market brief peluang usaha produk minyak...
TRANSCRIPT
Page 0
MARKET BRIEF PELUANG USAHA PRODUK MINYAK KELAPA SAWIT
(HS 1511) DI ITALIA
2015
ITPC MILAN Via Vittor Pisani, 8 – 6° Piano 20124 Milan (MI), ITALY Tel. +39 02 3659 8182 Fax. +39 02 3659 8191
Page 1
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL
DAFTAR ISI 1
KATA PENGANTAR 2
I. PENDAHULUAN .
I. 1 Pemilihan Produk 4
I. 2 Profil Geografi Italia 7
II. POTENSI PASAR PRODUK CPO DI ITALIA
II. 1 Ekspor Produk CPO Italia ke Dunia 9
II. 2 Potensi Pasar Produk CPO di Italia 11
II. 3 Regulasi Impor Produk CPO di Italia 12
II. 4 Saluran Distribusi Produk CPO di Italia 14
II. 5 Hambatan dan tantangan Lainnya 14
III. PELUANG & STRATEGI
III. 1 Peluang 15
III. 2 Strategi 16
IV. INFORMASI PENTING 18
Page 2
KATA PENGANTAR
Dalam upaya penyediaan informasi pasar produk 10 – 10 – 3 dan sesuai dengan
keputusan Menteri Perdagangan RI No. 706/M-DAG/KEP/9/2011 tentang
Pedoman Penyusunan dan Mekanisme Pelaporan Perwakilan Perdagangan di
Luar Negeri, ITPC Milan, Italia telah melakukan penyusunan Market Brief yang
didasarkan pada studi literatur (desk study). Informasi pasar ini diharapkan dapat
berguna sebagai dasar pengambilan kebijakan oleh pimpinan dan atau sebagai
bahan referensi pelaku usaha dibidangnya. Penulisan Market Brief merupakan
rangkaian kajian yang terus dilakukan selama 1 tahun untuk memenuhi target
yaitu menyiapkan 10 Market Brief.
Pada topik ini dipilih produk CPO (HS 1511) sesuai data yang mengindikasikan
bahwa Indonesia memiliki potensi yang besar serta adanya peluang pasar untuk
produk CPO di Italia. Di dalam Market Brief ini akan diinformasikan mengenai
latar belakang pemilihan produk, profil Italia, potensi pasar di Italia, serta peluang
dan strategi memasuki pasar di Italia.
Untuk itu penyusunan laporan ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi
yang berguna bagi pihak Pemerintah maupun Swasta di Indonesia, khususnya
bagi kalangan eksportir dan pengusaha produk terkait dalam menyikapi peluang
ekspor di italia.
Disadari sepenuhnya bahwa penulisan laporan ini masih terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik yang membangun
dari berbagai pihak demi kesempurnaan penulisan ini sangat kami harapkan.
Semoga Laporan Market Brief ini dapat memberikan manfaat bagi pihak yang
membutuhkan informasi tentang produk CPO.
Milan, Desember 2015
Kepala ITPC Milan
Agung Pramudya FR.
Page 3
ABSTRAKSI
Produk CPO (HS 1511) merupakan salah satu komoditas perdagangan
yang sangat menjanjikan. Volume impor CPO HS 1511 Uni Eropa dari dunia
terus mengalami peningkatan dari tahun 2010 sebesar US$ 823,46 juta sampai
dengan tahun 2014 sebesar US$ 1549,86 juta. Berdasarkan data Istat, maka
dapat dilihat bahwa nilai impor Italia terhadap produk Indonesia jauh melebihi
nilai ekspor Italia ke Indonesia dalam hal produk CPO HS 1511. Selain itu, total
nilai impor Italia terhadap produk CPO dari Indonesia adalah sebesar US$
1168,71 juta pada tahun 2014 sedangkan total nilai ekspor produk CPO Italia ke
Indonesia hanya sebesar US$ 4,95 juta pada tahun 2014. Indonesia menduduki
peringkat ke-1 sebagai negara eksportir CPO terbesar ke Italia dengan nilai
ekspor sebesar US$ 1168,71 juta pada tahun 2014. Indonesia menyumbang nilai
impor sebesar 75,41% dari total nilai impor pada tahun 2014. Secara
keseluruhan, kinerja impor Italia terhadap produk CPO dari Indonesia
menunjukkan tren yang positif sebesar 19,83% selama periode 2010-2014.
Kinerja impor Italia terhadap produk CPO dari Indonesia mengalami kenaikan
tajam mulai tahun 2012. Hal ini membuktikan bahwa Italia merupakan pangsa
pasar yang sangat baik bagi ekspor produk CPO dari Indonesia. Peluang
Indonesia untuk meningkatkan ekspor produk CPO HS 1511 ke Uni Eropa
khususnya Italia sangat besar. Untuk dapat mengambil peluang tersebut, maka
Indonesia perlu melakukan beberapa langkah strategis sebagai berikut:
Strategi produksi
Strategi ini meliputi peningkatan kualitas produksi dengan penetapan CPO
yang bersertifikat RSPO atau EURED sesuai dengan regulasi dari Uni Eropa
dan memenuhi mekanisme REDD.
Strategi produk
Strategi ini meliputi proses mempertahankan produk CPO dengan kualitas
yang sangat tinggi yang sesuai dengan ketentuan Uni Eropa dan ketentuan
RED sehingga dapat dipergunakan untuk bahan baku alternatif pengganti
bensin untuk transportasi.
Strategi promosi
Strategi ini meliputi penyelenggaraan kampanye produk CPO dengan “Green
Campaign” serta aktif mengikuti pameran dan konferensi yang berkaitan
dengan CPO.
Page 4
I PENDAHULUAN
CPO adalah minyak nabati yang dapat dikonsumsi yang dihasilkan dari
bagian mesocarp (lapisan dalam dari dinding buah) dari buah kelapa sawit
(Elaeisguineensis). Minyak inti kelapa sawit dihasilkan dari inti buah yang sama;
perbedaan keduanya adalah warna (minyak inti kurang memiliki karotenoida dan
tidak merah) dan mengandung lemak jenuh. Minyak ini memiliki banyak
kegunaan, sebagai produk makanan, sumber bahan bakar nabati, dan lain-lain.
Tahapan awal dari produksi minyak sawit adalah proses penggilingan dan
pemurnian. Crude Palm Oil (CPO) atau minyak kelapa sawit mentah dipisahkan
dengan proses fraksinasi, proses kristalisasi dan pemisahan untuk mendapatkan
komponen padat (stearin) dan cair (olein). Proses pelelehan ulang dan
pemisahan gum (degumming) dapat menghilangkan zat sisa yang ada. Minyak
ini kemudian disaring dan diberi zat pemutih. Proses pemurnian fisik adalah
untuk menghilangkan bau dan warna dan menghasilkan Refined Bleached
Deodorized Palm Oil (RBDPO) dan asam lemak bebas yang digunakan sebagai
bahan baku penting dalam pembuatan sabun mandi, sabun cuci, dan produk
kebersihan dan perawatan diri lainnya. RBDPO adalah produk minyak dasar
yang dijual dalam pasar komoditi dunia meskipun banyak perusahaan yang
memfraksinasikan minyak ini lebih lanjut menjadi minyak olein untuk minyak
masak.
CPO merupakan komoditas yang paling banyak diperdagangkan di dunia
setelah minyak bumi dan gas, dan menjadi salah satu komoditas unggulan
Indonesia di pasar internasional. Volume ekspor CPO dan turunannya asal
Indonesia ke negara Uni Eropa yang merupakan negara pengimpor terbesar
setelah India, mencatat kenaikan sebesar 3% dari 4 juta ton pada tahun 2013
menjadi 4,13 juta ton di tahun 20141. Uni Eropa sangat masif dalam
menggalakkan kampanye negatif penggunaan CPO dengan berbagai cara.
Kenyataan CPO merupakan minyak nabati yang paling efektif dan murah
membuat Uni Eropa tetap meningkatkan permintaan ditengah gencarnya
kampanye hitam minyak sawit dan pemberlakuan anti dumping duty.
I.1 Pemilihan Produk
Produk CPO Indonesia menghadapi banyak hambatan dari negara maju
seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa. Sebagai contoh, aturan Renewable
1 Data menurut Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia - GAPKI (2014)
Page 5
Energy Directive (RED) yang ditujukan melindungi produk biofuel Eropa berbasis
minyak nabati seperti kanola dan bunga matahari supaya tidak kalah bersaing
dengan produk biofuel berbasis CPO. Pasalnya, harga CPO lebih kompetitif dari
minyak nabati lain. Dari total jumlah ekspor CPO, permintaan CPO dari Uni
Eropa lebih banyak ditujukan memenuhi kebutuhan industri biofuel, yang
porsinya mencapai 65%. Sisanya 35% digunakan bagi kebutuhan baku industri
makanan. Setelah adanya aturan RED ini, diperkirakan permintaan minyak sawit
dari industri biofuel Uni Eropa akan berkurang menjadi 60%. Dengan posisi
geografis Indonesia sebagai negara tropis, total produksi CPO Indonesia secara
relatif sangat besar dan signifikan di pasaran perdagangan di dunia.
Berdasarkan Skema 1, Volume impor CPO HS 1511 Uni Eropa dari tahun
2010 sampai 2014 terus mengalami penurunan sebesar 3,5%. Penurunan ini ada
kaitannya dengan penggunaan minyak nabati lainnya sebagai pengganti dari
CPO. Pada tahun 2014, 66% total impor CPO berasal dari negara-negara
berkembang sekitar 3,1 juta ton dan sisanya berasal dari Belanda.
Skema 1. Grafik Total Impor CPO HS 1511 Uni Eropa
(2010 – 2014)
Sumber: Eurostat (2015)
Berdasarkan Skema 2, Indonesia merupakan negara pengimpor CPO terbesar
ke Uni Eropa selain negara berkembang lainnya (22% dari total impor pada
tahun 2014), disusul oleh Malaysia dengan presentase 18%, dan Papua Nugini
sebesar 11%. Negara berkembang lainnya yang mengeskpor CPO ke Uni Eropa
adalah Guatemala, Honduras, dan Kolombia. Ketiga negara ini mengalami
kenaikan ekspor CPO ke Uni Eropa dari tahun 2010-2014 dengan rata-rata
Page 6
kenaikan 50% ton CPO setiap tahunnya. Guatemala mengekspor 157 ribu ton
CPO ke Uni Eropa dibandingkan dengan tahun 2010 yang hanya berkisar 3 ribu
ton. Belanda dan Jerman juga merupakan pengekspor CPO besar ke Uni Eropa
sekitar 1,8 triliun ton CPO berasal dari dua negara ini.
Skema 2. Grafik Impor CPO HS 1511 ke Uni Eropa
(2010 – 2014)
Sumber: Eurostat (2015)
Berdasarkan Tabel 1, maka dapat dilihat bahwa nilai impor CPO HS 1511
Italia terhadap produk CPO Indonesia cukup besar yaitu sebesar US$ 1168,71
juta di tahun 2014 atau naik 24,82% dibandingkan dengan nilai impor di tahun
sebelumnya. Secara keseluruhan, nilai impor CPO HS 1511 Italia terhadap
produk CPO Indonesia mencatat tren positif sebesar 22,3% dari tahun 2010 –
2014. Kenaikan nilai impor ini karena pertumbuhan perekonomian Italia yang
semakin membaik dan terus pulih dari krisis ekonomi yang terjadi pada tahun
2008 sehingga tingkat permintaan akan CPO juga meningkat.
Tabel 1. Kinerja Ekspor-Impor Italia Terhadap Produk CPO HS
1511 Indonesia
Page 7
Sumber: Istat
Berdasarkan data – data di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
Indonesia memiliki peluang yang sangat besar untuk meningkatkan ekspor
produk CPO HS 1511 ke pasar Uni Eropa terutama Italia. Peluang yang besar ini
juga didukung oleh kemampuan Indonesia dalam memasok produk CPO HS
1511 dalam jumlah lebih besar lagi mengingat Indonesia menduduki peringkat
pertama sebagai negara pengekspor CPO terbesar di dunia.
I.2 Profil Geografi Italia
Italia sebelah utara berbatasan langsung
dengan empat negara Eropa yaitu
Perancis, Swiss, Austria dan Slovenia.
Memiliki posisi yang strategis yaitu
berada di tengah-tengah antara Eropa
dan Afrika, Italia meiliki keuntungan
sebagai negara yang memberikan akses
ke negara-negara Eropa Utara, negara-
negara Mediterania dan negara-negara
Eropa Timur. Wilayah Italia meliputi luas
kedaulatan 301.340 km2 termasuk dua
pulau utama yaitu pulau Sisilia dan pulau Sardinia, yang merupakan dua
pulau utama di samping 38 pulau lainnya. Italia memiliki dua teritorial yang
independen yaitu Kota Vatican dan Republik San Marino.
Kota perdagangan di Italia adalah Milan dengan GDP per kapita pada awal
tahun 2014 mencapai € 35.137. Milan disebut-sebut sebagai salah satu kota
utama untuk keuangan dan bisnis dimana GDP-nya merupakan ke-4
Page 8
tertinggi di Eropa dan ke-26 tertinggi di dunia. Milan juga menduduki 20
besar sebagai kota dengan finansial terbaik.
Berdasarkan estimasi sensus yang dilakukan oleh ISTAT pada Desember
2013, populasi di Italia mencapai 60.782.668 jiwa dengan dua wilayah
berpenduduk terbesar di wilayah Italia-Utara sebanyak 27 % dari jumlah
populasi dan wilayah Italia-Selatan sebanyak 23 % dari jumlah populasi
Bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa Italia. Mayoritas
penduduk Italia beragama Katolik dengan persentase sebesar 83%. Italia
dikenal sebagai negara yang penuh dengan peninggalan sejarah dan jenius
dalam kebudayaan. Saat ini Italia memiliki 400 buah museum, galeri dan
situs arkeologi.
Italia memiliki fasilitas transportasi yang sangat baik, dimana jaringan kereta
api dikontrol oleh Trenitalia, Ferrovie dello Stato (Perusahaan Kereta Api
Italia) yang rata-rata mengangkut setidaknya 23,3 juta ton komoditas sejak
tahun 2005 dan kecenderungan jumlah penumpang yang selalu meningkat.
Jaringan jalan raya untuk pengangkutan kargo dan truk serta transportasi
penumpang juga terus bertambah. Sementara komoditas minyak
menggunakan pelayaran sebagai moda transportasi utama dengan jaringan
pelabuhan antara lain di Genova, La Spezia, Napoli, Trieste, Livorno dan
Venezia. Untuk moda penerbangan, Italia telah mengalami pertumbuhan
yang signifikan sejak tahun 2005 dimana tercatat setidaknya terdapat 48,9
juta penumpang domestik dan 63,2 juta penumpang internasional. Italia
telah membangun dua bandara udara yang modern di Roma yaitu Fiumicino
dan Ciampino serta dua di Milan yaitu Linate dan Malpensa yang mencatat
50% kedatangan dan penerbangan internasional dilakukan di Milan.
Beberapa sektor yang turut mendukung kondisi ekonomi Italia diantaranya
adalah sektor pos dan telekomunikasi. Italia telah mengalami reorganisasi
yang dilakukan pada tahun 2004 dimana Italia berhasil menggabungkan
3.440 perusahaan skala kecil menjadi beberapa perusahaan skala besar.
Beberapa perusahaan komunikasi yang berskala multinasonal antara lain:
Vodavone, Telecom, Tele2, Wind, H3g serta memiliki pasar yang terus
Page 9
berkembang, dimana 70% populasi memiliki setidaknya satu telepon selular.
Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah Italia juga mulai memberikan
insentif kepada perusahaan swasta. Italia juga memiliki sistem IT yang
sangat baik pada kantor-kantor administrasi lokalnya.
Otoritas sektor perbankan Italia berada di bawah Bank of Italy yang
berdasarkan hukum perbankan Eropa bertanggung jawab sebagai peninjau,
pemeriksa serta menganalisa sistem perbankan di seluruh negeri.
II.POTENSI PASAR PRODUK CPO DI ITALIA
II.1 Ekspor Produk CPO Italia ke Dunia
Secara umum, Italia mengalami kenaikan ekspor untuk produk CPO HS
1511 berdasarkan Tabel 2 dari tahun 2010-2011, penurunan pada tahun 2011-
2013, dan kenaikan pada tahun 2013-2014 di mana mencapai US$ 67,04 juta.
Penurunan yang terjadi dari tahun 2011-2013 disinyalir karena pada tahun-tahun
tersebut semakin berkembangnya dan bertambah pesatnya produksi CPO dari
negara-negara berkembang, khususnya Indonesia dan Malaysia yang menjadi
kekuatan raksasa asia sebagai pengimpor terbesar CPO di Uni Eropa. Faktor
geografisnya kedua negara ini yang berada di iklim tropis menjadi faktor utama
yang menjadikan kedua negara asia ini menjadi penghasil CPO terbesar bila
dibandingkan dengan negara Uni Eropa. Selain itu pertumbuhan ekonomi yang
lambat dari negara tujuan ekspor Italia juga merupakan faktor pemicu sehingga
menyebabkan melemahnya permintaan CPO dari Italia.
Tabel 2. Kinerja Ekspor Produk CPO Italia ke Dunia (2010 – 2014)
Sumber: Istat
Page 10
Kinerja ekspor produk CPO Italia ke negara lain di dunia dapat dilihat
pada Tabel 3. Secara keseluruhan, Italia mengalami kenaikan kinerja ekspor
produk CPO ke dunia sebesar 17,21% pada tahun 2014 apabila dibandingkan
dengan data pada tahun 2013. Berdasarkan data tahun 2014 yang terdapat di
Tabel 3 dapat dilihat bahwa Amerika menjadi negara tujuan ekspor di peringkat
ke-1 dengan total nilai ekspor pada tahun 2014 sebesar US$ 557,75 juta. Jerman
berada di peringkat ke-2 dengan total nilai ekspor pada tahun 2014 sebesar US$
330,51 juta, diikuti oleh Perancis di peringkat ke-3 dengan total nilai ekspor pada
tahun 2014 sebesar US$ 187,31 juta, Jepang di peringkat ke-4 dengan total nilai
ekspor pada tahun 2014 sebesar US$ 149,87 juta, dan Kanada di peringkat ke-5
dengan total nilai ekspor pada tahun 2014 sebesar US$ 119,75 juta. Sementara
itu, Indonesia berada di peringkat ke-49 dimana total nilai ekspor produk CPO
Italia ke Indonesia sebesar US$ 4,95 juta.
Pada tahun 2014, Italia mengalami penurunan ekspor ke Amerika
(1,54%), Jerman (5,29%), dan Perancis (4,9%) dibandingkan dengan data pada
tahun 2013. Namun, Italia mengalami kenaikan ekspor ke Jepang (0,96%),
Kanada (15,69%), dan Indonesia (2,03%). Kenaikan ekspor CPO Italia untuk
beberapa negara di dunia akibat meningkatnya konsumsi CPO di negara-negara
tersebut yang diiringi dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi di negara –
negara tersebut.
Tabel 3. Kinerja Ekspor Produk CPO Italia ke Dunia berdasarkan
Negara Tujuan
Sumber: Istat
Page 11
II.2 Potensi Pasar Produk CPO di Italia
Kinerja impor Italia terhadap produk CPO HS 1511 dunia dapat dilihat
pada Tabel 4 di mana total nilai impor produk CPO adalah sebesar US$ 1549,86
juta pada tahun 2014. Secara keseluruhan, kinerja impor Italia terhadap produk
CPO menunjukkan pertumbuhan positif selama periode 2010 – 2014 sebesar
16,67%. Selama periode 2013 – 2014, nilai impor produk CPO pada tahun 2014
mengalami kenaikan tajam sekitar 17,21% dibandingkan dengan data pada
tahun 2013. Kenaikan ini karena semakin berkembangnya pertumbuhan ekonomi
di negara Italia sehingga tingkat konsumsi akan CPO juga semakin meningkat.
Tabel 4. Kinerja Impor Italia terhadap Produk CPO Dunia
(2010 – 2014)
Sumber: Istat
Italia banyak mengimpor produk CPO dari negara – negara di dunia
seperti Indonesia, Malaysia, Belanda, Thailand, dan Papua Nugini. (data dapat
dilihat pada Tabel 5). Indonesia berada di peringkat ke-1 dengan menyumbang
nilai impor sebesar 75,41% dari total nilai impor pada tahun 2014. Malaysia
berada di peringkat ke-2 yang menyumbang sebesar 12,68% dari total nilai impor
pada tahun 2014, Belanda berada di peringkat ke-3 yang menyumbang sebesar
5,69% dari total nilai impor pada tahun 2014, Thailand berada di peringkat ke-4
yang menyumbang sebesar 3,46% dari total nilai impor pada tahun 2014, dan
Papua Nugini berada di peringkat ke-5 yang menyumbang 1,55% dari total nilai
impor pada tahun 2014. Secara keseluruhan, kinerja impor Italia terhadap produk
CPO dari Indonesia menunjukkan tren yang positif sebesar 19,83% selama
periode 2010 – 2014. Kinerja impor Italia terhadap produk CPO dari Indonesia
mengalami kenaikan tajam mulai tahun 2012 akibat mulai pulihnya perekonomian
Italia dari krisis ekonomi global pada tahun 2008 sehingga meningkatkan tingkat
konsumsi impor CPO. Hal ini membuktikan bahwa Italia merupakan pangsa
Page 12
pasar yang sangat baik bagi ekspor produk CPO dari Indonesia. Dua negara
Asia lainnya memiliki peringkat di bawah Indonesia adalah Hongkong yang
berada di peringkat ke-19 dan Kamboja yang berada di peringkat ke-36.
Tabel 5. Kinerja Impor Italia terhadap Produk CPO Dunia
(2010 – 2014)
Sumber: Istat
II.3 Regulasi Produk CPO di Italia
Italia menerapkan kebijakan yang secara umum mengacu pada garis
besar ketentuan impor yang telah ditetapkan oleh Uni Eropa. Kebijakan impor
serta regulasi ekspor yang perlu dipenuhi terkait syarat ketentuan secara detail
dapat disimak pada portal EU Help Desk (http://www.exporthelp.europa.eu)
dengan memasukkan kode HS pada kolom yang telah ditentukan. Export
Helpdesk EU sebagai layanan online yang disediakan oleh Komisi Uni Eropa
untuk mempermudah akses pasar bagi negara-negara berkembang,
mengelompokkan ketentuan legal requirements yang harus dipenuhi untuk
melakukan ekspor ke Uni Eropa menjadi tujuh bagian yakni:
Tabel 6. Kebijakan dan Regulasi Ekspor Produk CPO untuk Negara
Berkembang yang diterapkan oleh Uni Eropa
Legislasi Dasar Hukum Deskripsi Singkat Kontaminasi Regulation (EC)
1881/2006
Peraturan yang dirancang untuk memastikan bahwa makanan yang masuk ke pasar Uni Eropa aman dikonsumsi dan tidak mengandung kontaminan pada tingkat yang dapat mengancam kesehatan manusia.
Page 13
Legislasi Dasar Hukum Deskripsi Singkat Residu pestisida
Regulation (EC) 1881/2006
Regulasi ditentukan guna memastikan perlindungan terhadap konsumen. Jika terdapat kandungan residu dalam tanaman dan hewan atau bagiannya yang digunakan untuk konsumsi, hanya diperbolehkan diimpor jika sesuai dengan ketetapan undang-undang Uni Eropa yang dirancang untuk mengontrol keberadaan zat kimia dan residu dari hewan hidup, produk hewani, dan produk yang berasal dari tumbuhan.
Kontrol kesehatan
Regulation (EC) 1881/2006
Ketentuan umum dan ketentuan khusus yang didesain untuk mencegah risiko terhadap kesehatan konsumen dan melindungi kepentingan konsumen.
Label Directive 2000/13/EC Directive 90/496/EC Regulation 1924/2006/EC Directive 2005/26/EC Directive 2007/68/EC
Semua bahan makanan yang dipasarkan di Uni Eropa harus mematuhi aturan pelabelan Uni Eropa, yang bertujuan untuk memastikan bahwa konsumen mendapatkan semua informasi penting dalam memilih saat membeli bahan makanan tersebut.
Aditif, enzim, dan perasa dalam makanan
Regulation (EC) No 1331/2008 No 1332/2008 No 1333/2008 No 1334/2008
Semua bahan makanan yang dipasarkan di Uni Eropa harus sesuai dengan komposisi adiktif, enzim, dan perasa yang masih dalam kategori aman bagi kesehatan.
Suplemen (vitamin dan mineral)
Directive 2006/125/EC Directive 2002/46/EC
Makanan-makanan yang masuk ke Uni Eropa harus mengandung berbagai vitamin dan mineral yang menyehatkan bagi tubuh.
Hygiene of foodstuffs (HACCP) - Kebersihan produk makanan
Regulation (EC) 852/2004
Proses produksi makanan yang masuk ke Uni
Eropa harus berdasarkan HACCP (Hazard Analysis and Critical Control Point).
Kebijakan REDD
Uni Eropa juga mengadopsi mekanisme Reduce Carbon Emissions from Deforestation and Forest Degradation (REDD). Jadi CPO yang masuk ke Uni Eropa harus menerapkan proses produksi yang ramah lingkungan dengan tujuan mengurangi emisi gas rumah kaca di dunia.
Kebijakan RED
Directive 2009/28/EC
Uni Eropa juga mengadopsi Renewable Energy Directive (RED) dengan tujuan memenuhi tercapainya target minimal 20% renewable energy pada tahun 2020. Jadi CPO yang dihasilkan harus memenuhi ketentuan sebagai produk yang ramah lingkungan mulai dari produksi, proses, maupun transportasi.
Page 14
II.4 Saluran Distribusi Produk CPO di Italia
Berdasarkan Skema 3, eksportir produk CPO dari negara berkembang
dapat memasok produknya ke broker maupun importir dimana importir dapat
langsung memasok produk ke konsumen akhir di Italia (Khusus untuk red palm
oil) yang meliputi ritel, katering, industri makanan, industri pengolahan makanan,
industri kimia, dan industri botol. CPO jenis red palm oil banyak digunakan untuk
industri pewarna. Sedangkan CPO murni harus melalui tahap pengolahan di
industri pengolahan (refinery) terlebih dahulu baru kemudian dapat digunakan
oleh konsumen akhir. Selain itu, beberapa perusahaan eksportir CPO Indonesia
telah memiliki jaringan representasi khusus yang menghubungkan perusahaan di
Jakarta dengan importir di Italia sehingga mempermudah proses ekspor CPO ke
Italia. Perusahaan-perusahaan tersebut antara lain : PT Wilmar Nabati Indonesia
(Grup Wilmar), PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk. (SMART)-
PT.Golden Agri Resources (GAR), PT Cargill Indonesia, dan PT Musim Mas.
Skema 3. Jalur Distribusi Produk CPO ke Italia
Sumber: CBI
II.5 Hambatan dan Tantangan
Hambatan dan tantangan yang akan dihadapi oleh eksportir produk CPO
dari negara berkembang untuk masuk ke pasar Uni Eropa tak terkecuali Italia
adalah sebagai berikut:
Tabel 7. Hambatan dan Tantangan yang Kemungkinan Dihadapi oleh
Eksportir Produk CPO Indonesia
Page 15
No Kategori Deskripsi Hambatan dan Tantangan
1 Sertifikasi RSPO
Produk yang akan diekspor ke Italia harus memiliki sertifikasi RSPO. Sebagai contoh, Ferrero, produsen Nutella menyatakan bahwa mulai tahun 2014, semua minyak kelapa sawit yang akan dibeli oleh Ferrero wajib memiliki sertifikat RSPO. Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, konsumen Uni Eropa menuntut Sertifikat Sustainability RSPO.
2 Komposisi CPO
Para pembeli dari Uni Eropa umumnya tidak hanya tertarik dengan eksportir yang mengandalkan produk dan profil perusahaannya saja melainkan juga kondisi perekonomian negara eksportir. Reputasi dari negara eksportir dapat memberikan pengaruh terhadap pembeli misalnya beberapa negara yang pernah mengirim CPO yang mengandung lemak jenuh yang berlebihan tidak berhasil dalam finalisasi kontrak akhir. Seharusnya minyak kelapa sawit mengandung 50% lemak jenuh (84% dalam minyak kernel, 92% dalam minyak kelapa, 62% dalam minyak kakao, dan 66% dalam mentega).
3 Reduce Carbon Emission from Deforestation
and Forest Degradation
(REDD)
Mekanisme ini sedang ramai diperbincangkan oleh dunia guna menurunkan tingkat emisi gas rumah kaca. Perkebunan kelapa sawit merupakan penyebab utama deforestasi hutan hujan tropis di negara – negara berkembang2. Akibat adanya mekanisme REDD ini, maka Uni Eropa akan semakin menerapkan standar yang ketat bagi pengusaha kelapa sawit di negara – negara berkembang untuk memperluas lahan CPO yang umumnya dilakukan dengan cara melakukan pembakaran hutan dan konversi dari hutan menjadi lahan sawit yang justru dapat meningkatkan emisi gas rumah kaca.
III PELUANG DAN STRATEGI
III.1 Peluang
Berdasarkan Tabel 1 mengenai kinerja ekspor – impor Italia terhadap
produk CPO Indonesia, maka dapat dilihat bahwa nilai impor Italia terhadap
produk Indonesia jauh melebihi nilai ekspor Italia ke Indonesia dalam hal produk
CPO HS 1511. Total nilai impor Italia terhadap produk CPO dari Indonesia
adalah sebesar US$ 1168,71 juta pada tahun 2014 sedangkan total nilai ekspor
produk CPO Italia ke Indonesia hanya sebesar US$ 4,95 juta pada tahun 2014.
Di samping itu, berdasarkan Tabel 5, Indonesia menduduki peringkat ke-1
sebagai negara eksportir CPO ke Italia dengan nilai ekspor sebesar US$ 1168,71
juta pada tahun 2014 diikuti oleh Malaysia dan Belanda yang berada di urutan
2 Data menurut Buckland (2005)
Page 16
ke-2 dan ke-3. Dengan memasukkan asumsi proyeksi grafik impor Italia terhadap
produk CPO Indonesia yang terus meningkat yaitu sebesar 31,52% selama
periode 2010 – 2014 yang terdapat pada Tabel 5, maka kita dapat mengambil
hipotesis awal bahwa peluang Indonesia untuk meningkatkan ekspor produk
CPO-HS 1511 ke Uni Eropa khususnya Italia sangat besar. Peluang yang besar
ini juga didukung oleh kapasitas Indonesia sebagai negara eksportir CPO
terbesar di dunia serta ketergantungan Uni Eropa terhadap produk CPO dari
negara lain.
Tabel 8. Peluang Peningkatan Ekspor Produk CPO HS 1511 ke Italia
No Kategori Deskripsi Peluang
1 Sustainability Uni Eropa merupakan negara yang memiliki kebijakan sustainability yang sangat berpengaruh terhadap peraturan-peraturan ekspor CPO ke negara Uni Eropa. Dalam proses produksi CPO, negara ekportir harus menerapkan proses produksi yang ramah lingkungan dengan komposisi yang sesuai dengan kebijakan Uni Eropa. Dengan demikian Eropa dapat meningkatkan impor CPO-nya.
2 Fair Trade Palm Oil Uni Eropa menerapkan kebijakan Fair trade CPO. Negara ekportir harus menerapkan CPO yang bersetifikat RSPO karena CPO tanpa sertifikat akan gagal menembus pasar Uni Eropa. Kebijakan fair trade palm oil ini memberikan peluang market kepada negara-negara berkembang yang dapat menerapkan proses produksi yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
3 Renewable Energy Directive (RED)
Uni Eropa menerapkan kebijakan ini bertujuan untuk mencapai 20% sumber energinya berasal dari sumber daya yang dapat diperbaharui. Kebijakan ini memberikan peluang kepada negara-negara berkembang pengekspor CPO karena CPO merupakan salah satu sumber daya yang dapat diperbaharui (biofuel) yang juga dapat dipergunakan untuk bahan bakar pengganti minyak bumi untuk transportasi.
III.2 Strategi
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan di atas, maka dapat
dirumuskan beberapa strategi sebagai berikut:
Tabel 9. Strategi Peningkatan Ekspor Produk CPO HS 1511 ke Italia
Page 17
No Strategi Deskripsi Outcome
1 Strategi Produksi Peningkatan kualitas produksi dengan penerapan proses produksi serta konversi lahan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan sehingga dapat menghasilkan CPO yang bersetifikat RSPO atau EURED yang sesuai dengan regulasi dari Uni Eropa dan memenuhi mekanisme REDD
Eksportir dapat memasok CPO dalam kuantitas yang lebih besar lagi ke Uni Eropa karena Indonesia mampu memenuhi syarat “Sustainability” dan “Fair Trade Palm Oil” yang ditetapkan oleh Uni Eropa dan memenuhi mekanisme REDD.
2 Strategi Produk Mempertahankan produk CPO dengan kualitas yang sangat tinggi dengan komposisi sebagai berikut: minyak kelapa sawit mengandung 50% lemak jenuh (84% dalam minyak kernel, 92% dalam minyak kelapa, 62% dalam minyak kakao, dan 66% dalam mentega) dimana CPO ini dapat dipergunakan sebagai bahan baku alternatif pengganti bensin untuk transportasi.
Produk CPO dengan komposisi yang sesuai dengan kebijakan Italia dan Uni Eropa akan semakin diminati oleh pembeli di Italia dan Uni Eropa.
3 Strategi Promosi
Menyelenggarakan kampanye produk CPO dengan “Green Campaign” serta aktif mengikuti pameran dan konferensi yang berkaitan dengan CPO misalnya seperti European Palm Oil Conference yang tahun ini diadakan di Milan, Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) yang tahun ini diadakan di Amsterdam, European Biomass Conference and Exhibition yang tahun ini juga diadakan di Amsterdam, dan IFT Food Expo yang tahun ini diadakan di Chicago.
Meningkatnya impor CPO dari Indonesia akibat citra positif yang dimiliki oleh Indonesia.
Bekerjasama dengan Indonesia Trade Promotion Center (ITPC) setempat untuk membangun citra
Page 18
No Strategi Deskripsi Outcome
Indonesia yang positif bagi negara Uni Eropa khususnya Italia.
IV. INFORMASI PENTING
4. 1 Major player di Italia
1. Cominter Bio - http://cominter-bio.it – berlokasi di Milano
2. Olfood - http://www.olfood.it – berlokasi di San Giacomo
3. Agrotrading - http://www.agrotrading.it/ – berlokasi di Genova
4. Delizia 2000 S.R.L- http://www.delizia2000.eu – berlokasi di
Trinitapoli
5. Oleficio Speroni SRP- http://www.oleificiosperoni.it – berlokasi di
Parma
4. 2 Alamat dan Website Penting
1. Kedutaan Italia di Indonesia. Jl. Dipenogoro 45 Jakarta 10310,
Indonesia.
2. Kamar Dagang Italia di Indonesia. Italian Business Association
Indonesia (IBAI). Wisma BRI II, 15th Floor, Suite 1501 Jend.
Sudirman No. 44 46 Jakarta 10210 IndonesiaTel: +62 (21) 571-
3540 ; Fax: +62 (21) 571-9013.
Email: [email protected]. Kontak person: Dr. Luigi
Carlo Gastel (President)
3. Promosi Perdagangan Indonesia di Italia. ITPC MILAN, Via Vittor
Pisani No.8 Piano 6° Milan, Italia.
4. Perwakilan Indonesia di Italia. Ambasciata della Repubblica di
Indonesia, Via Campania 53-55,00187 Roma, Italia.Tel:
+39064200911; Fax: +39064880280 / +390648904910
5. Pihak Yang Dihubungi Bila Terjadi Dispute. Departemen
Perdagangan Luar Negeri Italia (Instituito Nazionale per il
commercio) Estero http://www.ice.gov.it/. Kementrian
perdagangan Italia http://www.mincomes.it/. atau
http://europa.eu/abc/governments/index_en.htm
6. Untuk Memastikan Nilai Mata Uang Euro
Page 19
Untuk memastikan nilai tukar euro dengan mata uang lainnya,
dapat dilakukan dengan mengakses http://www.oanda.com/Atau
dapat juga melalui Euromonitor International (agensi riset) E-
mail: mailto:[email protected]://www.euromonitor.com
7. International Chamber of Commerce. E-mail:
mailto:[email protected]. http://www.iccwbo.org
8. International Trade Centre UNCTAD/ WTO
E-mail: mailto:[email protected]. http://www.intracen.org
9. Pameran Perdagangan. Macef (http://www.fmi.it/macef)
10. Website tentang Informasi terbaru mengenai pameran
perdagangan Internasional Miller Freeman at:
http://www.dotfood.com/schedule/index.htm
11. Organisasi Promosi Perdagangan Italia
ICE, National Institute for Foreign Trade. Address: Via Liszt 21,
00144 Rome, Italy. Telephone: (39) 6-59921 Telefax: (39) 6-
59926900
12. Informasi produk dapat dilihat di Eurostat dan Italian National
Statistics (http://www.istat.it)
13. Informasi mengenai European Palm Oil Conference dapat dilihat
di: http://www.palmoilandfood.eu/en/event/european-palm-oil-
conference-epoc-2015
14. Informasi mengenai Roundtable on Sustainable Palm Oil
(RSPO) dapat dilihat di:
https://www.eurt.rspo.org/register/general/home.asp
15. Informasi mengenai European Biomass Conference and
Exhibition dapat dilihat di: http://www.eubce.com/exhibition/list-
of-exhibitors/global-fibre-sdn-bhd.html
16. Informasi mengenai IFT Food Expo dapat dilihat di:
http://greenpalm.org/DB/events-and-conferences-2/ift15-annual-
meeting-and-food-expo