mastikasi.docx
TRANSCRIPT
-
7/28/2019 MASTIKASI.docx
1/4
"Mengunyah makanan dengan satu sisi mulut menyebabkan otot tebal dan kuat hanya di satu sisi
tersebut. Otot muka di sisi kanan dan kiri menjadi asimetris," kata pakar ortodonti yang juga Ketua
Asosiasi Fakultas Kedokteran Gigi Indonesia (AFDOKGI), Prof. Eky S Soemantri, ketika ditemui di
Jakarta, Rabu (5/9/2012).
Eky menambahkan, otot muka asimetris mengakibatkan gangguan sendi otot atau disebut temporo
mandibular joint. Gangguan sendi otot ini dapat menyebabkan penyakit migrain atau sakit kepala
sebelah.
MASTIKASI
Emirza Nur WicaksonoJanuari 15, 2013http://emirzanurwicaksono.blog.unissula.ac.id/2013/01/15/mastikasi/
A. Definisi dan Fungsi MastikasiDefinisi mastikasi adalah suatu kompleksitas darineuromuskular dengan bantuan seluruh fungsi rahang atas, rahang bawah, bersama-sama
dengan temporomandibular, lidah, Sircumoral muskular, otot-otot mastikasi, dan gigi.
Pemakaian kata fungsi mastikasi yang tepat dalam literatur-literatur sangat kurang bahkan
fungsi mastikasi sering digantikan dengan kata kemampuan mengunyah, efisiensi
mengunyah, atau performans mengunyah. Carlson mendefinisikan kemampuan
mengunyah sebagai suatu kemampuan individu itu sendiri dalam menilai fungsi mastikasi
mereka. Bates et al mendefinisikan performans mastikasi sebagai suatu ukuran partikel
distribusi makanan pada saat dikunyah.
Adapun fungsi mastikasi adalah memotong dan menggiling makanan, membantu mencernasellulosa, memperluas permukaan, merangsang sekresi saliva, mencampur makanansaliva,
melindungi mukosa, dan mempengaruhi pertumbuhan jaringan mulut.
B. Proses Mastikasi
Proses mastikasi merupakan suatu proses gabungan gerak antar dua rahang yang terpisah,
termasuk proses biofisik dan biokimia dari penggunaan bibir, gigi, pipi, lidah, langit-langit
mulut, serta seluruh struktur pembentuk oral, untuk mengunyah makanan dengan tujuan
menyiapkan makan agar dapat ditelan. Lidah berfungsi mencegah tergelincirnya makanan,
mendorong makanan kepermukaan kunyah, membantu mencampur makanan dengan saliva,
memilih makanan yang halus untuk ditelan, membersihkan sisa makanan, membantu proses
bicara dan membantu proses menelan. Pada waktu mengunyah kecepatan sekresi saliva 1.0
1.5 liter/hari, pH 67.4. Saliva berfungsi mencerna polisakarida, melumatkan makanan,
menetralkan asam dari makanan, melarutkan makanan, melembabkan mulut dan anti bakteri.
Pada proses mastikasi terjadi beberapa stadium antara lain stadium volunter dimana makanan
diletakkan diatas lidah kemudian didorong ke atas dan belakang pada palatum lalu masuk ke
pharynx, di mana hal ini dapat dipengaruhi oleh kemauan. Selanjutnya pada stadium
pharyngeal bolus pada mulut masuk ke pharynx dan merangsang reseptor sehingga timbul
refleks-refleks antara lain terjadi gelombang peristaltik dari otot-otot konstriktor pharynx
sehingga nafas berhenti sejenak. Proses ini sekitar 12 detik dan tidak dipengaruhi oleh
kemauan. Kemudian pada stadium oesophangeal terjadi gelombang peristaltik primer yangmerupakan lanjutan dari gelombang peristaltik pharynx dan gelombang peristaltik sekunder
http://emirzanurwicaksono.blog.unissula.ac.id/author/emirzanurwicaksono/http://emirzanurwicaksono.blog.unissula.ac.id/2013/01/15/mastikasi/http://emirzanurwicaksono.blog.unissula.ac.id/2013/01/15/mastikasi/http://emirzanurwicaksono.blog.unissula.ac.id/2013/01/15/mastikasi/http://emirzanurwicaksono.blog.unissula.ac.id/2013/01/15/mastikasi/http://emirzanurwicaksono.blog.unissula.ac.id/2013/01/15/mastikasi/http://emirzanurwicaksono.blog.unissula.ac.id/2013/01/15/mastikasi/http://emirzanurwicaksono.blog.unissula.ac.id/2013/01/15/mastikasi/http://emirzanurwicaksono.blog.unissula.ac.id/author/emirzanurwicaksono/ -
7/28/2019 MASTIKASI.docx
2/4
yang berasal dari dinding oesophagus sendiri. Proses ini sekitar 510 detik dan tidak
dipengaruhi oleh kemauan. Setelah melalui proses ini makanan siap untuk ditelan.
Mekanisme dalam pengunyahan secara normal dan yang mengalami kelainan sendi
temporomandibula pada pasien yang mengunyah satu sisi berbeda. Terlihat perbedaan
aktivitas otot-otot pengunyahan pada yang normal dan yang abnormal. Pada dasarnya dapatdilihat dari 3 fase,yaitu fase membuka saat gigi meninggalkan kontak dengan lawannya dan
mandibula turun, kedua fase menutup, saat mandibula bergerak kembali ke atas sampai
terjadinya kontak pertama antara gigigeligi bawah dan gigigeligi atas, dan fase ketiga
fase oklusi ,yaitu saat mandibula kembali ke posisi interkupasi maksimal dengan dipandu
oleh bergesernya kontak gigi- geligi bawah dan gigigeligi atas.
Pada keadaan normal pergerakan sendi yaitu gerakan rotasi terjadi pada kondilus dengan
permukaan bawah discus disebut struktur kondilus disckomplek (sendi bawah). Gerakan
menggelincir terjadi pada sendi bagian atas antara kondilus disckomplek dengan fosa
glenoidalis.
Pada kasus mengunyah dengan satu sisi pada fase membuka mulut terjadi rotasi dimana
discus bergerak sedikit ke posterior, kondilus ke anterior m.pterygoideuslateral inferior dan
m.pterygoideuslateral superior berkontraksi. Dan terjadi translasi dimana discus beserta
kondilus bergerak ke anterior mengikuti guiding line sampai eminentia artikular. Semua
ototnya dalam keadaan kontraksi. Pada fase menutup mulut discus artikularis bergerak ke
anterior dan kondilus ke posterior untuk mempertahankan kedudukan kondilus agar tetap
berada pada zona intermediet, maka m.pterygoideus lateral superior kontraksi dan
m.pterygoideus lateral inferior relaksasi.
C. Jenis
Jenis dari pengunyahan pada satu sisi rahang adalah pengunyahan yang menggunakan satu
sisi rahang sebelah kanan, dan satu sisi rahang sebelah kiri. Yang masingmasing dalam
setiap sisi nya memiliki sepasang sendi rahang baik di sisi sebelah kanan dan sisi sebelah kiri.
Dan dilihat dari struktur dan fungsinya persendian yang terdapat dalam tiap rahang yaitu pada
bagian atas, antara fossa glenoid dan eminensia artikularis, dengan permukaan atas diskus
artikularis. Pada bagian bawah, yang merupakan bagian kedua antara permukaan bawah
diskus artikularis dengan kepala kondil. Dan apabila terjadi penyimpangan seperti
mengunyah pada salah satu sisi rahang saja dan berjalan lama maka posisi akhir kondilus
kanan dan kiri akan menjadi asimetri yang diikuti oleh diskus artikularnya.
D. Faktor-Faktor Penyebab Gangguan Fungsi Mastikasi
1. Kehilangan Gigi
Gigi merupakan organ manusia yang terpenting. Tanpa gigi, manusia tidak dapat mencerna
makanan. Gigi berfungsi untuk mengunyah setiap makanan yang masuk ke dalam mulut
untuk diteruskan ke dalam tubuh manusia, tentunya makanan yang sudah halus. Proses ini
akan berlangsung mulai dari masa kanak-kanak sampai dewasa.
Manfaat utama gigi adalah untuk mengunyah beraneka ragam makanan yang tekstur dan nilaigizinya berbeda-beda. Dengan terjadinya kehilangan gigi maka menurunlah efisiensi
-
7/28/2019 MASTIKASI.docx
3/4
pengunyahan. Kehilangan gigi merupakan penyebab terbanyak menurunnya fungsi mastikasi,
karena berhubungan erat dengan masalah karies dan penyakit-penyakit periodontal.
Kehilangan gigi tidak selalu memuaskan dengan adanya kompensasi penggantian gigi palsu
karena sering menimbulkan perasaan yang kurang nyaman dari pemakai, sehingga fungsi gigi
belum dapat sepenuhnya digantikan oleh gigi tiruan ditinjau dari segi efektifitas dan
efisiensinya.
Makanan yang dikonsumsi sebelum masuk lebih dalam menuju alat pencernaan harus
melewati mulut. Di rongga mulut ini makanan sudah mulai menjalani proses pencernaan.
Kelancaran pengunyahan makanan di dalam rongga mulut bergantung pada kelengkapan
susunan gigi. Jumlah gigi geligi yang tidak lengkap akan menurunkan keefektifan fungsi
pengunyahan. Belum lagi soal penurunan selera makan yang pada umumnya banyak
menghinggapi mereka yang berusia tua. Gangguan fungsi pengunyahan dapat pula
disebabkan karena penurunan fungsi dari lidah, mukosa mulut, otot-otot pengunyah, kelenjar
ludah, dan sistem susunan saraf.
Sekalipun dengan gigi palsu berkualitas baik, penderita edentulisme tetap mengalamikesulitan dalam mengunyah makanan yang bertekstur keras atau kenyal. Prevalensi
edentulisme di Kanada mencapai 17% pada tahun 1990, dan di Amerika Serikat sekarang
prevalensinya mencapai 9,7% pada kelompok usia 18 tahun ke atas. Prevalensi keadaan ini
meningkat secara dramatis mengikuti pertambahan usia, dan 33,1% bangsa Amerika yang
berusia 65 tahun ke atas menderita edentulisme; prevalensi pada kelompok usia inilah yang
paling banyak terserang, dan kelompok usia ini paling banyak menampakkan akibat fisik
yang ditimbulkan oleh keadaan tersebut.
Lebih lanjut, kelompok lansia akan menjadi bagian terbesar dari jumlah total populasi
dikarenakan terus berkembangnya generasi baby boomer dimana angka kelahiran lebih tinggi
daripada angka kematian bayi pada tahun tersebut. Sebagai contoh, pada tahun 1998
Thompson dan Kreisel meramalkan peningkatan populasi tua di Kanada sebesar 36,5%
hingga pada tahun 2015. Meskipun peningkatan mutu layanan kesehatan beserta peningkatan
dalam hal frekuensi pemanfaatannya belakangan ini telah dapat menurunkan laju
pertambahan jumlah edentulisme, bertambahnya jumlah populasi lansia diperkirakan akan
dapat meningkatkan kebutuhan akan beragam bentuk layanan kesehatan mulut.
2. Penyakit Dalam Rongga Mulut
Berbagai macam unsur fisik terlibat dalam proses makan khususnya unsur-unsur dalam
rongga mulut, bibir, gigi geligi, langit-langit, lidah, dan tenggorokan; sistem saraf dan otak;
sistem hormonal/endokrin, dan enzim yang berkaitan dengan penerimaan makanan danproses metabolisme tubuh.
Oleh karena itu, jika terdapat kelainan atau penyakit pada unsur-unsur organik tersebut, pada
umumnya akan disertai dengan terdapatnya gangguan/kesulitan mengunyah.
Adapun kelainan/penyakit pada gigi geligi dan unsur-unsur lain dalam rongga mulut, yaitu :
1. Kelainan bawaan
Labioschizis (bibir sumbing), frenulum lidah pendek, makroglosia, dll.
2. Penyakit infeksi
Stomatitis, gingivitis, tonsilitas, dll.
3. Kelainan/Penyakit NeuromuskulerParesis/paralisis lidah dan otot-otot sekitar pharynx dan larynx.
-
7/28/2019 MASTIKASI.docx
4/4
4. Penyakit/kelainan non infeksi
a) Penyakit bawaan di luar rongga mulut dan saluran cerna :
Penyakit jantung bawaan, Sindroma Down
b) Penyakit Neuromuskuler :
Palsi serebral
3. Faktor Psikologis
Selain karena faktor fisik, masalah gangguan fungsi mastikasi juga disebabkan karena proses
perkembangan selera dan kemampuan makan yang berkembang sejalan dengan
perkembangan organ-organ fisik termasuk sistem pencernaan. Disinilah sering timbul
masalah sulit makan yang kerap kali dibarengi dengan gangguan psikologis.
Gangguan psikologis dapat timbul karena kompleksitas masalah kehidupan yang dihadapi
dan kerap kali terus dipikirkan sehingga mempengaruhi selera makan dan kegiatan
mengunyah pada saat makan. Pada umumnya seseorang dengan gangguan psikologis,
makanan yang mereka telan kurang sempurna pengunyahannya, sehingga sistem
pencernaanlah yang akan memperbaiki pengunyahan makanan yang tidak lengkap dalammulut.