eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/5206/1/17 mashud.docx · web viewkonsep umum pendidikan jasmani...
TRANSCRIPT
SISTEM PENDIDIKAN JASMANI DI INDONESIA DAN SISTEM PENDIDIKAN JASMANI DI JEPANG
MashudH. Muhammad Mulhim
Said Abdillah
Jl. Permata Komplek Perumahan Balitan VIII Blok B Nomer 12 Kota BanjarbaruE-mail: [email protected]
Abstrak: Sistem Pendidikan Jasmani di Inonesia dan Sistem Pendidikan Jasmani di Jepang. Tujuan umum pendidikan di Negara kita Indonesia telah tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Negera RI. Artinya pendidikan merupakan salah satu tujuan utama dari terbentuknya suatu Bangsa/Negara. Dengan pendidikan suatu bangsa akan mampu membangun, sejajar bahkan mampu bersaing dengan Negara lain. Pembangunan suatu bangsa tidak hanya ditentukan karena banyaknya sumber daya alam dan kekayaan negaranya namun dengan masyarakatnya terdidik dan berpendidikan maka akan berhasil dalam pembangunnanya.
Kita Ingat Negara Jepang setelah pada tahun 1945 diluluhlantahkan oleh bom atom Nagasaki dan Herosima, kala itu seakan Jepang akan binasah dan tidak bisa lagi berkembang dan bangkit. Akan tetapi secara pelan-pelan bangkit dan sekarang Negara Jepang menjadi negera Maju dan disegani dalam segala aspek kehidupannya.
Dari sedikit uraian di atas, sepakat bahwa Negara Jepang bangkit dan jaya di Asia bahkan di Dunia bukan karena kekayaan alamnya atau kekayaan negaranya. Akan tetapi Jepang membangun negaranya dengan mengutamakan pembangunan dibidang pendidikan. Untuk itu dalam kajian tulisan ini, penulis sedikit menguak bagaiamana system pendidikan di Negara Indonesia dan system pendidikan di Negara Jepang.
Kata kunci: Sistem, pendidikan jasmani, Indonesia, Jepang.
PENDAHULUAN
Tanpa bermaksud merendahkan harkat dan martabat bangsa sendiri, namun
kita semua sepakat dalam hal kemajuan suatu bangsa Negara Jepang lebih maju dari
negera kita Indonesia. Beberapa bukti memperkuat argument penulis adalah bahwa
negara Indonesia pernah dijajah Jepang selama 3 (tiga) tahun (1942-1945) yang
berakhir pada tanggal 17 Agustus 1945 seiring dengan proklamasi kemerdekaan
Indonesia oleh Soekarno dan Muhammad Hatta. Tanda berakhirnya penjajahan
Jepang atas Indonesia selain adanya Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, juga
ditanadai dengan adanya Bom Atom di Nagasaki dan Herosima pada tahun 1945
oleh Negara Amerika dan para sekutunya. Dari kejadian inilah, Negara Jepang
lululantah dan hancur dari segala lini aspek kehidupan, yang pada akhirnya Jepang
menyerah tanpa syarat pada sekutu.
Sejak tahun 1945, Indonesia Merdeka dan Jepang mengalami kehancuran.
Indonesia dan Jepang sama-sama memulai kembali membangun bangsanya. Tahun
demi tahun sampai sekarang kita bisa membedakan keberhasilan pembangunan
antara kedua negera tersbut. Jepang lebih berhasil daripada negara kita. Padahal dari
segi luas wilayah negara, sumber kekayaan alam yang terkandung di perut bumi,
jumlah sumber daya manusia, dan lain sebagainya masih kaya negera kita dari pada
Jepang. Beberapa sumber dan artikel yang penulis baca, ternyata keberhasilan
pembangunan Negara Jepang adalah terletak pada kesungguhannya dalam
pembangunan sumber daya manusia (SDM)/ pendidikan. SDM merupakan sumber
daya utama yang mampu mengalahkan sumber-sumber daya lainnya dalam
pembangunan. Sementara pembangunan Indonesia kurang focus dan kurang
sungguh-sungguh dalam menjalankan pembangunan.
Pesatnya kemajuan pembangunan negara Jepang sebagai akibat
keberhasilan pembangunan di bidang pendidikan yang sudah tidak bisa diragukan
lagi, maka artikel ilmiah ini bermaksud menguak bagaimana proses pendidikan
terkhusus pada pendidikan jasmani di kedua negara. Mengapa Pendidikan
jasmani…? Jawabnya adalah karena pendidikan jasmani merupakan bagian integral
atau bagian yang tidak dapat dipisahkan dari system pendidikan secara menyeluruh,
tanpa pendidikan jasmani kurang lengkap/utuh makna keberhasilan pendidikan
tersebut. Jadi bagaimana sejarah, pelaksanaan, system, bahan ajar, alokasi waktu
dan penilaian pendidikan jasmani di Jepang dan Indonesia. Harapanya pembaca
setelah mengetahui dan memahami, akan mampu memberikan perubahan ke arah
yang lebih baik. Demi membantu mewujudkan tujuan pembangunan bangsa dan
negara.
KAJIAN TEORI
Konsep Umum Pendidikan Jasmani dan Olahraga
Jasmani dalam sebutan bahasa Inggris adalah physical, dalam ilmu faal,
jasmani disebut sebagai struktur biologik pada manusia. Secara umum dipahami
bahwa jasmani atau jasadia berarti tubuh manusia. Jasmani dalam pembahasan ini
adalah pemanfaatan aktivitas fisik sebagai manifestasi pengembangan kualitas
hidup manusia dalam memenuhi kebugaran secara totalitas dan keterampilan
motorik.
Jasmani disinonimkan dengan pendidikan, maka segala aktivitas jasmani
membawa nilai-nilai pendidikan, yang tidak terikat ataupun tertuju kepada gerakan-
gerakan dalam peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan yang umum berlaku
seperti olahraga.
Dengan demikian, pendidikan jasmani adalah suatu proses pembelajaran
melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani,
mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan
aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi. Lingkungan belajar diatur secara
seksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh rana,
jasmani, psikomotor, kognitif, dan afektif setiap siswa.
Menurut Jesse Feiring Williams dalam William H. Freeman (2001:3)
pendidikan Jasmani adalah tentang sejumlah aktivitas-aktivitas fisik manusia yang
dipilih, dan dilaksanakan dengan maksud untuk mencapai hasil yang bermanfaat
bagi tubuh. William menekankan satu hal bahwa walaupun pendidikan jasmani
diartikan mengajar dengan fisik, melalui penggunaan aktivitas-aktivitas fisik,
tujuannya adalah melampaui fisik tersebut. Selanjutnya (KEPMENDIKBUD No.
413/u/1987) bahwa pendidikan jasmani adalah bagian integral dari pendidikan
secara keseluruhan yang bertujuan meningkatkan individu secara organik,
neuromuscular, intelektual dan emosional melalui aktivitas fisik. Pendidikan
jasmani berarti program pendidikan lewat gerak atau permainan dan olahraga. Di
dalamnya terkandung arti bahwa gerakan, permainan, atau cabang tertentu yang
dipilih hanyalah alat untuk mendidik. (Agus Mahendra, 2009: 24). H. J. S.
Husdarta (2009:17) mengemukakan pendidikan jasmani merupakan bagian penting
dari proses pendidikan. Artinya pendidikan jasmani bukan hanya dekorasi atau
ornament yang ditempel pada program sekolah sebagai alat untuk membuat anak
sibuk.
Sedangkan pengertian olahraga berdasarkan (pasal 1 ayat 4 UU RI No. 3
Tahun 2005) olahraga adalah segala kegiatan yang sistematis untuk mendorong,
membina, serta mengembangkan potensi jasmani, rohani, dan sosial. Dari
ketentuan Internasional Council of Sport and Physical Education adalah setiap
aktivitas fisik berupa permainan dan berisikan pertandingan melawan orang lain,
diri sendiri ataupun unsur-unsur alam dikatakan sebagai olahraga atau sport. Jadi
antara pendidikan jasmani dan olahraga sering dikatakan ada interface, tidak sama
namun ada bagian-bagian yang sama. Jelas keduanya adalah aktivitas fisik,
tegasnya aktivitas otot-otot besar atau big muscle activity, bukan fine muscle
activity.
Oleh karena itu, dalam penerapannya tetap berlandaskan pada suasana
kependidikan, serta berpegang pada kaidah-kaidah dalam praktek pendidikan.
Adapun pendidikan olahraga adalah pendidikan yang membina anak agar
menguasai cabang-cabang olahraga tertentu.
Di Amerika Serikat pendidikan jasmani menurut Nixon dan Jewet adalah
satu aspek dari proses pendidikan keseluruhan yang berkenaan dengan
perkembangan dan penggunaan kemampuan gerak individu yang sukarela dan
berguna serta berhubungan langsung dengan respon mental, emosional dan sosial.
Konsep pendidikan jasmani yang diuraikan Nixon dan Jewet, dapat
dikatakan searah dengan pemahaman di Indonesia yang diuraikan Rusli Lutan
(2001:18), bahwa pendidikan jasmani sebagai sebuah subjek yang penting bagi
pembinaan fisik yang dipandang sebagai mesin dalam konteks pendidikan jasmani
yang mengandung isi pendidikan melalui aktivitas jasmani. Karenanya konsep
pendidikan jasmani perlu dikuasai oleh para calon guru (mahasiswa pendidikan
jasmani) dan guru yang bersangkutan, sehingga dalam penerapannya
memperlihatkan kesetaraan pemahaman.
Selain itu diharapkan dapat melakukan pemetaan konsep dalam penerapan
pendidikan jasmani berdasarkan jenjang pendidikan (kesesuaian kurikulum
pendidikan jasmani), termasuk memaksimalkan potensi-potensi lokal, dalam hal ini
permainan tradisional yang dapat dimodifikasi. Sebagai batasan atau rumusan dari
konsep pendidikan jasmani, Arma Abdoellah (2003:42) menguraikan sebagai salah
satu aspek dari proses pendidikan keseluruhan peserta didik melalui kegiatan
jasmani yang dirancang secara cermat, yang dilakukan secara sadar dan terprogram
dalam usaha meningkatkan kemampuan dan keterampilan jasmani dan sosial serta
perkembangan kecerdasan.
Esensi dari substansi pendidikan jasmani ialah pengetahuan tentang gerak
insani dalam konteks pendidikan yang terkait dengan semua aspek pengetahuan
yang berlangsung secara didaktik, rekreatif, untuk dipahami dan dapat dilakukan
oleh peserta didik secara utuh. Oleh karena itu, pendidikan jasmani dan olahraga
adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk
meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik,
pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan
emosi. Lingkungan beIajar diatur secara seksama untuk meningkatkan pertumbuhan
dan perkembangan seluruh rana, jasmani, psikomotor, kognitif, dan afektif setiap
siswa.
Tujuan akhir pendidikan jasmani dan olahraga terletak dalam peranannya
sebagai wadah unik. Penyempurnaan watak, dan sebagai wahana untuk memiliki
dan membentuk kepribadian yang kuat, watak yang baik dan sifat yang mulia. Jadi
orang-orang yang memiliki kebajikan moral seperti inilah yang akan menjadi warga
masyarakat yang baik dan berguna. (Baron Piece de Coubertin, Penggagas
Kebangkitan Olympiads Modern, Perancis).
Posisi pendidikan jasmani dan olahraga pada kedudukan yang amat strategis
yakni sebagai alat pendidikan, sekaligus pembudayaan, karena kedua istilah yang
amat dekat dan erat. Maknanya tidak lain adalah sebagai proses pengalihan dan
penerimaan nilai-nilai. Dalam konteks keolahragaan secara menyeluruh, memang
kian kita sadari perubahan yang terjadi sebagai dampak dari globalisasi dalam
ekonomi yang dipacu oleh teknologi komunikasi juga terbawa dalam dunia
olahraga (Coomb 2004:7).
Dengan demikian, yang menjadi perhatian dalam pelaksanaan pendidikan
jasmani dan olahraga yaitu: (1) pendidikan merupakan upaya penyiapan peserta
didik menghadapi dan berperan dalam lingkungan hidup yang selalu berubah
dengan cepat dan pluralistik; (2) pendidikan merupakan upaya peningkatan kualitas
kehidupan pribadi masyarakat dan berlangsung seumur hidup; (3) pendidikan
merupakan mekanisme sosial dalam mewariskan nilai, norma, dan kemajuan yang
telah dicapai masyarakat; (4) pendidikan merupakan kiat dalam menerapkan
prinsip-prinsip ilmu pengetahuan dan teknologi bagi pembentukan manusia
seutuhnya; (5) dalam undang – undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas
disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk rnemiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas
jasmani yang direncanakan secara sistematik bertujuan untuk mengembangkan dan
meningkatkan individu secara organik, neuromuskuler, perseptual, kognitif, dan
emosional, dalam kerangka sistem pendidikan nasional.
Sejarah Pendidikan Jasmani Di Indonesia Dan Jepang
1. Sejarah Pendidikan jasmani di Indonesia
a. Zaman kerajaan. Latihan jasmani pada masa itu disamping untuk rekreasi
juga untuk pembinaan jasmani dalam rangka tujuan tertentu yaitu melatih
keprajuritan. Olahraga tradisional tumbuh di daerah-daerah.
b. Zaman penjajahan Belanda. Pada masa itu berkembang sistem Jerman,
system Swedia dan sistem Austria. Lembaga Pendidikan jasmani yang
didirikan ialah sekolah senam dan sport militer di Bandung dan AILO di
Surabaya. PSSI berdiri tahun 1930 untuk menandingi NIVU.
c. Zaman penjajahan Jepang. Jepang berusaha melatih latihan kemiliteran
pemuda-pemuda Indonesia untuk memerangi bangsa barat. Jepang juga
mengajarkan olahraga yang dibawa dari negrinya yaitu Sumo, Yudo,
Karate, dan Taiso.
d. Zaman kemerdekaan 1945-1950. Kementerian dan Pengajaran bertugas
pokok: (1) Menyelenggarakan latihan-latihan jasmani guna memasuki
angkatan perang secara besar-besaran; (2) membina mental yang rusak
akibat penjajahan Belanda dan Jepang. Tahun 1946 diselenggarakan kongres
olahraga pertama di Indonesia yang menghasilkan PORI yang tugasnya
mengatur dan memusatkan segala urusan olahraga di seluruh Indonesia.
Untuk mengurus kegiatan olahraga di luar negeri maka dibentuklah KORI
e. Masa tahun 1951 sampai 1990-an. Banyak kegiatan yang dilakukan untuk
memajukan Pendidikan jasmani dan olahraga di Indonesia, yaitu; (1) PON 4
tahun sekali; (2) POMNAS 2 tahun sekali; (3) Mengikuti Olympic Games 4
tahun sekali (4) Mendirikan departemen olahraga tahun 1962; (5)
Melaksanakan panji olahraga; (6) Membentuk BAPOPI; (7) Menetapkan
HAORNAS; (8) Kompetisi-kompetisi cabang-cabang olahraga.
2. Sejarah Pendidikan jasmani di Jepang
Jepang adalah bangsa yang besar penduduknya, terdiri dari empat pulau
besar dan banyak pulau kecil. Walaupun kontak dengan Barat telah dibuat sejak
awal tahun 1542 dan beberapa hubungan dagang telah diselenggarakan, satu
pemerintah feodal yang menekan muncul pada abad ke 17 dan berlangsung kira-
kira 250 tahun sampai tahun 1867. Tahun ini ditandai pemulihan dari Meiji yang
melanjutkan hubungan dengan Barat. Banyak orang Jepang pergi keluar negeri
untuk belajar dan kembali ke Jepang dengan membawa pengetahuan tentang
perkembangan di luar negeri dalam ilmu kemiliteran, lembaga politik dan
kemajuan industri. Jepang juga sangat bersemangat untuk menjadi satu kekuatan
dunia dan cenderung mempunyai perasaan nasionalisme yang kuat, maka
Pendidikan jasmani menjadi faktor yang penting. Latihan-latihan militer dan
senam (sistem Swedia) menggantikan program olahraga dan permainan. Setelah
perang dunia II di mana aktivitas fisik untuk kesiapan militer mendominasi,
undang-undang baru pendidikan secara lengkap menyusun program sekolah
masuk Pendidikan jasmani. Enam tahun di sekolah dasar disambung dengan
masing-masing tiga tahun di sekolah menengah pertama dan atas.
Pendidikan jasmani diwajibkan pada kedua jenjang sekolah ini. Di samping
itu ada Pendidikan jasmani yang diwajibkan sebagai satu bagian dari rencana
pendidikan umum di universitas. Sekarang Pendidikan jasmani di Jepang mirip
dengan yang diselenggarakan di Amerika Serikat. Suatu usaha telah dilakukan
untuk menggabungkan Pendidikan jasmani dengan mata pelajaran lain. Minat,
kebutuhan dan kemampuan individual mendapatkan perhatian pada waktu anak
laki-laki dan perempuan ambil bagian setiap hari dalam Pendidikan jasmani.
Olahraga, permainan, menari dan bentuk pendidikan di luar gedung sekolah
menjadi aktivitas utama. Penekanan diletakkan pada peningkatan kesehatan,
kepribadian dan keterampilan gerak dan ketajaman sosial melalui seleksi yang
bijaksana, terhadap aktivitas-aktivitas dan metode dalam mengajar.
Jepang terkenal dengan gulat dan judonya. Atlet Jepang adalah peserta
yang kuat dalam pesta olahraga di Timur Jauh, mereka juga masuk dalam
Olympiade. Perenang-perenang Jepang dikenal luas di dunia dan kehadirannya
dalam kompetisi internasional sudah terkenal. Perkembangan program olahraga
setelah sekolah dan aktivitas di banyak klub dan organisasi menunjukkan bahwa
Jepang akan secara terus menerus menciptakan atlet-atlet terkenal. Jepang telah
mengadopsi baseball sebagai olahraga nasional utama dan dalam prosesnya telah
mengembangkan beribu-ribu tim amatir dan beberapa tim profesional.
Pelaksanaan Pendidikan Jasmani Indonesia Dan Jepang
Pelaksanaan Pendidikan jasmani di Indonesia
Pendidikan jasmani di Indonesia merupakan sebuah konsep yang
universal. Berdasarkan pengertian Pendidikan jasmani seperti yang telah diungkap
sebelumnya, Pendidikan jasmani ditekankan pada kesehatan dan kebugaran
jasmani, rekreasi dan peningkatan kualitas hidup manusia. Untuk mencapai tujuan
tersebut maka sarana yang digunakan adalah melalui aktifitas olahraga, permainan
dan aktifitas lain yang berkaitan dengan seni.
Pelaksanaan Pendidikan jasmani di Jepang
Pendidikan jasmani di Jepang, penekanannya diletakkan pada peningkatan
kesehatan, kepribadian, keterampilan gerak dan ketajaman sosial melalui seleksi
yang bijaksana, terhadap aktivitas-aktivitas dan metode dalam mengajar.
Sistem Pendidikan Jasmani Di Jepang
Salah satu contoh. Pelajaran pendidikan jasmani 'volley mini' di kelas 4
melibatkan 6 pelajaran sistematis dalam tahun tersebut. Ibu Sato memutuskan untuk
menggunakan pelajaran ketiga sebagai suatu pelajaran penelitian, sedangkan guru
lainnya mengamati secara teliti.
Fase perencanaan
Kelompok Ibu Sato terdiri dari guru senior kelas 4. Untuk mencapai tujuan
jangka panjang (pendidikan untuk klak individu anak) dia mencoba untuk
memahami situasi di kelasnya. Dia merasa bahwa ketika sebagian anak aktif dan
memiliki pendapat yang jelas, yang lain memiliki perasaan yang tidak dapat mereka
ungkapkan atau tindak lanjuti.
Agar pendidikan jasmani menyenangkan bagi mereka, di bagian pertama
dan kedua dan 6 pelajaran dia meminta anak-anak menciptakan peraturan mereka
sendiri untuk membantu mereka dan orang lain dalam menikmati permainan volley.
Setelah permainan dia meluangkan waktu untuk berefleksi dengan siswa mereka
tentang bagaimana mereka bermain. Mereka juga mendiskusikan bagaimana
mereka dapat memperbaiki permainan untuk melibatkan seseorang yang sering
tersingkirkan, sehingga mereka dapat menikmatinya dengan orang lain.
Fase pelaiaran penelitian
Rencana pelajaran yang disiapkan dengan seksama dipelajari oleh semua
anggota kelompok. Ibu Sato kemudian melaksanakan pelajarannya ketika anggota
kelompok dan guru lain melihat. Orang yang bertanggung jawab dalam pendidikan
jasmani di kota juga diundang sebagai seorang konsultan untuk memberi masukan.
Fase diskusi
Ketika pelajaran penelitian selesai, sebuah diskusi dilaksanakan untuk
bertukar pendapat tentang pelajaran, Ini dimulai dengan penjelasan tujuan pelajaran
oleh guru. Kemudian guru yang mengamati, memberikan pendapatnya atau
bertanya secara giliran, berkomentar berdasarkan, pengalaman sendiri.
Mempengaruhi konsep 4 studi pelajaran. Dalam contoh ini, siswa kelas 4
belajar tentang pentingnya kekuatan teman sebaya. Mereka juga belajar tentang
kegiatan kerjasama untuk merespon perbedaan. Guru dalam kelompok
mendapatkan pandangan positif tentang manfaat pembelajaran kelompok, sebagai
cara membantu anak mengemukakan isu-isu mereka sendiri agar dipecahkan oleh
mereka sendiri.
Lebih penting lagi, semua guru mendiskusikan dan mengevaluasi pelajaran,
yang memampukan mereka berbagi topik penting ke seluruh sekolah. Sekarang ini,
kebanyakan guru memahami situasi tiap anak dan berbagi peran tanpa memandang
kelas mana yang ditugaskan kepada mereka. Misalnya guru sering membawa anak
laki-laki pulang setelah selesai sekolah, karena dia tahu anak tersebut mengalami
masalah emosi dan orang tuanya bekerja sampai larut malam.
Masih ada beberapa anak yang menyembunyikan nama sesungguhnya,
karena ini akan mengungkapkan status kesukuan mereka. Namun, kepala sekolah
mengomentari apakah anak mengubah namanya atau ticlak, semua merasa nyaman
dan senang sekolah dasar Suzuki. Sehubungan dengan pendidikan inklusif, sekolah
dasar Suzuki berkembang ke arah penyediaan lingkungan yang lebih baik untuk
individu anak. Keefektifan kolaborasi antar guru selama studi pelajaran secara lugas
diakui sebagai elemen yang kuat dalam mengembangkan budaya sekolah yang
inklusif dan terbuka.
Strategi Pembelajaran Pendidikan Jasmani Di Indonesia Dan Jepang
1. Strategi Pembelajaran Pendidikan jasmani di Indonesia
Penyampaian materi pelajaran Pendidikan jasmani umumnya masih
menggunakan pendekatan tradisional. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya guru
Pendidikan jasmani yang dalam menyampaikan materi dalam satu arah, artinya
sistem pembelajaran dengan metode komando lebih banyak digunakan. Walaupun
metode lain juga diterapkan, namun dalam pelaksanaannya kurang mampu
menantang siswa untuk lebih meningkatkan kreatifitas serta keberaniannya untuk
mengeluarkan pendapat. Hal ini disebabkan karena proses pembelajaran yang
lebih menitik beratkan pada pemberian instruksi dari guru dalam melakukan suatu
tugas gerak.
Kebiasaan siswa untuk hanya sekedar meniru dan melaksanakan setiap
instruksi dari guru dalam melakukan suatu tugas gerak pada akhirnya melekat erat
pada siswa secara umum. Kekayaan jenis-jenis permainan tradisional yang
menyebar di wilayah Indonesia kurang dimanfaatkan oleh guru. Dalam memberi-
kan materi, guru terpaku pada GBBP, serta materi yang diberikan sejak SD hingga
SMA banyak yang tumpang tindih, sehingga nampak materi itu tidak
berkesinambungan, tetapi sering berulang-ulang. Sebagai contoh passing bawah
sudah diajarkan di SMP, namun nanti di SMA akan diajarkan lagi materi sama.
Proses pembelajaran Pendidikan jasmani cenderung lebih banyak
menekankan pada proses peniruan gerak atau teknik standar yang dilakukan guru
terhadap siswa melalui pengulangan, sehingga menjadi gerak otomatis. Hal ini
memiliki banyak kelemahan, antara lain kurangnya keterlibatan siswa dalam
proses belajar mengajar sehingga menghambat kreatifitas siswa sekaligus
menyebabkan kurangnya kemampuan siswa dalam mengembangkan daya nalar.
Pengelolaan pelaksanaan yang dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar
pada umumnya guru memberikan materi secara klasikal atau seragam untuk
semua siswa. Hal ini mengandung kelemahan yaitu kurangnya pertimbangan
terhadap masalah perbedaan individu. Partisipasi siswa tidak diberikan secara
maksimal karena kegiatan terlalu berpusat pada guru sehingga siswa hanya
mengikuti gerakan yang dicontohkan oleh guru tanpa memberikan kebebasan
pada siswa untuk dapat berkreasi serta memecahkan masalah dalam melakukan
gerakan. Pendekatan yang berorientasi pada tugas juga jarang dilakukan serta
jarang mengkaitkan pengalaman hidup dengan kegiatan belajar mengajar di
sekolah.
2. Strategi Pembelajaran Pendidikan jasmani di Jepang
Penyampaian materi pelajaran Pendidikan jasmani umumnya
menggunakan pendekatan pengajaran terbuka. Maksudnya siswa diberi tugas
gerak dan guru hanya bertindak sebagai pembimbing. Sehingga siswa diberi
kebebasan untuk berpikir, dan memecahkan masalah. Hal ini memiliki banyak
keuntungan, antara lain keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar sehingga
meningkatkan kreatifitas siswa sekaligus meningkatkan kemampuan siswa dalam
mengembangkan daya nalar.
Dalam memberikan materi, guru tidak terpaku pada kurikulum, guru bebas
menentukan materi apa yang akan diberikan sesuai dengan kondisi dan situasi
yang diperlukan pada saat itu. Pengelolaan pelaksanaan yang dilakukan dalam
kegiatan belajar mengajar pada umumnya guru memberikan materi secara
spesialiasasi kepada siswa-siswanya. Hal ini memiliki kelebihan yaitu materi
disesuaikan dengan kebutuhan siswa dan siswa bebas untuk mengembangkannya
sesuai dengan keinginannya.
Pemilihan Bahan Ajar Pendidikan Jasmani Indonesia Dan Jepang
1. Pemilihan Bahan Ajar Pendidikan jasmani di Indonesia
Banyaknya aktifitas dalam proses pembelajaran Pendidikan jasmani
mengharuskan guru untuk memilih aktivitas mana yang paling cocok bagi
siswanya. Pada umumnya guru-guru Pendidikan jasmani di Indonesia dalam
memberikan materi pelajaran mengambil materi yang disesuaikan dengan materi
yang ada dalam kurikulum.
2. Pemilihan Bahan Ajar Pendidikan jasmani di Jepang
Berbeda dengan di Indonesia, dalam memberikan materi, sekolah memiliki
otonomi untuk dapat mengatur sendiri materi yang akan diajarkan kepada siswa,
sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada di sekolah tersebut. Materi
pelajaranpun lebih banyak tertuju pada kecabangan (spesialisasi). Dalam
mengajarpun guru Pendidikan jasmani di Jepang tidak perlu untuk membuat
satuan pelajaran ataupun silabus.
Alokasi Waktu Pelaksanaan Pendidikan Jasmani Indonesia Dan Jepang
1. Alokasi Waktu Pelaksanaan Pendidikan jasmani di Indonesia
Untuk dapat meningkatkan kebugaran jasmani seseorang tentulah tidak
melalui proses yang instan, tetapi memerlukan suatu proses dan waktu yang relatif
cukup lama. Waktu yang diberikan untuk pelaksanaan Pendidikan jasmani di
Indonesia sangatlah terbatas, yaitu hanya satu kali dalam seminggu, itupun
hanya 2x45 menit. Oleh karena itu dengan sangat terbatasnya waktu yang tersedia
untuk Pendidikan jasmani, seorang guru dituntut untuk dapat memanfaatkan
waktu seefektif dan seefisien mungkin agar tujuan Pendidikan jasmani dapat
tercapai. Belum lagi ditambah dengan terbatasnya sarana dan prasarana yang
menunjang terhadap proses belajar mengajar.
Dalam membuat Satuan acara Pelajaran (SAP), guru sudah harus
merancang alokasi waktu, sejak pembukaan kelas pemanasan, masuk ke inti
pelajaran, hingga penutup (penenangan). Setiap tindakan terkait dengan waktu,
jangan sampai ada waktu terbuang dengan sia-sia. Guru dituntut untuk dapat
cakap dalam mengatur tempo, kapan istirahat sejenak dan kapan pula aktivitas
siswa digiatkan. Seorang guru harus tahu, kapan bertindak secara tepat sesuai
dengan waktu yang tersedia. Misalnya, guru sering menghabiskan waktu untuk
menunggu siswa mengganti pakaian, mengecek kehadiran, menyiapkan barisan
ketika membuka kelas.
2. Alokasi Waktu Pelaksanaan Pendidikan jasmani di Jepang
Berbeda dengan di Indonesia, alokasi waktu yang disediakan untuk
Pendidikan jasmani di Jepang adalah dua kali seminggu, yaitu dari pukul 8 pagi
sampai 11 siang. Perbedaan waktu tersebut juga disertai dengan kelengkapan
sarana dan prasarana yang sangat menunjang terhadap proses belajar mengajar.
Sistem Penilaian Dan Evaluasi Pendidikan Jasmani Indonesia Dan Jepang
1. Sistem Penilaian dan Evaluasi Pendidikan jasmani di Indonesia
Model evaluasi yang banyak dilakukan oleh guru-guru Pendidikan jasmani
di Indonesia pada umumnya cenderung menggunakan model kuantitatif dan
kompetitif seperti dalam keterampilan motorik. Adanya sistem ranking di kelas
juga masih banyak dilakukan oleh guru di sekolah.
2. Sistem Penilaian dan Evaluasi Pendidikan jasmani di Jepang
Sistem penilaian dan evaluasi yang dilakukan oleh guru-guru Pendidikan
jasmani di Jepang umumnya bersifat penilaian terhadap performa siswa. Dengan
demikian penilaian lebih ditujukan pada ukuran profil siswa secara individual.
Oleh sebab itu di Jepang nilai yang diberikan kepada siswa tidak dalam bentuk
angka, tetapi yang dilihat adalah perubahan secara kualitatif. Jadi yang
ditonjolkan adalah seberapa jauh perubahan atau kemajuan yang telah dicapai
oleh siswa.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian yang telah kekemukakan, maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
a. Adanya kesamaan dalam hal konsep Pendidikan jasmani yang dianut baik di
Indonesia maupun di Jepang, yaitu Pendidikan jasmani merupakan bagian dari
pendidikan secara umum, yang bertujuan pada perkembang an keseluruhan
dimensi manusia, yakni bukan hanya raga yang menjadi tujuan tetapi juga
jiwa menjadi bagian dari tujuan pokok pembelajaran Pendidikan jasmani.
b. Pendidikan jasmani di Indonesia ditekankan pada kesehatan dan kebugaran
jasmani, rekreasi dan peningkatan kualitas hidup manusia, sedangkan
Pendidikan jasmani di Jepang, penekanannya diletakkan pada peningkatan
kesehatan, kepribadian, keterampilan gerak dan ketajaman sosial.
c. Dalam hal strategi pembelajaran, Pendidikan jasmani di Indonesia masih
menggunakan pendekatan tradisioanal dimana guru masih mendominasi
pelajaran, sedangkan di Jepang guru memberikan kebebasan pada siswa untuk
mengelola pelajaran.
d. Adanya sistem pengelolaan yang berbeda antara Indonesia dengan Jepang. Di
Indonesia menganut sistem sentralisasi, dimana semua sekolah harus tunduk
pada kebijakan secara Nasional, sedangkan di Jepang menganut sistem
desentralisasi dimana sekolah-sekolah mendapat kebebasan secara otonomi
untuk mengelola Pendidikan jasmani tetapi tetap mengacu pada kebijakan
nasional.
e. Alokasi waktu dan sarana untuk Pendidikan jasmani yang sangat berbeda
antara Indonesia dan Jepang, dimana di Indonesia masih sangat terbatas
sementara Jepang sudah jauh lebih memadai.
f. Sistem Penilaian dan Evaluasi Pendidikan jasmani di Indonesia, pada
umumnya cenderung menggunakan model kuantitatif dan kompetitif,
sedangkan di Jepang umumnya bersifat penilaian terhadap performa siswa.
Dengan demikian penilaian lebih ditujukan pada ukuran profil siswa secara
individual. Oleh sebab itu di Jepang nilai yang diberikan kepada siswa tidak
dalam bentuk angka, tetapi yang dilihat adalah perubahan secara kualitatif.
Jadi yang ditonjolkan adalah seberapa jauh perubahan atau kemajuan yang
telah dicapai oleh siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Agustiar, Syah Nur. (2001). Perbandingan Sistem Pendidikan 15 Negara. Lubuk Agung Bandung.
Agus, Mahendra. (2003). Azas dan Falsafah Pendidikan jasmani. Dirjen Dikdasmen.
Arma, Abdullah, Agus, Manadji. (1994). Dasar-Dasar Pendidikan jasmani. Dirjen Dikti.
Annarino, Anthony, A. (1992). Curriculum: Theory and Design in Physical Education. London: The CV Mosby Company.
Bruce,L.B., Maxwell,L.H. and Uriel,S. (1983). Comparative Physical Education and Sport. The United States Of America.
Deobold, B. Bruce, L. Bennett. (1971). A World History Of Physical Education. Prentice Hall, Inc., Englewood Cliffs, N.J. Second Edition.
Rusli, Lutan. (1997). Strategi Pembelajaran Pendidikan jasmani dan Kesehatan. Jakarta: Dirjen Dikdasmen.
Rusli, Lutan. (2000). Strategi Belajar Mengajar Pendidikan jasmanikes. Dirjen Dikdasmen.
______. (2001). Pencarian Konsep dan Wilayah Batang Tubuh Ilmu Keolahragaan. Bandung: PPS UPI.
______. (2001). Mengajar Pendidikan jasmani. Jakarta: Dirjen Olahraga.______. et al. (2002). Supervisi Pendidikan jasmani: Konsep dan Praktik.
Jakarta: Dirjen Dikdasmen.______. (2003). Perencanaan Strategi Pembelajaran Pendidikan jasmanikes.
Dirjen Dikdasmen.Toshio, Nagata. (2006). Buturi Circle Hokkaido: Our Exciting Activities in
Physical Sceince. Internet.