seperti yang aikutip Sears (1999), rnengatakan dengan orang yang
baru atau belum dikenal, faktor yang memudahkan komunikasi adalah
pertemuan yang berulang-ulang, sejauh reaksi pada saat bertemu tidak
terlalu negatif. Dengan pertemuan yang berulang-ulang itu terjadi proses
pengurangan kecemasan dan pembiasaan terhadap orang asing tersebut
sehingga dapat saling berhubungan satu sama lain den9an baik. Oleh karena
itu menurutnya, faktor kedekatan fisik merupakan salah satu faktor penting
untuk peningkatan hubungan.
Perasaan atau afek pada umumnya dapat berpengaruh terhadap hubungan
dengan orang yang belum atau baru dikenal, dipihak lain, interaksi antar
pribadi juga dapat mempengaruhi afek. Menurut Sarwono (1999), keterangan
afek mempengaruhi saling ketertarikan dalam hubungan antar pribadi, antara
lain sebagai berikut:
27
1. Teori Reinforcement- affect model, yaitu afek yan!j timbul terhadap
orang tertentu merupakan genjaran terhadap hubungan menjadi lebih
baik, semen ara hubungan yang positif juga meruoakan ganjaran
sehingga menimbulkan rasa senang (Clore & Byrne, 1974)
2. afek tidak hanya diasosiasikan dengan hal yang menimbulkan atau
menyebabkan situasi atau stimulus, tetapi jug a dengan hal-hal lain di
sekitarnya (Byrne & Clore, 1970)
Dari hubungan antar pribadi yang intensinya masih kurang sampai
yang lebih atau dari belum kenal sampai akrab membutuhkan proses yang
tidak mudah. Terjadinya hubungan yang erat antar priba•ji karena masing
masing dapat terpenuhi kebutuhan afiliasi dan afek yang lainnya dan
didukung oleh adanya kesamaan dan kemiripan dalarn beberapa hal.
Pribadi-pribadi yang saling bertemu dan mengenal satu sama lain yang
memiliki kesamaan dan kemiripan dalam beberapa hal secara tidak disengaja
atau disengaja dapat membentuk suatu kumpulan atau kelornpok, berbeda
dengan hubungan antar pribadi yang hanya terdiri dari dua orang, hubungan
antar kelompok dapat terjadi lebih dari dua orang.
pula hak dan tanggungjawab di dalam pengasuhan anak di dalam
perkawinan dalam Islam menjalin hubungan interpersonal antar suami -istri
terdapat tugas dan perar masing-masing yang telah diatur dalam Islam.
2.1.7. Poligami
29
Hingga kini, wacana poligami masih terus bergulir dan telah menjadi
perdebatan yang makin hangat. Berbagai kontroversi yang mengemuka
dalam diskusi tentang poligami saat ini telah menyebabkan terjadinya proses
tarik ulur antara kepentingan perempuan dengan berb21gai kepentingan lain
diluamya yang sarat dengan kepentingan idiologi patriarki.
Ibrahim (2002) menyatakan bahwa perbandingan sikap antara laki-laki
dan perempuan terhadap lembaga perkawinan mempunyai perbedaan
dimana sikap perempuan terhadap lembaga perkawinan lebih berarti
dibanding bagi laki-laki. Jika perempuan merasa bahwa lembaga pernikahan
adalah segala-galanya dalam hidup, maka problem yang muncul dari
kehidupan rumah tangga dalam pandangannya didasarkan alas berbagai
makna yang lebih mendalam di banding laki-laki.
30
2.1.7.1. Pengertian Poligami
Kata poligami berasal dari Yunani secara epistimologi, dua kata yaitu
"poli" atau "polus" yang berarti banyak dan kata "gamein" atau gamos" yang
berarti kawin atau perkawinan. Jadi secara bahasa poligami berarti "suatu
perkawinan yang banyak" atau "suatu perkawinan yang lebih dari seorang",
baik pria maupun wanita. Poligami bisa dibagi alas poliandri dan poligini.
Poliandri adalah perkawinan seorang perempuan dengan lebih dari seorang
laki-laki. Adapun poligini adalah perkawinan seorang laki-laki dengan lebih
dari seorang perempuan. (Dewan redaksi ensiklopedi Islam, 1997)
Salah satu bentuk poligami adalah pcligini. Poligini adalah praktek
perkawinan yang membolehkan seorang pria memiliki beberapa perempuan
pada waktu yang sama, sedangkan poligami dirumuskan sebagai praktek
perkawinan yang salah satu pihak memiliki/mengawini beberapa lawan jenis
dalam waktu yang bersamaan (Dept. Pendidikan dan kebudayaan, 1993).
Berdasarkan definisi di alas penulis mengambil kesimpulan bahwa poligami
mempunyai makna umum, bisa berarti poliandri atau poligini. Namun dalam
term keindonesiaan berarti perkawinan seorang laki-laki dengan lebih dari
satu perempuan.
Dalam Islam poligami mempunyai syarat-syarat sebagai berikut
(Wahbc:h al-Zuhaili, 1996):
1. maksimal empat orang
Islam hanya membolehkan seorang laki-laki rnelakukan poligami
dengan empat orang istri seperti yang telah dijelaskan di depan.
2. Adil terhadap semua lstri
31
Allah SWT telah memerintahkan laki-laki yang ingin berpoligami
agar berlaku adil. Arti kata 'adl dalam ayat ini tiermakna perlakuan
adil terhadap para istri dalam segala hal yang berhubungan
dengan kehidupan keluarga Bahkan aliran Mu'tazilah berpendapat
bahwa makna 'adl bukan saja pengadaan yang menyangkut
akomodasi, seperti pakaian, makanan, dan lain-lain, tetapi
terrnasuk juga dalam hal perasaan dan hati, seperti rasa cinta dan
selain yang berhubungan dengan kebutuhan tiatin istri. Sedangkan
menurut lbn-Arabi yang dimaksud dengan keadilan adalah yang
bersifat fisik saja.
Orang yang mencermati ayat ini akan sampai i\epada pendapat
bahwa al-Qur'an menjadikan perasaan ragu tidak bisa berlaku adil
sebagai penghalang poligami, bahwa poligami hanya
diperbolehkan jika terdapat keyakinan mampu berlaku adil
terhadap semua istri.
3. mampu memberi nafkah
Seorang tidak diperbolehkan menikah dengan seorang perempuan
atau lebih jika ia tidak mampu memberi nafkah secara
berkesinambungan.
33
menjadi ketetapan hukum. Jibiliyyah termasuk sunnah yang
berhubungan dengan pengetahuan khusus maupun teknik seperti
kedokteran, perdagangan, per tainian dan perang. ltu juga termasuk
yang menjadi ciri khas Nabi, seperti jumlah istri Nabi dan puasa wisal
Selanjutnya wajar dipertanyakan kepada mereka yang menyebut
dalih itu, "apakah mereka benar-benar ingin meneladani Rasuluah
dalam penikahannya? Kalau benar demikian maka perlu mereka
sadari bahwa Rasulullah SAW baru berpoligami dua tahun setelah
meningga/nya istri be/iau Khadijah RA. Rasu/ullah menikah pada
usia 25 tahun, 15 tahun sete/ah pernikahan be!iau dengan sayyidah
Khadijah RA, be/iau diangkat menjadi nabi. /stri beliau wafat pada
tahun ke X kenabian. lni berarti be/iau bermonogami selama 25
tahun. Lalu sete/ah tiga atau empat tahun sesu1jah wafatnya
Khadijah ra baru beliau menggauli Aisyah RA pada tahun kedua atau
ketiga hijriah, sedangkan be/iau wafat pada tahun ke-XI (Shihab,
2005).
2. Kesenjangan jumlah laki-laki dan perempuan.
Da/am kerangka demografi, para pelaku kerap mengemukakan
argumen statistik. Bahwa apa yang mereka /akukan hanya/ah kerja
bakti untuk menutupi kesenjangan jum/ah penduduk yang tidak
seimbang antara laki-laki dan perempuan. Tentu saja argumen ini
adalah a/asan yang sudah tidak sesuai lagi deni~an keadaan zaman
pernyataan eksplisit dalam pembatasan terhadap kebiasaan poligami
yang awalnya tanpa batas sama sekali.
35
Pada banyak kesempatan, nabi justru lebih banyak menekankan
prinsip keadilan berpoligami. Dalam sebuah ungkapan dinyatakan:
"barang siapa yang mengawini perempuan, sedan~ikan ia tidak bisa
berbuat adil kepada keduanya, pada hari akhirat nanti separuh tubuhnya
akan lepas dan terputus" (Jami' al-Ushul,tt), bahkan, dalam berbagai
kesempatan, Nabi SAW menekankan pentingnya bersikap sabar dan
menjaga perasaan istri.
Nabi SAW marah besar ketika mendengar putri beliau, Fatimah
binti Muhammad SAW, akan dipoligami Ali bin Abi Thalib RA ketika
mendengar rencana itu, Nabi pun langsung masuk ke masjid dan naik
mimbar, lalu berseru; "beberapa keluarga Bani Hasyim bin Al-Mughiroh
meminta izin kepadaku untuk mengawinkan putri mereka dengan Ali bin
ABi Thalib. Ketahuilah, aku tidak akan mengizinkan, sekali lagi tidak
akan mengizinkan, sungguh tidak aku izinkan, kecuali Ali bin Abi Thalib
menceraikan putriku, kupersilakan mengawini putri mereka. Ketahuilah,
putriku itu bagian dariku; apa yang mengganggu perasaannya adalah
menggangguku juga, apa yang menyakiti hatinya adalah menyakiti
hatiku juga." (Jami' al-Ushul,tt)
Sama dengan Nabi yang berbicara tentang Fatimah, hampir semua
orangtua tidak akan rela jika putrinya dimadu. Seperti dikatakan Nabi,
poligami akan menyakiti hati orangtuanya.
2.1.7.4. Karakteristik keluarga poligami
36
Pada keluarga poligami perhatian seorang ayah tentunya akan terbagi
kepada keluarganya yang lain. Setiap keluarga pada dasarnya memiliki
fungsi keluarga yang dipenuhi melalui peran-peran anQ!~ota
keluarganya.menurut Soewondo (2001 ), fungsi-fungsi dari keluarga adalah
sebagai berikut:
1. Membarikan afeksi, meneruskan afeksi antara suami, istri dan
generasi berikut.
Kebutuhan manusia akan afeksi merupakan suatu hal yang amat
penting. Menurut Harlock, afeksi merupakan bagian dari kehangatan
emosional yang ada dalam keluarga. Ketiadaan afeksi dalam
hubungan sebuah keluarga akan merenggangkan keeratan dan
merangsang te~adinya perselisihan diantara anggota keluarga. Dalam
sebagian masyarakat, kebutuhan afeksi ini terutama diberikan oleh
keluarga selain oleh kelompok lainnya dalam kehidupan individu.
2. Menyediakan rasa aman dan rasa diterima agar hidup berarti dan
berharga.
komunitas lainnya. Keluarga merupakan sahabat yang selalu
memberikan rasa simpati yang berkesinambungan kepada anggota
anggotanya.
5. Menyediakan status sosial dan Kesempatan Sosialisasi
38
Status individu dalam masyarakat akan sangat d1tentukan oleh status
orang tuanya. Dengan demikian dimana hirarki dan posisi orang tua,
maka disitu pulalah hirarki dan posisi individu dalam masyarakat.
Selain itu, dalam keluarga pulalah individu belajar tentang pola
perilaku, nilai-nilai, tujuan dan sikap-sikap yang dianggap berharga
atau penting. Hal tersebut dipelajarinya melalui pengasuhan orang tua
terhadap dirinya maupun melalui gaya hidup keluarga.
6. Menanamkan kontrol dan Rasa Kebenaran
Keluarga adalah ala! atau agen dari sebuah masyarakat yang lebih
besar, kegagalannya berfungsi secara penuh menyebabkan tujuan
dari masyarakat tidak dapat dicapai secara efektif. Berbagai pujian dan
hukuman yang dialami oleh anak-anak pada masa awal akan
mengajarkan kepada mereka tentang benar dan salah yang akan
mereka bawa sampai dewasa dalam nilai-nilai moral dan pemahaman
mereka tentang hal-hal yang baik. Namun begitu, jika penanaman
kontrol ini dilakukan dengan cara-cara yang otoriter, hal demikian
justru akan menyebabkan te~adinya friksi atau perselisihan diantara
39
anggota keluarga. Pada akhimya perselisihan ini akan mengakibatkan
buruknya iklim keluarga.
2.1.8. Sifat Perempuan Terhadap Perkawinan
Perempuan yang memiliki sifat-sifat kewanitaan sejati itu pada
umumnya bersifat monogam (Mono= satu; gamos = perkawinan; kawin
dengan seorang saja). Hal ini memang sangat esensial untuk menjaga
kemumian keturunan. Maka monogami adalah usaha manusia untuk
mengadakan satu sistem regulasi, demi menjamin kesehatan mental,
ketentraman sosial, orde sosial dan organisasi ekonomi ini dikembangkan
menjadi satu perundang-undangan atau hukum, demi menjamin kelestarian
jenis manusia, secara mumi (Kartono,2006).
Jika seorang pria dan seorang perempuan bisa mendapatkan kepuasan
dalam relasi seksualnya, biasanya pengalaman tersebut tidak hanya berupa
pengalaman fisik dan psikis saja, akan tetapi juga bisa berupa relasi pribadi
yang sangat intim. Maka muncullah keinginan yang sangat kuat untuk
memonopoli intimitas eksklusif itu dengan partner yang sangat dicintai. lnilah
sikap yang disebut "egoistis", atau disebut pula dengan monogami instinktif
atau inhibisi seksual dalam Cinta (Kartono,2006).
Lembaga pernikahan bagi perempuan lebih berarti dibanding bagi laki
laki. Hal ini karena perempuan sangat menggantungkan harapan dan
40
lembaga pernikahan, sementara laki-lal<i lebih banyak memberikan perhatian
kepada peke~aannya di luar rumah. Kenyataanya, rumah tidak banyak
menyita waktu kaum laki-laki, sementara kehidupan rurnah tangga bagi
perempuan adalah segala-galanya. Jika perempuan merasa lembaga
pernikahan adalah segala-galanya dalam hidup, maka problem yang muncul
dari kehidupan rumah tangga dalam pandangannya didasarkan atas berbagai
makna yang lebih mendalam dibanding laki-laki (Ibrahim, 2002).
Spring (1997) mengemukakan bahwa ada beberapa darnpak yang
terjadi pada istri yang dipoligami (dalam Soesrnalijah, 2001 ), diantaranya;
1. Dia kehilangan hubungan baik dengan suaminya dan akan bertanya
siapakah dirnya sekarang?. Sebelumnya dia adalah istri yang dicintai,
menarik dan berbagai hal yang positif. Gambaran ini berubah ketika
suaminya menikah lagi.gambaran diri berubah menjadi negative, korban
kehilangan identitas diri.
2. Dia bukan lagi seorang yang berarti bagi suaminya. la akan sadar bahwa
ia bukan satu-satunya orang yang berada disisi suami yang dapat
membahagiakan pasangan. Harga dirinya terluka, ia merasa kehilangan
penghargaan terhadap dirinya.
3. Menjadi seseorang yang sensitive, mudah marah perilakunya sering tidak
terkontrol karena emosinya sering lebih berperan. la mudah sedih, sering
curiga, tidak seimbang.
4. Kehilangan hubungan dengan orang lain. la sekarang lebih menyendiri
karena merasa malu dan rendah diri.
2.1.9. lmplikasi perkawinan poligami
41
Setiap perkawinan, baik monogami maupun poligami tidak selalu
berjalan mulus tanpa menghadapi suatu masalah perkawinan apapun. Suatu
saat setiap perkawinan pasti akan menghadapi suatu masalah. Bentuk
perkawinan poligami adalah bentuk keluarga yang lebih besar. Hal ini
menyebabkan bahwa kemungkinan masalah yang akan timbul dalam
perkawinan akan lebih banyak.
Masalah yang sering muncul dalam perkawinan poligami adalah istri
istri bertengkar kemudian diikuti oleh pertengkaran anak··anak mereka.
Semuanya berebut untuk memperoleh kebutuhan keluari~a berupa makanan,
pakaian yang jenisnya tertentu, tempat tinggal dan nafkah lainnya. Mereka
juga berebut tentang kedudukan tiap-tiap anggota dari ke!luarga besar itu,
secara khusus kedudukan tiap-tiap istri terhadap suami clan kedudukan anak
terhadap ayahnya.
Tetapi pemiasalahan di alas ditemukan juga pada lceluarga monogami.
Karena kadang-kadang istri bertengkar dengan suaminya tentang
kedudukannya terhadap suaminya dibandingkan dengan ibu atau adik
perempuan dari suaminya itu dan kadang-kadang perten!Jkaran suami istri
terjadi karena masalah makanan, pakaian, tempat tinggal atau nafkah
lainnya.jadi masalah-masalah seperti itu timbul dari setiap perkawinan baik
monogami maupun poligami.
42
Problem psikologis yang mungkin muncul dalam k:eluarga poligami
adalah dalam bentuk konflik internal dalam keluarga, baik di antara sesama
istri, antar istri dan anak tiri atau di antara anak-anak yang berlainan ibu.
Permusuhan antar istri terjadi karena suami biasanya lebih memperhatikan
istri muda ketimbang istri tuanya. Bahkan, tidak jarang setelah menikah
suami menelantarkan istri tua dan anak-anaknya. Karena suami menikah
lagi, hubungan baik dan harmonis istri dengan keluarga besar suami menjadi
terganggu. Perkawinan poligami juga membawa dampak buruk bagi
perkembangan jiwa anak, terutama anak perempuan. Penelitian yang
dilakukan oleh Mudhofar Badri (dalam Machali, 2005) mengungkapkan
temuan yang memprihatinkan sebagai berikut, perkawinan poligami
menimbulkan beban psikologis yang berat bagi anak-anak. Anak malu ketika
ayahnya diju\uki "tukang kawin", sehingga timbu\ rasa minder dan
menghindar bergaul dengan teman sebayanya. Bagi anak perempuan
biasanya sulit bergaul dengan teman laki-lakinya. Kebanyakan dari anak
anak yang ayahnya berpoligami Jalu mencari pelarian lain, seperti narkoba,
pergaulan bebas dan sebagainya. Hal ini disebabkan karena mereka kurang
mendapatkan perhatian dari orang tua terutama ayahnya yang harus
membagi waktu untuk istri lain, atau malah sama sekali ia tidak ada
. 44 PEBPIJSTAKAAN i.HAM,!'1
IJIN SYMllF !llt1ff1t;.-• i!}J\tt ,lt\K/.\fffA
pria merupakan perbuatan yang timbul dari kepribadiannya, tindakan
yang bijaksana ini bias juga terjadi pada pria yang bermonogami.
Tetapi poligami memang menghendaki sikap yc1ng bijaksana dari
seorang pria sebagai kepala keluarga.
d. Anak-anak bertengkar
Pertengkaran anak-anak, baik adik kakak yang sekandung atau tidak
sekandung bias saja terjadi, baik di dalam keluarga yang monogamy
maupun yang poligami. Tetapi memang tidak bias diingkari bahwa
poligami adalah salah satu sebab dari pertengkaran anak-anak itu
karena mereka tidak sekandung.
e. kesulitan ekonomi
kesulitan ekonomi menjadi kendala dalam suatu hubungan keluarga
mmenuju kea rah kemakmuran. Kemakmuran rumah tangga itu erat
kaitannya dengan kemakmuran masyarakat secara menyeluruh.
Suami harus membiayai keluarganya yang lebit-1 besar, untuk istrinya
dan untuk anak-anaknya. Poligami dapat menimbulkan kegoncangan
dalam kehidupan keluarga dengan adanya kesulitan ekonomi.
2.2. Kerangka Berpikir
Sebagai makhluk sosial, manusia per1u berhubungan dengan orang
lain, manusia selalu hidup bersama manusia lainnya dan tidak dapat hidup
sendiri. Namun tampaknya membentuk dan membina hubungan dengan
orang lain bukanlah hal yang mudah dan sederhana.
45
Perkawinan merupakan suatu lembaga sah yang menyatukan pria dan
wanita di dalam suatu hubungan interpersonal yang intim dimana keduanya
mendapatkan rasa ketenangan dengan kasih sayang, sehingga mereka
dapat memberikan kepuasan dari segi fisik, mental serta materi, dan terdapat
pula hak dan tanggung jawab di dalam pengasuhan anak di dalam
perkawinan. Dalam Islam menjalin hubungan interpersonal antar suami-istri
terdapat tugas dan peran masing-masing yang telah cliatur dalam syariat
Islam.
Hubungan interpersonal memainkan peranan penting clalam
perkawinan. Sama halnya dengan hubungan persahabatan, hubungan
interpersonal melibatkan pribadi-pribadi yang berlainan karakteristik satu
dengan yang lain. Dalam perkawinan poligami hubungan interpersonal lebih
sulit penyesuaiannya bila dibandingkan clengan hubungan interpersonal
dalam perkawinan monogami. Kesulitan itu disebabkan ~~arena di dalam
kehidupan perkawinan poligami terdapat keruwetan oleh berbagai faktor yang
46
tidak biasa timbul dalam perkawinan monogami, misalnya
ketidakharmonisan antar para istri, istri dengan suami, ibu tiri dengan anak tiri
maupun ayah dan anak.
Dalam keluarga poligami beban psikologis yang ditimbulkan oleh
praktek poligami terhadap seorang perempuan amatlah besar. Seorang istri
akan cemburu bila rnelihat suami bersama perempuan lain (walaupun dia
mengetahui perempuan tersebut adalah istri lain dari suaminya).
Kecemburuan seperti ini tidak hanya terjadi pada istri pertama saja,
melainkan juga terjadi pada istri lain, maka tak heran jika dalam keluarga
poligami selalu terjadi perselisihan baik antar istri maupun antara istri dengan
suami.
Hubungan interpersonal antar istri (walaupun tidal< secara langsung)
telah terjadi sejak pertama kali dia mengetahui bahwa suaminya
mempraktekkan poligami. Peneliti ingin melihat hubungan yang terjadi antar
istri pada perkawinan poligami. Peneliti berasumsi bahwa hubungan yang
terjadi antar istri tidak harmonis karena sulit bagi perempuan menerima ada
perempuan lain yang juga disayangi suaminya.
Seorang laki-laki yang berpoligami harus berlaku adil terhadap seluruh
anggota keluarganya, namun terkadang perhatian laki-laki lebih terfokus
47
pada istri barunya dari pad a istri yang lama sehingga menyebabkan
munculnya rasa iri.
PERI<A WIN AN POLIGAMI
t====l~st~r=i==~-~-:==S=u=a=m==i~1--·~4~~
Hubungan interpersonal
Tahap pembentukan hubungan interpersonal
Tahap Peneguhan Hubungan Interpersonal
Pemutusan Hubungan Interpersonal
Perkenalan
Memerlukan keseimbangan, faktor penting keseimbangan:
a. Keakraban, b. Kontrol, c. Respon yang tepat d. Nada emosional yang
tepat
Sumber konftik: a. Kompetisi b. Dominasi c. Kegagalan d. Provokasi e. Perbedaan nilai
BAB Ill
l\llETODE PENELITIAN
Pada bab ini penulis memaparkan semua tentang penelitian, Jenis
Penelit1an, Pengambilan Sampel, dan Pengumpulan Data. Dari latar
belaV.ang serta pembatasan masalah yar.9 telah dikemukakan penulis, bahwa
yang hendak diteliti dalam penelitian ini" Bagaimana Hubun~ian interpersonal
antar istri dalam perkawinan poligami?"
Selanjutnya u:1tuk menjawab pertanyaan penelitian tersebut, ada
beberapa langkah yang dilakukan oleh peneliti yaitu:
3.1. Jenis Penelitian
Pada sub bab ini akan dibahas penekatan penelitian apa yang
digunakan dan metcde penelitian yang digunakan
3.1.1. Pendekatan penelitian
Bogdan dan Taylor (1975) mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat cliamati (Bogdan
dan Taylor dalam Lexy, 2004). Sebagaimana Kirk dan Miller (1986)
49
mendefinisikan penelit1an kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu
pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari pengamatan
pacia manusia taik dalam kawAsannya maupun dalam peristilahannya (Kirk
dan Miller dalam Lexy, 2004).
Krcdibilitas suatu penelitian kualitatif terletak pada keberhasilannya
mencapcii maksud merigeksplorasi masalal1 atai.: mendeskripsikan setting,
proses, kelompok 3Jsial atau pola interaksi yang kompleks. Deskripsi
mendalam yang menielaskan kompleksitc.s aspek-aspek yang terkait dan
interaksi dari berbaga; aspek menjacli .salah satu ukuran :{redibilitas penelitian
kualita\if (E. Kristi, 2007). Karen an ya, peneliti perlu menguraikan secara jelas
bagaimana desain di!<.embangkan, subjek penelitian dipilih, ataupun analisis
dilakukan.
Derigan .nGlihat kembali permasalahan penelitian yang akan dijawab,
peneliti melihac bahwa pendekatan kualitatif ini lebih sesuai untuk menggali
masalah-inasalah apC.1 saja yang dihadapi oleh para istri dalam perkawinan
poligami kemudian hagaimana gamoaran proses hubungan interpersonal
antar istri yang s1fatnya sangat individual, karena masing-masing istri mefT'iliki
pola yang berbeda '<c:tika berhubungan dengan orang lain. Dipilihnya
pe11dekatan kualitatif memungkinkan per.eliti mAmahami gejala sebagaimana
subjek mengalaminya, memfokuskan diri pada proses-proses yang terjadi
pada diri dan me;nandang individu beserta lingkungannya sebagai satu
kesatuan.
3.1.2. Metode peneHtian
Masalah penelit,c,n yang penuli~ amb1I merupakan studi kasus. 3eperti
yang dikutip ol3h E.Kristi (2007), menurut Bogdan menyatakan bahwa studi
kasus adalah kajian ya11g rinci atas dasar satu latar atau satu orang subjek
atau satu tempat penyimpanan dokume11 atau peristiwa.
50
Berkaitan dalam peneli,ian ini penu:is ingin mengetahui secara
mendalam dan mendetail mengenai polR hubungan interpersonal yang
dilakukan antar istri dalam perkawinan poligami. Oleh sebab itu peneliti
mengr;unakan Jenis peneiitian kuali'.atif untuk mengungkap permC1salahan
yang bersifat kasuistil<.. Selain itu jenis pisnelitian ini berusaha memahami
gejala tingkah laku mar1usia menurut penghayatan sang pelaku, atau melalui
sudut pandang subje~ pene!iti.
Dalam penelitian studi kasus peneliti tidak memaksakan pada sebuah
teori untuk mencari hubungan yang pasti antar variabel, melainkan lebih
ditunjukkan untuk mencari dinamika masalah.
Se,Jerti yarig dikatakan oleh Bogdan dan Taylor (19'75) bahwa dalam
studi kasus subjek penelitian tidak terisolasi ke dalam variabel-variabel
tHpisah lltau hipotesis-hipotesis, melairl\an dipandang seba[J<"i suatu
l\esatuan secara keseluru:1an (Lex;,, 2004). Peneliti dapat mengenal subjek
subjeknya secara p;ibadi dan mel1hat mereka mengembangkan definisi
mereka senr:liri meng8nai dunia mei-eka, :nerasakE1n apa yang mereka alami
sehari-hari atau bahf:an mempelajari pengalaman-pe:igalaman subjek yang
mungkin belum diket8hui sama sekali oleh penelit1.
3.2. P~ngambilan Sampel
Yang diuraikan dalam sui: judul 111i antara lain; subjek penelitian,
karakteristik subjek, tekhnik pengambilan sample, dan jumlah subjek.
1.2.1. Subje!< Penelitian
Sebagian peneliti kualitatif tidak setc1ju dengan istilah 'sampel', yang
berkonotc.si 'jumlar.', dan menggantiny& dengan istiiah subjek, informan,
51
pa. tisipan atau sasaran peneli\ian (E.Kristi, 2007). Sedangkan Sugiono
(2006) mengist1lahkan subjek penelitian untuk penslitian l<ualitatif yang ingin
diketahui "ap8 yang terjadi dii..lalamnya" ini dengan "social situation" yang
terdiri da;; tiga eleme,1, yaitu:tempat, pelaku, dan aktifitas yang berinteraksi
secara sinergi<>. ~;c1hjek dalam penelitian ini adalah perempuan atau istri
yang dipoligami yano memilik: karakterisi\k sebagairnana yang telah
ditentukan dalcim pe1:elitian.
1.2.2. Kar:ikteri<>tik Subjek
Karakte:ristik subjek yang akan digunakan sebagai sampel
penelitian a<ialc.r1
1) Subjek ada1ah perempuar, yang memiliki status sebagai istri yang
sah ses•Jai de11gnn ketentuan agama yang dianut. t<arena subjek
dalam per.elitian ini tidak dibatasi pada agama tertentu saja.
2) Subjek merupakan istri pertama, kedua dalam perkawinan
poligmni, karena syariat agama Islam membatasi ,1umlah istri
hingga dua orang dan k6banyakan orang hanya rnemiliki dua istri
saja.
1.2.3. Teknik Pengambilan Sampel
52
Teknik riengambilan sampel 1ang d1gunakan dalam penelitian ini
menggunakan purposivci sampling yaitu peneliti rnengambil subjek
bukan atas strata, random, atau daerah, tetapi atas dasar adanya
tujuan, sehingga tidak 3emua subjek memi'iki peluang yang sama
(Suharsim'., 1996) dan dengan cara insidental, yaitu Tefmik penentuan
sampel berdasarl<an kebetulan, yakni siapa saja yang secara
i<ebetulan/insidentcil bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai
53
sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai
sumber data (Sugiyono, 2006).
1.2.4. Jumlah Subjek
Dengan fokus penelitian pada kedglaman dan proses, penelitian
kualitatif cende~ung dilakukan deng<in jumlah kasus seclikit. Suatu kasus
tunggalpun dapat dipakai apabila secara potensial memang sangat sulit
bagi peneliti rnemperoleh kasus lebih banyak dan apabila penelitian
menggunakan k<isus tunggal, maka untuk peneluian tersebut diperlukan
informasi yang sangat mendalam (B.3nister dkk, 1994 dalam E.Kristi,
20G7)
Da/am peneiitian ini, jumlar subjek yang digunakan sebanyak 4
orang, terdiri dari dua orang istri pertama dan dua orang istri kedua dari
pen<awinc:n poligami. Hal ini berkait2n dengan pola pe1w11tian multiple
case disign yaitu rnenggunakan resp:;nden lebih dari ::.atu orang. Ada
beberapa alasan penelitian ini dibatasi hanya empat responden
diantaranya:
1) Jumlah subjek i.1i dibatasi mengingat dalam penelitian ini peneliti
menggunakan metode wawancara mendalam pada setiap subjek dan
membutuh'{an waktu 1ang cukup lama untuk melaku~;an wawancara.
54
2) Oalam penelitan ini peneliti mengambil istri yan£ dipoligami sebagai
responden. Walaupun bany'"ik keluarga yang mempraktekkan poligami
tetapi mencan subjek penFJlitian ini relatif susah karena di Indonesia
orang masih rr.enganggap a:b apabila menjadi istri rnuda dalam suatu
perkawinan.
1.3. Teknfk Pengumpul:!n Data
Teknik pengumpulan data ini memuat uraian tentang teknik-teknik
penelitian dan instrumen yang digunal;an dalarn penelitian ini, serta
analisa data
1.3.1. Teknik Penelitian
Dalam penelitim1 ini teknik pengumpu1an data y3ng digunakan adalah
waw;mcara dan observasi
1. Wawar,cara
Wawa11c2ra adalah situasi peran antarpribadi bertatap muka,
ketika seseorang yakni pewawancara mengajukan pertanyaan
pertanyaan } ang d1rancang untuk memperoleh jawaban-jawaban yeng
relevan dengan masalah penelitian, kepada seseorang yang
SS
diwc.wancara, atau ref ponden (l<:erlinger, 2004). Sedangkan Abu (2004)
mendefinisikan w2wancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian
yang berla119su119 sacara l'san dimana dua orang atau lebih bertatap
muka menc.'e1garkan secara langsung informasi-informasi atau
keterangan- keterangan. Wawarcara kualitatif dilakukan apabila peneliti
bermaksud untuk memperoleh pengetahuan tentang makna-makna
subjektif yang dip3hami individu berkenaan dengan topik yang diteliti, dan
bermaksud melakukan eksplorasi terhadap isu tersebut, suatu ha! ya:ig
tidak dapat dilak:il an melalui pendekatan lain (Benister dkk dalam
E.Kristi, 2001) peneliti menggunakan pertanyaan terbuka (open-ended
question), karena peneliti perlu mendcrong subjek untuk berbicara lebih
lanjut mengenai topik yang dibahas, tanpa mengarahkan 1jan tanpa
rnembuat subjek rnerasa diarahkan.
Dalam prosef wawancara ini, peneliti dilengkapi dengan pedoman
waNancara yang trn lebih dahulu telah disesuaikan dengan teori, yang
menccintumkan isu-isu yang harus diliput tanpa menentukan urutan
pertany·oian. Pedorian wawancara digunakan untuk mengingatkan peneliti
mengenai aspek-aspe.-; yang harus dibahas seka!igus menjadi daftar
pengecek (checklist) apalzah aspek-aspek relevan tersebut telah dibahas
atau d1tanyakan. Pedoman wawancarc. berisi perta11yaan-pertanyaan
poko'- yang perlu ditanyakan, namun l1dak menutup kemungkinan untuk
56
munculny;J partanyaan lain saat probing atau pertanyaan-pe1tanyaan lain
yang tidak disiapkan sebelumnya olsh peneliti yang muncul saat jalannya
wawancara.
?.. Observasi
Selain melakuka1 wawancara, peneliti juga melakukan observasi.
Tujuan observasi cidalah mendeskrir;sikan setting yang dipelajari,
akti'tic3s-aktivitas berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas,
can rnakna kejadian dilihat dari perspektif mereka yang terlibat dalam
kejacHan yang d;amati tersebut (Pat'.on, 1990 dalarn E. Kri~•<, 2007). Hal-
hal yang akan diobse1vasi melij>uti setting tempat wawancara
berlangsung, penampilan serta bahasa tubuh subjek ketika wawancara
sedang berlangsung, dan hal-hal pe11ting lainnya yang ditemui peneliti
dalam proses wawancara.
3.3.2. lnstrumen pengumpul;m data
Dalam penelitian ini, alat bantu yang peneliti gunakan aclalah:
1) Alat perekam berupa tape recorder, dig .. makan untuk mempermudah
peneli':i dalafT, melakukan wawancara. Penggunaan alat perekarn ini
membantu ::ieneliti agar data yanq diperoleh tidak terlewatkan
sehingga peneliti lebih dapat berkonsentrasi terhadap jawaban yang
diberikan subjek tar.pa perlu mencatat jawaban. Penggunaan alat
perekam ini digunakan dengan Meminta izin subjek penelitian.
57
2) Kertas dan alat tulis u.1tuk observasi digunakan L11tuk membantu
peneliti rnerekam atau mencatat semua tingkah /aku nonverbal subjek.
Setiap sutjek mempunyai lembar catatan yang disiaJ)kan µene/iti
untuk mencatat hal-hal penting ber.,enaan dengan kasus subjek
selama pene/itian berlangsung.
3.3.3. Analisa Data
Data penelitian kua/itatif tidak be1bentuk angka, tetapi lebih banyak
berupa narns1, dsskripsi, cerita dokumen tertulis dan tidak tertulis, ataupun
bentuk-bentuk non-angka lain. Dalam penelitian kualitath tidak ada suatu
rumus atau atura.1 yang pasti un•.uk mengo/ah dan
menginterpretas1kannya (Patton, 1990 dalam E.Kristi, 2007)
Prosedur anc;lisis dan interpretasi data yang diperoleh d21lam penelitian ini
adalah
I. Mengubah dat.a mentah yang berupa rekaman suara subjek ke dalam
bentuk tulisan secara verbatin 1 dan menyusun has ii ol)servasi
sehingga menjadi lebih terstuktur
2. Setelah verba,im tersebut berbentuk transkripsi, maka peneliti
membac? ~1as1i wawancara s&cara berulang-ulang untuk mengetahui
tema-tema ya11g muncul dan rnenyatukannya dengan hasil obseNasi
3. Melakukan koding dan mengelompokkan data ke dalsm beberapa
kategori yang dibuat beroasarkan masalah penelitian ·
4. Melakukan analisis terhadap data yang telah di koding dan
dikateg')risesi baik secara individual terhadap setiap subjek
5. Membuat kesimpulan yang rnerupakan jawaban alas pertanyaan
dalam permasalahan penelitian
6. fahap akhir adalcih mengajukan saran-saran yang menunjang
penelitian di masa yang akan datung
3.4. Tahapan penelitian
Dalam melakukan penelitian terdapat beoerapa tahcipan yang harus dilalui
oleh peneiiti berupa tahap persiapan per.elitian, Tahap pelaksanaan
Penelitia.1, tahap Pengolahan Data dan Tahap akhir yaitu Analisa dan
lnterpretasi Data
58
3.4.1. Tahap Persiapan Penelitian
Sebelum melakukan penelitian ini peneliti r1elakukan beberapa
:;iersi3p2n dianlara, 1ya;
59
1) Studi literatur dan metode yang akan digunakan untuk menjawab
masalah penelitian.
2) Menear: informasi mengenai calon subjek yang bersedia untuk
diwawancara. Hal ini dilakuk.'m dengan cara bertanya kepada
keluarga dan teman-teman yang mempunyi hubungan dengan
calon subjek yang juga sesua1 dengan karakteris.tik subjek
pene~itian. KemudiJn menentukan dan menghubungi calon
sub;ek tersebut
3) Mengecek kesesuaian karakteristik subjek dan rnenanyakan
kesediaan subjek untuk berpartisipasi dalam penelitian. Ketika
subjel\ sudah berseaia di wav1ancara, langkah selanjutnya adalah
rnembuat janji untuk mene1lllkan tempat dan waktu dilakukan
wawanc3ra.
4) Membuat pedoman wawancara
5) Menyiapkan alat perekam, baterai, kaset, dan lernbar catatan dan
observasi subjef:
60
3.4.2. Tahilp pclaksanaan Penelitian
Dalam melakukan penelitian, pelaksanaannya dimulai dengan
perkenalan terlebih dahulu dengan masing-masing subjel< penelitian dengan
maksud untuk rl'enjalin nL1oungan yang baik dengan subjek jan menentukan
Kap2n dan dimana untuk pertemuan selanjutnya, kemudian wawancara
::Jilal<uKan dengnn membuat perjanj1an yang menyatakan kesediaan subjek
untuk r,1enjawab pertanyaar yang diajukan dengan sejujur-jujumya, dan
tanggung ;awab penulis adalah merahasiakan identitas subJek dan hasil
wawar:cara y2ng diperoleh. Selarna proses wawnncara, penulis
menggunakan tape rncorder atas perse;ujuan subjek yang kemudiar
dipindahkan dalam b2ntuk tulisan.
3.4.3. Tahap Pengolahan Data
Dari 'lasil wawancara dan observasi yang diperoleh dari /apangan
penelitian, dipindahkan secara verbatim dalam bentuk naskah (teks).
Kemudian merrrilah-milah hasil wawancara berdasarkan pe<Joman
wawancara sesuai de'lgan aturan penulisan verbatim. Selanjutnya dilakukan
anal.sis secara kualitatif, yaitu menggambarkan data hasil wawancara
dengan ks'a atau kalimat yang dipisahkan dan disesuaikan dengan kategori
tertentu sehingga dihasilkan gambaran dari masing-masing kasus dan
kesimpc1i<::n secara umum, terakhir adalah membuat diskusi.
3.4.4. Tahap Analisa dan lnterpretasi Data
Den9an membandin1;kan hasil analisis dari masing-masing kasus subjek
penelitic.n, diperoleh benang merah yang menunjukkan persamaan dan
perbedaan, serta f:arakteristik khas dari masing-masing subjek sehingga
memudahkan untuk rnelil1at perbedaan gar.1baran dari setiap kasus yang
kemudian dilakukan <:1nalisis dengan berbagai penclekatan secara
keselurutmn untul< dapat menginterpretasikan sernua data dengan
menggur8l<an l::al1asa yang mudah d1pahamL
61
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Setelah melakukan penelitian di lapangan maka dipeiroleh data dari
hasil wawancara dan observasi dengan subjek penelitian. Oleh karena itu,
pada bab IV ini hasil penelitian akan dipaparkan secara sistematis. Bab ini
terdiri dari dua bagian, bagian pertama tentang gambaran umum subjek
penelitian dan bagian kedua tentang gambaran kasus dan analisa kasus
yang terbagi menjadi dua yaitu pertama analisis masalah pgikologis, masalah
sosial dan keadilan, kedua analisis pola hubungan interpersonal. Dalam
menganalisis setiap kasus peneliti menggunakan kerangka teori yang telah
diuraikan pada bab II. Dan hasil wawancara disajikan dalarn potongan
kalimat yang ditandai dengan tanda kutip.
4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini, subjek yang digunakan berjumlah empat orang
yang memiliki karakteristik sebagaimana yang telah dibatasi pada bab
sebelumnya.
Berkaitan dengan kesepakatan dalam surat l<esediaan subjek, maka
penulis menyamarkan nama masing-masing subjek serta pihak-pihak lain
63
yang telah terlibat dalam masalah subjek. Berikut ini adalah hasil penelitian
yang telah diolah oleh peneliti berbentuk data deskriptif. Gambaran umum
identitas keempat subjek penelitian ini terlihat dalam label tierikut ini
Tabel 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian
. ------·----·---Subyek 2· ---- __ ,. __
ldentitas subyek Subyek 1 Subyek 3 Subyek 4
Na ma SM F ~·J NS
Status lstri Ke-1 Ke-2 Ke-1 Ke-2
Usia lstri 47 tahun 44 tahun 42 tahun 34 tahun
-~-·· ··-Usia Suami 51 tahun 51 tahun 52 tahun 52 tahun
--Usia perkawinan 31 tahun 29 tahun 28 tahun 18 tahun
Usia perkawinan poligami 29 tahun 29 tahun 18 tahun 18 tahun
---· --Bentuk Perkawinan Resmi Res mi Re:smi Resmi
-Jumlah Anak 2 orang 6 Orang 4 Orang 1 Orang
------- --------.. ~----- ___ .. _____ ~ .. -- _,,,, -··---.. _, ---- - ..
4.2. Gambaran dan Analisa Kasus
4.2.1. Kasus SM
I bu SM merupakan istri pertama cJari bapak M, yang berusia 49 tahun.
lbu ES di lahirkan dan dibesarkan di Padang dalam keluarga minang yang
kental dan penganut Islam yang taat. Pada waktu itu pendidikan yang
64
dijalaninya bukanlah pendidikan formal berbentuk lembaga sekolah·
melainkan pengajian-pengajian yang yang diadakan di surau. Setelah
menyelesaikan pendidikannya dan dirasa dia sudah memiliki umur yang
cukup maka dia dinikahkan dengan pemuda sekampungnya dan merantau ke
Jakarta
lbu SM merupakan anak ketiga dari empat ber;:audara. lbu SM yang
mempunyai tinggi 152 cm dan berat badan 45 kg adalah seorang yang ramah
pada orang lain. la adalah seorang ibu rumah tangga yang l1anya
mengandalkan suaminya untuk beke8a.
Perjalanan pernikahan ibu SM dan bapak M dimulai pada tahun 1976,
mengalami banyak sekali halang rintangan. Bapak M yang hanya seorang
penjahit tidak mampu mencukupi ekonomi ke\uai·i:Ja, Sci ;., 8 ~c."11 '"' ""'"'"'
111011va1 i '"'" 1uai 1a1 ·, J.::ngan be8ualan a pa saja keliling kampung.
Pada tahun 1979 ketika ibu SM telah memi!iki seorang putra ia
'' '"' 'IJ'L.111;...a, 1 .ouaff1ir1ya tinggal di kola Bogor sendirian untul< mengadu nasib
'"''"'' "' 'Y"' "c uc' '"'"' '"' u1 uv8v1. Lii<>ar 1aiai1 suarninya be rte mu dengan ibu F
yang merupakan istri keciua Jar i uaf.!"" 1v1
65
Analisis kasus
Peneliti membagi analisis kasus ini menjodi dua bagian yaitu analisis
masalah psikologis, sosial dan keadilan serta analisis masalah hubungan
interpersonal
1. Analisis masalah psikologis, sosial dan keadilan
konflik yang pertama muncul adalah tekanan psikologis yang di rasakan oleh
lbu SM hal ini disebabkan sikap suaminya yang tidak memberitahukan
kepada dirinya bahwa dia menikah lagi dengar. perempuan yang berasal dari
Bogor. Hal ini diutarakannya dengan kalimat:
Rasanya ibu marah dan sakit sekali sama bapak ketika tahu bapak' menikah lagi" (Wawancara dengan subjek, 20 September 2007)
lbu SM mengetahui tentang poligami dan lingkungan dimana ia dibesarkan
dan melalui pelajaran agama yang ia dapatkan sewaktu ia menuntut ilmu
namun tetap saja ia tidak dapat menerima bila suaminya menduakannya
"/bu tau po/igami waktu masih ngaji di padang, di sekitar rumah ibu dulu juga banyak yang betistri dua tapi ibu tetap nggak bisa terima!!" (VVawancara dengan subjek, 20 September 2007)
Awalnya ibu SM tidak mengetahui kalo suaminya menikah lagi, pak M lt::cof.1
µuid11!,J ke (un1ah sebulan sekali untuk memberikan uang kepada ibu SM,
suaminya pun tidak pernah membicarakan tentang pt::i"l1ikdi 1"'' ko;::uuo11yo
66
Waktu itu bapak pulang seperti biasa, satu bu/an sekali ngasih ibu Uang nak! Tapi nggak pernah bilang ka/o bapak mau nikah /agi (Wawancara dengan subjek, 20 September 2007)
Saal pertama kali mengetahui suaminya menikah lagi di Bogor ibu SM
merasa dikhianati, marah, sedih, kecewa, sakit hati bercampur jadi satu, ibu
SM langsung membawa anak-anaknya yang masih berumur 2 tahun dan 8
bulan pergi ke Bogor untuk bertemu dengan istri lain dari suaminya, ia marah
besar, ia mencaci maki madunya hingga semua tetangga mengetahui
perbuatannya. Seperti yang diungkapkan ibu SM sambil menangis
Wai<tu tau bapak nikah /agi, ibu merasa dikhianati marah,sedih, sakit hati bercampur jadi satu,saya bawa anal< saya dua duanya masih Uda 2 tahun dan Uni masih bayi 8 bu/an, ibu pergi ke Bogor, sampe disana ibu marah-marah sama Mamah sampe semua tetangga pada lihat mamah (Wawancara dengan subjek, 20 september 2007)
ibu SM tak habis mengerti, tidak ada alasan yang membuat pak M menikah
lagi, ibu SM sudah mempunyai dua orang anak satu laki-·laki dan satu
/bu bilang sama bapak "Aku ini kurang apa pal< anc1k sudah ada dua, laki-/aki ada, perempuan ada" (Wawancara dengan subjek, 20 · September 2007)
lbu SM merasa suaminya tidak akan bisa berlaku adil walaupun dia sudah
berusaha sekuat tenaganya
Bapak tidal< akan bisa adil se/amanya nak! Tidal< akan bisa, sudah 29 tahun dia kawin lagi, ibu nggak pernah merasa dip11r/akukan adil (Wawancara dengan subjek, 20 September 2007)
67
Setelah dua puluh sembilan tahun di madu ibu SM dapat menerima ada
orang lain yang juga dicintai suaminya dan ada anak-anak lain yang dimiliki
suaminya
Sel<arang ibu sudah bisa terima, ada mama:1 dan anal<-anal< yang juga bapal< cintai (Wawancara dengan subjek, 20 September 2007)
Masalah yang terjadi dalam rumah tangga ibu ES antara lain
1) Masalah psikologis
a) Merasa dikhianati, tidak dihargai, perasaan kecewa, sakit hati
membuat jiwanya menjadi tidak tenang
b) Dirinya menjadi sangat sensitif terhadap perkataan orang lain
yang membuat dirinya tidak mampu menahan emosinya.
c) Rasa cemburu dan iri hati membuat dirinya menjadikan
madunya sebagai saingannya.
2) Masalah sosial
a) Masyarakat sekitar sering kali memandang negative
terhadapnya.
b) Hubungan dengan suaminya menjadi tidak harmonis, dan
sering kali terjadi pertengkaran.
c) Hubungan dengan madunya semakin baik, namun kadang kala
masih sering melepaskan kata-kata yang menyakitkan kepada
madunya
3) Masalah keadilan
lbu SM merasa suaminya tidak akan pernah bisa berlaku adil sampai
kapanpun
2. Analisis hubungan interpersonal antar istri
Setelah dua puluh sembilan tahun dimadu, ibu SM sudah dapat menerima
madunya, bila ada suatu acara seperti menikahkan anak mereka
bermusyawarah bersama
Sekarang ibu sudah bisa terima rnamah, ma/ah kalo ada yang nikah kita kumpul, berembuk bersama (Wawancara den~ian subjek, 20 September 2007)
lbu SM merasa cukup akrab dengan istri kedua suaminya, dan seringkali
68
saling mengunjungi bila sedang berkunjung ke Bogar atau ibu F berkunjung
ke jakarta
Sekarang ibu sudah akrab sama mamah, ma/ah kalo mamah Jagi perlu ke sini nginep sebaliknya juga begitu kalo ibu yang perlu, ibu yang nginep di mamah (Wawancara dengan subjek, 20 September 2007)
Saal ini ibu SM merasa jauh lebih tenang, ia tidak lagi rnemaki-maki madunya
dengan suara yang keras bila ada masalah maka akan clibicarakan baik baik
Sekarang ibu merasa jauh lebih tenang sudah tidak ada masa/ah /agi ka/opun ada bisa dibicarakan baik-baik antara ibu, mamah sama bapak (Wawancara dengan subjek, 20 September 2007)
Skema 4.2.1 Gambaran hubungan interpersonal pada l<asus ibu SM
Subjek menganggap poligami .. Makna adalah perbuatan yang sangat poligami menyakiti hati perempuan
• Dikhianati, tidak dihargai, perasaan kecewa, sakit hati
1-1> Masalah . menjadi tidak tenang
psikologis • Sang at sensitif tidak mampu menahan ·emosinya
• Merasa cemburu
• menjaga jarak dengan
lstri dalam lingkungan
Masalah • Menanggung.sendiri perkawinan
1-1> - sosial kebutuhan rumah tangga poligami • Hubungan dengan suami
menjadi tidak harmonis
Subjek merasa tidak Masalah
1-1> diperlakukan dengan adil baik keadilan secara lahir maupun batin
Hubungan dengan madunya menjadi jauh lebih baik
Hubungan semenjak anak-anak sudah dewasa. Mereka seringkali
4 interpersonal . memusyawarahkan ssesuatu .
antar istri yang menjadi permasalahan bersama
70
4.2.2. Kasus F
lbu F adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Postur tubuhnya yang
kecil membuat dirinya masih lincah bergerak diusianya yang beranjak senja.
masih terlihat bahwa ibu F adalah perempuan yang cantik sewaktu muda. lbu
F adalah orang yang ramah. lbu F sekolah hingga tamat SMP di sebuah
yayasan yang berada di dekat rumahnya. la dilahirkan dalam keluarga yang
sangat sederhana, orang tuanya hanyalah petani yang mempunyai kebun
yang kebanyakan berisi pohon melinjo sehingga lbu F sejak kecil sud ah
terbiasa membuat emping melinjo. Pada tahun 1979 ibu F bertemu dengan
bapak M dan berkenalan dengannya. lbu F mengenal bapak M sebagai
seorang perantau yang bekerja sebgai penjahit di dekat rumahnya/. Setelah
saling mengenal bapak M melamar ibu F untuk menjadi istrinya. Waiau hidup
serba kekurangan ibu F menerima pak M apa adanya. lbu F tidak berdiam
saja melihat suaminya bekerja untuk keluarga sendirian akan tetapi ibu F
membantu pak M dengan membuat emping, berjualan hingga bermacam
usaha lainnya. Semuanya berubah ketika pada suatu hari datang seorang
perempuan membawa dua orang anak, yang satu di pe9ang dan yang satu
berada dalam gendongannya. la menanyakan dimana tempat suaminya
tinggal. lbu F terkejut karena laki-laki yang ditanyakan oleh ibu F adalah
suaminya juga. lbu SM memarahinya dan mencaci maki dirinya.
71
Analisa Kasus
Peneliti membagi analisi kasus ini menjadi dua bagian yaitu analisis
masalah psikologis, sosial dan keadilan serta analisis masalah hubungan
interpersonal
1. Analisis masalah psikologis, sos!al dan keadilan
Sebelum mengetahui kalau suaminya ternyata sudah punya istri, ibu F
hidup berbahagia bersama suami dan ke tiga anaknya,
Ke/uarga mamah gitu? Oulu sebe/um tau ka/o papah dah punya istri, ma mah hidup bahagia non ... walaupun susah juga, anak mamah waktu itu uad ada tiga orang (Wawancara dengan subjek, 21 September 2007)
lbu F mengetahui tentang poligami, menurutnya suami yang memiliki
istri lebih dari satu seperti dirinya
Poligami yah ... kaya papah menikah sama dua orang, ibu dan ma mah ....
Keadilan merupakan sesuatu yang tidak akan dapat dan bisa dilakukan
oleh laki-laki menurut dirinya
Yah, gimana ya non ... mamah rasa nggak ada seorang laki-laki pun yang bisa berbuat adil, termasuk papah. Papah semaunya kalo /agi pengen disini yah disini, kalo /agi pengen di sana yah di sana, nggak pulang pu/ang(Wawancara dengan subjek, 21 September 2007)
Pertama kali mengetahui bahwa suaminya sudah rnenikah, ibu F ..
merasa dibohongi, ia marah sekali dengan suaminya, sakit hati, malu dengan
tetangga yang kebanyakan adalah keluarganya sendiri
Awalnya mamah marah sama papah, mamah sakit hati, malu banget sama tetangga, nonikan tau di sini kebanyakan tetangga sodara mamah, mama malu non .. !
72
Suaminya tidak pernah memberitahunya sejak awal kalau tecnyata dia
sudah mempunyai istri dan anak sebelumnya, ia mengetahui ketika ibu SM
datang dan menanyakan di mana rumah suaminya, lbu F terkejut dan
mengatakan bahwa laki-laki yang di cari oleh ibu tersebut adalah suaminya,
ibu SM kontan langsung meluncurkan hujatan dan makian yang menyakiti
hati ibu F
Mamah kese/ banget sama papah, papah nggak p6'rnah ngasih tau mamah kalo papah sudah punya istri, mamah taunya waktu ibu ke sini trus nanya dimana rumah pak M, mamah jawab aja ini rumahnya dan mamah istrinya, ibu langsung marah-marah dan caci maki mamah, rasanya sakiiit banget non, ibu bi/ang mamah ngernbut suami orang, wanita nakal, ka/o inget sakiiit banget non. (Wawancara dengan subjek, 21 September 2007)
Menurut ibu F bukan harta yang di cari ketika menikah dengan pak M,
hanya karena pak M adalah laki-laki yang baik
Mamah nggak cari harta nikah sama papah, papah du/u masih susah banget jadi untuk tempat tinggal aja susah makanya dia ajak mamah nikah, biar bisa punya tempat tingga/, karna papah waktu itu terlihat baik makanya mamah mau sama papah (Wawancara dengan subjek, 21 September 2007)
Setelah mengetahui bahwa dirinya adalah istri kedua suaminya ibu F
selalu meminta cerai pada suaminya namun suaminya selalu menolak.
Setelah sekian lama dan anaknya pun bertambah ibu F memutuskkan untuk
73
bertahan demi anak-anaknya walaupun ia hidup tidak tenang dan selalu
merasa bersalah
Mamah dah sering kali minta cerai sama papah tapi papah nggak kasih sering non, nggak sekali dua, berkali-kali ma/ah tapi papah tetap nggak kasih. Sekarang mamah pasrah anak mamah sudah tambah lagi jadi mamah bertahan demi anak-anak, biar mereka tetap punya keluarga yang utuh. (Wawancara dengan subjek, 21 September 2007)
Masalah yang terjadi dalam kehidupan poligami lbu F:
1) Masalah Psikologis
a) Perasaan dibohongL disakiti, membuatnya rnenjadi gusar dan
tidak tenang
b) Perasaan cemburu yang mendalam terhadap istri pertama
suaminya
2) Masalah Sosial
a) Merasa malu dengan lingkungan sekitarnya, juga lingkungan
dimana istri pertama suaminya tinggal
b) Mengalami kesulitan ekonomi karena subjek kini bekerja
sendirian sedangkan suaminya sudah tidak bekerja lagi
3) Masalah Keadilan
Subjek merasa suaminya tidak bisa berlaku adil, tidak ada seorang
suamipun yang dapat berbuat adil, termasuk suaminya, walaupun suaminya
berada di rumahnya selama hari kerja dan di rumah istri tuanya pada hari
libur karena bukan hanya waktu gilir yang harus adil namun juga pembagian
harta.
74
2. Analisis Hubungan Interpersonal Antar lstri
Pertama bertemu dengan ibu SM, ibu F merasa malu, bercampur marah. lbu
F merasa tidak dihargai, dihina, padahal ibu F tidak pernah tahu kalau
suaminya sudah menikah
Mamah malu, marah juga, dicap perebut suami orang, wanita naka/. Masih banyak /agi non .. hinaannya. Padahal demi Allah mamah nggak tau kalo papah sudah nikah (Wawancara dengan subjek, 21 September 2007)
Hubungan ibu F dengan ibu SM sekarang jauh lebih baik dari pada
sebelumnya bila ada masalah keluarga maka akan dipecahkan bersama, jika
ada anak yang menikah maka mereka memberikan sumbangan untuk
memeriahkan acara
Sekarang sudah pada tua non, dah jarang berantem ma/ah ka/o ada masalah kita musyawarah bersama, ka/o ada yang nikah kita sumbangan (Wawancara dengan subjek, 21 September 2007)
lbu F sering mengunjungi kediaman ibuSM bila di adakan suatu acara yang
tidak memungkinkan ia untuk pulang pergi maka dia akan menginap di kamar
tamu rumah istri tua suaminya
Mamah sering jenguk ibu, ma/ah kalo ada acara sampe ma/em atau sepetti nikahan si uni (anak suaminya dari istri petama) mamah nginep di amar tamu (Wawancara dengan subjek, 21 September 2007)
75
Sewaktu anaknya masih sekolah di pesantren, ekoriomi keluarganya sempat
berada di puncak, suaminya hlenjadi broker tanah, namun hal inilah yang
membuat permasalahan yang terjadi semakin menumpuk,
Anak papah semuanya /u/usan pesantren non, semuanya sama di gontor. Waktu itu papah /agi kaya-kayanya, papah mau semua anakanaknya mengerti agama tidak seperti dirinya. Sebu/an sekali mamah dan ibu gi/iran jenguk ke jawa, kalo mamah yang k11 pondok semua anak dapet jatah uang sama makanan, tapi kalo ibu yang jenguk Cu ma uda dan uni (anak istri pertama suaminya) saja yang dapat makanan yang lain ngga, dapat uangpun sedikit makanya kalo lagi mamah yang datang mamah tambahin uang sakunya, kasian di pondokkan banyak keperluan. (Wawancara dengan subjek, 21 September 2007)
Membaiknya ekonomi keluarga berbanding terbalik dengan keadaan
hubungan ibu F dan ibu SM, ibu F merasa bahwa inilah penyebab
permasalahan dan kecurigaan yang terjadi antara keduanya
Papah semakin punya uang. Eh ... ma/ah mamah sama ibu jadi sering berantem, ada aja yang salah, trus ibu sering culiga ke mamah, bilangnya mamah ngabisin uang a/asannya karna anak-anak (Wawancara dengan subjek, 21 September 2007)
lbu F hanya bisa pasrah dan menyerahkan semuanya kepada Allah, bila
terjadi masalah dengan istri pertama suaminya, ia hanya bisa mengalah, ia
sadar kalau ia hanyalah istri muda suaminya namun sampai sekarang rasa
cemburu tetap ada
Mamah Cuma bisa pasrah sama Allah, kalo ada masa/ah, mamah ngalah aja memang mamah yang salah kok, tapi mamah masih sering cemburu ama ibu (Wawancara dengan subjek, 21 September 2007)
Seiring bertambahnya usia dan anak-anak yang mulai berkeluarga,
hubungan ibu F dengan ibu SM menjadi lebih baik. Terbukti dengan
seringnya mereka saling mengunjungi dan berbagi di kala susah. Hal yang
paling utama adalah memang tidal< ada lagi yang perlu diributkan karena
keduanya sudah sama-sama menerima.
76
77
Skema 4.2.2 Gambaran hubungan interpersonal pada kasus ibu F
Ma kn a Subjek menganggap poligami ,.. poligami ' adalah menikah dengan lebih
dari seorang wanita
• Sakit hati, merasa dibohongi, marah, malu bercampur membuat dirinya
~ Masalah . merasa tidak tenang
psikologis • Perasaan cemburu yang mendalam bila melihat suaminya bersam.a dengan istri pertarnanya
• Merasa malu dengan
lstri dalam lingkungan sekitarnya, jllga
-+ Masalah lingkungan dimana istri perkawinan f-- sosial pertama suaminya tinggal
poligami • Mengalami kesulitan ekonomi
Subjek merasa tidak
Masalah diperlakukan dengan adil ~ keadilan
Subjek merasa sudah bukan waktunya la•;ii untuk rebut kini
Hubungan sudah saatnya mereka -+ interpersonal menikmati hidupnya.
antar istri Hubungandengani~~
pertamapun kian membaik keduanya saling berkunjung dan berbagi. Sekarang subjek merasa merniliki keluarga yang besar dengan 8 orang anak.
78
4.2.3. Kasus SJ
lbu F dilahirkan dalam keluarga dengan agama yang taat, ia adalah
orang betawi keturunan arabyang berusia 42 tahun, ia mempunyai panggilan
syarifah yaitu panggilan untuk perempuan yang merupakan keturunan
Rasulullah SAW. Sejak kecil sudah tertanam nilai dasar agama pada diri lbu
SJ. lbu SJ dinikahkan pada usia 14 tahun. Usia yang wajar pada waktu itu
bagi seorang gadis untuk menikah, maka ibu SJ menerirna lamasran dari pak
AA yang mempunyai panggilan habib yakni panggilan keturunan Rasulullah
bagi laki-laki. lbu SJ menerimanya karena pak AA ndalah ustad yang
mengajarkan agama dan seorang sarjana. lbu Sj memberikan 4 orang anak
kepada pak AA, pernikahan yang mereka jalani penuh d19ngan kebahagiaan
hingga pak AA pada tahun ke sepuluh pernikahannya pak AA meminta izin
kepada istrinya untuk menikah lagi. Karena persepsi nya tentang poligami
adalah sunnah Rasulullah maka ibu SJ menerima permintaan suaminya dan
mengizinkan suaminya menikah lagi dengan perempuan yang disukainya.
Analisa Kasus
Peneliti membagi analisis kasus ini menjadi dua ba9ian yaitu analisis
masalah psikologis, sosial dan keadilan serta analisis masalah hubungan
interpersonal
79
1. Analisis masalah psikologis, sosial dan keadilan
Poligami bukan hal yang aneh bagi ibu SJ karena poligami adalah hal biasa
bagi golongannya dengan batasan 4 orang istri
Poligami ya .. seorang suami yang memiliki istri lebih dari satu. Asalkan tidak lebih dari empat kata a/-Qur'an. Sebagai penganut Islam kita harus bisa menerima itu (Wawancara dengan subj13k, 22 September 2007)
lbu SJ telah mengetahui tugas dan kewajibannya sebagai istri, suaminya pun
sudah sering menasehatinya tentang poligami
Habib udah bilang dari pertama menikah tentang poligami. Umi pun tau /Jak dan kewajiban umi sebagai istri (Wawancara dengan subjek, 22 September 2007)
!bu SJ dapat menerima kenyataan dan keputusan suaminya untuk menikah
lagi ketika suaminya mengatakan niatnya untuk menikah lagi, karena ibu SJ
menyadari bahwa poligami adalah sunnah Rasulullah, walaupun begitu ibu
SJ mengaku bahwa hanya di mulut saja yang mengizinkan namun dihati
kecilnya tidak, karena menurutnya tidak ada seorang perempuan pun di
dunia mau diduakan
lni memang sunah nabi tapi wa/aupun mulut umi bilang ia tetapi hati umi menangis, tidak mau habib menikah /agi. Nggak ada wanita yang re/a dimadu itu boong (Wawancara dengan subjek, 22 September 2007)
Hubungan ibu SJ dengan keluarganya maupun keluarga suaminya baik
karena poligami adalah ha! biasa bagi keluarganya
Hubungan umi sama keluarga umi maupun ke/uarga suami baik-baik aja karna po/igami itu bukan aib buat go/ongan umi (Wawancara dengan subjek, 22 September 2007)
lbu SJ tidak begitu memperdulikan pandangan lingkungannya terhadap diri
dan keluarganya asalkan dia bisa menunjukkan bagaimana kehidupan
poligami yang baik dan tidak ada yang salah dengan poligami, itu Cuma
salah satu bentuk perkawinan
80
Sebodo amat orang mo bilang apa tentang keluarga umi yang penting umi bisa baik sama mereka dan mereka juga ngehargain umi, umi mau kasih fiat ke orang kalo nggak ada masa/ah dengan poligami itu Cuma pilihan (Wawancara dengan subjek, 22 September 2007)
Dalam mengarungi kehidupan rumah tangga apala9i poligami, banyak
masalah yan9 timbul, di antara masalah-rnasalah yan9 terjadi dalam
kehidupan poligami ibu SJ:
1) Masalah Psikologis
a) Perasaan cemburu karena ada oran9 lain yang lebih muda yang
juga disayangi oleh suaminya
b) Berusaha menutupi perasaan sesungguhnya terhadap suaminya
membuat ia merasa tertekan
2) Masalah Sosial
a) Mendapat tanggapan negatif dari masyarakat membuat dirinya
ingin membuktikan bahwa keluarga poligami juga bisa baik
81
b) Masalah ekonomi keluarga, karena banyaknya kebutuhan
keluarga yang harus dipenuhi
3) Masalah keadilan
Sebagai istri pertama subjek merasa bahwa adil adalah relatif,
artinya subjek bisa menerima apa yang telah diberikan oleh
suaminya. Dalam kasus ini penulis melihat bahwa keadilan dalam
sikap suami dan pemberian nafkah tidal< terjadi permasalahan,
karena kedua belah pihak memiliki kesepakatan bersama dan saling
menerima. Tetapi suaminya tidak menentukan jadwal gilir yang tetap
karena meraka tinggal dalam satu atap hanya berlainan ruangan,
jadi ibu SJ hanya bisa menunggu kapan suaminya pulang.
2. Analisis hubungan interpersonal antar istri
lbu SJ mengenal madunya setelah suaminya menikahi perempuan tersebut
dan membawanya tinggal bersama satu rumah dengan dirinya
Umi kenal dengan mama saat habib sudah menikahinya dan membawanya pulang dan tinggal sama sama (Wawancara dengan subjek, 22 September 2007)
Pada awal pernikahan kedua suaminya ibu SJ merasa seperti tidak di hargai
dan dikhianati karena suaminya sering bersama istri mudanya, namun lama
kelamaan mereka bisa saling akrab dan berbagitugas rumah tangga
Oulu, umi sakit hati, cemburu merasa dikhianati karena habib sering berada di dekat mama dari pada sama umi. Tapi SE)karang umi sama mama sudah bisa bagi-bagi tugas rumah tangga kalo umi masak dia nyuci, yah jadi lebih baik /ah (Wawancara dengan subjek, 22 September 2007)
82
lbu SJ tidak pernah memperlakukan ibu NS dengan buruk, ia menghargai istri
kedua suaminya itu
Umi nggak pernah maki-maki mama, umi berusaha memperlakukan die dengan baik. Umi sadar die juga istri dari suami umi makanya umi hargain(Wawancara dengan subjek, 22 September 2007)
Merasa dirinya sudah tua membuat ibu SJ menerima nasibnya dan pasrah
pada kehendak yang maha kuasa
Sekarang umi udah ridho, seridho ridhonya, umi uclah tua, umi pengen hidup tenang (Wawancara dengan subjek, 22 .September 2007)
83
Skema 4.2.3 Gambaran hubungan interpersonal pada kasus ibu SJ
Subjek menganggap poligami Makna adalah Sunnah Rasulullah
rP poligami sehingga walaupun sulit untuk menerima subjek berusaha menjalaninya
• Perasaan sakit hati, marah dan merasa di khianati
r-. Masalah ' membuat subjek merasa
psikologis .
tidak tenang • Perasaan cemburu yang
mend a lam
• Masalah Eikonomi keluarga
lstri dalam 1 l • Tanggapan negatif dari
Masalah masyarakat membuat perkawinan
~ - sosial dirinya ingin membuktikan poligami bahwa poligami bisg
~. dijalankan dengan baik
Subjek merasa tidak ada Masalah _.. keadilan
masalah dengan keadilan
Setelah berjalannya waktu ibu SJ merasa hubungannya
Hubungan dengan madunya menjadi 4 interpersonal lebih baik walaupun masih
antar istri terdapat banyak konflik yang terjadi
.
84
4.2.4. Kasus NS
lbu NS adalah madu dari ibu SJ. ia menikah dengan suaminya pada
usia yang relatif masih muda yakni 16 tahun, saat itu ibu NS seorang murid
madrasah di tempat yang sama dimana suaminya yang merupakan ustad
dan seorang habib terkenal. Pada dasarnya pernikahan ini tidak direstui oleh
keluarga ibu NS namun semua diserahkan kepada ibu NS sendiri. Ada ha!
yang membuat ibu NS merasa yakin akan keputusannya adalah_calon
suaminya adalah orang yang mengerti agama, perasaan cintanya dan ada
izin dari istri pertamanya yang sudah dianggap seperti kakaknya sendiri. !bu
Ns menerima ketika suaminya mengajaknya tinggal serumah dengan ibu SJ.
Ketika awal memasuki kehidupan poligami, rumah tangganya dipenuhi oleh
konflik-konflik yang menekan dirinya. la menjadi serba salah di dalam rumah
ketika suaminya endekatinya ia merasa tidak enak terhadap istri. pertama
suaminya. Hal semacam itu membuat dirinya merasa tidak enak dan tertekan
Analisa Kasus
Peneliti membagi analisi kasus ini menjadi dua bagian yaitu analisis
masalah psikologis, sosial dan keadilan serta analisis masalah hubungan
interpersonal
1. Analisis masalah psikologis, sosial dan keadilan
Poligami adalah hal yang baru bagi ibu NS, ia menjalaninya dengan pasrah
Mbak, saya baru tau tentang poligami, karena tidak ad keluarga saya yeng melakukannya, setelah tau susahnya saya pasrah saja (Wawancara dengan subjek, 22 September 2007)
85
lbu NS tahu kalau bapak AA sudah mempunyai istri karena bapak AA adalah
merupakan ustad yang mengajarnya di madrasah
Papa itu, ustad saya mbak waktu sekolah di madrasah, orangnya baik banget, suka nolong orang lain (Wawancara dengan subjek, 22 September 2007)
Waiau pun awalnya keluarga ibu NS tidak merestui pernikahannya, namun
seiring waktu, keluraganya mulai dapat menerimanya, apalagi kini saya
diperlakukan dengan baik
Oulu keluarga saya tidak setuju tapi sekarang sudah merestui apalagi habib sangat sayang sama saya (Wawancara dengan subjek, 22 September 2007)
Pada awal pernikahan ibu NS tidak tahan dengan omon!~an para
tetangganya namun karena dukungan dari ibu SJ dan suaminya ia dapat
tetap tegar dan tidak terlalu memperdulikan ucapan orang lain.
Wah, dulu saya sampe sakit hati kalo diomongin orang untung umi dan papa baik jadi saya suka dinasehati biar ngga terlalu memperdu_likan omongan orang (Wawancara dengan subjek, 22 September 2007)
Sebaik apapun dan sekuat apapun usaha yang dilakukan tetap saja ada
masalah-masalah yang terjadi dalam kehidupan poligami ibu M:
1) Masalah Psikologis
87
lbu NS sangat menghargai istri pertama suaminya karena ia menganggap ibu
SJ sebagai kakak juga sebagai gurunya, banyak hal yang telah dipelajari ibu
NS dengan ibu SJ, terutama caranya tetap bertaha dan sangat sabar
Saya sangat menghargai umi, dia yang ngajarin saya gimana caranya bertahan dan tetap sabar menerima semuanya (Wawancara dengan subjek, 22 September 2007)
Sekarang ini yang bisa dilakukan oleh ibu NS adalah bersabar, pasrah dan
menjaga hubungannya dengan ibu SJ agar selalu rukun
Sekarang saya hanya pasrah, mencoba sabar kalo ada masalah dan yang paling penting tetap jaga hubungan baik dengan umi biar nggak berantem (Wawancara dengan subjek, 22 September 2007)
88
Skema 4.2.4 Gambaran hubungan interpersonal pada kasus ibu NS
Subjek menganggap poligami
rJo Makna adalah hal yang boleh
poligami " dilakukan
• Perasaan malu, terhina dan minder membuat sikapnya
M Masalah
" menjadi pasif psikologis • Perasaan bersalah
membuat dirinya menerima kenyataan
• Mendapat tanggapan negatif
lstri dalam dari masyarakat
Masalah • Masalah ekonomi keluarga Ho perkawinan - sosial
poligami
Subjek merasa tidak ada Masalah
~ " masalah dengan keadilan keadilan "
Subjek men~1anggap hubungannya dengan istri
Hubungan pertama suaminya baik saja 4 interpersonal akan tetapi tetap sesekali
antar istri terjadi konflik. Subjek sangat menghargai ibu SJ
89
4.3. Analisis Perbandingan antar Kasus
Tabel 3.2. Analisis antar kasus
NO ASP EK SM F SJ NS
1 Makna Poligami Tahu Tahu Tahu tahu
2 kepercayaan diri '1 -
3 Keadilan dalam poligami - - 'If 'If
4 Aspek hubungan interpersonal
• hubungan interpersonal
dengan suami Baik Elaik Baik Baik
• hubungan interpersonal
dengan anak Baik Baik Baik Baik
• hubungan interpersonal
dengan keluarga suami Baik Baik Baik Baik
• hubungan interpersonal
dengan keluarga sendiri Baik Elaik Baik Baik
• hubungan interpersonal
dengan masyarakat Baik Buruk Baik Buruk
sekitar
90
5 Hubungan interpersonal antar
istri:
• mengenal istri lain
suaminya Ya Ya Ya Ya
keakraban dengan istri .
• yang lain Ya Ya Ya Ya
• hubungandengani~ri
yang lain sekarang Baik 13aik Baik Baik
• menghargai istri yang lain Ya Ya Ya Ya
• memiliki permasalahan
dengan istri yang lain Ya Ya Ya Ya
• memi/iki rasa curiga
terhadap istri yang lain terkadang terk:adang - -
Keterangan:
-.,/ : Ada
- : Tidak ada
Setiap orang mampu memberikan makna pada sesuatu. Begitu pula
semua subjek penelitian ini yaitu /bu SM, F, SJ dan NS memiliki caranya
sendiri untuk memaknai poligami berdasarkan pengalaman kehidupan yang
mereka alami.
Kepercayaan diri merupakan suatu ha/ yang penting dalam kehidupan
sehari-hari, banyak hal bisa dilakukan ketika seseorang memiliki kepercayaan
diri salah satu contohnya adalah aktualisasi diri. Seseorang memerlukan
kepercayaan diri ketika akan mengaktualisasikan dirinya
91
Keadilan merupakan syarat utama dalam berpoligami, apabila seorang
suami merasa tidak dapat berlaku adil maka poligami di larang untuknya. lbu
SM dan F merasa tidak ada keadilan dalam perkawinan poligaminya, tidak
adil dalam bentuk fisik apalagi psikis. Sedangkan !bu SJ dan NS merasa
suami mereka sudah berlaku adil dalam perkawinannya.
Hasil penelitian ini menemukan bahwa dimensi hubungan yang terjadi
pada keempat subjek diwarnai oleh konflik dan ketegan(;1an tidal< ada
keharmonisan dalam hubungan interpersonal antar istri dalam perkawinan
poligami.
5.1. Kesimpulan
BABV
PENUTUP
Dari hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan, serta hasiJ
analisis dari beberapa komponen yang berkaitan dengan masalah-masalah
yang terjadi dalam perkawinan poligami dan tahapan hubungan
interpersonal, maka ada beberapa hal yang dapat penulis simpulkan dari
beberapa kasus yang ada:
1. Hasil penelitian ini menemukan bahwa dimensi hubungan yang terjadi
pada l<eempat subjek diwarnai oleh konflik, ketegangan, dan
ketidakharmonisan antar istri dalam perkawinan poligam1.
2. Pada umumnya masalah-masalah yang terjadi dalam kehidupan
poligami dari keempat kasus diatas adalah masalah yang paling dasar
yaitu masalah-masalah psikologis seperti perasaan cemburu, sakit
hati, perasaan dikhianati dan lain-lain yang sangat mempE>n9a1ul1i
hubungan interpersonal antar istri
93
3. Tahapan yang dipakai pada keempat subjek penelitian sudah pada
tahap peneguhan hubungan interpersonal sehingga l<edua belah pihak
berusaha untul< menyeimbangkan hubungaA, agar tidak terjadi konflik
4. pengalaman yang cukup mengajarkan kepada subjel< penelitian ini
cara menghadapi konflik dan memecahkannya. Kematangan usia juga
sangat berperan penting dalam menyelesaikan masalah
5.2. Diskusi
Hasil penelitian ini telah diperoleh bahwa terjadi konflik, l<etegangan
dan ketidal< harmonisan antar istri dalam keluarga poligami namu lamanya
usia perl<awinan dan kematangan usia seseorang mempenf1aruhi sikap dan
hubungan sehingga menuju ke arah yang baik.
Setiap pasangan yang menikah pasti berharap kehidupan rumah
tangganya menjadi rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan rohmah.
Memiliki keluarga yang harmonis adalal1 impian setiap oranf1.
Kehidupan di dunia ini tidak selalu berjalan lurus seperti yang kita
harapkan, seperti yang dialami oleh para subjek dalam penelitian ini, bahwa
untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan suami yano telah
94
melakukan "pengkhianatan" atau menjalin hubungan dengan istri lain suami
yang telah "merusak" kehidupan rumah tangganya tidaklah semudah yang
dibayangkan dibutuhkan kesabaran dan kebesaran hati untuk dapat / . I
/
' menerima itu semua. Kemampuan untuk berbesar hati dan perasaan ikhlas
menerima perkawinan poligami akan membuat rasa tenang dengan
sendirinya.
Pada dasamya orang yang dipoligami akan merasakan marah,sakit hati
karena dikhianati, sedih, benci, perasaan tidak berdaya, kesepian, ditipu
muncul bergantian.peristiwa ini untuk istri terdahulu umurnnya traumatis, ia
akan mempertanyakan pada dirinya, siapal<ah dirinya sekarang, hal ini
membuat dirinya kehilangan identitas diri.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang diperoleh Fajar Nur
khotimal1 dalam skripsinya (2004) yang menyatakan bahwa terjadi hubungan
yang tidakharmonis di awal masa perkawinan dan menuju ke arah yang bail<
ketika seseorang sudah dapat menyesuail<an diri
Menjadi pertanyaan apakah fungsi keluarga dapat dijalankan dengan
baik oleh istri yang kepribadianya kurang se1mbang, dan suami yang
mempunyai dua istri. Bila fungsi keluarga tidak bisa dijalanl<an, kebutuhan
anggota keluarga tidak dapat dipenuhi mal<a l<orban yang terbesar adalah
anak-anak
Seperti yang dialami oleh subjek penelitian ini (bu SM,F,SJdan NS)
climana hubungan yang tidak baik, penuh kecurigaan, tidak harmonis
membuat subjek menjadi tidak tenang, msrasakan rasa sal<it yang tidak
dapat diobati bila subjek tidak mau menyesuaikan diri dan rnembuka diri akan
hadirnya orang lain hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Djumhana
(1995) bahwa kondisi yang sehat jika mampu secara luwes rnenyesuaikan
diri serta menciptakan hubungan antar pribadi yang berrnanfaat dan
menyenangkan
Hal ini bertentangan dengan klaim para lelaki atau suami pelaku
poligami yang mengatakan bahwa ketika istri merestui maka keluarga dapat
hidup rukun dan harmonis (Apiko, 2003), penelitian ini membuktikan bahwa
tetap terjadi konflik dan ketidakharmonisan dalam keluarga walaupun istri
terdahulu telah mengizinkan
5.3. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah disimpulkan, rnaka terungkap
beberapa keterbatasan yang belum dapat peneliti penuhi. Untuk itu2
agar
hasil penelitian yang diperoleh lebih baik, ada bebarapa hal yang perlu
didiskusikan, sebagaimana berikut:
5.3.2.Saran Praktis
97
5.3.2.2. Untuk suami yang berpoligami
1. Bagi suami yag akan melakukan poligalni baik kiranya mengetahui
persyaratan, hak dan kewajiban suami demi menjagakeutuhan rumah
tangga.
2. Suami yang berpoligami, hendaknya berlaku adil terhadap semua istri
istrinya.
3. Bagi para suami yang akan meiakukan poligami, hendaknya
mempertimbangkan kebaikan dan keburukan yang akan terjadi ketika
dia ingin melakukan poligami.
4. Sebaiknya suami mendiskusikan tertP.bih dahulu kepada istri
terdahulunya agar dapat terjadi hubungan yang baik antar istri dan
rnengurangi konflik.
DAFT AR PUST AKA
Abu Akhmadi, Psikologi Be/ajar (Jakarta: Rieneka Cipta, 1 !~91)
Ahmad Fudhaili, Perempuan di Lembaran Suci: Krifil( alas Hadis-Hadis Shahih. (Yogyakarta: Pilar Religia, 2005)
Apiko J.M. NUrbowo, lndahnya Poligami: Pengalaman keluarga Sai<ina/1 Puspo Wardoyo. (Jakarta: Senayan Abadi Publishing, 2003)
As Shuyuthi, Imam Jalaluddin Abdul Rahman ibn Abu Bakr, Al-Asybah wa An-Nazhoir, (Kairo: Dar Al-Kutb, t.t)
Asnawi, Korelasi percaya diri dengan Hubungan Interpersonal Sripsi Fakultas Psikologi JAIN Syarif hidayatullah (Jakarta: Tidak diterbitkan, 2002)
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Rosda, 2003)
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam. (Jal<arta: lchtiar Baru Van Hoeve, 2001)
E. Kristi. Purwandari, Pendekatan Kualitatif untuk P13nelitian Perilaku Manusia. (Depok: LPSP3, 2007)
El Fadl, Khaled M. Abou. And god knows the soldiers, (Maryland: University press of America, 2001)
Engineer, Asghar Ali. Pembebasan Perempuan, terj. Agus Nuryanto. (Yogyakarta:LKIS, 1999)
Enita, R. Hubungan antara jenis kelamin dengan kemampuan Interpersonal pada para Siswa Lulusan SMA Co-Edukasi & SMA Non Co-Edukasi di Jaka1ta, Skripsi fakultas psikologi Universitas Indonesia (Depok: Tidak diterbitkan, 1999)
Farida, Poligami: Oilema bagi Perempuan, jurnal Perempuan Untuk Kesetaraan (Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan, No.22, 2002)
Fajar Nur Chotimah, adaptasi istri-istri dalam perkawinan po/igami, Skripsi Fakultas Psikologi UIN syarif Hidayatullah Jakarta, 2004
Faqihudddin Abdul Kodir, Po/igami Sunnah (Jakarta: Kompas, 13 Mei 2003)
Femina, Majalah Wanita Dua Mingguan. Po/igami, Anda setuju? (Jakarta: Gaya Favorit Press, No.27/XXX, 2002)
Gerungan, Psikologi Sosial, (bandung: ,2000).
Hakeem, Ali Hosein, et.al. Membela Perempuan: Menakar Feminisme dengan Nalar Agama, terj. A.H. Jemala Gembala. (Jakarta: AL-HUDA, 2005)
Hamim llyas, dkk. (Yogyakarta: eLSAQ dan PSW UIN Sunan Kalijaga, 2003)
Hanna Djumhana Bastaman, lntegrasi Psikologi dengan Islam Menuju Psiko/ogi tslami (Yogyakarta: pustaka Pelajar, 1995)
Hasan, M.1, Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003)
Ibrahim, Zakaria, Psikologi Wanita, Terj. Gazi Saloom. (Bandung: Pustaka Hidayah, 2005)
Jajat Burhanuddin dan Oman Fathurrahman (Ed.), Tentang Perempuan Islam: Wacana dan Gerakan. (Jakarta: IKAPI, 2004)
Kartini Kartono, Psikologi Wanita. (Bandung: Mand3r Maju, 2006)
Kerlinger, Fred N. Asas-asas penelitian behavioral. terj. Landung R. Simatupang, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2004)
Khan, Wahiduddin. Agar Perempuan Tetap Jadi Perempuan, terj. Abdullah Ali. (Jakarta: Serambi, 2003)
Lely Nurohmah, Poligami, saatnya melihat Realitas. Jumal Perempuan untuk Pencerahan dan Kesetaraan, (Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan, No. 31, 2003)
Lexy.J. Moleong, Metodo/ogi Penelitian Kua/ilatif(Bandung: Rosda, 2004)
Miller & Duvall. M E, Marriage & Family Development, (sixth edition). (New York, 1985)
Musfir Al-Jahrani, Po/igami dari berbagai persepsi (Bandung:Gema lnsani Press, 1996)
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997)
Nurjannah Ismail, Perempuan dalam Pasungan: Bias laki-laki dalam penafsiran. (Yogyakarta: LKIS, 2003)
Oslon, H.David, Hamilton I.Mc Cubbin and Association. Families What Make The Work, (Beverly Hills:Sage Publications, 1968)
Papalia, Diane E. Human Development. 81h-ed. (New York: Mc. Graw-Hill, 2001)
Paton, M.O. Qualitative Evaluation and research Methods. (Newbury Park: Sage Publications, 1990)
Pengadilan Tinggi Agama, Departemen Agama, Pedoman Laporan Perceraian (Jakarta: 1999)
Pincus, Lily (ed), Marriage: Studies in Emotional Conflict and Growth. (London: Institute of Marital Studies. The Taristock Institute of Human Relations, 1973)
Quraish Shihab, wawasan al-Qur'an. (Bandung: mizan, 1994)
------, Perempuan, (Jakarta: Lentera Hati, 2005)
Rahman, Fazlur, Terna pokok al-Quran (Bandung:Pustaka, 1993)
Rida, Muhammad Rasyid, Tafsir Al-Manar, Jilid 5, (Beirut Dar al_Fikr)
Sarlito Wirawan Sarwono, psikologi sosial: individu dan teori-teori psikologi social. (Jakarta: Balai Pustaka, 1999)
------, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: Bulan Bintang, 2000)
------, Teori-teori psikologi social,(Jakarta:Rajawali, 2000).
Sears, David 0., Jonathan L. Fredman dan L. Anne Peplau, Psikologi Sosial, (Jakarta: Erlangga, 1999)
Siti Musdah Mulia, Islam Menggugat Poligami. (Jakarta: Gramedia, 2004)
Soesmalijah Soewondo, "Keberadaan Pihak Ketiga, Poligami dan Permasala/1an Perkawinan (keluarga) ditinjau dari Aspek Psikologi", Psikologi Perkembangan pribadi, dari bayi sampai lanju usia. Ed. Utami Munandar (Jakarta: UIP, 2001)
Strong, Bryan, et.all. The Marriage and Family Experience. Second Editon. (New York: West Publishing.Co, 1983)
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif. (Bandung: ALFABETA, 2006)
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian. (Jakarta: Rajaw13li, 2005)
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu pendekatan praktek (Jakarta: RinekaCipta, 1993)
Tim Penusun, Pedoman Penyusunan dan Penulisan skripsi Fakultas Pikologi Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta (2004)
Undang-Undang Perkawinan No.1 Tahun 1974 Bab 1 Pasal 1 (Pengadilan Tinggi Agama, 1997)
Wadud, Amina. Quran Menurut Perempuan, terj. Abdullah Ali. (Jakarta: Serambi, 2006)
Wahbah al- Zuhaili, al-Fiqh al-lslami wa Adillatuh (Beirut: Dar el-Fikr, 1996) Jilid IX