mariam darus dan munir fuadi

14

Upload: candra-niko-togatorop

Post on 22-Oct-2015

99 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

hukum kontrak

TRANSCRIPT

DAFTAR PUSTAKA

Mariam Darus Badrulzam an. Aneka Hukunr Bisnis' Alumni' Batlrlttttl'

1994.

Muhamad Djumhana. Hukum Perbankan di Indonesia' citrtt !/\rltlta

Bakti. Bandung' 2003'

MunirFuady.HukuntKontrak(DarisudutPandangHukuml|iltllt|Buku Keduu'Citra Aditya Bakti' Bandung' 2003'

---. Hukum Perbankan Modern Buku Kesatu. Citrlt ;\'lrt:+

Bakti. Bandung. 2003'

Pengantar Hukum Bisrtis' Citra Aditya Bakti' Batt'lrrrrl'

2002.

RachmadiUsman.Aspek-AspekHukumPerbankandilniltttt,'lllGramedia Pustaka Utama' Jakarta' 2001'

SentosaSembiring'HukumPerbankan.MandarMaju.Bandung.](XllI

lirrtan Remy Sjahdeini. Kebebasun Berkontrak dan Perlindungan Yang

SeimbangBagiParaPihakDalamPerjanjianKreditBank

Indonesia,InstitutBankirlndonesia.Jakarta.1993,

liutarno. Aspek-Aspek Hukum Perkreditan Bank. Alfabeta. Jakarta'

Gornpendium Hukum Belanda' Yayasan Kerjasama Ilmu Hukum

Indonesia-Negeri Belanda di's-Gravenhage

. n r. tr----^-.i^-^ \/^t I Nn 1 Aorrslus lllll213

,1,

'iliiii

,i]ltl

syarat yang disodorkan. Pernyataan ini diperkuat oleh pakar hukrrrrr,

Sutan Remy sjahdeini, yang menyatakan bahwa kontrak baku iirlrrlr

kontrak yang hampir seluruh klausul-klausulnya sudah dibakukan olclr

pemakainya dan pihak yang lain pada dasarnya tidak mempunyai peluirrrg

untuk merundingkan atau meminta perubahan.l0a Selaras pula derrgnrr

pernyataan Munir Fuady bahwa kontrak baku adalah suatu kontrrrh

tertulis yang dibuat hanya oleh salah satu pihak dalam kontrak terschrrt,

bahkan sering kali kontrak tersebut (boilerplate) dalam bentuk formulir.

formulir tertentu oleh salah satu pihak, yang dalam hal ini ketika kontr.rrl.

tersebut ditandatangani umumnya para pihak hanya mengisikan data-<lrrtrr

informatif tertentu saja dengan sedikit atau tanpa perubahan dalrrrrr

klausula-klausulanya, dimana pihak lain dalam kontrak tersebut titlrrk

mempunyai kesempatan atau hanya sedikit kesempatan untrrh

menegosiasi atau mengubah klausula-klausula yang sudah dibuat olclr

salah satu pihak tersebut, sehingga biasanya kontrak baku sangat bcrirl

sebelah.los

Melihat realita yang ada saat ini, makin maraknya kontrak baku

dipergunakan menurut Mariam Darus Badrulzaman dilatarbelakangi olclr

keadaan sosial ekonomi, yaitu dengan penggunaan kontrak baku makrr

pengusaha akan memperoleh efisiensi dalam pengeluaran biaya, tenagir,

104 Sutan Remy Sjahdeini. 1993. Kebebosan Berkontrok don Perlindungon yorrtl

Seimbang Bagi Pora Pihak Dalom Perjonjion Kredit Bonk lndonesio. Institut BankirIndonesia. Jakarta. h. 6610s Munir Fuady l. 2003. Hukum Kontrok (Dari Sudut Pandong Hukum Bisnis) BukuKedua. Citi'a Aditya Bakti. Bandung.h.76.

792 Jurnal Poli Humaniora, Vol.I, No.1, Agustus 201|193

dan waktu. Hal ini terkait dengan sifat rnassal dan kolektif dari kontrak

baku.l06

Adapun contoh-contoh kontrak baku yang sering dilakukan

dalam praktek adalah sebagai berikut :107

l. Kontrak (Polis) Asuransi.

2. Kontrak di Bidang Perbankan.

3. Kontrak Sewa Guna Usaha.

4. Kontrak Jual Beli Rumah/ Apartemen dari Perusahaan Real

Estate.

5. Kontrak Sewa-Menyewa Gedung Perkantoran.

6. Kontrak Pembuatan Credit Card.

7. Kontrak Pengiriman Barang (Darat, Laut, dan Udara).

8. Dan Lain-lain.

Berpijak dari contoh-contoh kontrak baku tersebut, di mana salah

satunya adalah kontrak di bidang perbankan maka tidak terlepas dari

hubungan kontraktual antara bank dengan nasabah, baik nasabah debitur,

nasabah deposan, ataupun nasabah non debitur-non deposan. Terhadap

nasabah debitur, hubungan kontraktual tersebut berdasarkan suatu

kontrak yang dibuat antara bank sebagai kreditur (pemberi dana) dan

t05 Mariam Darus Badrulzaman. Loc Cit.lo7 Munir Fuady l. op. cit. h. 77.

Jurnal Poli Ilumaniora. VoI.I. No.1. Aeustus 2011

pihak debitur (peminjarn dana)'r08 yang kemudian populer disebttt

denganperjanjiankredit.Dalamperjanjiankredit,setiapkredityatlll

telahdiserujuidandisepakatiantarapihakkrediturdandebiturmrtklt

wajibditrrangkandalamperjanjiankredit(akadkredit)Secaratertrrlis

Dalampraktekperbankanbentukdanformatdariperjanjiankrctlt|

diserahkan sepenuhnya kepada bank yang bersa'gkutan narnun demikirrrt

adahal-halyangtetapharusdipedomaniyaitu,bahwaperjanjiantersc:lrrtt

tidakbolehkaburatautidakjelas,selainitujugaperjanjiansekuritttl''

kurangnyaharusmemperhatikan:keabsahandarrpersyaratanScei||il

hukum, sekaligus juga harus memuat secara jelas mengenai junrlrrlr

besarnyakredit,jangkawaktutalacarapembayarankembalikreditst'tt't

persyaratan I ainnva y ang lazimdal am p erj anj i an kredit' I 0e

Terkaitdenganmakinmaraknyakontrakbakudiperguttlt|'.rtt

dalamtransaksibisnis,makamakinramaipulaprodankontray;tttlt

timbuldiantaraparapakarhukum'Bagipihakyangkontra'bebctrtl'tt

pakarhukummenolakkehadiranperjanjianbaku,karenadinillri...'

kedudukanpengusahadidalamperjanjianbakusamasepertipembt:tr|rth

undang.undangswasta(legioparticulierewetgeve),pedanjianlrlrhtt

merupakan perjanjian paksa (dwangcontract)' dan negara-llcl'irr'r

PerbonkonModernBukuKesotu.CitraAditya|t.r|'tt

?;"drffi;l'iti Djumhana. zoe3. Hukum perbankon di tndonesio' citra Aditva lt'rr'tt

Bandung. h.385'110 Rachmadi usrnan (Sutan Remy. Sjahdeini:1993)' 2001' Aspek-Aspek llrthtrtt'

Perbankan di lndoneslat' Cram"Cia Pustaka Utama' iakarta' h' 255'

common law system menerapkan doktrin unconscionability dimana

memberikan wewenang kepada perjanjian demi menghindari hal-hal

yang dirasakan sebagai bertentangan dengan hati nurani. Yaitu perjanjian

baku dianggap meniadakan keadilan. Sebaliknya, beberapa pakar hukum

menerima kehadiran perjanjian baku sebagai suatu perjanjian, hal ini

karena 'lll pertama, perjanjian baku diterima sebagai perjanjian

berdasarkan fiksi adanya kemauan dan kepercayaan (fi.ctie van wil en

vertrouven) yang membangkitkan kepercayaan bahwa para pihak

mengikatkan diri pada perjanjian itu; kedua, setiap orang yang

ni perjanjian bertanggung jawab pada isi dan apa yang

itandatangani; ketiga, perjanjian baku mempunyai kekuatan mengikat,

n kebiasaan (gebruk) yang berlaku di lingkungan masyarakat

lintas perdagangan.

Oleh karena itu, dengan semakin tingginya kegiatan perjanjian

t di bidang perbahkan pada saat ini maka merupakan hal yang

menarik kiranya untuk mengkaji lebih lanjut tentang perjanjian

t terkait dengan kontrak baku dan prinsip-prinsip perkreditan.

Permasalahan

1. Apakah perjanjian kredit dapat dikategorikan sebagai kontrak

baku ?

ibid, h. 266.

195

2. Bagaimanakah penerapan syarat-syarat baku pada prinsip-pt'trr"r1'

perkreditan ?

C. Tujuan

1. Untuk menganalisis dapat tidaknya

dikategorikan sebagai kontrak baku'

2. Untuk mengkaji penerapan syarat-syarat

prinsip perkreditan.

perjanjian k t t',ltl

baku Pada Pt-itt:;t1'

PEMBAHASAN

1. Dapat Tidaknya Perjanjian Kredit Dikategorikan sclrilgitl

Kontrak Baku.

PerjanjianiaeditmenurutHukumPerdatallltltl|tt''.t.t

merupakan salah satu dari bentuk perjanjian pinjam meminjanr t'ug

diatur dalam Buku Ketiga KUH Perdata. Dalam bentuk apa ptrrr lrtlltt

pemberian kredit itu diadakan pada hakikatnya merupakan salrtlt ','tlrt

perjanjian pinjam meminjam sebagaimana diatur dalam Pasill lri'l

sampai dengan 1769 KUH Perdata. Namun demikian, dalam 1rt;tl'lt[

perbankan yang modern, hubungan hukum dalam perjanjian krctlil lr'lrrt

lagi semat a-mata berbentuk hanya perjanjian pinjam-meminjittrr "'r|'t

melainkan juga adanya campuran dengan bentuk perjanjian yang l;ttttrri *

seperti perjanjian pemberian kuasa, dan lainnya. Dalam bentuk crrrrr|'rrr irr!

demikian maka selalu tampil adanya suatu jalinan diantara p('rlirrrlr'rrl

196 Jurnal Poli Ilumaniora, Vol.I, No'l, Aguslrr\ 'tltll

Muhamad Djumhana. oP. cit. h.385.

1.97

yang terkait. Sesuai dengan asas yang utama dari suatu perikatan atau

perjanjian, yaitu asas kebebasan berkontrak, maka pihak-pihak yang akan

mengikatkan diri dalam perjanjian kredit tersebut dapat mendasarkan

kepada ketentuan-ketentuan yang ada pada KUH Perdata, tetapi dapat

pula mendasarkan pada kesepakatan bersama, artinya dalam hal-hal

ketentuan yang memaksa maka harus sesuai dengan ketentuan yang

tercantum dalam KUH Perdata, sedangkan dalam hal ketentuan yang

tidak memaksa diserahkan kepada para pihak. Sehingga perjanjian kredit

relain dikuasai oleh asas-asas umum hukum perjanjian, juga dikuasai

oleh apa yang secara khusus disepakati oleh kedua belah pihak.rr2

Dalam praktek, bentuk dan materi perjanjian kredit antara satu

dengan bank yang lainnya tidaklah sama, hal tersebut terjadi dalam

gka menyesuaikan diri dengan kebutuhannya masing-masing. Dengan

ikian, perjanjian kredit tersebut tidak mempunyai bentuk yang

umum, hanya saja dalam praktek ada banyak hal yang biasanya

ntumkan dalam perjanjian kredit, misalnya: berupa definisi istilah-

ilah yang akan dipakai dalam perjanjian; jumlah dan batas waktu

jaman, serta pembayaran kembali pinjaman (repayment) juga

enai apakah si peminjam berhak mengembalikan dana pinjaman

cepat dari ketentuan yang ada; penetapan bunga pinjaman dan

anya bila debitur lalai membayar bunga; terakhir dicantumkan

i klausul seperti hukum yang berlaku untuk perjanjian tersebut.

:!

.:.

.1ti.-

t-a'

t::::

::a.

Dalam prakteknya, perjanjian kredit seringkali mengakomodasi lrrrl l'':i

seperti di atas sehingga semuanya dibakukan, dan akhirnya terbettlrrl l'r!r

pedanjian baku untuk perjanjian kredit tersebut.ll3 Berdasarkan ttt'rt'tlt

tersebut maka perjanjian kredit clapat dikategorikan sebagai k0trlt:it

baku.HalinidiperkuatpuladenganpemyataanMunirFuady,lr;rlrrra

perjanjian kredit adalah sebagai kontrak baku. Karena terhadap li('trlr'rf

baku berupa perjanjian kredit bank, ada banyak klausula !3t1$ "'rtrFa!

memberatkan salah satu pihak, khususnya memberatkan pihak 1lr"'tl"tlt

penerima kredit. Mengutip Sutan Remi Sjahdeini, klausula-klaustrlrt t'rhs

memberatkan nasabah penerima kredit tersebut antatalain :lla

l. Kewenangan

apa pun dan

tarik kredit.

2. Dalam hal penjualan barang jaminan yang kreditnya suditlr rrr'r

maka bank berwenang secara sepihak untuk menentukan ltrttr"r

dari barang-barang agunan tersebut'

bank untuk sewaktu-waktu secara sepihak tanprt 'rl r

tanpa pemberitahuan sebelumnya menghetrtikrrrr

AT.

Nasabah debitur diwajibkan untuk

dan peraturan bank Yang telah ada

kemudian oleh bank.

Nasabah debitur diwajibkan untuk

ketentuan ulnuln tentang hubungan

tunduk kepada segala 1tt'lrtrrl'rf

dan yang masih akan tlilt l'r1'l 'r'i

tunduk kePada syarat-syirr'rl

rekening koran dari blrrl"

ibid. h. 386-387.

L4unir Fued'i l. op. cit. h. 100-102'

198 Jurnal Poli Humaniora, Vol.I, No'1, Agttslttr199

bersangkutan, tanpa diberi kesempatan untuk mernpelajari syarat-

syarat dan ketentuan-ketentuan tersebut.

t, Nasabah debitur harus memberi kuasa yang tidak dapat dicabut

kembali kepada bank untuk mewakili dan melaksanakan hak-hak

nasabah debitur dalam setiap rapat umum pemegang saham.

0, Dicantumkannya klausula-klausula sksemsi yang membebaskan bank

dari tuntutan ganti rugi oleh nasabah debitur atas terjadinya kerugian

yang diderita oleh nasabah debitur atas terjadinya kerugian yang

diderita oleh nasabah debitur sebagai akibat dari tindakan bank.

?, Dicantumkalrnya klausula-klausula eksemsi yang membebaskan bank

dari tuntutan ganti rugi oleh nasabah debitur atas terjadinya kerugian

yang diderita oleh nasabah debitur sebagai akibat dari tindakan bank.

;, Dicantumkannya klausula eksemsi tentang tidak adanya hak nasabah

debitur untuk dapat menyatakan keberatan atas pembebanan bank

terhadap rekeningnya.

p, Kelalaian nasabah debitur dibuktikan secara sepihak oleh pihak bank

semata-mata.

0, Bunga bank dan dihitung secara merugikan nasabah

l, Denda keterlambatan yang merupakan bunga terselubung.

Perhitungan bunga berganda menurut praktek perbankan yang

bertentangan dengan Pasal 1251 KUHPerdata.

Pengesampingan Pasal 1266 dan Pasal 1267 KuHPerdata jika terjadit;

events of default.

T

114

l4.Kewajibanpelunasanbungaterlebihdalrulu,yangmeskipuns.'''tt.tt

dengan Pasal 1397 KuHPerdata' tetapi sangat memberatkan nasrrl''rlt

Dengan adanya klausul-klausul tersebut dalam bentuk dokumen v;tttg

telah tlibuat secara sepihak oleh pihak bank dalam pemberian lir'''ltl

terhadapnasabahdebiturtanpaadanyakebebasanbemegosiasikctrr|',r|l

terhadapisisyarat-syaratbakuyangtelahditetapkanmakaperjlrrtltilit

pemberiankreditdapatdikategorikansebagaikontrakbaku.Nlttttttti

demikian,bagipenulisyangterpentingadalahbukanessensitlittl

perjanjiankreclitdikategorikansebagaikontrakbaku,tetapi:ttllr|.t|t

bagaimanaagarkontrakbakudalamperjanjianpemberiankreditlllctIll|i||

hak dan kewajiban yang seimbang di antara para pihak sehirrlllt't

terjaminnya keadilan dan kepastian hukum'

2. Penerapan Syarat-syarat Baku pada Prinsip-Prinsip Perkreclil:ttt'

Syarat-syarat baku dalam perjalanan sejarahnya makiu l;rttr't

makinpanjang.Ternyataselaluadakejadian-kejadianyangmemerltt|',ttt

satupengaturankontraktuil'syarat-syaratbakuyangbertatttlr;rlt

demikian dari luar mirip dengan buku undang-undang. Sedatrlll"rtt

ketentuan-ketentuan undang-undang secara hukum, jadi otomatis, t|lrlr;r|

diterapkan, maka syarat-syarat baku- kecuali dalam hal syarat yrtttl'

biasanyaselaludipakai-harusdiikutsertakan.Prakteknya,('i||i|

pengikutsertaansyarat-|Yaratbakuyangpalingbanyakterjadiyltt|tt

melalui:(a)penandatanganan,(b)pernberitahuandiatasdokutttt.tt

dokumen kontrak atau kertas surat' (c) penunjukan dalam dokurttt'tr

.Iurnal Poli Humaniora, Vol'I' No'l' Agustus 2(ll I

20t

tlokumen kontrak, (d) pemberitahuan atau penunjukan di atas kertas

l)engumumun. t't Demikian pula halnya dengan perjanjian pemberian

kredityangmenyertakansyarat-syaratbaku<ialambentukklausula-

klausula yang telah dibakukan'

Sebagaimana kita ketahui, salah satu jenis layanan jasa

perbankan yang cukup klasik disamping menghimpun dana dari

masyarakat adalah juga menyalurkan dana kepada masyarakat yang

kemudian disebut dengan pemberian kredit. secara sederhana dapat pula

dikemukakan, bahwa kredit adalah kepercayaan atau saling perc^ya

intara kreditur dan debitur. Jadi apa yargtelah disepakati wajib ditaati'

Dari rumusan di atas tampak bahwa hubungan hukum antara pemberi

hedit dalam hal ini bank (kreditur) dan penerima kredit dalam hal ini

nasabah (debitur) didasarkan kepada perjanjian yang dalam praktik

perbankan dikenal sebagai pe{anjian kredit bank' lr6

Dasar hukum dari suatu kredit adalah sebagai berikut :l17

1. Kontrak kredit

Compendium Hukum Belanda' Yayasan Kerjasama llmu Hukum Indonesia-Negeri

nda di's-Gravenhage. h. 143'

SentosaSembiring.2OQo,HukumPerbankon.MandarMaju.Bandung.h.5l-52.MunirFuady|||.PengontorHukumEisnis.CitraAdityaBakti.Bandung.2002.h.

r

2. Undang-undang, terutama Undang-Undang Perbankalr'l'ttt

Undang-UndangtentangJaminanHutang(termasukUttt|lttt1'

Undang Hak Tanggringan)'

3. Peraturan perundang-undangan lainnya'

4. Yurisprudensi tentang perkreditan

5. Kebiasaan, terutama kebiasaan perbankan'

Berpijakdariuraiantersebutdiatasmakakontrak|.lt.lIlI

merupakan salah satu dasar hukum dari pemberian kredit' 11on11n[ I'rt''ltl

inimerupakanperjanjiantertulisyangisinyatelahditentukirrrrIiItl

ditetapkanolehpihakbank(kreditur)sehinggapihaknasabaltl'.rrrl.

(debitur) harus menerima isi perjanjian tersebut tanpa hak trrrlrtl

melakukarr negosiasi kernbali. Perjanjian ini disebut juga tlt'rt11rttt

perjanjian baku dalam pemberian kredit'

Terkaitdenganpemberiankreditterhadapnasabahlilaklr|'r|',,|'

perbankan harus menentukan bahwa nasabah (debitur) dapat diPt'tt;rt'r

Untuk mengetahui bahwa nasabah dapat dipercaya guna metlrPttl'l'lt

kredit maka pada umumnya dunia perbankan menggunakan l)rrrrillt

prinsipperkreditansebagaipisauanalisis,prinsip-prinsiptersebtrtltr|;tlltll

sebagai berikut :ll8

118 ibid. h. 113.

Jurnal Poli Humaniora, Vol'I, No'1, Aguslrrr lllll 203

l. Prinsip Kepercayaan

Karena kredit berarti kepercayaan, maka dalam hal pembcl.iurr

kredit haruslah ada kepercayaan dari kreditur bahwa dann

tersebut akan bermanfaat bagi debitur dan kepercayaan dari

kreditur bahwa debitur dapat mengembalikan dana tersebut.

2. Prinsip Kehati-hatian

Agar kredit atau pembiayaan tidak menjadi macet, maka

dalam memberikan kredit dan pembiayaan, haruslah cukup

kehati-hatian dari pihak kreditur dengan menganalisis dan

mempertimbangkan semua faktor yang relevan. Untuk itu

perlu dilakukan pengawasan terhadap suatu pemberian kredit.

3. Prinsip Sinkronisasi

Prinsip sinkronisasi (matching) merupakan suatu prinsip yang

mengharuskan adanya sinkronisasi antara pinjaman dengan

assets/ income dari debitur.

4. Prinsip Kesamaan Valuta

Dalam hal ini yang dimaksudkan adalah sedapat-dapatnya

adanya kesamaan antara jenis valuta untuk kredit/ pembiayaan

dengan penggunaan dana tersebut, sehingga risiko fluktuasi

mata uang dapat dihindari.

5. Prinsip Perbandingan antara Pinjaman dengan Modal

Dalam hal ini yang dimaksudkan adalah antara prrt,rr,,+*

dengan modal haruslah dalam suatu rasio yang wajar'.

6. Prinsip Pei'bandingan antara Pinjaman dengan Aset

Dalam hal ini yang dimaksudkan adalah antara l)rrt,,,,!4,,

dengan ossets haruslah dalam suatu rasio yang wajar.

7. Prinsip 5 C

Dalam hal ini yang dimaksudkan adalah haruslrrlr ,,,,'i!

diperhatikan dari debitur, yaitu :

C ha rac t er (kepribadian)

Capacity (kemampuan)

Capital (modal)

Condition of economy (kondisi ekonomi)

e. Collateral (agunan)

Dari ketenfuan di atas, tampak bahwa bank dalam mcntlr,.rrt.+n

kredit harus menganut prinsip kehatian-hatian Qtrudential ltt,rt,ti,e)

dengan pisau analisis 5 c dalam menilai permohonan kredit dimirrrr l, r,ir,

lanjut diuraikan sebagai berikut : lle

a. Untuk penilaian kepribadian, bank harus dapat menyirrrprlt ,r,,

bahwa debitur tersebut jujur, beritikad baik durr rr,t,,f

menyulitkan bank di kemudian hari.

11s Sentosa Semiring- op. cit. h.7O-72

a.

b.

c.

d.

204 Jurnal Poli Humaniora, Vol.I, No.l, Aguslrrs .'lll furnal Poli Humaniora. Vol'I. No.1. Aeustus 2011 205

Untuk penilaian kemampuan, bank terutama harus meneliti

keahlian debitur dalam bidang usahanya dan atau kemampuan

manajemen debitur, sehingga bank merasa yakin bahwa usaha

yang akan dibiayai dengan kredit tersebut dikelola oleh pihak

yang tepat.

Untuk" penilaian terhadap modal, bank terutama harus

melakukan analisis terhadap posisi keuangan secara

keseluruhan, baik untuk masa yang telah lalu maupun

perkiraan untuk masa yang akan datang, sehingga dapat

diketahui kemampuan permodalan debitur dalam menunjang

pembiayaan proyek atau usaha debitur yang bersangkutan.

Untuk penilaian terhadap prospek usaha debitur, bank

terutama harus melakukan analisis mengenai keadaan pasar di

dalam maupun luar negeri, baik untuk masa yang telah lalu

maupun yang akan datang, sehingga dapat diketahui prospek

pemasaran dari hasil proyek atau usaha debitur yang dibiayai

dengan kredit bank yang bersangkutan.

Dalam melakukan penilaian terhadap agunan, bank harus

menilai barang, proyek atau hak tagih yang dibiayai dengan

kredit yang bersangkutan dan barang lain surat berharga atau

garansi risiko yang ditambahkan sebagai agunan tambahan,

apakah sudah cukup memadai, sehingga apabila dibitur tidak

dapat melunasi kreditnya, agunan tersebut dapat digunakan

untuk melunasi kreditnya, agunan tersebut dapat digunakan

b.

d.

T

untuk menanggung pembayaran kembali kredit bank v'rnp

bersangkutan.

Dengan demikian'

terhadaP nasabah haruslal-t

tersebut.

pihak perbankan dalam menyalurkan ktt''lrt

memperhatikan dan memenuhi kelima pllrr.'rll

Demikianlah prinsip-prinsip yang harus diperhatikan tl'rit

dipenuhi oleh pihak perbankan dalam menyalurkan dananyo l);rrl'r

nasabah(debitur),baikuntukkegiatanproduksi,perdagangan'matIl)|l||

kegiatankonsumtif.Denganmemperhatikanprinsip.prinsiptcrst.|rttl

makadiharapkanpinjamanyangdiberikanpadanasabahdebiturtirl'rl'

menimbulkanpelTnasalahandikemudianharibagiperbankantlt.ttri

kepentingan nasabah penyimpan dana maupun stabilitas ekottt'tttt

secara makro.

Berpijak pada uraian tersebut maka dapat penulis allitlt"t"

bahwa, kontrak baku dalam pemberian kredit sangatlah penting t|;ttt

,,relevrynt,, untuk diterapkan dalam rangka penerapan prinsip-prirr..t1,

perkreditan.Karenadalamtataranpraksis,seringkaliyangterjadisc|t'|;r|r

kreditdiberikankepadanasabahdebiturmakadikemudianharipi|r;rl'

nasabahdebiturengganbahkantidaklagirnemenuhiperjanjianyirttg

telah disepakati sehingga akhirnya merugikan pihak bank' merugihrrrl

nasabahpenyimpandana'danlebihluaslagimerugikannegara'ditl;ttrr

hal ini terjadi instabilitas ekonomi secara makro'

Jurnal Poli Humaniora, Vol'I' No'1' Agustus 2(ll I

Rachmadi Usman.op. cit. h. 268.

207

Dengan demikian, kontrak baku yang dilakukan oleh perbankan

dalarn pemberian kredit merupakan upaya pelaksanaan prinsip-prinsip

perkreditan sebagaimana terdapat dalam teori perbuatan melawan hukum

yang dinyatakan oleh Munir Fuady yaitu ; " kreditur mesti.dimintakan

tanggung jawabnya secara yuridis jika ada kerugian manakala pada

kreditur terdapat lrnsur-unsur perbuatan melawan hukum, seperti adanya

unsur kesengajaan atau kelalaian yang dapat merugikan pihak lain".

Artinya, maka pihak perbankan berusaha untuk tidak melakukan

kelalaian yang dapat merupakan perbuatan melawan hukum sehingga

merugikan pihak lain, yaitu pihak nasabah kreditur. Hal ini ditempuh

oleh pihak perbankan dengan pencantuman klausula-klausula yang

ghindari kerugian bagi pihak bank yang telah dibakukan dalam

j anj ian tertulis, Klausula-klausula perj anjian kredit tersebut sekurang-

ya berisi :l2o

a. klausula-klausula tentang maksimum kredit, jangka waktu kredit,

tujuan kredit, bentuk kredit dan batas ijin tarik;

b. Klausula-klausula tentang bunga, commitment fee, dan denda

kelebihan tarik;

c. Klausula tentang kuasa bank untuk melakukan pembebanan

rekening giro dBn rekening pinjaman nasabah debitor;

1

d. Klausnla tentang representation and warranties, yaitu lil;trtonlt

yang berisi pemyataan-pernyataan nasabah debitor lr('np]'ug

fakta-fakta yang menyangkut status hukum, keadaan kr:urrrrgetl;

dan harta kekayaan nasabah debitor pada waktu kredit dibcrr[eg

yaitu yang menjadi asumsi-asumsi bagi bank dalam mcrrli;rrtthlf

keputusan untuk memberikan kredit tersebut;

Klausula tentang condition precedent, yaitu klausula lt'rrlrufg

syarat-syarat tangguh yang harus dipenuhi terlebih dahultt ,'ldr

nasabah debitor sebelum bank berkewajiban untuk menyr,tlr;rLrtit

dana bagi kreditur tersebui dan nasabah debitor berhak rrrrlrr!

peftarna kalinya menggunakan kredit tersebut;

Klausula tentang agunan kredit dan asuransi barang-i)iu ruE

agunan;

Klausula tentang berlakunya syarat-syarat dan ketcttluirrr

ketentuan hubungan Rekening Koran bagi perjanjian kredit yrrrrp

bersangkutan;

Klausula tentang ffirmative covenants, yaitu klausula yirre

berisi janji-janji nasabah debitor untuk melakukan hal-lrrtl

tertentu selama perjanjian kredit masih berlaku;

Klausula tentang negative covenants, yaitu klausula yang bc:rr,l

janli-janji nasabah debitor untuk tidak melakukan hal-hal tertcrrltt

selama perjanjian kredit berlaku;

Klausula tentangfinancial covenants, yaitu klausula yang bcrirr

nasabah debitor untuk menyampaikan laporan keuangannvir

h.,t

!-:

j.

208 Jurnal Poli Humaniora, Vol.I, No.l, Agustus 20 | I

Jurnal Poli Humanigra. Vol.I. No.1. Aeustus 20L1

kepada bank dan memelihara posisi keuangannya pada minimal

tarif teftentu;

k. Klausula tentang tindakan yang dapat diambil oleh bank dalam

rangka pengawasan, pengamanan' penyelamatan, danil' penyelesaian kredit;t l. Klausula tentang events of default, yaitu klausula yang

menentukan suatu peristiwa atau peristiwa-peristiwa yang

apabila terjadi memberikan hak kepada bank untuk secara

sepihak mengakhiri perjanjian kredit dan untuk seketika dan

sekaligus menagih seluruh out standing kredit;

m. Klausula tentang arbitrase, yaitu klasusula yang mengatur

mengenai penyelesaian'perbedaan pendapat atau perselisihan di

antara para pihak melalui suatu badan arbitrase, baik badan

arbitrase ad hoc atau badan arbitrase institusional;

n. Klausula-klausula bunga rampai atau miscellaneous provisions

atau boilerplate provisions, yaitu klausula-klausula yang berisi

syarat-suarat dan ketentuan-ketentuan yang belum tertampung

secara khusus di dalam klausula-klausula lain; termasuk di dalam

klausula-klausula ini adalah klausula yang disebut Pasal

Tambahan, yaitu klasusula yang berisi syarat-syarat dan

ketentuan-ketentuan tambahan yang belum diatur di dalam pasal-

pasal lain.

D engan pencantuman kl ausul a-kl ausula ters ebut dal am pemb eri an

kredit yang telah dibakukan bentuk dan isinya maka perjanjian kredit

dikategorikan pula sebagai perjanjian baku, dalam hal ini sebagrti tr1""'

untuk melaksanakan prinsip-prinsip perkreditan serta fflentlttrr'l'"'

tanggung jawab dari pihak perbankau sebagaimana terdapat dalattt l"'ri

Perbuatan Melawan Hukum , yaitu pihak bank (kreditur) lt,tt't=

bertanggUng jawab terhadap terjadinya perbuatan melawan lrttl tttr'

karena kelalaian pihak bank sehingga menimbulkan kerugian bitgi ;'rlr'rl

lain.

DernikianlahPerjanjianbakudalampglnberilttt|..r..Iii

ditinjau dari prinsip-prinsip perkreditan dengan menggunakrttr l' "ii

Perbuatan Melawan Hukum dari Munir Fuady'

PENUTUP

A. Kesimpulan

l. Perjanjian pemberian kredit dapat dikategorikan sebagai I'r,trlt'rI

baku, ditinjau dari bentuk dan format perjanjian krctlrl \'rtr€

diserahkan sepenuhnya kepada masing-masing bank, soltitt1'1,,r r-=i

klausula-klausula dalam dokumen perjanjian k'redit s('rrrrr'rtri4

dibakukan tanpa pemberian kebebasan untuk menegost.r rl 'ilr

kembali isi klausula kepada pihak nasabah debittrr r, 'iltE

menerima offering pemberian kredit dari pihak bank'

2. Perjanjian baku dalam pemberian kredit merupakan sillrrlr 'trtt

upaya dalarn melaksanakan prinsip-prinsip perkredit:rrr ttttltt[

Jurnal Poli Humaniora, Vol.I, No.1, Agust11" !llll21L

menghidari kerugian bagi pihak perbankan yang nantinya

menurut Teori Perbuatan Melawan Hukum harus bertanggung

jawab terhadap nasabah kreditur pada khususnya dan negara pada

umumnya.

lf. Saran

1. Pihak perbankan yang memiliki kcdudukan kuat pada saat

pembuatan kontrak baku prjanjian kredit hendaknya senantiasa

memperhatikan aspek-aspek kepatutan dan keadilan sehingga

saling masing-masin g pihak sama- s ama memperol eh kemanfaatan

yang seimbang.

2. Perlunya pemerintah segera mengatur tentang aturan-aturan dasar

yang digunakan sebagai pedoman dalam pembuatan perjanjian

baku, sehingga diharapkan perjanjian baku yang kini telah

menjadi kebutuhan masyarakat dibuat dengan essensi isi hak dan

kewajiban yang seimbang bagi para pihak untuk mewujudkan

keadilan dan kePastian hukum.

Enal Poli Humaniora. Vol.I. No.1. Aeustus 2011