masalah sanitasi depok

22
Depok Hadapi Masalah Sanitasi Selasa, 25 Oktober 2011 19:00 WIB REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK – Kota Depok hadapi permasalahan pengolahan air limbah, pengelolaan sampah, dan perilaku hidup sehat. Hal ini terbukti dari hasil analisis data survei EHRA (Environmental Health Risk Assesment) pada Juli 2011. Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi Kota Depok mengumumkan akar masalah sanitasi di Kota Depok dalam acara "Peluncuran Buku Putih Sanitasi Kota Depok," pada Selasa (25/10). Dari hasil data EHRA, banyak permasalahan sanitasi dengan risiko tinggi dan sangat tinggi yang dihadapi oleh kelurahan-kelurahan di Kota Depok. Risiko yang dihadapi oleh kelurahan-kelurahan di Kota Depok terkait dengan pengolahan air limbah, pengelolaan sampah, dan perilaku hidup sehat masyarakat. Permasalah yang dihadapi Kota Depok terkait pengolahan air limbah disebabkan penyedotan tangki septik yang tidak teratur yang dilakukan oleh masyarakat, "Banyak warga yang tidak melakukan penyedotan tangki septik lebih dari 10 tahun," ujar Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Depok, Khamid Wijaya. Dalam pengolahan sampah, hasil pengumpulan data Pokja Sanitasi menemukan tiga masalah dasar, yaitu tempat pengumpulan sampah yang tidak mencukupi, waktu pengumpulan sampah yang lama, dan tidak adanya tempat pengolahan sampah. Sedangkan dari perilaku sehat, penelitian mendapati masyarakat Kota Depok jarang mencuci tangan dengan sabun pada lima waktu kritis. Sanitasi buruk di Kota Depok menyebabkan terjadinya proses pencemaran. Berdasarkan data pelayanan dinas terkait di Kota Depok, pelayanan sanitasi bagi masyarakat tergolong biasa-biasa saja, "Dari penelitian, semua kelurahan memiliki masalah sanitasi," ujar Khamid.

Upload: matapenggoda

Post on 24-Jul-2015

146 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Masalah Sanitasi Depok

Depok Hadapi Masalah SanitasiSelasa, 25 Oktober 2011 19:00 WIB

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK – Kota Depok hadapi permasalahan pengolahan air limbah, pengelolaan sampah, dan perilaku hidup sehat. Hal ini terbukti dari hasil analisis data survei EHRA (Environmental Health Risk Assesment) pada Juli 2011.

Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi Kota Depok mengumumkan akar masalah sanitasi di Kota Depok dalam acara "Peluncuran Buku Putih Sanitasi Kota Depok," pada Selasa (25/10).

Dari hasil data EHRA, banyak permasalahan sanitasi dengan risiko tinggi dan sangat tinggi yang dihadapi oleh kelurahan-kelurahan di Kota Depok. Risiko yang dihadapi oleh kelurahan-kelurahan di Kota Depok terkait dengan pengolahan air limbah, pengelolaan sampah, dan perilaku hidup sehat masyarakat.

Permasalah yang dihadapi Kota Depok terkait pengolahan air limbah disebabkan penyedotan tangki septik yang tidak teratur yang dilakukan oleh masyarakat, "Banyak warga yang tidak melakukan penyedotan tangki septik lebih dari 10 tahun," ujar Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Depok, Khamid Wijaya.

Dalam pengolahan sampah, hasil pengumpulan data Pokja Sanitasi menemukan tiga masalah dasar, yaitu tempat pengumpulan sampah yang tidak mencukupi, waktu pengumpulan sampah yang lama, dan tidak adanya tempat pengolahan sampah. Sedangkan dari perilaku sehat, penelitian mendapati masyarakat Kota Depok jarang mencuci tangan dengan sabun pada lima waktu kritis.

Sanitasi buruk di Kota Depok menyebabkan terjadinya proses pencemaran. Berdasarkan data pelayanan dinas terkait di Kota Depok, pelayanan sanitasi bagi masyarakat tergolong biasa-biasa saja, "Dari penelitian, semua kelurahan memiliki masalah sanitasi," ujar Khamid.

Berdasarkan hasil data ini, Kota Depok fokus untuk ikut dalam Program Percepatan Sanitasi Perkotaan (PPSP). Hasil penelitian ini akan dilanjutkan dengan penyusunan Startegi Sanitasi Kota (SSK) yang akan diterapkan pada kelurahan Kukusan, Kecamatan Beji, sebagai kelurahan yang memiliki risiko sangat besar masalah sanitasi.

Redaktur: Chairul AkhmadReporter: Nur Faridahttp://www.republika.co.id/berita/regional/jabodetabek/11/10/25/ltmeo0-depok-hadapi-masalah-sanitasi

Page 2: Masalah Sanitasi Depok

Buku Putih Sanitasi Kota Depok DiluncurkanDitulis oleh: ppid18 pada: 26/10/2011 kategori: Lingkungan | 0 Komentar

Pemerintah Kota Depok meluncurkan Buku Putih Sanitasi di Balai Kota Depok, Selasa (25/10/2011). Buku putih tersebut memaparkan secara jujur dan terperinci mengenai kondisi sanitasi di Kota Depok. Dengan demikian, Pemkot Depok dapat menemukan kendala dan hambatan serta merumuskan akar masalah yang akan ditindaklanjuti dengan penyusunan strategi dan pemilihan sistem yang terbaik.

“Pengumpulan data, baik data sekunder dan primer diperoleh melalui survei Environmental Health Risk Assesment (EHRA). Tim Pokja Sanitasi melakukan pertemuan rutin untuk mengumpulkan, mengkaji, dan menganalisis data. Metodenya dilakukan dengan studi literatur, wawancara, focus group discussion, dan survei lapangan. Jadi buku Ini kondisi riil sanitasi di Depok.” kata Kepala Badan Perencanaan Daerah (BAPPEDA) Kota Depok, Khamid Wijaya.

Menurut Khamid, dalam buku putih terangkum permasalahan utama sanitasi  adalah seputar masalah air limbah, persampahan, dan perilaku hidup sehat. Permasalahan utama pada sektor air limbah adalah pencemaran septik tank yang tidak pernah disedot. Permasalahan di sektor persampahan berupa pengumpulan sampah yang tidak mencukupi, waktu pengumpulan sampah yang lama dan terlambat serta tidak adanya pengolahan sampah. Sedangkan dari sisi perilaku adalah masih jarangnya mencuci tangan pada lima waktu kritis, pencemaran jamban, potensi pencemaran pada wadah air, dan perilaku buang air besar sembarangan.

Kemudian masalah lain yang muncul adalah belum adanya penerapan teknologi secara signifikan dapat mengurangi tumpukan sampah di TPA Cipayung untuk memperpanjang usia TPA, banyaknya sampah yang berada di saluran drainase, kurangnya partisipasi masyarakat dalam pemeliharaan drainase, belum meratanya pelayanan air bersih, terjadinya penuruan kualitas air tanah dan tingginya harga tanah yang mengakibatkan sulitnya mendapatkan lahan secara hibah.

“Untuk mempercepat penyelesaian masalah sanitasi maka disusunlah program Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman (PPSP) 2011. PPSP Ini merupakan program akselerasi dan harus dilakukan dengan cepat agar dapat mencapai target 2014 RPJMN. Kota Depok termasuk cepat dalam PPSP dan Depok adalah salah satu kota yang mempunyai syarat untuk dapat menerima bantuan dari pemerintah pusat maupun propinsi”, tuturnya Khamid.

http://www.depok.go.id/26/10/2011/09-lingkungan-kota-depok/buku-putih-sanitasi-kota-depok-diluncurkan

Page 3: Masalah Sanitasi Depok

Pemerintah Kota Depok Terbitkan Buku Putih SanitasiDitulis oleh: Author 08 pada: 25/10/2011 kategori: Lingkungan | 0 Komentar

Permasalahan sanitasi dan air bersih merupakan persoalan yang sangat mendasar dalam bidang kesehatan. Namun proses pencemaran akibat sanitasi buruk yang memang membutuhkan waktu lama untuk bisa terlihat dampaknya, membuat sebagian besar masyarakat cenderung mengabaikan bahaya yang bisa ditimbulkan bagi kesehatan mereka. Apabila terus dibiarkan, maka permasalahan ini lama kelamaan akan menjadi bom waktu yang berbahaya bagi lingkungan dan masyarakat.

Melihat fakta tersebut, maka Kota Depok berkomitmen untuk ikut serta dalam Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman (PPSP), dan dengan serius membenahi kondisi sarana sanitasi kota dengan membentuk kelompok kerja (Pokja) sanitasi Kota Depok yang terdiri dari berbagai elemen masyarakat sepertibeberapa Organisasi Perangkat Daerah (OPD) instansi pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), lembaga kemasyarakatan, swasta, dan masyarakat secara keseluruhan. Pokja ini bertugas untuk dapat menemukan kendala dan hambatan serta merumuskan akar masalah sanitasi di Kota Depok, maka pemerintah menyusun buku putih yang berisi pemaparan secara jujur dan terperinci mengenai sanitasi di Kota Depok. Penyusunan buku putih sanitasi ini dilaksananakan secara partisipatif yang melibatkan para pemangku kepentingan yang berhubungan dengan masalah Sanitasi.

Dalam sambutannya pada acara Konsultasi Publik Buku Putih Sanitasi Kota Depok yang berlangsung di Aula Balaikota Depok (25/10), Sekretaris Daerah Kota Depok, Hj. Etty Suryahati menyatakan dukungannya yang sangat besar terhadap perbaikan sanitasi di Kota Depok dan berharap seluruh peserta yang hadir bisa serius mengikuti acara tersebut supaya bisa maksimal memberikan kontribusi terbaik dan masukan yang konstruktif bagi keberlangsungan program sanitasi ini, sehingga arah kebijakan yang ada dalam buku pedoman nantinya akan sesuai diterapkan di Kota Depok.

Adapun langkah-langkah dalam pelaksanaan penyusunan buku putih ini diawali dengan proses pengumpulan data, baik data skunder yang tersebar pada berbagai dinas ataupun data primer berupa survei Environmental Health Risk Assesment (EHRA). Dalam hal ini, Tim Pokja sanitasi melakukan pertemuan rutin untuk mengumpulkan, mengkaji serta menganalisa data dalam rangka memetakan kondisi sanitasi Kota Depok. Metode yang digunakan untuk analisis data adalah analisis komparasi dengan profesional judgement (penilaian professional) untuk memaparkan kondisi sanitasi Kota Depok, elemen yang dibandingkan adalah data hasil studi literatur dan studi EHRA, dimana yang bertindak sebagai pakar adalah para dinas dalam tim Pokja yang setiap hari berkerja dengan permasalahan sanitasi Kota Depok. Selain itu juga digunakan analisis spasial atau analisis keruangan dalam menguraikan area berbahaya untuk masalah sanitasi Kota Depok dan metode deskriptif analitik (analisa deskripsi) untuk penarikan

Page 4: Masalah Sanitasi Depok

kesimpulan. Untuk penyempurnaan dilakukan juga penjaminan kualitas dan tatap muka dengan ahli dari pusat dan regional.

Hasil studi EHRA ini kemudian dikombinasikan dengan data sekunder dan persepsi SKPD secara keseluruhan sehingga menghasilkan area beresiko yang akan digunakan untuk menentukan SSK. Dari hasil analisis data EHRA maka kebanyakan permasalahan kelurahan yang mempunyai resiko tinggi dan sangat tinggi ada pada pengolahan air limbah, pengelolaan persampahan danperilaku hidup sehat. Hanya sedikit kelurahan yang bermasalah dengan sumber air minum. Dari segi air limbah, permasalahan ini terjadi akibat tangki septic yang tidak pernah disedot. Dalam hal persampahan disebabkan oleh pengumpulan sampah yang tidak mencukupi, waktu pengumpulan sampah yang lama dan terlambat, serta tidak adanya pengolahan setempat untuk sampah. Sedangkan dari segi perilaku sehat masyarakat disebabkan oleh masih jarangnya masyarakat mencuci tangan dengan sabun pada 5 waktu kritis, pencemaran jamban, pada wadah air, dan buang air besar sembarangan. (RN/FEB)

(Bidang Komunikasi Pokja Sanitasi Kota Depok)

http://www.depok.go.id/25/10/2011/09-lingkungan-kota-depok/pemerintah-kota-depok-terbitkan-buku-putih-sanitasi

Page 5: Masalah Sanitasi Depok

Perbaikan Sanitasi Terkendala Anggaran Monday, 26 December 2011 DEPOK – Harapan warga Kota Depok untuk memiliki sistem sanitasi yang memadai masih sulit terealisasi.Perbaikan sanitasi di Kota Depok masih terkendala minimnya anggaran.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Depok Khamid Wijaya mengungkapkan, buruknya sanitasi di Depok dipengaruhi minimnya dukungan dana. Dalam kurun waktu 2007-2010, anggaran untuk pengelolaan dan perbaikan sanitasi hanya berkisar 6-8%. Hal ini semakin diperparah belum adanya dukungan dari pihak swasta dalam pembangunan sanitasi karena iklim investasi yang tidak kondusif serta cenderung menimbulkan biaya tinggi.

“Padahal masyarakat juga harus terlibat dalam mengatasi sanitasi. Masyarakat belum diberdayakan secara maksimal dalam pembangunan sanitasi,” kata Khamid kemarin. Sementara itu, Kepala Bidang Komunikasi Pokja Sanitasi Kota Depok Dadang Supriatna mengaku telah menganalisis permasalahan sanitasi di kota penghasil belimbing dewa ini.“Kami menggunakan analisis strength (kekuatan), weakness (kelemahan), opportunity (peluang), dan threat (ancaman) dalam merumuskan strategi sanitasi Kota Depok,” kata Dadang.

Setelah melakukan analisis, Pokja Sanitasi Kota Depok kemudian merumuskan strategi untuk mengatasi buruknya sanitasi di Kota Depok. Strategi yang dipilih adalah weakness-opportunity (WO) yakni dengan memperbaiki kelemahan dan memaksimalkan peluang atau yang disebut strategi putar balik. Menurut Dadang, strategi putar balik itu terbagi dalam strategi subsektor air limbah, persampahan, dan drainase lingkungan.Tiga permasalahan itu dapat diatasi dengan mengkaji ulang rencana pengembangan rencana tata ruang wilayah (RTRW) dan rencana strategis organisasi perangkat daerah (OPD).

Kemudian pembuatan zona sanitasi, penetapan program jangka pendek dan menengah, penetapan area layanan dalam sebuah zona sanitasi,susunan kegiatan yang mendukung program, serta melakukan hal sama untuk zona sanitasi lainnya hingga mencakup seluruh wilayah di Depok. Selain itu, lanjut dia,dalam mengatasi permasalahan sanitasi berupaya memperkuat SDM pengelola sanitasi. Mereka juga melaksanakan kampanye sanitasi skala kota dengan sosialisasi secara terbuka dan terstruktur.

Seperti diberitakan, sanitasi di Kota Depok buruk.Dari hasil survei yang dilakukan Environment Health Risk Assessment (EHRA) 52,32 % dari sekitar 400.000 kepala keluarga (kk) di kota ini masih buang air besar (BAB) sembarangan. Wakil Wali Kota Depok, Idris Abdul Somad meminta para stakeholder yang mengurus masalah sanitasi di Depok menyiapkan strategi a fajrihidayatuntuk mengatasinya.

http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/454701/

Page 6: Masalah Sanitasi Depok

Masalah Sanitasi Harus Diselesaikan Bersama

Kamis, 22 Desember 2011 09:33

Depok, 22/12 (SIGAP) - Wakil Wali Kota Depok Idris Abdul Shomad mengatakan, masalah pengelolaan sanitasi yang baik seharusnya diselesaikan secara bersama-sama semua pihak termasuk masyarakat.

"Tantangan terbesar kita adalah menjadikan sanitasi sebagai urusan bersama, dan menciptakan 'demand' di masyarakat akan sanitasi yang baik," kata Idris dalam acara konsultasi publik Strategi Sanitasi Kota (SSK) di Depok, Kamis.

Sehingga lanjut dia pembangunan sanitasi tidak lagi bersifat 'top-down', melainkan juga 'bottom-up'. "Perlu sinergi bersama untuk membangun Kota Depok yang berkualitas, baik dari segi intelektualitas, kesehatan jasmani, maupun kehidupan ekonominya," katanya.

Penyelenggaraan konsultasi publik Strategi Sanitasi Kota (SSK) merupakan salah satu proses dalam pelaksanaan Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman (PPSP) sebagai bagian dari upaya untuk memperbaiki sanitasi dalam pembangunan daerah.

Selain itu juga menggalang kesepakatan dan komitmen semua stakeholder sanitasi di kota Depok yang diperlukan untuk mendukung pendekatan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat, sehingga infrastruktur sanitasi yang dibangun dapat beroperasi secara berkelanjutan.

Menurut dia kita berbangga pada capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Depok yang tertinggi se-Jawa Barat, yaitu 78,9, sementara IPM Jawa Barat belum menyentuh angka 72. Namun kita tahu bahwa permasalahan sampah dan banjir selalu menjadi isu yang diangkat masyarakat setiap tahunnya.

Untuk itu ia merasa tergelitik dengan sasaran Stop Buang Air Besar Sembarangan di tahun 2014, karena kita berpikir bahwa hanya sedikit warga Depok yang masih melakukan buang air besar di sembarang tempat.

Namun hasil survey Environmental Health Risk Assesment (EHRA) yang dilakukan Pokja Sanitasi pada pertengahan 2011 menunjukkan hasil yang mencengangkan, di mana 52,32 persen dari kepala keluarga yang disurvei ternyata melakukan praktek Buang Air Besar Sembarangan (BABS) baik secara terang-terangan dengan BAB ke sungai, kolam, atau kebun, maupun BABS terselubung akibat kondisi septik tank yang tidak aman atau kekurangpahaman dalam penanganan limbah.

Lebih lanjut Idris mengatakan pelaksanaan program Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman di Kota Depok sejalan dengan Visi Misi dan program andalan Kota Depok, yaitu lingkungan yang nyaman, bebas genangan, dan bebas dari pencemaran, berkaitan erat dengan

Page 7: Masalah Sanitasi Depok

tertanganinya permasalahan sanitasi.

Dikatakannya banyak peluang yang sesungguhnya dapat kita manfaatkan, seperti gerakan partisipasi yang telah berjalan di masyarakat, bergeraknya sektor informal pengelola sampah (pemulung dan pelapak), keberadaan tokoh-tokoh masyarakat yang fokus terhadap pembenahan sanitasi.

"Kita harus meramunya, memadukannya, dan mensinergikannya dengan upaya pemerintah kota sehingga menjadi upaya masif yang dapat mendorong percepatan pembangunan sanitasi di Kota Depok tercinta ini," katanya.

Pemerintah Indonesia telah menetapkan PPSP sebagai 'roadmap' untuk mendukung upaya pencapaian tujuan Millenium Development Goals (MDGs), khususnya yang terkait dengan tujuan ke-7 MDG, yaitu Kelestarian Lingkungan Hidup, dengan target butir ke-10, yakni mengurangi hingga setengahnya jumlah penduduk yang tidak memiliki akses berkelanjutan pada air yang aman diminum dan sanitasi yang layak pada tahun 2015.

"Tentunya hal ini tidak sekadar upaya pencapaian target tanpa makna, tapi memiliki tujuan akhir berupa peningkatan kesejahteraan rakyat," ujarnya. (lap har/ant)

http://sigapbencana-bansos.info/berita/19566-masalah-sanitasi-harus-diselesaikan-bersama.html

Page 8: Masalah Sanitasi Depok

Jumat, 23 Desember 2011

Sanitasi Putar Balik Siap Diterapkan di Depok

Depok, Pelita Untuk mewujudkan lingkungan bersih, sehat dan nyaman di Kota Depok, diperlukan rumusan dan strategi dalam mengatasi permasalahan sanitasi. Strategi weaknes-opportunity (WO) atau strategi putar balik menjadi pilihan Kota Depok dalam memperbaiki kelemahan dan memaksimalkan peluang.

”Kami menggunakan analisa strenght (kekuatan), weakness (kelemahan), oppurtunity (peluang), dan threath (ancaman) dalam merumuskan strategi sanitasi Kota Depok,”ujar Kepala Bidang Komunikasi Pokja sanitasi Kota Depok, Dadang Supriatna dalam konsultasi publik tentang Strategi Sanitasi Kota Depok di Hotel Bumi Wiyata, Kamis (22/12).

Menurut Dadang, strategi putar balik itu terbagi dalam strategi sub sektor air limbah, persampahan, dan drainase lingkungan. Tiga permasalahan itu dapat diatasi dengan mengkaji ulang rencana pengembangan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), rencana strategis Organisasi Perangkat Daerah (OPD).

Kemudian pembutan zona sanitasi (penetapan zona, sistem,dan pilihan teknologi sanitasi), penetapan program jangka pendek dan menengah, menetapkan area layanan dalam sebuah zona sanitasi, susunan kegiatan yang mendukung program serta melakukan hal sama untuk zona sanitasi lainnya hingga mencakup seluruh wilayah di Depok.

Dari hasil studi Environtment Health Risk Assesment (EHRA) yang kemudian dikombinasikan dengan data sekunder dan persepsi OPD di Depok terdapat satu area yang beresiko sangat tinggi yakni Kelurahan Kukusan,43 area beresiko tinggi, dan 19 area beresiko sedang.

“Analisis EHRA kelurahan yang beresiko tinggi itu karena kurangnya pengelolaan air limbah,sampah, dan perilaku hidup sehat,” imbuhnya.

Dadang menyatakan bahwa dari aspek kebijakan daerah dan kelembagaan dalam mengatasi permasalahan sanitasi dengan memperkuat aspek SDM dan tata laksana pada kelembagaan sanitasi, aspek keuangan diatasi dengan melakukan monitoring serta evaluasi kerja dari sektor pendanaan.

Selanjutnya pada aspek komunikasi strategi yang dapat dilakukan adalah melaksanakan kampanye sanitasi skala kota dengan sosialisasi secara terbuka dan terstruktur Wakil Wali Kota Depok, Idris Abdul Somad menyampaikan bahwa konsultasi publik SSK merupakan salah satu proses dalam pelaksanaan Program Percepatan Sanitasi Perkotaan (PPSP).(swd)

http://www.pelitaonline.com/read-cetak/11484/sanitasi-putar-balik-siap-diterapkan-di-depok/

Page 9: Masalah Sanitasi Depok

Atasi Sanitasi, Buku Putih Diluncurkan Koran Sindo - 26 Oktober 2011

DEPOK – Air limbah, sampah, dan perilaku hidup tak sehat menjadi masalah sanitasi di Kota Depok. Pola pemikiran yang salah di masyarakat tentang septic tank menjadi masalah utama sektor air limbah.  Septic tank yang dimiliki warga menjadi sumbangan limbah karena tidak pernah disedot. Untuk itu, Pemerintah Kota Depok meluncurkan buku putih yang berisi rangkuman mengenai kondisi sanitasi di Depok.  ”Dengan begitu, kami dapat menemukan kendala dan hambatan serta merumuskan akar masalah. Setelah itu, ditindaklanjuti dengan penyusunan strategi dan pemilihan sistem sanitasi yang terbaik untuk diaplikasikan di Kota Depok,” kata Kepala Badan Perencanaan Daerah Kota Depok Khamid Wijaya kemarin.  Selain merangkum masalah limbah, buku tersebut juga mengulas persoalan utama sanitasi tersebut adalah air limbah, persampahan, dan perilaku hidup sehat. Pengumpulan data dilakukan dengan data sekunder dan primer diperoleh melalui survei environmental health risk assessment.  Tim melakukan pertemuan rutin untuk mengumpulkan, mengkaji, dan menganalisis data. ”Metodenya studi literatur, wawancara, focusgroup discussion, dan survei lapangan,” ujarnya. Dia menjabarkan, permasalahan yang kemudian muncul antara lain kurangnya sarana pengolahan air limbah di Kota Depok.  ”Masih banyak penggunaan cubluk dan pembuangan air limbah rumah tangga tanpa saluran. Terutama pada permukiman padat, masih rendahnya pemahaman masyarakat dalam pengelolaan air limbah rumah tangga, serta masih rendahnya pengetahuan masyarakat dalam pemilahan sampah,” jelasnya. (ratna purnama)

http://digilib-ampl.net/detail/detail.php?tp=kliping&ktg=sanitasi&kode=12050

Page 10: Masalah Sanitasi Depok

Diluncurkan Buku Putih Sanitasi Kota Depok

Pemerintah Kota (Pemkot) Depok meluncurkan buku putih Sanitasi di Balai Kota Depok, Selasa (25/10).

Buku putih tersebut memaparkan secara jujur dan terperinci mengenai kondisi sanitasi di Kota Depok, sehingga Pemkot Depok dapat menemukan kendala dan hambatan serta merumuskan akar masalah yang ditindaklanjuti dengan penyusuan strategi dan pemilihan sistem sanitasi yang terbaik untuk diaplikasikan.

“Pengumpulan data, baik data sekunder dan primer diperoleh melalui survei environmental health risk assesment (EHRA). Tim Pokja melakukan pertemuan rutin untuk mengumpulkan,mengkaji dan menganalisis data. Motedenya studi literatur, wawancara,focus group discusion dan survei lapangan. Jadi buku ini kondisi real sanitasi di Depok,” kata Kepala Badan Perencanaan Daerah Kota Depok, Khamid Wijaya.

Menurut Khamid, dalam buku putih tersebut terangkum permasalahan utama sanitasi tersebut adalah air limbah, persampahan dan perilaku hidup sehat. Permasalahan utama pada sektor air limbah adalah pencemaran septik tank yang tidak pernah disedot.

“Permasalahan di sektor persampahan berupa pengumpulan sampah yang tidak mencukupi, waktu pengumpulan sampah yang lama dan terlambat serta tidak adanya pengolahan sampah. Sedangkan dari sisi perilaku adalah masih jarangnya mencuci tangan pada lima waktu kritis, pencemaran jamban, potensi pencemaran pada wadah air, dan buang air besar sembarangan,” tandasnya.

Program 3 R di Depok, kata dia, masih belum terealisasi. Perilaku membuang sampah di sembarang tempat pun masih terjadi.

“Kemudian belum ada pula penerapan teknologi secara signifikan dapat mengurangi tumpukan sampah di TPA Cipayung untuk memperpanjang usia TPA, banyaknya sampah yang berada di saluran drainase, kurangnya partisipasi masyarakat dalam pemeliharaan drainase, belum meratanya pelayanan air bersih,” tandas Khamid.

IchaFoto: dok. Pemkot

http://depoklik.com/2011/10/25/diluncurkan-buku-putih-sanitasi-kota-depok.html

Page 11: Masalah Sanitasi Depok

25 Persen Penduduk Depok Belum Punya Jamban

Republika – Sen, 15 Agu 2011

REPUBLIKA.CO.ID,DEPOK--Anggota Pokja Sanitasi Kota Depok Syahroel Polontalo mengatakan sebanyak 25 persen penduduk kota belimbing tersebut belum mempunyai jamban atau water closed (WC). "Ini menjadi masalah tersendiri bagi bagi kesehatan di Kota Depok," katanya di Depok, Jabar, Senin.

Akibatnya, katanya, banyak warga masyarakat yang membuang limbah kotoran manusia ke sungai, empang, kebun, dan lainnya. "Ini bisa memperburuk masalah sanitasi," ujarnya.

Dikatakannya, dalam hal sanitasi kota Depok memiliki tiga permasalahan yaitu sampah, air limbah dan drainase atau saluran air. Berdasarkan data dari profil kesehatan tahun 2009 sebanyak 74,43 persen kepala keluarga yang memiliki WC. Masalah penggunaan WC katanya juga terkait budaya dan pola hidup yang sehat.

Syahroel menuturkan, Kota Depok sedang mendaftar program pemerintah pusat yaitu Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman (PPPSP). Menurut dia, banyak dinas dan pihak yang terkait dalam menanganinya. Saat ini, pihaknya sedang mendata masyarakat Depok dalam permasalahan sanitasi.

Ia mengatakan, dari hasil tersebut, dirinya akan menjadikan buku putih (data sesungguhnya) dan membuat buku strategi sanitasi. Dikatakannya, masih banyak ditemui masyarakat menggunakan jamban di atas empang yang digunakan sebagai umpan ikan. Akibatnya, masih banyak masyarakat yang membuang limbah kotoran manusia ke sungai, kebun dan tempat lainnya.

Bahkan, 'septic tank' banyak memiliki masalah seperti disainnya yang permanen. Menurut dia, 'septic tank' harus disedot setiap lima sampai 10 tahun sekali. "Banyak rumah yang 'septic tank'-nya didesain secara permanen. Jadi ada yang sudah puluhan tahun tidak disedot. Akibatnya, air limbah itu merembes ke dalam tanah," katanya.

Selain itu, ujarnya, jarak antara 'septic tank' dengan sumber air minum sangat dekat. Padahal, berdasarkan ketentuan harus lebih dari 10 meter. Menurut dia, di Depok karena padatnya permukiman jarak tersebut banyak yang tidak terpenuhi.

Sementara itu, Anggota DPRD Kota Depok Komisi C Selamet Riyadi meminta agar pemerintah Kota Depok segera melakuan pendataan dan membantu masyarakat yang belum memiliki WC sendiri. Ia mengatakan, biasanya warag yang tidak memiliki jamban karena masalah biaya yang tinggi untuk membuat WC, sehingga masyarakat menyediakan dengan caranya sendiri.

Untuk itu ia berharap pemerintah menyiapkan program untuk membantu masyarakat menyediakan jamban. "Ini untuk kesehatan dan bersihnya lingkungan masyarakat," ujarnya.

http://id.berita.yahoo.com/25-persen-penduduk-depok-belum-punya-jamban-141255911.html

Page 12: Masalah Sanitasi Depok

TEMPO Interaktif:- Hepatitis A meruyak dan terus menyedot perhatian. Tak hanya di Kota Depok, Jawa Barat, pada Oktober-November ini, kasus serupa juga terjadi di delapan kabupaten/kotamadya di Tanah Air sepanjang 2011.

Menurut data Kementerian Kesehatan, sembilan wilayah yang menyatakan terjadi kejadian luar biasa hepatitis A itu adalah Kabupaten Lampung Selatan, Way Kanan, dan Kota Metro (ketiganya di Provinsi Lampung), Kabupaten Lebak (Provinsi Banten), dan Kota Bandung, Kota Depok, Kota Tasikmalaya, Kabupaten Bogor, serta Kota Bogor (kelimanya di Provinsi Jawa Barat). Total jenderal, pasien yang terinfeksi virus hepatitis A ada 550 orang. Beruntung, tak ada pasien yang meninggal akibat penyakit ini.

Di luar kasus yang terhitung kejadian luar biasa, sejatinya ada banyak kasus hepatitis A yang tak terungkap di permukaan. Sebab, saat menclok ke tubuh seseorang, penyakit ini tak menimbulkan gejala. “Kebanyakan dari kita tak sadar sudah terinfeksi virus hepatitis A,” kata Ketua Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia, Dr. dr Rino Alvi Gani, di kantor perhimpunan, Menteng, Jakarta.

“Lebih dari 80 persen penduduk, kita pernah terkena virus hepatitis A. Jadi, cuma 20 persen saja yang belum terinfeksi,” dokter spesialis penyakit dalam dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta ini menegaskan.

Di seluruh dunia, prevalensi hepatitis A diperkirakan ada 1,4 juta kasus baru per tahun. Penyakit ini jarang ditemui di negara maju, namun masih sering ditemukan di negara-negara berkembang di Afrika, Asia, dan Amerika Selatan. Prevalensi di kawasan-kawasan itu masih tinggi karena keadaan sanitasinya buruk. “Sebab itu, kasus hepatitis A bisa menjadi indikator kebersihan sanitasi di suatu daerah,” ujar Rino.

Hepatitis A adalah penyakit peradangan hati yang disebabkan virus hepatitis A. Virus ini merupakan virus RNA dari golongan Hepatoviridae genus Picornaviridae. Penyakit ini ditularkan melalui jalur fecal-oral, yaitu melalui konsumsi makanan dan minuman yang terkontaminasi tinja pasien hepatitis A.

Kasus hepatitis A di Depok, menurut Rino, hal itu juga terjadi karena masalah sanitasi yang buruk. Penyebarannya bisa melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi tinja pasien hepatitis A.

Secara sederhana, dia mencontohkan, penyebaran virus ini bisa terjadi bila air sumur yang digunakan untuk minum atau mencuci makanan berdekatan dengan jamban. “Ketika air jamban ini merembes ke sumur, maka penyebaran virus hepatitis A dengan mudah terjadi,” katanya.

Gejala klinis hepatitis A bervariasi. Ada yang tanpa gejala hingga gangguan fungsi hati. Tapi, karena hati termasuk organ yang punya cadangan fungsi yang baik, maka seringkali gangguan ini tidak dirasakan pasien. Inilah yang menyebabkan gejala hepatitis A umumnya tidak berat. Gejala yang muncul, antara lain, rasa lemas, mual, muntah, kehilangan nafsu makan, demam, nyeri perut kanan atas, kembung, dan diare.

Page 13: Masalah Sanitasi Depok

“Sembilan puluh sembilan persen infeksi hepatitis A akan sembuh sempurna tanpa ada komplikasi lebih lanjut,” kata Rino, “Kurang dari satu persen yang berkembang menjadi hepatitis fulminan (kronis).” Hal serupa ditegaskan oleh Profesor Ali Sulaiman, Ketua Kelompok Kerja Hepatitis di Kementerian Kesehatan. “Hepatitis A termasuk self limiting disease, penyakit yang bisa sembuh sendiri,” katanya, pada kesempatan terpisah.

Orang yang pernah terjangkit virus hepatitis A, maka dalam tubuhnya sudah mempunyai sistem kekebalan tubuh terhadap virus tersebut seumur hidup sehingga tak akan terkena lagi virus yang sama. Pada golongan ini, langkah pencegahan berupa vaksinasi bisa mubadzir. Itu sebabnya, pada negara-negara endemis hepatitis A, seperti Indonesia, upaya vaksinasi massal tidak diperlukan.

“Sebab, pasti akan memakan banyak biaya,” kata Rino. Namun, pada beberapa keadaan khusus, seperti pasien dengan penyakit hati kronis dan belum memiliki kekebalan terhadap penyakit ini, juga pada anak-anak, pemberian vaksin layak dipertimbangkan.

Senin, 28 November 2011 | 04:04 WIB

http://www.tempo.co/read/news/2011/11/28/060368681/Hepatitis-A-Bisa-Sembuh-Sendiri

Page 14: Masalah Sanitasi Depok

Sanitasi di Kota Depok Buruk Friday, 23 December 2011 DEPOK– Sanitasi di Kota Depok buruk. Dari hasil survei Environment Health Risk Assessment (EHRA), 52,32% dari sekitar 400.000 kepala keluarga (KK) di kota ini masih buang air besar (BAB) sembarangan.

Wakil Wali Kota Depok Idris Abdul Somad meminta para stakeholder yang mengurus masalah sanitasi di Depok menyiapkan strategi untuk mengatasinya. “Hasil survei EHRA yang menyatakan 52,32% KK yang buang air besar sembarangan harus disikapi, harus diminimalkan,” katanya seusai membuka konsultasi publik tentang strategi sanitasi Kota Depok di Hotel Bumi Wiyata kemarin.

Menurut dia, cara yang paling efektif untuk mengatasi buruknya sanitasi adalah dengan pola pemberdayaan masyarakat. Kegiatan konsultasi publik yang digelar kemarin, kata dia, merupakan salah satu prosesnya. (a fajrihidayat)

http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/454097/