manuskripsi.docx

Upload: odhi-angell

Post on 08-Jan-2016

11 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tugas

TRANSCRIPT

KECEMASAN AKIBAT HOSPITALISASI DENGAN MEKANISME KOPING ORANG TUA PADA ANAK USIA PRASEKOLAH (3-6 TAHUN) DI RUMAH SAKIT RAJAWALI BANDUNG

Julius S, Lisbet O. M, Istianah.

ABSTRAK

Latara Belakang, Hospitalisasi pada anak merupakan proses karena suatu alasan yangberencana atau darurat mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakitmenjalani terapi dan perawatan sampai pemulangan kembali ke rumah.Selama proses tersebut, anak maupun orang tua dapat mengalami berbagai kejadian yangmenunjukkan pengalaman traumatik dan penuh dengan stres. Dampak dari hospitalisasi pada anak maupun orangtua umumnya berupa kecemasan, rasa kehilangan atau keterpisahan dari teman sebaya dan keluarga, dan ketakutan terhadap tindakan yang menyakitkan dari prosedur rumah sakit. Tujuan, untuk mengetahui hubungan kecemasan akibat hospitalisasi dengan mekanisme koping orang tua pada anak usia prasekolah. Metode Penelitian, Menggunakan penelitian analitik observasional dengan menggunakan pendeketan cross sectional. Sampel penelitian ini berjumlah 60 responden. Hasil Penelitian, menunjukan sebagian besar orang tua mengalami kecemasan sedang sebanyak 29 responden (48,33%),kecemasan berat 16 responden (26,67%), dan cemas ringan sebanyak (25,0%). Sedangkan mekanisme koping menunjukansebagian besar 31 responden orang tua menggunakan koping maladaptif (51,7%) dan hampir sebagian dari 29 responden menggunakan koping adaptif (48,3%). Simpulan, menunjukan terdapat hubungan yang signifikan antara kecemasan dengan mekanisme koping orangtua pada anak usia prasekolahdengan p-value sebesar 0,008 ( < 0,05).Kata kunci: Hospitalisasi, Kecemasan, Koping.

9

PENDAHULUANMenurut Child Health USA (2011) bahwa rawat inap di rumah sakit pada anak-anak terdapat lebih dari 3,1 juta pasien, dengan rentang usia 1-21 tahun yaitu setara dengan 36 dari 100 pasien rumah sakit adalah anak-anak, sisanya remaja dan dewasa muda. Penyakit pada sistem pernapasan, termasuk asma dan pneumonia merupakan penyebab paling umum kejadian rawat inap terjadi pada anak usia prasekolah 1-4 tahun yaitu sekitar 50%. Anak yang sakit dan harus dirawat di rumah sakit akan mengalami masa sulit karena tidak dapat melakukan kebiasaan seperti biasanya. Lingkungan dan orang-orang asing baginya serta perawatan dan berbagai prosedur yang dijalaninya, terutama untuk anak yang pertama kali dirawat di rumah sakit. Dirawat menjadi sumber utama stres dan kecewa, termasuk kecemasan perpisahan (Nelson, 1988).Di Indonesia, jumlah pasien anak yang dirawat inap pada tahun 2011 sekitar 2,1%, dan kondisi ini menurun dari tahun sebelumnya yang hanya sebesar 2,51%. Namun angka kematian balita di Indonesia masih cukup tinggi, angka kematian balita sebesar 42 per 100 kelahiran hidup. Di provinsi Jawa Barat, angka kesakitan pada anak tahun 2009 menunjukan jumlah kematian bayi 5.719 bayi dari 845.964. Kondisi ini dipengaruhi dengan tingginya kasus gizi buruk yaitu 30.922 balita (0,92%), gizi kurang 325.221 balita (9,666%) dari 3.366.068 balita yang ditimbang. Data rawat inap anak di Rumah Sakit Rajawali Bandung, periode bulan (Desember 2014 dan Januari-Februari 2015) angka kesakitan pada anak terdapat 429 pasien anakdiantaranya 148 adalah anak usia prasekolah 3-6 tahun yang dirawat dengan berbagai jenis penyakit, seperti pada DHF, thypoid, diare, dan demam. Dengan angka kejadian diatas tersebut morbiditas pada anak, maka permasalahan utama yang harus dihadapi oleh pelayanan kesehatan adalah dampak hospitalisasi, yang sering disebut sebagai reaksi hospitalisasi.Hospitalisasi pada anak merupakan proses karena suatu alasan yangberencana atau darurat mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakitmenjalani terapi dan perawatan sampai pemulangan kembali ke rumah. Selama proses tersebut, anak dapatmengalami berbagai kejadian yangmenunjukkan pengalaman traumatik dan penuh dengan stres.Hospitalisasi merupakan salah satu penyebab stres baik pada anak maupun keluarganya, terutama disebabkan oleh perpisahan dengan keluarga,kehilangan kendali, perlukaan tubuh dan rasa nyeri (Hidayat, 2008). Berbagai perasaan yang sering muncul pada anak yaitu cemas, marah, sedih takut dan rasa bersalah (Wong, 2009). Perasaan tersebut dapat timbul karena menghadapi sesuatu yang baru dan belum pernah dialami sebelumnya, rasa tidak aman, dan tidak nyaman, perasaan kehilangan sesuatu yang biasa dialaminya, dan sesuatu yang dirasakan menyakitkan (Supartini, 2004).Dampak dari hospitalisasi pada anak umumnya berupa kecemasan, rasa kehilangan atau keterpisahan dari teman sebaya dan keluarga, dan ketakutan terhadap tindakan yang menyakitkan dari prosedur rumah sakit. Keadaan tersebut menimbulkan trauma dan perubahan psikologis lainnya pada anak, dan jika tidak diatasi akan mempengaruhi tugas pertumbuhan dan perkembangan pada anak tersebut (Novriadi, 2012). Kecemasan juga terjadi pada orangtua yang disebabkan oleh berbagai hal seperti reaksi anak pada hospitalisasi, kurang pengetahuan tentang penyakit anak, kekhawatiran tidak mampu merawat anak di rumah sakit dan perubahan peran orangtua yang semula merawat anak sehat menjadi sakit. Efek jangka panjang dari hospitalisasi pada anak seperti fenomena regresi perkembangan anak juga dapat menimbulkan kecemasan pada orangtua.Ketakutan pada anak yang terkait dengan hospitalisasi disebabkan oleh lingkungan yang asing dan baru, prosedur rumah sakit yang menimbulkan rasa sakit, terhentinya kegiatan rutin sehari-hari, perasaan disia-siakan, serta pemisahan yang dipaksa (Gruendeman, 2005). Juga muncul perasaan ketakutan pada anak yaitu takut pada perawat, sehingga jika perawat datang menghampirinya tidak perduli apakah perawat tersebut akan menyakitinya atau tidak. Pasien anak akan menganggap bahwa perawat akan melukai melalui suntikan atau peralatan yang menakutkan lainnya. Secara umum, reaksi anak berusaha menolak atau menghindari perawat, tidak mauditinggalkan orangtuanya, memegang erat tangan orang tuanya, anak meminta pulang, menangis sekuatnya, meronta-ronta, dan memukuli perawat (Supartini, 2004).

Berdasarkan survei awal yang peneliti lakukan pada tanggal 07 Maret 2015 di Rumah Sakit Rajawali Bandung, melalui wawancara dan observasi dengan tujuh orang tua dan pasien anak usia prasekolah yang dirawat inap dengan penyakit yang berbeda 3 diantaranya mengalami kecemasan berat, dua mengalami cemas sedang dan dua mengalami cemas ringan, hal ini sebabkan oleh karena prosedur pengobatan (takut diinfus/disuntik), penyakit yang diderita anaknya dan lingkungan yang baru selama anak mereka dirawat di Rumah Sakit. Berdasarkan fenomena tersebut, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan fokus permasalahan pada hubungan kecamasan akibat hospitalisasi dengaan mekanisme koping orangtua pada anak usia prasekolah (3-6 tahun) diruang Otje Rumah Sakit Rajawali Bandung.

METODE PENELITIANRancangan penelitian adalah model atau metode yang digunakan peneliti untuk melakukan suatu penelitian yang memberikan arah terhadap jalannya penelitian (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan menggunakan pendeketan Cross Sectional. Populasi adalah subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudianditarik kesimpulan (Hidayat, 2011).Populasi dalam penelitian ini adalah orangtua dari pasien anak yang dirawat diruang Otje Rumah Sakit Rajawali Bandung, dimana pada tiga bulan terakhir terdapat 429 pasien anak, 148 diantaranya anak usia prasekolah (3-6 tahun). jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 60 orang yang sesuai dengan kriteria inklusi.Teknik pengambilan sampelyang digunakan dalam penelitian ini adalah Nonprobablility Samplingyaitu suatu teknik pengambilan sampel yang tidak dilakukan secara acak. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik Purposive Sampling, suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel di antara populasi sesuai dengan yang dikendaki peneliti (tujuan/masalah dalam penelitian), sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya (Nursalam, 2011). Variabel independen dalam penelitian ini adalah kecemasan dan variabel dependen dalam penelitian ini adalah mekanisme koping.Instrumen dalam penelitian ini menggunakan lembar kuesioner yang mengacu pada teori Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS), yang berjumlah 14 pertanyaan tentang tingkat kecamasan Sedangkan kuesioner yang digunakan untuk koping berupa Jaloweic Coping Scale (JCS) yang diadopsi dari Jaloweic terdiri dari 17 pertanyaan. Uji validitas kuesioner mekanisme koping dilakukan di Rumah Sakit Rajawali Bandung dengan 15 responden orang tua anak yang dirawat di ruang otje dengan hasil nilai r tabel = 0,514. Dari 17 pertanyaan tersebut dinyatakan valid sehingga tidak ada pertanyaan yang dibuang.dan uji realibitas kuesioner mekanisme koping menggunakan uji realibilitas Cronbach Alpha dengan nilai 0,670.Maka pertanyaan-pertanyaan tersebut reliabel.Peneliti memilih responden yang telah memenuhi kriteria inklusi untuk dijadikan sebagai responden penelitian, pasien yang menjadi responden adalah orangtua pasien anak usia prasekolah yang anaknya sedang menjalani hospitalisasi. Peneliti memberikan penjelasan mengenai penelitian yang akan dilakukannya kepada calon responden meliputi maksud, tujuan, manfaat, prosedur penelitian, serta hak dan kewajiban menjadi responden. Setelah itu peneliti meminta kesediaan calon responden supaya bisa berpartisipasi dalam penelitian. Peneliti memberikan kesempatan kepada responden atau keluarga responden untuk bertanya mengenai hal-hal yang masih belum dipahami. Bagi calon responden yang bersedia mengikuti penelitian, peneliti meminta tanda tangan lembar persetujuan. Peneliti mengukur tingkat kecemasan dengan menggunakan kuesioner HARS dan mekanisme koping menggunakan kuesioner JCS.Kemudian data yang telah terkumpul akan diolah menggunakan SPSS dengan mengubakab uji statistik (Chi-Square) untuk menganalisa hubungan antara kedua variabel yaitu kecemasan dan mekanisme koping orang tua. Uji signifikan dilakukan dengan menggunakan tingkat kemaknaan 95% atau nilai (P) yang diperoleh 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, maka terdapat hubungan antara kecemasan dan mekanisme koping orang tua pada anak usia prasekolah.HASIL PENELITIANKecemasan Orang Tua Pada Anak UsiaPrasekolah Saat Hospitalisasi di Ruang Otje Rumah Sakit RajawaliTabel 1. Kecemasan orang tua pada anak usia prasekolah saat di hospitalisasi di ruang otje rumah sakit rajawali pada tanggal 01 april sampai 10 mei 2015 (N=60)TingkatKecemasanFrekuensiPresentase(%)

Ringan1525,0

Sedang2948,33

BeratPanik 16026,670

Total60100

Berdasarkan tabel diatas sebagian besar mengalami kecemasan sedang sebanyak 29 responden (48,33%), sebagian kecil orangtua anak sebanyak 16 reponden mengalami kecamasan berat (26,67%), sangat sedikit yang mengalami kecemasan ringan (25,0%), dan tak seorangpun yang mengalami kecemasan berat sekali (0%).

Mekanisme Koping Orang Tua Pada Anak Usia Prasekolah Saat Di Hospitalisasi di Ruang Otje Rumah Sakit RajawaliTabel. 2 Mekanisme koping orang tua pada anak usia prasekolah saat di hospitalisasi di ruang otje rumah sakit rajawali padatanggal 01 april sampai 10 mei 2015 (N=60)

KopingFrekuensiPresentase (%)

Adaptif 2948,3

Maladaptif 3151,7

Total60100

Berdasarkan tabel di atas terlihat sebagian besar 31 responden orang tua anak menjalani hospitalisasi menggunakan koping maladaptif (51,7%) dan hampir sebagian dari 29 responden orang tua menggunakan koping adaptif (48,3%).

Hubungan Kecemasan Dengan Mekanisme Koping Orang Tua Pada Anak Usia Prasekolah Saat Hospitalisasi Di Ruang Otje Rumah Sakit Rajawali BandungTabel. 3 Hubungan kecemasan dengan mekanisme koping orang tua pada anak usia prasekolah saat hospitalisasi di ruang otje rumah sakit rajawali bandung pada tanggal 01 april sampai dengan 10 mei 2015 (N=60).Tingkat kecemasanMekanisme koping Total PValue

Adaftif maladaftif

N%N%N%

RinganSedangBerat121342021,676,6731612526,67201529162548,3426,670,008

Total2948,333151,6760100

Berdasarkan tabel diatas hasil uji chi-square diperoleh nilai p value sebesar 0,008 ( < 0,05). Hal ini menunjukan bahwa Ho ditolak artinya terdapat hubungan. kecemasan dengan mekanisme koping orang tua pada anak usia prasekolah pada saat menjalani hospitalisasi.

PEMBAHASANKecemasan Orang Tua Pada Anak Usia Pra Sekolah Saat Hospitalisasi di Ruang Otje Rumah Sakit RajawaliSesuai dengan hasil penelitian, ditemukan hubungan kecemasan orangtua dengan reaksi hospitalisasi pada pasien anak usia prasekolah. Hal ini disebabkan karena perawatan anak di rumah sakit memaksa anak untuk berpisah dengan lingkungan yang dicintainya salah satunya adalah keluarga atau orangtua yang mengakibatkan timbulnya kecemasan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar orang tua mengalami kecemasan sedang sebanyak 29 responden (48,33%), sebagian kecil orangtua anak sebanyak 16 reponden mengalami kecemasan berat (26,67%), dan cemas ringan sebanyak (25,0%) pada saat anaknya menjalani hospitalisasi. Dengan terjadinya keterpisahan tersebut maka orangtua dan anak akan menimbulkan perasaan tidak aman dan rasa cemas baik dari anak maupun dari orangtua.

Berdasarkan jenis kelamin orang tua, yang mengalami kecemasan lebih banyak terjadi pada wanita. Krasucki (1998) menyebutkan bahwa perempuan lebih mudah cemas dibandingkan laki-laki. Pada laki-laki lebih menggunakan logika, sedangkan perempuan menggunakan perasaan. Oleh karena itu peneliti mengambil ibu pasien sebagai responden, dan wanita lebih mampu untuk berbicara tentang perasaan terkait kecamasan dibandingkan pria.

Berdasarkan penelitian Rimbun (2007) kecemasan orangtua terhadap hospitalisasi mengalami kecemasan ringan (46,7%), kecemasan sedang (33,3%), dan kecemasan berat (10%), sedangkan masa rawat inap lebih dari satu kali terlihat penurunan kecemasan, dimana angka kecemasan berat menurun dari 10% menjadi 6,7% dan kecemasan ringan 46,7% menjadi 60%. Hal ini menunjukan telah terjadi adaptasi terhadap stimulus yang mempengaruhi stresor seseorang dalam mengahadapi hospitalisasi.

Kecemasan menurut Kaplan & Sadock (2010) mendefinisikan kecemasan sebagai suatu perasaan yang tidak jelas dan tidak menyenangkan bahwa akan ada suatu sinyal yang menyadarkan ia memperingatkan adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi ancaman.

Mekanisme Koping Orang Tua Orang Tua Pada Anak Usia Pra Sekolah Saat Hospitalisasi di Ruang Otje Rumah Sakit RajawaliBerdasarkan hasil penelitian ini menunjukan bahwa terlihat sebagian besar 31 respondenmenjalani hospitalisasi menggunakan koping maladaptif (51,7%) dan hampir sebagian dari 29 respondenmenggunakan koping adaptif (48,3%). Dimana hal ini menunjukan bahwa pada saat dilakukan penelitian, peneliti menemukan banyak orangtua dari pasien tidak bisa menerima dan percaya bahwa anaknya bisa sakit dan dirawat dirumah sakit.

Koping maladaptif merupakan mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi,, memecah pertumbuhan, menurunkan otonomi, dan cenderung menguasi lingkungan. Koping yang tidak efektif berakhir dengan maladaptif yaitu perilaku yang menyimpang dari keinginan normatif dan dapat merugikan diri sendiri maupun oranglain dan lingkungan. Setiap individu dalam melakukan koping tidak sendiri dan tidak hanya menggunakan satu strategi dapat melakukannya bervariasi, hal ini tergantung dari kemampuan dan kondisi individu (Rasmun, 2004).

Berdasarkan hasil penelitian Salmela (2010), yang meneliti tentang strategi mengatasi ketakutan pada saat di rumah sakit menunjukkan bahwa orangtua dan anakmemiliki banyak strategi koping , terutama pada saat anak berada di rumah sakit. Selain itu, metode tradisional juga perlu digunakan untuk mengurangi rasa takut, di mana mereka memiliki peran aktif untuk memberi rasa aman meraka pada saat dilakukan prosedur pengobatan medis.

Hubungan Kecemasan Dengan Mekanisme Koping Orang Tua Pada Anak Usia Prasekolah Saat Di HospitalisasiBerdasarkan hasil penelitian setelah dilakukan uji statistik, hasil menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kecemasan dengan mekanisme koping orangtua pada anak usia prasekolah di Rumah sakit Rajawali Bandung dengan p-value sebesar 0,008 ( < 0,05) artinya terdapat hubungan kecemasan terhadap mekanisme koping orangtua pada anak usia prasekolah pada saat menjalani hospitalisasi.

Penelitian ini didukung oleh penelitian Marja tahun 2010, menunjukkan bahwa lebih dari 90% dari orangtua dam anak-anak mengatakan mereka takut pada setidaknya satu hal di rumah sakit. Sebagian besar ketakutan tersebut dapat timbul dari intervensi keperawatan, ketakutan menjadi pasien, dan ketakutan yang disebabkan oleh tahap perkembangan anak. Anak-anak yang diwawancarai pada saat di rumah sakit menyatakan lebih ketakutan dibandingkan pada saat mereka berada di rumah sendiri. Artinya stres yang dialami anak di hospitalisasi terutama disebabkan oleh adanya rasa tidak aman, cedera, tidak berdaya, dan penolakan. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa anak memiliki banyak strategi koping untuk mengatasi rasa takut mereka, strategi utama seperti adanya orang tua dan anggota keluarga lainnya.

Efek hospitalisasi jangka pendek maupun jangka panjang baik pada anak dan orangtua dapat diminimalkan denganmengoptimalkan peran perawat. Potter dan Perry (2005) menjelaskan bahwa salah satu peran perawat yaitu educator dimana perawat mendemonstrasikan prosedur, memberikan informasi penting dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Perawat sebagai tenaga kesehatan yang paling sering berinteraksi dengan anak dan keluarga sangat berperan dalam meminimalisasi cemas sebagai dampak hospitalisasi yang terjadi pada anak dan keluarga.

Respon kecemasan merupakan perasaan yang paling umum yang dialami oleh orangtua ketika ada masalah kesehatan pada anaknya. Hal itu dapat disebabkan oleh beberapa sebab, seperti penyakit kronis perawat (caring) yang kurang menyenangkan, tingkat ekonomi keluarga, yang semua itu dapat berdampak pada proses penyembuhan. Kecemasan ini dapat meningkatkan apabila orangtua merasa kurang informasi tehadap penyakit anaknya dari rumah sakit terkait sehingga dapat menimbulkan reaksi tidak percaya apabila mengetahui tiba-tiba penyakit anaknya serius. Reaksi-reaksi cemas yang timbul akibat hospitlasasi berbeda pada setiap orang, karena tinggal dirumah sakit bukanlah suatu pengalaman yang menyenangkan, dimana klien harus mengikuti peraturan serta rutinitas (Sukuco, 2002). Beberapa orangtua merasa cemas terhadap hospitalisasi ini dapat berkembang menjadi perasaan yang tidak nyaman dan cenderung menakutkan.

Keterbatasan Penelitian tentang hubungan kecemasan akibat hospitalisasi dengan mekanisme koping orangtua pada anak usia prasekolah di ruang Otje Rumah Sakit Rajawali Bandung, yaitu: Peneliti tidak mengukurdengan karakteristik anak yang meliputi usia, jenis kelamin dan diagnosa medis, dan karakteristik orangtua yang meliputi usia, jumlah anak kandung, pekerjaan, pendidikan, status pernikahan, dan suku bangsa

KESIMPULANSetelah dilakukan penelitian tentang hubungan kecemasan akibat hospitalisasi dengan mekanisme koping orang tua pada anak usia prasekolah di rumah sakit rajawali bandung dan dilakukan analisis serta pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa, sebagian besar orangtua mengalami kecemasan sedang (48,33%) dan menggunakan koping maladaptif (15,7%). Dan terdapat hubungan kecemasan dan mekanisme koping orangtua pada anak usia prasekolah pada saat menjalani hospitalisasi.Dengan hasil uji statistikdiperolehnilai p value = 0,008 (