maria imaculata ose s.kep ns, m · perubahan respon imun yang terjadi akibat proses penuaan....
TRANSCRIPT
Maria Imaculata Ose S.Kep NS, M.Kep
Latar Belakang
Pelayanan gadar bertujuanutk mencegah kecacatan
dan kematian pada pasiendi semua rentang usia
Peningkatan angkakunjungan pasien di IGD
22% dari tahun 2005 hingga tahun 2010, 30% dari jumlah peningkatantersebut diperoleh dari
pasien lansia.
Konsep LansiaLansia adalah orang yang berumur 65
tahun ke atas, namun di Indonesia batasan lanjut usia adalah 60 tahun
keatas (Nugroho, 2006).
Setianto (2004) dalam (Efendi and Makhfudli. 2009) menyatakan bahwa lansia adalah seseorang yang sudah
berusia lebih dari 65 tahun.
Keliat (1999) menyatakan Usia lanjut atau lansia merupakan tahap akhir
perkembangan pada daur kehidupan manusia (Maryam, Ekasari et al. 2008).
Klasifikasi Lansia
• Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun
• Usia lanjut (elderly) antara 60-74 tahun
• Usia tua (old) antara 75-90 tahun
• Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun
Usia lanjut dibagi
menjadi (WHO):
Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia Perubahan
kondisi fisik
Perubahan kondisi mental
Perubahan psikososial
Perubahan kognitif
Perubahan spiritual
Masalah Kesehatan pada Lansia di Unit Gawat
Darurat
COPD eksaserbasi akut
Syncope
Acute Stroke
Sepsis
Trauma
COPD eksaserbasi akut
COPD eksaserbasi akut
infeksi virus atau bakteri dan dapatdikarenakan oleh
cuaca dingin,
penggunaan narkotika,
CHF
anemia.
Komponen yang mengancam kehidupan padakasus eksaserbasi adalah hipoksemia dan hypercarbia.
Gagal nafas diwujudkan oleh tanda-tanda di atas ditambah takipnea, takikardia, hipertensi, penggunaan otot aksesori, bibir mengerucut, danpenurunan status mental (Hogan & Rios-Alba, 2014).
Hipoksia dan hiperkarbia
ditandai dengan gejala seperti sakit kepala, agitasi, kebingungan, letargi, dan pada kasus yang berat, dapat menyebabkan kejang atau koma.
Syncope
• Syncope atau pingsan merupakan salah satu gelaja yang ditunjukkan pada pasien lansia dan biasanya berkaitan denganpenyakit jantung dan neurologis.
• San Fransisco Syncope Rule menetapkan 5 kriteria yang berhubungan dengan kedatangan pasien akibat pingsan yaitu
1) adanya riwayat CHF, 2) hematokrit pasien <30,
3) adanya gelombang EKG yang tidak normal, 4) riyawat kesulitan bernafas, 5) tekanan darah sistolik < 90 mmHg.
Semakin banyak kriteria tersebut ada pada pasien lansia makasemakin tinggi faktor risiko pasien.
Pemeriksaan awal pasien sinkop dengan faktor risiko harus dilakukan :
• pemeriksaan jantung penuh,
• termasuk monitoring EKG,
• pemeriksaan enzyme jantung,
• ECHO jantung, dan kemudian tes stres.
• Selain itu pemeriksaan pembuluh darah,
• CT-scan kepala, dan
• EEG dapat dibenarkan untuk menilai lebih lanjut yang berkaitan dengan penyebab neurogenik.
Acute Stroke
• Jika teridenitifikasi lebih awal, defisit neurologis dari stroke dapat diminimalkan
•Gejala tradisional stroke sepertikelumpuhan unilateral kelumpuhan padawajah, lengan, kaki, kebingungan tiba-tiba, aphasia, defisit memori, sakit kepala parah, atau pusing harus diidentifiaksi.
•Gejala atypical yang mungkin ditunjukkanpasien lansia seperti hilangnya kesadaran, nyeri, palpitasi, perubahan status mental, dan sesak napas
Sepsis
• Orang tua (lansia) lebih rentan terhadap infeksi dibandingkan dengan orang yang lebih muda karena perubahan respon imun yang terjadi akibat proses penuaan.
• Sistem kekebalan tubuh dapat lebih terganggu oleh komorbiditas yang membuat orang dewasa dengan penyakit kronis lebih rentan terhadap infeksi daripada mereka yang tidak.
• riwayat penyakit kronis pada pasien lansia terkait dengantanda-tanda infeksi yang ditunjukkan pasien.
• SIRS (Systemic Inflammatory Response Syndrome), sepsis, sepsis berat, dan syok septik.
TRAUMA
•Trauma diidentifikasi sebagai penyebab kelima kematian pada orang tua (Hogan & Rios-Alba, 2014).
•Penurunan fungsi sistem tubuh pada lansia seringmenyebabkan trauma seperti patah tulang dan CVA.
•Penurunan tersebut berkontribusi juga terhadapkemampuan tubuh untuk dapat kembali ke kondisinormal.
Hipotermia dan Hipertermia
•HIPOTERMIA
Hipotermia didefinisikan sebagai suhu intikurang dari 35°C (95° F), dimana biasanyaterjadi pada lansia akibat beberapa penyakitdan obat-obatan.
GEJALA HIPOTERMIA
Seperti pada Perubahan patologis terjadinyamekanisme vasodilatasi pembuluh darah dankemudian terjadi penurunan suhu tubuh ("inti suhuafterdrop").
Gejala bradikardia, depresi pernafasan, dan komayang menyebabkan pasien menunjukkan kulitsianosis atau kulit seperti lilin, sangat kaku, terdapatkekakuan otot, dan depresi pernapasan sehinggamembutuhkan penanganan yang mendesak di IGDdan ICU.
Hipertermia
•Hipertemia juga sering dialami oleh pasien lansiaakibat penurunan sistem kerja regulasi tubuh akibatproses penuaan. Hipertemia bisa menjadi salah satutanda adanya kegawatan pada seorang pasien
lansia, seperti adanya heat fatigue danheat syncope.
heat fatigue dan heat syncope.
•heat fatigue = kelelahan akibatkepanasan dapat terjadi padapasien lansia akibat paparan tinggiakan suhu yang panas yang menyebabkan pasien pucat, berkeringat, akral dingin dan lembab, lemah, dan lelah. •Bila keadaan ini berlanjut dapatmenyebabkan pingsan yang seringdisebut sebagai heat syncope
Hipertemia yang paling mengancam jiwa
• Tanda dan gejala pasien hipertemia yang paling mengancam jiwa adalah adanya heat stroke, dimana sudah terjadi perubahan status mental seperti pusing, bingung, dan takikardia.
•Heat stroke akan berakibat fatal jika diabaikan, dengan suhu tubuh meningkat dengan cepat dan di luar kendali.
• Suhu sering di atas 40° C (104°F), dan pasien akanmenunjukkan tanda-tanda seperi panas dan kering, bingung, agresif, mengigau, , hipotensi, dan hiperventilasi dan ada kerusakan organ akhir sepertigagal ginjal akut (ARF).
Heat cramps
•Heat cramps atau kram otot akibat paparansuhu panas yang terlalu tinggi dimana terjadikehilangan cairan dan garam; denyut nadidan BP naik, dan pasien mengalami tandadehidrasi seperti kehausan
•kasus ini pasien lansia perlu dibawa ke IGDuntuk mendapatkan manajemen dehidrasi.
Pengkajian Primer
•Diutamakan pada kondisi yang mengancamkehidupan A, B, C, D
•Dikumpulkan berdasarkan masalah utama pasien•Nyeri•Gangguan psikiatri (Depresi, Fungsi kognitif, Delirium)
• Kondisi akut penyakit (Urosepsis, Dehidrasi,
Nyeri
•Nyeri adalah salah satu gejala yang dialami oleh lansia, dilaporkan bahwa 25-50% lansia mengalami nyeri yang cukup berat (Gloth, 2001)
•Wilber (2004) melaporkan bahwa 3-6% pasien lansia yang datang ke IGD menunjukkan masalah utama nyeri abdomen, dimana ditemukan data sekitar 67% pasien dengan nyeri abdomen, dan 21 % merupakan pasiennyeri dada.
Gangguan Psikiatri
•Terjadi pada sekitar 25% dari pasien lansia yang dirawatdi rumah sakit.
AMT4 test (Abbreviated Mental Test)
1. Umur?
2. Tanggal lahir?
3. Tempat?
4. Tahun?
Nilai kurang dari 4 abnormal dan harus dilakukan
skrining kognitif lebih lanjut.
Delirium Berbagai alat telah dikembangkan untuk mengkaji delirium, dan gangguan kognitif, salah satu metode yang yang telah banyak digunakan dan cocok di terapkan dinstalasi gawat darurat adalah AMT4 test
(abbreviated mental test).
Urosepsis
•Urosepsis merupakan penyakit infeksi darah sistemikyang berkembang dari infeksi pada saluran kemih.
•Pada usia lanjut, kondisi ini berkontribusi terhadapangka morbiditas dan mortalitas pasien hinggamencapai 40%.
Dehidrasi
•Pasien lansia berisiko tinggi terhadap dehidrasi karenaterjadi penurunan persepsi haus, penurunan kognitif, dan gangguan akibat proses penuaan
•Beberapa faktor yang berhubungan dengan peningkatan kasus dehidrasi pada lansia lebih dari 85 tahun, polifarmasi, stroke, dimensia, penyakit ginjal, trauma, pembedahan, dan adanya riwayat dehidrasi (Hammond & Zimmermann, 2013).
Pengkajian Sekunder
•Medikasi :Polifarmasi dan reaksi obat yang merugikan
•Risiko Jatuh
•Abuse and Neglect
Polifarmasi dan reaksi obat yang merugikan
Pasien geriatri memiliki risiko tinggi untuk efek samping yang berhubungan dengan pengobatan
Peran perawat Mengkaji riwayat konsumsi obat-obatan pasien.
Memilih obat yang lebih aman
Melakukan edukasi pada pasien dan keluarga
Medikasi
Risiko Jatuh
Usia lebih tua dari 75 tahun.
Gangguan kognisi (perubahan status mental akut ataupun kronis seperti kebingungan, dimensia, dan delirium).
Riwayat Jatuh
Ketidakstabilan
Medikasi-polifarmasi
Gangguan eliminasi seperti inkontinensia dan diare.
Gangguan sensori seperti pemakaian kacamata dan alat bantu pendengaran
Penggunaan alat bantu berjalan
hambatan lingkungan
Konsumsi alcohol, opioid, benzodiazepines, dan antipsikotik.
Jatuh
Abuse and Neglect
General screening yang dapat dilakukanadalah dengan melihat luka yang ditunjukkan pasien apakah mengarahseperti luka akibat pukulan, hygiene pasien yang buruk, angka kunjunganpasien ke IGD, pasien cemas, takut, dangelisah
Abuse
• Abuse pada lansia dapat meliputi kekerasan seksual, kekerasan fisik, kekerasan emosional, neglect, dan finansial.
• Rata-rata korban memiliki ciri-ciri:
• Wanita berusia >80 tahun
• Memiliki kondisi penyakit kronis yang multipel
• Tidak mampu beraktivitas secara mandiri
• Memiliki derajat ketergantungan berat
• Biasanya, pelakunya adalah orang terdekat lansia (masih anggota keluarga), pemberi layanan kesehatan, atau tempat perawatan lansia.
• Petunjuk yang biasanya mengarah pada kondisi abuse dapat dilihat pada bahasan sebelumnya.
• Jika dirasa mengancam, tindakan kekerasan dapat dibawa keranah hukum. Namun jika masih bisa dikendalikan, penyelesaian secara kekeluargaan dapat dilakukan.
Yang perlu dilihat dari kondisi fisik pasien
• Apakah pasien tampak terawat?• Apakah kuku pasien tampak panjang dan kotor?• Adanya injuri yang tidak dapat dijelaskan • Adanya ulkus dekubitus, kemerahan, lecet dikulit• Malnutrisi • Obat-obatan yang tidak diminum dengan rutin • Pakaian bau pesing • Banyak luka lecet • Tinjau pula sumber keuangan pasien
Prosedur Pemeriksaan
Alat Penunjang
•Furnitur : kursi pemeriksaan, matras
•Peralatan khusus
•Prosedur keamanan tambahan
•Orientasi akustik
•Orientasi visual
Prosedur Pengkajian Lansia Di Instalasi Gawat Darurat:
•Scene Size Up
•Riwayat kesehatan
•Secondary Assessment
•Manajemen emergensi medikal pada pasien lansia
•Trauma pada lansia
•Pengkajian dan manajemen trauma pada lansia
•Elder abuse
•End of life care